Analisis Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Kabupaten Aceh Singkil

DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Transkrip Wawancara
Implementasi Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Kabupaen Aceh Singkil
Nama

: Drs. Azmi

Pekerjaan

: Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Singkil

1. Bagaimana Bagaimana proses penyusunan Qonun Aceh mengenai
pengelolaan sumber daya alam yang tertuang dalam Qonun Aceh
No.21 Tahun 2002 terhadap Qonun Kabupaten Aceh Singkil No.19
Tahun 2002 serta bagaimana kaitannya ?
Jawaban :
“Mengenai Proses Penyusunan Qanun pemerintah daerah kabupaten tidak
memilki

wewenang sehingga


dalam proses penyusunannya

juga

pemerintah daerah kabupaten tidak bisa melakukan penjabaran. Yang
berwenang untuk melakukan proses penyusunan Qanun adalah pemerintah
provinsi. Hal inilah yang membedakan provinsi Aceh berbeda dengan
pemerintah daerah lainnya di Indonesia.
2. Bagaimana pemaknaan inti dari Qonun Aceh No.21 Tahun 2002
Tentang pengelolaan sumber daya alam dan Qonun Kabupaten Aceh
Aceh singkil No.19 Tahun 2002 Tentang tugas dan fungsi dinas
perkebunan ?
Jawaban :
Seharusnya pemerintah Provinsi Aceh harus mengeluarkan kebijakan yang
lebih tajam, sehingga dalam kebijakan dalam pengelolaan sumber daya
alam yang terdapat dalam Qanun Aceh nomor 21 tahun 2002 dapat lebih
dijabarkan dan lebih terperinci. Dan dalam pengelolaan kebijakan sumber
daya alam di daerah tingkat kabupaten tidak ada , karena pemerintah


158
Universitas Sumatera Utara

kabupaten tidak memiliki kewenangan kebijakan daerah sendiri tentang
pengelolaan sumber daya alam. Sehingga pemerintah kabupaten tidak
dapat membuat penjabaran secara terperinci untuk mengelola sumber daya
alam. Contohnya Pengelolaan sumber daya alam perkebunan di Aceh
Singkil merupakan kewenangan pemerintah kabupaten Aceh Singkil dan
Pemerintah Provinsi Aceh, dalam hal ini ketika melakukan kemitraan
dengan pihak perusahaan dengan luas areal 200 ha kebawah adalah
kewenangan pemerintah kabupaten Aceh Singkil, sementara luas areal
diatas 200 ha adalah kewenangan pemerintahan Provinsi Aceh. Sehingga
perlu dilakukan peninjauan kelapangan untuk memastikan tidak terjadinya
tumpang tindih dengan masyarakat, memastikan kawasan dengan melihat
peta wilayah kabupaten Aceh Singkil supaya nantinya tidak terjadinya
masalah penguasaan lahan. Maka perlu memastikan perijinan dari dalam
kabupaten sebelum mengirim perijinan diluar kabupaten. Perijinan yang
tidak mengalami masalah akan langsung diproses kemitraannya dengan
pemerintah
3. Apakah sudah terealisasikan atas amanat yang telah ditentukan dalam

Qonun Aceh tersebut terhadap kesejahteraan masyarakat Kabupaten
Aceh Singkil ?
Jawaban : Karena kebjakan dalam Qanun Aceh masih belum dijabarkan
secara terperinci tentang pengelolaan bersama, maka pemerintah daerah
sulit

untuk

menjabarkannya,

seyogyanya

pemrintah

Aceh

dapat

mempertajam lagi dengan peraturan gubernur lagi. Artinya program
pemerintah dipadu serasikan dengan program kerjasa sama dengan

perusahaan maupun masyarakat. Seharusnya pemerintah provinsi Aceh
harus memperhatikan tentang pengelolaan perkebunan sawit dengan
agenda yang berkelanjutan, dan mengeluarkan aturan yang lebih terperinci
tentang pelaksanaan Qanun provinsi Aceh nomor 21 tahun 2000, supaya
kedepannya pemerintah daerah mampu memiliki saham perkebunan sawit
didaerah Aceh Singkil. Seyogyanya pemerintah harus mengambil tindakan
ketika terjadi perpanjangan HGU perusahaan yang telah habis, dengan
catatan pemerintah mendapat jatah pengelolaan sedikitnya 25-30 %.
Sehingga ketika terjadi pengurusan ijin HGU dengan tahapan sebanyak 4

159
Universitas Sumatera Utara

kali pemerintah daerah dapat memiliki saham sampai 100% atas
perkebunan sawit. Dengan begitu pemerintah daerah akan lebih mudah
mengalokasikan pendapatan dari perkebunan sawit untuk masyarakat.
4. Bagaimana kesepakatan hasil produksi antara pihak pemerintah
kabupaten Aceh Singkil dan pemilik usaha industri perkebunan sawit
atas keberadaan industri terhadap kemajuan dan keberlangsungan
ekonomi masyarakat ?

Jawaban :
Kita sudah sepakat dari awal dengan pihak perusahaan yang membangun
pabrik dan perkebunan di daerah ini, yang pertama mereka harus bias
bekerja sama dengan petani kebun sawit kita, artiannya produksi petani
sawit kita meningkat apabila mereka menyentuh baik dalam hal SDM
petani sawit kita atau baik dalam stimulus yang lain seperti bibit, sehingg
mereka harus proaktif untuk meningkatkan produksi petani sawit kita. Jadi
bukan pemerintah semua, karena ketika produksi petani meningkat ini juga
menguntungkan mereka, karena petani juga nantinya akan menjual kepada
mereka. Maka proses ini sebenarnya saling menguntungkan, oleh karena
itu disini peren pemerintah untuk mengawalnya agar berjalan secara
maksimal. Sementara untuk pembangunan daerah kita menggunakan dana
CSR dari perusahaan untuk menyediakan fasilitas kepada masyarakat
contohnya mereka menyekolahkan dokter-dokter sehingga ketika sudah
selesai pendidikannya mereka tarik untuk mengabdi kepada masyarakat.
Akan tetapi selama ini kendalanya perusahaan tidak pernah bekerja sama
dengan pemerintah sehingga kurang kordinasi, sehingga targetan program
dari pemerintah sulit untuk dicapai.
5. Hasil dari produksi sumber daya alam khusunya sektor perkebunan
sawit berapa persenkah dialihkan kepada daerah?


