Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Resiko Kredit Pada Perbankan Di Indonesia (Studi Kasus: Sepuluh Peringkat Bank Terbaik Versi Bank Indonesia 2012)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan

dalam bidang perekonomian suatu negara dalam peningkatan dan pemerataan
taraf hidup masyarakat serta menunjang berjalannya roda perekonomian baik
secara mikro maupun makro. Bank saat ini harus menerapkan manajemen risiko,
termasuk manajemen risiko kredit sesuai dengan regulasi yang dikeluarkan Bank
Indonesia yang sejalan dengan rekomendasi Bank for International Settlements
(BIS).
Menurut Dendawijaya (2009) dana - dana yang dihimpun dari masyarakat
dapat mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank dan
kegiatan perkreditan mencapai 70% - 80% dari total aktiva bank. Bila
memperhatikan neraca bank akan terlihat bahwa sisi aktiva didominasi oleh
besarnya kredit yang diberikan. Bila memperhatikan laporan laba rugi bank akan
terlihat bahwa sisi pendapatan didominasi oleh besarnya pendapatan dari bunga
dan provisi kredit. Hal ini dikarenakan aktivitas bank yang terbanyak akan

berkaitan erat secara langsung ataupun tidak langsung dengan kegiatan
perkreditan (Nurmawan, 2005). Salah satu alasan terkonsentrasinya usaha bank
dalam penyaluran kredit adalah sifat usaha bank sebagai lembaga intermediasi
antara unit surplus dengan unit defisit, dan sumber utama dana bank berasal dari

1
Universitas Sumatera Utara

masyarakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada
masyarakat dalam bentuk kredit.
Sebagaimana umumnya negara berkembang, sumber pembiayaan dunia
usaha di Indonesia masih didominasi oleh penyaluran kredit perbankan yang
diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemberian kredit merupakan
aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan, tetapi risiko
yang terbesar dalam bank juga bersumber dari pemberian kredit. Berdasarkan UU
No.10 tahun 1998 tentang perbankan, bank

adalah badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya

kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Industri perbankan adalah suatu industri yang rentan akan risiko, terutama
karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan diputar dalam bentuk
berbagai investasi, salah satunya dalam pemberian kredit. Kredit merupakan salah
satu aktivitas bisnis perbankan yang memiliki risiko paling besar dan signifikan
dari semua risiko yang menyebabkan kerugian potensial. Risiko kredit adalah
risiko kerugian akibat kegagalan pihak lawan (counterparty) memenuhi
kewajibannya.
Di Indonesia, permasalahan penyaluran kredit yang masih sering
terindikasi adalah masih tingginya jumlah kredit macet dalam dunia perbankan.
Hal ini merupakan suatu penyakit kronis yang sangat mengganggu dan
mengancam system perbankan Indonesia yang harus diantisipasi oleh semua pihak
terlebih lagi keberadaan bank mempunyai peranan strategis dalam kegiatan

2
Universitas Sumatera Utara

perekonomian Indonesia. Indikasi lainnya adalah bahwa bagaimana kredit tersebut
dapat kembali sesuai dengan jangka waktu dan imbalan bunga yang telah

disepakati kedua belah pihak karena hal itu yang menggolongkan suatu bank
dikatakan sehat apabila dalam penyaluran dan pengembalian kredit keduanya
dapat berjalan lancar dan terus mengalami peningkatan baik dari segi kualitas
maupun kuantitasnya.
Adanya hambatan dalam penyaluran kredit perbankan, mendorong
pemerintah untuk mengeluarkan suatu kebijakan perkreditan khusus guna
mendorong peningkatan kredit seperti melakukan penjaminan kredit dan evaluasi
terhadap rencana bisnis perbankan. Evaluasi rencana bisnis tersebut akan melihat
seberapa jauh upaya perbankan melakukan penanganan atas risiko kredit yang
mungkin terjadi. Tahun 1997 dan 1998 Indonesia dilanda krisis moneter yang
berdampak pada lemahnya kebijakan dan pengelolaan kredit perbankan sehingga
banyak bank yang mengalami kesulitan dalam penentuan kebijakan kredit. Hal ini
menunjukkan masih minimnya keseriusan mengenai penanganan risiko kredit
dalam perbankan di Indonesia.
Menurut Dendawijaya (2009) kemampuan menyalurkan kredit oleh
perbankan dipengaruhi oleh berbagai hal yang dapat ditinjau dari sisi internal dan
eksternal bank. Sisi internal bank terutama dipengaruhi oleh kemampuan bank
dalam menghimpun dana masyarakat atau disebut dengan dana pihak ketiga
(DPK), modal bank dalam memberikan kredit (rasio solvabilitas) yaitu Capital
Adequacy Ratio (CAR), tingkat kolektibilitas kredit (kredit macet) yaitu Non

Performing Loan (NPL), dan sisi profitabilitas yaitu Return On Assets (ROA).

