Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Tingkat Stres Pada Mahasiswa Fakultas kedokteran universitas sumatera utara tahun masuk 2008

(1)

HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA DENGAN

TINGKAT STRES PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TAHUN MASUK 2008

Oleh: TAN LEE PIN

080100280

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA DENGAN

TINGKAT STRES PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TAHUN MASUK 2008

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh: TAN LEE PIN

080100280

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN MASUK 2008

NAMA : TAN LEE PIN NIM : 080100280

Pembimbing Penguji I

________________________ ______________________ (dr. Elmeida Effendy, Sp KJ ) (dr. DonnaPartogi

NIP : 197205011999032004 NIP:197201032005012001

, Sp KK)

Penguji II

____________________ (dr. Dedi Ardinata, MKes)

NIP:196812271998021002

Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

_______________________________ (Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH)


(4)

ABSTRAK

Pada zaman sekarang, tingkat stres masyarakat semakin meningkat karena banyak kesibukan, deadline, permintaan dan frustrasi. Stres merupakan suatu reaksi adaptif, bersifat sangat individual, sehingga suatu stres bagi seseorang belum tentu sama tanggapannya bagi orang lain. Hal ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kematangan berpikir, tingkat pendidikan, dan kemampuan adaptasi seseorang terhadap lingkungannya. Berolahraga secara teratur dapat meningkatkan kemampuan adaptasi seseorang terhadap stres. Olahraga yang teratur adalah salah satu cara yang efektif untuk mengurangi stres dan efeknya terhadap tubuh. Olahraga dapat menyebabkan tubuh kita merasakan bugar dan tentunya ini akan membuat rasa senang, hal ini dikarenakan pada saat olahraga di dalam otak kita dikeluarkan sejumlah substansi kimia yang dikenal juga sebagai endorfin yang dapat mengurangi stres.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan berolahraga dengan tingkat stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) Tahun Masuk 2008. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan

cross sectional study. Jumlah sampel penelitian sebanyak 80 orang diambil

secara acak dengan menggunakan simple random sampling dari semua mahasiswa FK USU Tahun masuk 2008. Responden diberi kuesioner yang menanyakan tentang kebiasaan olahraga dan tingkat stres.

Dari hasil analisa data dengan menggunakan metode uji Fisher’s Exact, didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan berolahraga dengan tingkat stres pada mahasiswa FK USU Tahun Masuk 2008. Dengan hasil p

value lebih besar dari tingkat kepercayaan (p value = 0,500, tingkat

kepercayaan = 0,100). Penelitian yang berikutnya disarankan supaya melakukan studi prospektif.


(5)

ABSTRACT

In this era, the stress level is increasing among the community because of the busyness, deadlines, demands and frustrations. Stress is an adaptive reaction which is individually different. Stress is highly influenced by the maturity of thinking, education and the ability of adaptation towards a stress situation. The determination to exercise regularly is one of the ability of adaptation towards stress. Regular exercise is one of the most effective way to cope with the stress. Exercise causes our body fit and giving good feelings via releasing a chemical substance named endorphins. Endorphins play an important role to reduce stress.

This study aims to determine the relationship between exercise habits and the stress levels among the students of the Batch 2008, Faculty of Medicine, University of North Sumatra. The research was conducted by using a descriptive-analytic method with cross-sectional study approach. A total of 80 samples was taken randomly by using simple random sampling from the student of the Batch 2008, Faculty of Medicine, University of North Sumatra. Respondents were given a questionnaire that asked about exercise habits and stress levels by using the Perceived Stress Scale-10.

From the results of data analysis using Fisher's Exact test method, it was found that there was no association between exercise habits and the stress levels among the student of the Batch 2008, Faculty of Medicine, University of North Sumatra with the p value is greater than the confidence level (p value = 0.500, confidence level = 0.100). Prospective studies would be useful in further research.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan izinNya karya tulis ilmiah yang berjudul Hubungan Kebiasaan Berolahraga dengan Tingkat Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2008 ini dapat diselesaikan. Karya tulis ilmiah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pembelajaran semester VII di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, Peneliti banyak mendapat bimbingan daripada berbagai pihak yang sangat membantu semasa penulisan dilakukan. Untuk itu, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Sireger, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Elmeida Effendy, Sp KJ selaku dosen pembimbing karya tulis ilmiah dan seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang banyak memberi bantuan dan ilmu pengetahuan kepada peneliti.

3. dr. Donna Partogi

4. Orang tua peneliti yang memberi dukungan kepada peneliti, moral dan material sehingga peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian dengan baik.

, Sp KK dan dr. Dedi Ardinata, MKes selaku dosen penguji kepada peneliti yang telah banyak memberi saran dan pengetahuan kepada peneliti.

5. Teman-teman kelompok penulisan karya tulis ilmiah dan juga teman-teman lain yang telah banyak memberikan saran dan bantuan kepada peneliti selama melakukan penelitian.

6. Seluruh teman-teman Fakultas Kedokteran terutamanya setambuk 2008, atas dukungan yang telah membantu dalam bentuk doa, motivasi dan kasih sayang dalam penyusunan skripsi ini.


(7)

7. Semua pihak yang telah banyak membantu secara langsung maupun tidak langsung, namun tidak dapat disebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan dan penulisan karya tulis ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman peneliti. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang berguna untuk membaiki kesilapan dan juga buat menambah ilmu pengetahuan agar karya yang dihasilkan berkualitas.

Peneliti mengharapkan agar karya tulis ilmiah ini dapat memberikan sumbangan ilmiah kepada pihak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara serta kepada sesiapa yang ingin memanfaatkannya.

Medan, Desember 2011 Peneliti,

TAN LEE PIN NIM : 080100280


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ··· i

ABSTRAK ··· ii

ABTRACT ··· iii

KATA PENGANTAR ··· iv

DAFTAR ISI ··· vi

DAFTAR TABEL ··· viii

DAFTAR GAMBAR ··· ix

DAFTAR LAMPIRAN ··· x

BAB 1 PENDAHULUAN ··· 1

1.1 Latar Belakang ··· 1

1.2 Rumusan Masalah ··· 3

1.3 Tujuan Penelitian ··· 3

1.4 Manfaat Penelitian ··· 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ··· 4

2.1 Stres ··· 4

2.1.1. Definisi Stres……….. 4

2.1.2. Tahapan Stres menurut Selye’s General Adaptation Syndrome……… 4

2.1.3. Klasifikasi Stres Berdasarkan Etiologinya………. 5

2.1.4. Fisiologi Stres……… 6

2.1.5. Gejala dan Tanda Stres………. 7

2.1.6. Penanggulangan Stres………... 8

2.2 Olahraga……… 9

2.2.1. Jenis Olahraga……… 9

2.2.2. Manfaat Olahraga………... 10

2.3 Hubungan Stres dengan Olahraga………. 11

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 13

3.1 Kerangka Konsep Penelitian………... 13

3.2 Definisi Operasional……… 13

3.2.1. Subjek Penelitian………. 13

3.2.2. Variabel Independen: Kebiasaan Berolahraga……. 13

3.2.3. Variabel Dependen: Tingkat Stres………... 14

3.3 Hipotesis……….. 14

BAB 4 METODE PENELITIAN……….. 15

4.1 Jenis Penelitian……….. 15

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian………. 15

4.2.1. Lokasi Penelitian……….. 15


(9)

4.3 Populasi dan Sampel………. 15

4.3.1. Populasi Penelitian……… 15

4.3.2. Sampel Penelitian……….. 16

4.4 Teknik Pengumpulan Data………. 17

4.4.1. Data Primer……… 17

4.4.2. Data Sekunder……… 17

4.4.3. Instrumen Penelitian……….. 17

4.4.4. Uji Validitas dan Reliabilitas………. 17

4.5 Pengolahan dan Analisa Data……… 18

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………... 20

5.1 Hasil Penelitian 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian……… 20

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden……… 20

5.1.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas………... 21

5.1.4. Hasil Analisa Data………. 22

5.1.5. Hasil Analisa Statistik……… 25

5.2 Pembahasan……….………... 25

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………... 29

6.1 Kesimpulan……….………... 29

6.2 Saran……….………... 29

DAFTAR PUSTAKA ··· 30 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL Nomor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Judul

Tabel 2.1. Metode penanggulangan stres

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia

Tabel 5.2. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner Tabel 5.3 Distribusi frekuensi tingkat stress

Tabel 5.4. Distribusi frekuensi kebiasaan berolahraga Tabel 5.5. Distribusi frekuensi kebiasaan berolahraga berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.6. Distribusi frekuensi tingkat stres berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.7. Distribusi frekuensi tingkat Stres berdasarkan umur