160
Universitas Sumatera Utara

Jawaban : tidak ada yang dialihkan, yang ada sekarang ini bagaimana
caranya kita supaya ekspor minyak itu tidak melalui Belawan, Sumatera
Utara. Karena ketika dikirim dari belawan kita tidak mendapat pajak
ekspornya, sehingga kita mengupayakan bagaimana menyediakan fasilitas
penimbunan dan pengiriman minyak dari daerah ini. Supaya nantinya
pendapatan daerah dari pengiriman tersebut akan meningkat. Makanya kita
akan meminta kepada gubernur Aceh untuk menyediakan fasilitas itu,
karena kita akan bisa mendapat 10% dari setiap satu kilo ekspor sawit itu.
Kedepannya ini dapat meningkatkan pendapatan Provinsi Aceh dan
kabupaten Aceh Singkil.
6. Berapa persenkah pajak yang dikenakan

oleh pemerintah daerah

terhadap perusahaan industri perkebunan sawit swasta?
Jawaban : Tidak ada dikenakan pajak oleh pemrintah daerah karena itu

tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang ada hanya
retribusi daerah dari penggunaan lahan. Paling pajak PB yang diterima
oleh pemerintah daerah.
7. Bentuk pengalokasian keseluruhan dana yang dihasilkan baik dari hasil
produksi maupun pajak perkebunan sawit dialokasikan dalam bentuk
apa, serta bagaimana dampaknya terhadap kesejahteraan sosial
masyarakat?
Jawaban :
Tidak ada pajak, karena pajak dari penggunaan lahan dan pajak daerah itu
dikirim ke pusat. Yang ada yaitu dana bagi hasil, sehingga ketika itu sudah
dibagikan ke daerah maka akan didistribusikan kembali oleh pemerintah
daerah dalam bentuk pembangunan sperti jalan, pembangunan sekolah,
jembatan. Seperti kita lihat jalan jalur Gua itu.

161
Universitas Sumatera Utara

Nama

: Abdul Haris, SP, MM.


Pekerjaan

: Kepala dinas perkebunan kabupaten Aceh Singkil

1. Menurut bapak seperti apa kondisi perkebunan sawit di Kabupaten Aceh
Singkil,

serta

bagaimana

pengaruhnya

terhadap

kesejahteraan

masyarakatnya ?
Jawaban :

Pengolahan perkebunan sawit sudah semakin membaik, artinya masyarakat
sudah lebih baik dalam hal penanaman, kualitasnya juga sudah unggul.
Dulunya masyarakat masih belum efektif dalam mengelola perkebunan sawit,
ketika ada lahan asal tanam sehingga hasilnyapun tidak memuaskan
dikemudian harinya. Ini berimbas pada pendapatan masyarakat yang tidak
meningkat secara signifikan.
2. Bagaimana proses penyusunan kebijakan yang tertuang didalam Qonun
daerah Kabupaten Aceh Singkil ?
Jawaban :
Qanun kabupaten Aceh Singkil no.19 tahun 2002 merupakan kebijakan yang
diamanahkan untuk merealisasikan Qanun provinsi Aceh tentang pengelolaan
sumber daya alam. Hal ini dikarenakan kebijakan pengelolaan sumber daya
alam berdasarkan Qanun Aceh masih sangat umum , maka harus dijabarkan
lagi secara terperinci dalam kebijakan turunan di daerah yang langsung
mengkaji strategi

pengimplementasiannya terhadap Qanun provinsi Aceh

khususnya tentang tugas dan fungsi dinas yang terkait dengan itu. Sehingga
nantinya dapat di sinergis kan kedua kebijakan tersebut

3. Bagaimana implementasi dari kebijakan yang tertuang didalam Qonun
daerah No.19 Tahun 2002 Tentang tugas dan fungsi dinas perkebunan ?
Jawaban :

162
Universitas Sumatera Utara

Implementasi dari Qanun kabupaten Aceh Singkil nomor 19 tahun 2002 sudah
berjalan dengan baik, karena pemerintah terus bergerak untuk melayani
masyarakat dalam pengelolaan perkebunan sawit contohnya membentuk
kelompok tani, pemberian bantuan bibit, penyuluhan, dan sosialisasi terkait
pengelolaan perkebunan sawit. Dan kita menempatkan anggota-anggota dari
dinas perkebunan untuk memberikan bimbingan kepada masyarakat akan
tetapi tetap disesuaikan dengan anggaran yang ada.
4. Bagaimana

strategi

yang


dilakukan

dinas

perkebunan

dalam

merealisasikan Qonun daerah Kabupaten Aceh Singkil tersebut ?
Jawaban :
Kita mengajak masyarakat untuk diberi bimbingan untuk pengelolaan
perkebunan sawit, contohnya ketika ada masyarakat yang sudah lama
menanam sawit akan tetapi hasilnya tidak sesuai dengan luas lahannya, maka
kita ajak mereka untuk meremajakan kembali. Sementara untuk tanah yang
kosong kita sosialisasikan untuk berkebun sawit ini. Dalam hal ini kita
melakukan sosialisasi yang luas ke masyarakat. Karena secara langsung
masyarakat juga sudah melihat bagaimana petani sawit sudah menikmati hasil
dari produksi sawit tersebut, jadi kita tidak sulit lagi mengajak masyarakat,
5. Apakah pengelolaan perkebunan sawit berdampak pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat?
Jawaban :
Oh jelas, terutama dari segi ekonomi. Terlihat ekonomi masyarakat
mengalami peningkatan ekonomi secara signifikan sehingga masyarakat sudah
mampu untuk memenuhi kebutuhan pokok dan menyekolahkan anak. Soalnya

163
Universitas Sumatera Utara

dengan luas lahan 1-2 hektar panen nya 2 kali sebulan. Dengan menanam
sawit , masyarakat tidak setiap hari mengelola sawit. Sehingga mereka masih
bisa mencari pekerjaan lain diluar itu, sehingga mereka bisa mendapatkan
penghasilan tambahan. Sehingga dampaknya masyarakat sudah mampu
mengakses pendidikan untuk anaknya, biaya

berobat. Kalo terkait

pembangunan daerah atau sarana dan prasarana yang menunjang peningkatan
kesejahteraan masyarakat itu wewenang pemerintah daerah.
Daftar Pertanyaan Kepada Kepala Desa
1. Menurut bapak seperti apa kondisi perkebunan sawit di Kabupaten Aceh
Singkil ?
2. Apa yang dilakukan seorang kepala desa dalam mengimplementasikan
aspirasi masyarakat desa ?
3. Bentuk dukungan apa yang dilakukan pemerintah daerah dalam
pengembangan dan pelestarian perkebunan sawit masyarakat?
4. Apakah pemerintah mendistribusikan hasil produksi perkebunan sawit
terhadap kesejahteraan masyarakat desa ?
5. Apakah Pemerintah memberdayakan masyarakat didalam perlindungan dan
pelestarian perkebunan sawit di kabupaten Aceh Singkil, serta apa
dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat?
Jawaban :
Nama

