Analisis Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Kabupaten Aceh Singkil

BAB II
PROFIL KABUPATEN ACEH SINGKIL dan GAMBARAN KEBIJAKAN
PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
2.1. Profil Kabupaten Aceh Singkil
2.1.1 Sejarah Terbentuknya Kabupaten Aceh Singkil

Permulaan Abad XVI adalah masa puncak kejayaan Kerajaan Aceh.Aceh
yang masa itu dipimpin Sultan Iskandar Muda (1607-1608) memiliki luas wilayah
meliputi Pantai Barat Pulau Sumatera di Bengkulu hingga Pantai Timur Sumatera,
termasuk wilayah Riau.Pada masa itu tersebutlah kerajaan kecil di Aceh, yaitu
Aceh Singkil.

Adanya kerajaan kecil Aceh Singkil dapat dibuktikan dari peninggalan
sejarah dan cerita rakyat.Peninggalan sejarah dimaksud seperti sejumlah situs
sejarah, kuburan pahlawan, peralatan makan, perlengkapan pertanian, adat
istiadat.Hal ini menunjukkan adanya struktur masyarakat berlapis yang membuktikan adanya raja dan masyarakat biasa.Dari cerita rakyat, tersebut pula adanya
Syech Abdul Rauf As-Singkili dari daerah ini.Kepadanya tempat masyarakat kala
itu merujuk hukum agama atau hukum syara‟.Akhirnya, tersebutlah wilayah ini
dengan sebutan Aceh Singkil.

Mulanya Aceh Singkil merupakan bagian dari Kabupaten Aceh

Selatan.Dia terdapat di bagian ujung barat daya Provinsi Nanggroe Aceh

48
Universitas Sumatera Utara

Darussalam.Bergabungnya Singkil ke dalam tubuh Aceh Selatan yang menjadi
bagian dari Indonesia sejak diproklamirkan kemerdekaan Indonesia oleh
Soekarno-Hatta, 17 Agustus 1945.Sedangkan sebelumnya, daerah ini masih
daerah tak bertuan (de jure). Namun, sebagian masyarakat Singkil yang pada
masa itu di bawah jajahan Jepang ada yang melaksanakan proklamasi sehingga
dengan dibantu oleh Organisasi Massa dan Komite Nasional Indonesia, jadilah
Singkil bagian dari Indonesia yang berse-langkangan dengan Aceh Selatan dengan
Ibu kota Tapak Tuan.53

Bermula pada tahun 1956 di Jakarta, seorang anggota DPR.R.I. putra
Meukek Aceh Selatan yang bernama Alm. Almelz yang menyampaikan kepada
mantan Wedana pertama Wilayah Singkil yaitu Bapak A. Mufti AS dan tokoh
masyarakat Wilayah Singkil yaitu Bapak Anhar Muhammad Hosen, bahwa dilihat
dari segi Historis, Geografis, Ekonomi, Kebudayaan dan Politis, serta aset yang
dimiliki Kewedanaan Singkil sudah sepantasnya statusnya ditingkatkan menjadi

Kabupaten. Syaratnya hendaklah rakyat Singkil mencetuskan resolusi untuk itu.
Diilhami pendapat Saudara Almelz tersebut, maka pada tahun 1957, Partai-partai
Politik, Organisasi-Organisasi Kemasyarakatan, para alim ulama dan cerdik
pandai se-Kewedanaan Singkil memutuskan dalam pertemuannya tanggal 21
Maret 1957 sepakat membentuk Panitia Aksi Penuntut Kabupaten Otonomi
Singkil yang disingkat dengan PAPKOS, dengan Susunan Kepanitiaan yaitu,

53

http.//www.jkma-aceh.org/meninjau-aceh-paling-sudut-sumatera-aceh-singkil diakses pada tanggal 5-102016 puku 12.30 Wib

49
Universitas Sumatera Utara

Ketua I : Tengku M. Bakri, Ketua II : Lukman Hakim, Sekretaris I : Kamaluddin,
Sekretaris II : Z. A. Fachry, Bendahara/Keuangan : Munthe. Dengan dibantu oleh
beberapa Seksi PAPKOS terus bekerja dengan tujuan untuk memperjuangkan
Daerah Kewedanaan Singkil ditingkatkan statusnya menjadi Kabupaten Otonomi
Tingkat II dalam Lingkungan Propinsi Otonomi Aceh.


Berbagai strategi disusun dan delegasi demi delegasi diutus ke Tapaktuan,
Banda Aceh dan Jakarta.Sangat disayangkan baru beberapa waktu panitia
bergerak, timbul gejolak politik yaitu dengan terjadinya pemberontakan di daerahdaerah di Indonesia, panitia tidak bisa bekerja secara maksimal sehingga usaha ke
arah peningkatan status Singkil ini tersendat-sendat. Pada tahun 1964 digelar
musyawarah masyarakat Wilayah Singkil I di Balai Syekh Abdurrauf Singkil,
pesertanya adalah tokoh-tokoh masyarakat Wilayah Singkil baik yang berada di
Wilayah Singkil sendiri, maupun dari luar daerah, seperti : Jakarta, Medan, Banda
Aceh, Tapaktuan, Sibolga dan lain-lain. Musyawarah berhasil sukses dengan
menetapkan beberapa keputusan yaitu54 :

1. Perjuangan PAPKOS tahun 1957 agar dilanjutkan.
2. Membentuk dan mengutus delegasi untuk menghadap kembali Pemerintah
Propinsi Otonomi Aceh dan Permerintah Kabupaten Aceh Selatan.
3. Personil Panitia tahun 1957 yang sudah tidak ada lagi supaya diganti
dengan yang lain, sehingga disepakati Susunan Kepanitiaan PAPKOS
54

http://www.acehsingkilkab.go.id/ diakses pada tanggal 4-11-2016 pukul 23.59 Wib

50

Universitas Sumatera Utara

yang baru yaitu, Ketua : Alibasyah Sekretaris: Kamaluddin Bendahara:
Djalaluddin Duane.

Panitia dengan dilengkapi beberapa seksi terus aktif bekerja, dengan
menghimpun berbagai masukan dan saran dari berbagai lapisan masyarakat
Singkil, sementara itu delegasi demi delegasi silih berganti diutus ke Tapaktuan
dan Banda Aceh.Pada saat panitia sedang giat-giatnya berusaha, pada tahun 1965
terjadi pula Gerakan G.30 S/PKI, sehingga kerja panitia tidak dapatberjalan
sebagaimana diharapkan.Semangat rakyat Singkil tetap menggelora untuk
memperjuangkan Wilayah Singkil menjadi Kabupaten Otonom55.

Pada tahun 1967 digelar lagi Musyawarah Masyarakat Wilayah Singkil II
yang digelarkan di Rimo Simpang Kanan. Peserta musyawarah ini terdiri dari
Tokoh-Tokoh Masyarakat Perwakilan Kecamatan Singkil, Kecamatan Simpang
Kanan, Kecamatan Simpang Kiri, Kecamatan Pulau Banyak, juga dari luar
Wilayah Singkil seperti peserta pada Musyawarah I, disamping itu turut pula
dihadiri oleh Bupati dan Muspida Tk. II Kabupaten Aceh Selatan dan unsur-unsur
Pemerintahan Kewedanaan Singkil. Bupati Kasim Tagok pada waktu itu adalah

putra asli Wilayah Singkil. Keputusan dari musyawarah adalah56 :

1. Panitia Aksi Penuntut Kabupaten Otonomi Singkil (PAPKOS) diganti
dengan nama "Panitia Persiapan Kabupaten Otonomi Singkil" yang
disingkat PAPKOS juga.
55
56

Ibid, hal.2
Ibid, hal 3

51
Universitas Sumatera Utara

2. Melanjutkan tuntutan Panitia tahun 1957 dan tahun 1964 tentang
peningkatan status Kewedanaan Singkil menjadi Kabupaten.
3. Sesuai dengan kebijakan Pusat, dimana status Kewedanaan akan dihapus,
maka Panitia ditugaskan sementara untuk memperjuangkan Wilayah
Kewedanaan Singkil menjadi Perwakilan Kabupaten, seperti halnya
Kabupaten Aceh Tenggara.