Tabel 5.8. Distribusi frekuensi kebiasaan berolahraga dengan tingkat stres

Halaman 8 21 22 22 23 23 24 25 26


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Gambar 2.1:The Three Phases of Selye’s (1974) 5 General Adaptation Syndrome


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1. Daftar Riwayat Hidup

2. Lembar Penjelasan Untuk Penelitian

3. Surat Pernyataan Persetujuan Mengikuti Penelitian (Informed Consent)

4. Kuesioner Penelitian

5. Hasil Output Validitas dan Reliabilitas 6. Data Induk Subjek Penelitian


(13)

ABSTRAK

Pada zaman sekarang, tingkat stres masyarakat semakin meningkat karena banyak kesibukan, deadline, permintaan dan frustrasi. Stres merupakan suatu reaksi adaptif, bersifat sangat individual, sehingga suatu stres bagi seseorang belum tentu sama tanggapannya bagi orang lain. Hal ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kematangan berpikir, tingkat pendidikan, dan kemampuan adaptasi seseorang terhadap lingkungannya. Berolahraga secara teratur dapat meningkatkan kemampuan adaptasi seseorang terhadap stres. Olahraga yang teratur adalah salah satu cara yang efektif untuk mengurangi stres dan efeknya terhadap tubuh. Olahraga dapat menyebabkan tubuh kita merasakan bugar dan tentunya ini akan membuat rasa senang, hal ini dikarenakan pada saat olahraga di dalam otak kita dikeluarkan sejumlah substansi kimia yang dikenal juga sebagai endorfin yang dapat mengurangi stres.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan berolahraga dengan tingkat stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) Tahun Masuk 2008. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan

cross sectional study. Jumlah sampel penelitian sebanyak 80 orang diambil

secara acak dengan menggunakan simple random sampling dari semua mahasiswa FK USU Tahun masuk 2008. Responden diberi kuesioner yang menanyakan tentang kebiasaan olahraga dan tingkat stres.

Dari hasil analisa data dengan menggunakan metode uji Fisher’s Exact, didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan berolahraga dengan tingkat stres pada mahasiswa FK USU Tahun Masuk 2008. Dengan hasil p

value lebih besar dari tingkat kepercayaan (p value = 0,500, tingkat

kepercayaan = 0,100). Penelitian yang berikutnya disarankan supaya melakukan studi prospektif.


(14)

ABSTRACT

In this era, the stress level is increasing among the community because of the busyness, deadlines, demands and frustrations. Stress is an adaptive reaction which is individually different. Stress is highly influenced by the maturity of thinking, education and the ability of adaptation towards a stress situation. The determination to exercise regularly is one of the ability of adaptation towards stress. Regular exercise is one of the most effective way to cope with the stress. Exercise causes our body fit and giving good feelings via releasing a chemical substance named endorphins. Endorphins play an important role to reduce stress.

This study aims to determine the relationship between exercise habits and the stress levels among the students of the Batch 2008, Faculty of Medicine, University of North Sumatra. The research was conducted by using a descriptive-analytic method with cross-sectional study approach. A total of 80 samples was taken randomly by using simple random sampling from the student of the Batch 2008, Faculty of Medicine, University of North Sumatra. Respondents were given a questionnaire that asked about exercise habits and stress levels by using the Perceived Stress Scale-10.

From the results of data analysis using Fisher's Exact test method, it was found that there was no association between exercise habits and the stress levels among the student of the Batch 2008, Faculty of Medicine, University of North Sumatra with the p value is greater than the confidence level (p value = 0.500, confidence level = 0.100). Prospective studies would be useful in further research.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Stres merupakan suatu fenomena yang dapat mengenai semua organisme. Pada masyarakat sekarang stres merupakan hal yang umum. Dari sudut pandangan fisiologis, stres hanya merupakan suatu reaksi terhadap sebuah "perceived stimulus” yaitu rangsangan yang dirasakan dan reaksi ini berkemampuan untuk mengganggu keadaan homeostasis dari suatu organisme (Tsatsoulis et al. 2006). Stres dapat mengganggu kondisi fisik dan kesehatan mental kita. Stres merupakan suatu ketidakseimbangan yang besar antara permintaan yang berupa fisik ataupun psikologis dengan kemampuan respon di mana terjadinya kegagalan untuk memenuhi permintaan yang memberi konsekuensi yang esensial (Krohne, 2002). Menurut model yang diusulkan oleh McGrath, stres terdiri dari empat tahap yang saling terkait yaitu; permintaan lingkungan, persepsi permintaan, respon stres, dan konsekuensi perilakun (Krohne, 2002).

Permintaan lingkungan adalah tahap pertama dari proses stres. Pada tahap ini, beberapa jenis permintaan yang mungkin fisik ataupun psikologis ditempatkan pada individu. (Weinberg & Gould, 2003). Tahap kedua pada proses stres adalah persepsi individu terhadap permintaan yang ditempatkan pada individu tersebut. Setiap individu mempersepsikan stres dengan cara yang berbeda. (Weinberg & Gould, 2003). Tahap ketiga dari proses stres adalah respon individu fisik dan psikologis terhadap persepsi pada situasi. Jika persepsi seseorang itu dari ketidakseimbangan antara permintaan dan kemampuan respon, ini akan menyebabkan bertambahnya kegelisahan status kognitif, status somatik ataupun keduanya (Weinberg & Gould, 2003). Tahap keempat adalah perilaku aktual individu dalam keadaan stres. Tahap akhir dari proses stres ini akan umpan balik ke tahap yang pertama. Proses stres kemudian menjadi siklus yang berkelanjutan.


(16)

Ketika siklus stres berkelanjutan, ini akan menyebabkan aktivasi sistem stres yang kronis atau tidak sesuai dan dapat dikaitkan dengan banyak disparitas kesehatan termasuk resistensi insulin, obesitas visceral, hipertensi, dislipidemia, dan semua ini merupakan pendahulu untuk menderita penyakit metabolik dan kardiovaskular (Tsatsoulis et al. 2006). Stres kronik juga berkaitan dengan depresi, ansietas, learned helplessness, dan defisit pada memori dan fungsi kognitif (Greenwood, 2008).

Beberapa studi telah menunjukkan aktivitas fisik dapat mengurangi insiden dan tingkat keparahan gangguan mood stres yang terkait, termasuk ansietas dan depresi (Greenwood, 2008). Temuan ini juga menunjukkan bahwa olahraga memberi dampak protektif terhadap stres secara konsisten baik pada olahraga jenis aerobik ataupun anaerobik (Greenwood, 2008). Efek ini dikaitkan dengan meningkatnya neurotransmiter, khususnya serotonin dan dopamin. Selain itu olahraga juga dapat meningkatkan sekresi opioid endogen ataupun endorfin (Greenwood, 2008). Jadi, olahraga dapat menjadi sumber yang berguna untuk memerangi efek kesehatan yang merugikan dari stres (Castro, Wilcox O'Sullivan, Baumann, & King, 2002).

Selain itu menurut Hawley, aktivitas fisik yang teratur dapat memperbaiki toleransi glukosa dan sensitivitas insulin, dislipidemia, hipertensi, dan obesitas sentral (Hawley, 2004). Ini juga telah menunjukkan bahwa individu yang aktif secara fisik memiliki tingkat trigliserida dengan LDL yang lebih rendah dan tingkat HDL yang lebih tinggi (Hawley, 2004).

Maka kebiasaan berolahraga mampu mempengaruhi tingkat stres pada setiap individu dengan mekanisme yang kompleks dan berbeda antara satu sama lain. Oleh karena itu, akan dilakukan penelitian mengenai hubungan antara kebiasaan berolahraga dengan tingkat stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2008.


(17)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: Apakah terdapat hubungan kebiasaan berolahraga dengan tingkat stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2008?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebiasaan berolahraga dengan tingkat stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2008.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2008.

2. Untuk mengetahui kebiasaan berolahraga pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2008.

3. Untuk mengetahui tingkat stres di kalangan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2008 berdasarkan jenis kelamin.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk menyajikan data primer mengenai hubungan kebiasaan berolahraga dengan tingkat stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2008 demi kepentingan pencegahan stres kronis yang dapat menjadi depresi, promosi berolahraga dan juga sebagai rujukan bagi penelitian selanjutnya.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stres

2.1.1. Definisi stres

Stres merupakan suatu pengalaman emosional negatif yang disertai dengan perubahan biokimia, fisiologi, kognitif dan perilaku yang dapat diramalkan di mana diarahkan baik terhadap usaha untuk mengubah kejadian stres ataupun mengakomodasikan efek dari stres tersebut (Taylor, 2009). Stres menyatakan dirinya dalam bentuk penolakan, ketegangan, frustrasi ataupun interupsi pada keseimbangan fisiologis dan psikologis. Stres juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan di mana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang (Robbins, 2001). Sedangkan menurut Hans Selye, stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap apapun permintaan untuk perubahan (Taylor, 2009).

