Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian Dispepsia Fungsional Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(1)

HUBU FUNG

UNGAN TIN GSIONAL P U

UN

NGKAT ST PADA MAH UNIVERSIT

MONICA

FAKULT NIVERSITA

TRES DENG HASISWA F TAS SUMAT

Oleh: NATALIA

100100177

TAS KEDO AS SUMAT

MEDAN 2013

GAN KEJA FAKULTA TERA UTA

A HUTAPEA 7

OKTERAN TERA UTAR

ADIAN DIS AS KEDOKT

ARA

A

RA

SPEPSIA TERAN


(2)

HUBU FUNG sa UNGAN TIN GSIONAL P U Ka alah satu sya

UN

NGKAT ST PADA MAH UNIVERSIT

arya Tulis I arat mempe MONICA FAKULT NIVERSITA TRES DENG HASISWA F TAS SUMAT

Ilmiah ini di eroleh kelul Oleh: NATALIA 100100177 TAS KEDO AS SUMAT MEDAN 2013 GAN KEJA FAKULTA TERA UTA iajukan seb lusan Sarja A HUTAPEA 7 OKTERAN TERA UTAR

ADIAN DIS AS KEDOKT ARA bagai na Kedokte A RA SPEPSIA TERAN eran


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Dispepsia Fungsional pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Nama : Monica Natalia Hutapea NIM : 100100177

Pembimbing Penguji I

(dr. Imelda Rey M.Ked(PD), Sp.PD) (Dr.dr. M.Fidel Ganis Siregar, M.Ked(OG), Sp.OG(K))

Penguji II

(Prof.dr.Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP(K))

Medan, Desember 2013 Dekan,

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD, KGEH NIP. 195 402 201 980 111 001


(4)

ABSTRAK

Dispepsia fungsional adalah suatu kondisi dengan gejala berupa rasa penuh setelah makan atau cepat kenyang (post prandial syndrome) dan nyeri epigastrium atau rasa terbakar di ulu hati (epigastric pain syndrome) tanpa ada penyebab kelainan struktural. Pada masyarakat sehari-hari sering mengabaikan keluhan ini dan menganggap keluhan biasa saja.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya dispepsia fungsional, dimana salah satunya adalah faktor psikologis, khususnya stres yang akan dibuktikan pada penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat stres mahasiswa, angka kejadian dispepsia fungsional dan hubungan antara tingkat stres dengan kejadian dispepsia fungsional tersebut.

Penelitian ini bersifat analitik dengan metode pengambilan potong lintang (cross sectional study). Subjek penelitian diperoleh dengan menggunakan metode

stratified random sampling dari populasi mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan jumlah responden sebanyak 94 orang. Seluruh responden telah memenuhi kriterika inklusi dan eksklusi dan bersedia menandatangani persetujuan penelitian. Penelitian ini menggunakan uji statistik dengan uji chi square.

Berdasarkan hasil penelitian, responden yang mengalami dispepsia fungsional dengan tingkat stres ringan-sedang sebanyak 4 orang (36,4%) dan tingkat stres berat sebanyak 7 orang (63,6%). P value yang didapat dari hasil uji Fisher’s Extract adalah 0,005 (p< 0,05) maka ada hubungan antara tingkat stress dengan kejadian dispepsia fungsional pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Selain itu, hasil odds ratio sebesar 6.48, maka stres berat 6.48 kali beresiko menyebabkan dispepsia fungsional dibandingkan stres ringan-sedang. Saran bagi responden untuk lebih memperhatikan keluhan dan meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan yang dapat mengurangi stres.

Kata kunci: Tingkat Stres, dispepsia fungsional, mahasiswa.


(5)

ABSTRACT

Functional dyspepsia is a condition with symptoms such as postprandial fullness or early satiety ( post prandial syndrome ) and epigastric pain or burning sensation in the pit of the stomach ( epigastric pain syndrome ) with no cause structural abnormalities . In society, people likely to ignore the symptoms and pretend to be okay.

There are several factors that may influence the occurrence of functional dyspepsia , which one of them is psychological factors , particularly stress that will be proven in this study . This study aims to determine the student stress levels , the incidence of functional dyspepsia and the correlation between stress levels with the incidence of functional dyspepsia .

This study is an analytic study with cross-sectional study design. The respondents of this study are obtained with stratified random sampling from medical student of University of Sumatera Utara, as a population, of 94 respondents. All of the respondents have met the inclusion and exclusion criteria and have signed an informed consent. This study use a statistical analysis with a chi-square test.

This study shows that 4 respondents ( 36.4 % ) have functional dyspepsia with mild - moderate stress level and 7 respondents ( 63.6 % ) have severe stress level. P values is obtained from Fisher's test with the extract value is 0.005 ( p < 0.05 ). There is a correlation between stress level with the incidence of functional dyspepsia on students of the Faculty of Medicine, University of North Sumatra. Furthermore, the odds ratio is 6,48, which means that severe stress level is 6,48 more risky to have functional dyspepsia than moderate. It is better for respondents to pay more attention to signs and symptoms and to do activity that may reduce stress.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul ‘Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Dispepsia Fungsional pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara’. Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki seorang sarjana kedokteran, penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan. Penulis rasakan semua itu sebagai suatu ujian dan pengalaman yang sangat berharga dalam kehidupan penulis. Hanya kesabaran, keteguhan dan ketekunan yang penulis coba lakukan untuk terselesainya karya ini hingga terselesaikannya laporan hasil penelitian ini.

Penulis sadar dengan kekurangan diri penulis untuk melakukan banyak hal sendirian maka itu penulis telah melibatkan beberapa orang, kelompok atau elemen lain untuk membantu, mendukung, dan memberikan saran yang sangat berharga bagi penulis. Kepada merekalah penulis ucapkan banyak terimakasih. Beberapa yang dapat penulis sebut telah mempunyai peranan yang sangat besar dalam penulisan ini penulis akan sebut sebagai berikut:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr.Imelda Rey, M.Ked (PD), Sp.PD selaku Dosen Pembimbing dalam tugas akhir ini yang telah meluangkan waktu dan atas segala bimbingan, saran, kesabaran ilmu yang telah diberikan.


(7)

3. Prof.dr.Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP(K) dan Dr.dr. M.Fidel Ganis Siregar, M.Ked(OG), Sp.OG(K) selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan nasihat-nasihat dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

3. Kedua Orangtua Penulis, dr. Tunggul Hutapea Sp.P dan Corry Simatupang atas segala pengorbanan dan kasih sayangnya yang diberikan kepada penulis. Tetaplah iringi ananda dengan doa dan kasih sayang kalian.

4. Kepada abang dan adik penulis, Marshal Hutapea, Michael Hutapea, dan Melissa Hutapea atas segala doa dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

5. Kepada para sahabat dan teman penulis (Jessica Patricia, Rodinda Marsha, Sufang, Kristin Stephanie, Stefanie Tarigan, Stefani Hutagalung, Dewi Arianna, Dwi Indriani, Amanda Rizka, Ivonne, Sherylin, Benny, Pareza) yang telah memberi semangat dan meluangkan waktu dalam bertukar pikiran.

6. Seluruh teman-teman FK USU, terima kasih atas dukungan dan kesediaannya sebagai responden penelitian ini.

7. Serta semua pihak baik langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan bantuan dalam penulisan laporan penelitian ini. Kepada semua pihak tersebut penulis haturkan banyak terima kasih.

Akhir kata penulis Ucapkan Terima Kasih atas semua dan apapun yang telah diberikan kepada penulis. Semoga Tuhan Yesus selalu membalas semua kebaikan yang selama ini diberikan kepada penulis dan melimpahkan rahmat-Nya.

Medan, November 2013 Penulis,

Monica Natalia Hutapea 100100177


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN…. ... i

ABSTRAK…………... ii

ABSTRACT….……... iii

KATA PENGANTAR…………... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah... 3

1.3.Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4.Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1.Dispepsia Fungsional ... 5

2.1.1. Definisi Dispepsia Fungsional ... 5

2.1.2. Klasifikasi Dispepsia Fungsional ... 5

2.1.3. Patogenesis ... 5

2.1.4. Diagnosa ... 8

2.2. Stres ... 10

2.2.1. Defenisi Stress ... 10

2.2.2. Teori Stres ... 11

2.2.3 Sumber Stres ... 12

2.2.4 Stres pada Mahasiswa ... 13


(9)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 16

3.1.Kerangka Konsep Penelitian ... 16

3.2.Defenisi Operasional ... 17

3.3.Hipotesis Penelitian... 21

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 22

4.1.Rancangan Penelitian ... 22

4.2.Waktu dan Tempat Penelitian ... 22

4.3.Populasi dan Sampel Penelitian ... 22

4.3.1. Populasi ... 22

4.3.2. Sampel ... 22

4.4.Teknik Pengumpulan Data ... 24

4.4.1. Data Primer ... 24

4.4.2 Data Sekunder ... 24

4.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 24

4.5.Pengolahan dan Analisa Data ... 26

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …... 27

5.1. Hasil Penelitian ... 27

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 27

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden………... 28

5.1.3. Hasil analisa data…... ... 32

5.2. Pembahasan ... 34

5.2.1. Tingkat stres……….. ... 34

5.2.2. Dispepsia fungsional….. ... 34

5.2.3. Hubungan tingkat stres dengan dispepsia fungsional…... 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

6.1. Kesimpulan ... 37

6.2. Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Skor untuk Dispepsia Fungsional 19

3.2 Predikat Indeks Prestasi 20

4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 25 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia 27 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Mahasiswa dengan

Dispepsia Fungsional

28 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Mahasiswa dengan

Dispepsia Fungsional

29 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Mahasiswa dengan

Dispepsia Fungsional

30 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Pretasi dengan Dispepsia

Fungsional

31 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Stres dengan Dispepsia

Fungsional

31 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Dispepsia

Fungsional

32 5.8 Tabulasi Silang Responden Berdasarkan Tingkat Stres dengan

Kejadian Dispepsia Fungsional

32


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(12)

DAFTAR SINGKATAN

BAB : Buang air besar

CRF : Corticotropin-releasing factor

GABA : Gamma-amino butyric acid

GERD : Gastro-esophageal reflux disease

HCL : Asam klorida IBS : Irritable bowel syndrome

ISMA : International Stress Management Assosiation

NSAIDs : Non-steroidal inflammatory drugs

SMA : Sekolah Menengah Atas USG : Ultrasonography


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar riwayat Hidup Peneliti Lampiran 2 Ethical Clearance

Lampiran 3 Kuesioner

Lampiran 4 Lembar Penjelasan Lampiran 5 Informed Consent Lampiran 6 Data Induk Lampiran 7 Output Data Lampiran 8 Hasil Uji Validitas


(14)

ABSTRAK

Dispepsia fungsional adalah suatu kondisi dengan gejala berupa rasa penuh setelah makan atau cepat kenyang (post prandial syndrome) dan nyeri epigastrium atau rasa terbakar di ulu hati (epigastric pain syndrome) tanpa ada penyebab kelainan struktural. Pada masyarakat sehari-hari sering mengabaikan keluhan ini dan menganggap keluhan biasa saja.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya dispepsia fungsional, dimana salah satunya adalah faktor psikologis, khususnya stres yang akan dibuktikan pada penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat stres mahasiswa, angka kejadian dispepsia fungsional dan hubungan antara tingkat stres dengan kejadian dispepsia fungsional tersebut.

