Analisis Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Kabupaten Aceh Singkil

(1)

158

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Transkrip Wawancara

Implementasi Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Kabupaen Aceh Singkil

Nama : Drs. Azmi

Pekerjaan : Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Singkil

1. Bagaimana Bagaimana proses penyusunan Qonun Aceh mengenai pengelolaan sumber daya alam yang tertuang dalam Qonun Aceh No.21 Tahun 2002 terhadap Qonun Kabupaten Aceh Singkil No.19 Tahun 2002 serta bagaimana kaitannya ?

Jawaban :

“Mengenai Proses Penyusunan Qanun pemerintah daerah kabupaten tidak

memilki wewenang sehingga dalam proses penyusunannya juga pemerintah daerah kabupaten tidak bisa melakukan penjabaran. Yang berwenang untuk melakukan proses penyusunan Qanun adalah pemerintah provinsi. Hal inilah yang membedakan provinsi Aceh berbeda dengan pemerintah daerah lainnya di Indonesia.

2. Bagaimana pemaknaan inti dari Qonun Aceh No.21 Tahun 2002 Tentang pengelolaan sumber daya alam dan Qonun Kabupaten Aceh Aceh singkil No.19 Tahun 2002 Tentang tugas dan fungsi dinas perkebunan ?

Jawaban :

Seharusnya pemerintah Provinsi Aceh harus mengeluarkan kebijakan yang lebih tajam, sehingga dalam kebijakan dalam pengelolaan sumber daya alam yang terdapat dalam Qanun Aceh nomor 21 tahun 2002 dapat lebih dijabarkan dan lebih terperinci. Dan dalam pengelolaan kebijakan sumber daya alam di daerah tingkat kabupaten tidak ada , karena pemerintah


(2)

159

kabupaten tidak memiliki kewenangan kebijakan daerah sendiri tentang pengelolaan sumber daya alam. Sehingga pemerintah kabupaten tidak dapat membuat penjabaran secara terperinci untuk mengelola sumber daya alam. Contohnya Pengelolaan sumber daya alam perkebunan di Aceh Singkil merupakan kewenangan pemerintah kabupaten Aceh Singkil dan Pemerintah Provinsi Aceh, dalam hal ini ketika melakukan kemitraan dengan pihak perusahaan dengan luas areal 200 ha kebawah adalah kewenangan pemerintah kabupaten Aceh Singkil, sementara luas areal diatas 200 ha adalah kewenangan pemerintahan Provinsi Aceh. Sehingga perlu dilakukan peninjauan kelapangan untuk memastikan tidak terjadinya tumpang tindih dengan masyarakat, memastikan kawasan dengan melihat peta wilayah kabupaten Aceh Singkil supaya nantinya tidak terjadinya masalah penguasaan lahan. Maka perlu memastikan perijinan dari dalam kabupaten sebelum mengirim perijinan diluar kabupaten. Perijinan yang tidak mengalami masalah akan langsung diproses kemitraannya dengan pemerintah

3. Apakah sudah terealisasikan atas amanat yang telah ditentukan dalam Qonun Aceh tersebut terhadap kesejahteraan masyarakat Kabupaten Aceh Singkil ?

Jawaban : Karena kebjakan dalam Qanun Aceh masih belum dijabarkan secara terperinci tentang pengelolaan bersama, maka pemerintah daerah sulit untuk menjabarkannya, seyogyanya pemrintah Aceh dapat mempertajam lagi dengan peraturan gubernur lagi. Artinya program pemerintah dipadu serasikan dengan program kerjasa sama dengan perusahaan maupun masyarakat. Seharusnya pemerintah provinsi Aceh harus memperhatikan tentang pengelolaan perkebunan sawit dengan agenda yang berkelanjutan, dan mengeluarkan aturan yang lebih terperinci tentang pelaksanaan Qanun provinsi Aceh nomor 21 tahun 2000, supaya kedepannya pemerintah daerah mampu memiliki saham perkebunan sawit didaerah Aceh Singkil. Seyogyanya pemerintah harus mengambil tindakan ketika terjadi perpanjangan HGU perusahaan yang telah habis, dengan catatan pemerintah mendapat jatah pengelolaan sedikitnya 25-30 %. Sehingga ketika terjadi pengurusan ijin HGU dengan tahapan sebanyak 4


(3)

160

kali pemerintah daerah dapat memiliki saham sampai 100% atas perkebunan sawit. Dengan begitu pemerintah daerah akan lebih mudah mengalokasikan pendapatan dari perkebunan sawit untuk masyarakat. 4. Bagaimana kesepakatan hasil produksi antara pihak pemerintah

kabupaten Aceh Singkil dan pemilik usaha industri perkebunan sawit atas keberadaan industri terhadap kemajuan dan keberlangsungan ekonomi masyarakat ?

Jawaban :

Kita sudah sepakat dari awal dengan pihak perusahaan yang membangun pabrik dan perkebunan di daerah ini, yang pertama mereka harus bias bekerja sama dengan petani kebun sawit kita, artiannya produksi petani sawit kita meningkat apabila mereka menyentuh baik dalam hal SDM petani sawit kita atau baik dalam stimulus yang lain seperti bibit, sehingg mereka harus proaktif untuk meningkatkan produksi petani sawit kita. Jadi bukan pemerintah semua, karena ketika produksi petani meningkat ini juga menguntungkan mereka, karena petani juga nantinya akan menjual kepada mereka. Maka proses ini sebenarnya saling menguntungkan, oleh karena itu disini peren pemerintah untuk mengawalnya agar berjalan secara maksimal. Sementara untuk pembangunan daerah kita menggunakan dana CSR dari perusahaan untuk menyediakan fasilitas kepada masyarakat contohnya mereka menyekolahkan dokter-dokter sehingga ketika sudah selesai pendidikannya mereka tarik untuk mengabdi kepada masyarakat. Akan tetapi selama ini kendalanya perusahaan tidak pernah bekerja sama dengan pemerintah sehingga kurang kordinasi, sehingga targetan program dari pemerintah sulit untuk dicapai.

