Analisis Diet pada Pasien Pascabedah Sectio Caesarea di RSUD Sidikalang

(1)

Analisis Diet Pada Pasien Pascabedah Sectio Caesarea Di RSUD Sidikalang

SKRIPSI

Oleh :

Veronika Mayasari Sianturi NIM. 091000186

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

DI RSUD SIDIKALANG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

VERONIKA MAYASARI SIANTURI NIM. 091000186

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

ANALISIS DIET PADA PASIEN PASCABEDAH SECTIO CAESAREA DI RSUD SIDIKALANG

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh : VERONIKA MAYASARI SIANTURI

NIM. 091000186

Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 7 Desember 2011

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dra. Jumirah, Apt, MKes Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi NIP. 19580315 198811 2 001 NIP. 19670613 199303 1 004

Penguji II Penguji III

Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes dr. Mhd Arifin Siregar, MS NIP.19620529 198903 2 001 NIP. 19581111 198703 1 004

Medan, Desember 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP. 19610831 198903 1 001


(4)

ABSTRAK

Diet yang diberikan kepada pasien pascabedah sectio caesarea adalah diet pascabedah dan diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP). Diet pascabedah adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah pembedahan berupa diet pascabedah I, II, III, dan IV. Diet TKTP adalah makanan yang mengandung energi dan protein di atas kebutuhan normal. Kedua diet ini penting untuk menunjang proses penyembuhan pasien pascabedah sectio caesarea. Komponen gizi utama diet ini adalah energi, protein, lemak, dan karbohidrat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis diet yang diberikan kepada pasien pascabedah sectio caesarea di RSUD Sidikalang. Jenis penelitian ini penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Objek penelitian adalah makanan dalam bentuk diet pascabedah I, II, III, dan IV, serta makanan TKTP pada pasien pascabedah sectio caesarea. Data primer diperoleh dari hasil penimbangan makanan dalam bentuk diet pascabedah dan diet TKTP. Data sekunder diperoleh dari dokumen rumah sakit. Tahapan pemberian dan ketersediaan zat gizi dalam diet dianalisis dengan menggunakan daftar komposisi bahan makanan dan dibandingkan dengan standar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahapan pemberian diet pada pasien pascabedah sectio caesarea belum sesuai dengan standar karena pemberian diet pascabedah II tidak dilakukan. Demikian juga hasil penilaian terhadap ketersediaan zat gizi diet, kandungan energi, protein, lemak, dan karbohidrat, belum memenuhi standar diet pascabedah dan diet TKTP. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya standar porsi, standar resep, dan standar alat yang digunakan.

Disarankan bagi pihak RSUD Sidikalang khususnya bagian instalasi gizi agar menyediakan pedoman diet, standar porsi, standar resep, dan standar alat sehingga pemberian diet pada pasien pascabedah sectio caesarea sesuai dengan standar . Kata Kunci : sectio caesarea, diet pascabedah, diet TKTP


(5)

ABSTRACT

Diet provided to post-surgical of caesarea sectio patients is post-surgery diet and high in calorie and high in protein diet. Post-surgery diet is food given to the patient after surgical in form of diet I, II, III, and IV. Diet with high in calorie and high in protein is contained energy and protein above the normal requirements. Both of these diet are important to support the recovering process of post-surgical of caesarea sectio patients. The main nutrient components of these diet are energy, protein, fat, and carbohydrate.

This research aims to analyse the diet given to the post-surgical of caesarea sectio patients in general hospital of Sidikalang regency. This is a descriptive with cross-sectional design. The object research is foods in the form of post-surgery diet I, II, III, and IV, as well as foods high in calorie and high in protein which is applied to post-surgical of caesarea sectio patients. Primary data is obtained from the result of food weighing in the form of post-surgery diet and high in calorie and high in protein diet. Secondary data is obtained from hospital documents. The stage of giving and nutrients content in diet were analyzed by using food composition lists and compared with a standard of diet.

The result showed that the phases of the diet in post-surgical of patients was not in accordance with the standard for giving post-surgery diet II was not done. As well as the assessment result of diet nutrients content, include energy, protein, fat, and carbohydrate were still not in accordance with the diet standard of post-surgery and high in calorie and high in protein. It is caused by there was no standard of portion, standard of recipe, and standard of tools.

It is recommended for general hospital of Sidikalang regency admissions, especially the installation of nutrition to provide a diet guidance, standard of portion, standard of recipe, and standard of tools so the diet giving for post-surgical of caesarea sectio patients is accordance to the standard.

Key Words: caesarea sectio, post-surgery diet, high in calorie and high in protein diet


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Veronika Mayasari Sianturi Tempat/ Tanggal Lahir : Sidikalang/ 12 Nopember 1987

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Bersaudara : 4 orang

Alamat Rumah : Jl. Pakpak Ujung No.197 Sidikalang

Riwayat Pendidikan : 1. SD ST Yosef Sidikalang 1993-1998 2. SLTP Negeri 1 Sidikalang 1998-2002 3. SMA Negeri 1 Sidikalang 2002-2005 4. Diploma III Gizi-IPB 2005-2008 5. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU 2009-2011


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat kasih dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Diet pada Pasien Pascabedah Sectio Caesarea di RSUD Sidikalang”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dibuat untuk dapat menyelesaikan pendidikan Strata I pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan dan penulisan skripsi ini penulis banyak menemukan kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan, bantuan dan dorongan moril dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu kritik dan saran masih sangat diperlukan demi kesempurnaan skripsi ini. Oleh sebab itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi II dan Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

3. Dra. Jumirah, Apt, Mkes selaku Dosen Pembimbing Skripsi I sekaligus sebagai Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu untuk


(8)

memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan saran, bimbingan, dan arahan dalam penulisan skripsi ini. 5. dr. Mhd. Arifin Siregar, MS selaku Dosen Penguji III yang telah banyak

memberikan saran, bimbingan, dan arahan dalam penulisan skripsi ini. 6. Eka Lestari Mahyuni SKM, MKes selaku Dosen Pembimbing Akademik

penulis di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 7. Seluruh dosen dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

8. Seluruh Dosen dan Pegawai bagian Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah banyak membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini khususnya kepada bang Marihot Samosir, ST yang banyak membantu penulis.

9. dr. Lomo Daniel Sianturi selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang, serta pegawai RSUD Sidikalang yang telah membantu penulis dalam penelitian.

10.Pinarsinta Purba, AMG selaku Kepala Bagian Instalasi Gizi RSUD Sidikalang berserta seluruh ahli gizi (Ibu Roselly Sirait, Ibu Corry Sihite, dan Ibu Rusmala), dan petugas di dapur instalasi gizi.

11.Teristimewa untuk orang tuaku tercinta Ayahanda (H. Sianturi) dan Ibunda (M. Simanjuntak), abang-abangku (Sofar Alan dan Michel Jones), kakakku (Julia Imelda), Adik-adik sepupuku (Guna, Ruth, Vidi, Martin, dan Hizkia), Abangku Disonlonan (Edy Darwinson Simbolon, ST) terima


(9)

kasih telah memberikan dukungan materil dan moril serta doa dalam setiap langkah penulis.

12.Sahabat-sahabatku (Lamhot, Tina, Roma, Dedez, Isnal, Erwin Geloo, Pa’Nesya, Ma’Nesya, Mom Nietha, Fuji, Kujenk, Jadi, Richard), teman-teman pembangunan (Colin, Edu, Elis, Edu, Jhonson, David, Ade) serta teman-teman yang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang banyak memberikan doa dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. 13.Teman-teman seperjuangan di Gizi FKM USU (Elsa, Meishi, Astri, Dyan,

Yuni, Neny, Fifin, Elfrina, Rani, Riska 07, Taupiq, Sherry, Tami, Rizka 08) yang banyak membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2011


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 4

1.2. Permasalahan ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Sectio Caesarea ... 6

2.2. Jenis Sectio Caesarea ... 7

2.3. Indikasi Sectio Caesarea ... 8

2.3.1. Indikasi Medis ... 8

2.3.1.1. Faktor Janin ... 8

2.3.1.2. Faktor Ibu ... 10

2.3.2. Indikasi Sosial... 11

2.4. Diet pada Pasien Pascabedah Sectio Caesarea ... 13

2.4.1. Diet Pascabedah I (DPB I) ... 17

2.4.2. Diet Pascabedah II (DPB II) ... 18

2.4.3. Diet Pascabedah III (DPB III) ... 19

2.4.4. Diet Pascabedah IV (DPB IV) ... 21

2.4.5. Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) ... 22

2.5. Kerangka Konsep ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

3.1. Jenis Penelitian ... 29

3.2. Lokasi Penelitian ... 29

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 29

3.2.2. Waktu Penelitian ... 29

3.3. Objek Penelitian ... 30


(11)

3.4.1. Data Primer ... 30

3.4.2. Data Sekunder ... 30

3.5. Instrumen Penelitian ... 30

3.6. Defenisi Operasional ... 31

3.7. Aspek Pengukuran ... 32

3.8. Teknik Analisa Data ... 35

3.8.1. Pengolahan Data ... 35

3.8.2. Analisa Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 36

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 36

4.1.1. Wilayah Cakupan ... 36

4.1.2. Produk Pelayanan Kesehatan ... 37

4.2. Pemberian Diet pada Pasien Pascabedah Sectio Caesarea di RSUD Sidikalang ... 37

4.2.1. Diet Pascabedah I (DPB I) ... 38

4.2.2. Diet Pascabedah II (DPB II) ... 39

4.2.3. Diet Pascabedah III (DPB III) ... 39

4.2.4. Diet Pascabedah IV (DPB IV) ... 40

4.2.5. Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) ... 41

4.2.5.1. Ketersediaan Zat Gizi Energi ... 42

4.2.5.2. Ketersediaan Zat Gizi Protein ... 42

4.2.5.3. Ketersediaan Zat Gizi Lemak... 43

4.2.5.4. Ketersediaan Zat Gizi Karbohidrat ... 44

BAB V PEMBAHASAN ... 45

5.1. Pemberian Diet pada Pasien Pascabedah Sectio Caesarea di RSUD Sidikalang ... 45

5.2. Kesesuaian Pemberian Diet Pascabedah pada Pasien Sectio Caesarea di RSUD Sidikalang ... 46

5.2.1. Diet Pascabedah I (DPB I) ... 46

5.2.2. Diet Pascabedah II (DPB II) ... 47

5.2.3. Diet Pascabedah III (DPB III) ... 48

5.2.4. Diet Pascabedah IV (DPB IV) ... 49

5.2.5. Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) ... 49

5.2.5.1. Ketersediaan Zat Gizi Energi ... 49

5.2.5.2. Ketersediaan Zat Gizi Protein ... 50

5.2.5.3. Ketersediaan Zat Gizi Lemak... 50

5.2.5.4. Ketersediaan Zat Gizi Karbohidrat ... 51

BAB VI KESIMPULAN ... 52

6.2. Kesimpulan ... 52

6.3. Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA


(12)

LAMPIRAN

1. Formulir Food Weighing

2. Hasil Analisis Diet pada Pasien Pascabedah Sectio Caesarea di RSUD Sidikalang

3. Gambar Contoh Menu Diet Pascabedah dan Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang

4. Surat Keterangan Permohonan Izin Survei Pendahuluan 5. Surat Keterangan Permohonan Izin Penelitian

6. Surat Keterangan telah selesai melaksanakan penelitian dari Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Contoh Menu Sehari Diet Pascabedah I ... 18