Penelitian ini bersifat analitik dengan metode pengambilan potong lintang (cross sectional study). Subjek penelitian diperoleh dengan menggunakan metode

stratified random sampling dari populasi mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan jumlah responden sebanyak 94 orang. Seluruh responden telah memenuhi kriterika inklusi dan eksklusi dan bersedia menandatangani persetujuan penelitian. Penelitian ini menggunakan uji statistik dengan uji chi square.

Berdasarkan hasil penelitian, responden yang mengalami dispepsia fungsional dengan tingkat stres ringan-sedang sebanyak 4 orang (36,4%) dan tingkat stres berat sebanyak 7 orang (63,6%). P value yang didapat dari hasil uji Fisher’s Extract adalah 0,005 (p< 0,05) maka ada hubungan antara tingkat stress dengan kejadian dispepsia fungsional pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Selain itu, hasil odds ratio sebesar 6.48, maka stres berat 6.48 kali beresiko menyebabkan dispepsia fungsional dibandingkan stres ringan-sedang. Saran bagi responden untuk lebih memperhatikan keluhan dan meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan yang dapat mengurangi stres.

Kata kunci: Tingkat Stres, dispepsia fungsional, mahasiswa.


(15)

ABSTRACT

Functional dyspepsia is a condition with symptoms such as postprandial fullness or early satiety ( post prandial syndrome ) and epigastric pain or burning sensation in the pit of the stomach ( epigastric pain syndrome ) with no cause structural abnormalities . In society, people likely to ignore the symptoms and pretend to be okay.

There are several factors that may influence the occurrence of functional dyspepsia , which one of them is psychological factors , particularly stress that will be proven in this study . This study aims to determine the student stress levels , the incidence of functional dyspepsia and the correlation between stress levels with the incidence of functional dyspepsia .

This study is an analytic study with cross-sectional study design. The respondents of this study are obtained with stratified random sampling from medical student of University of Sumatera Utara, as a population, of 94 respondents. All of the respondents have met the inclusion and exclusion criteria and have signed an informed consent. This study use a statistical analysis with a chi-square test.

This study shows that 4 respondents ( 36.4 % ) have functional dyspepsia with mild - moderate stress level and 7 respondents ( 63.6 % ) have severe stress level. P values is obtained from Fisher's test with the extract value is 0.005 ( p < 0.05 ). There is a correlation between stress level with the incidence of functional dyspepsia on students of the Faculty of Medicine, University of North Sumatra. Furthermore, the odds ratio is 6,48, which means that severe stress level is 6,48 more risky to have functional dyspepsia than moderate. It is better for respondents to pay more attention to signs and symptoms and to do activity that may reduce stress.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dispepsia merupakan istilah yang menunjukkan rasa nyeri atau tidak menyenangkan pada bagian atas perut (Almatsier, 2004). Istilah 'dispepsia' berasal dari bahasa Yunani 'δυς-' (dys-) dan 'πέψη' (pepse), dikenal sebagai gangguan pencernaan. Ini pertama kali tercatat dalam pertengahan abad 18 dan sejak saat itu telah banyak digunakan (Baron et al. 2006).

Dispepsia fungsional adalah suatu kondisi yang sangat umum dengan prevalensi tinggi di seluruh dunia yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Patofisiologi dispepsia telah diselidiki selama dua dekade terakhir (Brun & Kuo, 2010). Dispepsia mempengaruhi sampai 40 persen orang dewasa setiap tahun dan sering didiagnosis sebagai dispepsia (nonulcer) fungsional. Gejala berupa kepenuhan setelah makan, cepat kenyang, atau nyeri epigastrium atau terbakar tanpa adanya penyebab struktural. Gejala-gejala ini dapat berdampingan dengan gejala gangguan pencernaan fungsional, seperti gastroesophageal reflux dan irritable bowel syndrome, serta kecemasan dan depresi (Loyd dan McClellan, 2011).  Legarde dan Spiro menyebutnya sebagai dispepsia fungsional untuk keluhan tidak enak perut bagian atas yang bersifat intermiten sedangkan dengan pemeriksaan tidak didapatkan kelainan organis. Gejala-gejala yang sering dikeluhkan pasien berupa rasa penuh di ulu hati sesudah makan, kembung, sering bersendawa, cepat kenyang, anoreksia, nausea, vomitus, rasa terbakar di ulu hati dan regurgitasi. Dispepsia fungsional ini umumnya bersifat kronis dan sering kambuh (Mudjaddid, 2009).

Berdasarkan penelitian pada populasi umum didapatkan bahwa dispepsia fungsional mempengaruhi 29% dari populasi studi karyawan di Amerika Serikat (Shaib dan El-Serag, 2004). Dalam populasi studi dari Eropa 20,6% dari subyek mengalami epigastrium gejala selama 12 bulan sebelumnya (Piessevaux et al. 2009). Di negara-negara Asia belum banyak data tentang dispepsia tetapi diperkirakan


(17)

dialami oleh sedikitnya 20% dalam populasi umum. Data Depkes tahun 2004 menempatkan dispepsia di urutan ke 15 dari daftar 50 penyakit dengan pasien rawat inap terbanyak di Indonesia dengan proporsi 1,3% (Harahap Y, 2009). Sementara di Indonesia, berdasarkan penelitian pada 120 mahasiswa Institut Pertanian Bogor telah menunjukkan bahwa tingkat stres berhubungan dengan munculnya dispepsia (Susanti, 2010).

Sejak beberapa ratus tahun sebelum masehi, para ahli Socrates dan Hypocrates, yang menyebutkannya melancholi dan mengakui bahwa faktor psikis berperan penting pada kejadian dan perjalanan penyakit seseorang. Walaupun kemudian mengalami perkembangan (sesuai alam fikiran pada zamannya), namun akhirnya para ahli yakin bahwa patologi suatu penyakit tidak hanya terletak pada sel atau jaringan saja, tetapi terletak pada organisme yang hidup dan kehidupan, tidak ditentukan oleh faktor biologis semata, tetapi erat sekali hubungannya dengan faktor-faktor lingkungan yaitu lingkungan bio-sosio-kultural dan agama (Mudjadid, 2001 dikutip dari Tarigan, 2003).

Faktor psikis dan emosi (seperti pada ansietas dan depresi) dapat mempengaruhi fungsi saluran cerna dan mengakibatkan perubahan sekresi asam lambung, mempengaruhi motilitas dan vaskularisasi mukosa lambung serta menurunkan ambang rasa nyeri. Pasien dispepsia umumnya menderita ansietas, depresi dan neurotik lebih jelas dibandingkan orang normal ( Mudjaddid, 2009).

Tuntutan akademis kuliah dimasa sekarang tidak jarang begitu berat. Mahasiswa merasa dituntut untuk meraih pencapaian yang telah ditentukan, baik oleh pihak fakultas atau universitas maupun dari mahasiswa itu sendiri. Tuntutan ini dapat memberi tekanan yang melampaui batas kemampuan mahasiswa itu sendiri dan dapat memicu terjadinya stres pada mahasiswa. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara yang akan menghadapi berbagai kegiatan akademik untuk melihat hubungan tingkat stres dengan kejadian dispepsia. Alasan penentuan lokasi antara lain untuk menjaga homogenitas dari sampel.


(18)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut : “ Apakah ada hubungan tingkat stres dengan kejadian dispepsia fungsional pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara?”.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Yang menjadi tujuan umum dari penelitian ini yaitu mencari hubungan tingkat stres dengan kejadian dispepsia fungsional pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui tingkat stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Mengetahui angka kejadian dispepsia fungsional pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan membawa manfaat-manfaat yaitu : 1. Bagi peneliti

 Penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk melatih berfikir secara logis dan sistematis serta mampu menyelenggarakan suatu penelitian berdasarkan metode yang baik dan benar.

 Hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai dispepsia fungsional.


(19)

2. Bagi mahasiswa

 Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi tentang tingkat stres dan dispepsia fungsional pada mahasiswa 3. Bagi peneliti lain

 Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut tentang hubungan tingkat stress dengan dispepsia fungsional.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dispepsia Fungsional

2.1.1 Defenisi Dispepsia Fungsional

Dalam konsensus Roma III (tahun 2006 dikutip dari Djojoningrat, 2009) yang khusus membicarakan tentang kelainan gastrointestinal fungsional, dispepsia fungsional didefenisikan sebagai:

1. Adanya satu atau lebih keluhan rasa penuh setelah makan, cepat kenyang, nyeri ulu hati/epigastrik, rasa terbakar di epigastrium.

2. Tidak ada bukti kelainan struktural (termasuk didalamnya pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas) yang dapat menerangkan penyebab keluhan tersebut.

