PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNI
PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN METODE INQUIRI DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS II DI MI YASPURI MALANG SKRIPSI
Oleh:
Indah farida 07140029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG April, 2009
PENERAPAN CONTEKSTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS II DI MI YASPURI MALANG SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Strata Satu Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Indah farida 07140029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
April, 2009
PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN METODE INQUIRI DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA
KELAS II DI MI YASPURI MALANG SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh
Strata Satu Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Indah farida
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
April, 2009
HALAMAN PERSETUJUAN PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN METODE INQUIRI DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS II DI MI YASPURI MALANG SKRIPSI
Oleh: Indah Farida
NIM: 07140029
Telah Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing
Dra. Hj. Sulalah, M. Ag NIP. 150 267 279
Tanggal, 04 April 2009
Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Dra. Hj. Sulalah, M. Ag NIP. 150 267 279
HALAMAN PENGESAHAN PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN METODE INQUIRI DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS II DI MI YASPURI MALANG SKRIPSI
Dipersiapkan dan disusun oleh Indah Farida
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 15 April 2009
Dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu sarjana Pendidikan Ekonomi (S.Pd.) Pada tanggal: 15 April 2009 Panitia Ujian
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
Muhammad Walid, Ma. Dra. Hj. Sulalah, M. Ag NIP. 150 289 265
NIP. 150 267 279
Penguji Utama, Pembimbing,
Dr. M. Zainuddin, MA. Dra. Hj. Sulalah, M. Ag NIP. 150 275 502
NIP. 150 267 279
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Prof. Dr. H.M. Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031
PERSEMBAHAN
Karya ini masih tak sebesar pengabdianku demi kasih dan cinta pada Bapak (M.
Ikhsan) , Ibu (Mutamimah) dan adikq (M. Syaiful Ulum) yang telah banyak memberikan pengorbanan yang tidak terhingga nilainya baik materiil maupun spirituil, sehingga penulis bisa sampai ke jenjang Perguruan Tinggi
Hartono yang telah banyak memberikan dorongan serta motivasi kepada penulis
dalam proses penulisan Skripsi ini.
Keluarga besar kos ungu bapak Alimuddin dan Ibu Sulalah serta temen-temen kos (fita mut, ani mut, M anis, M muyas, ana mut, zen mut, M acik, amik mut, nani mut, nining mut, ratna mut, iir mut, feni mut ) yang selalu memberi motivasi pada
penulis
Tulisan ini adalah terima kasihku
Pada ketelatenan serta jerih payah Guru-guruku dan Dosen-dosenku, pak kyai dan
bunyai ku, Pahlawanku yang telah memberi cahaya ilmu pengetahuan padaku.......
Wahai dzat yang Maha Tahu dan Maha Kasih Jadikanlah ini amal ibadahku Amin………
HALAMAN MOTTO
َ َِْ َ ْا ِ َِْا اْ ُ َْاَو ا اْ ُ ا ا َُ َ ِْ َا َ ُ َ
(: ة(- . ا ) َنْ ُ ِْ!ُ ْ"ُ# َ$َ ِ ِِْ%َ ْ&ِ' اْوُ(ِه َ*َو
“ Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya dan berjihadlah pada jalan-Nya. Supaya kamu mendapatkan keberuntungan”.
(Al-Maidah :35)
NOTA DINAS
Dra. Hj. Sulalah, M. Ag. Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang
NOTA DINAS PEMBIMBING Hal
: Skripsi Indah Malang, 04 April 2009 Lamp : 4 (empat) Eksemplar
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang Di
Malang
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut dibawah ini:
Nama
: Indah Farida
NIM
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Judul Skripsi :Penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan metode Inquiri dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA kelas II MI Yaspuri di Malang
Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya.
Wasalamu’alaikum Wr. Wb
Pembimbing
Dra. Hj. Sulalah, M. Ag NIP. 150 267 279
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, 04 April 2009
Indah Farida
Kata Pengantar
Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan Skripsi ini dengan judul PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN METODE INQUIRI DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS II DI MI YASPURI MALANG
dengan tepat waktu. Shalawat dan salam, barokah yang seindah-indahnya, mudah-mudahan tetap terlimpahkan kepada Rasulullah SAW. yang telah membawa kita dari alam kegelapan dan kebodohan menuju alam ilmiah yaitu Dinul Islam.