Tabel 2.2. Bahan Makanan Sehari Diet Pascabedah II ... 19

Tabel 2.3. Nilai Gizi Diet Pascabedah II (DPB II) ... 19

Tabel 2.4. Bahan Makanan Sehari Diet Pascabedah II ... 20

Tabel 2.5. Nilai Gizi Diet Pascabedah III (DPB III) ... 21

Tabel 2.6. Bahan Makanan Sehari Diet Pascabedah IV ... 21

Tabel 2.7. Nilai Gizi Diet Pascabedah IV (DPB IV) ... 22

Tabel 2.8. Bahan Makanan untuk Makanan Biasa dalam Sehari ... 24

Tabel 2.9. Nilai Gizi Diet Makanan Biasa ... 24

Tabel 2.10. Bahan Makanan untuk Diet TKTP yang ditambahkan pada Makanan Biasa ... 25

Tabel 2.11. Nilai Gizi Bahan Makanan untuk Diet TKTP berdasarkan Jenis Dietnya ... 25

Tabel 2.12. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan dalam Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein ... 26

Tabel 4.1. Distribusi Kesesuaian Pemberian Diet Pascabedah I yang Diberikan Rumah Sakit Berdasarkan Standar Diet Pascabedah I .... 39

Tabel 4.2. Distribusi Kesesuaian Ketersediaan Zat Gizi pada Pasien Pascabedah Sectio Caesarea di RSUD Sidikalang Berdasarkan Standar Diet Pascabedah III ... 41

Tabel 4.3. Distribusi Kesesuaian Ketersediaan Zat Gizi pada Pasien Pascabedah Sectio Caesarea di RSUD Sidikalang Berdasarkan Standar Diet Pascabedah IV ... 43

Tabel 4.4. Distribusi Kesesuaian Ketersediaan Zat Gizi Energi pada Pasien Pascabedah Sectio Caesarea di RSUD Sidikalang Berdasarkan Standar Diet TKTP I ... 44


(14)

Tabel 4.5. Distribusi Kesesuaian Ketersediaan Zat Gizi Protein pada Pasien Pascabedah Sectio Caesarea di RSUD Sidikalang

Berdasarkan Standar Diet TKTP I ... 45 Tabel 4.6. Distribusi Kesesuaian Ketersediaan Zat Gizi Lemak pada

Pasien Pascabedah Sectio Caesarea di RSUD Sidikalang

Berdasarkan Standar Diet TKTP I ... 46 Tabel 4.7. Distribusi Kesesuaian Ketersediaan Zat Gizi Karbohidrat pada

Pasien Pascabedah Sectio Caesarea di RSUD Sidikalang


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 27 Gambar 4.1. Alur Pemberian Diet pada Pasien Pascabedah Sectio Caesarea di

RSUD Sidikalang ... 38


(16)

ABSTRAK

Diet yang diberikan kepada pasien pascabedah sectio caesarea adalah diet pascabedah dan diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP). Diet pascabedah adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah pembedahan berupa diet pascabedah I, II, III, dan IV. Diet TKTP adalah makanan yang mengandung energi dan protein di atas kebutuhan normal. Kedua diet ini penting untuk menunjang proses penyembuhan pasien pascabedah sectio caesarea. Komponen gizi utama diet ini adalah energi, protein, lemak, dan karbohidrat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis diet yang diberikan kepada pasien pascabedah sectio caesarea di RSUD Sidikalang. Jenis penelitian ini penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Objek penelitian adalah makanan dalam bentuk diet pascabedah I, II, III, dan IV, serta makanan TKTP pada pasien pascabedah sectio caesarea. Data primer diperoleh dari hasil penimbangan makanan dalam bentuk diet pascabedah dan diet TKTP. Data sekunder diperoleh dari dokumen rumah sakit. Tahapan pemberian dan ketersediaan zat gizi dalam diet dianalisis dengan menggunakan daftar komposisi bahan makanan dan dibandingkan dengan standar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahapan pemberian diet pada pasien pascabedah sectio caesarea belum sesuai dengan standar karena pemberian diet pascabedah II tidak dilakukan. Demikian juga hasil penilaian terhadap ketersediaan zat gizi diet, kandungan energi, protein, lemak, dan karbohidrat, belum memenuhi standar diet pascabedah dan diet TKTP. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya standar porsi, standar resep, dan standar alat yang digunakan.

Disarankan bagi pihak RSUD Sidikalang khususnya bagian instalasi gizi agar menyediakan pedoman diet, standar porsi, standar resep, dan standar alat sehingga pemberian diet pada pasien pascabedah sectio caesarea sesuai dengan standar . Kata Kunci : sectio caesarea, diet pascabedah, diet TKTP


(17)

ABSTRACT

Diet provided to post-surgical of caesarea sectio patients is post-surgery diet and high in calorie and high in protein diet. Post-surgery diet is food given to the patient after surgical in form of diet I, II, III, and IV. Diet with high in calorie and high in protein is contained energy and protein above the normal requirements. Both of these diet are important to support the recovering process of post-surgical of caesarea sectio patients. The main nutrient components of these diet are energy, protein, fat, and carbohydrate.

This research aims to analyse the diet given to the post-surgical of caesarea sectio patients in general hospital of Sidikalang regency. This is a descriptive with cross-sectional design. The object research is foods in the form of post-surgery diet I, II, III, and IV, as well as foods high in calorie and high in protein which is applied to post-surgical of caesarea sectio patients. Primary data is obtained from the result of food weighing in the form of post-surgery diet and high in calorie and high in protein diet. Secondary data is obtained from hospital documents. The stage of giving and nutrients content in diet were analyzed by using food composition lists and compared with a standard of diet.

The result showed that the phases of the diet in post-surgical of patients was not in accordance with the standard for giving post-surgery diet II was not done. As well as the assessment result of diet nutrients content, include energy, protein, fat, and carbohydrate were still not in accordance with the diet standard of post-surgery and high in calorie and high in protein. It is caused by there was no standard of portion, standard of recipe, and standard of tools.

It is recommended for general hospital of Sidikalang regency admissions, especially the installation of nutrition to provide a diet guidance, standard of portion, standard of recipe, and standard of tools so the diet giving for post-surgical of caesarea sectio patients is accordance to the standard.

Key Words: caesarea sectio, post-surgery diet, high in calorie and high in protein diet


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sectio caesarea akhir-akhir ini banyak diminati karena dianggap lebih praktis dan tidak menyakitkan, sehingga tidak heran jika tindakan bedah ini menjadi tindakan bedah kebidanan kedua tersering yang digunakan di Indonesia maupun di luar negeri. Dengan adanya metode sectio caesarea, bukan hanya ibu yang akan menjadi aman tetapi jumlah bayi yang cedera akibat partus lama dan pembedahan traumatik vagina menjadi berkurang. Karena itu insidensi sectio caesarea dari tahun ke tahun terus meningkat disertai dengan penurunan absolut mortalitas perinatal.

Dalam perkembangannya, selain untuk menolong kegawatan persalinan, tindakan bedah sectio caesarea sering dipilih untuk alasan yang tidak irasional. Alasan tersebut berupa keinginan untuk mendapatkan hari kelahiran anak yang terbaik menurut kepercayaan. Seperti diketahui, ada dua cara persalinan yaitu per vagina (lewat vagina), atau dikenal dengan persalinan normal/alami dan persalinan dengan operasi caesar (sectio caesarea), yaitu bayi dilahirkan lewat pembedahan perut.

Di Indonesia terutama di kota-kota besar, keputusan ibu hamil untuk melahirkan dengan sectio caesarea walau tidak memiliki indikasi medis, paling banyak disebabkan oleh adanya ketakutan menghadapi persalinan normal atau yang lebih dikenal sebagai rasa takut akan kelahiran (fear of childbirth), dimana faktor psikologis ibu yang seperti ini kurang diperhatikan di Indonesia (Depkes RI, 2006)


(19)

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat sekitar 20 % persalinan harus dilakukan dengan sectio caesarea, baik karena pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan janinnya ataupun keinginan pribadi pasien (Kasdu, 2003). Persalinan secara sectio caesarea di Amerika Serikat terdapat 85 % dengan indikasi riwayat sectio caesarea, distosia persalinan, gawat janin, dan letak sungsang (Cunningham dkk, 2006). Di Indonesia, menurut Survei Demografi dan Kesehatan pada tahun 1997 dan tahun 2003, tercatat angka persalinan sectio caesarea secara nasional hanya berjumlah ± 4 % dari total persalinan. Secara umum, jumlah sectio caesarea di rumah sakit pemerintah adalah 20-25 % dari total persalinan, sedangkan di rumah sakit swasta jumlahnya sangat tinggi yaitu sekitar 30-80 % dari total persalinan (Depkes RI, 2006).

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sidikalang sebagai salah satu rumah sakit pemerintah juga melayani tindakan bedah kebidanan sectio caesarea. Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan di RSUD Sidikalang, pada tahun 2010 tercatat sejumlah pasien yang mendapatkan tindakan bedah sectio caesarea. Pada periode April hingga Juni 2010 ada 205 wanita, periode Juli hingga Agustus ada 193 wanita, periode Oktober hingga Desember 2010 ada 235 wanita yang mendapatkan tindakan bedah sectio caesarea. Pada periode Januari hingga Maret 2011 telah tercatat 163 pasien yang menjalani tindakan bedah sectio caesarea di RSUD Sidikalang. Sectio caesaera merupakan tindakan bedah tertinggi nomor satu dari 10 jenis tindakan bedah kebidanan yang dilayani di RSUD Sidikalang. Tindakan bedah kebidanan tersebut antara lain sectio caesarea, tubectomy, histerectomy, laparotomy, myomectomy, salpingotomy, sekunder haecting, kistectomy, eksisi kista,


(20)

dan relaparatomy (Tim Penyusun Laporan Kinerja Pelayanan RSUD Sidikalang, 2010).

Setelah pembedahan, termasuk bedah sectio caesarea sering terjadi demam yang meningkatkan kebutuhan energi, dan luka pendarahan yang meningkatkan kebutuhan protein, zat besi, dan vitamin C. Selain itu, sering terjadi peningkatan ekskresi nitrogen dan natrium yang dapat berlangsung selama 5-7 hari atau lebih pascabedah dan peningkatan ekskresi kalsium setelah operasi besar, trauma kerangka tubuh, atau setelah lama bergerak (imobilisasi) (Almatsier, 2006). Keadaan ini mengharuskan perlunya perhatian terhadap pemberian diet kepada wanita yang merupakan pasien pascabedah sectio caesarea.

Diet yang diberikan kepada pasien pascabedah sectio caesarea adalah diet pascabedah mulai dari diet pascabedah I hingga pascabedah IV dan diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP). Pemberian diet ini dilakukan secara bertahap mulai dari makanan cair jernih, makanan cair kental, makanan saring, makanan lunak, hingga makanan biasa berupa diet TKTP. Pemberian diet secara bertahap dimaksudkan agar sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan tersebut.