: Sutardi

Pekerjaan

: Kepala Desa Blok 7 Kecamatan Simpang Kanan

164
Universitas Sumatera Utara

1. Menurut saya kondisi perkebunan sawit di Aceh Singkil khususnya didesa
blok 7 ya biasa, biasanya menghasilkan. Tapi itu untuk yang bermodal
saja, kalo tidak ada modal apa yang mau di pupukkan. Pengelolaan
perkebunan sawit memang memberikan dampak terhadap pendapatan
masyarakat , tapi bagi yang memiliki lahan perkebunan sawit yang paling
diuntungkan. Bagi masyarakat yang tidak memiliki lahan hanya sebatas
jadi pekerja seperti memanen, merawat, dan menjaga. Pendapatannya jelas
sangat berbeda kalau masyarakat dengan pemilik lahan. Kalau pendapatan
masyarakat dari kerja bagi pengusaha sawit antara 50 rb- 100 rb/hari, akan
tetapi belum tentu kerja setiap hari
2. Yang jelas kita tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang tadi baik,
perbuatan yang baik-baik ajalah kita buat. Kalo untuk menampung aspirasi
kita buat rapat di balai desa untuk membahas tentang kondisi dan
pengelolaan perkebunan sawit.
3. Tidak ada, yang jelas gak ada mereka turun kelapangan baik melakukan
sosialisasi dan penyuluhan.
4. Tidak ada, untuk dirinya sendiri la mungkin. Karena hasil dari produksi
sawit tidak ada imbasnya pada pembangunan fasilitas di desa. Pemerintah
juga tidak pernah turun untuk melakukan tugasnya dalam membimbing
masyarat, dan juga sangat minim bantuan kepada masyarakat desa.
Jikapun ada itu harus membuat proposal, itupun masing-masing individu.

165
Universitas Sumatera Utara

5. Khususnya di desa ini tidak ada, sekarang kan prinsip orang SMS (senang
melihat orang susah, susah melihat orang senang) artinya tidak ada
pemantauan dari pemerintah saat ini dalam menjalankan programnya
tentang pengelolaan perkebunan sawit.
Nama

: Tata Angkat

Pekerjaan

: Kepala Desa Singkohor Kecamatan Singkohor

1. Biasa saja. Kalo dari pengelolaannya terdapat dampak positif dan negatif.
Dampak positif yaitu masyarakat yang memiliki lahan perkebunan sawit
bisa menabung, karena masa panennya 2 kali sebulan. Sehingga hasil yang
didapatkan bisa seperti gaji PNS yang berdampak pada terpenuhinya
kebutuhan pokok masyarakat. Sedangkan dampak negatifnya kekurangan
air, karena sawit komoditas yang kuat menyerap air.
2. Pemerintah desa berperan memberikan akses dan sarana-prasarana yang
menunjang produksi masyarakat yang berasal dari dana desa. Sehingga ini
akan membantu masyarakat ketika memasarkan sawitnya.
3. Dukungan turun ketika proposal diajukan, maka pemerintah memberikan
bantuan seperti bibit dan pupuk, untuk sosialisasi dan penyuluhan terkait
pengelolaan perkebunan sawit dari dinas perkebunan tidak ada. Terkadang
yang memberikan penyuluhan dan bimbingan adalah perusahaan, karna
perusahaan tanggap terhadap produksi sawit.

166
Universitas Sumatera Utara

4. Tidak ada, karena tidak ada dana hasil produski sawit daerah dialokasikan
untuk pembangunan desa baik fasilitas umum,seperti infrastruktur
kesehatan ,pendidikan, jalan.
5. Tidak

dilibatkan,

malah

terkadang

pihak

perkebunan

yang

memberdayakan masyarakat dalam pengembangan dan pelestarian
perkebunan sawit nya. Hal ini dilatar belakangi oleh pihak perusahaan
membeli sawit masyarakat, sehinga perusahaan menginginkan sawit yang
dijual masyarakat ke perusahaan mengandung minyak yang banyak dan
berkualitas.
Nama

: Arwis, Amd

Pekerjaan

: Kepala Desa Kampung Baru Kecamatan Singkil Utara

1. Biasa, namum pihak perkebunan terkadang mau membantu masyarakat
ketika ada bencana, bantuan seperti mesjid ada tapi ala kadarnya.
2. Untuk saat ini memberikan bantuan kepada masyarakat dalam
megajukan proposal ke pemerintah daerah agar cepat diproses.
3. Bentuk dukungan yang dilakukan pemerintah hanya sebatas pemberian
bibit kepada masyarakat tanpa ada pemberian arahan dan penyuluhan
tentang pengelolaan perkebunan sawit dalam rangka pengembangan
dan pelestariannya.
4. Sangat minim, karena pemda jarang mendistribusikan dana bantuan
kedesa ini baik dari segi bantuan fasilitas umum, sarana pendidikan,

167
Universitas Sumatera Utara

kesehatan dsb. Kemaren memang ada pembangunan SMP namun
pembangunannya belum rampung.
5. Oh, tidak ada pemberdayaan masyarakat dalam mengembangkan dan
melestarikan perkebunan sawit sehingga tidak ada dampaknya
terhadap kesejahteraan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya.
Daftar Pertanyaan Kepada Perusahaan :
1. Bagaimana tanggapan bapak mengenai Qonun daerah Kabupaten Aceh
Singkil No19 Tahun 2002 Tentang tugas dan fungsi dinas perkebunan?
Apakah sudah berjalan sesuai dengan kenyataan sekarang ?
2. Bentuk dukungan apa yang telah dilakukan pemerintah dalam
pengembangan dan pelestarian perkebunan sawit masyarakat ?
3. Usaha perkebunan sawit bapak, apakah di kenakan pajak ?berapa
persenkah pajak yang ditetapkan dan apakah pajak dari perkebunan
sawit masyarakat di sesuaikan dengan harga sawit/kilonya ?
4. Apakah pemerintah daerah berpengaruh dalam menentukan dan
menetapkan harga sawit ?
5. Bagaimana bentuk kerja sama yang dilakukan pemerintah dan
pengusaha sawit untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat?
Jawaban :
Nama

: Erikson Ginting, SP

Pekerjaan

: ADM PT.Socfindo

1. Yang membuat Qanun itu kan pemerintahan daerah, akan tetapi kami
sebagai pihak perusahaan kami sudah menjalankan sesuai dengan isi

168
Universitas Sumatera Utara

Qanun tersebut. Kalau pemerintah yang tidak menjalankan kami tidak
tahu, bisa di cek nanti ke pemrintah daerah.
2. Qanun kabupaten Aceh Singkil nomor 19 tahun 2002 sudah berjalan
dengan baik dengan adanya dukungan yang dilakukan oleh pemerintah
Aceh Singkil dalam pengembangan dan pelestarian kelapa sawit
melalui pelayanan perijinan akses lahan, perpanjangan Hak Guna
Usaha (HGU), pembayarang pajak bumi bangunan, pajak kendaraan,
redistribusi daerah. serta dukungan moril dalam pengembangan usaha
perkebunan sawit di Aceh Singkil.
3. Kalau pajak sudah pasti, yang pertama pajak dari perpanjangan HGU
ke pemerintah pusat, yang kedua pajak retribusi seperti pajak
kendaraan ke pemerintah daerah, kemudian pajak perijinan, pajak lain
lain yaitu pajak pendapatan pekerja dan perusahaan yang dibayarkan
ketika ada pembayaran uang. Dalam hal ini PT.Socfindo adalah salah
satu perusahaan yang taat pajak. Kalau mengenai berapa persen
pajaknya kami tidak bisa memberitahukan karena tidak bisa
sembarangan dipublikasikan, kalo pajak pendapatan itu dihitung
apabila pendapatan diatas 36 juta maka akan dikenakan pajak. Info
lebih validnya bisa ditanyakan ke lembaga yang terakit tentang pajak.
4. Tidak bisa karena harga sawit ditentukan oleh kondisi pasar nasional
maupun internasional.