Penulisan Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Universitas Islam Negeri Malang dan sebagai wujud serta partisipasi penulis dalam mengembangkan dan mengaktualisasikan ilmu-ilmu yang telah penulis peroleh selama di bangku kuliah.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam Negeri Malang
2. Bapak Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang
3. Ibu Dra. Sulalah, M.Ag . selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah Universitas Islam Negeri Malang
4. Ibu Dra. Sulalah, M.Ag. selaku dosen pembimbing, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.
5. Bapak Budi Harianto, S. Pd, selaku Kepala MI Yaspuri Malang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di lembaga yang beliau pimpin.
6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Tarbiyah, yang telah banyak memberikan ilmu kepada
penulis sejak berada di bangku kuliah.
7. Keluarga besar MI Yaspuri yang telah banyak memberikan pengalaman berharga bagi penulis sebagai bekal menyelesaikan skripsi ini.
8. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
Semoga Allah SWT. melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Begitu juga dalam penulisan Skripsi ini, yang tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan Semoga Allah SWT. melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Begitu juga dalam penulisan Skripsi ini, yang tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan
Akhirnya dengan segala bentuk kekurangan dan kesalahan, penulis berharap semoga dengan rahmat dan izin-Nya mudah-mudahan Skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak-pihak yang bersangkutan.
Malang, 04 April 2009
Penulis
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
TABEL 1 Hasil Pre tes.......................................................................................... 57
TABEL 2 Daftar hasil kerja kelompok pada siklus I (hari rabu, tanggal 4 Maret 2009) .................................... 60
TABEL 3 Hasil pengukuran tes secara kelompok
pada siklus I (hari rabu, tanggal 4 Maret 2009) .................................... 60
TABEL 4 Daftar nilai individu pada siklus I (hari Rabu, tanggal 4 Maret 2009) ................................. 62
TABEL 5 Hasil pengukuran tes secara individual pada siklus I (hari Rabu, tanggal 4 Maret 2009) ................................. 63
TABEL 6 Daftar hasil kerja kelompok pada siklus II (hari rabu, tanggal 11 Maret 2009) ................................ 69
TABEL 6 Hasil pengukuran tes secara kelompok pada siklus II (hari rabu, tanggal 11 Maret 2009) ................................. 70
TABEL 7 Daftar nilai tes individu pada siklus II (hari Rabu, tanggal 11 Maret 2009) ............................... 71
TABEL 8 Hasil pengukuran tes secara individual pada siklus II (hari Rabu, tanggal 11 Maret 2009) ............................... 73
TABEL 9 Penyebaran soal evaluasi ........................................................................ 74
TABEL 10 Daftar nilai evaluasi individu pada siklus II (hari Rabu, tanggal 18 Maret 2009................................... 78
TABEL 11 Hasil pengukuran tes secara individual pada siklus II (hari Rabu, tanggal 18 Maret 2009................................... 80
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar I. Komponen contextual teaching and learning...................................... 19 Gambar II. Alur dalam PTK…………………...................................................... 44
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Pedoman interview Lampiran 2 : Nota konsultasi Lampiran 3 : Instrumen dokumentasi Lampiran 4 : Instrumen observasi
Lampiran 5 : Identitas sekolah Lampiran 6 : Struktur organisasi sekolah Lampiran 7 : Denah sekolah MI Yaspuri Malang
ABSTRAK
Farida, Indah. 2009. Penerapan Contextual Teaching and Learning dengan Metode Inquiri dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas II MI Yaspuri di Malang. Skripsi. Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Malang. Dosen Pembimbing: Dra. Hj. Sulalah, M. Ag.
Kata Kunci: Contextual Teaching and Learning, metode inquiri, Prestasi Belajar, IPA.