Pemberian diet ini tidak sekedar untuk memenuhi rasa kenyang, akan tetapi dapat memberikan tenaga, melindungi tubuh dari penyakit serta memelihara kesehatan sesuai dengan fungsi makanan bagi kehidupan, dan mempercepat proses pemulihan pasien. Oleh karena itu, makanan harus memenuhi syarat menu seimbang, yakni adanya keseimbangan antara jumlah dari kandungan zat gizi bahan makanan yang secara umum terdiri dari unsur zat pembangun, unsur pemberi tenaga dan unsur pelindung atau pengatur sel-sel jaringan tubuh. Pentingnya perhatian terhadap


(21)

makanan yang diperuntukkan bagi wanita bersalin, khususnya dengan persalinan pascabedah sectio caesarea ini memberikan konsekuensi perlunya dilakukan analisis terhadap diet bagi pasien pascabedah meliputi ketersediaan zat gizi energi, protein, lemak, dan karbohidrat yang diberikan oleh pihak rumah sakit tempat wanita tersebut

melakukan persalinan. Praktek pemberian diet pada pasien pascabedah sectio caesarea di RSUD

Sidikalang dinilai belum memuaskan dimana berdasarkan survei awal yang dilakukan standar porsi untuk jenis diet diberikan masih belum mencukupi jumlahnya sehingga ketersediaan zat gizi makro seperti energi, protein, lemak, dan karbohidrat masih kurang atau tidak sesuai dengan standar diet seharusnya yaitu diet pascabedah I, II, III, dan IV, serta diet TKTP yang diperuntukkan bagi pasien pascabedah sectio caesarea di RSUD Sidikalang.

Selain itu, dari segi tahapan pemberian diet pada pasien pascabedah sectio cesarea juga masih kurang tepat dimana pemberian diet mulai dari diet pascabedah I hingga diet TKTP tidak diberikan secara bertahap. Hal ini menjadi latar belakang peneliti untuk melakukan analisis terhadap diet mulai dari pemberian makanan cair jernih hingga diet TKTP pada pasien pascabedah sectio caesarea di RSUD Sidikalang, mengingat kebutuhan gizi pasien pascabedah sectio caesarea ini turut mempengaruhi kebutuhan gizi bayinya.

1.2.Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, yang menjadi permasalahan adalah bagaimanakah pemberian diet pada pasien pascabedah sectio caesarea di RSUD Sidikalang.


(22)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pemberian diet pada pasien pascabedah sectio caesarea di RSUD Sidikalang.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui jenis diet yang diberikan kepada pasien pascabedah sectio caesarea di RSUD Sidikalang

2. Untuk mengetahui kesesuaian jenis diet yang diberikan dalam hal tahapan pemberian diet dan zat gizi khususnya energi, protein, lemak, dan karbohidrat berdasarkan standar yang seharusnya dengan menilai menu dan menghitung ketersediaan makanan dalam diet yang diberikan pada pasien pascabedah sectio caesarea

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak instalasi gizi RSUD Sidikalang mengenai ketersediaan zat gizi khususnya energi, protein, lemak, dan karbohidrat yang telah diberikan oleh pihak rumah sakit berdasarkan jenis diet yang diberikan pada pasien pascabedah sectio caesarea

2. Sebagai sumber informasi objektif bagi pasien pascabedah sectio caesarea pemberian diet pascabedah dan diet TKTP di RSUD Sidikalang


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sectio Caesarea

Istilah sectio caesarea berasal dari perkataan Latin yaitu ”caedere”, yang artinya memotong. Pengertian ini semula ditemukan dalam Roman Law (Lex Regia) dan Emperor’s Law (Lex Caesarea), yaitu undang-undang yang meghendaki supaya janin dalam kandungan ibu-ibu yang meninggal harus dikeluarkan dari dalam rahim (Mochtar, 2000). Sectio caesarea adalah persalinan melalui pembedahan untuk mengeluarkan bayi dari rahim lewat suatu irisan/sayatan pada perut bagian bawah dan rahim (Whalley dkk, 2008). Menurut Mochtar (2000), pada masa dulu, sectio caesarea dilakukan atas indikasi yang terbatas pada panggul sempit dan plasenta previa. Meningkatnya angka kejadian sectio caesarea pada waktu sekarang ini, disebabkan karena berkembangnya indikasi dan makin kecilnya resiko dan mortalitas dengan cara ini karena kemajuan teknik operasi dan anastesi, serta ampuhnya antibiotika dan kemoterapi.

Menurut Indiarti (2006), alasan untuk melakukan sectio caesarea pada ibu hamil atau ibu dalam persalinan adalah plasenta menghalangi jalan lahir (placenta previa), perdarahan dalam kehamilan lanilla, kelainan letak (seperti letak lintang, letak sungsang), ketidaksesuaian antara jalan lahir ibu dengan besarnya janin atau presentasi janin (panggul sempit, anak besar, letak dahi, letak muka, dan sebagainya), ketuban pecah sebelum waktunya yang setelah diantisipasi tidak memberikan kemajuan dalam persalinan, persalinan tidak maju, drip oksitosin yang gagal, ibu


(24)

mengalami preeklamsi berat (keracunan kehamilan, hipertensi dalam kehamilan) atau eklamsi (preeklamsi yang disertai kejang), serta kelainan bentuk rahim.

2.2. Jenis Sectio Caesarea

Menurut Sinaga (2009), ada dua jenis jenis sectio caesarea yang dikenal yaitu sectio caesarea transperitonealis dan sectio caesarea ekstraperitonealis. Sectio caesarea transperitonealis terdiri atas dua bagian yaitu sectio caesarea klasik dan sectio caesarea profunda. Sectio caesarea klasik merupakan pembedahan dimana pembedahan dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm. Keuntungan tindakan ini adalah mengeluarkan janin lebih cepat, tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik dan sayatan bias diperpanjang proksimal dan distal. Kerugian yang dapat muncul adalah infeksi mudah menyebar secara intraabdominal dan lebih sering terjadi ruptura uteri spontan pada persalinan berikutnya.

Sectio caesarea profunda dikenal juga dengan sebutan low cervical yaitu sayatan pada segmen bawah rahim. Keuntungannya adalah penjahitan luka lebih mudah, kemungkinan rupture uteri spontan lebih kecil dibandingkan dengan sectio caesarea dengan cara klasik, sedangkan kekurangannya yaitu perdarahan yang banyak dan keluhan pada kandung kemih postoperative tinggi.

Sectio caesarea ekstraperitonealis, yaitu sectio caesarea berulang pada seorang pasien yang pernah melakukan sectio caesarea sebelumnya. Biasanya dilakukan di atas bekas luka yang lama. Tindakan ini dilakukan dengan insisi dinding dan fasia abdomen sementara peritoneum dipotong ke arah kepala untuk memaparkan


(25)

segmen bawah uterus sehingga uterus dapat dibuka secara ekstraperitoneum. Pada saat ini pembedahan ini tidak banyak dilakukan lagi untuk mengurangi bahaya infeksi puerperal.

2.3. Indikasi Sectio Caesarea 2.3.1. Indikasi Medis

Melahirkan dengan cara sectio caesarea sebaiknya dilakukan atas pertimbangan medis dengan memperhatikan kesehatan ibu maupun bayinya. Artinya, janin atau ibu dalam keadaan gawat dan hanya dapat diselamatkan jika persalinan dilakukan dengan jalan sectio caesarea, dengan tujuan untuk memperkecil terjadinya risiko yang membahayakan jiwa ibu dan bayinya.

2.3.1.1. Faktor Janin

Menurut Sinaga (2009), faktor janin turut menjadi indikasi medis dari sectio caesarea. Faktor janin meliputi bayi terlalu besar, kelainan letak bayi, ancaman gawat janin (fetal distress), bayi kembar, dan faktor plasenta. Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir. Umumnya, pertumbuhan janin yang berlebihan karena ibu menderita kencing manis (diabetes mellitus), yang biasanya disebut bayi besar objektif. Bayi terlalu besar mempunyai risiko 4 kali lebih besar untuk terjadinya komplikasi persalinan.

Kelainan letak bayi meliputi letak sungsang dan letak lintang. Saat ini lebih banyak bayi letak sungsang yang lahir dengan sectio caesarea. Hal ini karena risiko kematian dan cacat/kecelakaan lewat vagina (spontan) jauh lebih tinggi. Lebih dari 50% bayi pernah mengalami letak sungsang dalam kurun 9 bulan kehamilan. Penyebab letak sungsang sering tidak diketahui pasti, secara teori dapat terjadi karena


(26)

faktor ibu seperti kelainan bentuk rahim, tumor jinak rahim/mioma, dan letak plasenta yang lebih rendah (Sinaga, 2009). Letak lintang merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua (hamil 8-9bulan) yaitu kepala ada di samping kanan atau kiri dalam rahim ibu. Bayi letak lintang tidak dapat lahir melalui jalan lahir biasa, karena sumbu tubuh janin melintang terhadap sumbu tubuh ibu. Bayi membutuhkan pertolongan sectio caesarea.

Ancaman gawat janin (fetal distress), yaitu keadaan gawat janin pada tahap persalinan, dimana pada keadaan tersebut memungkinkan dokter memutuskan untuk melakukan operasi, apalagi ditunjang kondisi ibu yang kurang menguntungkan. Bila ibu menderita tekanan darah tinggi atau kejang pada rahim, mengakibatkan gangguan pada ari-ari dan tali pusat sehingga aliran oksigen kepada bayi menjadi berkurang. Kondisi ini bisa menyebabkan janin mengalami kerusakan otak, bahkan tidak jarang meninggal dalam rahim.

Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan kembar dapat memberi risiko yang lebih tinggi terhadap ibu dan bayi. Oleh karena itu dalam menghadapi kehamilan kembar harus dilakukan pengawasan hamil yang lebih intensif. Namun jika ibu mengandung 3 janin atau lebih maka sebaiknya menjalani sectio caesarea. Hal ini akan menjamin bayi-bayi tersebut dilahirkan dalam kondisi sebaik mungkin dengan trauma minimum.

Faktor plasenta meliputi plasenta previa dan solusio plasenta. Plasenta Previa adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir (prae=di depan; vias = jalan). Jadi yang dimaksud dengan plasenta yang implantasinya tidak normal ialah rendah sekali sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum. Implantasi plasenta yang


(27)

normal ialah pada dinding depan atau dinding belakang rahim di daerah fundus uteri (Sinaga, 2009). Plasenta previa dibagi menjadi tiga, yaitu plasenta previa totalis, plasenta previa lateralis, dan plasenta previa marginalis. Plasenta previa menyebabkan bagian terdepan janin sering sekali sulit untuk memasuki pintu atas panggul, oleh karena itu dilakukan sectio caesarea. Sectio caesarea pada plasenta previa selain untuk mengurangi kematian bayi, juga terutama dilakukan untuk kepentingan ibu, maka sectio caesarea juga dilakukan pada plasenta previa walaupun anak sudah mati.

Solusio plasenta merupakan kondisi dimana plasenta terlepas dari dinding rahim baik sebagian maupun seluruhnya dari tempatnya berimplantasi sebelum anak lahir. Solusio plasenta bisa terjadi setiap waktu setelah kehamilan 20 minggu, kebanyakan terjadi dalam trimester ketiga. Pelepasan plasenta biasanya ditandai dengan perdarahan yang bisa keluar dari vagina, tetapi bisa juga tersembunyi dalam rahim, yang dapat membahayakan ibu dan janinnya. Persalinan dengan sectio caesarea biasanya dilakukan untuk menolong agar janin segera lahir sebelum mengalami kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban dan menghentikan perdarahan yang mengancam nyawa ibu.

2.3.1.2. Faktor Ibu

Faktor ibu yang menjadi indikasi medis dari tindakan sectio caesarea adalah disproporsi sefalo pelvik (ketidakseimbangan kepala dan panggul ibu), mencakup panggul sempit, fetus yang tumbuh terlampau besar atau adanya ketidakseimbangan relatif antara ukuran kepala bayi dan pelvis (panggul). Selain itu, ada faktor disfungsi uterus yang mencakup kerja uterus yang tidak terkoordinasi, hal ini menyebabkan


(28)

tidak adanya kekuatan untuk mendorong bayi keluar dari rahim, sehingga menyebabkan kemajuannya terhenti sama sekali, dan perlu penanganan dengan sectio caesarea.