169
Universitas Sumatera Utara

5. Kalau kerja sama dengan pemerintah tidak ada, akan tetapi dengan
masyarakat ada. Kerja sama itu dilakukan dengan pengalokasian dana
CSR, kemudian kita juga banyak memberikan bimbingan kepada
masyarakat tentang pengelolaan perkebunan sawit, mereka juga
banyak mencontoh. Kita juga tahun lalu memberikan ternak kambing
kepada masyarakat miskin, dan juga beasiswa kepada anak yang
berprestasi (anak pekerja di perusahaan). Ada juga kita membangun
rumah ibadah, posyandu, mengadakan sunat missal, membangun klinik
disekitar lahan HGU, diluarnya tidak ada.
Nama

: Hadi Sukoco, Amd

Pekerjaan

: CDO/Humas PT.Lembah Bhakti/Astra

1. Kondisi perkebunan sawit saat ini naik turun, tergantung dengan harga
CPO, jadi belum bisa dikatakan stabil. Tahun 2015 harga CPO jatuh
khususnya di Quartal ke-4.

Sementara untuk pelaksanaan Qanun

kabupaten Aceh Singkil tentang tugas dan fungsi dinas perkebunan
sudah dijalankan, pihak dari dinas perkebunan langsung turun untuk
mengecek areal perkebunan, melakukan penyuluhan bersama dengan
masyarakat, melakukan monitoring ke perusaahaan baik produksi
maupun pengelolaan.
2. Dukungan pemerintah kan berbicara mengenai regulasi artinya
dukungan yang diberikan pemerintah adalah perijinan dan memastikan
kekondusifan investasi, karena kan perusahaan prinsipnya profit

170
Universitas Sumatera Utara

oriented, jadi ketika pemerintah dapat memastikan iklim usaha
kondusif maka investor pasti akan banyak yang menanamkan
sahamnya begitu juga sebaliknya.
3. Pajaknya ada, tapi secara detail tidak dapat disebutkan, pajak ini kan
banyak, contoh salah satunya adalah pajak penghasilan (Pph), tetapi
kan pajak itu banyak jenisnya. Dapat perusahaan selalu membayarkan
pajak yang merupakan kewajibannya.
4. Pemerintah dapat menetapkan harga secara umum sesuai dengan acuan
yang sudah ditentukan per bulannya. Sehingga perusahaan mengacu
pada harga yang ditetapkan oleh pemerintah, akan tetapi jangan sampai
menetapkan harga dibawah harga yang ditentukan oleh pemerintah.
5. kontribusi pengelolan perkebunan sawit oleh perusahaan kami yaitu
dengan menyediakan dana CSR, dari perusahaan PT Lembah Bhakti
menyediakan dana sebesar 2 M/tahun, dana tersebut digunakan untuk
membangun posyandu, sekolah(tingkat sd), pemberdayaan ibu-ibu
dengan bercocok tanam buah naga, hal ini dijalankann awal tahun
2016. perusahaan juga melakukan pelatihan petani sawit. Akan tetapi
hal ini baru dijalankan. Pelaksanaan kegiatan memakai dana CSR
tahunan. Untuk pembangunan infrastruktur tidak ada, akan tetapi jika
ada jalan rusak kita bantu alat berat.
Daftar Pertanyaan Wawancara Kepada Tokoh Masyarakat :

171
Universitas Sumatera Utara

1. Menurut bapak seperti apa kondisi perkebunan sawit di kabupaten
Aceh Singkil ?
2. Bentuk

dukungan

apa

yang

diberikan

pemerintah

terhadap

keberlangsungan perkebunan sawit masyarakat?
3. Kabupaten Aceh Singkil adalah daerah yang banyak memproduksi dari
hasil perkebunan sawit, apakah ada dampaknya terhadap kesejahteraan
masyarakat ?
4. Bagaimana tanggapan bapak mengenai Qonun daerah Kabupaten Aceh
Singkil Nomor 19 Tahun 2002 Tentang tugas dan fungsi dinas
perkebunan? Apakah sudah berjalan sesuai dengan kenyataan sekarang
?
Jawaban :
Nama

: Bahtiar Hasugian, S,ag, MM

Pekerjaan

: Dosen/Guru/Tokoh Masyarakat

1. Kondisinya

biasa

saja,

pengelolaan

perkebunan

sawit

tetap

menghasilkan. Akan tetapi memang dalam pengelolaannya masih
belum seimbang antara masyarakat dengan perusahaan. Artinya dari
segi luas lahan, kualitas pengolahan dan fasilitas produksi pengusaha
masih lebih baik dibandingkan masyarakat. Sehingga dari segi
produktifitas juga perusahaan yang unggul.
2. Saya melihat sejauh ini sangat minim dukungan dari pemerintah baik
dalam memberikan bimbingan maupun fasilitas pendukung untuk
meningkatkan produksi masyarakat. Maka tak heran kita melihat
sangat rendah pemahaman masyarakat dalam pengolahan sawit ini.

172
Universitas Sumatera Utara

Seharusnya

pemerintah

harus

merealisasikan

hal

ini

kepada

masyarakat, jangan sampai Aceh Singkil terkenal dengan produksi
sawitnya yang besar akan tetapi kehidupan petani sawitnya tidak
sejahtera.
3. Pengelolaan perkebunan sawit di Aceh Singkil saat ini belum mampu
memberikan pemerataan kesejahteraan sosial bagi masyarakat, karena
pemerintah belum sepenuhnya mampu mengalokasikan dana hasil
perkebunan sawit yang masuk dalam APBD kepada masyarakat.
Ditambah lagi dalam pengelolaan perkebunan masyarakat masih jauh
tertinggal dibandingka perusahaan, sehinga pendapatan masyarakat
juga masih belum bisa meningkat secara signifikan. Parahnya bagi
yang tidak memiliki lahan perkebunan sawit, tidak diarahkan oleh
pemerintah untuk diberdayakan, contohnya dana CSR perusahaan
selama ini tidak pernah jelas kemana alokasinya dan apa kegiatan yang
dilakukan. Begitu juga dengan upaya peningkatan kesejahteraan dalam
bentuk bantuan kepada masyarakat miskin. Kita lihat saja banyak
sekali rumah tidak layak huni, tingkat kesehatan masyarakat masih
rendah, begitu juga dengan tingkat pendidikannya. Makanya tenaga
kerja dengan pendidikan yang sangat rendah masih sangat banyak di
Aceh Singkil. Sehingga ketika kualitasnya rendah maka upahnya juga
akan rendah, seharusnya ini bisa menjadi agenda yang harus
dipertimbangkan oleh pemerintah.