3. Keluhan ini terjadi selama 3 bulan dalam waktu 6 bulan terakhir sebelum diagnosis ditegakkan.

2.1.2 Klasifikasi Dispepsia Fungsional

Berdasarkan kriteria Roma III gejala dispepsia fungsional terbagi dua:

a. Rasa penuh setelah makan (postprandial distress syndrome): meliputi rasa kembung, penuh, atau kenyang setelah makan

b. Rasa nyeri epigastrium (epigastric pain syndrome): meliputi rasa nyeri terbakar di epigastrium

Rasa penuh setelah makan dan rasa nyeri epigastrium dapat terjadi bersamaan pada orang yang menderita dispepsia fungsional. (Chan & Burakoff, 2010)

2.1.3 Patogenesis Dispepsia Fungsional

Berbagai hipotesis mekanisme telah diajukan untuk menerangkan patogenesis terjadinya dispepsia fungsional, antara lain: sekresi asam lambung, dismotilitas


(21)

gastrointestinal, hipersensitivitas viseral, disfungsi autonom, diet dan faktor lingkungan, psikologis (Djojoningrat, 2009)

1.Sekresi Asam Lambung

Lambung akan mensekresikan asam klorida (HCl) atau asam lambung dan enzim untuk mencerna makanan. Sel-sel lambung setiap hari mensekresikan sekitar 2500ml cairan lambung yang mengandung zat, diantaranya adalah HCl dan pepsinogen. Asam lambung cukup pekat untuk menyebabkan kerusakan jaringan, tetapi pada orang normal mukosa lambung tidak mengalami iritasi karena cairan lambung karena sebagian cairan lambung mengandung mukus, yang merupakan faktor pelindung lambung (Ganong, 2003). Kasus dengan dispepsia fungsional diduga adanya peningkatan sensitivitas mukosa lambung terhadap asam yang menimbulkan rasa tidak enak di perut (Djojoningrat, 2009).

2.Dismotilitas Gastrointestinal

Berbagai studi melaporkan bahwa pada dispepsia fungsional terjadi perlambatan pengosongan lambung, adanya hipomotilitas antrum (sampai 50% kasus), gangguan akomodasi lambung saat makan, dan hipersensitivitas gaster. Salah satu dari keadaan ini dapat ditemukan pada setengah atau duapertiga kasus dispepsia fungsional. Perlambatan pengosongan lambung terjadi pada 25-80% kasus dispepsia fungsional dengan keluhan seperti mual, muntah, dan rasa penuh di ulu hati (Djojoningrat, 2009).

Gangguan motilitas gastrointestinal dapat dikaitkan dengan gejala dispepsia dan merupakan faktor penyebab yang mendasari dalam dispepsia fungsional. Gangguan pengosongan lambung dan fungsi motorik pencernaan terjadi pada sub kelompok pasien dengan dispepsia fungsional. Sebuah studi meta-analisis menyelidiki dispepsia fungsional dan ganguan pengosongan lambung, ditemukan 40% pasien dengan dispepsia fungsional memiliki pengosongan lebih lambat 1,5 kali dari pasien normal (Chan & Burakoff, 2010).


(22)

3.Hipersensitivitas viseral

Dinding usus mempunyai berbagai reseptor, termasuk reseptor kimiawi, reseptor mekanik, dan nociceptor (Djojoningrat, 2009). Beberapa pasien dengan dispepsia mempunyai ambang nyeri yang lebih rendah. Peningkatan persepsi tersebut tidak terbatas pada distensi mekanis, tetapi juga dapat terjadi pada respon terhadap stres, paparan asam, kimia atau rangsangan nutrisi, atau hormon, seperti kolesitokinin dan

glucagon-like peptide. Penelitian telah menunjukkan hipersensitivitas terhadap distensi lambung sebanyak 50% pasien dengan dispepsia fungsional, jika dibandingkan dengan kontrol, pasien dengan dispepsia fungsional memiliki ambang yang signifikan lebih rendah untuk sensasi distensi lambung dan sensasi nyeri (Chan & Burakoff, 2010).

4.Gangguan akomodasi lambung

Pada keadaan normal, waktu makanan masuk lambung terjadi relaksasi fundus dan korpus gaster tanpa meningkatkan tekanan dalam lambung. Akomodasi lambung ini dimediasi oleh serotonin dan nitric oxide melalui saraf vagus dari sistem saraf enterik. Dilaporkan bahwa pada penderita dispepsia fungsional terjadi penurunan kemampuan relaksasi fundus post prandial pada 40% kasus dengan pemeriksaan gastric scintigraphy dan ultrasound (USG) (Chan & Burakoff, 2010).

5.Helicobacter Pylori

Peran infeksi Helicobacter Pylori pada dispepsia fungsional belum sepenuhnya dimengerti dan diterima. Kekerapan infeksi H.pylori pada dispepsia fungsional sekitar 50% dan tidak berbeda pada kelompok orang sehat. Mulai ada kecenderungan untuk melakukan eradikasi H.pylori pada dispepsia fungsional dengan H.pylori positif yang gagal dengan pengobatan konstervatif baku (Djojoningrat, 2009).


(23)

5.Diet

Faktor makanan dapat menjadi penyebab potensial dari gejala dispepsia fungsional. Pasien dengan dispepsia fungsional cenderung mengubah pola makan karena adanya intoleransi terhadap beberapa makanan. Khususnya makanan berlemak telah dikaitkan dengan dispepsia. Intoleransi lainnya dengan prevalensi yang dilaporkan lebih besar dari 40% termasuk rempah-rempah, alkohol, makanan pedas, coklat, paprika, buah jeruk, dan ikan (Chan & Burakoff, 2010).

6.Faktor psikologis

Berdasarkan studi epidemiologi menduga bahwa ada hubungan antara dispepsia fungsional dengan gangguan psikologis. Adanya stres akut dapat mempengaruhi fungsi gastrointestinal dan mencetusakan keluhan pada orang sehat. Dilaporkan adanya penurunan kontraktilitas lambung yang mendahului mual setelah stimulus stres sentral. Tetapi korelasi antara faktor psikologik stres kehidupan, fungsi otonom dan motilitas masih kontroversial (Djojoningrat, 2009).

2.1.4 Diagnosa Dispepsia Fungsional

Dalam mendiagnosa dispepsia fungsional, terlebih dulu untuk menginterpretasikan kemungkinan etiologi seperti GERD, batu empedu, pankreatitis kronis, obstruksi, efek obat-obatan (NSADs). Beberapa hal yang dapat ditanyakan kepada pasien seperti riwayat operasi, riwayat keluarga dengan keganasan sistem pencernaan, konsumsi alkohol dan rokok, pola makan, stres, dan faktor psikologis (Chan & Burakoff, 2010). Langkah pemeriksaan penunjang diagnostik adalah untuk mengeksklusi gangguan organik atau biokimiawi. Pemeriksaan laboratorium (gula darah, fungsi tiroid, fungsi pankreas, dll), radiologi (barium meal, USG) dan endoskopi merupakan langkah paling penting (Djojoningrat, 2009).

Esofagogastroduoendoskopi dapat dilakukan bila sulit membedakan antara dispepsia fungsional dan organik, terutama bila gejala yang timbul tidak khas, dan menjadi indikasi mutlak bila pasien berusia lebih dari 55 tahun dan didapatkan


(24)

tanda-tanda bahaya (alarm symptoms). Diagnosis dispepsia dapat bertumpang tindih dengan IBS, khususnya dengan predominan konstipasi, mengalami keterlambatan pengosongan lambung sehingga akhirnya disertai pula dengan gejala-gejala saluran pencernaan bagian atas yang menyerupai gejala dispepsia (Abdullah & Gunawan, 2012).

Kriteria diagnostik Roma III untuk dispepsia fungsional Dispepsia fungsional*

Kriteria diagnostik terpenuhi bila poin dibawah ini seluruhnya terpenuhi: Salah satu atau lebih dari gejala-gejala dibawah ini

Rasa penuh setelah makan Perasaan cepat kenyang Nyeri ulu hati

Rasa terbakar di daerah ulu hati

Tidak ditemukan bukti adanya kelainan struktural yang menyebabkan timbulnya gejala (termasuk yang terdeteksi) saat endoskopi saluran cerna bagian atas.

*Kriteria terpenuhi bila gejala-gejala di atas terjadinya sedikitnya dalam 3 bulan terakhir dengan awal mula gejala timbul sedikitnya 6 bulan sebelum diagnosis.

a.Postprandial distress syndrome*

Kriteria diagnostik terpenuhi bila 2 poin dibawah ini seluruhnya terpenuhi:

Rasa penuh setelah makan yang menggangu, terjadi setelah makan dengan porsi biasa, sedikitnya terjadi beberapa kali seminggu

Perasaan cepat kenyang yang membuat tidak mampu menghabiskan porsi makan biasa, sedikitnya terjadi beberapa kali seminggu

*Kriteria terpenuhi bila gejala-gejala di atas terjadinya sedikitnya dalam 3 bulan terakhir dengan awal mula gejala timbul sedikitnya 6 bulan sebelum diagnosis.


(25)

Adanya rasa kembung di daerah perut bagian atas atau mual setelah makan atau bersendawa yang berlebihan

Dapat timbul bersamaan dengan sindrom nyeri epigastrium b.Epigastric pain syndrome*

Kriteria diagnostik terpenuhi bila 5 poin dibawah ini seluruhnya terpenuhi:

Nyeri atau rasa terbakar yang terlokalikasi di daerah epigastrium dengan tingkat keparahan sedang paling sedikit sekali dalam seminggu

Nyeri timbul berulang

Tidak menjalar atau terlokalisasi di daerah perut atau dada selain daerah perut bagian atas/epigastrium

Tidak berkurang dengan BAB atau buang angin

Gejala-gejala yang ada tidak memenuhi kriteria diagnosa kelainan kandung empedu dan sfingter Odd

*Kriteria terpenuhi bila gejala-gejala di atas terjadinya sedikitnya dalam 3 bulan terakhir dengan awal mula gejala timbul sedikitnya 6 bulan sebelum diagnosis.

Kriteria penunjang

Nyeri epigastrium dapat berupa rasa terbakar, namun tanpa menjalar ke daerah retrostrenal

Nyeri umumnya ditimbulkan atau berkurang dengan makan, namun mungkin timbul saat puasa

Dapat timbul bersamaan dengan sindrom distres setelah makan

2.2 Stres

2.2.1 Defenisi stres

Stres adalah respons manusia yang bersifat non spesifik terhadap setiap tuntutan kebutuhan yang ada dalam dirinya (Selye, 1979). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2007 dikutip dari Hidayat, 2009) yang dimaksud dengan stres adalah gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan


(26)

oleh faktor luar atau ketegangan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stres adalah suatu reaksi fisik dan psikis terhadap setiap tuntutan yang menyebabkan ketegangan dan mengganggu stabilitas kehidupan sehari-hari (Hidayat, 2009).