2.1.2. Tahapan Stres menurut Selye’s General Adaptation Syndrome

Hans Selye berpendapat bahawa ketika suatu organisme berhadapan dengan stresor ia akan menggerakkan dirinya untuk bertindak. Respon yang dipamerkan berupa tidak spesifik dan tergantung kepada stresor tersebut. Dari waktu ke waktu, paparan stres yang berkepanjangan dan berulang akan merugikan sistem tubuh.

Selye’s GeneralAadaptation Syndrome terdiri dari 3 tahapan:

1) Alarm response

2) Stage of resistance


(19)

Gambar 2.1.The Three Phases of Selye’s (1974) General Adaptation Syndrome Tahapan pertama adalah alarm response di mana tubuh kita pertama sekali bereaksi dengan stresor. Pada waktu ini, resistensi akan berkurang. Tahapan kedua merupakan stage of resistance akibat paparan stresor yang berterusan dan terjadinya adaptasi. Tahapan ketiga adalah stage of exhaustion. Tahap ini terjadi karena paparan stresor yang sama dalam jangka waktu yang panjang. Pada saat ini, tingkat resistensi mungkin akan balik hingga ke normal (homeostasis).

Secara khusus, Hans Selye yakin bahwa stage of exhaustion yang berkepanjangan dan berulang bertanggung jawab untuk gangguan psikologi yang dapat memicu kepada penyakit (Brannon & Feist, 2007).

2.1.3. Klasifikasi Stres Berdasarkan Etiologinya 1. Stres Kepribadian (Personality Stress).

Stres kepribadian adalah stres yang dipicu oleh masalah dari dalam diri seseorang. Berhubungan dengan cara pandang pada masalah dan kepercayaan atas dirinya. Orang yang selalu bersikap positif akan memiliki risiko yang kecil terkena stres keperibadian.

2. Stres Psikososial (Psychosocial Stress).

Stres psikososial adalah stres yang dipicu oleh hubungan dengan orang lain di sekitarnya ataupun akibat situasi sosialnya. Contohnya stres ketika mengadaptasi lingkungan baru, masalah keluarga, stres macet di jalan raya dan lain-lain.


(20)

3. Stres Bio-ekologi (Bio-Ecological Stress).

Stres bio-ekologi adalah stres yang dipicu oleh dua hal. Hal yang pertama adalah ekologi atau lingkungan seperti polusi serta cuaca. Sedangkan hal yang kedua adalah kondisi biologis seperti menstruasi, demam, asma, jerawatan, dan lain-lain.

4. Stres Pekerjaan (Job Stress).

Stres pekerjaan adalah stres yang dipicu oleh pekerjaan seseorang. Persaingan di kantor, tekanan pekerjaan, terlalu banyak kerjaan, target yang terlalu tinggi, usaha yang diberikan tidak berhasil, persaingan bisnis adalah beberapa hal umum yang dapat memicu munculnya stres akibat karir pekerjaan.

5. Stres mahasiswa (Student stress).

Stres mahasiswa itu dipicu oleh dunia perkuliahan. Sewaktu perkuliahan terdapat tiga kelompok stresor yaitu stresor dari segi personal dan sosial, gaya hidup dan budaya, serta stresor yang dicetuskan oleh faktor akademis kuliah itu sendiri (Rice, 1999).

2.1.4. Fisiologi Stres

Sistem stres manusia terdiri dari hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) axis dan sistem saraf simpatik (Tsatsoulis et al. 2006). Kedua sistem ini bekerja secara koordinasi untuk memberi respon "fight or flight" terhadap anggapan ancaman. Respon tersebut dapat mengajukan peningkatan tekanan arteri, perpindahan darah dari visceral ke otot aktif dan otak, peningkatan kadar metabolisme selular, peningkatan glikolisis, peningkatan kekuatan otot, peningkatan aktivasi mental dan peningkatan kadar koagulasi darah (Guyton, 2006). Tubuh manusia memberi respon-respon tersebut karena terjadinya pembebasan neurotransmiter dan hormon-hormon yang khusus.

HPA axis bertanggung jawab untuk mengaktivasi pelepasan


(21)

hydrocortisone) dari korteks adrenal (Guyton, 2006). Efek dari kortisol adalah mobilisasi protein dari otot dan asam lemak yang berasal dari adipose, peningkatan lemak di hepar, dan juga sebagai suatu respon anti-inflamasi (Guyton, 2006).

Sistem saraf simpatis bertanggung jawab untuk menstimulasi simpatis baik secara langsung ataupun tidak langsung yaitu dengan aktivasi pelepasan

catecholamines dari medula adrenal (Guyton, 2006). Seperti epinefrin dan

non-epinefrin, hormon ini juga memberi efek kepada organ target dengan cara yang sama yaitu peningkatan nadi jantung, inhibisi fungsi sistem pencernaan, dilatasi pupil dan respon lain yang berkaitan dengan aktivasi simpatis (Guyton, 2006). Kedua cabang simpatis dan parasimpatis sistem saraf otonom diaktivasi secara terus-berterusan dan kronis akan menyebabkan terjadinya degenerasi dan disfungsi.

Jika stres tersebut bersifat kronis, bahan kimia termasuk neurotransmiter dan hormon akan menetap di aliran darah. Stres yang berkepanjangan boleh menyebabkan nyeri kepala, penurunan fungsi sistem imun, lelah, kelainan jantung, depresi dan gangguan mental emosional yang lain (Carruthers, 2006).

2.1.5. Gejala dan tanda stres

Respon stres dapat wujud secara fisologis ataupun berupa perilaku. Respon stres secara fisiologis mencakup simptom seperti sakit perut, sedangkan respon stres yang berupa perilaku termasuk pengurangan produktivitas dan absenteeism (Robbins, 2001). Jenis simptom dari stres:

1. Stres perilaku:

Ketidaksabaran, kecemasan, sungguh impulsif, hiperaktivitas, cepat marah, terlalu agresif, menghindari situasi yang sulit dan bekerja secara berlebihan.


(22)

Kebingungan daya ingat yang sering, pemikiran negatif yang konstan, ketidakmampuan membuat keputusan, sulit untuk menyelesaikan tugas, bersikap kaku dan sulit untuk berkonsentrasi.

3. Stres somatik:

Tekanan darah tinggi, senang terkena pilek, migrain, irritable bowel

syndrome, ulser, serangan jantung, angina, strokes, asma dan ruam kulit

(Cohen, 2002 dalam Ornelas and Kleiner, 2003). 2.1.6. Penanggulangan stres (Coping with stress)

Setiap individu memberi respon yang berbeda terhadap stres. Penanggulangan stres merupakan pikiran dan perilaku yang dibutuhkan untuk mengelola permintaan secara internal dan eksternal yang ditafsirkan sebagai stres (Folkman & Moskowitz, 2004).

Hubungan antara penanggulangan stres dengan kejadian stres adalah suatu proses dinamik (Folkman & Moskovitz, 2004). Jadi, penanggulangan stres bukan aksi yang berlaku sekali saja tetapi merupakan peristiwa yang berlangsung dari waktu ke waktu di mana individu dengan lingkungan saling mempengaruhi.

Keperibadian seseorang dapat berpengaruh terhadap cara bagaimana individu tersebut menanggulangi peristiwa yang stres. Karakteristik ini boleh disebabkan oleh faktor genetik (Kozak, Strelau, & Mike, 2005) dan faktor lingkungan (Repetti, Taylor, & Seeman, 2002). Terdapat empat tipe metode penanggulangan stres yaitu kognitif, emosional, perilaku dan fisik.

Tabel 2.1. Metode penanggulangan stres (Bernstein & Nash, 2006)

Tipe metode Penjelasan

Kognitif Menganggap stresor itu sebagai tantangan dan mengelakkan dirinya dari perfectionism.


(23)

Perilaku Melaksanakan rencana manajemen waktu dan berusaha untuk mengubah pola hidup untuk eliminasi stresor.

Fisik Pelatihan relaksasi yang progresif, berolahraga dan meditasi.

2.2. Olahraga

2.2.1. Jenis Olahraga

Meskipun olahraga boleh mencakup ratusan jenis aktivitas fisik, tetapi olahraga dapat dibagi kepada 5 jenis secara fisiologis yaitu: isometrik, isotonik, isokinetik, aerobik dan anaerobik. Setiap jenis olahraga tersebut memiliki tujuan, aktivitas dan penganjur yang berbeda. Setiap jenis olahraga tersebut dapat menyumbang kepada aspek kesehatan ataupun kesehatan jasmani, tapi hanya olahraga jenis aerobik berfaedah terhadap kesehatan kardiorespiratori (Brannon & Feist, 2007).