5. Hasil dari produksi sumber daya alam khusunya sektor perkebunan sawit berapa persenkah dialihkan kepada daerah?


(4)

161

Jawaban : tidak ada yang dialihkan, yang ada sekarang ini bagaimana caranya kita supaya ekspor minyak itu tidak melalui Belawan, Sumatera Utara. Karena ketika dikirim dari belawan kita tidak mendapat pajak ekspornya, sehingga kita mengupayakan bagaimana menyediakan fasilitas penimbunan dan pengiriman minyak dari daerah ini. Supaya nantinya pendapatan daerah dari pengiriman tersebut akan meningkat. Makanya kita akan meminta kepada gubernur Aceh untuk menyediakan fasilitas itu, karena kita akan bisa mendapat 10% dari setiap satu kilo ekspor sawit itu. Kedepannya ini dapat meningkatkan pendapatan Provinsi Aceh dan kabupaten Aceh Singkil.

6. Berapa persenkah pajak yang dikenakan oleh pemerintah daerah terhadap perusahaan industri perkebunan sawit swasta?

Jawaban : Tidak ada dikenakan pajak oleh pemrintah daerah karena itu tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang ada hanya retribusi daerah dari penggunaan lahan. Paling pajak PB yang diterima oleh pemerintah daerah.

7. Bentuk pengalokasian keseluruhan dana yang dihasilkan baik dari hasil produksi maupun pajak perkebunan sawit dialokasikan dalam bentuk apa, serta bagaimana dampaknya terhadap kesejahteraan sosial masyarakat?

Jawaban :

Tidak ada pajak, karena pajak dari penggunaan lahan dan pajak daerah itu dikirim ke pusat. Yang ada yaitu dana bagi hasil, sehingga ketika itu sudah dibagikan ke daerah maka akan didistribusikan kembali oleh pemerintah daerah dalam bentuk pembangunan sperti jalan, pembangunan sekolah, jembatan. Seperti kita lihat jalan jalur Gua itu.


(5)

162

Nama : Abdul Haris, SP, MM.

Pekerjaan : Kepala dinas perkebunan kabupaten Aceh Singkil

1. Menurut bapak seperti apa kondisi perkebunan sawit di Kabupaten Aceh Singkil, serta bagaimana pengaruhnya terhadap kesejahteraan masyarakatnya ?

Jawaban :

Pengolahan perkebunan sawit sudah semakin membaik, artinya masyarakat sudah lebih baik dalam hal penanaman, kualitasnya juga sudah unggul. Dulunya masyarakat masih belum efektif dalam mengelola perkebunan sawit, ketika ada lahan asal tanam sehingga hasilnyapun tidak memuaskan dikemudian harinya. Ini berimbas pada pendapatan masyarakat yang tidak meningkat secara signifikan.

2. Bagaimana proses penyusunan kebijakan yang tertuang didalam Qonun daerah Kabupaten Aceh Singkil ?

Jawaban :

Qanun kabupaten Aceh Singkil no.19 tahun 2002 merupakan kebijakan yang diamanahkan untuk merealisasikan Qanun provinsi Aceh tentang pengelolaan sumber daya alam. Hal ini dikarenakan kebijakan pengelolaan sumber daya alam berdasarkan Qanun Aceh masih sangat umum , maka harus dijabarkan lagi secara terperinci dalam kebijakan turunan di daerah yang langsung mengkaji strategi pengimplementasiannya terhadap Qanun provinsi Aceh khususnya tentang tugas dan fungsi dinas yang terkait dengan itu. Sehingga nantinya dapat di sinergis kan kedua kebijakan tersebut

3. Bagaimana implementasi dari kebijakan yang tertuang didalam Qonun daerah No.19 Tahun 2002 Tentang tugas dan fungsi dinas perkebunan ? Jawaban :


(6)

163

Implementasi dari Qanun kabupaten Aceh Singkil nomor 19 tahun 2002 sudah berjalan dengan baik, karena pemerintah terus bergerak untuk melayani masyarakat dalam pengelolaan perkebunan sawit contohnya membentuk kelompok tani, pemberian bantuan bibit, penyuluhan, dan sosialisasi terkait pengelolaan perkebunan sawit. Dan kita menempatkan anggota-anggota dari dinas perkebunan untuk memberikan bimbingan kepada masyarakat akan tetapi tetap disesuaikan dengan anggaran yang ada.

4. Bagaimana strategi yang dilakukan dinas perkebunan dalam merealisasikan Qonun daerah Kabupaten Aceh Singkil tersebut ?

Jawaban :

Kita mengajak masyarakat untuk diberi bimbingan untuk pengelolaan perkebunan sawit, contohnya ketika ada masyarakat yang sudah lama menanam sawit akan tetapi hasilnya tidak sesuai dengan luas lahannya, maka kita ajak mereka untuk meremajakan kembali. Sementara untuk tanah yang kosong kita sosialisasikan untuk berkebun sawit ini. Dalam hal ini kita melakukan sosialisasi yang luas ke masyarakat. Karena secara langsung masyarakat juga sudah melihat bagaimana petani sawit sudah menikmati hasil dari produksi sawit tersebut, jadi kita tidak sulit lagi mengajak masyarakat,

5. Apakah pengelolaan perkebunan sawit berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat?

Jawaban :

Oh jelas, terutama dari segi ekonomi. Terlihat ekonomi masyarakat mengalami peningkatan ekonomi secara signifikan sehingga masyarakat sudah mampu untuk memenuhi kebutuhan pokok dan menyekolahkan anak. Soalnya


(7)

164

dengan luas lahan 1-2 hektar panen nya 2 kali sebulan. Dengan menanam sawit , masyarakat tidak setiap hari mengelola sawit. Sehingga mereka masih bisa mencari pekerjaan lain diluar itu, sehingga mereka bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Sehingga dampaknya masyarakat sudah mampu mengakses pendidikan untuk anaknya, biaya berobat. Kalo terkait pembangunan daerah atau sarana dan prasarana yang menunjang peningkatan kesejahteraan masyarakat itu wewenang pemerintah daerah.