Ruptura uteri (robekan rahim) juga menjadi salah satu indikasi medis sectio caesarea yang berasal dari ibu. Ruptura uteri adalah keadaan robekan pada rahim dimana telah terjadi hubungan langsung antara rongga amnion dengan rongga peritoneum. Secara teori robekan rahim dapat dibagi menjadi dua, yaitu ruptura uteri spontan (karena dinding rahim lemah) dan ruptura uteri violenta (karena trauma pertolongan versi dan ekstraksi, ekstraksi forsep, kuretase, manual plasenta).

Partus tak maju juga merupakan indikasi medis yang lain dari sectio caesarea. Partus tak maju berarti bahwa meskipun kontraksi uterus kuat, janin tidak dapat turun karena faktor mekanis. Partus tak maju dapat disebabkan oleh karena disproporsi sefalo pelvik, malpresentase dan neoplasma yang menyumbat jalan lahir. Partus tak maju adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primipara, dan lebih dari 18 jam pada multipara. Indikasi yang lain yaitu Pre-eklampsia dan eklampsia (PE/E). Pre-eklampsia adalah suatu sindrom yang dijumpai pada ibu hamil di atas 20 minggu ditandai dengan hipertensi dan proteinuria dengan atau tanpa edema. Eklampsia adalah pre-eklampsia disertai dengan gejala kejang umum yang terjadi pada waktu hamil, waktu partus atau dalam 7 hari post partum bukan karena epilepsi. 2.3.2. Indikasi Sosial

Selain indikasi medis terdapat indikasi sosial untuk melakukan sectio caesarea. Menurut penelitian yang dilakukan sebuah badan di Washington DC, Amerika Serikat, pada tahun 1994 menunjukkan bahwa setengah dari jumlah


(29)

persalinan sectio caesarea, yang secara medis sebenarnya tidak diperlukan. Artinya tidak ada kedaruratan persalinan untuk menyelamatkan ibu dan janin yang dikandungnya. Indikasi sosial timbul oleh karena permintaan pasien walaupun tidak ada masalah atau kesulitan dalam persalinan normal. Hal ini didukung oleh adanya mitos-mitos yang berkembang di masyarakat.

Persalinan yang dilakukan dengan sectio caesarea sering dikaitkan dengan masalah kepercayaan yang masih berkembang di Indonesia. Masih banyak penduduk di kota-kota besar mengaitkan waktu kelahiran dengan peruntungan nasib anak dilihat dari faktor ekonomi. Tentunya tindakan sectio caesarea dilakukan dengan harapan apabila anak dilahirkan pada tanggal dan jam tertentu, maka akan memperoleh rezeki dan kehidupan yang baik. Adanya ketakutan ibu-ibu akan kerusakan jalan lahir (vagina) sebagai akibat dari persalinan normal, menjadi alasan ibu memilih bersalin dengan cara sectio caesarea. Padahal penelitian membuktikan bahwa mitos tersebut tidak benar karena penyembuhan luka di daerah vagina hampir sempurna.

Pendapat lain yaitu, bayi yang dilahirkan dengan sectio caesarea menjadi lebih pandai karena kepalanya tidak terjepit di jalan lahir. Padahal sebenarnya tidak ada perbedaan antara kecerdasan bayi yang dilahirkan dengan cara sectio caesarea ataupun pervagina. Di sisi lain, persalinan dengan sectio caesarea dipilih oleh ibu bersalin karena tidak mau mengalami rasa sakit dalam waktu yang lama. Hal ini terjadi karena kekhawatiran atau kecemasan menghadapi rasa sakit pada persalinan normal.


(30)

2.4. Diet pada Pasien Pascabedah Sectio Caesarea

Kebanyakan ahli gizi menyarankan agar wanita yang memberikan ASI dalam periode setelah melahirkan mendapatkan paling sedikit 2500 kalori (10500 kJ) dalam satu hari (Llewellyn, 2002). Sama halnya dengan wanita yang melahirkan secara normal, wanita yang melahirkan secara sectio caesarea juga memerlukan asupan makanan yang kaya energi dan protein. Pemberian diet pada pasien pascabedah sectio caesarea pada dasarnya sama dengan diet yang diberikan pada pasien pascabedah lainnya yaitu dengan memberikan diet yang mengandung tinggi kalori dan protein.

Pembedahan merupakan tindakan pengobatan yang menggunakan cara invansif dengan cara membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan yang akan ditangani melalui sayatan yang diakhiri dengan penutupan dan dan penjahitan luka, dimana pada masa setelah operasi terjadi suatu fase metabolisme baik anabolisme maupun katabolisme (Susetyowati, 2010).

Suatu survei populasi pasien bedah di Rumah Sakit Pendidikan Auckland (New Zealand) menemukan bahwa 1 dari 5 pasien mengalami kurang energi protein, pada pasien bedah umum dengan penyakit gastrointestinal mayor dijumpai bahwa 1 dari 2 atau 3 pasien mengalami kurang energi protein, sehingga dalam perawatannya perlu diberikan diet TKTP untuk mengatasi kekurangan energi dan protein tersebut (Susetyowati, dkk, 2010). Demikian halnya dengan pasien pascabedah sectio caesarea, diberikan diet TKTP dalam perawatannya untuk mendukung kecepatan pemulihan pasien.

Pasien yang menjalani operasi atau tindakan bedah juga beresiko mengalami malnutrisi akibat menjalani puasa, stress operasi, dan peningkatan metabolisme yang


(31)

terjadi sehingga diberikan nutrisi perioperatif yaitu nutrisi yang diberikan pada pasien prabedah/praoperatif, durante/intraoperatif, dan pascabedah/pascaoperatif, yang bertujuan untuk mencapai hasil yang optimal dari operasi, dan mengurangi morbiditas operasi diantaranya infeksi luka operasi, penyembuhan luka yang lambat, pneumonia, dan sepsis (Pennington, et al, 2000).

Pemberian diet pada pasien bedah adalah menyediakan kalori, protein, vitamin, mineral, dan trace element yang adekuat untuk mengkoreksi kehilangan komposisi tubuh dan untuk mempertahankan keadaan normal dari zat-zat gizi tersebut. Oleh karena itu pada pasien-pasien hipoalbumin khususnya dan pasien bedah pada umumnya di RSUP Dr. Kariadi diberikan diet TKTP (Anonymous, 2011).

Survei menemukan bahwa 40-50% dari pasien dirawat rumah sakit beresiko untuk malnutrisi dan sampai dengan 12% yang mengalami gizi buruk. Menurut Nurhidayah (2009), pada kasus bedah kejadian kekurangan nutrisi lebih sering ditemukan pada penderita pascaoperasi yang membutuhkan perawatan lama atau memang sudah didasari oleh kondisi preoperatif yang dialami sebelumnya. Hal ini menyebabkan penyembuhan menjadi terhambat, diikuti dengan meningkatnya resiko infeksi pascabedah, lama rawat inap dan mortalitas. Keadaan ini dapat diatasi dengan pemberian diet berupa makanan tinggi kalori dan protein.

Menurut Bobak (2000), makanan yang mengandung protein dan vitamin C tinggi dan makanan berserat serta kalori dan cairan yang cukup direkomendasikan kepada wanita yang baru melahirkan untuk mencegah sembelit dan mempercepat penyembuhan. Protein berfungsi sebagai zat pembangun bagi pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh, sebagai pengatur kelangsungan proses di dalam tubuh,


(32)

sebagai pemberi tenaga dalam keadaan energi kurang tercukupi oleh karbohidrat dan lemak (Kartasapoetra, 2008).

Penatalaksanaan diet dalam asuhan keperawatan pada pasien pascabedah kanker kolon adalah dengan pemberian diet tinggi kalori, protein, dan karbohidrat apabila kondisi pasien memungkinkan setelah sebelumnya diberikan diet cair penuh hingga tanda-tanda usus mulai bekerja (Sutrisno, 2010).

Intervensi pada pasien penderita hepatoma yang telah menjalani tindakan bedah hati yaitu dengan mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya protein dengan masukan cairan adekuat, serta penggunaan suplemen dan makanan dengan porsi lebih sedikit dan pemberian lebih sering (Wantohape, 2010).

Lebih dari 1/3 pasien bedah gastrointestinal mengalami malnutrisi “sedang”.(Heys SD, 1999). Malnutrisi dan berat badan yang kurang berhubungan dengan perubahan fisiologi seluler dan fungsi organ yang penting pada pasien bedah. Akibat dari berat badan kurang preoperatif akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas postoperatif. Komplikasi seperti bocornya anastomosis usus, dehisensi luka dan sepsis sering ditemukan pada pasien-pasien dengan malnutrisi. Terapi nutrisi yang adekuat pada pasien pascabedah berupa diet tinggi kalori tinggi protein, pada saat yang tepat, dengan pemberian antibiotik dan terapi suportif lainnya akan menjaga keseimbangan pasien (Labeda, 2011).

Pada penderita kanker kebutuhan gizi meningkat akibat proses keganasan di lain pihak, pengobatan, dan pembedahan, penyinaran, kemoterapi, maupun imunoterapi akan lebih berhasil dan berdaya guna jika penderita dalam keadaan status gizi baik (Uripi, 2002).


(33)

Umumnya, penderita kanker membutuhkan diet tinggi kalori dan protein (TKTP). Zeeman (1991), mengestimasi energi yang dibutuhkan itu sebesar 2000 kalori dan protein 90 – 100 g/hari kepada penderita dengan status gizi baik. Jumlah ini diperlukan untuk mempertahankan status gizinya. Pada keadaan gizi kurang untuk pemulihan dibutuhkan 4000 kalori dan protein 100 – 200 g/hari.

Oleh karena kemajuan yang pesat dalam bidang anastesi, keluhan mual dan muntah pascabedah sekarang ini sudah sangat berkurang bahkan jarang ditemukan,kecuali bila peristaltik usus kurang baik (paralisis) dan perut menjadi kembung.

Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah pasien mengalami platus (usus mulai bekerja yang ditandai dengan buang angin), lalu dimulailah dengan pemberian minuman dan makanan per oral. Sebenarnya pemberian sedikit minuman sudah dapat diberikan 6-10 jam pascabedah berupa air putih atau air teh atau air es hisap (ijs chip) yang jumlahnya dapat dinaikkan pada hari pertama dan kedua pascabedah (Mochtar, 2000). Pemberian minuman secara bertahap dapat disebut sebagai diet pascabedah.

Diet pascabedah adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani pembedahan. Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta (Almatsier, 2006). Menurut Almatsier (2006), adapun tujuan dari pemberian diet pascabedah adalah untuk mengupayakan agar status gizi pasien segera kembali normal untuk mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh pasien, dengan cara memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein), mengganti kehilangan protein,


(34)

glikogen, zat besi, dan zat gizi lain, serta memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan

Syarat pemberian diet pascabedah adalah memberikan makanan secara bertahap mulai dari bentuk cair, saring, lunak, dan biasa. Pemberian makanan dari tahap ke tahap tergantung pada macam pembedahan dan keadaan pasien yaitu pada pascabedah kecil, makanan diusahakan secepat mungkin kembali seperti biasa atau normal. Pada pascabedah besar , makanan diberikan secara berhati-hati disesuaikan dengan kemampuan pasien untuk menerimanya. Adapun pemberian diet pascabedah secara bertahap mulai dari diet pascabedah I, II, III, dan IV.