2.2.2 Teori stres

Walter Cannon, (1875-1945), 1920an memperkenalkan studi sistematis hubungan antara stres dengan suatu penyakit. Stres yang menstimulir sistem syaraf otonomik, terutama sistem simpatetik, menimbulkan reaksi “fight or flight” pada binatang. Pada manusia, yang karena peradabannya tidak bisa melakukan keduanya, stres menyebabkan terjadinya suatu penyakit (dikutip dari Noorhana, 2010).

Harold Wolf (1982-1962), menjelaskan hubungan antara kondisi emosi spesifik dengan fisiologi pada saluran gastrointestinal. Sebelumnya, William Beumont (1785-1853), mengenali bahwa aliran darah ke perut dipengaruhi emosi. Hans Selye (1907-1982) mengembangkan model stres yang disebut sebagai General Adaption Syndrome yang terdiri dari 3 fase, yaitu: fase reaksi alarm, fase pertahanan, dimana pada fase ini diharapkan terjadi proses adaptasi, serta fase kelelahan. Stres yang dimaksud bisa berupa kondisi yang menyenangkan ataupun yang tidak menyenangkan. Diperlukan proses adaptasi untuk dapat menerima kedua tipe stres tersebut (dikutip dari Noorhana, 2010).

a.Fase reaksi alarm

Fase saat tubuh menggerakkan sistem saraf simpatetik untuk menghadapi ancaman langsung. Pelepasan hormon adrenal, epineprine, dan norepinephrine terjadi saat munculnya emosi kuat. Hormon-hormon ini menghasilkan lonjakan energi, ketegangan otot, gangguan sistem pencernaan, dan meningkatnya tekanan darah (Wade & Tavris, 2007).

b.Fase pertahanan

Saat tubuh berusaha menolak atau mengatasi stresor yang tidak dapat dihindari. Selama fase ini, respons fisiologis yang terjadi pada fase alarm terus


(27)

berlangsung, namun respons-respons tersebut membuat tubuh menjadi lebih rentan terhadap stresor-stresor lain. Dalam kebanyakan kasus, tubuh pada akhirnya akan beradaptasi terhadap stresor dan kembali ke kondisi normal (Wade & Tavris, 2007). c.Fase kelelahan

Saat stres yang berkelanjutan menguras energi tubuh, meningkatkan kerentanan terhadap masalah fisik dan pada akhirnya akan memunculkan penyakit. Reaksi yang sama, yang memampukan tubuh merespons tantangan secara efektif pada fase alaram akan merugikan bila berlangsung secara terus-menerus (Wade & Tavris, 2007).

2.2.3 Sumber stres

Kondisi stres dapat disebabkan oleh berbagai penyebab atau sumber, dalam istilah yang lebih umum disebut stressor. Stresor adalah keadaan atau situasi, obyek atau individu yang dapat menimbulkan stres.Masalah penyesuaian atau keadaan stres dapat bersumber pada frustasi, konflik, tekanan, atau krisis (Hidayat, 2009).

1.Frustasi

Timbul bila ada aral melintang antara kita dan maksud (tujuan) kita, individu yang sedang berusaha mencapai kebutuhan mendadak timbul halangan yang merupakan frustasi baginya yang dapat menimbulkan stres padanya. Misalnya bila kita mau berpiknik lantas mendadak hujan turun. Ada frustasi yang dari luar, seperti: bencana alam, kecelakaan, kematian, norma-norma, adat istiadat, goncangan ekonomi, diskriminasi, persaingan, perubahan yang terlalu cepat. Frustasi yang datang dari dalam seperti: cacat tubuh, kegagalan dalam usaha dan moral sehingga penilaian diri sendiri menjadi sangat buruk. Kecelakaan dan penyakit juga dapat merupakan frustasi dan dapat pula melemahkan daya tahan psikologik terhadap stres lain (Maramis, 2010).


(28)

2.Konflik

Menurut Marasmis (2010), terjadi bila kita tidak dapat memilih antara dua atau lebih macam kebutuhan atau tujuan sebagai berikut:

Konflik pendekatan-penolakan: individu dihadapkan pada suatu keadaan yang mengharuskan ia mengambil keputusan, tetapi ia tidak dapat, maju terus tidak berani, mundur juga tidak menyenangkan. Bila keadaan ini berlangsung lama atau mempunyai arti penting, maka stres yang timbul akan mengakibatkan dekompensasi mental.

Konflik pendekatan ganda: individu itu berusaha mencapai kedua-duanya, tetapi sukar baginya, ia harus melepaskan salah satu atau harus mengubah sikapnya terhadap salah satu.

Konflik penolakan ganda: individu itu tidak menghendaki kedua-duanya karena tidak menyenangkan baginya, tetapi ia harus memilih salah satu.

3.Tekanan

Tekanan sehari-hari biarpun kecil, tetapi bila tertumpuk-tumpuk, dapat menjadi stres yang hebat. Tekanan yang datang dari dalam seperti cita-cita yang terlalu tinggi sehingga kita terus-menerus berada di bawah tekanan. Contoh tekanan dari luar seperti orang tua menuntut anak mendapatkan nilai yang tinggi (Maramis, 2010).

4.Krisis

Suatu keadaan yang mendadak menimbulkan stres pada seorang individu ataupun suatu kelompok, seperti: kematian, kecelakaan, penyakit yang memerlukan operasi, masuk sekolah untuk pertama kali (Maramis, 2010).

2.2.4 Stres pada mahasiswa

Awal program universitas melibatkan banyak perubahan dalam kehidupan dari seorang siswa SMA yang dapat menyebabkan stres. Hidup jauh dari rumah,


(29)

membuat transisi menjadi lebih independen dari kondisi yang kurang mendukung. Studi yang telah mencoba untuk mengidentifikasi sumber stres di kalangan mahasiswa kedokteran umum terdapat tiga bidang utama: tekanan akademik, isu sosial dan masalah keuangan (Barikani, 2007).

  Proses evaluasi terus menerus, pekerjaan yang melelahkan, berjuang untuk mendapatkan nilai tinggi, tujuan yang ingin dicapai dan lainnya bukan satu-satunya sumber stres bagi mahasiswa kedokteran. Potensi sumber stres bagi siswa dapat

mencakup (Ray & Joseph, 2010): 1. Stres akademik: materi yang akan dibahas dalam jangka waktu yang terbatas,

perubahan dalam cara belajar, kurangnya bimbingan yang tepat, gagal dalam ujian. 2. tekanan sosial: hubungan dengan kelompok sebaya,dosen, senior, perpindahan dari rumah, harapan orang tua, perubahan dalam media pendidikan.

3. Stres fisik: fasilitas asrama yang tidak memadai, makanan dll.

Respons orang bervariasi tergantung dari pengalaman belajar, gender, kondisi medis, dan kecenderungan genetis untuk mengalami tekanan atau masalah-masalah kesehatan (Wade & Tavris, 2007).

2.3 Hubungan stres dengan dispepsia fungsional

Rangsangan psikis/emosi secara fisiologi dapat mempengaruhi lambung dengan beberapa cara yaitu:

1.Sistem Neurotransmiter

Dua daerah otak primer yang terlibat dalam reaktivitas stres adalah hipotalamus dan lokus seruleus. Aktivasi hipotalamus oleh stres kemungkinan dimediasi oleh sistem (khususnya amigdala dan hipokampus) dan lokus seruleus di batang otak. Masukan pada amygdala yang diperkirakan berasal dari hippocampus, korteks cingulate dan bagian lain dari sistem limbik. Lokus ceruleus terletak di bagian pontine batang otak. Lokus ceruleus adalah sumber dari sebagian besar neurotransmiter norepinefrin stimulan pada sistem saraf. Sel ini memproyeksikan ke


(30)

daerah otak lainnya, melepaskan norepinephrine yang akan mengaktifkan sistem lain dan meningkatkan gairah dan kewaspadaan (Mertz, 2003).

Respons neurotransmiter terhadap stres mengaktivasi sistem noradrenergik di otak, tepatnya di locus ceruleus, menyebabkan pelepasan katekolamin dari sistem saraf otonom. Stres juga mengaktivasi sistem serotonergik di otak dan neurotransmisi dopaminergik di jalur mesofrontal. Respon terhadap stres juga terjadi terhadap

corticotropin-releasing factor (CRF), glutamat dan gamma-amino butiric acid

(GABA) (Noorhana, 2010). 2.Jalur neurogen

Rangsangan konflik emosi pada kortek serebri mempengaruhi kerja hipotalamus anterior dan selanjutnya ke nukleus vagus, nervus vagus dan kemudian ke lambung (Mudjaddid, 2009).

3.Jalur neurohormonal

Rangsangan pada kortek serebri diteruskan ke hipotalamus anterior selanjutnya ke hipofisis anterior yang mengeluarkan kortikotropin. Hormon ini merangsang kortek adrenal dan kemudian menghasilkan hormon adrenal yang selanjutnya merangsang sekresi asam lambung (Mudjaddid, 2009).


(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Yang menjadi kerangka konsep dalam penelitian Hubungan stingkat stres dengan kejadian dispepsia fungsional adalah variabel independen yaitu tingkat stres, sedangkan variabel dependen adalah dispepsia fungsional. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Variabel independen Variabel dependen

: variabel yang diteliti

Gambar 3.1 Kerangka konsep

Dispepsia fungsional Tingkat stres

Karakteristik Mahasiswa:

 Usia

 Jenis Kelamin

 Suku

 Sarana Tempat Tinggal

 Pola Makan

 Konsumsi alkohol dan rokok

 Riwayat Penyakit

 Riwayat Penyakit Keluarga

 Riwayat Obat-obatan

 Indeks Prestasi Terakhir


(32)

3.2. Definisi Operasional

Variabel penelitian yang akan diteliti sebagai berikut :

Tingkat stres adalah respon terhadap stres pada diri seseorang. Tingkat stres diukur dengan menjawab kuesioner yang akan divalid dan reliabel. Skor untuk tiap pertanyaan adalah 1 jika jawaban ya, dan 0 jika jawaban tidak.

Dari skor tersebut dibagi dalam tiga kategori: < 4 : Ringan

5-13 : Sedang > 14 : Berat Interpretasi:

Ringan : Kemungkinan paling kecil untuk menderita penyakit yang berhubungan dengan stres.