4. Ditetapkan pula Susunan Kepanitiaan yang baru lengkap dengan seksiseksinya, yaitu Ketua Umum: Ainal Basri, Sekretaris Umum: Mustafa
Syukur, Bendahara: Anhar Muhammad Hosen.

Panitia mulai bekerja dengan mengumpulkan masukan-masukan, data-data
dan bahan-bahan yang berkaitan dengan tuntutan terus disiapkan.Pada tahun 1968
delegasi diutus ke Banda Aceh yang terdiri dari Ketua Umum dan Sekretaris
Umum serta Kasim Tagok dari Tapaktuan. Utusan itu juga dilengkapi dengan
putra Singkil yang ada di Banda Aceh terdiri dari : Adlin Imigrasi, Siti Asra, Abu
Sulaiman, Zulkarnain Has dan Nuin T. Delegasi berusaha keras dengan
menjumpai tokoh-tokoh partai yang ada di DPRD-GR Kabupaten Aceh Sekatan
dan DPRD-GR Provinsi Daerah Istimewa Aceh, menyampaikan hasrat
masyarakat Wilayah Singkil dan potensi yang dipunyai serta tinjauan dari segala
bidang. Delegasi juga hadir dalam sidang komisi D DPRD-GR Provinsi Daerah
Istimewa Aceh dan komisi ini menampung penyampaian setiap anggota delegasi
yang menjelaskan faktor-faktor pendukung dari perjuangan peningkatan status
Wilayah Singkil ini. Akhirnya delegasi menjumpai Gubernur Muzakir Walad

52
Universitas Sumatera Utara


diruang kerjanya yang didampingi Wakil Gubernur Marzuki Nyakman . Atas
usaha yang gigih ini Pemerintah menyetujui peningkatan status daerah ini dari
Kedewanan ke Perwakilan Kabupaten, yaitu dengan dikeluarkannya 57:

1. Surat Keputusan DPRD-GR Kabupaten Aceh Selatan No. 003/DPRDGR/1968.
2. Surat Keputusan DPRD-GR Provinsi Daerah Istimewa Aceh No.
20/DPRD-GR/ 1968 tanggal 6 Juni Tahun 1968.
3. Surat Keputusan Gubernur

Kepala Daerah Istimewa Aceh No.

04/DESES/1969 tanggal 1 Mei 1969.

Dan sebagai Kepala Perwakilan Pertama adalah : Bapak Ibrahim Abduh
Mantan Bupati yang pada waktu itu berpangkat Residen. Selanjutnya perjuangan
untuk menjadi Kabupaten penuh terus diusahakan, namun terkendala dengan
kebijakan bupati Aceh Selatan Drs. Sukardi Is yang berkuasa selama 11(sebelas)
tahun yang tidak mentolerir perjuangan Rakyat Wilayah Singkil ini, bahkan
mengancam Pegawai Negeri yang Terlibat dengan PAPKOS akan dipecat. Dan
ditegaskannya lagi Pegawai Negeri yang ada hubungannya dengan PAPKOS

harus membuat pernyataaan keluar dari Kepanitiaan PAPKOS.Kebetulan sebagian
besar Panitia adalah Pegawai Nageri.Walaupun peringatan Bupati Sukardi Is
kurang diindahkan, namun perjuangan PAPKOS tidak berjalan mulus
sebagaimana diharapkan.

57

Ibid, hal.5

53
Universitas Sumatera Utara

Bupati Aceh Selatan silih berganti dari Drs. Sukardi Is ke Drs.
Ridwansyah, terus Drs. Sayed Mudhahar Ahmad, lanjut ke Drs. Sari Subqi,
kesemuanya kurang mendukung dan bahkan tak jauh berbeda dengan kebijakan
yang dijalankan oleh Sukardi Is. Melihat ketimpangan yang terus menerus dalam
pembangunan yang tidak merata atau tidak adil terhadap Wilayah Singkil, kami
berpendapat perjuangan peningkatan status Wilayah Singkil ini masih terus di
perjuangkan namun tidak bisa dari bawah harus dari atas. Maka pada tahun 1990
oleh Saudara Muslim Dahri (Pembantu Bupati dikala itu) menulis surat kepada

Bapak A.Mufti AS, Ir. Kotan Pasaman, Rustam Rasyid, SH. Dijakarta, DR. Faruq
di Surabaya dan Kasim Tagok, Anhar Muhammad Hosen di Medan dan lain lain
yang isinya Membangkit batang terendam agar mendesak pimpinan di
atas/penentu kebijakan supaya status bekas Kewedanaan Singkil di tingkatkan
menjadi Kabupaten58.

Atas dasar surat Saudara Muslim Dahri diatas dan status bekas
Kewedanaan Singkil sudah waktunya harus diperjuangkan untuk di tingkatkan,
maka berkumpullah tokoh-tokoh masyarakat Wilayah Singkil di aula Kantor Ir.
Kotan Pasaman di Jakarta, antara lain disimpulkan diadakan Pulang Basamo I ke
Singkil serta menemui Bupati Aceh Selatan dan Gubernur Provinsi Daerah
Istimewa Aceh dikala mereka tugas Dinas ke Jakarta. Panitia penyambutan pun
dibentuk, dengan susunan kepanitiaan adalah : Pembantu Bupati wilayah Singkil
(Muslim Dahri) sebagai Penanggung Jawab, sebagai Ketua Umum H. Ahmad
58

Ibid, hal.6

54
Universitas Sumatera Utara


Rasni Syah, Sekretaris Umum Mustafa Syukur dan Bendahara Abd. Gani Har
serta dilengkapi dengan seksi-seksi.Pada tahun 1991 sekitar 700 orang warga
Singkil yang berada di perantauan di seluruh pelosok Indonesia Pulang Basamo I
sisambut secara adat dan kesenian dengan sangat meriah, dan seminarpun di
gelar.Hasil dari seminar dikeluarkan 14 (empat belas) butir kesepakatan aspirasi
masyarakat Singkil yang merupakan pilar dasar perjuangan masyarakat untuk
menuntut peningkatan status Pembantu Bupati Singkil menjadi Daerah Tingkat
II.Pada bulan April tahun 1994, dengan adanya kebijaksanaan Alm.Zulkifli Ali,
BA selaku Pembantu Bupati Wilayah Singkil pada waktu itu, telah direkomendir
berdirinya Himpunan Masyarakat Wilayah Singkil yang disingkat dengan
HMWS, sebagai Ketua Umum Alm. Ustadz Abdurrahman, Sekretaris Umum
Syahbudin dan Alm. H. Anhar Mohammad Husen sebagai Penasehat, dengan
tugas utamanya adalah membawa aspirasi masyarakat untuk berusaha
memperjuangkan peningkatan status Daerah Pembantu Bupati Singkil menjadi
Daerah Tingkat II Otonom.