Daftar Pertanyaan Kepada Kepala Desa

1. Menurut bapak seperti apa kondisi perkebunan sawit di Kabupaten Aceh Singkil ?

2. Apa yang dilakukan seorang kepala desa dalam mengimplementasikan aspirasi masyarakat desa ?

3. Bentuk dukungan apa yang dilakukan pemerintah daerah dalam pengembangan dan pelestarian perkebunan sawit masyarakat?

4. Apakah pemerintah mendistribusikan hasil produksi perkebunan sawit terhadap kesejahteraan masyarakat desa ?

5. Apakah Pemerintah memberdayakan masyarakat didalam perlindungan dan pelestarian perkebunan sawit di kabupaten Aceh Singkil, serta apa dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat?

Jawaban :

Nama : Sutardi

Pekerjaan : Kepala Desa Blok 7 Kecamatan Simpang Kanan


(8)

165

1. Menurut saya kondisi perkebunan sawit di Aceh Singkil khususnya didesa blok 7 ya biasa, biasanya menghasilkan. Tapi itu untuk yang bermodal saja, kalo tidak ada modal apa yang mau di pupukkan. Pengelolaan perkebunan sawit memang memberikan dampak terhadap pendapatan masyarakat , tapi bagi yang memiliki lahan perkebunan sawit yang paling diuntungkan. Bagi masyarakat yang tidak memiliki lahan hanya sebatas jadi pekerja seperti memanen, merawat, dan menjaga. Pendapatannya jelas sangat berbeda kalau masyarakat dengan pemilik lahan. Kalau pendapatan masyarakat dari kerja bagi pengusaha sawit antara 50 rb- 100 rb/hari, akan tetapi belum tentu kerja setiap hari

2. Yang jelas kita tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang tadi baik, perbuatan yang baik-baik ajalah kita buat. Kalo untuk menampung aspirasi kita buat rapat di balai desa untuk membahas tentang kondisi dan pengelolaan perkebunan sawit.

3. Tidak ada, yang jelas gak ada mereka turun kelapangan baik melakukan sosialisasi dan penyuluhan.

4. Tidak ada, untuk dirinya sendiri la mungkin. Karena hasil dari produksi sawit tidak ada imbasnya pada pembangunan fasilitas di desa. Pemerintah juga tidak pernah turun untuk melakukan tugasnya dalam membimbing masyarat, dan juga sangat minim bantuan kepada masyarakat desa. Jikapun ada itu harus membuat proposal, itupun masing-masing individu.


(9)

166

5. Khususnya di desa ini tidak ada, sekarang kan prinsip orang SMS (senang melihat orang susah, susah melihat orang senang) artinya tidak ada pemantauan dari pemerintah saat ini dalam menjalankan programnya tentang pengelolaan perkebunan sawit.

Nama : Tata Angkat

Pekerjaan : Kepala Desa Singkohor Kecamatan Singkohor

1. Biasa saja. Kalo dari pengelolaannya terdapat dampak positif dan negatif. Dampak positif yaitu masyarakat yang memiliki lahan perkebunan sawit bisa menabung, karena masa panennya 2 kali sebulan. Sehingga hasil yang didapatkan bisa seperti gaji PNS yang berdampak pada terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat. Sedangkan dampak negatifnya kekurangan air, karena sawit komoditas yang kuat menyerap air.

2. Pemerintah desa berperan memberikan akses dan sarana-prasarana yang menunjang produksi masyarakat yang berasal dari dana desa. Sehingga ini akan membantu masyarakat ketika memasarkan sawitnya.

3. Dukungan turun ketika proposal diajukan, maka pemerintah memberikan bantuan seperti bibit dan pupuk, untuk sosialisasi dan penyuluhan terkait pengelolaan perkebunan sawit dari dinas perkebunan tidak ada. Terkadang yang memberikan penyuluhan dan bimbingan adalah perusahaan, karna perusahaan tanggap terhadap produksi sawit.


(10)

167

4. Tidak ada, karena tidak ada dana hasil produski sawit daerah dialokasikan untuk pembangunan desa baik fasilitas umum,seperti infrastruktur kesehatan ,pendidikan, jalan.

5. Tidak dilibatkan, malah terkadang pihak perkebunan yang memberdayakan masyarakat dalam pengembangan dan pelestarian perkebunan sawit nya. Hal ini dilatar belakangi oleh pihak perusahaan membeli sawit masyarakat, sehinga perusahaan menginginkan sawit yang dijual masyarakat ke perusahaan mengandung minyak yang banyak dan berkualitas.

Nama : Arwis, Amd

Pekerjaan : Kepala Desa Kampung Baru Kecamatan Singkil Utara

1. Biasa, namum pihak perkebunan terkadang mau membantu masyarakat ketika ada bencana, bantuan seperti mesjid ada tapi ala kadarnya. 2. Untuk saat ini memberikan bantuan kepada masyarakat dalam

megajukan proposal ke pemerintah daerah agar cepat diproses.

3. Bentuk dukungan yang dilakukan pemerintah hanya sebatas pemberian bibit kepada masyarakat tanpa ada pemberian arahan dan penyuluhan tentang pengelolaan perkebunan sawit dalam rangka pengembangan dan pelestariannya.

4. Sangat minim, karena pemda jarang mendistribusikan dana bantuan kedesa ini baik dari segi bantuan fasilitas umum, sarana pendidikan,


(11)

168

kesehatan dsb. Kemaren memang ada pembangunan SMP namun pembangunannya belum rampung.

5. Oh, tidak ada pemberdayaan masyarakat dalam mengembangkan dan melestarikan perkebunan sawit sehingga tidak ada dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.

Daftar Pertanyaan Kepada Perusahaan :

1. Bagaimana tanggapan bapak mengenai Qonun daerah Kabupaten Aceh Singkil No19 Tahun 2002 Tentang tugas dan fungsi dinas perkebunan? Apakah sudah berjalan sesuai dengan kenyataan sekarang ?

