hama dan penyakit pada tanaman jeruk (4)

Hama dan Penyakit pada Tanaman Jeruk
A.
1.

Hama pada tanaman jeruk
Kutu Dompolan (Pseudococcus citri Risso)
Tanaman jeruk yang terserang hama ini menunjukkan gejala tangkai buahnya menguning
atau kering, buah-buah yang masih muda gugur dan pada tanaman ditemukan banyak kutu.
Panjang tubuhnya 3-4 mm dan lebarnya 1,5-2 mm. punggungnya berwarna kuning
dan tertutup oleh lapisan tepung lilin berwarna putih. Seekor kutu betina dapat menghasilkan
telur sampai 300 butir. Periode bertelur berlangsung selama 6-20 hari. Setelah 3-6 hari telur
menetas dan kutu muda akan menghisap cairan daun dan buah. Dari telur sampai dewasa
membutuhkan waktu 1-4 bulan dan dalam satu tahun dapat menghasilkan dua generasi. Kutu
ini menyukai tempat yang teduh dan kering. Pada musim kemarau populasi hama ini sering
meledak.
Kutu ini mengeluarkan embun madu yang disukai oleh semut geramang (rangrang)
dan merangsang tumbuhnya cendawan jelaga. Cendawan jelaga tersebut menyebabkan buah
jeruk kurang menarik, tidak normal dan sangat mengganggu pertumbuhan tanaman.
Penyebaran hama ini selain oleh semut geramang juga dapat terjadi melalui angin dan hujan.
Musuh alami hama ini antara lain predator Crytolaemus montrouzieri, Coccinella
repanda, dan jamur Entomophthora fresenii.

Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a.
b.

Sanitasi lingkungan tanaman jeruk dari gulma atau tanaman inang kutu lainnya
Penyiraman dengan air sabun pada seluruh bagian pohon yang ada di permukaan tanah mulai

c.
d.
e.

dari pucuk tanaman
Konservasi musuh alami hama
Menghilangkan semut geramang sebagai penyebar kutu ini
Apabila populasi hama ini tinggi, dilakukan penyemprotan insektisida

2.

Hama Bisul Buah (Prays endocarpa Meyr.)

Kulit buah berbisul-bisul, tetapi daging buahnya tidak rusak atau busuk. Pada tiap bisul
terdapat seekor ulat berwarna hijau yang panjangnya 5-7 mm. kepompongnya berwarna hijau
kemerahan dan panjangnya 4-5 mm. kupu-kupunya berwarna merah keabu-abuan dan
panjangnya sekitar 5 mm. hama ini biasanya menyerang jeruk yang berkulit tebal. Buah jeruk
yang masih muda bila terserang hama ini dapat mengalami kerontokan.

Kupu-kupu kecil (ngengat) meletakkannya di kulit jeruk pada malam hari. Setelah empat hari
telur menetas dan ulatnya langsung menggerek kulit buah tetapi tidak sampai ke bagian
daging buah. Serangan tersebut menyebabkan bisul yang di dalamnya terdapat ulat tersebut.
Menjelang berkepompong, ulat keluar dari bisul menuju ke bagian bawah ranting atau bawah
daun untuk berkepompong di tempat tersebut. Setelah empat hari, kepompong berubah
menjadi ngengat. Dari masa telur sampai menjadi ngengat berlangsung selama 29 hari.
Musuh alami hama ini antara lain parasitoid Bracon sp, Copidosa sp, dan Brachymeria sp.
Pengendalian hama bisul buah dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
1.

Pembungkusan (pemberongsongan) buah yang masih muda dengan kertas, daun pisang

2.
3.

4.

kering, atau bahan lainnya.
Sanitasi pohon untuk mengumpulkan kepompong, kemudian memusnahkannya.
Pengasapan pohon pada malam hari untuk mengusir ngengat yang akan meletakkan telurnya.
Bila populasinya tinggi maka dapat disemprot dengan insektisida.

3.

