Asas asas Dalam Peraturan Hukum LelangAs

Asas-asas Dalam Peraturan Hukum LelangAsas Publisitas
1.

2.

Asas Konsesualisme ( Persesuaian kehendak).
Asas ini, sangat erat kaitannya dengan asas kebebasan dalam mengadakan perjanjian,
dimana dianatara para pihak harus terjadi kesepakatan.
Asas Kepercayaan
Seseorang dapat melakukan perjanjian dengan orang lain. Karena adanya Saling
mempercayai diantara kedua belah pihak itu bahwa satu sama lain akan memegang teguh
janjinya, dengan kata lain akan memenuhi prestasinyabdikemudian hari. Tanpa adanya

3.

kepercayaan itu maka perjanjian itu tidak akan mungkin diadakan.
Asas Kekuatan Mengikat.
Asas ini adalah bahwa terikatnya para pihak pada suatu perjanjian tidak semata-mata
terbatas pada apa yang diperjanjikan, akan tetapi terhadap beberapa hal lain sepanjang

4.


yang dikehendaki oleh kebiasaan dan kepatuhan serta moral.
Asas bargaining power
Asas ini, berlaku terhadap para pihak yang mengadakan suatu perjanjian/ perbuatan
hukum, dimana pihak pemohon / penjual dalam mengadakan perjanjian selalu berada pada
posisi yang kuat karena sebagai institusi Negara maupun karena kewenangannya dalam
melaksanakan tugas Negara. Sedangkan pembeli atau peminat lelang berada pada posisi
yang lemah. Dengan perkataan lain bahwa para pihak dalam membuat suatu perjanjian
berlandaskan kepada kebebasan dan diantara kedua belah pihak harus terjadi kesepakatan
serta terjadi penyesuaian kehendak

5.

Asas bargaining position
Asas ini menerikan gambaran yang objektif dimana penjual /Pemohon lelang berada pada
kondisi sebagai istitusi Negara sedangkan pembeli atau peminat lelang sebagai warga

6.

masyarakat pada posisi yang lemah dalam melakukan suatu perbuatan hukum.

Asas dalam hukum jaminan

Asas ini, menghendaki para pihak dalam membuat suatu perjanjian/ perbuatan hukum
untuk memperoleh sesuatu fasilitas kredit diharuskan untuk memberikan suatunjaminan
7.

kebendaan demi pengamana dimasa mendatang.
Asas Accountabilitas
Asas akuntabilitas adalah asas yang menetikan bahwa setiap kegiatan penyelenggara
Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku (Pasal 3 angka 7 UU No. 28 Tahun 1999).
Dengan demikian, asas ini menghendako agar lelang yang dilaksanaka dapat
dipertanggungjawabkanoleh Pejabat Lelang, Penjual dan pembeli kepada semua pihak
yang berkepentingan dan masyarakat.
Pertanggungjawaban pejabat lelang adalah administrasi lelang pengelolaan uang lelang.
Pertanggungjawaban penjual adalah dalama rangka penghapusan , pelaksanaan eksekusi
dan kepentingan lainnya.
Pertanggung jawaban pembeli adalah kewajiban dalam oelunasan pembayaran harga pokok
lelang, pembayaran bela lelang, dan pembayaran pajak-pajak yang dikenakan atas
pelakanaan lelang.


8.

Asas public policy
Asas ini, memberikan gambaran yang jelas bahwa penjual/ pejabat lelang dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai suatu institusi atau lembaga Negara senantiasa
menerapkana kebijaksaan umum terhadap seorang warga Negara / pembeli dalam

9.

melakukan suatu perbuatan hukum.
Asas beritikad baik.
Pelaksaan lelang harus dilakukukan dengan adanya itikad baik dari para pihak yang akan
melakukan pelaksanaan lelang. Asas itikad abaik ini menghendaki bahwa dalam pelaksaan
lelang dilaksanakan secara jujur, yakni mengindahkan norma-norma kepatuhan dan

kesusilaan. Asas ini berlaku bagi Pejabat Lelang, Penjual serta Pembeli sehingga asas ini
10.

menjadi salah satu sendi terpenting dalam Pelaksanaan lelang.

Asas parate eksekusi
Asas ini menghendaki para pihak yang memuat perjanjian/perbuatan hukum merupakan
tindakan hukum yang sudah final dan mengikat seluruh warga masyarakat Indonesia

11.

termasuk badan peradilan.
Asas transparansi
Asas Publisitas (Publicity) atau asas Transparansi (Transparency), artinya setiap
pelelangan harus didahului dengan pengumuman lelang, baik dalam bentuk iklan, brosur,
atau undangan. Disamping untuk menarik peserta lelang sebanyak mungkin, pengumuman
lelang juga dimaksudkan untuk memberi kesempatan sosial kontrol sebagai perlindungan
publik. Asas ini sangat penting karena membentuk karakter lelang sebagai penjualan yang
bersifat transparan.