3
Universitas Sumatera Utara

Dari sisi eksternal bank, faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit
antara lain dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, penetapan tingkat suku bunga,
peraturan pemerintah, dan lain-lain. Menurut Sinungan (2000) kebijakan di
perkreditan harus memperhatikan beberapa faktor seperti keadaan keuangan bank
saat ini, pengalaman bank, dan keadaan perekonomian.
Bank yang diteliti dalam penelitian ini yaitu bank-bank yang terpilih
menjadi sepuluh peringkat terbaik di Indonesia versi Bank Indonesia.
Pemeringkatan yang dibuat oleh Bank Indonesia berdasarkan jumlah kredit yang
disalurkan. Meskipun penyaluran kredit memegang peranan penting bagi
pertumbuhan ekonomi negara, namun kredit yang disalurkan oleh perbankan
belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari Loan to Deposit Ratio (LDR) sepuluh
peringkat bank terbaik di Indonesia pada Tabel 1.1 berikut ini.
Tabel 1.1
Rata-Rata Kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK), Aset, Laba dan Loan Deposit
Ratio (LDR)

Sepuluh Peringkat Bank Terbaik di Indonesia
Periode 2008-2012
Kredit
DPK
(Rp
(Rp
Milyar) Milyar)
1
Mandiri 275.539 362.202
2
BRI
272.804 331.669
3
BCA
199.926 334.000
4
BNI
154.697 208.346
5
CIMB

123.583 133.462
6
Danamon 86.908 85.575
7
Panin
69.721 89.449
8
Permata 69.308 86.840
9
BTN
64.467 58.442
10
BII
63.494 73.133
Sumber: www.bi.go.id (Data diolah, 2013)
Peringkat

Nama
Bank


Aset
Laba
LDR NPL
(Rp
(Rp
(%) (%)
Milyar) Milyar)
480.558 2.090.464 76,07 0,50
417.634 2.912.597 82,25 0,38
393.374 1.503.667 59,86 0,20
273.284 655.693
74,25 0,75
169.572 600.366
92,60 1,11
125.012 321.708 101,56 0,20
121.445 333.826
77,94 0,48
106.905 186.998
79,81 0,41
83.829

196.235 110,31 3,12
93.054
187.597
86,82 0,81

4
Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) yang sesuai
dengan standar ketentuan Bank Indonesia pada tahun 2008-2012 diduduki oleh
Bank CIMB Niaga, Bank Danamon, dan BII berturut-turut sebesar 92,60%,
101,56%, dan 86,82%. Hal ini sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, angka
LDR seharusnya berada disekitar 85%-110%.
Tabel 1.1 juga menunjukkan bahwa dari sepuluh peringkat Bank terbaik di
Indonesia masih ada Loan to Deposit Ratio (LDR) bank yang berada dibawah
harapan Bank Indonesia, yaitu pada Bank Mandiri, BRI, BCA, dan BNI, nilai
Loan to Deposit Ratio (LDR) nya berturut-turut adalah sebesar 76,07%, 82,25%,
59,86%, dan 74.25%. Demikian juga dengan Bank Panin dan Bank Permata
berturut-turut sebesar 77,94%, 79,81% semua berada di bawah batas aman.
Loan to Deposit Ratio (LDR) sendiri merupakan indikator dalam

pengukuran fungsi intermediasi perbankan di Indonesia. Sesuai dengan Surat
Edaran Bank Indonesia No. 30/23/UPPB tanggal 19 Maret 1998, rasio Loan to
Deposit Ratio (LDR) dihitung dari pembagian kredit dengan dana yang diterima
yang meliputi giro, deposito, dan tabungan masyarakat, pinjaman bukan dari bank
yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan tidak termasuk pinjaman subordinasi,
deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan,
surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari 3
bulan, modal inti, dan modal pinjaman.
Semakin tinggi Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukkan semakin besar
pula Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dipergunakan untuk penyaluran kredit, yang
berarti bank telah mampu menjalankan fungsi intermediasinya dengan baik. Disisi