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran dan pengajaran yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai individu, anggota (keluarga, masyarakat dan bangsa). Dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), proses belajar mengajar akan lebih konkret, lebih realistis, lebih aktual, lebih menyenangkan, dan lebih bermakna. Proses belajar mengajar berpendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar (kualitas, kreativitas, produktivitas, efisiensi dan efektifitas). Dengan Contextual Teaching and Learning (CTL), siswa akan mampu memecahkan masalahnya sendiri, yang paling penting melakukan tugasnya sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki.
Inquiri berasal dari suatu ide yang komplek, yang berarti banyak hal bagi banyak orang, dalam banyak konteks. Inquiri adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang dipahaminya. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah diharapkan siswa berkembang secara utuh baik intelektual, mental emosional maupun pribadinya
Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Disini guru sebagai pendidik memiliki peran yang sangat besar, disamping sebagai fasilitator dalam pembelajaran siswa juga sebagai pembimbing yang mengarahkan peserta didiknya sehingga mejadi manusia yang mempunyai pengetahuan luas baik pengetahuan agama, kecerdasan, kecakapan hidup, keterampilan, budi pekerti luhur dan kepribadian baik dan bisa membangun dirinya untuk lebih baik dari sebelumnya serta memiliki tanggung jawab besar dalam pembangunan bangsa.
Berpijak pada latar belakang diatas maka permasalahan yang timbul adalah: 1) Bagaimanakah penerapan contextual teaching and learning dengan metode inquiri dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada Mata Pelajaran IPA kelas II MI di Yaspuri Malang. Adapun tujuan yang ingin diketahui dari permasalahan tersebut diatas adalah: 1) Untuk mengetahui bagaimanakah penerapan contextual teaching and learning dengan metode inquiri dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada Mata Pelajaran IPA kelas II MI di Yaspuri Malang
Penelitian yang penulis lakukan ini adalah termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif, desain yang digunakan adalah desain penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam pengumpulkan data, penulis menggunakan beberapa metode yaitu: metode observasi, metode dokumentasi dan metode interview, adapun yang menjadi responden adalah Kepala Madrasah, guru IPA kelas II dan siswa kelas II di MI Yaspuri. sedangkan untuk menganalisisnya penulis menggunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu berupa data-data yang tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati dan data hasil tes yang telah dilakukan, sehingga dalam hal ini penulis berupaya mengadakan penelitian yang bersifat menggambarkan secara menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya. Selain itu, untuk mendukung uraian dari keadaan yang sebenarnya ada dilapangan, disini penulis sertakan tabel sebagai pelengkap data.
Dari hasil analisa, menunjukkan bahwa penerapan contextual teaching and learning dengan metode inquiri dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas II MI di Yaspuri Malang telah dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan konsep pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) yang ada, hal ini dapat dilihat dari persiapan, pelaksanaan (aplikasi) dan evaluasi yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar dirancang dengan baik.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut aktivitas, kreatifitas, dan kearifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan, secara efektif dan menyenangkan. Dalam hal ini guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar, apakah kegiatan pembelajaran dihentikan, diubah metodenya, atau mengulang dulu pembelajaran yang lalu. Guru harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran pemilihan dan penggunaan media pembelajaran, pemilihan dan penggunaan metode mengajar, keterampilan menilai hasil belajar, serta memilih dan menggunakan strategi dan pendekatan pembelajaran.
Dalam kegiatan pembelajaran terdapat dua kegiatan yang sinergik, yakni guru mengajar dan siswa belajar. Guru mengajarkan bagaimana siswa harus belajar. Sementara siswa belajar bagaimana seharusnya belajar melalui berbagai pengalaman belajar sehingga terjadi perubahan dalam dirinya dari aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan yang efektif dan akan lebih mampu mengelola proses belajar mengajar, sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal.
Proses pembelajaran yang baik akan dapat menciptakan prestasi yang berkualitas. Oleh karena itu guru sebagai salah satu komponen penting keberhasilan pembelajaran, harus mampu menempatkan dirinya sebagai sosok yang mampu membangkitkan kemauan siswa untuk terus belajar.