12.

Asas kepatutan
Asas ini berkaitan dengan ketentuan mengenai isi perjanjian, melalui asas ini ukuran


13.
14.

tentang hubunhan hukum itu ditentukan juga oleh rasa keadilan masyarakat.
Asas persamaan penyitaan
Asas horizontal
Asas ini menghendaki para pihak dalam mebuat dan mengadakan suatu perjanjian

15.

mempunyai kedudukan yang sama dan seimbang, terutama hak dan kewajiban
Asas keadilan
Asas ini mengehendaki bahwa para pihak dalam suatu perjanjian/ perbuatan hukum harus
dilaksanakan secara baik, benar, jujur, adil, dalam bertindak dan berbuat.
Dalam proses pelaksanaan lelang harus dapat memenuhi rasa keadilan secara
proporsional bagi setiap pihak yang berkepentingan.

Asas ini untuk mencegah

keberpihakan penjual kepada Peserta Lelang tertentu atau berpihak hanya pada


kepentingannya. Khusus pada pelaksanaan lelang eksekusi penjual tidak boleh menetukan
16.

nilai limit secara sewenang-wenang yang berakibat merugikan pihak tereksekusi.
Asas otoritas
Asas ini, merupakan tindakan hukum dari suatu institusi yang tugasnya dapat

17.

memepengaruhi dan mengikat seluruh warga masyarakat termasuk pembeli lelang.
Asas kepastian hukum
Asas kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan landasan
peraturan perundang-undangan kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan
penyelenggara Negara (Penjelasan Pasal 3 angka 1 UU no, 28 tahun 1999). Dalam setiap
pelaksanaan lelang dibuat Risalah lelang oleh pejabat yang merupakan akta otentik
peralihan hak ( acta van transparan) atad barang sekaligus sebagai alas hak penyerahan
barang. Tanpa risalah lelang pelaksanaan lelang yang dilakukan oleh pejabat lelang tidak
sah ( invalid) . pelaksanaan lelang yang demikian tidak memberi kepastian hukum tentang
hal-hal yang terjadi, karena apa yang terjadi tidak tercatat secara jelas sehingga dapat

menimbulkan ketidakpastian. Oleh karena itu, Risalah lelang sebagai figure hukum yang
mengandung kepastian hukum harus diaktualisasikan dengan tegas dalam undang-undang

18.

19.
20.

yang mengatur tentang lelang.
Asas moral
Sikap Moral yang harus menjadi motivasi para pihak yang membuat dan melaksanakan
Lelang sehingga
Asas kesadaran hukum
Asas perlindungan keprntingan umum.
Asas ini menghendaki bahwa bagi para pihak yang membuat suatu perjanjian harus
memperhatikan kepentingan umum

Tahapan awal dari Pelaksanaan lelang adalah :
1. Setiap pelelangan harus didahului dengan pengumuman lelang, baik dlm bentuk iklan,
brosur atau undangan.

2. Untuk menarik peserta lelang sebanyak mungkin,
3. Sebagai kontrol sosial dan perlindungan publik.
Pasal 1 ayat (3) Pada Peratura Menteri Keuangan No 93/PMK.06/2010 :
Pengumuman Lelang adalah pemberitahuan kepada masyarakat tentang akan
adanya Lelang dengan maksud untuk menghimpun peminat lelang dan
pemberitahuan kepada pihak yang berkepentingan
1. Asas Persaingan (Competition), yaitu karena para peserta lelang bersaing dan peserta
dengan penawaran tertinggi yang mencapai atau melebihi harga limit yang akan
dinyatakan sebagai pemenang.

1. Setiap peserta lelang bersaing
2. Peserta dgn penawaran tertinggi dan telah melewati harga limit dinyatakan sbg
pemenang.

Pasal 1 Ayat (26) :
Nilai Limit adalah harga minimal barang yang akan dilelang dan ditetapkan oleh
Penjual/Pemilik Barang.
Harga Lelang adalah harga penawaran tertinggi yang diajukan oleh peserta lelang
yang telah disahkan sebagai pemenang lelang oleh Pejabat Lelang.


