Analisis Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Kabupaten Aceh Singkil

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber daya alam yang
melimpah, Kekayaanya membentang mulai dari ujung sumatera hingga ujung
papua.Yang meliputi sumber daya alam yang dapat di perbaharui dan yang tidak
dapat di perbaharui.Indonesia juga sebagai negeri kepulauan yang sangat besar
dan istimewa dalam kedudukan strategis percaturan ekonomi, politik, dan budaya
dunia oleh karena wilayahnya yang strategis dan memiliki sumber daya alam yang
melimpah. Sumber daya alam di Indonesia meliputi: air, tanah, hutan, udara, laut,
tambang. Faktor yang menyebabkan SDA di Indonesia melimpah yaitu: Letak
geologis : pertemuan lempeng sehingga memiliki banyak gunung berapidan
tambang mineral, Letak astronomis : daerahnya tropis, sehingga curah hujan dan
temperature udara tinggi, air melimpah dan tanah subur. Luas wilayah : 1/3
berupa daratan, 2/3 berupa lautan, sehingga kekayaan laut dan darat melimpah.
Indonesia juga memiliki Sumber Daya tanah yang merupakan tempat berbagai
aktivitas seperti bercocok tanam, membangun rumah, membangun jalan, dan lain
sebagainya.Sumber Daya air yang terdapat di Indonesia dapat dijumpai dalam
berbagai bentuk, yaitu air hujan, air danau, air sungai, dan air tanah.Sungai adalah
bagian dari muka bumi yang lebih rendah, tempat mengalirnya air dari daerah
sekitarnya. “Lima sungai terbesar yang ada di Indonesia adalah Sungai Kapuas,


1
Universitas Sumatera Utara

Sungai Barito, Sungai Memberano, Sungai Digul, dan Sungai Musi. Hutan yang
terdapat di Indonesia memiliki 3 jenis yaitu,1
1.Berdasar letak geografisnya.Seperti, hutan tropika, hutan temperate,
hutan boreal.
2.Berdasar fungsinya. Seperti, Hutan lindung, Hutan suaka alam, Hutan
wisata, Hutan produksi.
3.Berdasar jenis pohonnya. Seperti, Hutan homogeny, Hutan heterogen.
Selain itu juga Indonesia memiliki Sumber Daya laut, Potensi kekayaan
laut tidak hanya berupa ikan, kekayaan lain dari sumber daya laut adalah
sumber daya alam berupa mangrove, terumbu karang, dan lainlain.Hutan mangrove atau hutan bakau merupakan tipe hutan yang
terletak di daerahpasang surut air laut.Pada saat pasang, hutan mangrove
tergenang air laut, padasaat surut, hutan mangrove tidak tergenangi air
laut.Hutan mangrove tersebar di pesisir barat Pulau Sumatra, beberapa
bagian daripantai utara Pulau Jawa, sepanjang pesisir Kalimantan,
Pesisir Pulau Sulawesi,Pesisir Selatan Papua, dan sejumlah pulau kecil
lainnya.

Sebagai negara yang terletak pada posisi strategis di garis katulistiwa,
Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, terbesar dan tersebar di
seluruh wilayah nusantara, tidak hanya di daratan, tetapi juga di lautan.Kekayaan
alam ini merupakan anugerah Tuhan, yang dilimpahkan kepada seluruh bangsa
1

Tun Kelana Jaya.Potensi Kekayaan Alam Indonesia.http://jurnal-ekonomi.org/ada-apa-dengan-pengelolaansumber-daya-alam-indonesia/ diakses tanggal 10 September 2016 pukul 23.15 wib

2
Universitas Sumatera Utara

Indonesia,

untuk

dipergunakan

dengan

sebaik-baiknya


agar

mencapai

kemakmuran bangsa.Banyaknya sumber daya alam Indonesia, dibutuhkan
kebijakan untuk mengatur dan mengelola serta pelestarian sumber daya
alam.Makna dari kebijakan itu sendiri yaitu sebagai suatu arah tindakan yang
diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan
tertentu yang memberikan hambatan-hambatan dan peluang-peluang terhadap
kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka
mencapai tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau maksud tertentu 2.
Sumber daya alam tersebut pada kekuasaan tertinggi berada di tangan
negara, dan negaralah yang akan mengatur peruntukan dan penggunaanya bagi
kesejahteraan masyarakat. Pemerintah hanyalah sebagai personifikasi rakyat yang
memiliki

kewenangan

mengelola


sumber

daya

alam,

namun

pemilik

sesungguhnya adalah rakyat Indonesia.
Hal ini tercermin di dalam ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD l945 disebutkan
bahwa3:
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas kekeluargaan;
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang dikuasai oleh
Negara dandipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat;

2


Wayne Person. 2001. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. Jakarta: Prenada
Media Group.
hal.19.
3
UUD 1945 pasal 33 ayat 3 tentang pengolahan SDA

3
Universitas Sumatera Utara

(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh Negaradan dipergunakan untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat;
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan Prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan,kemandirian, serta dengan menjaga kesimbangan
dan kesatuan ekonomi nasional.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dengan
undang-undang.
Turunan dari undang-undang di atas adalah dikeluarkannya UU Migas,
No.22/2001 tentang pengelolaan migas, UU No.7/ 2004 tentang pemanfaatan
sumber daya air di tambah UU No.121/2015 tentang pengusahaan sumber daya

air, dan UU No.39/2014 tentang perkebunan yang pada keseluruhannya itu
mengandung nilai-nilai keadilan.
Yangmenjadi landasan dalam setiap pembuatan undang-undang tentang
berbagai macam pengelolaan sumber daya alam yang ada, keselurahannya itu
berdasarkan prinsip dari UUD 1945 pasal 33 ayat (1),(2),(3),(4), dan (5) secara
jelas menyiratkan bahwa penguasaan perekonomian terkait hasil kekayaan alam
harus berpatokan kepada kepentingan bersama dan untuk kemakmuran rakyat
yang berasaskan kepada keadilan.