2. Bentuk dukungan apa yang telah dilakukan pemerintah dalam pengembangan dan pelestarian perkebunan sawit masyarakat ?

3. Usaha perkebunan sawit bapak, apakah di kenakan pajak ?berapa persenkah pajak yang ditetapkan dan apakah pajak dari perkebunan sawit masyarakat di sesuaikan dengan harga sawit/kilonya ?

4. Apakah pemerintah daerah berpengaruh dalam menentukan dan menetapkan harga sawit ?

5. Bagaimana bentuk kerja sama yang dilakukan pemerintah dan pengusaha sawit untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat? Jawaban :

Nama : Erikson Ginting, SP

Pekerjaan : ADM PT.Socfindo

1. Yang membuat Qanun itu kan pemerintahan daerah, akan tetapi kami sebagai pihak perusahaan kami sudah menjalankan sesuai dengan isi


(12)

169

Qanun tersebut. Kalau pemerintah yang tidak menjalankan kami tidak tahu, bisa di cek nanti ke pemrintah daerah.

2. Qanun kabupaten Aceh Singkil nomor 19 tahun 2002 sudah berjalan dengan baik dengan adanya dukungan yang dilakukan oleh pemerintah Aceh Singkil dalam pengembangan dan pelestarian kelapa sawit melalui pelayanan perijinan akses lahan, perpanjangan Hak Guna Usaha (HGU), pembayarang pajak bumi bangunan, pajak kendaraan, redistribusi daerah. serta dukungan moril dalam pengembangan usaha perkebunan sawit di Aceh Singkil.

3. Kalau pajak sudah pasti, yang pertama pajak dari perpanjangan HGU ke pemerintah pusat, yang kedua pajak retribusi seperti pajak kendaraan ke pemerintah daerah, kemudian pajak perijinan, pajak lain lain yaitu pajak pendapatan pekerja dan perusahaan yang dibayarkan ketika ada pembayaran uang. Dalam hal ini PT.Socfindo adalah salah satu perusahaan yang taat pajak. Kalau mengenai berapa persen pajaknya kami tidak bisa memberitahukan karena tidak bisa sembarangan dipublikasikan, kalo pajak pendapatan itu dihitung apabila pendapatan diatas 36 juta maka akan dikenakan pajak. Info lebih validnya bisa ditanyakan ke lembaga yang terakit tentang pajak. 4. Tidak bisa karena harga sawit ditentukan oleh kondisi pasar nasional

maupun internasional.


(13)

170

5. Kalau kerja sama dengan pemerintah tidak ada, akan tetapi dengan masyarakat ada. Kerja sama itu dilakukan dengan pengalokasian dana CSR, kemudian kita juga banyak memberikan bimbingan kepada masyarakat tentang pengelolaan perkebunan sawit, mereka juga banyak mencontoh. Kita juga tahun lalu memberikan ternak kambing kepada masyarakat miskin, dan juga beasiswa kepada anak yang berprestasi (anak pekerja di perusahaan). Ada juga kita membangun rumah ibadah, posyandu, mengadakan sunat missal, membangun klinik disekitar lahan HGU, diluarnya tidak ada.

Nama : Hadi Sukoco, Amd

Pekerjaan : CDO/Humas PT.Lembah Bhakti/Astra

1. Kondisi perkebunan sawit saat ini naik turun, tergantung dengan harga CPO, jadi belum bisa dikatakan stabil. Tahun 2015 harga CPO jatuh khususnya di Quartal ke-4. Sementara untuk pelaksanaan Qanun kabupaten Aceh Singkil tentang tugas dan fungsi dinas perkebunan sudah dijalankan, pihak dari dinas perkebunan langsung turun untuk mengecek areal perkebunan, melakukan penyuluhan bersama dengan masyarakat, melakukan monitoring ke perusaahaan baik produksi maupun pengelolaan.

2. Dukungan pemerintah kan berbicara mengenai regulasi artinya dukungan yang diberikan pemerintah adalah perijinan dan memastikan kekondusifan investasi, karena kan perusahaan prinsipnya profit


(14)

171

oriented, jadi ketika pemerintah dapat memastikan iklim usaha kondusif maka investor pasti akan banyak yang menanamkan sahamnya begitu juga sebaliknya.

3. Pajaknya ada, tapi secara detail tidak dapat disebutkan, pajak ini kan banyak, contoh salah satunya adalah pajak penghasilan (Pph), tetapi kan pajak itu banyak jenisnya. Dapat perusahaan selalu membayarkan pajak yang merupakan kewajibannya.

4. Pemerintah dapat menetapkan harga secara umum sesuai dengan acuan yang sudah ditentukan per bulannya. Sehingga perusahaan mengacu pada harga yang ditetapkan oleh pemerintah, akan tetapi jangan sampai menetapkan harga dibawah harga yang ditentukan oleh pemerintah. 5. kontribusi pengelolan perkebunan sawit oleh perusahaan kami yaitu

dengan menyediakan dana CSR, dari perusahaan PT Lembah Bhakti menyediakan dana sebesar 2 M/tahun, dana tersebut digunakan untuk membangun posyandu, sekolah(tingkat sd), pemberdayaan ibu-ibu dengan bercocok tanam buah naga, hal ini dijalankann awal tahun 2016. perusahaan juga melakukan pelatihan petani sawit. Akan tetapi hal ini baru dijalankan. Pelaksanaan kegiatan memakai dana CSR tahunan. Untuk pembangunan infrastruktur tidak ada, akan tetapi jika ada jalan rusak kita bantu alat berat.

Daftar Pertanyaan Wawancara Kepada Tokoh Masyarakat :


(15)

172

1. Menurut bapak seperti apa kondisi perkebunan sawit di kabupaten Aceh Singkil ?

2. Bentuk dukungan apa yang diberikan pemerintah terhadap keberlangsungan perkebunan sawit masyarakat?

3. Kabupaten Aceh Singkil adalah daerah yang banyak memproduksi dari hasil perkebunan sawit, apakah ada dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat ?