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin canggih, manusia saat ini banyak dituntut untuk selalu ikutt serta dalam perjalanan waktu yang semakin mutakhir. Begitu juga dalam hal pendidikan, pembelajaran harus sudah mengadopsi kerangka keilmuan modern dalam rangka mengejar kesetaraan dengan manusia di belahan dunia lainnya. Guru yang biasanya dianggap sebagai satu-satunya sumber pengetahuan sudah seharusnya dirubah, yaitu dengan banyak menggunakan berbagai sumber yang dapat menambah pengetahuan siswa.
MI Yaspuri sebagai salah satu lembaga pendidikan juga sangat menjunjung keberhasilan pembelajaran, sehingga siswa yang dihasilkan mampu berperan dalam persaingan global. Usaha kearah tersebut sudah banyak dilakukan oleh pihak madrasah terkait, seperti pemenuhan sarana prasarana, media pembelajaran, guru yang professional serta komponen lain yang mampu meningkatkan kualitas pendidikan yang dijalankan, dengan harapan akan mampu menciptakan manajemen pembelajaran dengan baik, yang pada ujungnya akan menjadikan sekolah yang berkualitas.
Namun masih banyak permasalahan-permasalahan pembelajaran yang terjadi di sekolah. Seperti rendahnya prestasi belajar siswa. Permasalahan seperti itu rata-rata dimiliki oleh setiap lembaga pendidikan. Hal itulah yang kemudian menjadi tanggung jawab pihak sekolah dan guru untuk selalu memperbaiki keadaan tersebut, agar siswa mampu menjadi manusia yang berpengetahuan dan bermoral.
Jika dianalisa, permasalahan-permasalahan tersebut muncul dari keseharian siswa di kelas. Proses pembelajaran di kelas sangat menentukan prestasi belajar siswa secara keseluruhan. Di MI Yaspuri tempat penelitian ini dilaksanakan, banyak sekali permasalahan yang ada. Seperti dalam pembelajaran IPA di kelas II, siswa kurang antusias dan kurang peduli terhadap apa yang disampaikan guru, mereka lebih mementingkan hal lain dari pada belajar, seperti menggambar, bicara sendiri dan mengganggu teman-teman yang di dekatnya. Hal itu tentu sangat mengganggu dan tidak memungkinkan untuk memperoleh prestasi relajar yang maksimal.
IPA adalah suatu ilmu yang berusaha mengungkapkan rahasia alam semesta secara konkrit dan akurat sesuai keadaan sebenarnya. Jadi IPA bukan ilmu turun temurun yang diturunkan oleh para ahli dan kita tinggal menggunakan teori mereka saja. IPA menantang para ilmuwan, guru dan peserta didik untuk berusaha mengamati, meneliti, menyelidiki dan mengadakan percobaan untuk menemukan konsep, teori dan hukum- IPA adalah suatu ilmu yang berusaha mengungkapkan rahasia alam semesta secara konkrit dan akurat sesuai keadaan sebenarnya. Jadi IPA bukan ilmu turun temurun yang diturunkan oleh para ahli dan kita tinggal menggunakan teori mereka saja. IPA menantang para ilmuwan, guru dan peserta didik untuk berusaha mengamati, meneliti, menyelidiki dan mengadakan percobaan untuk menemukan konsep, teori dan hukum-
1. IPA produk atau prinsip (teori)
2. 1 IPA sebagai proses yang menghasilkan metode ilmiah. Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang
diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu: (1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
metode ilmiah. 2 Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum
(universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”. 3
Samsuri, Bagaiman Menjadi Guru IPA yang Baik ( Malang: FKIE IKIP, 1981), hlm.
15. Http://smpn4cimahi.com/?p=49
3 Ibid
Berkaitan dengan hal tersebut, sampai saat ini IPA belum mencapai standart yang diinginkan yaitu IPA sebagai ilmu yang mendorong siswa untuk memahami,mengamati, meneliti, menyelidiki dan mengadakan percobaan untuk menemukan konsep, teori dan hukum-hukum. Pada kenyataannya pembelajaran IPA di kelas II MI Yaspuri masih sebatas menyampaika IPA kepada siswa bahkan istilah kasarnya "guru hanya bercerita tentang IPA bukan membelajarkan IPA ".