4
Universitas Sumatera Utara

Dengan adanya undang-undang tersebut maka hubungan suatu unit
pemerintahan dengan sumber daya alam dan lingkungannya akan berjalan
maksimal kerena tidak ada ketimpangan. Sehingga hubungan yang secara vertikal
antara pemerintah dan masyarakat menjadi satu kesatuan yang utuh di dalam
sistem pemerintahan yang mengarahkan kepada tujuan bersama.Namun nyatanya
pada masa orde baru upaya-upaya normative memberdayakan daerah untuk
berpartisipasi dalam pembangunan nasional yang telah dilakukan melalui Undang
Undang Nomor 5 Tahun l974 tentang Pemerintahan Daerah4 itu, hanya sematamata sebatas khiasan di bibir saja, sebab kenyataanya undang-undang tersebut

tidak memberikan kesempatan daerah untuk menyelenggarakan urusan daerahnya
sendiri secara penuh, termasuk kewenangan mengelola sumberdaya alam di
daerah. Pada saat itu, pemerintah pusat tetap mengendalikan semua kegiatan
pengelolaan sumber daya alam di daerah.
Daerahyang memiliki sumber daya alam hanya memperoleh porsentase
yang sangat kecil dibandingkan dengan yang diterima pemerintah pusat, semua
hasil pengelolaan sumber daya alam dimasukan ke dalam Anggaran Pendaatan
dan Belanja Negara (APBN) yang dikelola oleh pemerintah pusat.
Undang-undang yang diberlakukan pada saat itu adalah Undang Undang
Dasar l945 pasal 1 ayat (1), yang berbunyi, Negara Indonesia ialah negara
kesatuan yang berbentuk “republik” 5 , dengan begitu di dalam negara hanya

4
5

UU No. 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah
UU 1945 pasal 1 ayat (1)

5
Universitas Sumatera Utara


terdapat satu kekuasaan, yaitu kekuasaan negara Republik Indonesia yang memicu
ke arah sentralisasi kekuasaan.
Sistem pemerintahan sentralistik telah menjadi panutanIndonesia selama
puluhan tahun.Kekuasaannegara terpusat pada kekuasaan pemerintah pusat di
bawah pimpinan Kepala Negara/Presiden. Sistem pemerintahan sentralistik pada
dasarnya tidak sesuai dengan letak geografis dan karakterIndonesia, oleh karena
Negara Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki aneka ragam budaya,
agama, sosial, ras, suku, dan adat istiadat, serta potensi sumber daya alam yang
masing-masing daerah memiliki karakter yang berbeda-beda. Seharusnya daerah
memiliki kewenangan untuk mengelola sumber daya alam yang dimiliki untuk
dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakatnya.system pemerintahan yang
sentralistik yang dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan karakter negara
Indonesia yang terdiri dari puluhan ribu pulau dengan keberagamanya.Pemikiran
dilaksanakannya

sistem

pemerintahan


desentralisasi,

yang

memberikan

kewenangan luas kepada daerah untuk mengurus rumah tangga daerahnya sendiri
semakin menguat seiring dengan derasnya tuntutan masyarakat di daerah, bahkan
sampai mengarah pada ancaman disintegrasi Negara kesatuan.6
Alasanya

bahwa

sistem

desentralisasi

dianggap

sebagai


sistem

pemerintahan yang paling tepat, sebab sistem desentralisasi memberikan
kewenangan yang luas kepada daerah untuk menyelenggarakan urusan
6

S Suhartono.Desentralisasi Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Mewujudkan Kesejahteraan
Masyarakat .download.portalgaruda.org/article.php?article. diakses tanggal 12 September 2016 pukul 01.25
wib

6
Universitas Sumatera Utara

pemerintahan daerahnya sendiri, meskipun tidak semua daerah mampu
melaksanakan, namun desentralisasi telah memberikan kesempatan kepada daerah
untuk mengurus daerahnya masing-masing sesuai dengan potensi yang
dimilikinya, baik sumber daya manusia, dan sumber daya alam, yang selama ini
hanya dieksploitasi dan dieksplorasi oleh pemerintah pusat. Desentralisasi juga
memberikan kesempatan kepada daerah untuk menikmati hasil-hasil pengelolaan

sumber daya alam untuk kesejahteraan masyarakatnya 7.
Desentralisasi merupakan ide dan semangat pendiri negara, dengan
pembagian wilayah termasuk kewenanganya.Hal ini dituangkan di dalam
ketentuan Pasal 18 UUD l945 tentang pemerintahan daerah 8 , baik sebelum
maupun setelah amandemen.Bahkan amandemen UUD l945 telah mendorong
dilakukannya otonomi daerah secara luas dan konkrit, dengan harapan daerahdaerah yang tertinggal dapat mengembangkan diri dan mensejajarkan diri dengan
daerah-daerah lain dalam rangka memajukan kesejahteraan masyarakatnya.
Selama ini daerah hanya mengharapkan droping dana dari pemerintah pusat, dan
menjalankan program-program pembangunan yang bersifat top down, yang
ditetapkan oleh pusat. Tidak jarang program-program pembangunan dipaksakan
dan tidak sesuai dengan keinginan masyarakat daerah.
Keinginan untuk mewujudkan sistem desentralisasi sedikit demi sedikit
terealisir sejak dikeluarkanya Undang Undang Nomor 22 Tahun l999 tentang

7

Ibid.
UUD 1945 pasal 18 tentang pemerintahan daerah

8

7
Universitas Sumatera Utara

Pemerintahan Daerah, yang kemudian dirubah dengan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009, dan di perkuat dengan Undang Undang Nomor 12Tahun 2008
tentang otonomi daerah. Undang-undang ini telah memberikan harapan kepada
daerah yang lebih luas untuk berpartisipasi dalam semua aspek pembangunan, dan
berbagai aspek kehidupan, yang salah satu diantaranya menyangkut pengelolaan
sumber daya alam, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Begitu juga halnya Provinsi Aceh, sejak Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
membawa misi berdirinya negara Aceh yang merdeka. Selama kurang lebih 30
tahun, GAM secara bergerilya melancarkan perlawanan hingga penandatanganan
Mou di Helsinki pada tanggal 15 Agustus 2005yang memiliki peraturan daerah
sendiri yang bernama Qonun. Qanun mempunyai kekuatan hukum yang sejajar
dengan Undang-undang.Bagi masyarakat Aceh, qanun bukanlah istilah baru, dan
sudah dikenal sejak masa kerajaan aceh (tercatat sejak tahun 1270 H).Qonun yang
pertama kali diperkenalkan melalui UU No. 18/2001, memiliki kedudukan yang
signifikan dalam penyelenggaran pemerintahan daerah di Aceh. Sebab, qanun
dijadikan perangkat hukum utama bagi penyelenggaraan pemerintahan di Aceh
yang tengah giat-giatnya ditata kembali pasca penandatanganan MoU damai.
Apalagi UU No. 18/2001 mengisyaratkan bahwatidak akan ada lagi peraturan
daerah (perda) di Aceh.9

9

http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol13872/kontroversi-iqanuni-perda-dengan-karakteristik-khusus
diakses tanggal 15 September 2016 pukul 10.35 wib