2.4.1. Diet Pascabedah I (DPB I)

Diet ini diberikan kepada pasien pascabedah sectio caesarea setelah pasien sadar dan tidak mual serta ada tanda-tanda usus mulai bekerja. Diet ini diberikan selama 6 jam setelah proses bedah sectio caesarea. Diet diberikan dalam bentuk makanan cair jernih. Menurut Almatsier (2006), makanan cair jernih adalah makanan yang disajikan dalam bentuk cairan jernih pada suhu ruang dengan kandungan sisa (residu) minimal dan tembus pandang bila diletakkan dalam wadah bening. Pemberian makanan dalam waktu yang singkat yaitu 1-2 hari, karena nilai gizinya sangat rendah dengan syarat pemberian yaitu porsi kecil dan diberikan sering. Adapun menu makanan sehari diet pascabedah I yang merupakan makanan cair jernih dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.


(35)

Tabel 2.1. Contoh Menu Sehari Diet Pascabedah I

Waktu Makan Menu

Pagi

Pukul 10.00 Siang

Pukul 16.00 Malam

Teh

Air bubur kacang hijau Kaldu jernih

Air jeruk Teh

Kaldu jernih Air jeruk Sumber: Almatsier, 2006

2.4.2. Diet Pascabedah II (DPB II)

Diberikan sebagai perpindahan dari diet pascabedah I, dimana makanan diberikan dalam bentuk cair kental, berupa kaldu jernih, sirup, sari buah, sop, susu, dan puding rata-rata 8-10 kali sehari selama pasien tidak tidur. Diet pascabedah II diberikan secara berangsur dimulai 50 ml/jam. Air jeruk dan minuman yang mengandung karbondioksida tidak boleh diberikan pada DPB II ini. Bahan makanan sehari dan nilai gizi DPB II dapat dilihat pada Tabel berikut.

Menurut Almatsier (2006), makanan cair kental adalah makanan yang mempunyai konsistensi kental atau semipadat pada suhu kamar, yang tidak membutuhkan proses mengunyah dan mudah ditelan. Makanan yang diberikan harus cukup energi dan protein, tidak merangsang saluran cerna, dan diberikan secara bertahap dalam porsi kecil dan sering (tiap 2-3 jam). Pemberian makanan cair kental sebagai peralihan DPB I menuju DPB II kepada pasien pascabedah sectio caesarea bertujuan untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dan mencegah aspirasi


(36)

(cairan masuk ke dalam saluran napas). Pembagian bahan makanan sehari DPB II dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2. Bahan Makanan Sehari Diet Pascabedah II

Bahan Makanan Berat (g) URT

Beras Maizena Telur ayam Sayuran Jagung muda Pepaya Gula pasir Margarin Susu 200 15 100 100 85 200 90 10 800

1 bh bsr 3 sdm 2 btr 1 gls 2 bh sdg 2 ptg sdg 9 sdm 1 sdm 4 gls Sumber: Almatsier, 2006

Nilai gizi bahan makanan sehari diet pascabedah II yang diberikan kepada pasien pascabedah sectio caesarea dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Nilai Gizi Diet Pascabedah II (DPB II) Zat Gizi Jumlah Satuan Energi Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Besi Vitamin A Tiamin Vitamin C 1385 49 50 199 386 21,8 2628,6 0,8 190 kkal g g g mg mg RE mg mg Sumber: Almatsier, 2006

2.4.3. Diet Pascabedah III (DPB III)

Diet pascabedah II diberikan kepada pasien pascabedah sectio caesarea sebagai peralihan diet pascabedah II. Makanan diberikan dalam bentuk makanan saring ditambah susu dan biskuit. Pemberian cairan hendaknya tidak melebihi 2000 ml sehari. Pemberian diet ini bertujan untuk memberikan makanan dalam bentuk


(37)

semipadat dengan jumlah mendekati kebutuhan gizi pasien untuk jangka waktu pendek sebagai proses adaptasi terhadap bentuk makanan yang lebih padat. Makanan yang tidak dianjurkan dalam diet pascabedah III ini adalah makanan dengan bumbu tajam dan minuman yang mengandung karbondioksida. Bahan makanan sehari DPB III dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Bahan Makanan Sehari Diet Pascabedah III

Bahan Makanan Berat (g) URT

Tepung beras Maizena Telur ayam Daging sapi Tahu Kacang hijau Pepaya Margarin Santan Gula pasir Gula merah Susu 90 15 50 100 100 25 300 10 100 60 50 500 15 sdm 3 sdm 1 btr 2 ptg sdg 1 bh bsr 2½ sdm 3 ptg sdg 1 sdm ½ gls 6 sdm 5 sdm 2 ½ sdm Sumber: Almatsier, 2006

Bahan makanan sehari seperti pada Tabel 2.4. ditambah dengan pemberian susu 1 gls dan gula pasir 20 g pada pukul 16.00 WIB dan pemberian biskuit pada pukul 22.00 WIB. DPB III diberikan dalam waktu yang singkat selama 1-3 hari karena kurang memenuhi kebutuhan gizi terutama energi dan tiamin. Pemberian makanan dalam porsi kecil dan sering yaitu 6-8 kali sehari dalam bentuk rendah serat. Nilai gizi diet pascabedah III yang diberikan kepada pasien pascabedah sectio caesarea dapat dilihat pada Tabel 2.5.


(38)

Tabel 2.5. Nilai Gizi Diet Pascabedah III (DPB III) Zat Gizi Jumlah Satuan Energi Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Besi Vitamin A Tiamin Vitamin C 2192 73 72 319 1286 24,4 2856 0,8 243,5 kkal g g g mg mg RE mg mg Sumber: Almatsier, 2006

2.4.4. Diet Pascabedah IV (DPB IV)

Diet pascabedah IV diberikan kepada pasien pascabedah sectio caesarea sesuai dengan kemampuan pasien, dimana makanan diberikan dalam bentuk makanan lunak dengan pembagian waktu makan yaitu 3 kali makanan lengkap dan 1 kali makanan selingan. Menurut Almatsier (2006), makanan lunak adalah makanan yang memiliki tekstur yang mudah dikunyah, ditelan, dan dicerna dibanding makanan biasa. Makanan lunak harus merupakan makanan rendah serat dan tidak mengandung bumbu yang tajam. Bahan makanan sehari DPB IV dapat dilihat pada Tabel 2.6. Tabel 2.6. Bahan Makanan Sehari Diet Pascabedah IV

Bahan Makanan Berat (g) URT

Beras Daging Telur ayam Tempe Kacang hijau Sayuran Buah pepaya Gula pasir Minyak Susu 250 100 50 100 25 200 200 50 25 200

5 gls nasi tim 2 ptg sdg 1 btr

4 ptg sdg 2 ½ sdm 2 gls 2 ptg sdg 5 sdm 2 ½ sdm 1 gls Sumber: Almatsier, 2006


(39)

Pemberian diet pascabedah IV didasarkan pada bahan makanan sehari seperti pada Tabel di 2.6, dan apabila makanan pokok dalam bentuk bubur atau nasi tim yang diberikan tidak habis, sebagai pengganti dapat diberikan makanan selingan pukul 16.00 dan pukul 22.00 WIB berupa 2 buah biskuit atau 1 porsi puding dan 1 gelas susu. Makanan yang tidak dianjurkan dalam DPB IV adalah makanan dengan bumbu tajam dan yang mengandung karbondioksida (CO2).

Nilai gizi diet pascabedah IV yang diberikan kepada pasien pascabedah sectio caesarea dapat dilihat pada Tabel berikut. Nilai gizi diet pascabedah IV ini sudah cukup baik dalam hal energi, protein, maupun zat gizi lain.

Tabel 2.7. Nilai Gizi Diet Pascabedah IV (DPB IV) Zat Gizi Jumlah Satuan Energi Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Besi Vitamin A Tiamin Vitamin C 2434 86 73 361 1117 22,8 4052 1,1 163,5 kkal g g g mg mg RE mg mg Sumber: Almatsier, 2006

2.4.5. Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP)

Setelah cairan infus dihentikan, diberikan berupa bubur saring (MI), minuman air buah dan susu, selanjutnya secara bertahap diberikan makanan berupa bubur (MII), dan akhirnya diberikan makanan biasa (MB). Makanan dengan konsistensi makanan biasa (MB) diberikan dalam bentuk diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP). Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP), yang sering juga disebut dengan diet Energi Tinggi Protein Tinggi (ETPT) yaitu diet yang mengandung energi dan


(40)

protein di atas kebutuhan normal (Almatsier, 2006). Diet ini diberikan dalam bentuk makanan biasa ditambah dengan makanan sumber protein tinggi seperti susu, telur, dan daging. Diet ini diberikan bila pasien telah mempunyai nafsu makan dan dapat menerima makanan lengkap.

Pemberian diet TKTP ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh, dan untuk menambah berat badan hingga mencapai berat badan normal (Almatsier, 2006). Adapun syarat-syarat diet TKTP ini adalah energi tinggi, yaitu 40-45 kkal/kg BB; protein tinggi, yaitu 2,0-2,5 g/kg BB; lemak cukup, yaitu 10-25 % dari kebutuhan energi total; karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total; vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan normal; dan makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna (Almatsier, 2006).

Pemberian diet TKTP disesuaikan dengan jenis diet TKTP yang harus diberikan. Adapun jenis diet TKTP adalah berupa diet TKTP I dan diet TKTP II. Diet TKTP I dengan energi 2600 kkal dan protein 100 g (2 g/kg BB). Diet TKTP II dengan energi 3000 kkal dan protein sebesar 125 g (2,5 g/kg BB). Indikasi pemberian diet TKTP ini adalah pada penderita Kurang Energi Protein (KEP); sebelum dan setelah operasi tertentu multitrauma, serta selama radioterapi dan kemoterapi; pada pasien luka bakar berat dan baru sembuh dari penyakit dengan panas tinggi; pasien penderita hipertiroid, hamil, dan post-partum dimana kebutuhan energi dan protein meningkat (Almatsier, 2006).

Bahan makanan sehari adalah berupa makanan biasa ditambahkan dengan bahan makanan yang ditambahkan yaitu berupa susu, telur ayam, daging, formula


(41)

komersial, dan gula pasir. Adapun pembagian makanan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.8.

Tabel 2.8. Bahan Makanan untuk Makanan Biasa dalam Sehari

Bahan Makanan Berat (g) URT

Beras Daging Telur ayam Tempe Kacang hijau Sayuran Buah pepaya Gula pasir Minyak 300 100 50 100 25 200 200 25 30

4 ½ gls nasi 2 ptg sdg

1 btr 4 ptg sdg

2 ½ sdm 2 gls 2 ptg sdg

2 ½ sdm 3 sdm Sumber: Almatsier, 2006

Tabel 2.9. Nilai Gizi Diet Makanan Biasa Zat Gizi Jumlah Satuan Energi Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Besi Vitamin A Tiamin Vitamin C 2146 76 59 331 622 20,8 3761 1,0 237 kkal g g g mg mg RE mg mg Sumber: Almatsier, 2006

Selanjutnya, untuk bahan makanan TKTP adalah bahan makanan biasa seperti yang terdapat pada Tabel 2.8. ditambahkan dengan bahan makanan seperti pada Tabel 2.10. dan nilai gizi berdasarkan jenis diet TKTP nya dapat dilihat pada Tabel 2.11.