4. Bagaimana tanggapan bapak mengenai Qonun daerah Kabupaten Aceh Singkil Nomor 19 Tahun 2002 Tentang tugas dan fungsi dinas perkebunan? Apakah sudah berjalan sesuai dengan kenyataan sekarang ?

Jawaban :

Nama : Bahtiar Hasugian, S,ag, MM

Pekerjaan : Dosen/Guru/Tokoh Masyarakat

1. Kondisinya biasa saja, pengelolaan perkebunan sawit tetap menghasilkan. Akan tetapi memang dalam pengelolaannya masih belum seimbang antara masyarakat dengan perusahaan. Artinya dari segi luas lahan, kualitas pengolahan dan fasilitas produksi pengusaha masih lebih baik dibandingkan masyarakat. Sehingga dari segi produktifitas juga perusahaan yang unggul.

2. Saya melihat sejauh ini sangat minim dukungan dari pemerintah baik dalam memberikan bimbingan maupun fasilitas pendukung untuk meningkatkan produksi masyarakat. Maka tak heran kita melihat sangat rendah pemahaman masyarakat dalam pengolahan sawit ini.


(16)

173

Seharusnya pemerintah harus merealisasikan hal ini kepada masyarakat, jangan sampai Aceh Singkil terkenal dengan produksi sawitnya yang besar akan tetapi kehidupan petani sawitnya tidak sejahtera.

3. Pengelolaan perkebunan sawit di Aceh Singkil saat ini belum mampu memberikan pemerataan kesejahteraan sosial bagi masyarakat, karena pemerintah belum sepenuhnya mampu mengalokasikan dana hasil perkebunan sawit yang masuk dalam APBD kepada masyarakat. Ditambah lagi dalam pengelolaan perkebunan masyarakat masih jauh tertinggal dibandingka perusahaan, sehinga pendapatan masyarakat juga masih belum bisa meningkat secara signifikan. Parahnya bagi yang tidak memiliki lahan perkebunan sawit, tidak diarahkan oleh pemerintah untuk diberdayakan, contohnya dana CSR perusahaan selama ini tidak pernah jelas kemana alokasinya dan apa kegiatan yang dilakukan. Begitu juga dengan upaya peningkatan kesejahteraan dalam bentuk bantuan kepada masyarakat miskin. Kita lihat saja banyak sekali rumah tidak layak huni, tingkat kesehatan masyarakat masih rendah, begitu juga dengan tingkat pendidikannya. Makanya tenaga kerja dengan pendidikan yang sangat rendah masih sangat banyak di Aceh Singkil. Sehingga ketika kualitasnya rendah maka upahnya juga akan rendah, seharusnya ini bisa menjadi agenda yang harus dipertimbangkan oleh pemerintah.


(17)

174

4. Seperti pendapat saya sebelumnya ,melihat kehidupan masyarakat yang tingkat kesejahteraannya masih rendah ditambah lagi pemahaman dalam pengelolaan sawit masih minim, ini membuktikan kinerja pemerintah perlu di evaluasi lagi. Supaya kedepannya tujuan dari Qonun kabupaten Aceh Singkil nomor 19 tahun 2002 dapat dengan nyata direalisasikan. Karena antara kinerja dengan hasilnya dilapangan itu dilihat dari sasaran kebijakan itu sendiri. Artinya ketika Qanun itu dijalankan dengan baik maka hasilnya juga akan baik, begitu juga sebaliknya.

Nama : Dulmusrid

Pekerjaaan : Pengusaha/Tokoh Masyarakat

1. Sudah mulai membaik, kalo dilihat dari sudut pandang sawitnya, tapi dari segi produksi belum bisa dipastikan. Kenapa bisa seperti itu, karena baik-buruknya produksi dari sawit dilihat dari bagaimana cara perawatannya, apakah baik atau buruk. Karena hal tersebut saling berhubungan dalam mencapai hasil produksinya.

2. Bentuk dukungan yang diberikan oleh pemerintah adalah dengan memberikan bantuan bibit, pupuk, egrek, kereta sorong/angkong sebagai fasilitas yang mendorong pengembangan dan pelestarian perkebunan sawit masyarakat. Tetapi bantuan ini diberikn bagi ang membutuhkan saja, tidak semua bisa dapat.


(18)

175

3. Dampak pengelolaan perkebunan sawit terhadap masyarakat dalam bentuk infrastruktur masih sangat kurang diperhatikan pemerintah, seperti di Desa saya blok 7 masih sangat minim, bahkan tidak tersentuh oleh pembangunan. Sedangkan untuk fungsi dan tugas pemerintah melalui dinas perkebun pernah dilakukan melalui pemberian bibit, egrek, pestisida palawija sementara sosialisasi dan penyuluhan jarang dilakukan, dan jika pun ada agenda nya tidak merata.

4. Sesuai dengan kata saya yang diawal tadi, bahwasanya pelaksanaan Qanun nomor 19 tahiun 2002 tentang tugas dan fungsi dinas perkebunan, sudah ada berjalan akan tetapi belum maksimal. Masih banyak persoalan-persoalan tentang pengembangan dan pelestarian perkebunan sawit masyarakat yang belum bisa diselesaikan, contohnya masyarakat masih belum paham sepenuhnya untuk meningkatkan produksi sawitnya, begitu juga dalam perawatannya. Hal ini disebabkan kurangnya kinerja dalam aspek sosialisasi dan penyuluhan dari pemerintah.


