Karakteristik Trauma Mata pada Dewasa di RSUD DR. Pirngadi Medan Tahun 2012

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mata adalah salah satu indra yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Mata berfungsi untuk melihat suatu benda atau hal, yang kemudian akan
dipresepsikan di otak. Mata merupakan bagian yang sangat peka. Meskipun telah
mendapat perlindungan dari tulang orbita, bantalan lemak retrobulber, kelopak
mata dan juga bulu mata, tetapi frekuensi kecelakaan pada mata masih tinggi yang
menyebabkan kebutaan unilateral (Asbury, 2000).
Trauma mata adalah masalah global yang sedang dicegah, World Health
Organization (WHO) memperkirakan 55 juta trauma okuli terjadi setiap tahun.
Dari jumlah ini, 750 ribu membutuhkan perawatan di bangsal rumah sakit, kirakira 200 ribu merupakan trauma bola mata terbuka. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa 10% pasien rawat inap di bangsal mata, disebabkan oleh
trauma (Aldy,2009).
Pada studi epidemiologi internasional, United States Eye Injury Register
(USEIR) dinyatakan kasus trauma mata dominan terjadi pada pria berusia 25-30
tahun yang disebabkan oleh trauma benda tajam.
Di Indonesia khususnya di pulau Sumatra didapatkan kejadian 2,2% kebutaan
dikarenakan trauma tumpul pada mata dengan atau tanpa hifema (Aldy, 2009) .

Secara umum trauma mata dibagi menjadi dua yaitu trauma okuli perforans
dan trauma okuli non perforans. Sedangkan klasifikasi trauma okuli berdasarkan
mekanisme trauma terbagi atas trauma mekanik (trauma tumpul dan trauma
tajam), dan trauma non mekanik yaitu, trauma radiasi (sinar inframerah, sinar
ultraviolet, dan sinar X) dan trauma kimia (bahan asam dan basa), (Asbury, 2000).
Trauma pada mata sendiri dapat terjadi setiap saat seperti di rumah, saat
berolahraga, saat bekerja, di perjalanan, sekolah dan tempat-tempat lain.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh American Academy of
Ophthalmology (AAO) dan

American Society of Ocular Trauma (ASOT),

Sembilan puluh persen (90%) dari semua jenis trauma mata dapat dicegah dengan
menggunakan protective eyewear atau yang kita kenal dengan pelindung mata.

Universitas Sumatera Utara

2

Beberapa manifestasi yang dapat terjadi akibat trauma okuli adalah erosi

kornea, iridoplegia, hifema, iridosiklitis, subluksasi lensa, luksasi lensa anterior,
luksasi lensa posterior, edema retina dan koroid, ablasi retina, ruptur koroid, serta
avulsi papil saraf optik. Jika komplikasi tersebut keluar maka terapi yang
diberikan juga meliputi penanganan terhadap komplikasi yang timbul. (Catalano,
1992).
Apabila jelas tampak ruptur bola mata, maka manipulasi lebih lanjut harus
dihindari sampai pasien mendapat anestesia umum. Sebelum pembedahan tidak
diberikan obat sikloplegik atau antibiotik topikal karena kemungkinan toksisitas
pada jaringan intraokuler yang terpajan. Berikan antibiotik parenteral spektrum
luas dan pakaikan pelindung Fox (atau sepertiga bagian bawah corong kertas)
pada mata. Analgetik, antiemetik, dan antitoksin tetanus diberikan sesuai
kebutuhan. Selain itu, pada cedera berat, ahli oftalmologi harus selalu mengingat
kemungkinan timbulnya kerusakan lebih lanjut akibat manipulasi yang tidak perlu
sewaktu berusaha melakukan pemeriksaan mata lengkap (Asbury, 2008).

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka penulis
merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
Bagaimanakah karakteristik trauma mata pada pasien dewasa yang datang
berobat ke RSUD DR.Pirngadi Medan pada tahun 2012.


1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk Mendapatkan karakterikstik trauma mata pada dewasa di RSUD
DR.Pirngadi Medan.

1.3.2

Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui jumlah trauma mata pada dewasa di RSUD
DR.Pirngadi Medan pada tahun 2012.

Universitas Sumatera Utara

3

2. Untuk mengetahui proporsi umur, jenis kelamin, faktor penyebab trauma,
jenis trauma, waktu kejadian, lateralisasi, area mata, lokasi kejaidan, jenis
pekerjaan dan penatalaksanaan terhadap kasus trauma mata pada dewasa

di RSUD DR.Pirngadi Medan.

1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi mengenai trauma mata pada dewasa di RSUD
DR.Pirngadi medan, sehingga dapat memberikan sumbangan data
epidemiologi, angka kebutaan akibat trauma di Sumatera Utara dan dapat
menjadi dasar penelitian selanjutnya.
2. Dengan penelitian ini diharapkan kejadian trauma mata dapat menurun
sehingga mengurangi angka kecacatan mata dan penurunan tajam
penglihatan pada dewasa di RSUD DR. Pirngadi Medan.
3. Dapat memberikan gambaran epidemiologi penyebab terbanyak dari kasus
trauma mata pada pasien dewasa di RSUD DR.Pirngadi Medan.

Universitas Sumatera Utara