1. Olahraga isometrik:

Olahraga isometrik dilakukan dengan kontraksi otot pada objek yang tidak bergerak. Walaupun tubuh kita tidak bergerak ketika melakukan olahraga isometrik, tetapi otot tetap mendorong kuat antara satu sama lain ataupun terhadap objek yang tidak bergerak tersebut. Oleh karena persendian tidak bergerak maka tidak jelas kelihatan bahwa olahraga dilakukan, tetapi kontraksi otot menghasilkan kekuatan. Olahraga isometrik dapat meningkatkan kekuatan otot (Brannon & Feist, 2007).

2. Olahraga isotonik

Olahraga isotonik memerlukan kontraksi otot dan gerakan persendian. Angkat besi dan olahraga yang berupa calisthenics termasuk dalam kategori olahraga isotonik. Olahraga isotonik dapat meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan otot (Brannon & Feist, 2007).

3. Olahraga isokinetik

Seperti olahraga isometrik, olahraga isokinetik memerlukan aktivitas angkat besi dengan tambahan usaha untuk mengembalikan ke posisi asal.


(24)

Olahraga ini memerlukan peralatan yang khusus untuk mengatur kuantitas resistensi berdasarkan kuantitas gaya yang telah diaplikasikan. Olahraga isokinetik sering digunakan untuk memulihkan kekuatan otot dan daya tahanan otot pada orang yang menderita luka-luka pada otot. Olahraga isokinetik merupakan tambahan yang berarti pada rehabilitasi fisik yang membantu orang yang terluka ototnya untuk mengembalikan kekuatan dan fleksibilitas secara aman daripada olahraga jenis yang lain (Brannon & Feist, 2007).

4. Olahraga anaerobik

Olahraga anaerobik membutuhkan ledakan energi yang intensif dalam durasi yang pendek. Akan tetapi ia tidak memerlukan konsumsi oksigen yang tinggi. Olahraga anaerobik dapat memperbaiki kecepatan dan daya tahan otot, tetapi harus berhati-hati karena ia boleh menjadi bahaya pada orang yang menderita penyakit jantung koroner (Brannon & Feist, 2007). 5. Olahraga aerobik

Olahraga aerobik adalah olahraga yang meningkatkan konsumsi oksigen secara dramatis dalam jangka waktu yang panjang. Karakteristik penting untuk olahraga aerobik adalah intesitas dan durasinya. Dari segi intensitas, olaharaga aerobik harus meningkatkan denyutan nadi sampai ke tingkat tertentu. Intensitas untuk olahraga aerobik bervariasi sebanyak 50-80% dari denyutan jangtung maksimal. Olahraga aerobik fokus pada peningkatan daya tahan kardiovaskular (Brannon & Feist, 2007).

2.2.2. Manfaat berolahraga

Penyebab seseorang itu menyertai pada suatu program olahraga adalah bervariasi, antaranya termasuk kesehatan jasmani, kontrol berat badan, kesehatan kardiovaskular, memanjangkan umur, proteksi diri dari kanker, pencegahan osteoporosis, kontrol diabetes, meningkatkan harga diri (

self-esteem) dan juga sebagai penyangga melawan depresi, ansietas dan stres


(25)

Olahraga yang teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani. Kesehatan jasmani merupakan suatu kondisi kompleks yang terdiri dari kekuatan otot, daya tahan otot, fleksibilitas dan kesehatan kardiorespiratori (aerobic fitnesss) (Bernstein & Nash, 2006). Selain itu, olahraga yang teratur juga membantu dalam kontrol berat badan dan optimisasi berat badan. Obesitas dapat diperbaiki dengan berolahraga yaitu dengan durasi 60-90 menit setiap hari mungkin diperlukan (Hansen et al., 2005).

Dalam tahun terakhir ini, ahli psikologis kesehatan telah meneliti tentang peranan olahraga aerobik dalam mempertahankan kesehatan mental dan fisik. Olahraga aerobik dapat menstimulasi dan memperkuatkan sistem kardiovaskular dan respiratori serta memperbaiki penggunaan oksigen pada tubuh. Olahraga aerobik juga memberi manfaat yang banyak terhadap kesehatan. Olahraga kira-kira hanya 30 menit sehari dapat menurunkan risiko untuk menderita penyakit kronis seperti penyakit jantung dan kanker (Taylor, 2009).

Selain daripada meningkatkan efisiensi sistem kardiorespiratori, olahraga yang teratur juga boleh meningkatkan kapasitas kerja fisik, penurunan ataupun kontrol hipertensi, memperbaiki kadar kolestrol dan toleransi glukosa, meningkatkan toleransi terhadap stres dan pengurangan kebiasaan yang buruk seperti merokok, konsumsi alkohol dan diet yang tidak baik (Taylor, 2009).

Olahraga berserta perubahan pola makan juga dapat mengurangi risiko menderita diabetes tipe II pada golongan yang berisiko tinggi. Olahraga juga dapat mempercepatkan penyembuhan luka pada orang-orang yang terluka (Emery, Kiecolt-Glaser, Malarkey, & Frid, 2005). Olahraga yang teratur juga dapat memanjangkan umur. Laki-laki dan perempuan yang mempunyai tingkat kebugaran fisik yang lebih tinggi dapat menunda mortalitas yang dipicu oleh penyakit kardiovaskuler dan kanker (Taylor, 2009).


(26)

2.2.3. Hubungan stres dan olahraga

Ketika seseorang mengambil bagian dalam suatu aktivitas fisik maka otak akan memberi respon kimia tertentu. Endorfin adalah polipeptida yang mengikat pada reseptor neuron di otak dan dapat menghilangkan efek dari stres (Carruthers, 2006). Mekanisme terjadi efek ini disebabkan oleh terjadinya perubahan struktur dan fisiologis yang menghubungkan partisipasi olahraga yang berulang.

Selain itu, olahraga yang teratur boleh meningkatkan kepekaan insulin. Kepekaan insulin meningkat karena peningkatan volume otot, aliran darah kepada otot-otot yang aktif dan kapasitas oksidatif bahan bakar dalam tubuh. Peningkatan kapasitas oksidatif yang disebabkan oleh proses biogenesis mitokondrial juga memberi efek yang positif terhadap homeostasis lipid di mana bisa juga meningkatkan metabolisme basal. Peningkatan metabolisme basal dapat menyeimbangkan energi yang dikerahkan semasa aktivasi simpatis (Stewart. Et al., 2005). Olahraga juga membantu dalam memulihkan ekspresi genetik yang alamiah untuk menjamin survival ketika menghadapi suatu kejadian stres dan sembuh dari kejadian tersebut (Booth. Et al, 2002).

Di samping itu, beberapa penelitian juga menunjukkan bahawa olahraga dapat menurunkan insiden dan keparahan gangguan mood ynag berkaitan dengan stres termasuk ansietas dan depresi. Efek ini berhubung dengan peningkatan neurotransmiter terutamanya serotonin dan dopamin dan juga sekresi endorfin (Greenwood, 2008). Maka, olahraga adalah salah satu cara yang sungguh bermanfaat untuk melawan efek stres terhadap kesehatan yang merugikan (Castro, Wilcox. O’Sullivan, Baumann, & King, 2002).

Jadi, olahraga yang teratur dapat mempengaruhi tingkat stres dengan adanya perubahan kimia dalam otak setelah berolahraga. Perubahan tersebut mencakup transportasi dan metabolisme neurotransmiter yang mengubah aktivitas neurotransmiter (Brannon & Feist, 2007).


(27)

DAFTAR PUSTAKA

Akandere, M., Tekin, A., 2002. The Effect of Physical Exercise on Anxiety. The Sport Journal. United States Sports Academy.

Benjamin, N., Greenwood, B. E., Fleshner, M., 2008. Exercise, Learned

Helplessness, and the Stress-Resistant Brain. Neuromolecular

Medicine 10:81–98

Bernstein, A. D., Nash, W.P., 2006. Essentials of Psychology. 4th edition. USA: Cengagae Learning, 413-414.

Booth, F.W., Chakravarthy, M.V., Spangenburg, E.E., 2002. Exercise and Gene Expression: Physiological Regulation of the Human Genome

through Physical Activity. Journal of Physiology. 543: 399–411

Brannon, L., Feist J., 2007. Health Psychology: An Introduction to Behavior and Health., 6th

Carruthers, C., 2006. Psychological effects of exercise [Electronic version]. Beginner Triathlete, 1-6.

edition, 16. 451-475

Castro, C. M., Wilcox, S., O’Sullivan, P., Bauman, K., A.C., 2002. An Exercise program for women are caring for relatives with dementia. Psychosomatic Medicine, 64, 458-468

Cohen, M., 2002. Identifying, understanding and solutions to stress. Caxton Publication Group: London.