Atas inisiatif dan dukungan moral Alm.H. Mohammad Hosen selaku
Penasehat HMWS Periode 1994-1997 supaya seluruh pengurus HMWS Singkil
yang terdiri dari Alm.Ust. H. Abdurrahman, Ust. Syaiful Amin, Ust. Rasyiduddin,

BA, Syahbuddin dan didampingi oleh unsur Pemuda yaitu Drs. Roswin Hakim,
Drs. Suhaili, Syamsul Bahri, SH, Syafwan, SH, Ust. Rosman Hasmy dan Selamat
Riady, mengadakan silaturrahmi dengan tokoh-tokoh masyarakat Kecamatan
Simpang Kiri, Kecamatan Simpang Kanan dan Kecamatan Pulau Banyak, yang

55
Universitas Sumatera Utara

terdiri dari : Raja Amansyah, Alm. Bustami Meuraxa, Raja Ulasi, H. Wahidin,
TA. Wasif, Drs. Ramlan dan sejumlah tokoh lainnya dari masing-masing
Kecamatan guna mensosialisasikan perjuangan HMWS Singkil untuk menuntut
peningkatan status Pembantu Wilayah Singkil menjadi Daerah Tingkat II. Pada
awal Bulan Mei tahun 1994 sebahagian besar pengurus HMWS yang mewakili
Kecamatan Singkil yaitu : Ust. H. Abdurrahman, Ust. Rosman Hasmy,
Syahbuddin. MS, Drs. Suhaili, Drs. Roswin Hakim dan Syamsul Bahri, SH, yang
mewakili Kecamatan Simpang Kiri yaitu : Otonomi B. Meraxa dan Burhanuddin,
yang mewakili Kecamatan Simpang Kanan Drs. Muadz Vohry dan Raja Ulasi
serta yang mewakili Kecamatan Pulau Banyak Mulyadi dan Ihsan (Ucok)
beraudiensi langsung dengan Bupati Aceh Selatan (Bapak Drs. M. Sari Subqi) dan
Ketua DPRD Kabupaten Aceh Selatan (Bapak Syahruman, TB), untuk mendesak
Bupati dan Ketua DPRD supaya mengeluarkan Surat Rekomendasi kelayakan
Daerah Pembantu Bupati Singkil menjadi Daerah Tingkat II.

Selanjutnya pada Bulan Mei 1995 HMWS Singkil mengutus Ust. Syaiful
Amin, Drs. Roswin Hakim dan Ir. Muzni Bulkiah untuk menemui dan beraudiensi
langsung dengan Gubernur Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Prof. DR.
Syamsuddin Mahmud) di Kantor Gubernur Banda Aceh, dengan tujuan
menyerahkan surat yang intinya mendesak Gubernur supaya mengeluarkan Surat

56
Universitas Sumatera Utara

Rekomendasi Kelayakan Daerah Pembantu Bupati Singkil menjadi Daerah
Tingkat II59.

Gubernur Propinsi Daerah Istimewa Aceh Bapak Prof. DR. Syamsuddin
Mahmud berkesempatan mengunjungi dan melihat dari dekat Wilayah Singkil
pada tahun 1995, sanggar Seni Gelanggang Bakti menampilkan budaya dan
kesenian asli Singkil dengan mempergelarkan tari-tarian serta adat menghormati
tamu, pantun-pantun yang mengkiaskan harapan rakyat akan peningkatan status
Wilayah Singkil di dendangkan, kelihatannnya Bapak Syamsuddin Mahmud
sangat

terkesan. Perjuangan PAPKOS, HMWS dan semua

Organisasi

Kemasyarakatan serta seluruh elemen masyarakat Singkil mulai menampakkan
titik terang yaitu dengan keluarnya Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah
Istimewa Aceh Nomor 135/232/1995 tanggal 24 Mei 1995, tentang Pembentukan
Tim Peningkatan Status Wilayah Kerja Pembantu Bupati Wilayah Singkil
menjadi Kabupaten Daerah Tingkat II Singkil dalam Provinsi Daerah Istimewa
Aceh. Seterusnya proses peningkatan status Wilayah Singkil ditangani oleh
Pemerintahan Makmursyah Putra SH, sebagai Kepala Perwakilan Kabupaten
Aceh Selatan di Singkil bersama rakyat.

Panitia menggelar pertemuan- pertemuan dan seminar-seminar di Singkil,
Tim mulai dari Tk II, Tk I sampai Tim Pusatpun berdatangan ke Singkil untuk
menghimpun berbagai masukan, bahkan berkali-kali Komisi II DPR-RI juga

59

Ibid, hal.7

57
Universitas Sumatera Utara

datang ke Singkil, kedatangan terakhir yang di Ketuai oleh Faisal Basri
merupakan kunjungan yang sangat menentukan terwujudnya Kabupaten Aceh
Singkil.

Rakyat Singkil menyambut komisi ini dengan gembira dengan
menampilkan pagelaran Adat dan Kesenian Daerah Singkil dengan meriah.
Akhirnya perjuangan masyarakat Singkil menjadi kenyataan dengan keluarnya
U.U. No. 14 tahun 1999 tanggal 20 April 1999 dengan resmi Wilayah Singkil
menjadi Kabupaten Aceh Singkil dan sebagai Bupati pertama Makmursyah Putra,
SH. Pelantikan Bupati dilakukan di Jakarta pada tanggal 27 April 1999 oleh
Meteri Dalam Negeri. Peresmian Kabupaten Aceh Singkil dilakukan oleh
Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Aceh (Bapak Prof. DR. Syamsuddin
Mahmud) pada tanggal 14 Mei 1999 di lapangan Daulat Singkil yang dihadiri
oleh Masyarakat Singkil yang berada di Singkil dan yang berasal dari perantauan
tumpah ruah penuh kebahagiaan dan keharuan.60

2.1.2. Pemerintahan Kabupaten Aceh Singkil

Kabupaten Aceh Singkil adalah sebuah kabupaten yang terletak di
Provinsi Aceh, Indonesia.Kabupaten ini beribukota Singkil dan mempunyai luas
wilayah 1.857.88 km2.Penduduknya berjumlah 112.161 jiwa. Aceh Singkil
merupakan tempat lahirnya ulama besar Aceh, Syekh Abdurrauf Al-Singkili alias

60

Ibid, hal.10

58
Universitas Sumatera Utara

Syiah Kuala, ini merupakan salah satu kabupaten termuda di Aceh, yakni berdiri
pada 20 April 1999 setelah mekar dari Kabupaten Aceh Selatan.61

Dari mulai berdirinya kabupaten Aceh Singkil pada tanggal 14 Mei 1999
terdapat 3 orang bupati yang memimpin di Aceh Singkil yaitu : Makmur
Syahputra Bancin dengan wakil bupati Muadz Vohry yaitu pada periode 20002005, kemudian periode selanjutnya kedudukan bupati dijalankan oleh
Hasdaruddin pada tahun 2005-2007 akan tetapi dengan status pejabat bupati
akibat tidak ada bupati defenitif yang dipilih secara langsung. Periode selanjutnya
tetap dipimpin oleh Makmur Syahputra Bancin dengan wakil bupati Khazali
periode 2007-2011. Periode 2011-2012 Khazali naik sebagai bupati menggantikan
Makmur Syahputra Bancin akibat meninggal dunia. Setelah itu kembali
dilaksanakan pemilihan bupati periode 2012-2017 dengan bupati terpilih yaitu
Safriadi Manik dan wakil bupati Dul Musrit.

61

Pemerintahan kabupaten Aceh Singkil. 2012. Aceh Singkil Dalam Angka 2012. hal 5

59
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1 Struktur Pemerintahan Kabupaten Aceh Singkil

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Singkil

2.1.3 Wilayah Administratif

Wilayah Administrasi pemerintahan Kabupaten Aceh Singkil terdiri dari
11 kecamatan yaitu: Pulau Banyak, Pulau Banyak Barat, Singkil, Singkil Utara,
Kuala Baru, Gunung Meriah, Singkohor, Kota Baharu, Simpang Kanan, dan Suro,
120 desa dan 16 Mukim yang keseluruhan desanya adalah desa swadaya.