8
Universitas Sumatera Utara

Provinsi Aceh memiliki potensi alam yang melimpah yaitu sebagai daerah
produksi, kawasan kehutanan, penghasil mineral dan bahan bakar.Sebagai
kawasan kepulauan yang beriklim tropis, Aceh juga berpotensi dalam
pengembangan bidang tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan
pariwisata.
Bahkan Aceh sejak tahun 1900 telah memulai usaha pertambangan
umum.Daerah operasi minyak dan gas di bagian utara dan timur meliputi daratan
seluas 8.225,19 km² dan dilepas pantai Selat Malaka 38.122,68 km².Beberapa
perusahaan migas yang mengeksploitasi tambang Aceh berdasarkan kontrak bagi
hasil (production sharing).Sementara endapan batubara terkonsentrasi pada
Cekungan Meulaboh di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat. Terdapat
15 lapisan batubara hingga kedalaman 100 meter dengan ketebalan lapisan bekisar
antara 0,5-9,5 m. Jumlah cadangan terunjuk hingga kedalam 80 meter mencapai
500 juta ton, sedangkan cadangan hipotesis sekitar 1,7 miliar ton.10
Provinsi Aceh ternyata juga memiliki beraneka ragam potensi sumber
energi untuk pembangkit tenaga listrik terdiri dari potensi air, panas bumi,
batubara.Diperkirakan potensi sumber tenaga air mencapai 2.626 MW yang
tersebar di 15 lokasi di wilayah Aceh. Salah satu dari potensi tersebut adalah
PLTA Peusangan dengan daya sebesar 89 MW, di daerah Jambo Aye yang
diperkirakan mencapai 471 MW, Lawe Alas sebesar 268 MW, dan Tampur
10

http://aceh.tribunnews.com/ini-potensi-kekayaan-aceh-yang-melimpah diakses tanggal 16 September 2016
pukul 20.40
wib

9
Universitas Sumatera Utara

sebesar 126 MW. Disamping itu juga terdapat potensi batubara yang dapat
dikembangkan sebesar 1.300 juta ton.Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM) menyebutkan bahwa Aceh memiliki 17 titik panas bumi yang dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga listrik.11
Banyaknya sumber daya alam dan energi di Aceh mempengaruhi
Pendapatan Asli Aceh (PAA) yang di provinsi lain dinamakan pendapatan asli
daerah (PAD), yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Dalam tujuh tahun
terakhir (2008-2014), peningkatan PAA itu sangat signifikan.Realisasi PAA tahun
2008 tercatat Rp.719.675.- 560.102, tahun 2009 sebesar 735.205.788.491,
kemudian mengalami lompatan dahsyat pada tahun 2013 menjadi Rp
1.396.095.430.738.
Pada tahun 2014 PAA bertambah menjadi Rp.1.746.689.714.374. Capaian
ini meningkat lebih dari dua kali lipat jika dibandingkan dengan pendapatan asli
yang diperoleh Aceh pada tahun 2008.Semua PAA ini bersumber dari Pajak Aceh,
Retribusi Aceh, Hasil Pengelolaan Kekayaan Aceh yang dipisahkan, dan lain-lain
Pendapatan Asli Aceh yang sah. Yang termasuk dalam kategori Pajak Aceh yaitu
pajak kendaraan bermotor (pkb), bea balik nama kendaraan bermotor (BbnKb),
pajak bahan bakar kendaraan bermotor (pbbKb), pajak pengambilan dan
pemanfaatan air permukaan, dan pajak rokok.

11

Ibid.

10
Universitas Sumatera Utara

Sepanjang tahun 2014, keseluruhan item ini berkontribusi sebesar
Rp.1.030.679.175.- 160 (setara 59%) bagi PAA. Ini meningkat signifikan dari
perolehan tahun 2012 (saat Gubernur Zaini Abdullah dan Wagub Muzakir Manaf
baru

memimpin Aceh)

dibandingkan

dengan

yang hanya

realisasi

Pajak

Rp.687.476.816.747.

Apalagi

Aceh

yang

tahun

2008

bila
hanya

Rp.464.317.354.502. Kemudian, yang termasuk kategori Retribusi Aceh yaitu
retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu. Tahun
2014, dari tiga retribusi ini Aceh mendulang rupiah sebanyak Rp.3.303.639.690.12
Dalam kaitan ini, DPR Aceh bersama Pemerintah Aceh sudah menghasilkan tiga
qanun yang menjadi dasar hukum pengutipan ketiga retribusi dimaksud, yaitu
Qonun Aceh No.1 tahun 2014 tentang retribusi jasa umum, Qonun Aceh No.2
tahun 2014 tentang retribusi jasa usaha, dan yang ketiga Qonun Aceh No.3 tahun
2014 tentang retribusi perizinan tertentu. Semua Qonun ini diundangkan pada
lembaran daerah Aceh pada bulan april 2014, akan tetapi baru berlaku efektif pada
bulan oktober 2014.
Provinsi Aceh memiliki kekayaan Sumber Daya Alam yang sangat besar,
baik di darat, di perairan maupun di udara yang merupakan modal dasar
pembangunan bagi kesejahteraan rakyat Aceh menurut cara yang bisa menjamin
tercapainya keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara manusia dan
Sumber Daya Alam. Untuk itu PemerintahAceh mengeluarkan Qonun Aceh

12

http://aceh.tribunnews.com/pendapatan-asli-aceh-terus-meningkat diakses tanggal 18 September 2016 pukul
13.35 wib

11
Universitas Sumatera Utara

No.21 tahun 2002 tentang pengelolaan sumber daya alam.13Maka dengan begitu,
pengendalian Sumber Daya Alam tidak terlepas dari tindakan pengawasan dan
ditaatinya

ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang lingkungan

hidup.Suatu perangkat hukum yang bersifat preventif berupa izin melakukan
usaha atau kegiatan harus dicantumkan secara tegas syarat dan kewajiban yang
harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan.Hal itu tersirat ikut sertanya berbagai instansi dalam pengelolaan Sumber
Daya Alam sehingga perlu dipertegas batas wewenang tiap-tiap instansi yang
terlibat di bidang pengelolaanSumber Daya Alam.
Banyaknya sumber mineral atau hasil tambang bukan jaminan untuk
mendapatkan pendapatan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Indikasi
bahwa ekspor bahan mentah dan minimnya upaya pengolahan atau kurangnya
sentuhan teknologi guna meningkatkan nilai jual (value added) terjadi pada
berbagai komoditas bahan alam.
Pada ranah implementasi pelaksanaan otonomi daerah justru jauh dari
harapan.Hasil evaluasi pelaksanaan otonomi daerah oleh berbagai kalangan,
termasuk LIPI (2013), memperlihatkan bahwa agenda ini lebih menunjukkan
kegagalan daripada wujud kesuksesannya.Kegagalan yang sangat nyata adalah
nampak dari terdesentralisasikannya korupsi ke daerah, sehingga banyak kepala
daerah yang terlibat kasus korupsi. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa UU No
22 tahun 1999 yang kemudian diubah menjadi UU No 32 tahun 2004 tentang
13

Qonun Aceh No.21 tahun 2002 tentang pengelolaan sumber daya alam.