Hama Getah Buah (Citripestis sagitiferella Mr.)
Hama ini menyebabkan kulit buah bergetah banyak dan tampak kotoran yang menggantung,
isi buah membusuk, dan akhirnya rontok. Hama ini banyak menyerang buah jeruk berkulit
tebal.
Ulat hama ini berwarna hijau, panjangnya 2mm, tetapi menjelang berkepompong dapat
mencapai 16 mm. kepompongnya berwarna merah dan panjangnya 14 mm. Ngengat betina
berukuran panjang 10-11 mm, sedangkan yang jantan panjangnya 10 mm. Tubuh ngengat
berwarna abu-abu.
Ngengat meletakkan telurnya pada kulit buah secara berkelompok dan tersusun seperti
genteng. Ukuran buah jeruk yang disukai untuk peletakan telur yaitu 5-6 cm. Kelompok telur
tersebut biasanya terdapat pada bagian bawah atau tepi buah jeruk. Setelah 5-7 hari telur

tersebut akan menetas dan menjadi ulat. Ulat-ulat tersebut akan menggerek kulit buah dan
masuk ke dalam buah. Setelah 12-17 hari ulat turun dengan menggantung pada benang sutera
menuju ke tanah untuk berkepompong di dalam tanah sedalam 1-2 cm. Setelah 10-11 hari
ngengatnya muncul. Musuh alami hama ini berupa parasitoid telur Trichogramma nana.
Pelepasan 500 parasitoid dewasa untuk tiap 4000 m2 dapat menekan populasi hama sehingga
kerusakan buah berkurang 50-80%.
Pengendalian hama getah buah dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.

a.
b.

Pendangiran tanah di bawah pohon untuk mematikan kepompong hama.
Pembungkusan buah dengan kertas atau bahan lainnya yang dilakukan sejak buah berumur 2

c.

bulan.
Pengumpulan buah-buah yang gugur, kemudian dibenamkan ke dalam tanah sedalam 30 cm.

d.

e.

Konservasi musuh alaminya.
Bila populasinya tinggi maka dapat disemprot dengan insektisida yang aplikasinya dilakukan
bersamaan dengan penetasan telur.

4.

Lalat Buah (Dacus dorsalis Hend.)
Hama ini lebih banyak menyerang jenis jeruk yang berkulit tipis. Jeruk yang terserang
buahnya bebercak-bercak bulat, busuk, dan terdapat lubang kecil di tengahnya.
Bentuk dewasa hama ini berupa lalat yang berwarna cokelat kekuningan. Ukurannya kurang
lebih sama dengan lalat rumah. Lalat betina dapat menghasilkan telur sampai 15 butir dan
diletakkan pada kulit buah. Setelah dua hari telur tersebut menetas dan ulatnya yang berwarna
putih masuk ke dalam buah untuk memakan daging buah. Buah yang terserang menjadi
busuk, bentuknya tidak normal, dan dapat mengalami kerontokan. Stadium ulat berlangsung
selama 6-9 hari. Ulat jatuh bersamaan dengan rontoknya buah dan masuk ke dalam tanah
untuk membentuk kepompong. Kepompongnya berbentuk bulat panjang dengan panjang 5
mm. setelah 6-12 hari lalat buah telah dewasa. Musuh alami hama ini antara lain parasitoid


a.

Opius spp, Spalangia philippinensis, Sintomosphyrum spp, dan Dirhinus cluzonensis.
Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
Sanitasi kebun dengan mengumpulkan buah yang gugur, pendangiran tanah di bawah pohon,

b.
c.
d.
e.

dan pembersihan gulma.
Pembungkusan buah dengan kertas, daun, atau bahan lainnya.
Pengasapan kebun dengan jerami atau sekam padi.
Penggunaan senyawa penarik (antraktan) seperti metil eugenol.
Penyemprotan insektisida. Insektisida digunakan pada populasi hama yang tinggi.

B.
1.


Penyakit yang menyerang tanaman jeruk
Penyakit Blendok Phytophthora (Phytophthora spp.)
Biologinya adalah jamur Phytophthora dapat bertahan dalam tanah dan disini dapat
membentuk sporangium dan spora kembara. Jamur terutama dipencarkan oleh air hujan dan
air pengairan yang mengalir di atas permukaan tanah. Infeksi terjadi melalui luka-luka
alamiah maupun luka-luka yang terjadi karena alat pertanian maupun hewan termasuk
serangga.
Gejalanya berupa mula-mula kulit pada pangkal batang berwarna hitam kebasah-basahan dan
mengeluarkan blendok (gom) encer. Jika bagian yang busuk dipotong, kelihatan bahwa
jaringan di bawahnya berwarna cokelat kemerahan. Setelah beberapa lama kulit mati dan
mengelupas (jatuh).
Pengendalian dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a.
b.
c.