Sedang : Lebih memungkinkan untuk mengalami suatu penyakit terkait stres baik mental, fisik atau keduanya.

Berat : paling banyak menunjukkan sifat stres atau karakteristik yang besar yang menciptakan perilaku tidak sehat. Ini berarti rentan untuk mengalami stres dan penyakit terkait stres.

Dispepsia fungsional adalah kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang dan sendawa. Pengukuran dilakukan dengan menjawab kuesioner yang sudah valid dan reliabel berdasarkan

Rome Criteria III.

Kriteria diagnosis Dispepsia Fungsional*

Salah satu atau lebih dari gejala-gejala dibawah ini: Rasa penuh setelah makan

Rasa penuh setelah makan dengan porsi makan yang biasa, lebih dari 1 hari/minggu (pertanyaan no.3>4)


(33)

Perasaan cepat kenyang

Rasa cepat kenyang yang membuat tidak mampu menghabiskan porsi makan biasa, lebih dari 1 hari/minggu (pertanyaan no.5 >4)

Terjadi lebih dari 6 bulan yang lalu (pertanyaan no.6= 1) Nyeri ulu hati

Nyeri atau rasa terbakar di daerah epigastrium, setidaknya 1hari/minggu (pertanyaan no.7 >3)

Terjadi lebih dari 6 bulan yang lalu (pertanyaan no.8 =1) Rasa terbakar di daerah ulu hati

(Kriteria ini tergabung dalam pertanyaan yang sama seperti nyeri epigastrium)

*Kriteria terpenuhi bila gejala-gejala di atas terjadinya sedikitnya dalam 3 bulan terakhir dengan awal mula gejala timbul sedikitnya 6 bulan sebelum diagnosis. (pertanyaan 8=1)

A.1 Kriteria diagnosis Postprandial Distress Syndrome* Termasuk semua gejala dibawah ini:

Rasa penuh setelah makan dengan porsi makan yang biasa, lebih dari 1 hari/minggu (pertanyaan no.3>4)

Rasa cepat kenyang yang membuat tidak mampu menghabiskan porsi makan biasa, lebih dari 1 hari/minggu (pertanyaan no.5 >4)

*Kriteria terpenuhi bila gejala-gejala di atas terjadinya sedikitnya dalam 3 bulan terakhir dengan awal mula gejala timbul sedikitnya 6 bulan sebelum diagnosis. (pertanyaan 4=1; 6=1)

A.2 Kriteria diagnosis Epigastric Pain Syndrome Termasuk semua gejala dibawah ini:

Nyeri atau rasa terbakar yang terlokalikasi di daerah epigastrium paling sedikit sekali dalam seminggu (pertanyaan no.7>3)


(34)

Nyeri timbul berulang (pertanyaan no.9>1)

Tidak menjalar atau terlokalisasi di daerah perut atau dada selain daerah perut bagian atas/epigastrium

Nyeri dada terjadi kurang atau sekali dalam sebulan (pertanyaan no.1<3) Rasa terbakar terjadi kurang atau sekali dalam sebulan (pertanyaan no.2<3) Tidak berkurang dengan BAB atau buang angin (pertanyaan no.12=0)

Kriteria terpenuhi bila gejala-gejala di atas terjadinya sedikitnya dalam 3 bulan terakhir dengan awal mula gejala timbul sedikitnya 6 bulan sebelum diagnosis. (pertanyaan no.8=1)

Tabel 3.1 Skor untuk Dispepsia Fungsional Pertanyaan Skor

1 <3 2 <3 3 >4

4 = 1

5 >4 6 =1 7 >3 8 =1 9 >1 10 >2 11 =0

Umur : Frekuensi ulang tahun terakhir responden pada saat penelitian.

Jenis kelamin : Merupakan pengelompokkan manusia berdasarkan perkembangan fisik dan organ seksualnya, yaitu laki-laki dan perempuan.


(35)

Suku Bangsa : Suatu golongan manusia berdasarkan garis keturunan atau tempat asal yang dianggap sama.

Sarana tempat tinggal : Tempat tinggal responden pada saat penelitian.

Pola makan: Hitungan pola konsumsi makanan per hari yang dihitung berdasarkan frekuensi.

Konsumsi alkohol dan rokok: Kebiasaan untuk mengkonsumsi alkohol dan rokok. Riwayat penyakit: Penyakit yang diderita oleh responden saat ini.

Riwayat obat-obatan : Penggunaan obat-obatan saat ini dan selama 6 bulan terakhir. Riwayat penyakit keluarga: Penyakit/keluhan yang sama yang diderita oleh keluarga responden.

Indeks prestasi kumulatif : Indeks prestasi yang didapat pada semester terakhir. Tabel 3.2. Predikat Indeks Prestasi

Predikat IP Kurang Memuaskan <2,50

Memuaskan 2,50-2,99

Sangat Memuaskan 3,00-3,50 Dengan pujian 3,51-4,00

Sumber: Peraturan Akademik Pendidikan Sarjana Kedokteran (S-1) pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

3.3 Hipotesis Penelitian

Ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian dispepsia fungsional pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.


(36)

BAB 4

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan desain cross-sectional.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara bertempat di Jalan Dr.Mansur No.5 Medan. Adapun pertimbangan memilih lokasi tersebut dengan alasan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara rentan mengalami stres akibat berbagai tuntutan akademik yang harus dihadapi oleh mahasiswa. Pengumpulan data akan dilaksanakan pada bulan Oktober dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data.

Populasi dan Sampel Penelitian Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh Mahasiswa Fakultas Universitas Kedokteran Sumatera Utara.

Sampel

Sampel penelitian adalah subyek yang diambil dari populasi memenuhi kriteria penelitian yang diambil dengan metode stratified random sampling yang dilakukan dengan cara membagi mahasiswa fakultas kedokteran berdasarkan stambuk yaitu stambuk 2010, 2011, dan 2012. Dari setiap stambuk, sampel akan dipilih secara acak dan disesuaikan dengan jumlah mahasiswa setiap stambuk. Sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.


(37)

Kriteria inklusi :

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Telah menandatangani surat persetujuan pengisian kuesioner Kriteria eksklusi :

Pernah didiagnosa kelainan gastrointestinal (endoskopi) Kuesioner yang tidak diisi dengan lengkap.

Alarm symptoms (umur>45 tahun, perdarahan dari rektal dan melena, penurunan berat badan>10%, anoreksia, muntah yang persisten, anemia, massa di abdomen atau limfadenopati, disfagia yang progresif atau odinofagia, riwayat keluarga keganasan saluran cerna bagian atas, riwayat keganasan atau operasi saluran cerna sebelumnya, riwayat ulkus peptikum, kuning/jaundice)

Besar sampel ditetapkan berdasarkan: n =

Keterangan:

n = besar sampel minimum N = jumlah di populasi (N=1369)

d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir (d=0,1) p = harga proporsi di populasi (p=0,5 estimasi maksimal)

Z21- α /2 = nilai distribusi normal baku (Tabel Z) pada α tertentu (1,96)

Berdasarkan rumus diatas, maka didapatkan jumlah sampel minimal dalam penelitian ini adalah 89 subjek dan jumlah subjek yang diambil 99 subjek. Sampel tersebut akan didistribusikan secara merata pada mahasiswa sesuai dengan stambuk masing-masing yaitu:

Mahasiswa stambuk 2010: 1/3 x 99 = 33 mahasiswa Z21- α /2 p (1-p) N


(38)

Mahasiswa stambuk 2011: 1/3 x 99 = 33 mahasiswa Mahasiswa stambuk 2012: 1/3 x 99 = 33 mahasiswa

Teknik Pengumpulan Data Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data, yaitu dengan pengisian kuesioner oleh responden yang dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap sampel penelitian.

Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bagian pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, berupa jumlah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.

Uji Validitas dan Reabilitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Sementara itu, reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Kuesioner yang digunakan adalah Stress Questionnaire yang bersumber dari International Stress Management Assosiation (ISMA) untuk tingkat stres dan Konsensus Roma III untuk dispepsia fungsional


(39)

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Variabel Nomor Pertanyaan Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Stres 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 5 0,756 0,522 0,493 0,759 0,564 0,823 0,692 0,540 0,574 0,718 0,718 0,798 0,823 0,785 0,540 0,514 0,759 0,493 0,748 0.798 0,823 0,723 0,540 0,610 0,718 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid 0,950 Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Dispepsia Fungsional 1 2 3 5 7 0,621 0,621 0,587 0,681 0,760 Valid Valid Valid Valid Valid

0,659 Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel 4 6 8 0,705 0,760 0,840 Valid Valid Valid

0,695 Reliabel Reliabel Reliabel 9 10 11 0,782 0,783 0,528 Valid Valid Valid 0,696 Reliabel Reliabel Reliabel


(40)

Pengolahan dan Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan sistem pengolahan data dan kemudian dilakukan analisa chi-square. Hasil disajikan dalam bentuk tabel dan narasi sesuai pustaka yang ada.


(41)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang berlokasi di Jalan Dr.Mansyur No.5 Medan, Indonesia. Fakultas Kedokteran USU dibuka pada tanggal 20 Agustus 1952 oleh Yayasan Universitas Sumatera Utara, yang berlokasi di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru.

Fakultas ini memiliki berbagai fasilitas ruangan yaitu ruang kelas kuliah, ruang tutorial, ruang administrasi, ruang laboratorium (farmakologi, biokimia, patologi klinik, anatomi, fisiologi, patologi anatomi, histologi), ruang skills lab, ruang seminar, perpustakaan, pendopo, mushola, kedai mahasiswa, ruang PEMA, ruang POM, kantin, toilet, tempat fotokopi, dan tempat parkir.

Kegiatan akademik fakultas ini termasuk mempunyai jadwal yang padat yaitu berupa kuliah, turorial, praktikum, pleno pakar, mid-term, ujian tengah semester, final exam, ujian akhir semester, OSCE dan remedial. Fakultas ini menerima kurang lebih 500 mahasiswa per tahunnya yang dapat masuk melalui jalur SNMPTN, SBMPTN, UMB, ACMS dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh pihak universitas.