(19)

176

Q A N U N P R O V I N S I N A N G G R O E A C E H D A R U S S A L A M NOMOR 2.1 TAHUN 2002

T E N T A N G

IIENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM B I S M I L L A H I R R A H M A N I R R A H I M DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

Menimbang : a. bahwa Sumber Daya Alam Merupakan Anugerah Allah Yang Maha Kuasa dan mempunyai kedudukan serta peranan penting bagi kehidupan, oleh sebab itu perlu dikelola dan dimanfaatkan secara adil dan berkelanjutan;

b. bahwa Sumber Daya Alam sebagai komponen lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya fungsinya sehingga tetap mampu menunjang pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan; c. bahwa pemanfaatan Sumber Daya Alam perlu dilakukan secara

bijaksana dengan memp erh itungkan ke butuh an gene rasi ma sa kin i dan masa pendatang;

d, bahwa Peraturan Perundang-undangan yang mengatur tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam yang sudah ada, perlu disesuaikan dengan jiwa dan semangat Otonomi Khusus yang berlaku di Provinsi Nanggroe . Aceh Darussalam;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d perlu ditetapkan Qanun Pengelolaan Sumber Daya Alam. Mengingat :1 . Undang - undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah

Otonom Propinsi Aceh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi Sumatera Utara (Lembaran 'Negara Republik Indonesia Tahun 1956' Nomor 64; Tambahan Lembaran Negara Nomor 1103);

2 . U n d a n g - u n d a n g N o m o r 5 T a h u n 1 9 6 0 t e n t a n g P e r a t u r a n D a s a r Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043);


(20)

177

3. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok-pokok Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2831);

4. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1971 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2971);

5. U n d a n g - u n d a n g N o m o r 1 0 T a h u n 1 9 7 4 t e n t a n g P e r u b a h a n A t a s Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3045);

6. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3186);

7. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274);

8. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3639);

9. Undang -undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);

10. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501);

1 1 . U n da ng - u n da ng No m or 6 T a hu n 1 99 6 t en ta ng P era iran I nd on e sia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3647);

1 2 . Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia'. Tahun

1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3538);

1 3 . Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);


(21)

178

14. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik- Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888);

1 5 U n d a n g - u n d a n g N o m o r 4 4 T a h u n 1 9 9 9 t e n t a n g

P e n y e l e n g g a r a Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa

Aceh (Lembaran Negara Republik I n d o n e s i a T a b u n

1 9 9 9 N o m o r 1 7 2 , T a m b a h a n L e m b a r a n N e g a r a Nomor 3893);

1 6 . Undang -undang Nomor I8 Tahun 2001 tentang otonomi khusus Bagi

P r o p i n s i D a e r a h I s t i m e w a A c e h S e b a g a i P r o v i n s i N a n g g r o e A c e h Darussalam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4134);

1 7 . Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan

Ketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2916);

I8. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata

Ruang Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3721;

19. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838);

2 0 . P er a tu r a n Pe me r int a h N o m o r 25 T a h u n 20 00 t e n ta ng K ewe na n g an Pemerintah Pusat dan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

21 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2000 tentang

Lembaga Penyedia J a s a P e l a y a n a n P e n y e l e s a i a n S e n g k e t a L i n g k u n g a n H i d u p D i L u a r Pengadilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 113, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3982);

22. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985,.Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3294);


(22)

179 Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

MEMUTUSKAN :

menetapkan : QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM.

B A B I KETENTUAN UMUM B a g i a n p e r t a m a

Pengertian Pasal 1

Dalam Qanun ini yang dimaksud dengan :

1. Propinsi adalah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

2. Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah Perangkat Negara adalah

Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri alas Presiden beserta para Menteri,

3. Pemerintah Provinsi adalah gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam beserta

perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

4. Gubernur adalah Gubernur Provinsi Nanggroe: Aceh Darussalam.

5. Kabupaten/Kota atau Sagoe/Banda dan atau nama lain adalah,Daerah Otonom dalam

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, yang dipimpin oleh Bupati/Wali Sagoe atau Hama lain.

6. Sumberdaya Alam adalah komponen lingkungan hidup, baik hayatimaupun non hayati.

7. Sumber Daya Alam hayati adalah Sumber Daya Alam yang terdiri dari flora dan

fauna.

8. Sumber Daya Alam non hayati adalah Sumber Daya Alam yang meliputi air, tanah, udara, bahan galian dan formasi geologi.

9. Pengelolaan Sumber Daya Alam adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi Sumber Daya Alam yang meliputi kebijaksanaan penataan, Pengembangan, pemeliharaan, Pemulihan, pengawasan, dan pengendalian pemanfaatan Sumber Daya Alam.

10 Orang adalah orang berorang, dan/atau kelompok orang, dan/atau badan hukum, 11. Masyarakat adalah kelompok orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah tertentu.


(23)

180

12. Masyarakat adat adalah sekelompok orang yang tinggal dalam kawasan tertentu

secara turun-temurun berdasarkan kesamaan tempat tinggal dan atau hubungan darah yang memiliki wilayah adat dan pranata-pranata adat tersendiri.

13. Masyarakat setempat adalah sekelompok orang yang tinggal di dan sekitar

kawasan yang berdasarkan pada kesamaan wilayah tempat tinggal. Usaha adalah kegiatan milik perorangan atau sekelompok orang berbentuk dan/atau tidak berbentuk badan hukum.

15. Plasma nutfah adalah substansi yang terdapat dalam sekelompok makhluk hidup

dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau direkayasa untuk menciptakan jenis unggul atau kualtivar baru,

Bagian Kedua Asas,Tujuan dan Sasaran

Pasal 2

Pengelolaan Sumber Daya Alam berdasarkan atas kemanfaatan, keadilan, keefisienan, kelestarian, kerakyatan, kebersamaan, keterbukaan dan keterpaduan.

Pasal 3

Pengelolaan Sumber Daya Alam bertujuan untuk menjamin kelestarian fungsi Sumber Daya Alam dan keseimbangan lingkungan sehingga dapat mendukung upaya pembangunan yang berkelanjutan guna peningkatan kesejahteraan Masyarakat.

Pasal 4

Sasaran pengelolaan Sumber Daya Alam diarahkan pada :

a. tercapainya keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara manusia dan alam; b. terjaminnya fungsi sumber daya alam bagi kepentingan generasi sekarang dan

generasi mendatang;

c. terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam;

d. terarahnya kebijakan dalam pengelolaan sumber daya alam.