Emery, C.F., Kiecolt-Glaster, J.K., Glaser, R., Marlarkey, W.b., & Frid, D.J., 2005. Exercise accelerates wound healing among healthy older


(28)

adults: A preliminary investigation. Journal of Gerontology:

Medical Sciences, 60A, 1432-1436.

Folkman, S., & Moskowitz, J.T., 2004. Coping: Pitfalls and promise. Annual

Review of Psychology, 55, 745-774.

Guyton, A.C. Hall, J.E., 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Elsevier Saunders Publishing. Philadelphia. PA, 74, 905-910.

Hansen, K., Shriver, T., & Schoeller, D. 2005. The effects of exercise on the

storage and oxidation of dietary fat. Sports Medicine, 35, 363-373.

Hawley, J.A., 2004. Exercise as a Therapeutic Intervention for the Prevention

and Treatment of Insulin Resistance. Diabetes and Metabolic

Research Review 20: 383–393.

Kozak, B., Strelau,J., & Miles, J.N.V., 2005. Genetic determination of individual differences in coping styles. Anxiety, Stress and Coping:

An International Journal, 18, 1-15.

Krohne, H.W., 2002. Stress and Coping Theories, Johannes Guenberg-University

of Mainz Germany. Available from:

[Accessed 11 May 2011]

Lovallo, W.R., 2005. Stress & health: biological and psychological interactions. 2th edition. Sage Publication, Inc.

Mak et al.: Prevalence of exercise and non-exercise physical activity in Chinese


(29)

adolescents. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity 2011 8:3.

Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan: Rineka Cipta. Nursalam, Jakarta.

Olpin, M., Hesson, M., 2009. Stress managament for life: a research-based

experiental approach. 2th edition. USA: Wadsworth Cengage Learning.

Ornelas, S., Kleiner, B.H., 2003. New Developments in Managing Job Related Stress. Equal Opportinities Interntional. 22(5), 64-70.

Repetti, R.L., Taylor, S. E.,& Seeman, T. E., 2002. Risky families: Family social environments and the mental and physical health of offspring.

Psychological Bulletin, 128, 330-336.

Robbins, S.P., 2001. Organisational Behavior. 9th edition. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall.

Santrock,. J. W., 2003. Adolescence. 9th

York, 305, 385-426.

edition. McGraw Hill Companies. New

Stewart, K.J., Bacher, A.C., Turner, K., 2005. Exercise and Risk Factors Associated with Metabolic Syndrome in Older Adults. American

Journal of Preventative Medicine 28: 9–18

Taylor, S.E., 2009. Health Psychology. 7th edition. McGraw-Hill Internatinal Edition, 6, 147-184

Tinker, A.D., 2006. Stress And Exercise, Department of Psychology, Missouri Western State University. Available from:


(30)

[Accesed 12 July 2006]

Tsatsoulis, A., Fountoulakis, S., 2006. The Protective Role of Exercise on

Stress System Dysregulation and Comorbidities. Annual N.Y.

Academy of Science 1083: 196–213

Tumbelaka, A.R., M Hardjono A., Latief, A., Abdulsalam, M., Darwis, D., 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-3. Republik Indonesia: Sagung Seto, 59-75.

Weinberg, R.S., Gould, D., 2003. Foundations of Sport & Exercise


(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005). Pada penelitian-penelitian ini telah diteliti hubungan antara kebiasaan berolahraga dengan tingkat stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2008. Variabel dependen pada penelitian ini adalah tingkat stres sedangkan variabel independennya adalah kebiasaan berolahraga.

Gambar 3.1: Kerangka Konsep Penelitian

3.2.Definisi Operasional 3.2.1. Subjek Penelitian:

a) Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2008.

b) Subjek penelitian ini merupakan dewasa muda yang berusia sekitar 20-24 tahun.

3.2.2. Variabel Independen: Kebiasaan berolahraga

Kebiasaan berolahraga adalah kegiatan olahraga yang dinilai berdasarkan frekuensi dan intensitas olahraga. Seseorang dikatakan mempunyai kebiasaan berolahraga harus melakukan olahraga minimal dua kali seminggu dengan durasi minimal 20 menit setiap kali berolahraga. Seseorang dikatakan tidak mempunyai kebiasaan Variabel Independen

Kebiasaan berolahraga

Variabel Dependen


(32)

berolahraga bila olahraga dilakukan kurang dari dua kali seminggu dan kurang dari 20 menit tiap kali berolahraga.

3.2.3. Variabel dependen: Tingkat stres a) Definisi:

Stres adalah suatu pengalaman emosional negatif yang berupa respon tubuh yang tidak spesifik terhadap stresor yang dapat mencetuskan kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang serta mengganggu keseimbangan fisiologis dan psikologis.

b) Cara ukur:

Dengan menggunakan kuesioner Perceived Stress Scale (PSS-10). PSS adalah self report questionnaire yang terdiri dari 10 pertanyaan dan dapat mengevaluasi tingkat stres beberapa bulan yang lalu dalam kehidupan subjek penelitian. Skor PSS diperolehi dengan reversing

responses (sebagai contoh, 0=4, 1=3, 2=2, 3=1, 4=0) terhadap empat

soal yang bersifat positif (pertanyaan 4, 5, 7 & 8) dan menjumlahkan skor jawaban masing-masing. (Olpin & Hesson, 2009)

c) Alat ukur: Kuesioner Perceived Stress Scale (PSS-10)

d) Kategori: Berdasarkan perbandingan dengan skor rata-rata (mean)

• Stres ringan (total skor 1-14)

• Stres sedang (total skor 15-26)

• Stres berat (total skor >26) e) Skala ukur:

Variabel berskala numerik yang telah diperolehi dari PSS kemudian diubah menjadi skala ordinal dengan titik potong (cut-off point) tertentu. (Tumbelaka, M Hardjono, Latief, Abdulsalam & Darwis, 2008)


(33)

3.3. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah adanya hubungan antara kebiasaan berolahraga dengan tingkat stres di kalangan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2008.


(34)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik yang bertujuan untuk menentukan hubungan antara kebiasaan berolahraga dan tingkat stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2008. Pendekatn yang digunakan pada desain penelitian ini adalah

cross-sectional study yang bersifat kuantitatif di mana peneliti melakukan

pengukuran variabel pada satu saat tertentu.

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, provinsi Sumatera Utara. Lokasi ini terpilih sebagai lokasi penelitian berdasarkan kesesuaian penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Lokasi ini mempunyai populasi yang cukup besar dan juga memiliki kriteria-kriteria stres terutama student stress sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran semester VII yang akan melaksanakan kepaniteraan klinik nanti.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama 6 bulan, sejak penentuan judul, penulisan proposal hingga seminar hasil yang berlangsung sejak bulan Februari hingga Agustus 2011. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus s/d Sepetember 2011.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi target pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran di Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2008. Jumlah


(35)

populasi pada penelitian ini adalah sebanyak 415 mahasiswa. Data ini telah didapatkan oleh peneliti dari bagian pendidikan FK USU.

4.3.2. Sampel penelitian

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah simple random

sampling. Kriteria inklusi dalam penelitian ini berupa mahasiswa Tahun Masuk

2008 yang berusia 20-24 tahun dan masih berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sedangkan kriteria eksklusi berupa mahasiswa yang menderita gangguan mental emosional dan menerima terapi gangguan mental emosional.

Perhitungan sampel menggunakan rumus dengan jumlah populasi lebih kecil dari 10.000 sebagai berikut (Notoatmojo, 2005):

n = ___N____ 1 + N (d) N = Besar populasi

2

n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

Maka berdasarkan rumus diatas, jumlah sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

Perhitungan besar sampel mahasiswa adalah seperti dibawah ini:

n = 415 1+415(0.1)

_____

n = 80.6

2


(36)

Jumlah sampel tersebut akan didistribusikan secara merata dan pemilihan sampel dilakukan secara acak pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2008.

4.4. Teknik Penggumpulan Data 4.4.1. Data Primer

Data primer merupakan data yang digunakan dalam penelitian ini. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data. Data primer dikumpul dengan menggunakan kuesioner. Pengisian kuesioner oleh responden dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap sampel penelitian. Dalam penelitian ini subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2008. Kuesioner akan diedarkan dan respon dari subjek penelitian dikumpul pada hari yang sama.

4.4.2. Data Sekunder

Data ini merupakan jumlah populasi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2008 yang didapatkan oleh peneliti dari bagian pendidikan Fakultas Kedokteran.

4.4.3. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Pertanyaan dibuat berdasarkan variabel-variabel yang akan diukur berdasarkan kerangka konsep penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan kebiasaan berolahraga dengan tingkat stres. Informed consent akan diberikan bersamaan dengan kuesioner tersebut.