Dari permasalahan yang dijelaskan di atas, maka dibutuhkan tindakan yang mampu mencari jalan keluarnya. Salah satu solusi adalah penggunaan metode yang tepat, yaitu metode yang mampu membuat seluruh siswa terlibat dalam suasana pembelajaran. Metode mengajar merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam membelajarkan siswa. Oleh karena itu, peranan metode mengajar sebagai alat untuk
menciptakan proses belajar mengajar. 4
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh seorang guru guna menjawab dari permasalahan-permasalan pembelajaran tersebut serta untuk lebih mengaktifkan pembelajaran di kelas adalah dengan menerapkan contextual teaching learning dengan metode inquiri. Metode ini dapat diterapkan pada pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan. Dengan menggunakan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) diharapkan hasil pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung
4 Suryasubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta1997) , hal: 43
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru kesiswa. Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan, berfikir kritis, dan melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya itu mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing. Dalam pembelajaran kontekstual menekankan pentingnya lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses belajar agar kelas lebih hidup dan lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya.
Berpijak pada uraian latar belakang di atas, maka perlu kiranya diadakan suatu tindakan melalui penelitian pendidikan. Dalam hal ini, penulis mengangkat satu topik yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi saat ini, yaitu: “PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
INQUIRI DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS II DI MI YASPURI MALANG”.
DENGAN
METODE
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat penulis kemukakan permasalahan yang muncul yaitu “Bagaimana penerapan contextual teaching learning dengan metode inquiri dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas II di MI Yaspuri Malang?.”
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan contextual teaching learning dengan metode inquiri dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas II di MI Yaspuri Malang
Penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi :
1. Bagi Guru Sebagai bahan evaluasi, usaha untuk memperbaiki kusalitas diri sebagai Guru yang professional dalam upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang dilakukan, khususnya dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran.
2. Bagi Siswa Memudahkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran IPA, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
3. Bagi Peneliti
Menambah khazanah pengetahuan dan dapat mengembangkan wawasan peneliti.
D. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini untuk memudahkan peneliti maka mata pelajaran IPA yang akan diteliti adalah kompetensi dasar “mengidentifikasi sumber-sumber energi (panas, listrik, dan bunyi) yang ada di lingkungan sekitar.”
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Contextual Teaching Learning (CTL)
1. Pengertian Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)
Contextual teaching learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. 5 Pengetahuan dan keterampilan siswa dapat diperoleh dari usaha siswa mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan
keterampilan baru ketika ia belajar. Sedangkan menurut Drs. B. Suryosubroto pengajaran merupakan hasil proses belajar mengajar, efektivitasnya tergantung dari beberapa unsur. Efektivitas suatu kegiatan tergantung dari terlaksana tidaknya perencanaan, karena perencanaan, maka pelaksanaan pengajaran menjadi baik dan efektif. Cara untuk mencapai hasil belajar yang efektif yaitu murid-murid harus dijadikan pedoman setiap kali
membuat persiapan dalam mengajar. 6
Depdiknas, Pendekatan Kontekstual. 2002. hlm. 1. 6 Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta:Rineka Cipta,1997), hlm. 9.
Learning secara umum artinya pembelajaran. Menurut Dra. Hj. Siti Kusrini pembelajaran adalah upaya pengembangan sumber daya manusia yang harus dilakukan secara terus menerus selama manusia
hidup. 7 Pembelajaran menurut Wirawan merupakan kegiatan Full- Contact yang melibatkan semua aspek kepribadian siswa (pikiran,
perasaan, dan bahasa tubuh) disamping pengetahuan, sikap, keyakinan sebelumnya serta persepsi masa mendatang. 8
Adanya kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah yang mana belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang, dan itulah yang terjadi dikelas-kelas sekolah kita.
Untuk lebih jelasnya tentang Pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) berikut akan diuraikan beberapa definisinya menurut para ahli sebagai berikut:
1. Menurut Mulyasa
7 Siti Kusrini, Dkk. Ketrampilan Dasar Mengajar (Malang: Fakultas Tarbiyah UIN,2006), hlm.9.
8 Wirawan, Quantum Teaching, Alternatif Pengajaran Untuk Peningkatan Mutu Pembelajaran, (Jakarta:Departemen Pendidikan nasional), 2005, hlm.2.
Pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Melalui proses penerapan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik akan merasakan pentingnya belajar, dan mereka akan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang
dipelajarinya. 9
2. Menurut Nurhadi Pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota
masyarakat. 10
9 E. Mulyasa, , Implementasi Kurikulum 2004 (Bandung:PT Remaja Rosda karya, 2005), hlm.55.
10 Nurhadi, op. cit., hlm.13.
3. Menurut Dr. Wina Sanjaya M.Pd Pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka. 11 Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
pendekatan contextual teaching and learning (CTL) merupakan konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa belajar dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses belajar agar kelas lebih hidup dan lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, pendekatan Contextual Teaching and Learning
11 Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam implementasi KBK, (Jakarta:Prenada Media, 2005), hlm. 109.
(CTL) memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan kehidupan baik disekolah maupun diluar sekolah. Selain itu, siswa dilatih untuk dapat memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam suatu situasi.
Bila pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) diterapkan dengan benar, diharapkan siswa akan berlatih untuk dapat menghubungkan apa yang diperoleh dikelas dengan kehidupan dunia nyata yang ada dilingkungannya. Untuk itu, guru perlu memahami konsep pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terlebih dahulu dan dapat menerapkannya dengan benar. Agar siswa dapat belajar lebih efektif, guru perlu mendapat informasi tentang konsep- konsep pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan penerapannya.
Karakteristik dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL, antara lain:
a. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain a. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain
c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan yakini, misalnya denagn cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.
d. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.
e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap straregi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.
2. Sejarah Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)
Penerapan pembelajaran Kontekstual di Amerika Serikat bermula dari pandangan ahli pendidikan klasik John Dewey pada tahun 1916 mengajukan teori kurikulum dan metodologi pengajaran yang Penerapan pembelajaran Kontekstual di Amerika Serikat bermula dari pandangan ahli pendidikan klasik John Dewey pada tahun 1916 mengajukan teori kurikulum dan metodologi pengajaran yang
gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan sekolah berpusat pada anak (Child-centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru (Teacher-Centered) atau bahan
pelajaran (subject-centered). 12 Intinya, siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah
mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar di sekolah. Pokok-pokok pandangan Progresivisme antara lain:
1. Siswa belajar dengan baik apabila mereka secara aktif dapat mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka tentang apa yang diajarkan oleh guru.
2. Anak harus bebas agar bisa berkembang wajar.
3. Penumbuhan minat melalui pengalaman langsung untuk merangsang belajar.
4. Guru sebagai pembimbing dan peneliti.
5. Harus ada kerja sama antara sekolah dan masyarakat.
12 Redja Mudyahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 142.
6. Sekolah Progresif harus merupakan Laboratorium untuk melakukan Eksperimen. 13
Selain teori Progresivisme John Dewey, teori kognitif juga melatar belakangi filosofi pembelajaran Kontekstual. Siswa akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam kegiatan di kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri. Siswa menunjukkan hasil belajar dalam bentuk apa yang dapat mereka ketahui dan apa yang dapat mereka lakukan. Belajar di pandang sebagai usaha atau kegiatan intelektual untuk membangkitkan ide-ide yang masih laten melalui kegiatan Intropeksi.
Disamping itu siswa yang menggunakan strategi kognitif memungkinkan ketika ia mengikuti berbagai uraian dari apa yang sedang ia baca, apa yang ia pelajari, mungkin ketrampilan intelektual, mungkin informasi. Dia menggunakan strategi kognitif untuk memilih dan menggunakan kode bagi apa yang dia pelajari, dan strategi lain untuk mengungkapkannya kembali. Yang terpenting, dia menggunakan beberapa strategi kognitif dalam memikirkan apa yang telah ia pelajari dan dalam memecahkan masalah. Strategi kognitif adalah cara yang dimiliki pelajar dalam mengelola proses belajar.
Sejauh ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus di hafal.