12
Universitas Sumatera Utara

Pemerintah Daerah memicu kegairahan baru yang membuka ruang kebebasan
lebih bagi masyarakat dan elite local. 14 Namun, kebebasan itu justru dipahami
berbeda oleh para elite lokal sebagai kebebasan dalam berbagai hal.
Timbulnya masalah-masalah desentralisasi terkait dengan pengelolaan
Sumber daya Alam pada umumnya tidak lepas dari potret kekuasaan kepala
daerahnya yang tidak terkontrol.Kepala daerah dan wakil kepala daerah sangat
menentukan perannya sebagai lokomotif majunya otonomi daerah.Maju
mundurnya

otonomi

daerah dianggap

sebagian

besar tergantung pada

kekompakan mereka, kepemimpinan, managemen serta bagaimana mereka
melaksanakan program-program yang dibutuhkan rakyat.Permasalahan tentang
pengelolaan sumber daya alam penting untuk diangkat sebab menyangkut masalah
kebijakan pemerintah daerah dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang menjadi
tulang punggung bagi kemakmuran suatu daerah.
Kabupaten Aceh Singkil merupakan salah satu kabupaten yang berada
diwilayah teritori provinsi Aceh yang memiliki jumlah penduduk 112.161 jiwa,
luas wilayah 1.857,88 km², 120 desa dan 11 kecamatan,memiliki potensi sumber
daya alam yang potensial di Provinsi Aceh. Hal ini dibuktikan dengan
melimpahnya kawasan Aceh Singkil akan sumber daya air, perkebunan, hutan,
perikanan dan hasil pertanian.Selain itu, tanaman komoditas ekspor juga di tanam.
Seperti kakao, lada serta tanaman perkebunan yang lain seperti kelapa, pinang,
14

Lukman santoso Az. Otonomi daerah dan Menjamurnya Korupsi di daerah ;
http;//investor.co.id/berita/otonomi daerah dan menjamurnya korupsi di daerah . diakses tanggal 22
September 2016 pukul 21.10 wib

13
Universitas Sumatera Utara

jahe, gambir, kapuk, tebu, kemiri, nilam kapulaga dan lain-lain. Tetapi diantara
tanaman tersebut yang paling dapat diandalkan sebagai tanaman penghasil
pendapatan bagi masyarakat Aceh Singkil adalah Kelapa Sawit.Hal ini disebabkan
karena tanaman tersebut cocok dengan countur dan jenis tanah di Aceh
Singkil. 15 Kabupaten Aceh Singkil merupakan salah satu sentral perkebunan di
Provinsi Aceh, dan bahkan menjadi salah satu penghasil kelapa sawit di
Indonesia.Selain kelapa sawit, ada juga perikanan dan komoditi penting yang
terdapat didaerah tersebut, yaitu kelapa.
Seiring dengan 17 tahun sudah lamanya Kabupaten Aceh Singkil
terbentuk,maka seharusnya daerah kabupaten Aceh Singkil sudah menjadi daerah
yang maju.Namun justrusebaliknya, kabupaten Aceh Singkil, merupakan satusatunya daerah tertinggal dan termiskin di Provinsi Aceh yang ditetapkan Presiden
Joko Widodo melalui Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 tentang
Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015 – 2019. Dalam peraturan tersebut
dijelaskan, daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang wilayah serta
masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala
nasional.Suatu daerah ditetapkan sebagai daerah tertinggal berdasarkan kriteria
perekonomian

masyarakat, sumber

daya

manusia,

sarana

dan

prasarana, kemampuan keuangan daerah, serta aksesibilitas dan karakteristik
daerah. Meski disebut sebagai daerah termiskin dan tertinggal, akan tetapi saat ini
beberapa perusahaan kelapa sawit telah beroperasi di kabupaten yang dimekarkan
15

http://www.acehsingkilkab.go.id/potensi-daerah/perkebunan diakses tanggal 25 September 2016 pukul
09.50 wib

14
Universitas Sumatera Utara

dari Aceh Selatan ini, mengelola lahan puluhan ribu hektare,16 dengan APBK nya
yang pada tahun 2014 mencapai Rp. 649.017.750.751,28 dan mengalami
peningkatan sampai dengan saat ini mencapai 6,98 persen. APBK tersebut
bersumber

dari

Pendapatan

Asli

Daerah

(PAD)

yaitu

sebesar

Rp.

37.100.892.950,00,Dana Pertimbangan Rp. 499.172.215.590,00, dan lain-lain
Pendapatan Daerah yang Sah mencapai Rp. 158.060.014.192,28.17Sebagian besar
PAD berasal dari sektor perkebunan yang mencapai Rp. 900.000.000 pada tahun
2015.
Dengan begitu, sudah semestinya masyarakat di kabupaten Aceh Singkil
makmur dan sejahtera dan jauh dari kata ketertinggalan dengan taraf
pertumbuhan ekonomi yang pesat sehingga mampu bersaing dengan daerahdaerah kabupaten lainnya.Seperti yang di sebutkan Qonun Aceh No.21.tahun
2002 pasal 2 yang menyebutkan bahwa “Pengelolaan Sumber Daya Alam
berdasarkan atas kemanfaatan, keadilan, keefisienan, kelestarian, kerakyatan,
kebersamaan, keterbukaan, dan keterpaduan” itu semua belum tercapai hingga
sampai saat ini.
Dataran Aceh Singkil, masih banyak memiliki lahan tidur yang saat ini
hampir seluruhnya telah tergarap untuk dijadikan lahan perkebunan, pemukiman
ataupun perkantoran yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, Perusahaan Swasta
16

https://www.mongabay.co.id/derita-aceh-singkil-kabupaten-tertinggal-yang-dikepung-sawit/ diakses tanggal
30 September
2016 pukul 19.30 wib
17
http://www.delinewsonline.com/target-penerimaan-r-apbk.html#.WADDafT8_IU diakses tanggal 3 Oktober
2016 pukul
16.20 wib

15
Universitas Sumatera Utara

maupun masyarakat. Dengan pembukaan lahan-lahan tersebut maka banyak
Perusahaan kelapa Sawit Swasta yang membuka investasinya untuk lahan
perkebunan dan pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten Aceh
Singkil. Sampai saat ini, berdasarkan data Dinas perkebunan dan kehutanan
Kabupaten Aceh Singkil ada 7 perusahaan besar Perkebunan Kelapa Sawit yang
masih terus beroperasi dan telah melakukan penanaman dengan jumlah lahan
yang sangat luas.18Dengan adanya perusahaan-perusahaan besar di daerah Aceh
Singkil diharapkan dapat meningkatkan pendapatan ekonomi daerahserta dapat
memberikan sumbangan-sumbangan berupa bantuan kepada masyarakat agar bisa
membuka usaha demi mencapai taraf ekonomi yang seimbang dan menciptakan
suatu perubahan daerah yang signifikan menuju ke arah yang lebih baik.
Namun keberadaan perkebunan sawit di Aceh Singkil tidak sesuai yang
diharapkan sebagai mana mestinya, selain tidak berpengaruh terhadap
peningkatan ekonomi daerah, perusahaan-perusahaan yang bersangkutan merusak
hutan dan rawa gambut yang ada, serta menghantarkan masyarakat ke dalam
kesengsaraan yang berkelanjutan.Dengan adanya kasus sengketa lahan antara
masyarakat dengan perusahaan sawit yang kerap terjadi.Masyarakat selalu kalah
karena perusahaan didukung pemerintah, masyarakat kesulitan dan dilanda
kecemasan

untuk

melindungi

dan

mendapatkan

lahan

perkebunan

mereka.Sehingga menyebabkan masyarakat kehilangan sumber penghidupan
mereka yaitu becocok tanam.Selain itu, sungai yang berada tidak jauh dari industri
18

acehsingkilkab.go.id. Loc.cit

16
Universitas Sumatera Utara

juga ikut terganggu oleh karena pencemaran lingkungan yang di sebabkan
pembuangan limbahpabrik.Sehingganelayan kesulitan untuk memproduksi ikan
air tawar dan menyebabkan pendapatan mereka menjadi berkurang yang berujung
pada keterpurukan dalam kemiskinan