4.4.4. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Validitas

Uji Validitas dilakukan pada 15 orang responden yang memiliki karekteristik yang mirip dengan sampel. Kemudian akan diuji korelasi antara


(37)

skor tiap-tiap pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi product moment. Rumusnya adalah:

R =

√{NΣx²-(Σx)²} {NΣy²-(Σy)²} N (Σxv)-(ΣxΣv)______

Keterangan:

r = koefisien korelasi product moment X = skor tiap pertanyaan/item

Y = skor total

N = jumlah responden Uji Reliabilitas

Kuesioner yang telah dipersiapkan akan diuji reliabilitasnya dengan menggunakan uji Cronbach (Cronbach Alpha). Rumusnya adalah:

r11 = [ __k___ ] [ 1- _∑

σ

b2__

k-1

σ

]

t 2

Keterangan: r11

k = jumlah butir pertanyaan atau banyaknya soal = reliabilitas instrumen

σ

b2

σ

= jumlah varians butir

t 2

=

varians total

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tentang kebiasaan berolahraga dan tingkat stres pada subjek penelitian. Kuesioner terdiri dari dua bagian yaitu bagian pertama tentang data demografi meliputi nama, umur, jenis kelamin dan pertanyaan tentang


(38)

stres subjek penelitian. Tingkat stres diukur dengan menggunakan Perceived

Stress Scale yang terdiri dari 10 soal. Interpretasi pengukuran PSS-10 dengan

skor minimal adalah 0 dan skor maksimal adalah 40, dari skor tersebut dikategorikan menjadi: skor 1-14: stres ringan, skor 14-26: stres sedang, skor >26: stres berat.

Teknik-teknik pengolahan data yang digunakan:

1) Editing

Meneliti kembali kelengkapan isi lembar kuesioner. Biasanya dilakukan pada tempat pengambilan data, sehingga mempermudah dalam melengkapi data bila terjadi kekurangan.

2) Coding

Dilakukan dengan memberi tanda pada masing-masing jawaban dengan kode berupa angka, selanjutnya dimasukkan ke dalam lembar tabel kerja untuk mempermudah pengolahan.

3) Tabulating

Berupa bentuk tabel yang terdiri dari beberapa baris dan beberapa kolom, yang digunakan untuk memaparkan sekaligus beberapa variabel hasil observasi, survei atau penelitian sehingga mudah dibaca dan mengerti.

4) Skoring

Melakukan pemberian skor pada item. 5) Analisa data

Setelah data diolah, kemudian dilanjutkan dengan melakukan analisa data yang meliputi analisis univariat yang digunakan untuk menganalisis variabel-variabel yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsi agar dapat diketahui karakteristik dan subjek penelitian.

Data yang terkumpul dari setiap responden penelitian telah dianalisis dengan menggunakan program Statistic Package for Social Science (SPSS)


(39)

versi 17.0 di mana hubungan antara kebiasaan berolahraga dengan tingkat stres akan diuji dengan metode uji Fisher Exact.


(40)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU), Medan, yang berlokasi di jalan dr. Mansyur No.5 Medan, Indonesia di mana fakultas ini merupakan salah satu fakultas kebanggaan di Universitas Sumatera Utara. Fakultas Kedokteran USU dibuka pada tanggal 20 Agustus 1952 oleh yayasan Universitas Sumatera Utara, yang berlokasi di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru. Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha, dengan zona akademik seluas sekitar 100 Ha yang berada di tengahnya. Fakultas ini memiliki berbagai ruang kelas, ruang administrasi, ruang laboratorium, ruang skills lab, ruang seminar, perpustakaan, kedai mahasiswa, ruang Pemerintah Mahasiswa (PEMA), ruang Persatuan Orang Tua Mahasiswa (POM), kantin, kamar mandi, dan mushola.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa FK USU Tahun Masuk 2008. Jumlah responden yang terlibat dalam studi ini adalah sebesar 80 responden yang memiliki kriteria inklusi dan eksklusi. Semua data responden diambil dari data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber data dengan metode kuesioner.

Gambaran karakteristik responden dalam penelitian ini diamati berdasarkan usia responden. Data lengkap tentang distribusi frekuensi usia responden dapat dilihat pada tabel 5.1.


(41)

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi (n) Persentase (%)

20 19 23,8

21 25 31,3

22 15 18,8

23 18 22,5

24 3 3,8

Jumlah 80 100,0

Berdasarkan tabel 5.1. diatas dapat dilihat bahwa kelompok umur yang terbanyak adalah kelompok usia 21 tahun yang berjumlah 25 orang (31,3%), sedangkan kelompok umur yang paling sedikit adalah kelompok usia 24 tahun yang berjumlah 3 orang (3,8%). Untuk kelompok usia 20 tahun berjumlah 19 orang (23,8%), kelompok usia 22 tahun berjumlah 15 orang (18,8%) dan kelompok usia 23 tahun berjumlah 18 orang (22,5%).

5.1.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi product moment dan uji Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunakan program SPSS. Sampel yang digunakan dalam uji validitas ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Tahun Masuk 2009 yang memiliki karakter yang hampir sama dengan sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Jumlah sampel dalam uji validitas dan reliabilitas ini adalah sebanyak 15 orang. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 5.2.


(42)

Tabel 5.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Variabel No. Total Pearson

Correlation

Status Alpha Status

Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0,577 0,537 0,569 0,744 0,699 0,675 0,738 0,537 0,718 0,687 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

0,960 Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel

5.1.4. Hasil Analisa Data

Data lengkap distribusi frekuensi tingkat stres ringan, sedang dan berat dapat dilihat pada tabel 5.3.


(43)

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres

Tingkat stres Frekuensi (n) Presentase (%)

Ringan 20 25,0

Sedang 55 68,8

Berat 5 6,3

Jumlah 80 100

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa 55 orang mahasiswa (68,8%) mengalami stres tingkat sedang, 20 orang mahasiswa (25%) mengalami stres tingkat ringan dan sebanyak 5 orang mahasiswa (6,3%) mengalami stres berat.

Data lengkap tentang distribusi frekuensi kebiasaan berolahraga pada responden dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Berolahraga

Kebiasaan Berolahraga Frekuensi (n) Presentase (%)

Ada (+) 40 50

Tidak ada (-) 40 50

Jumlah 80 100

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa frekuensi mahasiswa yang mempunyai kebiasaan berolahraga dengan yang tidak mempunyai kebiasaan berolahraga adalah sama yaitu 40 orang (50%).

Data lengkap tentang distribusi frekuensi mahasiswa yang mempunyai kebiasaan berolahraga berdasarkan jenis kelamin dapat dlihat pada tabel 5.5.


(44)

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Berolahraga Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Kebiasaan Berolahraga Jumlah Ada Tidak

(n) (%) (n) (%) (n) (%)

Laki-laki 30 75,0 17 42,5 47 58,8

Perempuan 10 25,0 23 57,5 33 41,3

Jumlah 40 100,0 40 100,0 80 100,0

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 40 responden yang memiliki kebiasaan berolahraga, 30 orang laki-laki (75%) dan 10 orang perempuan (25%). Sedangkan untuk responden yang tidak memiliki kebiasaan berolahraga terdiri dari 17 orang laki-laki (42,5%) dan 23 orang perempuan (57,5%).

Data lengkap distribusi frekuensi tingkat stres berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.6.


(45)

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Tingkat Stres Jumlah

(%) Ringan Sedang Berat

Laki-laki (n) 11 34 2 47

(%) 55,0 61,8 40,0 58,8

Perempuan (n) 9 21 3 33

(%) 45,0 38,2 60,0 41,3

Jumlah (n) 20 55 5 80

(%) 100 100 100 100

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa lebih banyak laki-laki yang mengalami tingkat stres ringan dibanding dengan perempuan, yaitu laki-laki sebanyak 11 orang (55,0%) dan 9 orang perempuan (45,0%). Hal yang sama pada tingkat stres sedang. Sebanyak 34 orang laki-laki (61,8%) dan 21 orang perempuan (38,2%) mengalami stres tingkat sedang. Sedangkan untuk tingkat stres berat, perempuan lebih banyak mengalami stres tingkat berat daripada laki-laki, yaitu perempuan 3 orang (60,0%) dan laki-laki 2 orang (40%).

Data lengkap distribusi frekuensi tingkat stres berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 5.7.