60
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1
Banyaknya Kecamatan di Kabupaten Aceh Singkil
No
Kecamatan
1
Pulau Banyak

Luas (Km²)
1.500,81

Jumlah Desa
3

Ibu Kota Kecamatan
Pulau Balai

2

Pulau Banyak Barat

27.867,27

4

Haloban

3

Singkil

13.594,18

16

Singkil

4

Singkil Utara

16.572,94

7

Gosong Telaga

5

Kuala Baru

4.583,31

4

Kuala Baru Sungai

6

Simpang Kanan

16.956,67

25

Lipat Kajang

7

Gunung Meriah

21.996,55

25

Rimo

8

Danau Paris

27.851,83

7

Biskang

9

Suro

11.296,66

12

Suro Baru

10

Singkohor

17.677,93

7

Singkohor

11

Kota Baharu

25.936,38

10

Danau Bungara

1.857.88

Jumlah

120 Desa

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013

2.1.4 Kondisi Geografi

2.1.4.1 Keadaan Geografi
Secara geografi Kabupaten Aceh Singkil berada pada posisi 2º02‟2º27‟30” Lintang Utara dan 97º04‟-97º45‟00” Bujur Timur dengan ketinggian
yang berfariasi dari permukaaan laut sesuai dengan kecamatannya ini, maka
dibagi menjadi 2 (dua) wilayah yakni daratan dan kepulauan. Kepulauan yang

61
Universitas Sumatera Utara

menjadi bagian dari Aceh Singkil adalah kepulauan banyak. Wilayah daratan yang
terluas di kabupaten Aceh Singkil adalah Simpang Kanan yang memilik luas
wilayah yaitu 289,96 km² atau 15,61% dari luas wilayah kabupaten. Sementara
kepulauan banyak yang terdiri dari 2 (dua) kecamatan yang di kolaborasikan
memiliki luas wilayah 293,65 km² atau 15,81% dari luas wilayah kabupaten62.

Gambar 2.2
Peta Kabupaten Aceh Singkil

Kabupaten Aceh Singkil

62

Pemerintahan Kabupaten Aceh Singkil. 2015. Aceh Singkil Dalam Angka 2015. Hal 5

62
Universitas Sumatera Utara

Sumber Peta Aceh Singkil Dalam Angka 2015

Aceh Singkil yang sebagian wilayahnya berada di kawasan gunung Leuser
memiliki luas 1.857,88 km² yang terdiri dari 11 kecamatan, 120 desa definitiv.
Dengan batas-batas berikut:

Tabel 2.2

63
Universitas Sumatera Utara

Batas Wilayah Aceh Singkil
Sebelah Utara

Berbatasan dengan Kota Subulussalam

Sebelah Timur

Berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara

Sebelah Selatan

Berbatasan dengan Samudera Indonesia

Sebelah Barat

Berbatasan dengan Trumon Kabupaten Aceh Selatan

a.

Dataran
Melihat dari sisi topografi, wilayah Kabupaten Aceh Singkil berada di

daerah pesisir dan daerah sebelah utara merupakan daerah dataran dengan
kemiringan antara 0% – 8 %.Sedangkan pada daerah yang menjauhi pesisir
merupakan daerah yang berbukit-bukit dengan kemiringan antara 8% –
30%.Sebagian kawasannya merupakan daerah suaka alam Taman Nasional
Gunung Leuser (TNGL).Kondisi ketinggian lahan menunjukkan bahwa
Kabupaten Aceh Singkil berada di antara ketinggian 0 m – 100 m dpl.Daerah
pesisir di sebelah selatan dan daerah di sebelah timur berada pada ketinggian
antara 0 m – 5 m dpl.Sedangkan pada daerah di sebelah utara memiliki kondisi
yang relatif berbukit-bukit dengan ketinggian antara 5 m – 100 m dpl.
b.

Perbukitan
Secara geologi, bagian utara Kabupaten Aceh Singkil merupakan daerah

dengan fisiografi wilayah perbukitan yang didominasi oleh sistem perbukitan
berupa bukit lipatan.Diantara bukit-bukit terdapat sungai dan anak-anak sungai
yang bermuara ke Samudera Indonesia. Pada bagian selatan, fisiografi terdiri

64
Universitas Sumatera Utara

atas dataran aluvial sungai dan endapan pasir laut yang sebagian besar
merupakan ekosistem rawa yang unik. Di samping itu, terdapat juga bahan
induk tanah berupa bahan organik yang sebagiannya telah terdekomposisi
membentuk gambut. Pada bagian selatan juga terdapat daerah kepulauan yang
umumnya didominasi oleh bahan induk bukit kapur dan endapan pasir.
Sebagai daerah yang dilalui oleh patahan aktif Sesar Semangko yang
diperkirakan bergeser sekitar 11 mm/thn maka wilayah Kabupaten Aceh Singkil
termasuk dalam daerah dengan resiko bencana yang tinggi sebagai akibat dari
proses geologis, terutama pada bagian selatan yang merupakan daerah pesisir
pantai. Konsekuensinya, wilayah Kabupaten Aceh Singkil merupakan daerah
rawan gempa dan longsor.Disamping itu, bagian utara wilayah kabupaten
merupakan daerah yang rawan erosi karena sebagian besar material pembentuk
tanah terdiri dari bahan induk berupa batuan liat, batu kapur, dan pasir kuarsa.
Beberapa kawasan rawan gelombang pasang (rob) dan abrasi pantai adalah
Kecamatan Singkil meliputi Kampung Pulau Sarok, Kecamatan Singkil Utara
meliputi

Kampung

Gosong

Telaga

Selatan,

Gosong

Telaga

Utara,

GosongTelaga Timur, Gosong Telaga Barat dan Ketapang Indah, Kecamatan
Kuala Baru meliputi Kampung Kuala Baru Laut, Kuala Baru Sungai dan Kayu
Menang, Kecamatan Pulau Banyak dan Kecamatan Pulau Banyak Barat 63.

c.

Sungai

63

Buku Putih Sanitasi. 2013. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Kabupaten Aceh
Singkil 2013. Hal 2

65
Universitas Sumatera Utara

Secara hidrologis, Kabupaten Aceh Singkil memiliki potensi sumberdaya
air yang sangat besar bersumber dari air sungai, danau, rawa-rawa dan mata air.
Potensi sumberdaya air terbesar bersumber dari air sungai.Sungai Singkil (Lae
Singkil) adalah sungai utama yang bermuara ke Samudera Indonesia dan
merupakan pertemuan dari dua sungai yaitu Lae Cinendang dan Lae Soraya.Lae
Cinendang memiliki hulu di Pakpak Barat Provinsi Sumatera Utara, sedangkan
Lae Soraya berhulu di Lawe Alas Kabupaten Aceh Tenggara.Di samping itu
terdapat beberapa sungai lainnya yang relatif lebih kecil, diantaranya Lae
Siragian dan Lae Silabuhan64.
Kawasan rawa gambut dalam yang terdapat di bagian barat Kabupaten
Aceh Singkil berfungsi sebagai daerah transisi antara daratan dan lautan
sehingga berpotensi untuk mencegah rembesan air laut ke darat dan sekaligus
sebagai sumber cadangan air tanah. Disamping itu, sebagian besar daerah rawarawa gambut tersebut adalah bagian dari Kawasan Ekosistem Leuser (KEL)
sebagai Kawasan Suaka Alam (KSA) atau Kawasan Pelestarian Alam (KPA)
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemanfaatan air tanah yang
bersumber dari mata air dilakukan dengan pembuatan sumur bor dan
pemanfaatan air tanah dangkal dilakukan dengan metode penggalian sumur
yang umumnya terdapat di daerah yang agak tinggi. Sedangkan di daerah yang

64

Ibid,

66
Universitas Sumatera Utara

agak rendah seperti Kota Singkil, Kuala Baru dan Singkil Utara, air sumur tidak
layak diminum karena berbau, berwarna, dan berasa lagang65.
Sumber daya air yang sangat besar seperti diuraikan di atas sangat
berpotensi digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, industri,
irigasi, perikanan, peternakan dan lainnya. Jumlah cadangan air yang tersedia
dari Lae Singkil diperkirakan sebesar 982 Juta m3/tahun dengan debit rata-rata
55 m3/detik, Lae Cinendang sebesar 580 Juta m3/tahun dan Lae Soraya sebesar
397 Juta m3/tahun. Lae Singkil yang melewati Kota Singkil juga berpotensi
menyebabkan banjir tahunan pada daerah sekitar aliran sungai.Ditambah lagi
kondisi sebagian fisik lahan yang berbentuk rawa-rawa gambut mengakibatkan
mudahnya terjadi genangan air yang agak lama66.
d.