19

.Dengan begitu kerusakan yang di

sebabkan oleh Industri merupakan kerusakan yang bersifat kompleks dan berada
di sektor-sektor paling sensitif.
Sesuai dengan tujuan yang merujuk kepada undang-undang Republik
Indonesia Nomor 39 tahun 2014 pasal III tentang perkebunan menetapkan bahwa
ada delapan fungsi perkebunan.20
1. meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat;
2. meningkatkan sumber devisa negara;
3. menyediakan lapangan kerja dan kesempatan usaha;
4. meningkatkan produksi , produktivitas, kualitas, nilai tambah, daya saing,
dan pangsa pasar;
5. meningkatkan dan memenuhi kebutuhan konsumsi serta bahan baku
industri dalam negeri;
6. memberikan

pelindungan

kepada

Pelaku

UsahaPerkebunan

dan

masyarakat;
7. mengelola dan mengembangkan sumber dayaPerkebunan secara optimal,
bertanggung jawab, dan pelestari; dan

19
20

Mongabay. Op.cit
Undang – undang Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2014 pasal III Tentang tujuan perkebunan .

17
Universitas Sumatera Utara

8. meningkatkan pemanfaatan jasa Perkebunan.
Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukannya pengawasan agar terlaksananya
kebijakan pemerintah Kabupaten Aceh Singkil nomor 19 tahun 2002 tentang
tugas dan fungsi dinas perkebunan21 yang berlandaskan dari Qonun Aceh No.21
tahun 2002 tentang pengelolaan sumber daya alam, serta peningkatan transparansi
dan akuntabilitas dalam pemberdayaan sumber daya alam. Berdasarkan uraian
diatas saya tertarik untuk melihat dan menganalisis sejauh mana kebijakan Qonun
Aceh No.21 tahun 2002 tentang pengelolaan sumber daya alam yang sebagai
landasan undang-undang Kabupaten Aceh Singkil nomor 19 tahun 2002 tentang
tugas dan fungsi dinas perkebunan, sehingga tindakan dinas perkebunan
mempunyai peran yang strategis dalam pengelolaan dan pelestarian sumber daya
alam di kabupaten Aceh Singkil.Dengan begitu saya mengambil judul Analisis
Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam Kabupaten Aceh Singkil.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah adalah suatu usaha untuk menyatakan secara tersurat
pernyataan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau di carikan jalan
pemecahannya. Perumusan masalah merupakan penjabaran dari identifikasi
masalah dan pembatasan masalah. Dengan kata lain, perumusan masalah yang
akan di teliti didasarkan atas identifikasi masalah dan pembatasan masalah 22.
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
21

Qonun kabupaten Aceh Singkil Nomor 19 tahun 2002 tentang tugas dan fungsi dinas perkebunan.
Husnaini,I usman dan Purnomo Setiady Akbar.2009.Metodologi Penelitian Sosial.Jakarta: Bumi Aksara.
hal.27.

22

18
Universitas Sumatera Utara

Bagaimanakebijakan pengelolaan sumber daya alam di kabupaten Aceh Singkil ?
1.3 Pembatasan Masalah
Batasan masalah berfungsi untuk membatasi karya ilmiah / penelitian agar
tidak melebar dan tetap focus pada permasalahan yang akan diteliti. Adapun
batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakebijakan pengelolaan sumber daya alam di kabupaten
Aceh Singkil berdasarkan Qonun provinsi Aceh No.21 tahun 2002 dan
Qonun kabupaten Aceh Singkil No.19 tahun 2002 ?
2. Bagaimana implementasi dari kebijakan pengelolaan sumber daya
alam khususnyasektor perkebunan sawit di kabupaten Aceh Singkil
terhadap peningkatan kesejahteraan sosialmasyarakat ?
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. untuk menganalisiskebijakan yang dilakukan pemerintah kabupaten Aceh
Singkil dalam melakukan pengelolaan sumber daya alam “perkebunan
sawit” kabupaten Aceh Singkil.
2. Untuk mendeskripsikan dampak kebijakan pengelolaan sumber daya alam
khususnya sektor perkebunan terhadap peningkatan kesejahteraan sosial
masyarakat.

19
Universitas Sumatera Utara

1.5 Manfaat Penelitian
Setiap penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat terlebih lagi untuk
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Adapun manfaat yang
diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu menerapkan beberapa
teori yang digunakan penulis sebagai pisau analisis. Diantaranya teori
kebijakan publik dan teori kesejahteraan sosial
2. Secara kelembagaan, penelitian ini dapat menambah perbendaharaan
referensi penelitian sosial tentang kebijakan Sumber Daya Alam bagi
departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, serta
Universitas Sumatera Utara.
3. Bagi masyarakat, khususnya masyarakat kabupaten Aceh Singkil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pengetahuan tentang
kebijakan provinsi Aceh tentang pengelolaan sumber daya alam dan
kebijakan kabupaten aceh singkil tentang tugas dan fungsi dinas
perkebunan dalam mengimplementasikan kebijakan yang telah disepakati.
1.6 Kerangka Teori
Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi
untuk menerangkan suatu fenomena social secara sistematis dengan cara
merumuskan hubungan antara konsep. 23 Dalam hal ini penulis akan

23

Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi.1995.Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.hal.37.

20
Universitas Sumatera Utara

mengambil teori yang berkaitan dengan kebijakan publik dan politik
lingkungan.
1.6.1 Kebijakan Publik
Kebijakan Publik adalah suatu keputusan yang dimaksudkan untuk tujuan
mengatasi permasalahan yang muncul dalam suatu kegiatan tertentu yang
dilakukan

oleh

instansi

pemerintah

dalam

rangka

penyelenggaraan

pemerintahan.24Oleh karena itu kebijakan dipandang sebagai hal yang mendasari
suatu keputusan yang akan diambil oleh pembuat keputusan.
Kebijakan publik adalah keputusan yang dibuat oleh Negara, khususnya
pemerintah

sebagai

strategi

untuk merealisasikan tujuan

Negara

yang

bersangkutan.Kebijakan publik adalah strategi untuk mengantarkan masyarakat
pada awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk menuju pada
masyarakat yang dicita-citakan.25
Dunn mengemukakan studi Kebijakan Publik mempelajari keputusan –
keputusan pemerintah dalam mengatasi suatu masalah yang menjadi perhatian
publik.Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah menurut Dunn
sebagian disebabkan oleh kegagalan birokrasi dalam memberikan pelayanan dan
menyelesaikan persoalan public.Kegagalan tersebut adalah information failures,
complex side effects, motivation failures, renstseeking, second best theory,
implementation failures.Berdasarkan stratifikasinya, kebijakan publik dapat
24

25

Edi Suharto.2008. Kebijakan Publik. Jakarta: Alfabeta. hal.109-110.
Riant Nugroho. 2008. Public Policy. Jakarta: Elex Media Kumputindo. hal.55.