173
Universitas Sumatera Utara

4. Seperti pendapat saya sebelumnya ,melihat kehidupan masyarakat
yang tingkat kesejahteraannya masih rendah ditambah lagi pemahaman
dalam pengelolaan sawit masih minim, ini membuktikan kinerja
pemerintah perlu di evaluasi lagi. Supaya kedepannya tujuan dari
Qonun kabupaten Aceh Singkil nomor 19 tahun 2002 dapat dengan
nyata direalisasikan. Karena antara kinerja dengan hasilnya dilapangan
itu dilihat dari sasaran kebijakan itu sendiri. Artinya ketika Qanun itu
dijalankan dengan baik maka hasilnya juga akan baik, begitu juga
sebaliknya.
Nama

: Dulmusrid

Pekerjaaan

: Pengusaha/Tokoh Masyarakat

1. Sudah mulai membaik, kalo dilihat dari sudut pandang sawitnya, tapi
dari segi produksi belum bisa dipastikan. Kenapa bisa seperti itu,
karena baik-buruknya produksi dari sawit dilihat dari bagaimana cara
perawatannya, apakah baik atau buruk. Karena hal tersebut saling
berhubungan dalam mencapai hasil produksinya.
2. Bentuk dukungan yang diberikan oleh pemerintah adalah dengan
memberikan bantuan bibit, pupuk, egrek, kereta sorong/angkong
sebagai fasilitas yang mendorong pengembangan dan pelestarian
perkebunan sawit masyarakat. Tetapi bantuan ini diberikn bagi ang
membutuhkan saja, tidak semua bisa dapat.

174
Universitas Sumatera Utara

3. Dampak pengelolaan perkebunan sawit terhadap masyarakat dalam
bentuk infrastruktur masih sangat kurang diperhatikan pemerintah,
seperti di Desa saya blok 7 masih sangat minim, bahkan tidak
tersentuh oleh pembangunan. Sedangkan untuk fungsi dan tugas
pemerintah melalui dinas perkebun pernah dilakukan melalui
pemberian bibit, egrek, pestisida palawija sementara sosialisasi dan
penyuluhan jarang dilakukan, dan jika pun ada agenda nya tidak
merata.
4. Sesuai dengan kata saya yang diawal tadi, bahwasanya pelaksanaan
Qanun nomor 19 tahiun 2002 tentang tugas dan fungsi dinas
perkebunan, sudah ada berjalan akan tetapi belum maksimal. Masih
banyak persoalan-persoalan tentang pengembangan dan pelestarian
perkebunan sawit masyarakat yang belum bisa diselesaikan, contohnya
masyarakat masih belum paham sepenuhnya untuk meningkatkan
produksi sawitnya, begitu juga dalam perawatannya. Hal ini
disebabkan kurangnya kinerja dalam aspek sosialisasi dan penyuluhan
dari pemerintah.

175
Universitas Sumatera Utara

QANUNPROVINSINANGGROEACEHDARUSSALAM
NOMOR 2.1 TAHUN 2002
TENTANG
IIENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

Menimbang : a. bahwa Sumber Daya Alam Merupakan Anugerah Allah Yang Maha
Kuasa dan mempunyai kedudukan serta peranan penting bagi
kehidupan, oleh sebab itu perlu dikelola dan dimanfaatkan secara adil
dan berkelanjutan;
b. bahwa Sumber Daya Alam sebagai komponen lingkungan hidup perlu
dijaga kelestariannya fungsinya sehingga tetap mampu menunjang
pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan;
c. bahwa pemanfaatan Sumber Daya Alam perlu dilakukan secara
bijaksana dengan memp erh itungkan ke butuh an gene rasi ma sa kin
i dan masa pendatang;
d, bahwa Peraturan Perundang-undangan yang mengatur tentang
Pengelolaan Sumber Daya Alam yang sudah ada, perlu disesuaikan
dengan jiwa dan semangat Otonomi Khusus yang berlaku di Provinsi
Nanggroe . Aceh Darussalam;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf
a, b, c, dan d perlu ditetapkan Qanun Pengelolaan Sumber Daya Alam.
Mengingat :1 . Undang - undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah
Otonom Propinsi Aceh dan Perubahan Peraturan Pembentukan
Propinsi Sumatera Utara (Lembaran 'Negara Republik Indonesia Tahun
1956' Nomor 64; Tambahan Lembaran Negara Nomor 1103);
2.Undang-undangNomor5Tahun1960tentangPera
t u r a n D a s a r Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 2043);

Universitas Sumatera Utara
176

3. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok-pokok
Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967
Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2831);

4. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang Pertambangan Minyak
dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1971
Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2971);
5. U n d a n g - u n d a n g N o m o r 1 0 T a h u n 1 9 7 4 t e n t a n g P e r
u b a h a n A t a s Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1974 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3045);
6. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3186);
7. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3274);
8. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 46, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3639);
9. Undang -undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3419);
10. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501);
1 1 . U n da ng - u n da ng No m or 6 T a hu n 1 99 6 t en ta ng P era iran I
nd on e sia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor
73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3647);

1 2 . Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia' . Tahun
1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3538);
1 3 . Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

Universitas Sumatera Utara
177

14. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran
Negara Republik- Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3888);
15 Undang-undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang
Penyelenggara
Keistimewaan
Propinsi Daerah Istimewa
Aceh (Lembaran
Negara Republik I n d o n e s i a T a b u n
1999Nomor172,TambahanLembaranNegara
Nomor 3893);
1 6 . Undang -undang Nomor I8 Tahun 2001 tentang otonomi khusus Bagi
PropinsiDaerahIstime waAcehSebagaiProvins
i N a n g g r o e A c e h Darussalam (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4134);
1 7 . Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan
Ketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1969 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 2916);
I8. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata
Ruang Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3721;
19. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3838);
2 0 . P er a tu r a n Pe me r int a h N o m o r 25 T a h u n 20 00 t e n ta ng
K ewe na n g an Pemerintah Pusat dan Propinsi Sebagai Daerah
Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor
54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
21 Peraturan
Pemerintah
Nomor 54 Tahun 2000 tentang
Lembaga
Penyedia J a s a P e l a y a n a n P e n y e l e s a i a n
S e n g k e t a L i n g k u n g a n H i d u p D i L u a r Pengadilan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 113,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3982);
22. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1985,.Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3294);

Universitas Sumatera Utara
178

Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH
DARUSSALAM
MEMUTUSKAN :
menetapkan : QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TENTANG
PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM.
BAB

I

KETENTUAN UMUM
Bagian

pertama

Pengertian
Pasal 1

Dalam Qanun ini yang dimaksud dengan :
1.