Iklim
Seperti umumnya daerah-daerah lainnya yang berada di Provinsi Aceh,

Kabupaten Aceh Singkil termasuk daerah yang beriklim tropis dan memiliki dua
musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.Musim kemarau dan musim hujan
biasanya ditandai dengan sedikit banyaknya hari hujan dan volume curah hujan
pada bulan terjadinya musim.Berdasarkan data tahun 2011 terdapat 36 hari hujan
dengan volume curah hujan sebanyak 2.12,5 mm/bulan67.

65

Ibid, hal.3
Ibid,
67
Ibid, hal.4

66

67
Universitas Sumatera Utara

2.1.5 Sumber Daya Alam Daerah
2.1.5.1 Pertanian
● Tanaman Bahan Makanan
Sektor pertanian merupakan sektor unggulan dan penopang perekonomian
Aceh Singkil. Pada tahun 2013, share sektor pertanian dalam pembentukan PDRB
Aceh Singkil sebesar 34,29 persen. Salah satu subsektor pertanian adalah tanaman
pangan.Subsektor ini mencakup tanaman padi (padi sawah dan padi ladang),
jagung, kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar.Luas
panen padi tahun 2013 adalah 1.098 hektar.Pada tahun 2013, produksi padi di
Aceh Singkil sebesar 3.234 ton, dan jagung sebesar 192 ton.Sektor Pertanian
Tanaman Pangan merupakan sektor yang cukup berpengaruh terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Aceh Singkil, sehingga sangat berpotensi
untuk dikembangkan.Luas areal persawahan yang tersedia sebanyak 1.065,6 Ha.
Dari total luas areal sawah, yang terluas terdapat dikecamatan Suro seluas 318,3
Ha dan yang terkecil adalah di kecamatan Pulau Banyak yaitu seluas 8,6Ha.
Dalam

upaya

menunjang

produksi

pertanian

khususnya

persawahan

membutuhkan sarana irigasi sebagai sumber pangairan68.
2.1.5.2 Perkebunan
Selain sektor pertanian tanaman pangan, sector perkebunan juga
merupakan sektor sangat berpotensi untuk dikembangkan.Komoditas andalan
dalam sektor pertanian berasal dari komoditas di subsektor perkebunan, kelapa
68

Aceh Singkil Dalam Angka 2015 . Op Cit Hal.203

68
Universitas Sumatera Utara

sawit hasil perkebunan rakyat dan swasta memberikan kontribusi yang cukup
signifikan bagi perekonomian di Aceh Singkil. Pada tahun 2013 produktivitas
hasil kelapa sawit sebesar 12,73 ton/ha69.
Tabel 2.3
Daftar Nama Perusahaan Besar dan penguasaan lahan masyarakat
Perkebunan di Kabupaten Aceh Singkil
Nama Perusahaan

Kecamatan

Jenis Komoditas

Luas HGU

PT. SOCFINDO

Gunung Meriah

Kelapa Sawit

4.414,48 Ha

PT. PERKEBUNAN LEMBAH

Singkil Utara

Kelapa Sawit

6.570,10 Ha

Kelapa Sawit

2.610,00 Ha

Kelapa Sawit

1.861,40 Ha

BHAKTI (ASTRA)
PT.

RUNDING

PUTRA Singkohor

PERSADA
PT.

LESTARI

TUNGGAL Danau Paris

PRATAMA
PT. NAFASINDO

Simpang Kanan

Kelapa Sawit

13.925,80 Ha

PT. DELIMA MAKMUR

Simpang Kanan, Kelapa Sawit

12.173,45 Ha

Singkil Utara
PT. RIZPODA
PT.

PRIMA

Gunung Meriah

Kelapa Sawit

200 Ha

LASIMA Gunung Meriah

Kelapa Sawit

179,7 Ha

BERSAUDARA

69

Ibid, Hal.204

69
Universitas Sumatera Utara

CV. Al-Kautsar

Gunung Meriah

Kelapa Sawit

100,5 Ha

PT. CAKRA MULTI SAWIT Simpang Kanan

Kelapa Sawit

700 Ha

Kelapa Sawit

2610 Ha

MANDIRI
PT.

DALANTA

ANUGRAH Danau Paris

PERSADA
PT. TELAGA ZAM-ZAM

Gunung Meriah

Kelapa Sawit

100.05 Ha

Masyarakat

-

Kelapa Sawit

30.100,10 Ha
77.902,02 Ha

Jumlah
Sumber : Dinas Perkebunan & Kehutanan Kabupaten Aceh Singkil
2.1.5.3 Peternakan

Pembangunan usaha peternakan mempunyai peranan strategis dalam
upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan dengan mengupayakan
peningkatan produksi peternakan, hal ini didukung oleh kondisi geografis yang
memiliki daerah dataran tinggi dan ketersediaan hijauan makanan ternak yang
memadai.Populasi ternak yang ada di Kabupaten Aceh Singkil yaitu ternak sapi
potong, ternak kerbau, ternak kambing, ternak domba, ternak ayam buras
(kampung), ternak ayam pedaging, dan ternak itik.Sementara itu ternak sapi perah
dan kuda masih belum ada. Pada tahun 2013 populasi ternak besar mencapai
mencapai 4.269 ekor yang terdiri dari ternak sapi potong 3.576 ekor dan ternak
kerbau 693 ekor. Persebaran sapi potong terbanyak pada Kecamatan Gunung
Meriah dengan populasi 1.285 ekor. Sedangkan Persebaran ternak sapi potong

70
Universitas Sumatera Utara

yang paling sedikit berada di Kecamatan Pulau Banyak Barat dimana tidak ada
seekorpun sapi potong di sana. Sedikitnya ternak sapi yang ada di Kecamatan
Pulau Banyak Barat disebabkan kondisi geografis yang kurang mendukung karena
merupakan daerah kepulauan sehingga luas ladang penggembalaan tidak
mencukupi. Dengan semakin banyaknya ternak sapi di Kabupaten Aceh Singkil,
akan memberikan dampak yang positif bagi masyarakat. Karena dengan semakin
banyak peternakan sapi maka harga daging sapi akan semakin rendah, sehingga
masyarakat kelas menengah kebawah bisa memenuhi kebutuhan proteinnya dan
tentunya hal ini dapat menambah pendapatan keluarga 70.
2.1.5.4 Perikanan
Kabupaten Aceh Singkil merupakan daerah yang memilikipotensi yang
cukup besar pada bidang Kelautan dan Perikanan.Keanekaragaman sumberdaya
perikanan yang terkandung didalamnya memberikan harapan bagi kesejahteraan
masyarakat. Luasnya kelautan yang terdapat di Kabupaten Aceh Singkil
merupakan potensi daerah yang patut disyukuri karena potensi tersebut apabila
dikelola dengan sebaik-baiknya akan mendatangkan kesempatan usaha dan
kesejahteraan bagi masyarakat Kabupaten Aceh Singkil. Pemanfaatan potensi
kelautan telah lama dilakukan di Kabupaten Aceh singkil ditunjukkan dengan
banyaknya nelayan tradisional dan modern yang masih menumpukan harapan
hidup mereka dari hasil laut. Dapat dikatakan bahwa nelayan tradisional
merupakan nelayan yang masih menggunakan alat-alat konvensional dalam
70

Ibid,

71
Universitas Sumatera Utara

penangkapan ikan sedangkan nelayaan modern telah menggunakan peralatan
dengan teknologi tinggi termasuk kapal yang digunakan.Walaupun demikian,
mereka telah memanfaatkan potensi kelautan tersebut dengan sebaik-baiknya
sehingga bermanfaat bagi mereka sendiri maupun bagi masyarakat yang berada di
Kabupaten Aceh Singkil. Hal ini membuat roda perekonomian di Aceh Singkil
berputar dengan adanya pasokan ikan-ikan segar yang langsung ditangkap dari
laut dan kemudian didistribusikan ke berbagai daerah didalam dan diluar
Kabupaten Aceh Singkil. Geografis daerah Aceh Singkil yang berbatasan dengan
Samudera Hindia, menyebabkan Aceh Singkil memiliki potensi bahari yang
sangat besar untuk dikembangkan.Produksi hasil perikanan tangkap pada tahun
2013 sebesar 10.766,19 ton, hasil ini meningkat dibandingkan dengan produksi
pada tahun 2012 hanya sebesar 10.371,20 ton71.
2.1.5.5 Perindustrian
Sektor industri merupakan salah satu penopang kegiatan ekonomi
masyarakat Aceh Singkil.Sebanyak 224 unit industry makanan tersebar di seluruh
Aceh Singkil dan 158 unit industri kayu pada tahun 201372.
2.1.5.6 Energi
Sebagai sumber penerangan dan energi lain, baik di sektor rumah tangga
maupun industri, listrik memegang peranan yang sangat vital. Jumlah pelanggan
listrik dalam wilayah kerja PLN di Kabupaten Aceh Singkil adalah 24.492