Memakai varietas yang tahan terhadap Phytophthora.
Jeruk ditanam di atas gundukan setinggi 15-20 cm.
Air hujan dan air pengairan jangan sampai menggenang di sekeliling pangkal batang


d.
e.

tanaman.
Pada waktu mengairi harus dijaga agar air tidak mengenai pangkal batang.
Mengurangi kelembaban kebun dengan melakukan pemangkasan dan drainase yang sebaik-

f.
g.

baiknya.
Bagian yang sakit dipotong.
Luka-luka ditutup dengan pestisida penutup luka.

2.

Penyakit Kulit Diplodia (Botryodiplodia theobromae)
Jamur Botryodiplodia theobromae mengadakan infeksi melalui luka-luka mekanis akibat
pemangkasan, serangga, atau penyakit buih.

Gejalanya berupa keluarnya blendok (gom) yang berwarna kuning emas dari batang atau
abang-cabang yang besar pada serangan Diplodia basah. Sedangkan serangan Diplodia kering
berupa kulit mongering, dan jika dipotong, kulit dan kayu dibawahnya berwarna hitam
kehijauan. Kulit yang sakit membentuk celah-celah kecil, dari dalamnya keluarnlah massa
spora yang semula berwarna putih, tetapi akhirnya berwarna hitam.
Pengendalian dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a.
b.

Cabang-cabang yang terserang dipotong untuk mengurangi sumber infeksi.
Menyemprot batang-batang dengan fungisida.

3.

Penyakit Gloeosporium (Antraknos)
Penyebab penyakit ini adalah Colletotrichum gloeosporioides Penz dan Gloeosporium
limetticolum Clausen. Factor yang mempengaruhi terjadi serangan pathogen ini adalah
lemahnya jaringan tanaman akibat kondisi yang kurang baik, cuaca yang panas dan lembab.
Gejalanya berupa bercak-bercak cokelat pada daun dan dapat menyebabkan daun menjadi

rontok. Pada ranting-ranting terbentuk banyak sekali tubuh buah jamur yang bisa
menyebabkan ranting jadi mati. Bagian di sekitar tangkai buah berwarna cokelat dan dapat
menyebabkan rontoknya buah-buah.
Pengendalian dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a.
b.
c.

Diusaahakan tanaman selalu berada dalam kondisi yang optimum.
Ranting-ranting yang mati dipotong dan dibakar.
Penggunaan fungisida.

4.

Busuk Akar Armillaria (Armillariella sp.)

Jamur dapat mempertahankan diri dalam tanah pada sisa-sisa akar. Penularan hanya terjadi
karena adanya kontak antara akar sehat dengan akar atau sisa akar sakit, dan dengan
rizomorf.

Gejalanya berupa daun-daun ronto dengan tiba-tiba atau sedikit demi sedikit. Pembentukan
bunga salah waktu (di luar musimnya). Akar-akar membusuk, kulitnya menjadi lunak, dan
kayu mengandung banyak air. Setelah beberapa lama pada permukaan kulit terbentuk
benang-benang jamur, mula-mula berwarna putih, kemudian menjadi cokelat muda atau
cokelat tua. Kalau akar yang sakit dipatahkan akan tercium bau jamur yang khas.
Pengendalian dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.
b.
c.

Pohon yang sakit dibongkar, akar-akar digali sebersih mungkin dan dibakar.
Disekeliling bekas pohon sakit dibuat selokan isolasi.
Jika sekiranya pohon masih dapat ditolong, dianjurkan untuk membuka semua akar dekat
tanah dan akar-akar yang sakit dipotong.

5.

Kudis (Sphaceloma fawcetti)
Kudis disebabkan oleh Sphaceloma fawcetti Jenkins. Spora dipencarkan oleh angin dan
serangga. Cuaca juga mempengaruhi perkembangan penyakit ini, yaitu ketika musim hujan.
Gejalanya yaitu pada buah, daun, dan ranting-ranting muda terdapat kutil-kutil kecil
berwarna kuning. Kelak kutil-kutil ini menjadi cokelat kelabu, keras dan bergabus, bersatu
dan membentuk kerak yang keras. Daun-daun yang sakit keras berkerut dan gugur.
Pengendaliann dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a.
b.

Sebelum datingnya musim hujan pohon-pohon diairi agar segera berbunga.
Pohon-pohon disemprot dengan fungisida.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24