21
Universitas Sumatera Utara

dilihat dari tiga tingkatan, yaitu kebijakan umum (strategi), kebijakan manajerial,
dan kebijakan teknis operasional. Selain itu, dari sudut manajemen, proses kerja
dari kebijakan publik dapat dipandang sebagai serangkaian kegiatan yang
meliputi:26
1. Pembuatan kebijakan
2. Pelaksanaan dan pengendalian
3. Evaluasi kebijakan
Carl Frederich memandang kebijakan publik adalah suatu arah tindakan
yang diusulkan oleh seseorang kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan
tertentu yang memberikan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan
terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dalam rangka mencapai
suatu tujuan atau merealisasikan suatu tujuan tertentu. 27 Secara umum, saat ini
kebijakan lebih dikenal sebagai keputusan yang dibuat oleh pemerintah, yang
bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi di
masyarakat dalam sebuah Negara.
Proses analisis kebijakan adalah serangkaian aktivitas dalam proses
kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis tersebut diartikan sebagai proses
pembuatan kebijakan dandivisualisasikan sebagai serangkaian tahap yang saling
tergantung, berdasarkan penyusunan agenda, formulasi bebijakan, adopsi

26

William N. Dunn. 1998. Pengantar Analisa Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada Univeristy Press.
hal.24.
27
Budi Winarno. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik.Yogyakarta: Media Pressindo. hal.16.

22
Universitas Sumatera Utara

kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan. Proses formulasi
kebijakan dapat dilakukan melalui tujuh tahapan sebagai berikut:28
1. Pengkajian

persoalan. Tujuannya

adalah untuk menemukan dan

memahami hakekat persoalan dari suatu permasalahan dan kemudian
merumuskannya dalam hubungan sebab akibat.
2. Penentuan tujuan. Adalah tahapan untuk menentukan tujuan yang hendak
dicapai melalui kebijakan publik yang segera akan diformulasikan.
3. Perumusan alternatif. Alternatif adalah sejumlah solusi pemecahan
masalah yang mungkin diaplikasikan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
4. Penyusunan model. Model adalah penyederhanaan dan kenyataan
persoalan yang dihadapi yang diwujudkan dalam hubungan kausal. Model
dapat dibangun dalam berbagai bentuk, misalnya model skematik, model
matematika, model fisik, model simbolik, dan lain – lain.
5. Penentuan kriteria. Analisis kebijakan memerlukan criteria yang jelas dan
konsisten untuk menilai alternative kebijakan yang ditawarkan. kriteria
yang dapat dipergunakan antara lain kriteria ekonomi, hokum, politik,
teknis, administrasi, peran serta masyarakat, dan lain – lain.
6. Penilaian alternatif. Penilaian alternatif dilakukan dengan menggunakan
kriteria dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran lebih jauh mengenai

28

Solichin Abdul Wahab. 2008. Analisis dan Proses Kebijakan Publik.Yogyakarta: Media Pressindo. Hal.16.

23
Universitas Sumatera Utara

tingkat efektivitas dan kelayakan setiap alternative dalam pencapaian
tujuan.
7. Perumusan

rekomendasi. Rekomendasi

disusun

berdasarkan

hasil

penilaian alternative kebijakan yang diperkirakan akan dapat mencapai
tujuan secara optimal dan dengan kemungkinan dampak yang sekecil –
kecilnya.
Chandler dan Plano ( 1988 ), mengatakan Kebijkan publik adalah
pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdayasumberdayayang ada untuk
memecahkan

masalah-masalah

publik

ataupemerintah.

Kebijakan

publik

merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukansecara terus menerus oleh
pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurangberuntung dalam masyarakat
agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasidalam pembangunan secara
luas.

29

Pengertian kebijakan publik menurut Chandlerdan Plano dapat

diklasifikasikan

kebijakan

sebagai

intervensi

pemerintah.

Dalamhal

ini

pemerintah mendayagunakan berbagai instrumen yang dimiliki untuk
mengatasi persoalan publik.
Thomas R. Dye ( 1981 ), Kebijakan publik dikatakan sebagai apa yang
tidak dilakukan maupun apa yangdilakukan oleh pemerintah. Pokok kajian dari
hal ini adalah negara.Pengertian iniselanjutnya dikembangkan dan diperbaharui
oleh para ilmuwan yangberkecimpung dalam ilmu kebijakan publik. Definisi

29

Hessel Nogi S. Tangkilisan. 2003. Teori dan Konsep Kebijakan Publik dalam Kebijakan Publikyang
Membumi, konsep,
strategi dan kasus . Yogyakarta: Lukman Offset dan YPAPI. hal.1.

24
Universitas Sumatera Utara

kebijakan publik menurutThomas R. Dye ini dapat diklasifikasikan sebagai
keputusan ( decision making ),dimana pemerintah mempunyai wewenang untuk
menggunakan keputusanotoritatif, termasuk keputusan untuk membiarkan sesuatu
terjadi, demi teratasinyasuatu persoalan publik.30
Easton ( 1969 ), Kebijakan publik diartikan sebagai pengalokasian nilainilai kekuasaan untukseluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Dalam
hal ini hanyapemerintah yang dapat melakukan suatu tindakan kepada masyarakat
dantindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh
pemerintahyang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada
masyarakat.Definisi kebijakan publik menurut Easton ini dapat diklasifikasikan
sebagai suatuproses management, yang merupakan fase dari serangkaian kerja
pejabat publik.Dalam hal ini hanya pemerintah yang mempunyai andil untuk
melakukantindakan kepada masyarakat untuk menyelesaikan masalah publik,
sehinggadefinisi ini juga dapat diklasifikasikan dalam bentuk intervensi
pemerintah.31
Anderson, Kebijakan publik adalah sebagai suatu tindakan yang
mempunyai tujuan yang dilakukan oleh seorang pelaku atau sejumlah pelaku
untuk memecahkan suatu masalah.selanjutnya Anderson mengklasifikasikan
kebijakan itu menjadi dua, yaitu:32
1. Substantif, yaitu apa yang harus dilakukan pemerintah, dan

30

Ibid .
Ibid hal.2.
32
Nurcholis dan Hanif. 2007. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah.Jakarta. PT Grasindo.
hal.263.
31