13 Nurhadi, op.cit., hlm.8.
Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan. Kemudian ceramah sebagai pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.
Melalui landasan Filosofi Konstruktivisme, CTL dipromosikan menjadi alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi CTL, siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
Menurut Filosofi Konstruktivisme, pengetahuan bersifat non- obyektif, temporer, dan selalu berubah. Segala sesuatu bersifat temporer, berubah, dan tidak menentu. Kitalah yang memberi makna terhadap realitas yang ada. Pengetahuan tidak pasti dan tidak tetap. Belajar adalah pemaknaan pengetahuan, bukan perolehan pengetahuan dan mengajar diartikan sebagai kegiatan atau proses menggali makna, bukan memindahkan pengetahuan kepada orang yang belajar. Otak atau akal manusia berfungsi sebagai alat untuk melakukan interpretasi sehingga muncul makna yang unik.
Salah satu prinsip penting dari Psikologi pendidikan adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan Salah satu prinsip penting dari Psikologi pendidikan adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan
1. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan siswa
2. Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri, aktif, dan kreatif
3. Membentuk dan memanfaatkan kelompok belajar secara tepat
4. Memperhatikan keragaman siswa
5. Memperhatikan kecerdasan majemuk siswa
6. Memanfaatkan beragam teknik pembelajaran, terutama bertanya, memecahkan masalah, dan berpikir tingkat tinggi
7. Mengutamakan asesmen otentik
3. Komponen P embelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)
Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dikelas. Ketujuh komponen itu adalah Konstruktivisme, bertanya
(Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Comunity), pemodelan (Modelling), Refleksi (Reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assesment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) jika menerapkan komponen tersebut dalam pembelajarannya.
Keterkaitan ketujuh komponen tersebut digambarkan dalam bagan berikut ini:
Konstruktivisme
bertanya nemukan (Questioning)
(Inquiry
masyarakat belajar pemodelan (Learning Community)
(Modeling
penilaian sebenarnya refleksi
(Authentic Assessment) Reflection
Gambar 1 Komponen contextual teaching and learning
Dari masing-masing komponen terebut akan dijelaskan dalam uraian berikut ini:
a. Konstruktivisme Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif anak berdasarkan pengalaman. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar, akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasikan objek tersebut. Kedua faktor itu sama penting, dengan demikian pengetahuan itu tidak bersifat statis tetapi bersifat dinamis, tergantung individu yang melihat dan mengkonstruksinya.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan dan memberi makna melalui
pengalaman nyata. 14
14 Nurhadi, ibid., hlm .33.
b. Inkuiri Inquiri Artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistimatis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.
Inquiri pada dasarnya adalah suatu ide yang komplek, yang berarti banyak hal bagi banyak orang, dalam banyak konteks. Inquiri adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang dipahaminya. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah diharapkan siswa berkembang secara utuh baik intelektual,
mental emosional maupun pribadinya. 15 Proses inquiri dapat dipakai dalam berbagai topik mata
pelajaran. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu:
1. Merumuskan masalah.
15 Wina Sanjaya, op. cit., hlm. 119.
2. Mengajukan hipotesis.
3. Mengumpulkan data.
4. Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan.
5. Membuat kesimpulan. Penerapan asas ini dapat dipakai dalam proses proses contextual teaching and learning (CTL), dimulai dari adanya kesadaran siswa akan masalah yang jelas yang ingin dipecahkan. Dengan demikian siswa harus didorong untuk menemukan masalah. Apabila masalah telah dipahami dengan batasan-batasan yang jelas, selanjutnya siswa dapat mengajukan hipotesis atau jawaban sementara sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan. Hipotesis itulah yang akan menuntut siswa untuk melakukan observasi dalam rangka mengumpulkan data. Manakala data telah terkumpul selanjutnya siswa dituntut untuk menguji hipotesis sebagai dasar dalam merumuskan kesimpulan. Asas menemukan seperti ini, merupakan asas yang penting dalam pembelajaran contextual teaching and learning (CTL). Melalui proses berfikir yang sistematis diatas, diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah, rasional, dan logis, yang kesemuanya itu diperlukan sebagai dasar pembentukan kreativitas. Siklus yang terdiri dari mengamati, bertanya, menganalisis, dan menemukan teori. Baik perorangan maupun kelompok.