Deskripsi Karakteristik Responden

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Mean Mod Min Max SD

Usia 19,95 19 17 24 1,239


(42)

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Mahasiswa dengan Dispepsia Fungsional

Dispepsia Non Dispepsia Jumlah p value

n % N % n %

Jenis kelamin

Laki-laki 4 36,4 40 48,2 44 46,8 0,46a Perempuan 7 63,6 43 51,8 50 53,2

Usia

17-18 0 0 9 10,8 9 10,6

19-20 4 36,4 48 57,8 52 55,3 0,393c 21-22 6 54,5 24 30,1 30 33

23-24 1 9,1 2 1,2 3 2,1 Suku

Batak 7 63,6 53 63,9 60 63,8 Aceh 1 9,1 3 3,6 4 4,3 Jawa 2 18,2 15 18,1 17 18,1 Tionghoa-india 0 0 6 7,2 6 6,2 Banjar 1 9,1 0 0 1 1,1 Padang 0 0 3 3,6 3 3,2 Melayu 0 0 3 3,6 3 3,2 Tempat tinggal

Bersama Orgtua 5 45,5 49 59 54 57,4 0,295b Kost 6 54,5 34 41 40 42,6

Total 94 100

a

chi-square; bFisher’s extract; cMan-whitney

Tabel diatas menjelaskan bahwa mahasiswa yang mengalami dispepsia berjenis kelamin perempuan sebanyak 7 orang (63,6%) dan laki-laki 4 orang (36,4%0, usia


(43)

terbanyak 21-22 tahun sebanyak 6 orang ( 54,5%), suku batak paling banyak mengalami dispepsia fungsional yaitu sebanyak 7 orang dan mahasiswa yang bertempat tinggal di kost sebanyak 6 orang (54,4%), bersama orangtua 5 orang (45,5%).

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Mahasiswa dengan Dispepsia Fungsional

Dispepsia Non Dispepsia Jumlah p value

n % N % n %

Pola makan

Teratur 3 27,3 53 63,9 56 59,6 0,02a Tidak teratur 8 72,7 30 36,1 38 40,4

Rokok

Merokok 3 27,3 13 15,7 16 17 0,279b Tidak merokok 8 72,7 70 84,3 78 83

Alkohol

Ya 0 0 4 4,8 4 4,3 0,603b Tidak 11 100 79 95,2 90 95,7

Total 94 100

a

chi-square; bFisher’s extract

Tabel diatas menjelaskan bahwa mahasiswa yang mengalami dispepsia mempunyai kebiasaan makan teratur 2 orang (18,2%) dan tidak teratur 9 orang (81,8%), merokok 3 orang (27,3%) dan tidak merokok 8 orang (72,7%), tidak mengkonsumsi alkohol 11 orang (100%).


(44)

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Mahasiswa dengan Dispepsia Fungsional

Dispepsia Non Dispepsia Jumlah p value

n % N % n %

Riwayat penyakit

Ya 5 45,5 17 20,5 22 23,4 0,078 Tidak 6 54,5 66 79,5 72 76,6

Riwayat obat-obatan

Ya 2 18,2 13 15,7 15 16 0,556 Tidak 9 81,8 70 84,3 79 84

Riwayat keluarga

Ya 5 45,5 6 27,7 28 29,8 0,193 Tidak 6 54,5 60 72,3 66 70,2

Total 94 100

Fisher’s extract

Tabel diatas menjelaskan bahwa mahasiswa yang mengalami dispepsia memiliki riwayat penyakit 5 orang (45,5%) dan yang tidak 6 orang (54,5%), riwayat obat-obatan 2 orang (18,2%) dan yang tidak 9 orang (81,8%), riwayat keluarga 5 orang (45,5%) dan yang tidak 6 orang (54,5%).


(45)

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Pretasi dengan Dispepsia Fungsional

Indeks Prestasi Dispepsia Non Dispepsia Jumlah p value n % N % n % Tidak mencantum 6 54,5 28 33,7 34 36,2 Kurang memuaskan 0 0 9 9 9 9,6

Memuaskan 1 9,1 31 37,3 32 34 0,596

Sangat memuaskan 3 27,3 13 15,7 16 17 Dengan pujian 1 9,1 2 2,4 3 3,2

Total 94 100

Man-whitney

Tabel diatas menjelaskan bahwa mahasiswa yang mengalami dispepsia memiliki indeks prestasi yang memuaskan 1 orang (9,1%), sangat memuaskan 3 orang (27,3%), dengan pujian 1 orang (9,1%) dan yang tidak mencantumkan sebanyak 6 orang (54,5%).

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Stres dengan Dispepsia Fungsional

Tingkat Stres Dispepsia Non Dispepsia Jumlah

n % N % n %

Ringan 0 0 3 3,6 3 3,2

Sedang 4 36,4 63 75,9 67 71,3

Berat 7 63,6 17 20,5 24 25,5


(46)

Pada tabel diatas ditunjukkan bahwa tidak ada mahasiswa yang mengalami dispepsia fungsional pada tingkat stres ringan, sedangkan pada stres sedang terdapat 4 orang (36,4%) dan stres berat 7 orang (63,6%) yang mengalami dispepsia fungsional.

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Dispepsia

Keluhan dispepsia Jumlah (n) %

Post Prandial Syndrome 11 100

Epigastric Pain Syndrome 0 0

Total 11 100

Pada tabel 5.6 ditunjukkan bahwa semua responden mengalami post prandial syndrome yaitu sebanyak 11 orang.

Hasil Analisis Data

Berikut adalah hubungan tingkat stres dengan kejadian dispepsia fungsional pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara .

5.1.3.1 Hasil analisa bivariat

Tabel 5.8 Tabulasi Silang Responden Berdasarkan Tingkat Stres dengan Kejadian Dispepsia Fungsional

Fisher’s extract

Dispepsia Non Dispepsia p OR

n % n %

Tingkat Stres Ringan-sedang 4 36,4 66 79,5 0,005 6,48

Berat 7 63,6 17 20,5


(47)

Tabel diatas menunjukkan mahasiswa yang mengalami dispepsia fungsional dengan tingkat stres ringan-sedang sebanyak 4 orang (36,4%) dan tingkat stres berat sebanyak 7 orang (63,6%). Untuk menggunakan uji chi-square frekuensi harapan masing-masing sel tidak boleh terlalu kecil yaitu lebih kecil dari 5. Pada data tabel 5.5 didapati ada nilai frekuensi harapan dibawah 5 maka dilakukan penggabungan kategori dalam rangka memperbesar frekuensi harapan seperti pada tabel 5.7

Pada tabel 5.7 dengan adanya nilai harapan yang lebih kecil dari 5, maka yang digunakan adalah nilai Fisher’s Extract Test. Confidence interval yang digunakan adalah 95%. Pada analisa ini, p value yang didapat adalah 0,005 (0,004 < 0,05) maka hasil tersebut bermakna. Dari hasil analisa diatas maka didapat kesimpulan yaitu, Ho ditolak atau ada hubungan antara tingkat stress dengan kejadian dispepsia fungsional pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Selain itu, didapatkan hasil odds ratio antara stres berat dengan stres ringan-sedang sebesar 6.48, hal itu menunjukkan stres berat 6.48 kali beresiko menyebabkan dispepsia fungsional. Hasil analisa multivariat

Tabel 5.9 Tabel analisa multivariat

p value Exp (B) Cl 95%

Lower Upper Tingkat stres 0,016 5,452 1,376 21,608 Pola makan 0,088 3,559 0,828 15,300 regresi logistik

Tabel diatas menunjukkan pengaruh yang paling besar terhadap dispepsia fungsional adalah tingkat stres berat 5,4 kali lebih beresiko dibandingkan stres sedang sedangkan pola makan tidak teratur memiliki resiko 3,5 kali lebih besar dibandingkan dengan pola makan teratur.


(48)

Pembahasan

5.2.1. Tingkat stress

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Univeritas Sumatera Utara, ternyata diperoleh bahwa sebagian besar mahasiswa mengalami tingkat stress ringan 3 orang (3,2%), stres sedang 63 orang (71,3%) dan stress berat sebanyak 24 orang (25,5%) (tabel 5.5).

Beberapa sumber yang berpotensi menyebabkan stres pada mahasiswa seperti kegiatan akademik yaitu materi kuliah, perubahan dalam cara belajar, gagal dalam ujian. Hubungan sosial dan fisik seperti perpindahan dari rumah pada mahasiswa yang bertempat tinggal di kost dan adanya fasilitas yang kurang memadai juga menjadi faktor yang mempengaruhi stres seseorang. Respons orang bervariasi tergantung dari pengalaman belajar, gender, kondisi medis, dan kecenderungan genetis untuk mengalami tekanan atau masalah-masalah kesehatan (Wade & Tavris, 2007).

5.2.2 Dispepsia Fungsional

Dispepsia fungsional merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu hati, rasa terbakar di dada, kembung, cepat kenyang, rasa penuh setelah makan. Pada penelitian ini gejala yang ditemukan adalah cepat kenyang atau tidak sanggup menghabiskan makanan dengan porsi normal/biasa yang sudah dialami selama 6 bulan atau lebih. Dari hasil penelitian, didapatkan angka kejadian dispepsia

fungsional sebanyak 11 orang di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya dispepsia fungsional. Pada tabel 5.1 menunjukkan jenis kelamin yang mengalami dispepsia fungsional terdiri dari 4 orang laki-laki dan 7 orang perempuan. Penelitan ini menunjukkan jenis kelamin tidak memiliki hubungan yang bermakna karena p>0,05, berbeda dengan penelitian Setyono (2006) yang menunjukkan persentase penderita yang mengalami


(49)

dispepsia lebih banyak perempuan, Begitu juga dengan usia dan suku memiliki p>0,05.

Selain itu kebiasaan mahasiswa juga dapat dinilai sebagai faktor resiko

terjadinya dispepsia fungsional (tabel 5.2) seperti pola makan, merokok dan konsumsi alkohol. Pada data yang didapat terdapat hubungan antara pola makan dengan

terjadinya dispepsia fungsional (p<0,05) yaitu pola makan yang tidak teratur lebih banyak mengalami dispepsia fungsional. Seperti pada penelitian Susanti (2011) menyatakan bahwa keteraturan dan frekuensi makan berhubungan dengan frekuensi dispepsia dan makan teratur dapat mengurangi frekuensi dispepsia. Sedangkan untuk merokok dan alkohol tidak memiliki hasil yang bermakna dalam terjadinya dispepsia fungsional karena didapatkan p>0,05 sesuai dengan penelitian Susanti (2011)

kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol tidak berhubungan dengan dispepsia. Pada data yang didapat riwayat mahasiswa seperti riwayat penyakit, obat-obatan dan keluarga. Pada riwayat keluarga nilai p value >0,05 maka tidak ada hubungan antara riwayat penyakit dengan munculnya dispepsia hal ini didukung dengan penelitian Susanti (2011) riwayat penyakit keluarga tidak berhubungan dengan munculnya gejala dispepsia.