(42)

Tabel 2.10. Bahan Makanan untuk Diet TKTP yang ditambahkan pada Makanan Biasa

Bahan Makanan TKTP I TKTP II

Berat (g) URT Berat (g) URT

Susu Telur ayam Daging Formula komersial Gula pasir 200 50 50 200 30 1 gls 1 btr 1 ptg sdg 1 gls 3 sdm 400 100 100 200 30 2 gls 2 btr 2 ptg sdg 1 gls 3 sdm Sumber: Almatsier, 2006

Tabel 2.11. Nilai Gizi Bahan Makanan untuk Diet TKTP berdasarkan Jenis Dietnya

Kandungan Gizi TKTP I TKTP II

Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Kalsium (mg) Besi (mg) Vitamin A (RE) Tiamin (mg) Vitamin C (mg)

2690 103 73 420 700 30,2 2746 1,5 114 3040 120 98 420 1400 36 2965 1,7 116 Sumber: Almatsier, 2006

Menurut Almatsier (2006), ada beberapa bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan berdasarkan golongan bahan makanan dalam diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP). Adapun bahan makanan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.12.


(43)

Tabel 2.12. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan dalam Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP)

Golongan Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan Sumber Karbohidrat

Sumber Protein Hewani

Sumber Protein Nabati

Sayuran

Buah-buahan

Lemak dan Minyak

Minuman

Bumbu

Nasi, roti, mi, makaroni, dan hasil olah tepung-tepungan lain, seperti cake, tarcis, puding, dan pastry; dodol; ubi; karbohidrat sederhana seperti gula pasir.

Daging sapi, ayam, ikan, telur, susu, dan hasil olah seperti keju dan yoghurt custard dan es krim Semua jenis kacang-kacangan dan hasil olahnya, seperti tahu, tempe, dan pindakas

Semua jenis sayuran, terutama jenis B, seperti bayam, buncis, daun singkong, kacang panjang, labu siam, dan

wortel direbus, dikukus, dan ditumis

Semua jenis buah segar, buah kaleng, buah kering, dan jus buah

Minyak goreng, mentega, margarin, santan encer Soft drink, madu, sirup, teh, kopi encer

Bumbu tidak tajam seperti bawang merah, bawang putih, laos, salam, dan kecap

Dimasak dengan banyak minyak atau kelapa/ santan kental

Dimasak dengan banyak minyak atau kelapa/ santan kental

Dimasak dengan banyak minyak atau kelapa/ santan kental

Santan kental

Minuman rendah energi

Bumbu yang tajam seperti cabe dan merica Sumber: Almatsier, 2006


(44)

2.5. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam analisis penyelenggaraan diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) pada pasien pascabedah sectio caesarea di RSUD Sidikalang yaitu:

Keterangan:

: variabel yang diteliti : variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian menggambarkan bahwasanya yang akan diteliti mencakup variabel diet pascabedah dan TKTP pada pasien pascabedah sectio caesarea di RSUD Sidikalang meliputi Diet Pascabedah I, II, III, dan IV, serta diet TKTP I dan diet TKTP II.

Masing-masing variabel penelitian dilihat secara deskriptif. Analisis zat gizi yaitu untuk mengetahui apakah ketersediaan energi, protein, lemak, dan karbohidrat dalam diet pascabedah dan diet TKTP pada pasien pascabedah sectio caesarea yaitu

Standar Diet pada pasien Pascabedah Sectio Caesarea: - Diet Pascabedah I

- Diet Pascabedah II - Diet Pascabedah III - Diet Pascabedah IV - Diet TKTP I

- Diet TKTP II Pemberian Diet pada pasien

Pascabedah Sectio Caesarea: - Jenis diet

- Ketersediaan zat gizi (energi, protein, lemak, dan karbohidrat)

Lama waktu pemulihan pasien pascabedah sectio caesarea


(45)

Diet TKTP I dan Diet TKTP II sesuai dengan standar yang seharusnya dimana diet TKTP I dengan energi 2600 kkal dan protein sebesar 100 g (2 g/kg BB), diet TKTP II dengan energi 3000 kkal dan protein sebesar 125 g (2,5 g/kg BB). Hal ini dapat diketahui dengan menghitung ketersediaan zat gizi makanan TKTP yang diberikan oleh pihak rumah sakit. Diet pascabedah mulai dari diet pascabedah I hingga diet pascabedah IV dianalisis dan dibandingkan dengan standar yang seharusnya berdasarkan nilai gizi dalam bahan makanan sehari masing-masing diet pascabedah.


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian.

Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu melihat gambaran jenis diet yang diberikan kepada pasien pascabedah sectio caesarea mulai dari diet pascabedah hingga diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) yang diberikan oleh pihak instalasi gizi RSUD Sidikalang. Desain penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang (cross sectional) yaitu penelitian yang mengamati objek dengan pendekatan suatu saat atau objek diobservasi dan dilakukan analisis diet pada pasien pascabedah sectio caesarea pada saat penelitian.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Sidikalang dengan alasan bahwa tindakan bedah kebidanan tertinggi nomor satu dari 10 jenis tindakan kebidanan (sectio caesarea, tubectomy, histerectomy, laparotomy, myomectomy, salpingotomy, sekunder haecting, kistectomy, eksisi kista, dan relaparatomy) yang dilayani di RSUD Sidikalang adalah sectio caesarea. Dengan alasan tersebut, peneliti ingin mengetahui apakah pemberian diet pada pasien pascabedah sectio caesarea di RSUD Sidikalang telah sesuai dengan standar yang seharusnya.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan September sampai dengan bulan Nopember 2011.


(47)

3.3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah makanan dalam bentuk diet pascabedah mulai dari makanan cair jernih (Diet Pascabedah I), makanan cair kental (Diet Pascabedah II), makanan saring (Diet Pascabedah III), makanan lunak (Diet Pascabedah IV), dan makanan Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) yang diperuntukkan bagi tiga orang pasien pascabedah sectio caesarea di RSUD Sidikalang pada periode Oktober 2011. Penentuan tiga orang pasien didasari atas jumlah pasien pascabedah sectio caesarea di RSUD Sidikalang dalam triwulan terakhir yaitu 163 pasien sehingga jumlah rata-rata pasien per 5 hari lama rawatan adalah 2-3 orang, sehingga peneliti mengambil jumlah pasien sebanyak tiga (3) orang pasien selama 5 hari penelitian.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Adapun data primer pada penelitian ini adalah makanan berupa diet pascabedah I, II, III, IV dan diet TKTP berupa diet TKTP I dan TKTP II yang diberikan pada pasien pascabedah sectio caesarea.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari hasil pengumpulan pihak lain seperti rumah sakit, dinas kesehatan, survei dan penelitian, serta literatur yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

3.5. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Alat timbang makanan


(48)

3. Formulir Food Weighing

4. DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan) 3.6. Definisi Operasional

1. Pasien pascabedah sectio caesarea adalah ibu/pasien yang telah menjalani persalinan melalui pembedahan untuk mengeluarkan bayi dari rahim lewat suatu irisan/sayatan pada perut bagian bawah dan rahim

2. Diet Pascabedah adalah makanan yang diberikan kepada pasien pascabedah sectio caesarea setelah menjalani pembedahan

3. Diet Pascabedah I adalah makanan yang diberikan kepada pasien pascabedah sectio caesarea dalam bentuk makanan cair jernih

4. Diet Pascabedah II adalah makanan yang diberikan kepada pasien pascabedah sectio caesarea dalam bentuk makanan cair kental

5. Diet Pascebedah III adalah makanan yang diberikan kepada pasien pascabedah sectio caesarea dalam bentuk makanan saring

6. Diet Pascabedah IV adalah makanan yang diberikan kepada pasien pascabedah sectio caesarea dalam bentuk makanan lunak

7. Diet TKTP I adalah diet TKTP dengan kandungan energi 2600 kkal dan protein 100 g (2 g/kg BB)

8. Diet TKTP II adalah diet TKTP dengan kandungan energi 3000 kkal dan protein sebesar 125 g (2,5 g/kg BB)

9. Energi adalah jumlah energi yang diberikan oleh bagian instalansi gizi rumah sakit untuk dikonsumsi oleh pasien


(49)

10.Protein adalah jumlah protein yang diberikan oleh bagian instalansi gizi rumah sakit untuk dikonsumsi oleh pasien

11.Lemak adalah jumlah lemak yang diberikan oleh bagian instalansi gizi rumah sakit untuk dikonsumsi oleh pasien

12.Karbohidrat adalah jumlah karbohidrat yang diberikan oleh bagian instalansi gizi rumah sakit untuk dikonsumsi oleh pasien

3.7. Aspek Pengukuran

1.Makanan berupa diet TKTP yang diperuntukkan untuk pasien pascabedah sectio caesarea ditimbang dengan menggunakan alat timbang makanan dan dianalisis kandungan gizi (energi dan protein) dengan menggunakan DKBM. Kesesuaian diet TKTP dapat dilihat dari kandungan gizi menurut jenis diet TKTP yang diberikan (Almatsier, 2006) yaitu:

a. TKTP 1

- Energi ± 10% dari 2600 kkal (2340-2860) kkal : Sesuai - Energi < 2340 kkal dan > 2860 kkal : Tidak sesuai - Protein ± 10% dari 100 g (90-110) g : Sesuai

- Protein < 90 g dan > 110 g : Tidak sesuai - Lemak ± 10% dari 72 g (64,8-79,2) g : Sesuai

- Lemak < 64,8 g dan > 79,2 g : Tidak sesuai - Karbohidrat ± 10% dari 387,5 g (348,75-426,25) g : Sesuai

- Karbohidrat < 348,75 g dan > 426,25 g : Tidak sesuai b. TKTP 2


(50)

- Energi < 2700 kkal dan > 3300 kkal : Tidak sesuai - Protein ± 10% dari 125 g (112,5-137,5) g : Sesuai

- Protein < 112,5 g dan > 137,5 g : Tidak sesuai - Lemak ± 10% dari 83 g (74,7-91,3) g : Sesuai

- Lemak < 74,7 g dan > 91,3 g : Tidak sesuai - Karbohidrat ± 10% dari 437,5 g (393,75-481,25) g : Sesuai

- Karbohidrat < 393,75 g dan > 481,25 g : Tidak sesuai 2. Makanan berupa diet pascabedah yang diperuntukkan untuk pasien

pascabedah sectio caesarea ditimbang dengan menggunakan alat timbang makanan dan dianalisis kandungan gizi (energi dan protein) dengan menggunakan DKBM mulai dari diet pascabedah II, III, hingga IV. Kesesuaian diet pascabedah dapat dilihat dari kandungan tahapan pemberian nilai gizi diet pascabedah (Almatsier, 2006) yaitu:

a. Diet Pascabedah I (DPB I)

- Pemberian mulai dari 30 ml/jam dan diberikan selama 6 jam setelah pembedahan, maka pemberian DPB I dikategorikan sudah sesuai

- Pemberian < 30 ml/jam selama kurang dari 6 jam dan lebih dari 6 jam setelah pembedahan dikategorikan pemberian DPB I yang tidak tidak sesuai

b. Diet pascabedah II (DPB II)

- Pemberian secara berangsur mulai 50 ml/jam sebanyak 8-10 kali sehari, maka pemberian DPB II dikategorikan sudah sesuai


(51)