25
Universitas Sumatera Utara

2. Prosedural, yaitu siapa dan bagaimana kebijakan itu diselenggarakan.
Sedangkan menurut Woll, kebijakan publik adalah sejumlah aktifitas
pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung
maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.33
Kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya
yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik. Pada dasarnya terdapat
banyak batasan atau defenisi mengenai apa yang dimaksud dengan kebijakan
publik dalam literatur-literatur ilmu politik. 34 Masing-masing defenisi tersebut
memberikan penekanan yang berbeda-beda, perbedaan itu timbul karena masingmasing ahli mempunyai latar belakang yang berbeda-beda namun tidak ada yang
keliru, semuanya benar dan saling melengkapi. Berikut pengertiannya: (a) secara
luas kebijakan publik dapat didefenisikan sebagai hubungan suatu unit
pemerintahan dengan lingkungannya, (b) kebijakan publik adalah sesuatu yang
dikerjakan dan yang tidak dikerjakan pemerintah, (c) kebijakn merupakan sesuatu
yang hendaknya dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyak
berhubungan beserta konsekuensi-konsekuensinya.35
Dengan adanya kebijakan publik maka hubungan suatu unit pemerintah
dengan lingkungannya akan berjalan maksimal oleh karena tidak saling timpang.
Sehingga hubungan secara vertikal antara pemerintah dan masyarakat menjadi
satu kesatuan yang utuh di dalam sistem pemerintahan yang mengarah pada
tujuan bersama.
33

Tangkilisan.op. cit, hal.2.
Budi Winarno. Op-cit. hal 20.
35
Ibid. hal.22-26.
34

26
Universitas Sumatera Utara

1.6.2 Teori Politik Lingkungan
Politik lingkungan adalah suatu kerangka politis yang memandang
lingkungan secara instrumental, sebagai sumber daya yang harus dieksploitasi
demi penciptaan nilai-nilai pemanfaatan yang berikutnya didistribusikan di antara
masyarakat dan umat manusia secara umum.36Politik lingkungan tidak lepas dari
makna keadilan demi pemerataan mutu dan dampak lingkungan hidup.Persoalan
tentang

pemerataan

ini,

tentunya

sudah

pasti

berciri

ruang

yang

mempertimbangkan sifat material alam dan keragaman lingkungan pada skala
lokal, regional dan global.
Lingkungan hidup yang baik bagi umat manusia tidak serta-merta
merupakan lingkungan hidup yang baik bagi makhluk hidup non-hayati.Namun
Marx dan Engels menyebutkan buruknya lingkungan hidup yang diciptakan
secara manusiawi yang pada hakikatnya tidak manusiawi.Seperti, kotor, limbah
dan padatnya rumah-rumah miskin di kota-kota industry. Lingkungan hidup yang
manusiawi, dengan umat manusia dan makhluk non-manusia di dalamnya,
merupakan lingkungan hidup yang menjadi tempat pemenuhan kebutuhan mereka
dan dapat berkembang biak secara optimal.Marx dan Engels juga mengatakan
“jika pencerahan kepentingan diri merupakan prinsip dari semua moralitas, maka
kepentingan pribadi manusia harus diselaraskan dengan kepentingan umat

36

Nicholas Low, Brendan Gleeson. 1998. Politik Hijau: kritik terhadap politik konvensional menuju politik
berwawasan
lingkungan dan keadilan.Bandung: Nusa Media. hal.148.

27
Universitas Sumatera Utara

manusia.Jika manusia dibentuk oleh lingkungannya, maka lingkungannya harus
dibentuk lebih manusiawi”.37
Mutu lingkungan merupakan inti kesejahteraan bagi individu dan
masyarakat,

dan

dengan

demikian

menjadi

persoalan

pokok

keadilan.Sebagaimana halnya dengan dimensi kesejahteraan lainnya, mutu
lingkungan mengandung unsur yang baik sekaligus buruk yang tersebar di dalam
masyarakat, negara dan bumi. Dapat dipastikan bahwa nilai-nilai sosial
memainkan peran penting dalam menentukan cara penyebaran tersebut sekaligus
kepuasan kita.
Ulrich Beck menjelaskan bagaimana modernitas kapitalis dan logika
prometheannya telah menimbulkan berbagai dapak buruk industrial yang
mengancam kehidupan umat manusia dan non-manusia di semua tingkat
geografis.Terlebih-lebih lagi, zat-zat berbahaya yang baru berikut pemanfaatan
tanah yang terkait dengan produksi, penyimpanan dan perusakan zat-zat tersebut,
dialokasikan secara sosial dan geografis, memunculkan tuntutan baru untuk
berjuang

menegakkan

keadilan

distribusi

kebaikan,

dan

keburukan

lingkungan.Harus diakui bahwa ketidakramahan masyarakat-masyarakat lokal di
negara-negara barat terhadap fasilitas-fasilitas pembuangan limbah telah
mendorong perdagangan internasional yang berupaya untuk membuang produk
limbah industri di negara-negara berkembang. „lalu lintas resiko‟ ini
membahayakan kesejahteraan penduduk miskin di negara-negara berkembang
37

Ibid . hal.146-147

28
Universitas Sumatera Utara

sekaligus berpeluang menimbulkan ketidakadilan pembangunan global yang
timpang.38
Politik lingkungan acapkali disamakan pengertiannya dengan ekologi
politik. Beberapa definisi tentang ekologi politik yang asumsinya adalah sama
yaitu: “environmental change and ecological conditions are (to some extent) the
product of political processes” 39 . Jika produk lingkungan adalah produk dari

proses-proses politik, maka tidak terlepas pula dalam hal ini adalah keterlibatan
proses-proses dialektika dalam politik ekonomi.Perhatian tertentu difokuskan
pada konflik yang di timbulkan karena adanya akses lingkungan yang
dihubungkan ke sistem politik dan hubungannya dengan ekonomi.
Menurut Vandana Silva (1993), akar krisis ekologi terletak pada kelalaian
pihak penguasa

dalam menyingkirkan hak-hak komunitas lokal

untuk

berpartisipasi secara aktif dalam kebijakan lingkungan. 40 Paterson mengatakan
bahwa politik lingkungan adalah suatu pendekatan yang menggabungkan masalah
lingkungan dengan politik ekonomi untuk mewakili suatu pergantian tensi yang
dinamik antara lingkungan dan manusia, dan antara kelompok yang bermacammacam di dalam masyarakat dalam skala dari individu lokal kepada transnasional
secara keseluruhan.41

38

Ibid . hal.148.
Sansen Situmorang. 2008. Ekologi Politik: Gagasan CSR Dalam Meredam Gejolak Sosial Masyarakat
Lokal. hlm.
40
Umar Syadat Hasibuan. 2008. Green Politics dan Penyelesaian Persoalan Hidup di Indonesia. Melalui
(http://www.unisosdem.org/article) diakses tanggal 16 November 2016 pukul 17.10 wib
41
Herman Hidayat. 2008. Politik Lingkungan: Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru dan Reformasi. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia. hlm.9.
39