5.2.3 Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Dispepsia Fungsional Dari hasil analisis data penelitian, didapatkan adanya hubungan tingkat stres dengan kejadian dispepsia fungsional pada mahasiswa Fakultas Kedokeran Universitas Sumatera Utara (p<0,05). Stres yang dialami seseorang dapat menimbulkan kecemasan yang erat kaitannya dengan pola hidup, gangguan kecemasan dapat mengakibatkan berbagai respon fisiologis, diantaranya gangguan pencernaan (Ika, 2010). Menurut Susanti (2011), tingkat stres berhubungan nyata dengan timbulnya gejala dispepsia, semakin tinggi tingkat stres cenderung meyebabkan gejala dispepsia. Penelitian Tarigan (2003) menunjukkan bahwa pasien yang mengalami dispepsia berhubungan dengan stres yang dialaminya.


(50)

Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya dispepsia fungsional, salah satunya adalah psikologis, seperti yang dibahas pada penelitian ini yaitu tingkat stres. Tingkat stres dapat di

|bagi menjadi 3 yaitu stres ringan, stres sedang, dan stres berat. Berdasarkan dengan teori Hans Selye yang disebut dengan General Adaption Syndrome yang terdiri dari 3 fase, yaitu fase reaksi alarm, fase pertahanan dimana saat tubuh berusaha menolak atau mengatasi stressor yang tidak dapat dihindari, fase kelelahan dimana tubuh mengalami stres yang berkelanjutan atau tubuh tidak mampu lagi beradaptasi pada stresor dan menjadi rentan terhadap masalah fisik dan pada akhirnya memunculkan penyakit. (dikutip dari Noorhana, 2010).

Berdasarkan data penelitian (tabel 5.7), didapatkan kejadian dispepsia fungsional lebih banyak terjadi pada mahasiswa yang mengalami stres berat 7 orang (63,6%) dibandingkan stres ringan-sedang 4 orang (36,4%). Hal ini sesuai dengan teori General Adaption Syndrome pada fase kelelahan yang rentan terhadap munculnya penyakit.

Sistem pencernaan dapat dipengaruhi oleh stres. Meningkatnya beban mental dan fisik pada manusia dapat meningkatkan adrenalin dan kortisol secara berlebih-lebihan. Kortisol merupakan hormon yang utama terhadap respon stres. CRF yang terdapat pada hipotalamus merangsang hipofisis untuk mengeluarkan

adeno-corticotropic hormone (ACTH), kemudian ACTH merangsang pengeluaran hormone kortisol dari kelenjar adrenal. CRF juga merangsang sistem pencernaan melalui CRF-1 dan CRF-2 receptors, dimana CRF-1 merangsang kontraksi kolon dan CRF-2 mengurangi aktivitas pencernaan bagian atas (Mertz, 2003).

Penelitian ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan yaitu berupa homogenitas responden penelitian seperti memiliki kegiatan akademik yang sama dalam program pendidikan sehingga tingkat stres diperkirakan cukup seimbang antar responden. Responden yang diambil juga memiliki tingkat pendidikan yang cukup untuk dapat memahami pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner penelitian,


(51)

hal ini dapat mengurangi terjadinya bias dalam menjawab pertanyaan untuk keluhan dispepsia.

Penyebab dispepsia fungsional yang multifaktorial menjadi kekurangan karena pada penelitian ini hanya menilai pengaruh psikologis yaitu tingkat stres dengan terjadinya dispepsia fungsional, seperti pada data yang telah didapat pada beberapa responden yang mengalami dispepsia selain dari tingkat stres memiliki faktor lain yang memungkinkan menyebabkan terjadinya dispepsia.


(52)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara lebih banyak mengalami stres sedang dibandingkan stress ringan dan stress berat.

Persentase kejadian dispepsia fungsional pada mahasiswa Fakultas Kedokteram Universitas Sumatera Utara tidak terlalu tinggi, dan gejala yang dialami adalah post prandial syndrome.

Pada penelitian ini terdapat hubungan antara tingkat stres dengan kejadian dispepsia fungsional dan terdapat perbedaan tingkat stres dengan terjadinya dispepsia fungsional pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

6.2 Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai tingkat stres dengan dispepsia fungsional dengan jumlah sampel yang lebih banyak untuk mendapatkan analisis yang lebih detail mengenai faktor-faktor pencetus stres pada mahasiswa.

Terhadap mahasiswa untuk meluangkan waktu melakukan kegiatan yang dapat mengurangi dampak negatif dari stres seperti liburan, mendengarkan music, rekreasi, dll.

Terhadap mahasiswa disarankan untuk lebih memperhatikan keluhan pada dirinya karena sering diabaikan dan dianggap sebagai keluhan biasa.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M., Gunawan, J., 2012. Dispepsia. Continuing Medical Education, 647-651.

Appendix A: Rome III Diagnostic criteria for functional gastrointestinal disorders. http://www.romecriteria.org/criteria/ 

Almatsier, S., 2004. Penuntun Diet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Barikani, A., 2007. Stress in Medical Students. Journal of Medical Education, 41-44. Baron, J.H., Watson, F., Sonnenberg, A,. 2006. Three centuries of stomach symptoms in Scotland. Aliment Pharmacol Ther 24: 821–829.

Brun, R., Kuo, B,. 2010. Functional Dyspepsia. Therapeutic Advances in Gastroenterology, 145-164.

Chan, W. W., Burakoff, R., 2012. Functional (Nonulcer) Dyspepsia. In: Greenberger, Norton J., ed. Current Diagnosis & Treatment Gastroenterology, Hepatology, & Endoscopy. Mc Graw Hill. 203-206.

Djojoningrat, D,. 2009. Dispepsia Fungsional. In : Sudoyo, AW., Setiyohadi, B,. Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 529-531.

Ganong, WF., 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Harahap, Y., 2009. Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap di RS Martha Friska Medan Tahun 2007. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.

Hidayat, M.D., 2009. Pengantar Psikologi Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Keperawatan dan Kebidanan.

Ika. 2010. Hubungan kecemasan dan tipe kepribadian introvert dengan dyspepsia fungsional.


(54)

Kalantar, J. S., Talley, N. J. 2007. Towards a diagnosis of functional dyspepsia.

MedicineToday.

Loyd, R. A., McClellan, D. A., 2011. Update on the Evaluation and Management of Functional Dyspepsia. American Family Physician, 548-552.

Maramis, W.F ., 2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.

Mertz, H., 2003. Stress and the Gut. UNC Center for Functional GI & Motility. Mudjaddid, E., 2009. Dispepsia Fungsional. In : Sudoyo, AW., Setiyohadi, B,. Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2109- 2110.

Noorhana. 2010., Faktor Psikologik yang Mempengaruhi Kondisi Medis (d/h Gangguan (Psikosomatik). In: Elvira, Sylvia D., Hadisukanto, Gitakanto., ed. Buku Ajar Psikiatri.Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 287-289

Piessevaux, H., De Winter ,B., Louis E., Muls, V., De Looze, D., Pelckmans P., et al. 2009. Dyspeptic symptoms in the general population: a factor and cluster analysis of symptom groupings. Neurogastroenterol Motility 21: 378–388.

Ray, L., Joseph, D., 2010. Stress in Medical Students. JK Science 163-164.

Sadock, B. J., & Sadock, V.A. 2012. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Selye, H., 1979. A Personal Massage from Hans Selye.

Setyono, J., Prastowo, A. 2006. Karakterik Penderita Dispepsia di RSUD Prof.Dr Margono Soekarto Purwokerto. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing). Volume 1.

Shaib, Y., El-Serag H.B. 2004. The prevalence and risk factors of functional dyspepsia in a multiethnic population in the United States. Am J Gastroenterol 99, 2210–2216.

Stress Questionnaire. 2010. The International Stress Management Association (ISMA). Diunduh dari:


(55)

http://www.isma.org.uk/wp-content/uploads/Stress-questionnaire.pdf

Susanti, A., 2011. Faktor risiko dispepsia pada mahasiswa Institut pertanian Bogor . Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Tarigan. C., 2003. Perbedaan Depresi Pada Pasien Dispepsia fungsional dan Dispepsia Organik. Tesis Universitas Sumatera Utara .


(56)

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Semua data yang terdapat pada kuesioner ini akan dirahasiakan dan hanya peneliti yang mengetahuinya.Mohon untuk mengisi semua bagian kuesioner ini dengan baik dan jujur. Apabila tedapat bagian yang kurang jelas, silakan menanyakan kepada peneliti.