- Pemberian DPB II < 50 ml/jam dan sebanyak kurang dari 8 kali sehari dan lebih dari 10 kali sehari, maka dikategorikan tidak sesuai

c. Diet pascabedah III : Pemberian cairan ≤ 2000 ml sehari, maka pemberian DPB III dikategorikan tepat, sedangkan pemberian > 2000 ml sehari dikategorikan tidak tepat. Kandungan gizi meliputi energi, protein, lemak, dan karbohidrat diukur dengan ketentuan sebagai berikut:

- Energi ± 10% dari 2192 kkal (1972,8-2411,2) kkal : Sesuai

- Energi < 1972,8 kkal dan 2411,2 kkal : Tidak sesuai - Protein ± 10% dari 73 g (65,7-80,3) g : Sesuai

- Protein < 65,7 g dan > 80,3 g : Tidak sesuai - Lemak ± 10% dari 72 g (64,8-79,2) g : Sesuai

- Lemak < 64,8 g dan > 79,2 g : Tidak sesuai - Karbohidrat ± 10% dari 319 g (287,1-350,9) g : Sesuai

- Karbohidrat < 287,1 g dan > 350,9 g : Tidak sesuai d. Diet pascabedah IV : Diberikan dalam porsi sedang, yaitu 3 kali makanan

lengkap dan 1 kali makanan selingan dengan kandungan gizi yaitu - Energi ± 10% dari 2434 kkal (2190,6-2677,4) kkal : Sesuai

- Energi < 2190,6 kkal dan >2677,4 kkal : Tidak sesuai - Protein ± 10% dari 86 g (77,4-94,6) g : Sesuai

- Protein < 77,4 g dan > 94,6 g : Tidak sesuai - Lemak ± 10% dari 73 g (65,7-80,3) g : Sesuai


(52)

- Karbohidrat ± 10% dari 361 g (324,9-397,1) g : Sesuai

- Karbohidrat <324,9 dan > 397,1 g : Tidak sesuai 3.8. Pengolahan dan Analisa Data

3.8.1. Pengolahan Data

1. Editing, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperlukan

2. Coding, yaitu memberikan kode numerik atau angka kepada masing-masing kategori

3. Data entry, yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master Tabel

4. Hasil pengolahan data dianalisis 3.8.2. Analisa Data

Data dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk Tabel distribusi frekuensi yang disertai dengan narasi dan dibandingkan dengan standar jenis diet pascabedah dan TKTP yang seharusnya kemudian dibuat kesimpulan.


(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang didirikan tahun 1957 dan merupakan satu-satunya rumah sakit milik pemerintah Kabupaten Dairi yang mengadakan pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat baik masyarakat umum, peserta askeskin, askes social, maupun perusahaan swasta. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sidikalang adalah rumah sakit kelas/tipe C dengan luas 21.000 m2 dan kapasitas 75 TT (tempat tidur). Sesuai klasifikasi tersebut, kondisi obyektif RSUD Sidikalang masih jauh dari standar rumah sakit kelas C, dimana pada saat ini RSUD Sidikalang hanya mempunyai 75 tempat tidur dari yang seharusnya minimal 100 tempat tidur.

Pada saat ini Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang telah berusaha semaksimal mungkin membenahi diri dalam berbagai aspek, baik dalam kualitas dan kuantitas. Berbagai hal yang menjadi perhatian antara lain: ketenagaan, proses administrasi dan manajemen, bahan dan alat kesehatan, saran fisik dan lain-lain. Dengan adanya kemauan dan kerja keras serta perhatian Bapak Bupati Dairi, maka saat ini keberadaan RSUD Sidikalang Kabupaten Dairi telah dirasakan oleh masyarakat (sebagai pengguna jasa), Pemerintah Kabupaten Dairi maupun para pegawai rumah sakit.

4.1.1. Wilayah Cakupan

Cakupan pelayanan kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang meliputi Kabupaten Dairi, Kabupaten Pakpak Bharat, Aceh Singkil dan masyarakat


(54)

diperbatasan Humbahas. Penduduk Kabupaten Dairi terdiri dari berbagai suku yaitu suku Pakpak, Toba, Simalungun, Karo, Mandailing, Aceh, Jawa, dan sebagainya. Mata pencaharian penduduk pada umumnya petani namun sebagian kecil pegawai dan pedagang.

4.1.2. Produk Pelayanan Kesehatan

Adapun produk pelayanan kesehatan di RSUD Sidikalang meliputi pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan penunjang medis, dan pelayanan rujukan spesialis. Rumah sakit ini memiliki pelayanan rawat jalan seperti instalasi gawat darurat, poliklinik umum, poliklinik bedah, poliklinik KIA, pojok DOTS, poliklinik anak, poliklinik THT. Pelayanan rawat inap yang terdapat di RSUD Sidikalang meliputi ruang rawat inap VIP, kelas I, II, III, dan rawat inap Gakin.

Pelayanan penunjang medis yang dimiliki oleh RSUD Sidikalang meliputi instalasi bedah, farmasi, laboratorium, radiologi, instalasi gizi, sarana kesehatan, fisioterapi, dan pelayanan endoskopi. Pelayanan rujukan spesialis yang terdapat di RSUD Sidikalang yaitu pelayanan spesialis obgyn, bedah, penyakit dalam, penyakit anak, dan THT.

4.2. Pemberian Diet pada Pasien Pascabedah Sectio Caesarea di RSUD Sidikalang

Pemberian diet pada pasien pascabedah sectio caesarea di RSUD Sidikalang meliputi diet pascabedah dan diet TKTP yang diberikan mulai dari hari pertama perawatan yaitu setelah pembedahan hingga pasien pulang. Pemberian diet bagi pasien pascabedah sectio caesarea di RSUD Sidikalang tidak dilakukan sesuai dengan tahapan yang seharusnya, dimana diet pascabedah II berupa makanan cair


(55)

kental tidak diberikan kepada pasien tersebut. Adapun diet yang diberikan kepada pasien pascabedah sectio caesarea di RSUD Sidikalang adalah diet pascabedah I, diet pascabedah III, diet pascabedah IV, dan diet TKTP. Pemberian diet secara umum berupa jenis diet dan ketersediaan zat gizi yang terdiri dari energi dan protein yang terdapat dalam jenis diet yang diberikan oleh pihak rumah sakit.

Adapun kerangka pemberian diet bagi pasien pascabedah sectio caesarea di RSUD Sidikalang, dapat dilihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1. Alur Pemberian Diet pada Pasien Pascabedah Sectio Caesarea di RSUD Sidikalang

Analisis pemberian diet terhadap pasien pascabedah sectio caesarea di RSUD Sidikalang dilakukan dengan cara menimbang makanan yang disajikan kepada pasien pascabedah sectio caesarea tersebut (food weighing) mulai dari selesai pembedahan hingga pasien pulang. Makanan yang ditimbang adalah makanan yang disajikan terhadap tiga orang pasien pascabedah sectio caesarea yang dirawat pada saat

Pascabedah (Puasa ± 12

jam)

DPB I (± 4 jam)

DPB III (3 x wkt makan

= ± 12 jam)

DPB IV (3 x wkt makan

= ± 12 jam) Diet TKTP I

(6 x wkt makan = ± 24 jam) Pasien


(56)

dilaksanakan penelitian. Pasien yang dipilih adalah pasien yang menjalani pembedahan sectio pada saat hari penelitian yaitu sebanyak tiga orang pasien.

4.2.1. Diet Pascabedah I (DPB I)

Diet Pascabedah I merupakan diet yang pertama kali diberikan kepada pasien pascabedah sectio caesarea setelah pasien sadar, rasa mual hilang serta tanda-tanda usus sudah mulai bekerja (Almatsier, 2006). Diet ini diberikan selama 6 jam setelah proses pembedahan dalam bentuk makanan cair jernih dengan pemberian secara bertahap, mulai dari 30 ml/jam.

Pemberian diet pascabedah I pada pasien sectio caesarea di RSUD Sidikalang dilakukan setelah proses pembedahan yaitu 12 jam setelah pembedahan. Pasien diwajibkan untuk menjalani puasa selama 12 jam setelah proses pembedahan selesai. Adapun diet pascabedah I yang diberikan dalam bentuk makanan cair jernih adalah hanya dalam bentuk air putih dan teh manis. Tidak ada variasi lain dari makanan cair jernih yang diberikan seperti kaldu jernih, air bubur kacang hijau, atau air jeruk. Distribusi kesesuaian pemberian diet pascabedah I pada pasien sectio caesarea di RSUD Sidikalang dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Kesesuaian Pemberian Diet Pascabedah I yang Diberikan Rumah Sakit Berdasarkan Standar Diet Pascabedah I

Pasien Lama Pemberian Jumlah

Standar Diet

Diet RS Keterangan Standar Diet

Diet RS Keterangan

I ≤ 6 jam 4 jam Sesuai ≥30 ml/jam 20 ml Tidak sesuai

II ≤ 6 jam 4 jam Sesuai ≥30 ml/jam 20 ml Tidak sesuai


(57)

Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa pemberian diet pascabedah I pada pasien pascabedah sectio caesarea di RSUD Sidikalang masih tidak sesuai dengan standar diet yang sebenarnya, bila dilihat dari segi jumlah diet yang diberikan kepada tiga orang pasien yaitu 20 ml setiap jam. Diet yang diberikan berupa air putih dan teh manis. Lama waktu pemberian diet pascabedah I pada pasien I dan II adalah selama 4 jam menjelang pemberian diet pascabedah III (DPB III), sedangkan pemberian diet pascabedah I pada pasien III adalah selama 7 jam. Lama waktu pemberian diet pada pasien III ini tidak sesuai dengan standar pemberian diet pascabedah I yang sebenarnya yaitu selama ≤ 6 jam.

4.2.2. Diet Pascabedah II (DPB II)

Diet pascabedah II berupa makanan cair kental tidak diberikan oleh pihak rumah sakit kepada pasien pascabedah sectio caesarea di RSUD Sidikalang. Pemberian diet pascabedah langsung kepada diet pascabedah III (DPB III) dengan pertimbangan pihak rumah sakit bahwa pasien telah mampu menerima diet pascabedah III.

4.2.3. Diet Pascabedah III (DPB III)

Diet pascabedah III diberikan sebagai perpindahan dari diet pascabedah II. Diet ini diberikan dalam bentuk makanan saring ditambah dengan susu dan biskuit. Makanan berbumbu tajam dan minuman yang mengandung karbondioksida tidak dianjurkan dalam diet ini.

Diet pascabedah III berupa makanan saring diberikan oleh pihak rumah sakit kepada pasien pascabedah sectio caesarea setelah diet pascabedah I (makanan cair jernih). Kesesuaian pemberian diet pascabedah III (makanan saring) pada pasien


(58)

sectio caesarea di RSUD Sidikalang dapat dilihat dari ketersediaan zat gizi berupa energi, protein, lemak, dan karbohidrat yang terdapat dalam makanan/diet pascabedah III yang disediakan oleh pihak rumah sakit. Diet pascabedah III hanya diberikan dalam tiga kali waktu makan yaitu pada hari ke-2 setelah proses bedah. Pemesanan diet pascabedah III bagi pasien pascabedah sectio caesarea di RSUD Sidikalang adalah MLS (Makanan Lunak Saring). Standar ketersediaan zat gizi untuk diet pascabedah III ini berturut-turut mulai dari energi, protein, lemak, dan karbohidrat adalah 1972, 8-2411,2 kkal; 65,7-80,3 g; 64,8-79,2 g; dan 287,1-350,9 g.