Propinsi adalah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

2.

Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah Perangkat Negara adalah
Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri alas Presiden beserta para Menteri,

3. Pemerintah Provinsi adalah gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam beserta
perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam.
4. Gubernur adalah Gubernur Provinsi Nanggroe: Aceh Darussalam.
5. Kabupaten/Kota atau Sagoe/Banda dan atau nama lain adalah, Daerah Otonom dalam
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, yang dipimpin oleh Bupati/Wali Sagoe atau
Hama lain.
6. Sumberdaya Alam adalah komponen lingkungan hidup, baik hayati maupun non hayati.
Sumber Daya Alam hayati adalah Sumber Daya Alam yang terdiri dari flora dan
fauna.
8. Sumber Daya Alam non hayati adalah Sumber Daya Alam yang meliputi air, tanah,
udara, bahan galian dan formasi geologi.
9. Pengelolaan Sumber Daya Alam adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
Sumber Daya Alam yang meliputi kebijaksanaan penataan, Pengembangan,
pemeliharaan, Pemulihan, pengawasan, dan pengendalian pemanfaatan Sumber
Daya Alam.
10 Orang adalah orang berorang, dan/atau kelompok orang, dan/atau badan hukum,
7.

11. Masyarakat adalah kelompok orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah tertentu.

Universitas Sumatera Utara
179

12.

Masyarakat adat adalah sekelompok orang yang tinggal dalam kawasan tertentu
secara turun-temurun berdasarkan kesamaan tempat tinggal dan atau hubungan
darah yang memiliki wilayah adat dan pranata-pranata adat tersendiri.

13. Masyarakat setempat adalah sekelompok orang yang tinggal di dan sekitar
kawasan yang berdasarkan pada kesamaan wilayah tempat tinggal. Usaha adalah
kegiatan milik perorangan atau sekelompok orang berbentuk dan/atau tidak
berbentuk badan hukum.
15.

Plasma nutfah adalah substansi yang terdapat dalam sekelompok makhluk hidup
dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan
dikembangkan atau direkayasa untuk menciptakan jenis unggul atau kualtivar baru,
Bagian Kedua
Asas,Tujuan dan Sasaran
Pasal 2

Pengelolaan Sumber Daya Alam berdasarkan atas kemanfaatan, keadilan, keefisienan,
kelestarian, kerakyatan, kebersamaan, keterbukaan dan keterpaduan.
Pasal 3
Pengelolaan Sumber Daya Alam bertujuan untuk menjamin kelestarian fungsi Sumber
Daya Alam dan keseimbangan lingkungan sehingga dapat mendukung upaya
pembangunan yang berkelanjutan guna peningkatan kesejahteraan Masyarakat.
Pasal 4
Sasaran pengelolaan Sumber Daya Alam diarahkan pada :
a. tercapainya keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara manusia dan alam;
b. terjaminnya fungsi sumber daya alam bagi kepentingan generasi sekarang dan
generasi mendatang;
c. terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam;
d. terarahnya kebijakan dalam pengelolaan sumber daya alam.

Universitas Sumatera Utara
180

BAB 11
KEWENANGAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
Pasal 5
Pemerintah Provinsi berwenang mengelola Sumber Daya Alam di Provinsi yang menjadi
Kewenangannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan juga
mengelola Sumber Daya Alam yang dilimpahkan menjadi tugas perbantuan
Pasal 6
(1) Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pemerintah
Provinsi berwenang untuk :
a. mengatur dan mengembangkan kebijakan dalam rangka pengelolaan sumberdaya
alam;
b. mengatur pengendalian, peruntukan dan penggunaan sumberdaya alam;
c. mengendalikan kegiatan-kegiatan yang mempunyai dampak dalam pemanfaatan
sumberdaya alam;
d. mengembangkan pendanaan bagi upaya pelestarian sumberdaya alam dan fungsi
lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Pengelolaan Sumber Daya Alam sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang
pemanfaatan secara sektoral akan diatur dengan Qanun tersendiri.
Pasal 7
Pengelolaan Sumber Daya Alam wajib dilakukan secara terpadu sebagai suatu sistem
ekologi
Pasal 8
(1) Pengelolaan Sumber Daya Alam dilakukan secara terpadu oleh instansi Pemerintah
Provinsi sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawabnya masing-masing serta
pelaku pembangunan lainnya.
(2) Keterpaduan dalam pengelolaan Sumber Daya Alam sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dikoordinasikan oleh lembaga atau badan yang bertanggungjawab dalam
pengendalian lingkungan hidup.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengaturan dan koordinasi pengelolaan Sumber
Daya Alam diatur dengan Keputusan Gubernur dengan mempertimbangkan masukan
dari Kabupaten/Kota dan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara
181

BAB

III

PERSYARATAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA Al AM B a g i a
nPertama
Prinsip-prinsip Pengelolaan
Pasal 9
Pengelolaan di Provinsi merupakan tanggungjawab Pemerintah, Pemerintah Provinsi
Pemerintah Kabupaten/Kota dan masyarakat.
Pasal 10
(1) Sumber Daya Alam merupakan unsur lingkungan hidup yang harus dikelola secara
arif dan bijaksana sehingga mampu mendukung dan menjamin kelangsungan
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
(2) Pengelolaan Sumber Daya Alam harus dilaksanakan secara seimbang dan selaras
antara upaya pemanfaatan dan upaya pelestariannya.
Pasal 11
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
mutu kehidupan manusia harus dilaksanakan dengan memperhatikan daya dukung untuk
menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas keanekaragaman dan nilainya
Pasal 12
Pengelolaan Sumber Daya Alam yang tidak dapat diperbaharui (non renewable) harus
dilakukan secara effisien sehingga dapat memungkinkan ketersediaannya dan upaya
pemanfaatannya berlangsung dalam waktu relatif lama.
Pasal 13
Pengelolaan Sumber Daya Alam yang dapat dipulihkan (renewable) harus dilakukan
secara hati-hati dan bijaksana sesuai dengan potensi dan daya dukungnya dengan tetap
menjaga kondisi ekosistem dan lingkungannya yang layak sehingga memungkinkan
Sumber Daya Alam tersebut memperbaharui dirinya.

Pasal 14
Pengelolaan Sumber Daya Alam yang terdapat pada suatu kawasan lindung dilarang, bila
mengganggu fungsi lindung.

