Perbandingan Efek Volume Intravaskular Preloading Cairan Hipertonis NaCl 3% Dan NaCl 0,9% Pada Spinal Anestesi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Spinal anesthesia memblok system saraf simpatis yang selanjutnya akan

memberikan efek-efek pada kardiovaskuler. System saraf simpatis mempersarafi jantung
pada reseptor β dalam mempengaruhi denyut jantung dan kontratilitas dan mempengaruhi
pembuluh darah pada reseptor α. Tekanan darah adalah hasil kali dari cardiac output dan
tahanan perifer sistemik, dan cardiac output adalah banyaknya volume darah yang
dipompakan jantung per menit (volume sekuncup x denyut jantung). Volume sekuncup
dihasilkan dari preload, kontraktilitas jantung, dan after load. Maka bila saraf simpatis
terblok akan terjadi penurunan denyut jantung, tahanan perifer sistemik, vasodilatasi
sehingga tekanan darah menjadi turun.1,2
Pemberian cairan awal (pre load) sebelum spinal anestesi merupakan hal yang lazim
dilakukan untuk menghindari penurunan tekanan darah. Biasanya pemberian cairan pre
load adalah cairan isotonis misalnya kristaloid atau koloid. Banyak nya cairan diberikan lebih
kurang 10-20 ml per kg BB, tergantung ketinggian blok spinal anestesi. Hal ini bisa ditolerir
oleh pasien sehat dewasa muda. Namun pada pasien dengan kelainan jantung, umur tua
pemberian cairan harus dengan hati-hati. Bila cairan berlebihan bisa menyebabkan edema

paru oleh karena fungsi jantung pada pasien geriatric sudah menurun (ventricular stiffness),
demikian juga pada pasien kelainan jantung.1,2
Infus cairan saline hipertonis meningkatkan osmolaliti plasma dan menyebabkan
perpindahan cairan ke intravascular sehingga dapat memperbaiki hemodinamik dengan
volume yang lebih sedikit disbanding kristaloid. Cairan saline hipertonis tidak mahal dan
tidak beresiko terjadinya reaksi alergi seperti cairan plasma ekspander lainnya. Dan jarang
beresiko berinfeksi disbanding plasma manusia (human plasma) misalnya albumin.3,5
Cairan saline hipertonis bermacam-macam konsentrasinya (1,8%-7,5%) telah banyak
penelitian sebelumnya cairan ini dapat digunakan untuk kasus-kasus hipovolemik karena
perdarahan6, preloading spinal anestesi,14,15 luka bakar10, kardiogenik, terapi oedem
serebral di ICU maupun operasi craniotomi7 dan resusitasi pasien-pasien sepsis di ICU.9

Universitas Sumatera Utara

Pemberian cairan hipertonis melalui vena perifer haruslah menjadi perhatian.
Osmolaritas yang dianjurkan untuk menghindari terjadinya thrombophlebitis adalah 1000
mOsm. Osmolaritas cairan NaCl 3% adalah 900 mOsm, sehingga pemberian masih bisa
melalui vena perifer. Di Indonesia umumnya cairan saline hipertonis yang ada di pasaran
adalan NaCl 3%, maka pada penelitian ini digunakan NaCl 3% oleh karena cairan tersebut
lebih


mudah

didapat

dan

juha

murah

harganya

dan

menghindari

terjadinya

thrombophlebitis.

Semua sesuatu yang hidup terdiri dari sel. Membrane sel merupakan larutran
konsentrat kimiawi dan garam yang mempertahankan gradient konsentrasi ion intraselluler
dan extraselluler. Gradient ini yang menghasilkan perbedaan potensial listrik melewati
membrane. Hal ini yang mempertahankan kehidupan sel. Dengan kata lain, tubuh
mempunyai sifat kelistrikan, di mana tubuh merupakan suatu konduktor yang baik dan
suatu sirkuit biologis.16
Bioelectrical Impedance analisis adalah pengukuran seluruh tubuh dari tangan ke
kaki dengan berdasarkan konduksi dan non konduksi dari berbagai jaringan tubuh.
Umumnya massa tubuh yang bukan lemak adalah jaringan konduktif seperti otot, dan lemak
merupakan jaringan non konduktif. Impedance adalah suatu ukuran bagaimana arus
diperlambat atau diberhentikan ketika ia melalui suatu jaringan. Maka jarungan lemak
mempunyai impedance diukur dengan memakai arus listrik yang kecil melalui dua elektroda
dan menentukan perbedaan voltase dengan pasangan elektroda lain.16,17
Bioelectrical impedance analisis (BIA) dapat digunakan untuk menentukan
persentase body fat, lean body mass dan pesentase body water. Khususnya BIA digunakan
untuk menentukan komposisi cairan tubuh termasuk penentuan volume cairan dalam
masing-masing kompartemen (interselluler, dan interstitial). Dengan BIA dapat ditentukan
berapa banyak cairan yang ditarik dari intraselluler ke dalam intravascular.16,17
Dalam penelitian ini digunakan BIA untuk menentukan volume cairan masing-masing
kompartemen. Bila dibandingkan dengan pengukuran central venous catheter (CVC) yang

bersifat invasive, pengukuran BIA lebih menguntungkan oleh karena lebih aman dan bersifat
non invasive.
1.2.

Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan efek volume intravascular preloading cairan hipertonis

NaCl3% dan NaCl 0,9% pada spinal anestesi

Universitas Sumatera Utara

1.3.

Hipotesa
Terdapat perbedaan efek volume intravascular preloading cairan hipertonis NaCl 3%

dan NaCl 0,9% pada spinal anestesi
1.4.

Tujuan Umum

Untuk mendapatkan dosis dan cairan preloading yang tepat pada tindakan spinal

anestesi.
Tujuan Khusus :
a. Mengetahui efek volume intravascular preloading cairan hipertonis NaCl 3% dan
NaCl 0,9% pada spinal anestesi.
b. Mengetahui waktu tercapainya efek volume dengan preloading cairan hipertonis
NaCl 3% dan NaCl 0,9% pada spinal anestesi
c. Mengetahui distribusi cairan pada kompartemen tubuh (intravascular, interstitial,
dan intraselluler) dengan preloading cairan hipertonis NaCl 3% dan NaCl 0,9% pada
spinal anestesi
d. Mengetahui efek pencegahan penurunan tekanan darah selama spinal anestesi
dengan preloading cairan hipertonis NaCl 3% dan NaCl 0,9% pada spinal anestesi.
e. Mengetahui kenaikan jumlah natrium dalam darah dengan preloading cairan
hipertonis NaCl 3% dan NaCl 0,9% pada spinal anestesi.
1.5.

Manfaat :

a. Mendapatkan cairan yang tepat untuk preloading spinal anestesi terutama untuk

pasien-pasien geriatric dan kelainan jantung.
b. Sebagai bahan acuan penelitian lanjutan dengan menggunakan jumlah kasus yang
lebih besar.
c. Sebagai bahan acuan penelitian lanjutan dengan menggunakan jenis cairan yang
berbeda misalnya koloid.

Universitas Sumatera Utara