28. Pokok Lelang adalah Harga Lelang yang belum termasuk Bea Lelang pembeli
dalam lelang yang diselenggarakan dengan penawaran harga secara ekslusif atau Harga
Lelang dikurangi Bea Lelang pembeli dalam lelang yang diselenggarakan dengan
penawaran harga secara inklusif.
29. Hasil Bersih Lelang adalah Pokok Lelang dikurangi Bea Lelang Penjual
dan/atau Pajak Penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan (PPh Final) dalam lelang dengan penawaran harga lelang ekslusif, dalam lelang
dengan penawaran harga inklusif dikurangi Bea Lelang Pembeli.
30. Kewajiban Pembayaran Lelang adalah harga yang harus dibayar oleh Pembeli
dalam pelaksanaan lelang yang meliputi Pokok Lelang dan Bea Lelang Pembeli. 31. Bea
Lelang adalah bea yang berdasarkan peraturan perundang-undangan, dikenakan kepada
Penjual dan/atau Pembeli atas setiap pelaksanaan.

2. Asas Kepastian (Certainty), artinya indenpendensi Pejabat lelang seharusnya mampu
membuat kepastian bahwa penawar tertinggi yang dinyatakan sebagai pemenang lelang
dan bahwa pemenang lelang tersebut telah melunasi kewajibannya akan memperoleh
barang beserta dokumen.
Pasal 18 :
Ayat (1)
Penjual/Pemilik Barang wajib memperlihatkan atau menyerahkan asli dokumen

kepemilikan kepada Pejabat Lelang paling lama 1 (satu) hari kerja sebelum
pelaksanaan

lelang,

kecuali

Lelang

Eksekusi

yang

menurut

peraturan

perundangundangan

tetap


dapat

dilaksanakan

meskipun

asli

dokumen

kepemilikannya tidak dikuasai oleh Penjual.
Ayat (2) :
Dalam hal Penjual/Pemilik Barang menyerahkan asli dokumen kepemilikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Pejabat Lelang, Pejabat Lelang wajib
memperlihatkannya kepada Peserta Lelang sebelum lelang dimulai.
Ayat (3) :
Dalam hal Penjual/Pemilik Barang tidak menyerahkan asli dokumen kepemilikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Pejabat Lelang, Penjual/Pemilik
Barang wajib memperlihatkannya kepada Peserta Lelang sebelum lelang dimulai.
3. Asas Akuntabilitas (Accountability), artinya pelaksanaan lelang dapat dipertanggung
jawabkan karena Pemerintah melalui Pejabat Lelang berperan untuk mengawasi jalannya
lelang dan membuat akta otentik yang disebut Risalah Lelang yang berfungsi sebagai
akta van transport, Pejabat lelang itu haruslah independen,artinya tidak terpengaruh atau
memihak kepada siapapun, sehingga asas ini dapat juga dikatakan sebagai asas
indenpendensi.
Risalah Lelang adalah berita acara pelaksanaan lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang
yang merupakan akta otentik dan mempunyai kekuatan pembuktian sempurna.
4. Asas Efisiensi (Effeciency), artinya karena lelang dilakukan pada suatu saat dan tempat
yang ditentukan dan transaksi yang terjadi pada saat itu juga sehingga diperoleh efisiensi
biaya dan waktu, karena dengan demikian barang secara cepat dapat dikonversi menjadi
uang
Tempat pelaksanaan lelang harus dalam wilayah kerja KPKNL atau wilayah
jabatan Pejabat Lelang Kelas II tempat barang berada.
Pasal 20 (1) Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat persetujuan tertulis dari pejabat
yang berwenang, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.

Pejabat yang berwenang antara lain:
a. Direktur Jenderal atas nama Menteri untuk barang yang berada di luar wilayah
Republik Indonesia;
b. Direktur Lelang atas nama Direktur Jenderal untuk barang yang berada dalam wilayah
antar Kantor Wilayah; atau
c. Kepala Kantor Wilayah setempat untuk barang yang berada dalam wilayah Kantor
Wilayah setempat.

Permohonan persetujuan pelaksanaan lelang atas barang yang berada di luar wilayah
kerja KPKNL atau di luar wilayah jabatan Pejabat Lelang Kelas II, diajukan oleh Penjual kepada
pejabat dengan syarat sebagian barang harus berada di dalam wilayah kerja KPKNL/Pejabat
Lelang Kelas II tempat lelang yang dikehendaki.
Persetujuan berlaku untuk jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal persetujuan dan
dilampirkan pada Surat Permohonan Lelang. Bagian Keempat Waktu Pelaksanaan Lelang Waktu
pelaksanaan lelang ditetapkan oleh Kepala KPKNL atau Pejabat Lelang Kelas II.
Waktu pelaksanaan lelang dilakukan pada jam dan hari kerja KPKNL, kecuali untuk
Lelang Noneksekusi Sukarela, dapat dilaksanakan di luar jam dan hari kerja dengan persetujuan
tertulis Kepala Kantor Wilayah setempat.
Surat permohonan persetujuan pelaksanaan lelang di luar jam dan hari kerja diajukan
oleh Penjual/Pemilik Barang.

Surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampirkan pada Surat
Permohonan Lelang