Distribusi kesesuaian ketersediaan zat gizi energi, protein, lemak, dan karbohidrat pada pasien pascabedah sectio caesarea di RSUD Sidikalang berdasarkan standar diet pascabedah III dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.2. Distribusi Kesesuaian Ketersediaan Zat Gizi pada Pasien Pascabedah Sectio Caesarea di RSUD Sidikalang Berdasarkan Standar Diet Pascabedah III

Pasien Ketersediaan Zat Gizi

Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat(g) Diet RS Ket Diet RS Ket Diet RS Ket Diet RS Ket

I 365,5 TS 17,0 TS 3,3 TS 65,4 TS

II 493,8 TS 20,9 TS 4,6 TS 90,0 TS

III 353,6 TS 15,4 TS 2,6 TS 65,2 TS

Keterangan: S = Sesuai TS = Tidak sesuai

Berdasarkan hasil penimbangan dan analisis diet pascabedah III yang disediakan bagi tiga orang pasien pascabedah sectio caesarea seperti pada Tabel 4.3. di atas dapat dilihat bahwa ketersediaan semua zat gizi yaitu energi, protein, lemak, dan karbohidrat tidak sesuai dengan standar diet pascabedah III, dimana jumlah zat


(59)

gizi dalam makanan pascabedah III yang disediakan oleh pihak rumah sakit masih sangat jauh dari standar yang seharusnya.

4.2.4. Diet Pascabedah IV (DPB IV)

Diet pascabedah IV merupakan makanan lunak yang diberikan setelah diet pascabedah III. Makanan ini dibagi dalam tiga kali makanan lengkap dan satu kali makanan selingan. Diet pascabedah IV yang diberikan oleh pihak rumah sakit kepada pasien pascabedah sectio caesarea adalah berupa makanan lunak. Kesesuaian pemberian diet pascabedah IV (makanan lunak) pada pasien sectio caesarea di RSUD Sidikalang dapat dilihat dari ketersediaan zat gizi berupa energi, protein, lemak, dan karbohidrat yang terdapat dalam makanan/diet pascabedah IV yang disediakan oleh pihak rumah sakit. Diet pascabedah IV ini hanya diberikan selama satu hari yaitu pada hari III setelah proses bedah. Pemesanan diet pascabedah IV bagi pasien pascabedah sectio caesarea di RSUD Sidikalang adalah ML (Makanan Lunak).

Pemberian diet pascabedah IV dalam satu hari terdiri dari tiga kali makanan legkap. Makanan selingan tidak diberikan sehingga ketersediaan zat gizi sehari dalam diet pascabedah IV masih belum mencukupi bila dibandingkan dengan standar diet pascabedah IV yang dianjurkan. Standar ketersediaan zat gizi untuk diet pascabedah IV ini berturut-turut mulai dari energi, protein, lemak, dan karbohidrat adalah 2190,6-2677,4 kkal; 77,4-94,6 g; 65,7-80,3 g; dan 324,9-397,1 g. Distribusi kesesuaian ketersediaan zat gizi energi, protein, lemak, dan karbohidrat pada pasien pascabedah sectio caesarea di RSUD Sidikalang berdasarkan standar diet pascabedah IV dapat dilihat pada Tabel 4.4.


(1)

=====================================================================

Analysis of the diet plan

=====================================================================

Food Amount energy protein

______________________________________________________________________________

HARI III (Selasa, 11 Oktober 2011) Pagi(07.00 WIB)

nasi putih 324 g 421,3 kcal 7,8 g

ikan kembung goreng 117 g 236,3 kcal 18,7 g

tumis kacang panjang 91 g 19,1 kcal 0,6 g

Meal analysis: energy 676,7 kcal (34 %), protein 27,1 g (27 %)

Pukul 10.00 WIB

agar agar 1 with coconut milk 77 g 118,5 kcal 1,9 g Meal analysis: energy 118,5 kcal (6 %), protein 1,9 g (2 %)

Siang (12.00 WIB)

nasi putih 351 g 456,4 kcal 8,4 g

ikan mujair bumbu kuning 117 g 98,2 kcal 21,3 g

tempe bumbu kuning 29 g 57,7 kcal 5,5 g

sayur labu 119 g 16,8 kcal 0,6 g

pepaya 101 g 39,3 kcal 0,6 g

Meal analysis: energy 668,4 kcal (33 %), protein 36,4 g (37 %)

Sore (18.00 WIB)

nasi putih 318 g 413,5 kcal 7,6 g

sayur bayam bening 81 g 9,7 kcal 1,2 g

ikan tongkol bumbu kuning 103 g 114,2 kcal 24,7 g Meal analysis: energy 537,4 kcal (27 %), protein 33,6 g (34 %)

=====================================================================

Analysis of the diet plan

=====================================================================

Food Amount carbohydr. fat

______________________________________________________________________________

HARI III (Selasa, 11 Oktober 2011) Pagi(07.00 WIB)

nasi putih 324 g 92,7 g 0,6 g

ikan kembung goreng 117 g 0,0 g 17,5 g

tumis kacang panjang 91 g 2,5 g 1,0 g


(2)

Pukul 10.00 WIB

agar agar 1 with coconut milk 77 g 19,6 g 4,6 g Meal analysis: carbohydrate 19,6 g (6 %), fat 4,6 g (15 %)

Siang (12.00 WIB)

nasi putih 351 g 100,4 g 0,7 g

ikan mujair bumbu kuning 117 g 0,0 g 0,8 g

tempe bumbu kuning 29 g 4,9 g 2,2 g

sayur labu 119 g 2,7 g 0,6 g

pepaya 101 g 9,9 g 0,1 g

Meal analysis: carbohydrate 118,0 g (36 %), fat 4,4 g (15 %)

Sore (18.00 WIB)

nasi putih 318 g 90,9 g 0,6 g

sayur bayam bening 81 g 1,5 g 0,2 g

ikan tongkol bumbu kuning 103 g 0,0 g 1,0 g

Meal analysis: carbohydrate 92,5 g (28 %), fat 1,8 g (6 %)

=====================================================================

Result

=====================================================================

Nutrient analysed recommended percentage

value value/day fulfillment

______________________________________________________________________________

energy 2001,0 kcal 2390,1 kcal 84 %

water 0,0 g - -

protein 99,1 g(20%) 48,0 g(12 %) 206 % fat 30,1 g(13%) 77,0 g(< 30 %) 39 % carbohydr. 325,3 g(66%) 351,0 g(> 55 %) 93 %

dietary fiber 10,3 g 30,0 g 34 %

alcohol 0,0 g(0%) - -

PUFA 11,5 g 10,0 g 115 %

cholesterol 167,9 mg - -

Vit. A 554,0 µg 800,0 µg 69 %

carotene 0,0 mg - -

Vit. E 0,0 mg - -

Vit. B1 1,2 mg 1,0 mg 124 %

Vit. B2 0,7 mg 1,2 mg 60 %

Vit. B6 1,5 mg 1,2 mg 127 %

folic acid eq. 0,0 µg - -

Vit. C 86,2 mg 100,0 mg 86 %

sodium 383,2 mg 2000,0 mg 19 %

potassium 1969,2 mg 3500,0 mg 56 %

calcium 467,9 mg 1000,0 mg 47 %

magnesium 408,7 mg 310,0 mg 132 %

phosphorus 1333,1 mg 700,0 mg 190 %

iron 10,1 mg 15,0 mg 67 %


(3)

=====================================================================

Analysis of the diet plan

=====================================================================

Food Amount energy protein

______________________________________________________________________________

HARI III (Rabu, 12 Oktober 2011) Pagi(07.00 WIB)

nasi putih 324 g 421,3 kcal 7,8 g

telur ceplok 49 g 93,6 kcal 5,9 g

tumis kacang panjang 102 g 21,5 kcal 0,7 g

Meal analysis: energy 536,3 kcal (26 %), protein 14,4 g (19 %)

Pukul 10.00 WIB

agar agar 1 with coconut milk 79 g 121,6 kcal 2,0 g Meal analysis: energy 121,6 kcal (6 %), protein 2,0 g (3 %)

Siang (12.00 WIB)

nasi putih 351 g 456,4 kcal 8,4 g

daging ayam goreng 58 g 192,5 kcal 15,2 g

tahu goreng 39 g 80,3 kcal 2,8 g

tumis kangkung 104 g 95,7 kcal 2,3 g

semangka 164 g 52,5 kcal 1,0 g

Meal analysis: energy 877,5 kcal (42 %), protein 29,7 g (39 %)

Sore (18.00 WIB)

nasi putih 347 g 451,2 kcal 8,3 g

sayur labu 101 g 14,2 kcal 0,5 g

ikan mujair bumbu kuning 112 g 94,0 kcal 20,4 g

Meal analysis: energy 559,4 kcal (27 %), protein 29,2 g (39 %)

=====================================================================

Analysis of the diet plan

=====================================================================

Food Amount carbohydr. fat

______________________________________________________________________________

HARI IV (Rabu, 12 Oktober 2011) Pagi(07.00 WIB)

nasi putih 324 g 92,7 g 0,6 g

telur ceplok 49 g 0,5 g 7,4 g


(4)

Pukul 10.00 WIB

agar agar 1 with coconut milk 79 g 20,1 g 4,7 g Meal analysis: carbohydrate 20,1 g (6 %), fat 4,7 g (10 %)

Siang (12.00 WIB)

nasi putih 351 g 100,4 g 0,7 g

daging ayam goreng 58 g 2,1 g 13,4 g

tahu goreng 39 g 0,7 g 7,9 g

tumis kangkung 104 g 2,1 g 9,6 g

semangka 164 g 11,8 g 0,7 g

Meal analysis: carbohydrate 117,1 g (35 %), fat 32,2 g (67 %)

Sore (18.00 WIB)

nasi putih 347 g 99,2 g 0,7 g

sayur labu 101 g 2,3 g 0,5 g

ikan mujair bumbu kuning 112 g 0,0 g 0,8 g

Meal analysis: carbohydrate 101,6 g (30 %), fat 2,0 g (4 %)

=====================================================================

Result

=====================================================================

Nutrient analysed recommended percentage

value value/day fulfillment

______________________________________________________________________________

energy 2094,7 kcal 2390,1 kcal 88 %

water 0,0 g - -

protein 75,3 g(15%) 48,0 g(12 %) 157 % fat 48,1 g(20%) 77,0 g(< 30 %) 63 % carbohydr. 334,8 g(65%) 351,0 g(> 55 %) 95 %

dietary fiber 11,0 g 30,0 g 37 %

alcohol 0,0 g(0%) - -

PUFA 7,2 g 10,0 g 72 %

cholesterol 290,3 mg - -

Vit. A 531,8 µg 800,0 µg 66 %

carotene 0,0 mg - -

Vit. E 0,0 mg - -

Vit. B1 0,7 mg 1,0 mg 68 %

Vit. B2 0,9 mg 1,2 mg 79 %

Vit. B6 1,4 mg 1,2 mg 117 %

folic acid eq. 0,0 µg - -

Vit. C 59,9 mg 100,0 mg 60 %

sodium 380,7 mg 2000,0 mg 19 %

potassium 1469,9 mg 3500,0 mg 42 %

calcium 462,1 mg 1000,0 mg 46 %

magnesium 380,6 mg 310,0 mg 123 %

phosphorus 889,3 mg 700,0 mg 127 %

iron 10,7 mg 15,0 mg 71 %


(5)

DOKUMENTASI

Gambar 1. Contoh Diet Pascabedah IV di RSUD Sidikalang


(6)