1. Diawali dengan pengamatan, lalu berkembang untuk memahami konsep atau fenomena.
2. Mengembangkan dan menggunakan ketrampilan berfikir kritis.
c. Bertanya (questioning) Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu. Sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk:
• Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran
• Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar. • Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu. • Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan. • Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan
sesuatu.
d. Masyarakat belajar Dikutip oleh Wina sanjaya dari Leo Semenovich Vygotsky, seorang psikolog Rusia, menyatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman anak ditopang banyak oleh komunikasi dengan orang lain. Suatu permasalahan tidak mungkin dapat dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan bantuan orang lain. Konsep d. Masyarakat belajar Dikutip oleh Wina sanjaya dari Leo Semenovich Vygotsky, seorang psikolog Rusia, menyatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman anak ditopang banyak oleh komunikasi dengan orang lain. Suatu permasalahan tidak mungkin dapat dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan bantuan orang lain. Konsep
e. Permodelan (modeling) Permodelan
pembelajaran dengan memperagakan sesuatu yang dapat dicontoh siswa.Yang dimaksud dengan asas Modelling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya guru memberikan contoh bagaimana cara mengoperasikan sebuah alat, atau bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing, guru olah raga memberikan contoh bagaimana cara melempar bola, guru kesenian memberi contoh bagaimana cara memainkan alat musik, guru biologi memberikan contoh bagaimana cara menggunakan thermometer dan lain
adalah
proses
sebagainya. 16 Proses modelling, tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi
dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Misalkan siswa yang pernah menjadi juara dalam membaca puisi dapat disuruh untuk menampilkan kebolehannya didepan teman-temannya, dengan demikian siswa dapat dianggap
16 Wina Sanjaya, ibid., hlm.121.
sebagai model. Modelling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), sebab melalui modelling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoritis abstrak yang dapat memungkinkan verbalisme.
f. Refleksi (reflection) Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Bisa terjadi melalui proses refleksi siswa akan memperbaharui pengetahuan yang telah dibentuk, atau menambah khazanah pengetahuannya.
g. Penilaian nyata (authentic assessment) Dalam CTL, keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek. Oleh sebab itu, penilaian keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh aspek hasil belajar seperti tes, akan tetapi juga proses belajar melalui penilaian penilaian nyata.
4. Metode Inquiri Metode inquiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jalaban dari statu masalah yang
dipertanyakan. 17 Inquiri Artinya, proses pembelajaran didasarkan pada pencarian
dan penemuan melalui proses berpikir secara sistimatis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.
Inquiri pada dasarnya adalah suatu ide yang komplek, yang berarti banyak hal bagi banyak orang, dalam banyak konteks. Inquiri adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang dipahaminya. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis.
17 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajran Berorientasi Pada Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Prenada Media, 2007), hlm. 196.
Melalui proses mental itulah diharapkan siswa berkembang secara utuh baik intelektual, mental emosional maupun pribadinya. 18
Proses inquiri dapat dipakai dalam berbagai topik mata pelajaran. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu:
1. Merumuskan masalah.
2. Mengajukan hipotesis.
3. Mengumpulkan data.
4. Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan.
5. Membuat kesimpulan. Penerapan asas ini dapat dipakai dalam proses proses contextual teaching and learning (CTL), dimulai dari adanya kesadaran siswa akan masalah yang jelas yang ingin dipecahkan. Dengan demikian siswa harus didorong untuk menemukan masalah. Apabila masalah telah dipahami dengan batasan-batasan yang jelas, selanjutnya siswa dapat mengajukan hipotesis atau jawaban sementara sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan. Hipotesis itulah yang akan menuntut siswa untuk melakukan observasi dalam rangka mengumpulkan data. Manakala data telah terkumpul selanjutnya siswa dituntut untuk menguji hipotesis sebagai dasar dalam merumuskan kesimpulan. Asas menemukan seperti ini, merupakan asas yang penting dalam pembelajaran contextual teaching and learning (CTL). Melalui proses