(46)

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Berdasarkan Umur

Umur

Tingkat Stres Jumlah

(%)

Ringan Sedang Berat

20 (n) 6 10 3 19

(%) 30,0 18,2 60,0 23,8

21 (n) 6 19 0 25

(%) 30,0 34,5 0 31,3

22 (n) 1 12 2 15

(%) 5,0 21,8 40,0 18,8

23 (n) 7 11 0,0 18

(%) 35,0 20,0 0,0 22,5

24 (n) 0 3 0,0 3

(%) 0 5,5 0,0 3,8

Jumlah (n) 20 55 5 80

(%) 100 100 100 100

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa responden terbanyak untuk stres berat adalah umur 20 tahun, yaitu 3 orang (60%). Sedangkan responden terbanyak untuk stres sedang adalah umur 21 tahun, sebanyak 19 orang (34,5%). Responden terbanyak untuk stres ringan adalah umur 23 tahun, yaitu sebanyak 7 orang (35%).


(47)

5.1.5. Hasil Analisa Statistik

Hasil uji stastisik dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Berolahraga Dengan Tingkat Stres

Kebiasaan Berolahraga

Tingkat Stres

Jumlah Ringan-sedang Berat

(n) (%) (n) (%) (n) (%)

Ada 39 50.6 1 33.3 40 50

Tidak ada 38 49.4 2 66.7 40 50

Jumlah 77 100 3 100 80 100

Dari hasil analisa dengan bantuan SPSS, p value adalah 0,500 (α = 0,100). Didapati bahwa p value lebih besar dari tingkat kepercayaan. Artinya, peneliti percaya bahwa tidak terdapat hubungan kebiasaan berolahraga dengan tingkat stres pada mahasiswa FK USU Tahun Masuk 2008.

5.2. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kebiasaan berolahraga dengan tingkat stres pada mahasiswa FK USU Tahun Masuk 2008. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Mei 2011 dan data primer ini didapatkan dengan menggunakan kuesioner. Dari penelitian ini didapati separuh dari responden yaitu 40 orang (50%) mahasiswa FK USU Tahun Masuk 2008 mempunyai kebiasaaan berolahraga.

Pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa mengalami tingkat stres sedang. Dimana pada tabel 5.6 dapat dilihat bahwa lebih banyak laki-laki yang mengalami tingkat stres ringan dan sedang berbanding dengan perempuan. Sedangkan untuk tingkat stres berat, perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Sampai sekarang masih tidak ada penelitian yang


(48)

membuktikan faktor jenis kelamin mempengaruhi kejadian stres pada mahasiswa. Namun, kejadian stres pada kedua jenis kelamin dipengaruhi oleh berbagai faktor. Terutama pada mahasiswa yang berada di dunia perkuliahan yang kompleks dan ditambah dengan grafik usia para mahasiswa yang pada umumnya berada dalam tahap remaja hingga dewasa muda menyebabkan mahasiswa masih labil dalam hal kepribadiannya, sehingga dalam menghadapi masalah, mahasiswa cenderung terlihat kurang berpengalaman yang akhirnya memicu stres (Santrock, 2003).

Di samping itu, berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat distribusi frekuensi tingkat stres berdasarkan umur. Didapat bahwa responden terbanyak untuk stres berat adalah umur 20 tahun. Sedangkan responden terbanyak untuk stres sedang adalah umur 21 tahun. Responden terbanyak untuk stres ringan adalah umur 23 tahun. Hasil ini menunjukkan usia yang lebih muda tersering mengalami stres berat dibanding dengan kelompok usia responden yang lebih tua.

Selain itu, dari tabel 5.5 dapat dilihat bahwa 75% responden dari laki-laki dan 25% responden dari perempuan mempunyai kebiasaan berolahraga. Ini menunjukkan bahwa laki-laki mempunyai frekuensi kebiasaan berolahraga yang lebih tinggi daripada perempuan. Hal yang sejalan didapatkan pada penelitian sebelumnya oleh Mak et al mengenai prevalensi berolahraga dan aktivitas fisik pada dewasa muda. Pada penelitian Mak et al (2011) didapatkan bahwa prevalensi berolahraga pada laki-laki lebih tinggi dari perempuan tidak kira setelah kegiatan belajar ataupun pada hari libur. Didapati bahwa 63,8% dari laki-laki dewasa muda berolahraga sedangkan hanya 39,6% dari perempuan dewasa muda yang berolahraga setelah kegiatan belajar. Hal yang sama berlaku pada hari libur, yaitu 78,7% dari laki-laki dan 60% dari perempuan berolahraga. Menurut Mak et al (2011), prevalensi kedua laki-laki dan perempuan berolahraga menurun dengan bertambahnya usia.

Berdasarkan tabel 5.8, kelompok tingkat stres ringan-sedang terdiri dari 50,6% responden yang mempunyai kebiasaan berolahraga dan 49,4% responden yang tidak mempunyai kebiasaan berolahraga. Dapat dilihat bahwa


(49)

tidak banyak perbedaan antara kedua kelompok yang ada dan tidak ada kebiasaan berolahraga. Untuk tingkat stres berat, terdapat 33,3% responden yang mempunyai kebiasaan berolahraga dan 66,7% responden yang tidak mempunyai kebiasaan berolahraga.

Hasil analisis yang didapat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan berolahraga dengan tingkat stres, hal ini sejalan didapatkan pada penelitian sebelumnya oleh Tinker (2009). Hasil penelitian tersebut menggunakan independent-samples t-test untuk membandingkan skor rata-rata tingkat stres pada kedua kelompok yang berolahraga dan tidak berolahraga. Ditemukan tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0,05) dalam hasil penelitian tersebut. Selain itu, penurunan rata-rata tingkat stres pada kelompok yang melakukan olahraga tidak berbeda secara signifikan dibanding dengan kelompok yang tidak berolahraga.

Akan tetapi hal tersebut bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Akandere & Tekin (2002). Kesimpulan dari penelitian Akandere dan Tekin (2002), terdapat adanya hubungan yang bersifat inversi antara olahraga dengan tingkat kecemasan yang bererti kebiasaan berolahraga bisa menurunkan tahap kecemasan pada mahasiswa.

Salah satu sebab terdapat perbedaan antara hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah setiap individu memberi respon yang berbeda terhadap stres dan ini sangat tergantung kepada kepribadian individual tersebut (Folkman & Moskovitz, 2004). Kepribadian seseorang dapat berpengaruh terhadap respon yang diberikan saat menanggulangi peristiwa yang stres. Selain daripada olahraga, terdapat metode untuk penanggulangan stres yang lain seperti cara kognitif, emosional dan perilaku (Bernstein & Nash, 2006). Sebab kedua yang mungkin menyebabkan perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah metode penelitian. Penelitian cohort yang bersifat prospektif dengan jumlah populasi yang lebih besar memungkinkan untuk memperolehi hasil yang lebih akurat bagi penelitian selanjutnya.


(50)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan :

a. Tidak terdapat hubungan antara kebiasaan berolahraga dan tingkat stres di kalangan mahasiswa FK USU Tahun Masuk 2008.

b. Kebanyakan mahasiswa mengalami tingkat stres yang sedang.

c. Frekuensi mahasiswa yang mempunyai kebiasaan berolahraga dengan yang tidak mempunyai kebiasaan berolahraga adalah sama. d. Lebih banyak laki-laki yang mengalami tingkat stres ringan dan

sedang daripada perempuan. Sedangkan untuk tingkat stres berat, perempuan lebih banyak mengalami stres tingkat berat dibanding dengan laki-laki.

6.2 Saran

a) Peneliti merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat stres dan tidak hanya diukur dari segi kebiasaan berolahraga. Metode penelitian yang disarankan adalah dengan metode penelitian cohort yang bersifat prospektif untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Selain itu, penelitian ini lebih baik untuk dilakukan pada jumlah populasi yang lebih besar.

b) Penelitian menyarankan agar pihak fakultas melaksanakan manajemen stres secara efektif pada mahasiswa melalui motivasi dan konseling demi kepentingan pencegahan stres dan penyakit psikiatri seperti depresi.


(51)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : TAN LEE PIN

Tempat/Tanggal Lahir : MELAKA/ 16.4.1988

Pekerjaan : MAHASISWA

Agama : BUDDHA

Alamat : JL. DR MANSYUR NO.4 LANTAI 2, SIMPANG USU MEDAN, MEDAN 20154, INDONESIA

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Jenis Kebangsaan (C) Pei Teck, Negeri Sembilan.

2. Sekolah Menengah Jenis Kebangsaan Hwa Lian, Pahang.

3. Matrikulasi USU, Kolej Sentral, Jengka, Pahang Riwayat Organisasi : 1. Anggota PMUSU

2. Anggota PKPMI

3. Anggota KKCM Riwayat pelatihan : -


(52)

Lembar Penjelasan untuk Penelitian

“Hubungan Kebiasaan Berolahraga dengan Tingkat Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun

Masuk 2008”

Saya, Tan Lee Pin, mahasiswi semester VI Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara sedang melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Kebiasaan Berolahraga dengan Tingkat Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2008”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan berolahraga dengan tingkat stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2008.