29
Universitas Sumatera Utara

Sementara menurut Bryant, politik lingkungan boleh didefinisikan sebagai
usaha untuk memahami sumber-sumber politik, kondisi dan menjadi suatu
jaringan dari pergantian lingkungan.Bryant memusatkan kajian politik lingkungan
dengan meneliti operasional dalam pengelolaan hutan dalam kasus Indonesia.Dari
definisi di atas, jelaslah bahwa definisi Bryant yang menekankan bahwa politik
hal yang pertama atas politik lingkungan, yang berbasis aspek pembangunan dan
berwawasan lestari.Ada dua alasan rasional untuk kondisi ini.Pertama, bahwa
tekanan politik dan ekonomi dari pemerintah Soeharto mewarnai secara
mendalam dalam pengelolaan hutan sejak tiga dekade pemerintahannya (19661998).Kedua, implikasi dari tekanan politik dan ekonomi atas perspektif
lingkungan telah diabaikan oleh birokrat kehutanan, yang pada akhirnya
menyebabkan kerusakan hutan.42
Mengamati skala sosial dan lingkungan yang berbeda, politik lingkungan
menjelaskan sekurangnya tiga penelitian area yang berbeda.Pertama, penelitian ke
dalam sumber yang kontekstual perubahan lingkungan yang menguji pengaruh
lingkungan secara umum pada suatu negara, hubungan antar negara, dan
kapitalisme global.Judul ini merefleksikan dampak yang tumbuh dari kekuatan
nasional dan transnasional atas lingkungan dari suatu dunia yang saling bertambah
ketergantungan, baik secara politik dan ekonomi.Kedua, area penelitian mencari
tahu suatu lokasi dari aspek-aspek yang khusus mengenai perubahan lingkungan,
yaitu dengan studi suatu konflik atas akses sumber-sumber lingkungan.Ilmuan
42

Ibid. hlm.9.

30
Universitas Sumatera Utara

memperoleh pandangan bagaimana kontekstual pelaku berpengaruh atas kondisi
sosio-lingkungan yang khusus, hubungan, dan menekankan perjuangan lokasi
yang khusus atas lingkungan.Mengambil, baik sejarah maupun dinamika konflik,
penelitian area ini menggambarkan bagaimana para petani yang miskin dan
masyarakat lokal tanpa kekuasaan berperang melindungi fondasi lingkungan atas
kehidupannya.Ketiga, penelitian area ini menjelaskan jaringan politik dari
perubahan lingkungan atas hubungan sosio-ekonomi dan politik.43
1.7 Defenisi Konsep
1.7.1 Kesejahteraan Sosial
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah
konstitusi negara Indonesia yang untuk pertama kalinya ditetapkan oleh para
pendiri negara pada tanggal 18 Agustus 1945. Sebagai hukum dasar, UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bukan hanya merupakan
dokumen hukum tetapi juga mengandung aspek lain seperti pandangan hidup,
cita-cita, dan falsafah yang merupakan nilai-nilai luhur dan menjadi landasan
dalam penyelenggaraan negara. Sebagai sumber hukum tertinggi, Undang-Undang
Dasar itu hendaknya menjadi panduan dalam penyelenggaraan pemerintahan
negara dan kehidupan berbangsa, serta pedoman dalam penyusunan peraturan
perundang-undangan di bawahnya.Sebagai tolak ukur dalam pencapaian

43

Ibid. hlm.10.

31
Universitas Sumatera Utara

kesejahteraan. Ada enam (6) UUD 1945 yang mengatur tentang pencapaian
kesejahteraan masyarakat, yaitu:44
1. UUD dasar pasal 23 ayat (1) yang berbunyi “anggaran pendapatan dan
belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara
ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara
terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
2. UUD 1945 pasal 27 ayat (2) yang berbunyi “Tiap-tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
3. UUD 1945 pasal 28C ayat (1) yang berbunyi “Setiap orang berhak
mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan
demi kesejahteraan umat manusia”. Pasal 28D ayat (1) dan (2) yang
berbunyi (1) “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan,
dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan
hukum,(2) “Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja”.
4. UUD 1945 pasal 31 ayat (1) yang berbunyi “tiap-tiap warga negara berhak
mendapat pengajaran.

44

Majelis Permusyawaaratan Rakyat Republik Indonesia. 2012. Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun
1945 .Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI.

32
Universitas Sumatera Utara

5. UUD 1945 pasal 33 ayat 1-3 yang berbunyi (1)” Perekonomian disusun
sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan”, (2) “Cabangcabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh Negara”, (3) “Bumi, air dan kekayaan
alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan diper
gunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
6. UUD 1945 pasal 34 ayat (1) “fakir miskin dan anak-anak yang terlantar
dipelihara oleh negara.
Dengan begitu indikator dari kesejahteraan menurut UUD 1945 adalah
tercapainya segala kebutuhan masyarakat mulai dari kebutuhan hajad hidup
masyarakat, jaminan sosial, keamanan dan hak-hak yang dimiliki masyarakat serta
jaminan pendidikan yang baik.
Kesejahteraan berasal dari kata “sejahtera”.Sejahtera ini mengandung
pengertian dari bahasa sanskerta “catera” yang berarti payung. Dalam konteks ini,
kesejahteraan yang terkandung dalam arti “catera” (payung) adalah orang yang
sejahtera yaitu orang yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan,
ketakutan, atau kekhawatiran sehingga hidupnya aman tentram, baik lahir maupun
batin. Sedangkan sosial berasal dari kata “socious” yang berarti kawan, teman,
dan kerja sama. Orang yang sosial adalah orang dapat berelasi dengan orang lain
dan lingkungannya dengan baik. Jadi kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai

33
Universitas Sumatera Utara

suatu kondisi di mana orang dapat memenuhi kebutuhannya dan dapat berelasi
dengan lingkunganya secara baik.45
Banyak pengertian kesejahteraan sosial yang dirumuskan, baik oleh para
pakar pekerjaan sosial maupun PBB dan badan-badan di bawahnya, di antaranya:
1. Friedlander (1980), mengatakan kesejahteraan sosial adalah sistem yang
terorganisasi dari pelayanan-pelayanan sosial dan institusi-institusi yang
dirancang untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok guna
mencapai standar hidup dan kesehatan yang memadai dan relasi-relasi
personal dan sosial sehingga memungkinkan mereka dapat mengembangkan
kemampuan dan kesejahteraan sepenuhnya selaras dengan kebutuhankebutuhan keluarga dan masyarakatnya.
2. Perserikatan Bangsa-Bangsa, kesejahteraan sosial merupakan suatu kegiatan
yang terorganisasi dengan tujuan membantu penyesuaian timbal balik antara
individu-individu dengan lingkungan sosial mereka.
3. UU No. 6 tahun 1974 Pasal 2 Ayat 1, kesejahteraan sosial ialah suatu tata
kehidupan dan penghidupan sosial, materiil ataupun spiritual yang diliput