Universitas Sumatera Utara
182

Pasal 15
( 1 ) Pengelolaan Sumber Daya Alam pada suatu kawasan harus dilaksanakan d e n g a n
m e n g a ku i d a n m e l i n d u n g i h a k - h a k m a s ya r a k a t a d a t a t a u
masyarakat setempat serta mengakui hukum-hukum adat yang berlaku pada
kawasan tersebut,
( 2 ) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengakuan dan perlindungan terhadap hak- hak dan
hukum adat setempat dapat ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur.
Bagian

kedua

Perizinan
Pasal 16
(1) Setiap orang dalam lapisan masyarakat mempunyai hak yang sama atas
pemanfaatan Sumber Daya Alam.
(2) Setiap usaha dan/atau kegiatan pemanfaatan Sumber Daya Alam wajib memperoleh
izin dari pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
(3) Pemberian izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) di atas, bagi Setiap usaha
dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar
dan penting te rha da p lin g ku n ga n
wa jib m ela ku ka n
Ana lisis
Men ge n a i Da mp a k Lingkungan sesuai
dengan peraturan
perundangundangan yang berlaku.
Pasal 17
( 1 ) Dalam menerbitkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan wajib diperhatikan :
a.

rencana tata ruang;

b.

pendapat masyarakat; dan

c.

pertimbangan dan rekomendasi pejabat yang berwenang yang berkaitan dengan
usaha dan/atau kegiatan tersebut.
(2) Keputusan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan wajib diumumkan kepada
masyarakat.
(3) Tata cara penerbitan izin untuk setiap sektor/jenis sumberdaya alam diatur lebih
lanjut dengan Keputusan Gubernur.

BAB

IV

PE-RL114DUNGAN SUMBER DAYA ALAM
Pasal 18
(1) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan pencemaran
dan perusakan terhadap sumberdaya alam dan lingkungannya serta kegiatan yang
dapat mengancam kelestariannya.

Universitas Sumatera Utara
183

(2) Pemerintah Provinsi dapat menetapkan kawasan lindung dan/atau suaka alam untuk
menjaga kelestarian sumberdaya alam dan mempertahankan keanekaragaman
hayati serta kelestarian plasma nutfah.
(3) Pengelolaan terhadap daerah kawasan lindung dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
B A B

V

PENGAWASAN
Pasal 19
(1) Gubernur melakukan pengawasan terhadap penaatan penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan atas ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundangundangan di bidang pengelolaan sumberdaya alam.
(2) Untuk melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Gubernur
dapat menetapkan pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan,
Pasal 20
(1) Untuk melaksanakan tugasnya, pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19,
berwenang melakukan pemantauan, meminta keterangan, membuat salinan dari
dokumen dan/atau membuat catatan yang diperlukan, memasuki tempat tertentu
untuk mengambil contoh, memeriksa peralatan, memeriksa instalasi, serta meminta
keterangan dari pihak yang bertanggungjawab atas usaha dan/atau kegiatannya.
(2) Penanggungjawab atas usaha dan/atau kegiatan yang dimintai keterangan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memenuhi permintaan petugas
pengawas sesuai dengan ketentuan peraturan-peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(3) Pengawasan
dimaksud dalam ayat (1) dapat melibatkan Masyarakat.
(4) Setiap pengawas wajib memperlihatkan surat tugas dan/atau tanda pengenal serta
wajib memperhatikan situasi dan kondisi tempat pengawasan tersebut.
BAB

VI

PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 21
(1) Masyarakat dapat melakukan kegiatan pengelolaan Sumber Daya Alam secara adil,
demokratis dan berkelanjutan sesuai dengan kearifan tradisional.
(2) Pemerintah Provinsi kewajiban mend3rong peran serta masyarakat dalam
ke g ia t a n p e n g e lo la a n S u m b e r Da ya A la m se b a g a i b a g i a n d a r i
penyelenggaraan negara yang baik.
(3) Dalam melakukan kegiatan pengelolaan Sumber Daya Alam, masyarakat dapat
secara langsung bekerjasama dengan pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah
Kabupaten/Kota dan/atau pihak lain.
Pasal 22
Masyarakat di sekitar lokasi Sumber Daya Alam memiliki prioritas utama untuk berperan
seluas-luasnya dalam pengelolaan Sumber Daya Alam.

Universitas Sumatera Utara
184

Pasal 23
(1) Setiap kegiatan dilakukan oleh pemerintah dan dunia usaha yang berkaitan dengan
pengelolaan sumberdaya alam yang berdampak terhadap lingkungan hidup wajib
dipertanggungjawaban kepada publik.
(2) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Gubernur.
Pasal 24
(1) Masyarakat dapat meminta keterangan dan penjelasan dari pihak-pihak yang
melakukan kegiatan pengelolaan Sumber Daya Alam di daerahnya tentang hal-hal
yang termasuk informasi publik.
(2) Permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan secara lisan atau
tertulis yang ditembuskan kepada Pemerintah.
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang hal-hal sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan
dalam Keputusan Gubernur.
Pasal 25
(1) Sebelum kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan Sumber Daya Alam
dilaksanakan di suatu daerah, pihak pelaksana wajib mensosialisasikan maksudnya
kepada masyarakat adat dan/atau masyarakat setempat guna mendapatkan
masukan sebagai bahan pengambilan Keputusan baik bagi pelaksana maupun bagi
pejabat yang berwenang.
(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) untuk menjelaskan kerugian
yang akan dialami dan keuntungan yang akan diperoleh masyarakat sejak
perencanaan hingga pasca operasi.
(3) Pada waktu pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pihak perencana
wajib menyertakan wakil dari instansi yang mengelola dampak lingkungan, legislatif
dan organisasi lingkungan hidup.
(4) Masukan dari masyarakat adat dan/atau setempat harus dinilai secara objektif dan
rasional baik melalui pendekatan kualitatif maupun kuantitatif.
Pasal 26
(1) Kegiatan pengelolaan Sumber daya alam wajib evaluasi sedikitnya sekali dalam 2
(dua) tahun.
(2) Monitoring dapat dilakukan setiap saat, bila diperlukan.
(3) Setiap evaluasi wajib menyertakan masyarakat terutama yang berdomisili di sekitar
lokasi kegiatan pengelolaan Sumber Daya Alam
BAB VII
HUBUNGAN PEMEGANG IZIN DENGAN PEMEGANG
HAK ATAS TANAH
Pasal 27