Untuk kepentingan pengumpulan data penelitian ini, saya mohon kesediaan Anda dalam menjawab pertanyaan dalam kuesioner ini dengan benar dan sejujur-jujurnya, tanpa bekerja sama dengan orang lain. Setiap data yang terdapat dalam kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya akan digunakan untuk tujuan penelitian saja. Seandainya Anda menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka tidak terdapat sanksi apapun.

Setelah memahami hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini, saya mengharapkan Anda dapat mengisi lembar persetujuan partisipasi dalam penelitian ini.

Medan., ... Hormat saya,


(53)

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

_______________________________________________________________

Saya yang bertanda tangan di bawah ini telah mendapatkan penjelasan sepenuhnya mengenai penelitian ini,

Judul penelitian : Hubungan Kebiasaan Berolahraga dengan Tingkat Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2008

Nama peneliti : Tan Lee Pin Jenis penelitian : Deskriptif-analitik

Lokasi penelitian: Universitas Sumatera Utara, Medan

Dengan ini saya menyatakan bersedia untuk mengikuti penelitian.

Medan, …..………2011

_____________________ (Nama dan tanda tangan)


(54)

Kuesioner Penelitian:

Hubungan Kebiasaan Berolahraga dengan Tingkat Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2008

Nama: NIM: Tanggal: Umur:

Jenis kelamin: L / P

1. Apakah anda rajin berolahraga?

Pilihlah jawaban yang PALING SESUAI dengan ANDA

a. Ya b. Tidak

2. Berapakah hari anda berolahraga dalam satu minggu? a. 2 hari atau lebih

b. Tidak ada

3. Berapa lama setiap kali anda berolahraga? a. < 20 menit


(55)

Perceived Stress Scale

Soal dalam Perceived Stress Scale ini akan menanyakan tentang perasaan dan pikiran anda dalam satu bulan terakhir ini. Anda akan diminta untuk

mengindikasikan seberapa sering perasaan ataupun pikiran dengan membulatkan jawaban atas pertanyaan.

0=Tidak pernah 1=Hampir tidak pernah 2=Kadang-kadang 3=Cukup sering 4=Sangat sering

Pertanyaan Skor

1. Dalam satu bulan terakhir ini, seberapa sering

anda merasa sedih/terganggu karena hal-hal yang terjadi tanpa diduga?

0 1 2 3 4

2. Dalam satu bulan terakhir ini, seberapa sering anda merasa tidak dapat mengontrol hal-hal yang penting dalam kehidupan anda?

0 1 2 3 4

3. Dalam satu bulan terakhir ini, seberapa sering

anda merasa gelisah dan tertekan?

0 1 2 3 4

4. Dalam satu bulan terakhir ini, seberapa sering

anda merasa yakin terhadap kemampuan diri untuk menangani masalah peribadi?

0 1 2 3 4

5. Dalam satu bulan terakhir ini, seberapa sering

anda merasa bahwa hal-hal yang terjadi sesuai dengan kehendak anda?

0 1 2 3 4

6. Dalam satu bulan terakhir ini, seberapa sering

anda menemukan bahwa anda tidak dapat menyelesaikan hal-hal yang harus anda kerjakan?

0 1 2 3 4

7. Dalam satu bulan terakhir ini, seberapa sering

anda telah dapat mengontrol rasa mudah tersinggung dalam kehidupan anda?

0 1 2 3 4

8. Dalam satu bulan terakhir ini, seberapa sering

anda merasa seperti pecundang dan murung yang


(56)

disebabkan karena diri tidak mampu melakukan sesuatu?

9. Dalam satu bulan terakhir ini, seberapa sering

anda marah karena hal-hal terjadi di luar kendali anda?

0 1 2 3 4

10. Dalam satu bulan terakhir ini, seberapa sering anda merasa banyak kesulitan yang menumpuk sehingga anda tidak dapat mengatasinya?


(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : TAN LEE PIN

Tempat/Tanggal Lahir : MELAKA/ 16.4.1988

Pekerjaan : MAHASISWA

Agama : BUDDHA

Alamat : JL. DR MANSYUR NO.4 LANTAI 2, SIMPANG USU MEDAN, MEDAN 20154, INDONESIA

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Jenis Kebangsaan (C) Pei Teck, Negeri Sembilan.

2. Sekolah Menengah Jenis Kebangsaan Hwa Lian, Pahang.

3. Matrikulasi USU, Kolej Sentral, Jengka, Pahang Riwayat Organisasi : 1. Anggota PMUSU

2. Anggota PKPMI

3. Anggota KKCM Riwayat pelatihan : -


(2)

Lembar Penjelasan untuk Penelitian

“Hubungan Kebiasaan Berolahraga dengan Tingkat Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun

Masuk 2008”

Saya, Tan Lee Pin, mahasiswi semester VI Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara sedang melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Kebiasaan Berolahraga dengan Tingkat Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2008”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan berolahraga dengan tingkat stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2008.

Untuk kepentingan pengumpulan data penelitian ini, saya mohon kesediaan Anda dalam menjawab pertanyaan dalam kuesioner ini dengan benar dan sejujur-jujurnya, tanpa bekerja sama dengan orang lain. Setiap data yang terdapat dalam kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya akan digunakan untuk tujuan penelitian saja. Seandainya Anda menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka tidak terdapat sanksi apapun.

Setelah memahami hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini, saya mengharapkan Anda dapat mengisi lembar persetujuan partisipasi dalam penelitian ini.

Medan., ... Hormat saya,


(3)

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

_______________________________________________________________

Saya yang bertanda tangan di bawah ini telah mendapatkan penjelasan sepenuhnya mengenai penelitian ini,

Judul penelitian : Hubungan Kebiasaan Berolahraga dengan Tingkat Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2008

Nama peneliti : Tan Lee Pin Jenis penelitian : Deskriptif-analitik

Lokasi penelitian: Universitas Sumatera Utara, Medan

Dengan ini saya menyatakan bersedia untuk mengikuti penelitian.

Medan, …..………2011

_____________________ (Nama dan tanda tangan)


(4)

Kuesioner Penelitian:

Hubungan Kebiasaan Berolahraga dengan Tingkat Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2008

Nama: NIM: Tanggal: Umur:

Jenis kelamin: L / P

1. Apakah anda rajin berolahraga?

Pilihlah jawaban yang PALING SESUAI dengan ANDA

a. Ya b. Tidak

2. Berapakah hari anda berolahraga dalam satu minggu? a. 2 hari atau lebih

b. Tidak ada

3. Berapa lama setiap kali anda berolahraga? a. < 20 menit


(5)

Perceived Stress Scale

Soal dalam Perceived Stress Scale ini akan menanyakan tentang perasaan dan pikiran anda dalam satu bulan terakhir ini. Anda akan diminta untuk

mengindikasikan seberapa sering perasaan ataupun pikiran dengan membulatkan jawaban atas pertanyaan.

0=Tidak pernah 1=Hampir tidak pernah 2=Kadang-kadang 3=Cukup sering 4=Sangat sering

Pertanyaan Skor

1. Dalam satu bulan terakhir ini, seberapa sering anda merasa sedih/terganggu karena hal-hal yang terjadi tanpa diduga?

0 1 2 3 4

2. Dalam satu bulan terakhir ini, seberapa sering anda merasa tidak dapat mengontrol hal-hal yang penting dalam kehidupan anda?

0 1 2 3 4

3. Dalam satu bulan terakhir ini, seberapa sering anda merasa gelisah dan tertekan?

0 1 2 3 4

4. Dalam satu bulan terakhir ini, seberapa sering anda merasa yakin terhadap kemampuan diri untuk menangani masalah peribadi?

0 1 2 3 4

5. Dalam satu bulan terakhir ini, seberapa sering anda merasa bahwa hal-hal yang terjadi sesuai dengan kehendak anda?

0 1 2 3 4

6. Dalam satu bulan terakhir ini, seberapa sering anda menemukan bahwa anda tidak dapat menyelesaikan hal-hal yang harus anda kerjakan?

0 1 2 3 4

7. Dalam satu bulan terakhir ini, seberapa sering anda telah dapat mengontrol rasa mudah tersinggung dalam kehidupan anda?

0 1 2 3 4

8. Dalam satu bulan terakhir ini, seberapa sering anda merasa seperti pecundang dan murung yang


(6)

disebabkan karena diri tidak mampu melakukan sesuatu?

9. Dalam satu bulan terakhir ini, seberapa sering anda marah karena hal-hal terjadi di luar kendali anda?

0 1 2 3 4

10. Dalam satu bulan terakhir ini, seberapa sering anda merasa banyak kesulitan yang menumpuk sehingga anda tidak dapat mengatasinya?