5
Universitas Sumatera Utara

lain Loan to Deposit Ratio (LDR) yang terlampau tinggi dapat menimbulkan
risiko likuiditas bagi bank (Dendawijaya, 2005). Dari sepuluh peringkat Bank
terbaik versi Bank Indonesia, Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank BTN berada
diatas maksimum ketentuan Bank Indonesia yaitu sebesar 110,31%.
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa dengan Dana Pihak Ketiga

(DPK) sebesar Rp. 334.000 Milyar, BCA dapat menyalurkan kredit sebesar Rp.
199.926 Milyar atau sama dengan 59,86%. Sedangkan BRI yang memiliki Dana
Pihak Ketiga (DPK) Rp. 331.669 Milyar yang lebih rendah daripada BCA,
mampu menyalurkan kredit sebesar Rp. 272.804 Milyar atau sama dengan
82,25%. Hal ini disebabkan karena Loan to Deposit Ratio (LDR) BRI jauh lebih
besar dibandingkan dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) BCA yang hanya
59,86%. Hal ini menunjukan bahwa meskipun Bank BCA memiliki Dana Pihak
Ketiga (DPK) lebih tinggi dibandingkan dengan Bank BRI tetap saja Bank BCA
tersebut belum mampu secara optimal dalam menjalankan fungsinya sebagai
lembaga intermediasi antara unit surplus dengan unit defisit.
Kegiatan bank setelah menghimpun dana dari masyarakat luas adalah
menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya,
dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit (Kasmir, 2008). Resiko
kredit yang mungkin dihadapi oleh Bank BRI akan lebih besar dibandingkan
resiko kredit yang dihadapi oleh Bank BCA terlihat dari besaran Loan to Deposit
Ratio (LDR) dari kedua Bank tersebut pada Tabel 1.1.
Non Performing Loan (NPL) adalah salah satu fungsi dari bank untuk
menyalurkan Dana Pihak Ketiga (DPK) kedalam bentuk kredit. Non Performing

6

Universitas Sumatera Utara

Loan (NPL) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam menjaga
resiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. Rasio Non Performing Loan
(NPL) tertinggi berada pada Bank BTN yaitu sebesar 3,12% tetapi kredit tertinggi
justru dipegang oleh bank Mandiri yaitu sebesar Rp.275.539. Hal ini bertentangan
dengan teori dimana jika NPL pada bank tinggi maka jumlah kredit juga tinggi
begitu sebaliknya.
Berdasarkan uraian serta permasalahan

yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul “FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Resiko Kredit Pada Perbankkan Di Indonesia
(Studi Kasus: Sepuluh Peringkat Bank Terbaik Versi Bank Indonesia Tahun
2012)”.

1.2.

Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi

rumusan masalah adalah: “Apakah Return on Asset (ROA), Return On Equity
(ROE), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Firm Size
dan Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh
terhadap risiko kredit sepuluh peringkat Bank terbaik di Indonesia?

1.3.

Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, maka

tujuannya adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Return on Asset
(ROA), Return On Equity (ROE), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing

7
Universitas Sumatera Utara

Loan (NPL), Firm Size dan Beban Operasional dan Pendapatan Operasional
(BOPO) terhadap risiko kredit sepuluh peringkat Bank terbaik di Indonesia.

1.4

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak,

diantaranya adalah:
1. Bagi masyarakat
Memberikan pengetahuan dan gambaran kepada masyarakat tentang faktorfaktor yang mempengaruhi resiko kredit pada sepuluh peringkat bank terbaik
di Indonesia.
2. Bagi Perusahaan Perbankan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi yang berguna dalam
mengetahui cara memperbaiki system kredit pada perusahaan perbankan, agar
terhindar dari berbagai macam resiko kredit.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis bagaimana
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit pada perbankan.
4. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan berpijak, referensi, dan
perbandingan bagi para peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melanjutkan
dan mengembangkan serta menyempurnakan penelitian ini dengan lebih baik
lagi di masa yang akan datang.

8
Universitas Sumatera Utara