(24)

181 BAB 11

KEWENANGAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM Pasal 5

Pemerintah Provinsi berwenang mengelola Sumber Daya Alam di Provinsi yang menjadi Kewenangannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan juga mengelola Sumber Daya Alam yang dilimpahkan menjadi tugas perbantuan

Pasal 6

(1) Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pemerintah Provinsi berwenang untuk :

a. mengatur dan mengembangkan kebijakan dalam rangka pengelolaan sumberdaya alam;

b. mengatur pengendalian, peruntukan dan penggunaan sumberdaya alam;

c. mengendalikan kegiatan-kegiatan yang mempunyai dampak dalam pemanfaatan sumberdaya alam;

d. mengembangkan pendanaan bagi upaya pelestarian sumberdaya alam dan fungsi lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2) Pengelolaan Sumber Daya Alam sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang

pemanfaatan secara sektoral akan diatur dengan Qanun tersendiri. Pasal 7

Pengelolaan Sumber Daya Alam wajib dilakukan secara terpadu sebagai suatu sistem ekologi

Pasal 8

(1) Pengelolaan Sumber Daya Alam dilakukan secara terpadu oleh instansi Pemerintah Provinsi sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawabnya masing-masing serta pelaku pembangunan lainnya.

(2) Keterpaduan dalam pengelolaan Sumber Daya Alam sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikoordinasikan oleh lembaga atau badan yang bertanggungjawab dalam pengendalian lingkungan hidup.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengaturan dan koordinasi pengelolaan Sumber Daya Alam diatur dengan Keputusan Gubernur dengan mempertimbangkan masukan dari Kabupaten/Kota dan masyarakat.


(25)

182 B A B I I I

PERSYARATAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA Al AM B a g i a n P e r t a m a

Prinsip-prinsip Pengelolaan Pasal 9

Pengelolaan di Provinsi merupakan tanggungjawab Pemerintah, Pemerintah Provinsi Pemerintah Kabupaten/Kota dan masyarakat.

Pasal 10

(1) Sumber Daya Alam merupakan unsur lingkungan hidup yang harus dikelola secara

arif dan bijaksana sehingga mampu mendukung dan menjamin kelangsungan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

(2) Pengelolaan Sumber Daya Alam harus dilaksanakan secara seimbang dan selaras

antara upaya pemanfaatan dan upaya pelestariannya. Pasal 11

Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia harus dilaksanakan dengan memperhatikan daya dukung untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya

Pasal 12

Pengelolaan Sumber Daya Alam yang tidak dapat diperbaharui (non renewable) harus dilakukan secara effisien sehingga dapat memungkinkan ketersediaannya dan upaya pemanfaatannya berlangsung dalam waktu relatif lama.

Pasal 13

Pengelolaan Sumber Daya Alam yang dapat dipulihkan (renewable) harus dilakukan

secara hati-hati dan bijaksana sesuai dengan potensi dan daya dukungnya dengan tetap menjaga kondisi ekosistem dan lingkungannya yang layak sehingga memungkinkan Sumber Daya Alam tersebut memperbaharui dirinya.

Pasal 14

Pengelolaan Sumber Daya Alam yang terdapat pada suatu kawasan lindung dilarang, bila mengganggu fungsi lindung.


(26)

183 Pasal 15

( 1 ) Pengelolaan Sumber Daya Alam pada suatu kawasan harusdilaksanakan d e n g a n

m e n g a ku i d a n m e l i n d u n g i h a k - h a k m a s ya r a k a t a d a t a t a u masyarakat setempat serta mengakui hukum-hukum adat yang berlaku pada kawasan tersebut,

( 2 ) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengakuan dan perlindunganterhadap hak- hak dan

hukum adat setempat dapat ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur. B a g i a n k e d u a

P e r i z i n a n Pasal 16

(1) Setiap orang dalam lapisan masyarakat mempunyai hak yang sama atas pemanfaatan Sumber Daya Alam.

(2) Setiap usaha dan/atau kegiatan pemanfaatan Sumber Daya Alam wajib memperoleh izin dari pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(3) Pemberian izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) di atas, bagi Setiap usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar

dan penting te rha da p lin g ku n ga n wa jib m ela ku ka n Ana lisis

Men ge n a i Da mp a k Lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Pasal 17

( 1 ) Dalam menerbitkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan wajibdiperhatikan :

a. rencana tata ruang; b. pendapat masyarakat; dan

c. pertimbangan dan rekomendasi pejabat yang berwenang yang berkaitan dengan usaha dan/atau kegiatan tersebut.

(2) Keputusan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan wajib diumumkan kepada masyarakat.

(3) Tata cara penerbitan izin untuk setiap sektor/jenis sumberdaya alam diatur lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur.

B A B I V

PE-RL114DUNGAN SUMBER DAYA ALAM Pasal 18

(1) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan pencemaran

dan perusakan terhadap sumberdaya alam dan lingkungannya serta kegiatan yang dapat mengancam kelestariannya.


(27)

184

(2) Pemerintah Provinsi dapat menetapkan kawasan lindung dan/atau suaka alam untuk

menjaga kelestarian sumberdaya alam dan mempertahankan keanekaragaman hayati serta kelestarian plasma nutfah.

(3) Pengelolaan terhadap daerah kawasan lindung dilakukan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

B A B V P E N G A W A S A N

Pasal 19

(1) Gubernur melakukan pengawasan terhadap penaatan penanggung jawab usaha

dan/atau kegiatan atas ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan sumberdaya alam.

(2) Untuk melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Gubernur

dapat menetapkan pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan,

Pasal 20

(1) Untuk melaksanakan tugasnya, pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, berwenang melakukan pemantauan, meminta keterangan, membuat salinan dari dokumen dan/atau membuat catatan yang diperlukan, memasuki tempat tertentu untuk mengambil contoh, memeriksa peralatan, memeriksa instalasi, serta meminta keterangan dari pihak yang bertanggungjawab atas usaha dan/atau kegiatannya. (2) Penanggungjawab atas usaha dan/atau kegiatan yang dimintai keterangan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memenuhi permintaan petugas pengawas sesuai dengan ketentuan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Pengawasan dimaksud dalam ayat (1) dapat melibatkan Masyarakat.