71
72

Ibid, Hal.206
Ibid, Hal.243

72
Universitas Sumatera Utara

pelanggan.Kecamatan Gunung Meriah memiliki jumlah pelanggan yang paling
besar yaitu sebanyak 7.723 pelanggan.Sedangkan Kecamatan Pulau Banyak Barat
memiliki jumlah pelanggan yang paling sedikit, jumlahnya hanya mencapai 334
pelanggan.Selain itu, kebutuhan konsumsi seperti air minum di sesuaikan dengan
Banyaknya pelanggan menurut jenisnya. Pada tahun 2013 adalah sebanyak 44
pelanggan, non niaga sebanyak 3.423 pelanggan, niaga sebanyak 42 pelanggan,
dan industri sebanyak 10 pelanggan. Untuk bahan bakar sebagian besar penduduk
Aceh Singkil yaitu 58,92% masih menggunakan kayu sebagai bahan bakar.
Selanjutnya 23,91% menggunakan gas dan 16,25% yang menggunakan minyak
tanah73.
2.1.6. Keadaan Demografi
2.1.6.1 Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Aceh Singkil pada tahun 2014 adalah
112.161 jiwa yang terdiri dari 56.589 jiwa laki-laki dan 55.572 jiwa perempuan.
Persentase penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Gunung Meriah yaitu
sebesar 29,88% dan Sedangkan persentase penduduk terkecil adalah Kecamatan
Kuala Baru yaitu sebesar 2,12%. Komposisi umur penduduk didominasi oleh
balita dan remaja yang pada suatu saat akan berada pada posisi usia produktif.
Laju pertumbuhan jumlah penduduk (population growth rate) di Kabupaten Aceh
Singkil setiap tahunnya rata-rata 2,99% jika mengacu kepada data penduduk dari
tahun 2006 sampai dengan 2011yang terangkum dalam data Badan Pusat Statistik

73

Ibid,

73
Universitas Sumatera Utara

Kabupaten Aceh Singkil 2012. Dengan luas wilayah Kabupaten Aceh Singkil
yang terbangun 119.895 Ha dan jumlah penduduk yang mendiami 112.161 jiwa
maka tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Aceh Singkil adalah sebanyak 60
jiwa/Km². Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Pulau Banyak
sebanyak 194 jiwa/Km² sedangkan kepadatan terendah terdapat di Kecamatan
Pulau Banyak Barat sebanyak 15 jiwa/Km². Jumlah rumah tangga di Kabupaten
Aceh Singkil pada tahun 2014 adalah 25.381 rumah tangga. Secara rata-rata
banyaknya penduduk yang menempati satu rumah tangga adalah 4 orang.Rata-rata
anggota rumah tangga dalam satu rumah tangga untuk setiap kecamatan dapat
dikatakan seragam (homogen) 74.
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Dan Jenis Kelamin Tahun 2014
Kecamatan

Laki-

Perempuan

Jumlah

Sex Ratio

2.220

2.065

4.285

107,5

Banyak 1.484

1.420

2.904

104,5

Singkil

8.785

9.042

17.827

97,2

Singkil Utara

4.992

4.766

9.758

104,7

Kuala Baru

1.179

1.198

2.377

98,4

Gunung Meriah

16.922

16.592

33.514

102,0

Laki
Pulau Banyak
Pulau
Barat

74

Buku Putih Sanitasi. Op.Cit Hal.8

74
Universitas Sumatera Utara

Simpang Kanan

6.896

7.018

13.914

98,3

Danau Paris

3.814

3.432

7.246

111,1

Suro

4.199

4.071

8.27

103,1

Singkohor

3.008

2.801

5.809

107,4

Kota Baharu

3.089

3.170

6.259

97,4

Aceh Singkil

56.589

55.572

112.161

101,8

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Singkil
Penduduk Kabupaten Aceh Singkil mayoritas menganut agama Islam
disusul dengan agama Kristen dan Budha. jumlah umat Islam yang terdapat di
Kabupaten Aceh Singkil tahun pada tahun 2014 sebesar 104.216 jiwa dan Kristen
sebesar 12.771 jiwa sedangkan Budha hanya berjumlah 2 jiwa yang terdapat di
kecamata singkil.
Tabel 2.5
Penduduk Kabupaten Aceh Singkil berdasarkan agama
Islam

104.216 jiwa

Kristen

12.771 jiwa

Budha

2 jiwa

Sumber : Kementerian Agama Kantor Kabupaten Aceh Singkil
Pelayanan terhadap kegiatan yang bersifat keagamaan harus senantiasa
dipelihara dan ditingkatkan.Kehidupan beragama yang baik di masyarakat dapat
dijadikan benteng dalam menghadapi berbagai masalah yang mungkin timbul
dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahun 2014 jumlah mesjid di Kabupaten Aceh

75
Universitas Sumatera Utara

Singkil terdapat sebanyak 144 buah, langgar/musollah sebanyak 153 buah dan
Gereja berjumlah 5 buah. Fasilitas peribadatan paling banyak terdapat di
Kecamatan Gunung Meriah dan Simpang Kanan.
Jumlah penduduk menurut suku di kabupaten Aceh Singkil, dari hasil
observasi peneliti (hal ini dikarenakan data dan informasi yang valid tentang
jumlah suku di Kabupaten Aceh Singkil masih belum ada di kelembagaan statistik
pemerintah), suku mayoritas yaitu suku Pak-Pak (boang) dan Jawa. Kemudian
suku minoritas berasal dari suku batak Toba. Sementara suku Aceh sebagai suku
lokal jumlahnya sangat sedikit di kabupaten Aceh Singkil.
2.1.6.2 Sosial Ekonomi
a. Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan merupakan gambaran aktivitas masyarakat dalam
mencapai kesejahteraan dan kelancaran perekonomian. Indikator ketenagakerjaan
merupakan gambaran yang memperlihatkan aktivitas masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari untuk mencapai kesejahteraan dan
kelancaran proses perekonomian suatu daerah.
Pada tahun 2013, jumlah penduduk Aceh Singkil yang berusia 15 tahun
keatas sebanyak 67.576 jiwa dan yang termasuk dalam kategori angkatan kerja
(Labor Force)sebesar 39.921 jiwa. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
pada tahun 2013 sebesar 59,08% mengalami penurunan dibandingkan dengan
TPAK tahun 2012. Pada tahun 2013 TPAK penduduk laki-laki sebesar 82,60 %
dan TPAK perempuan sebesar 35,24 %. Menurunnya nilai TPAK Aceh Singkil