Universitas Sumatera Utara
185

(1) Pemegang izin usaha dan/atau kegiatan pemanfaatan dan/atau eksploitasi dan/atau
eksplorasi Sumber Daya Alam wajib mengganti kerugian akibat dari usahanya pada
segala sesuatu yang berada di atas tanah kepada yang berhak atas tanah di dalam
lingkungan daerah kegiatan usaha maupun di luarnya dengan tidak memandang
apakah perbuatan itu dilakukan dengan atau tidak sengaja, maupun yang dapat atau
tidak dapat diketahui terlebih dahulu.
(2) Besarnya nilai ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditentukan bersama
antara pemegang izin usaha dan/atau kegiatan dengan yang berhak , atas tanah atas
dasar musyawarah dan mufakat.
(3) Jika kedua pihak tidak dapat mencapai kata mufakat tentang ganti rugi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2), maka penentuan diserahkan kepada Gubernur dengan
memperhatikan basil musyawarah dan mufakat antara pihak pemegang izin usaha
dan/atau pemegang hak atas tanah.
(4) Wewenang sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat dilimpah kepada
Bupati/walikota,
(5) Jika yang bersangkutan tidak dapat menerima penentuan Gubernur tentang ganti rugi
sebagaimana dimaksud alam ayat (3) maka penentuannya diserahkan kepada
Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi daerah atau wilayah yang bersangkutan.
(6) Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), (3) dan (4) beserta segala
yang berhubungan dengan itu, dibebankan kepada pemegang izin usaha yang
bersangkutan.
BAB

VIII

GUGATANPERWAKILAN
Pasal 23
(1) Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan ke pengadilan dan/atau
melaporkan ke penegak hukum terhadap kerusakan dan pencemaran Sumber Daya
Alam yang merugikan kehidupan masyarakat.
(2) Hak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terbatas pada
tuntutan terhadap pengelolaan Sumber Daya Alam yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 29
Jika diketahui bahwa masyarakat menderita akibat kerusakan dan/atau pencemaran
Sumber Daya Alam dan lingkungan hidup sehingga mempengaruhi kehidupan
masyarakat, maka instansi Pemerintah Provinsi yang bertanggungjawab di bidangnya
dapat melakukan gugatan untuk kepentingan masyarakat.
Pasal 30
(1) Dalam rangka tanggungjawab pengelolaan Sumber Daya Alam organisasi yang
bergerak di bidang itu berhak mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian
fungsi Sumber Daya Alam.
(2) Organisasi bidang Sumber Daya Alam yang berhak mengajukan gugatan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut
:
a. berbentuk badan hukum;

Universitas Sumatera Utara
186

b. organisasi tersebut dalam anggaran dasarnya dengan tugas menyebutkan tujuan
didirikannya organisasi untuk kepentingan pelestarian fungsi sumberdaya alam;
dan
c. telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya.
BAB

IX

PENYELESAIAN SENGKETA SUMBER DAYA ALAM
Pasal 31
(1) Penyelesaian sengketa Sumber Daya Alam dapat ditempuh melalui pengadilan atau
di luar pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela para pihak yang bersengketa.
(2) Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan, maka gugatan
melalui pengadilan dapat, dilakukan setelah tidak tercapai kesepakatan antara para
pihak yang bersengketa.
Pasal 32
(1) Penyelesaian sengketa Sumber Daya Alam di luar pengadilan tidak berlaku terhadap
tindak pidana sebagaimana diatur dalam Qanun ini.
( 2 ) Penyelesaian sengketa Sumber Daya Alam di luar pengadilan dimaksudkan untuk
mencapai kesepakatan mengenai pengembalian suatu hak, besarnya ganti rugi,
dan/atau mengenai tindakan tertentu yang harus dilakukan untuk memulihkan fungsi
Sumber Daya Alam.
( 3 ) Dalam penyelesaian sengketa Sumber Daya Alam di luar pengadilan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dapat digunakan jasa pihak ketiga yang ditunjuk bersama
oleh para pihak dan/atau pendampingan organisasi non pemerintah untuk membantu
penyelesaian sengketa Sumber Daya Alam.
Pasal 33
( 1 ) Penyelesaian sengketa Sumber Daya Alam melalui pengadilan dimaksudkan untuk
memperoleh putusan mengenai pengembalian suatu hak, besarnya ganti rugi,
dan/atau tindakan tertentu yang harus dilakukan oleh pihak yang kalah dalam
sengketa.
(2) Selain untuk melakukan tindakan tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
pengadilan dapat menetapkan pembayaran uang paksa atas keterlambatan
pelaksanaan tindakan tertentu tersebut setiap hari.
BAB

X

SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 34
(1) Gubernur berwenang melakukan paksaan pemerintahan terhadap penanggungjawab
usaha dan/atau kegiatan untuk mencegah dan mengakhiri terjadinya pelanggaran
serta menanggulangi akibat yang ditimbulkan oleh suatu pelanggaran, melakukan
tindakan penyelamatan, penanggulangan, dan/atau pemulihan atas beban biaya
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan, kecuali ditentukan lain berdasarkan
undang-undang.
(2) Wewenang sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) dapat diserahkan kepada
Bupati/Walikota dengan Qanun.

Universitas Sumatera Utara
187

(3) Pihak ketiga yang berkepentingan berhak mengajukan permohonan kepada pejabat
yang berwenang untuk melakukan paksaan pemerintahan, sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan ayat (2).
(4) Paksaan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2),
didahului dengan surat perintah dari pejabat yang berwenang.
(5) Tindakan penyelamatan, penanggulangan dan/atau pemulihan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dapat diganti dengan pembayaran sejunilah uang tertentu.
Pasal 35
Tata cara penetapan beban biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) dan
ayat (5) serta penagihannya ditetapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pasal 36
Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) dan (4) dapat dijatuhi
sanksi :
a. teguran lisan;
b. peringatan tertulis;
c. upaya pemulihan lingkungan;
d. pembekuan izin operasi; dan
c. pencabutan izin usaha.
B A B

X I

PUNGUTAN DAERAH
Pasal 37
(1) Pemegang izin usaha dan/atau kegiatan pemanfaatan Sumber Daya Alam wajib
membayar pungutan yang ditetapkan Pemerintah Provinsi seperti iuran tetap, iuran
eksplorasi dan/atau eksploitasi dan/atau pembayaran-pembayaran lainnya yang
berhubungan dengan usaha dan/atau kegiatan pemanfaatan eksploitasi Sumber
Daya Alam.
(2) Pungutan-pungutan Pemerintah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diatur lebih lanjut dengan Qanun.
(3) Pembagian dimaksud dalam ayat (1) kepada Pemerintah Kabupaten/Kota diatur lebih
lanjut dengan Qanun.
BAB

XII

KETENTUAN PIDANA
Pasal 38
(1) Setiap orang yang karena kelalaiannya melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 ayat (2) diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam)
bulan dan/atau denda paling banyak Rp . 5.000.000,- (lima juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pelanggaran.
(3) Denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan Pendapatan Provinsi,
dan harus disetor langsung ke Kas Daerah Provinsi.

Universitas Sumatera Utara
188

(4) Akibat kelalaian dari pengelolaan Sumber Daya Alam sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) yang merugikan kehidupan masyarakat harus memberi kompensasi kepada
masyarakat, berupa pemulihan kembali Sumber Daya Alam.
Pasal 39
(1) Setiap orang yang deng