A. Identitas Responden 1. Nama :

2. Jenis Kelamin : laki-laki/perempuan* 3. Umur : tahun

4. Suku Bangsa : 5.Bertempat tinggal :

a. Bersama orangtua b. Kost c. Asrama

d. Lain-lain, sebutkan : 6. Pola makan

6. 1. Bagaimana kebiasaan makan sehari-hari? a. Teratur

b. Tidak teratur

6. 2. Dalam sehari biasanya berapa kali Anda makan? a. 3 kali

b. 2 kali c. 1 kali


(57)

d. Kalau lapar

7. Apakah Anda mengkonsumsi rokok?

a. Ya

b.Tidak

8.Apakah Anda mengkonsumsi alkohol? a.Ya

b.Tidak 9. Penyakit yang diderita :

a. Ulkus Peptikum

b. Asma

c. Hipertensi d. Lain-lain, sebutkan : 10. Riwayat penyakit keluarga: a.Tidak

b.Ada, sebutkan:

10. Riwayat penggunaan obat-obatan saat ini selama 6 bulan terakhir : a. Tidak ada

b.Ada, sebutkan : 11. Indeks Prestasi terakhir :

B. Tingkat Stres

No Pernyataan Ya Tidak

1 Saya sering mengerjakan tugas kuliah di rumah pada malam hari 2 Rasanya 24 jam dalam sehari tidak cukup untuk mengerjakan segala hal


(58)

yang seharusnya saya kerjakan

3 Saya mengingkari atau mengabaikan masalah yang dapat dilalui 4 Saya mengerjakan pekerjaan sendiri untuk memastikan tugas terselesaikan

dengan baik

5 Saya meremehkan seberapa lama waktu yang dibutuhkan dalam melakukan segala hal

6 Saya merasa bahwa ada terlalu banyak deadline dalam tugas dan kehidupan yang sulit untuk diselesaikan

7 Rasa percaya diri atau penghargaan diri saya lebih rendah dari yang saya inginkan

8 Saya sering memiliki rasa bersalah jika saya bersantai dan tidak melakukan apapun

9 Saya menemukan diri saya berpikir tentang suatu masalah, bahkan ketika saya berharap untuk bersantai

10 Saya merasa letih dan lelah ketika saya bangun dari tidur yang adekuat 11 Saya sering menyetujui atau menyelesaikan kalimat orang lain ketika

orang tersebut berbicara dengan pelan

12 Saya memiliki kecenderungan untuk makan, berbicara, berjalan, dan menyetir dengan cepat

13 Nafsu makan saya berubah, hilang, atau saya memilih tidak makan 14 Saya merasa terganggu atau marah jika mobil atau kendaraan di depan

saya terlihat bergerak dengan pelan atau saya menjadi sangat frustasi dalam menunggu antrian

15 Jika sesuatu atau seseorang benar-banar mengganggu saya, saya akan menyimpan perasaan saya

16 Ketika saya memainkan olahraga atau pertandingan, saya sangat berusaha untuk memenangkannya


(59)

17 Saya mengalami mood yang gampang terbuai, sulit membuat keputusan, dan lemah konsentrasi dan memori

18 Saya lebih suka mencari kesalahan dan mengkritik daripada memuji orang lain

19 Saya suka mendengarkan meskipun saya sedang asyik dengan pikiran saya sendiri

20 Saya merasa kurang bergairah

21 Saya suka menggilas-gilaskan gigi saya 22 Saya menderita sakit otot dan nyeri, terutama di leher, kepala, punggung

bawah, dan bahu

23 Saya tidak dapat menunjukkan tugas sebaik saya dulu, keputusan saya buruk dan suram

24 Saya memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap alkohol, kafein, nikotin, atau obat-obatan

25 Saya tidak memiliki waktu untuk mengembangkan minat atau hobi diluar kegiatan kuliah

B. Dispepsia Fungsional

NO. Pertanyaan Jawaban

Dalam 3 bulan terakhir, seberapa sering Anda merasa nyeri atau rasa tidak enak di bagian tengah dada? (tidak ada hubungan dengan gangguan jantung)

Tidak pernah

<1 kali dalam sebulan 1 kali dalam sebulan 2-3 kali dalam sebulan 1 kali dalam seminggu >1 kali dalam seminggu Setiap hari


(60)

Dalam 3 bulan terakhir, seberapa sering Anda merasa panas terbakar yang tidak

nyaman/nyeri terbakar di dada?

Tidak pernah

<1 kali dalam sebulan 1 kali dalam sebulan 2-3 kali dalam sebulan 1 kali dalam seminggu >1 kali dalam seminggu Setiap hari

Dalam 3 bulan terakhir, seberapa sering Anda merasa kembung setelah makan makanan dengan porsi normal/biasa?

Tidak pernah

<1 kali dalam sebulan 1 kali dalam sebulan 2-3 kali dalam sebulan 1 kali dalam seminggu >1 kali dalam seminggu Setiap hari

Apakah Anda mengalaminya selama 6 bulan atau lebih?

Tidak Ya Dalam 3 bulan terakhir, seberapa sering Anda merasa cepat kenyang atau tidak sanggup menghabiskan makanan dengan porsi normal/biasa?

Tidak pernah

<1 kali dalam sebulan 1 kali dalam sebulan 2-3 kali dalam sebulan 1 kali dalam seminggu >1 kali dalam seminggu Setiap hari

6. Apakah Anda mengalaminya selama 6 bulan atau lebih?

Tidak Ya 7. Dalam 3 bulan terakhir, adakah Anda merasa

adanya nyeri atau panas terbakar di ulu

Tidak pernah


(61)

hati/bagian perut sebanyak satu kali atau lebih dalam seminggu?

1 kali dalam sebulan 2-3 kali dalam sebulan 1 kali dalam seminggu >1 kali dalam seminggu Setiap hari

8. Apakah Anda mengalaminya selama 6 bulan atau lebih?

Tidak Ya 9. Apakah rasa nyeri atau panas terbakar terjadi

dan kemudian menghilang pada hari yang sama?

Tidak pernah Kadang-kadang Sering

Hampir selalu Selalu

10. Biasanya seberapa parah rasa nyeri atau panas terbakar di ulu hati/bagian perut?

Sangat ringan Ringan Sedang Parah

Sangat parah 11. Apakah rasa nyeri atau panas terbakar

berkurang setelah BAB atau buang gas?

Tidak pernah Kadang-kadang Sering

Hampir selalu Selalu


(62)

(63)

LEMBAR PENJELASAN

Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Dispepsia Fungsional pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Saya adalah mahasiswa program S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian “Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Dispepsia Fungsional pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat stress dengan kejadian dispepsia pada mahasiswa.

Saya sangat mengharapkan kesediaan Saudara/Saudari untuk berpartisipasi dalam menjawab kuesioner dalam penelitian ini. Data-data tersebut hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan segala kerahasiaan menjadi tanggungjawab peneliti dan tidak akan disebarluaskan. Sehingga saya mengharapkan jawaban yang saudara berikan sesuai dengan pendapat saudara dan jujur tanpa dipengaruhi oleh orang lain.

Medan, Oktober 2013 Peneliti

(Monica Natalia Hutapea)


(64)

Saya yang bertandatangan dibawah ini: Nama :

Umur ; Alamat :

Setelah membaca dan mendapat penjelasan serta mamahami sepenuhnya tentang penelitian,

Judul penelitian : Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Dispepsia Fungsional pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Nama peneliti : Monica Natalia Hutapea

Dengan ini menyatakan SETUJU untuk menjawab pertanyaan yang tertera pada kuesioner untuk disertakan ke dalam data peneltian.

     

Medan, 2013 Yang menyatakan


(65)

Data induk kuesioner tingkat stres R s p 1 p 2 p 3 p 4 p 5 p 6 p 7 p 8 p 9 p 1 0 p 1 1 p 1 2 p 1 3 p 1 4 p 1 5 p 1 6 p 1 7 p 1 8 p 1 9 p 2 0 p 2 1 p 2 2 p 2 3 p 2 4 p 2 5 p t o t k e t 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 9 S 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1

9 B 3 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 8 S 4 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1

5 B 5 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1

3 S 6 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1

5 B 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 2

0 B 8 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1

6 B 9 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 6 S 1

0

1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1

S 1

1

1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 3

S 1

2

1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 5

B 1

3

1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 4

S 1

4

1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0

S 1

5

1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 8

B 1

6

1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1

S 1

7

1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 5

B 1

8

0 1 0 1 0 1 1 1 1

1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 2 4

B 1

9

0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 9 S 2

0

1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 2 1

B 2

1

0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 S 2 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 S


(66)

2 2 2

3

1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 5

B 2

4

0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 9 S 2

5

1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0

S 2

6

1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0

S 2

7

0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 8 S 2

8

1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 2

S 2

9

0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 5

B 3

0

1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0

S 3

1

1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0

S 3

2

1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1

S 3

3

0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 6 S 3

4

1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 9 S 3

5

1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 S 3

6

1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 2

S 3

7

1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 6 S 3

8

1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 3

S 3

9

1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0

S 4

0

0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1

S 4

1

1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 7 S 4

2

1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 5

B 4

4

1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 9 S 4

5

1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0

S 4 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 S


(67)

6 4 7

1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1

S 4

8

1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0

S 4

9

1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1

S 5

0

1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 4

S 5

1

1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 4

S 5

2

1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 9 S 5

3

1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 8 S 5

4

0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1

S 5

6

1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 8

B 5

7

0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 8 S 5

8

1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 7 S 5

9

1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 6

B 6

0

0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 5

B 6

1

1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 6

B 6

2

1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 2 0

B 6

3

1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0

S 6

4

1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 4

S 6

5

1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1

S 6

6

0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 S 6

7

1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 8

B 6

8

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 4

S 6

9

1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 8 S 7 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 S


(1)

riwayat penyakit * dispepsia Crosstabulation

dispepsia

Total

ya tidak

riwayat penyakit ya Count 5 17 22

% within dispepsia 45.5% 20.5% 23.4%

tidak Count 6 66 72

% within dispepsia 54.5% 79.5% 76.6%

Total Count 11 83 94

% within dispepsia 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 3.379a 1 .066

Continuity Correctionb 2.129 1 .144

Likelihood Ratio 2.972 1 .085

Fisher's Exact Test .121 .078

Linear-by-Linear Association 3.343 1 .067

N of Valid Cases 94

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,57. b. Computed only for a 2x2 table


(2)

riwayat penyakit keluarga * dispepsia Crosstabulation

dispepsia

Total

ya tidak

riwayat penyakit keluarga ya Count 5 23 28

% within dispepsia 45.5% 27.7% 29.8%

tidak Count 6 60 66

% within dispepsia 54.5% 72.3% 70.2%

Total Count 11 83 94

% within dispepsia 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1.462a 1 .227

Continuity Correctionb .737 1 .391

Likelihood Ratio 1.370 1 .242

Fisher's Exact Test .294 .193

Linear-by-Linear Association 1.447 1 .229

N of Valid Cases 94


(3)

Umur Test Statisticsa

dispepsia

Mann-Whitney U 216.000

Wilcoxon W 1594.000

Z -.854

Asymp. Sig. (2-tailed) .393

a. Grouping Variable: umur

Indeks prestasi Test Statisticsb

dispepsia

Mann-Whitney U 139.500

Wilcoxon W 667.500

Z -.530

Asymp. Sig. (2-tailed) .596

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .889a a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: kelompokipbaru

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for tingkat stres (sedang / berat)

.147 .039 .562

For cohort dispepsia = ya .196 .063 .611

For cohort dispepsia = tidak 1.331 1.023 1.732


(4)

 

 

 


(5)

 

 

 


(6)