76
Universitas Sumatera Utara

menyebabkan angka pengangguran meningkat.Tingkat penganggguran terbuka
(TPT) di Aceh Singkil pada tahun 2013 juga mengalami peningkatan. Pada tahun
2012 TPT Aceh Singkil sebesar 8,96 % naik menjadi 11,07 % pada tahun 2013.
Ditahun 2015 TPAK Aceh Singkil 64,07 % dan TPT sebesar 7,03 %75.
2.1.6.3 Pendidikan
Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan disuatu Negara adalah
tersedianya cukup Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.Merujuk pada
amanat UUD 1945 beserta amandemennya (pasal 31 ayat 2), maka melalui jalur
pendidikan pemerintah secara konsisten berupaya meningkatkan SDM Penduduk
Indonesia.Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat keber-hasilan
bidang pendidikan adalah tingkat buta huruf.Makin rendah persentase penduduk
yang buta huruf menunjukkan keberhasilan program pendidikan, sebaliknya jika
pesentase penduduk buta huruf makin tinggi maka mengindikasikan program
pendidikan kurang optimal dalam hal mencerdaskan bangsa. Hasil Susenas
menunjukkan bahwa persentase penduduk berusia sepuluh tahun ke atas yang buta
huruf mengalami peningkatan.Pendidikan merupakan salah satu unsur penting
dalam memacu geraklaju pembangunan.Manusia sebagai subjek pembangunan
dengan tingkat pendidikan yang dimilikinya memegang peranan sangat penting.
Seringkali tingkat pendidikan seseorang dijadikan dasar untuk menentukan
kedudukan seseorang dalam bidang tugasnya. Berdasarkan dari hasil Survei Sosial
Ekonomi Nasional 2014, penduduk Kabupaten Aceh Singkil usia 10 tahun keatas

75

Aceh Singkil Dalam Angka 2016.Pdf diakses dari Www.Bps/Aceh Singkil.go.id hal 56

77
Universitas Sumatera Utara

yang belum/tidak tamat SD ada sekitar 30,53persen; tamat SD mencapai 22,57
persen; tamat SMP mencapai 18,67 persen; tamat SMA mencapai 21,06 persen;
sedangkan yang menamatkan universitas hanya 5,02 persen 76.
2.1.6.4 Kesehatan
Pembangunan bidang kesehatan meliputi seluruh siklus atau tahapan
kehidupan manusia. Bila pembangunan kehidupan berjalan baik, maka secara
langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Mempertimbangkan bahwa pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian
yang sangat penting dari ajang peningkatan SDM penduduk Indonesia, maka
program-program kesehatan telah dimulai atau bahkan lebih diprioritaskan pada
generasi penerus, khusus calon bayi dan anak dibawah lima tahun (balita),
Pentingnya pembangunan bidang kesehatan ini tecermin dari deklarasi Millenium
Development Goals (MDGs) yang mana lebih sepertiga indicator menyangkut
bidang kesehatan.
Air susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling penting bagi
pertumbuhan dan kesehatan bayi. Persentase balita yang mendapatkan ASI di
Kabupaten Aceh Singkil mencapai 96,43%. Hal ini berkaitan dengan adanya
pengetahuan ibu yang lebih baik mengenai pentingnya ASI bagi bayi. Pemberian
kekebalan tubuh melalui imunisasi lengkap sebelum 1 tahun merupakan cara yang
efektif untuk mencegah kesakitan dan kematian balita. Pada umumnya imunisasi
campak yang diberikan setelah bayi mendapatkan imunisasi BCG, DPT, dan

76

Aceh Singkil Dalam Angka 2015. Op.Cit hal 78

78
Universitas Sumatera Utara

Polio. Hasil Susenas 2014 menunjukkan balita yang pernah mendapat imunisasi
campak sebesar 74,39 persen77.
Persalinan oleh tenaga dokter, bidan atau tenaga medis lain relatif lebih
aman dibandingkan oleh dukun atau tenaga non medis lainnya. Pada tahun 2014,
sekitar 86,24 persen persalinan balita ditolong oleh tenaga medis, dengan
komposisi 7,01 persen oleh dokter, 79,23 persen oleh bidan. Untuk sarana
kesehatan, pada tahun 2014 terdapat sarana berupa puskesmas sebanyak 11 unit
yang tersebar di seluruh kecamatan.Disamping puskesmas juga terdapat Rumah
Sakit Umum Daerah yang berlokasi di Kecamatan Gunung Meriah (tepatnya di
Desa Gunung Lagan). Jenis fasillitas kesehatan yang sering dimanfaatkan oleh
penduduk adalah Puskesmas / Pustu (32,35 %) diikuti praktek dokter / Poliklinik
(31,98%), praktek tenaga kesehatan (26 %), Rumah Sakit Pemerintah (4,75%)78.
2.1.6.5 Kemiskinan
Pada tahun 2013,di Kabupaten Aceh Singkil terdapat penduduk dengan
klasifikasi Keluarga Pra Sejahtera sebanyak 7.734 KK (26,81 persen), Keluarga
Sejahtera I sebanyak 7.018 KK (24,33 persen), Keluarga Sejahtera II sebanyak
8.720 KK (30,23 persen), Keluarga Sejahtera III sebanyak 4.516 KK (15,65
persen) dan Keluarga Sejahtera III Plus sebanyak 860 KK (2,98 persen). Jika
kelompok Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I dikategorikan sebagai
penduduk miskin, maka pada tahun 2013 terdapat jumlah keluarga miskin di
Kabupaten Aceh Singkil sebanyak 14.752 KK atau sebanyak 51,14 persen dari
77
78

Ibid, Hal 79
Ibid,

79
Universitas Sumatera Utara

jumlah seluruh keluarga yang ada di kabupaten ini. Di tahun 2015 tercatat
Keluarga Pra Sejahtera sebanyak 5316 KK (21,69 persen), Keluarga Sejahtera I
sebanyak 7.393 KK ( 30,17 persen), Keluarga Sejahtera II sebanyak 8.428 KK
(34,40 persen), Keluarga Sejahtera III sebanyak 2.911 KK (11,8 persen) dan
Keluarga Sejahtera III Plus sebanyak 450 KK (1,8 persen) dari 24.498 keluarga di
kabupaten Aceh Singkil79.
2.1.7 Sarana dan Prasarana
2.1.7.1 Transportasi
Perhubungan memiliki peranan dan dampak yang sangat besar terhadap
kelancaran pem-bangunan suatu daerah. Akses yang mudah, cepat, dan murah
akan memperlancar perputaran roda perekonomian. Jalan sebagai sarana
penunjang transportasi memiliki peran penting khususnya untuk transportasi
darat. Untuk mendukung transportasi darat, pemerintah telah membangun jalan
sepanjang 536,76km jalan kabupaten/kota, 47,00 km jalan provinsi dan 75,30 km
jalan nasional80.
Transportasi sungai di Kabupaten Aceh Singkil berpotensi untuk
dikembangkan bagi masyarakat yang bermukim di sepanjang daerah aliran sungai.
Saat ini transportasi sungai menggunakan perahu bermotor yang populer dengan
sebutan ”Robin”. Di kabupaten Aceh Singkil terdapat dua buah pelabuhan untuk
transportasi laut, yaitu satu buah pelabuhan di desa pulo sarok kecamatan singkil
dan satu buah pelabuhan di pulau banyak. Pelabuhan di pulo sarok dan pulau
79
80

Ibid, Hal 142
Ibid, Hal 276

80
Universitas Sumatera Utara

banyak juga digunakan sebagai dermaga untuk angkutan penyeberangan yang
dikelola oleh PT. ASDP. rute yang dilayani oleh ferry adalah kota singkil – pulau
banyak – simeulue – gunung sitoli.
Selain transportasi darat dan air, transportasi udara juga memiliki andil
dalam memperlancar kegiatan perekonomian. Di kabupaten ini juga terdapat
bandara untuk transportasi udara yag bernama Bandara Syech Hamzah Fansuri
Kabupaten Aceh Singkil. Saat ini pelabuhan udara ini yang berlokasi di
Kecamatan Singkil Utara sudah mulai dioperasikan setelah diresmikan oleh Bapak
Wakil Gubernur Provinsi Aceh pada tanggal 27 April 200881.
2.1.7.2 Fasilitas Umum
Fasilitas umum yang terdapat di Kabupaten Aceh Singkil terdiri dari:


Sarana Peribadatan yang terdiri dari : masjid 144 buah, musollah
153 buah dan gereja 9 buah.



Rumah sakit umum daerah 1 buah, dan puskesmas/balai
pengobatan masyarakat sebanyak 11 buah.



Sarana pendidikan yang terdiri dari: sekolah dasar negeri 101 buah
swasta 4 buah, SLTP negeri 29 buah swasta 5 buah, SLTA negeri
11 buah swasta 2 buah, madrasah 18 buah dan perguruan tinggi
berjumlah 3 buah. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel berikut:

81

Ibid,

81
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.6
Jumlah Fasilitas Umum di Kabupaten Aceh Singkil
No

Nama

Jumlah

1

Masjid

144

2

Musollah

153

3

Gereja

5

4

RSUD

1

5

Puskesmas

11

6

SD Negeri

100

7

SD Swasta

5

8

SLTP Negeri

29

9

SLTP Swasta

7

10

SLTA Negeri

11

11

SLTA Swasta

1

12

Madrasah

18

13

PAUD

115

14

Perguruan Tinggi

3

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Singkil Angka 2015
2.1.7.3 Komunikasi
Pada tahun 2014, sarana komunikasi di Kabupaten Aceh SIngkil sudah
cukup memadai.Hal dapat terlihat dari jaringan telepon selular sudah dapat di
akses di semua Kecamatan. Mengingat jaringan telepon kabel yang sudah

82
Universitas Sumatera Utara

terpasang masih sangat terbatas, akan tetapi dengan adanya jaringan telepon
selular yang semakin luas jangkauannya terasa sangat membantu kegiatan dan
aktifitas masyarakat dalam melakukan berbagai kegiatan ekonomi.
Dalam era globalisasi pada saat sekarang ini, perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi merupakan hal yang sangat mempengaruhi gaya
kehidupan masyarakat. Berdasarkan hasil Susenas, Jumlah rumah tangga yang
memiliki Handphone(HP) pada tahun 2014, sebanyak 83,31 persen82.
2.1.8 Keuangan
Realisasi Pos Pendapatan Daerah pada APBD Kabupaten Aceh Singkil
pada tahun anggaran 2013 tercatat sebesar 475.096 milyar rupiah.Secara
umum.realisasi ini melebihi dari jumlah anggaran penerimaan yang ditargetkan
oleh pemerintah daerah yaitu sebesar 462.844 milyar rupiah. Pada Pos Pendapatan
Asli Daerah (PAD). realisasinya berada di atas target anggaran. Pos penerimaan
daerah masih didominasi oleh Pos Dana Perimbangan83.
Jumlah bank yang terdapat di Kabupaten Aceh Singkil pada saat ini hanya
sebanyak 3 nama bank. Yaitu Bank Aceh.Bank Rakyat Indonesia (BRI).dan Bank
Syariah Mandiri. Dana yang dikumpul dari masyarakat dalam bentuk Simpanan
dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Tabungan menyumbang jumlah
tertinggi dari total dana bank yang tersimpan. Pada akhir tahun 2013. jumlah
tabungan dalam seluruh bank mencapai 165.393 milliar Rupiah. sementara

82
83

Ibid, Hal 277
Ibid, Hal 309

83
Universitas Sumatera Utara

keadaan dana Giro sebanyak 86.673 milliar Rupiah. sedangkan dana Deposito
yang disimpan hanya mencapai 15.816 Milliar Rupiah saja.
Pada tahun 2013 jumlah kredit yang diberikan oleh perbankan yang ada di
Aceh Singkil sebanyak 494.284 miliyar rupiah. Lebih dari 50 persen Jumlah
kredit yang diberikan oleh Bank Aceh Cabang Singkil yang nilainya sebanyak
295.865 milyar rupiah. Berikut tabel pendapatan aceh singkil mulai tahun 20122015 :
Tabel 2.7 Realisasi Penerimaan Daerah Menurut Jenis Penerimaan Daerah
Tahun 2012-2015

Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah kabupaten Aceh
Singkil

84
Universitas Sumatera Utara

2.1.8.1 Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk
Salah satu indikator yang bias menggambarkan tingkat kesejahteraan
penduduk adalah mengukur tingkat perkembangan pendapatannya. Secara umum,
tingkat kesejahteraan penduduk Aceh Singkil pada periode 2012 – 2014
mengalami fluktuasi, hal ini dilihat dari indikator tingkat pengeluaran perkapita
yang merupakan proxy pendapatan penduduk.
Pada tahun 2014, pengeluaran ratarata perkapita sebulan untuk barang
makanan sebesar Rp. 368.034 meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya
mencapai Rp. 340.910. Adapun pengeluaran rata-rata perkapita sebulan untuk
barang bukan makanan juga mengalami peningkatan dari Rp. 179.687 pada tahun
2013 menjadi Rp. 220.064 pada tahun 201484.
2.1.8.2 Pendapatan Regional
Produk domestik regional bruto (PDRB) merupakan suatu ukuran
produktivitas yang mencerminkan seluruh nilai dari barang dan jasa yang
dihasilkan oleh suatu wilayah.Perubahan nilai PDRB bisa terjadi karena adanya
perubahan dari harga barang dan jasa atau terjadinya perubahan volume.Kedua
perubahan itu bisa dilihat pada PDRB atas harga berlaku dan PDRB atas harga
konstan.
Nilai PDRB Aceh Singkil Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada tahun
2014 mencapai Rp 1.747,173 miliar, meningkat sebesar Rp 157,122 miliar
dibanding tahun 2013. Capaian inimengindikasikan tren peningkatan agregat

84

Ibid, Hal 336

85
Universitas Sumatera Utara

ekonomi di Aceh Singkil selama empat tahun terakhir. Struktur PDRB Kabupaten
Aceh Singkil pada tahun 2014 ditentukan sektor pertanian, kehutanan, dan
perikanan. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan paling mendominasi
struktur perekonomian Kabupaten Aceh Singkil dengan kontribusi sebesar 30,64
persen85.
Selama periode 2011 - 2014, perekonomian Aceh Singkil telah
menunjukkan adanya pergeseran struktur ekonomi (economic structural
transformation). Terlihat bahwa kelompok sektor utama ( pertanian, kehutanan,
dan perikanan) mengalami tren penurunan kontribusi selama tahun 2011 hingga
tahun 2014. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Singkil yang ditunjukkan
oleh PDRB atas dasar harga konstan 2010 selama kurun waktu tahun 2011–2014
menunjukkan

pertumbuhan

yang

terus

berfluktuasi.

Pada

tahun

2014

pertumbuhan ekonomi kabupaten Aceh Singkil mencapai angka 4,08 persen
mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2013 yang mencapai 4,41
persen. Selama tahun 2011 - 2014 pendapatan regional perkapita kabupaten Aceh
Singkil terus mengalami kenaikan, hal ini disebabkan oleh pertumbuhan PDRB
Aceh Singkil lebih tinggi disbanding dengan pertumbuhan jumlah penduduknya 86.

85

Ibid, Hal 342

86

Ibid,

86
Universitas Sumatera Utara

2.2 Gambaran Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam
2.2.1 Qonun Provinsi Aceh Nomor 21 Tahun 2002 Tentang Pengelolaan
Sumber Daya Alam
Pada bagian kedua pasal 2 dijelaskan bahwa pengelolaan sumber daya
alam

berdasarkan

atas

kemanfaatan,

keadilan,

keefisienan,

kelestarian,

kerakyatan, kebersamaan, keterbukaan dan keterpaduan. Pengelolaan sumber daya
alam bertujuan untuk menjamin kelestarian fungsi sumber daya alam dan
keseimbangan lingkungan sehingga dapat mendukung upaya pembangunan yang
berkelanjutan guna peningkatan kesejahteraan Masyarakat. Kemudian dalam pasal
4 sasaran pengelolaan sumber daya alam diarahkan pada : tercapainya
keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara manusia dan alam; terjaminnya
fungsi sumber daya alam bagi kepentingan generasi sekarang dan generasi
mendatang; terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam dan terarahnya
kebijakan dalam pengelolaan sumber daya alam.
Pemerintah provinsi berwenang mengelola sumber daya alam di provinsi
yang menjadi kewenangannya sesuai dengan peraturan perundang-