(4) Setiap pengawas wajib memperlihatkan surat tugas dan/atau tanda pengenal serta wajib memperhatikan situasi dan kondisi tempat pengawasan tersebut.

B A B V I

PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 21

(1) Masyarakat dapat melakukan kegiatan pengelolaan Sumber Daya Alam secara adil,

demokratis dan berkelanjutan sesuai dengan kearifan tradisional.

(2) Pemerintah Provinsi kewajiban mend3rong peran serta masyarakat dalam

ke g ia t a n p e n g e lo la a n S u m b e r Da ya A la m se b a g a i b a g i a n d a r i penyelenggaraan negara yang baik.

(3) Dalam melakukan kegiatan pengelolaan Sumber Daya Alam, masyarakat dapat

secara langsung bekerjasama dengan pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah Kabupaten/Kota dan/atau pihak lain.

Pasal 22

Masyarakat di sekitar lokasi Sumber Daya Alam memiliki prioritas utama untuk berperan seluas-luasnya dalam pengelolaan Sumber Daya Alam.


(28)

185 Pasal 23

(1) Setiap kegiatan dilakukan oleh pemerintah dan dunia usaha yang berkaitan dengan

pengelolaan sumberdaya alam yang berdampak terhadap lingkungan hidup wajib dipertanggungjawaban kepada publik.

(2) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut

dengan Keputusan Gubernur.

Pasal 24

(1) Masyarakat dapat meminta keterangan dan penjelasan dari pihak-pihak yang melakukan kegiatan pengelolaan Sumber Daya Alam di daerahnya tentang hal-hal yang termasuk informasi publik.

(2) Permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan secara lisan atau tertulis yang ditembuskan kepada Pemerintah.

(3) Ketentuan lebih lanjut tentang hal-hal sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dalam Keputusan Gubernur.

Pasal 25

(1) Sebelum kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan Sumber Daya Alam dilaksanakan di suatu daerah, pihak pelaksana wajib mensosialisasikan maksudnya kepada masyarakat adat dan/atau masyarakat setempat guna mendapatkan masukan sebagai bahan pengambilan Keputusan baik bagi pelaksana maupun bagi pejabat yang berwenang.

(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) untuk menjelaskan kerugian yang akan dialami dan keuntungan yang akan diperoleh masyarakat sejak perencanaan hingga pasca operasi.

(3) Pada waktu pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pihak perencana wajib menyertakan wakil dari instansi yang mengelola dampak lingkungan, legislatif dan organisasi lingkungan hidup.

(4) Masukan dari masyarakat adat dan/atau setempat harus dinilai secara objektif dan rasional baik melalui pendekatan kualitatif maupun kuantitatif.

Pasal 26

(1) Kegiatan pengelolaan Sumber daya alam wajib evaluasi sedikitnya sekali dalam 2 (dua) tahun.

(2) Monitoring dapat dilakukan setiap saat, bila diperlukan.

(3) Setiap evaluasi wajib menyertakan masyarakat terutama yang berdomisili di sekitar lokasi kegiatan pengelolaan Sumber Daya Alam

BAB VII

HUBUNGAN PEMEGANG IZIN DENGAN PEMEGANG HAK ATAS TANAH

Pasal 27


(29)

186

(1) Pemegang izin usaha dan/atau kegiatan pemanfaatan dan/atau eksploitasi dan/atau eksplorasi Sumber Daya Alam wajib mengganti kerugian akibat dari usahanya pada segala sesuatu yang berada di atas tanah kepada yang berhak atas tanah di dalam lingkungan daerah kegiatan usaha maupun di luarnya dengan tidak memandang apakah perbuatan itu dilakukan dengan atau tidak sengaja, maupun yang dapat atau tidak dapat diketahui terlebih dahulu.

(2) Besarnya nilai ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditentukan bersama

antara pemegang izin usaha dan/atau kegiatan dengan yang berhak, atas tanah atas

dasar musyawarah dan mufakat.

(3) Jika kedua pihak tidak dapat mencapai kata mufakat tentang ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka penentuan diserahkan kepada Gubernur dengan memperhatikan basil musyawarah dan mufakat antara pihak pemegang izin usaha dan/atau pemegang hak atas tanah.

(4) Wewenang sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat dilimpah kepada Bupati/walikota,

(5) Jika yang bersangkutan tidak dapat menerima penentuan Gubernur tentang ganti rugi sebagaimana dimaksud alam ayat (3) maka penentuannya diserahkan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi daerah atau wilayah yang bersangkutan. (6) Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), (3) dan (4) beserta segala yang berhubungan dengan itu, dibebankan kepada pemegang izin usaha yang bersangkutan.

B A B V I I I

G U G A T A N P E R W A K I L A N Pasal 23

(1) Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan ke pengadilan dan/atau melaporkan ke penegak hukum terhadap kerusakan dan pencemaran Sumber Daya Alam yang merugikan kehidupan masyarakat.

(2) Hak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terbatas pada tuntutan terhadap pengelolaan Sumber Daya Alam yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 29

Jika diketahui bahwa masyarakat menderita akibat kerusakan dan/atau pencemaran Sumber Daya Alam dan lingkungan hidup sehingga mempengaruhi kehidupan masyarakat, maka instansi Pemerintah Provinsi yang bertanggungjawab di bidangnya dapat melakukan gugatan untuk kepentingan masyarakat.

Pasal 30

(1) Dalam rangka tanggungjawab pengelolaan Sumber Daya Alam organisasi yang bergerak di bidang itu berhak mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi Sumber Daya Alam.

(2) Organisasi bidang Sumber Daya Alam yang berhak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. berbentuk badan hukum;


(30)

187

b. organisasi tersebut dalam anggaran dasarnya dengan tugas menyebutkan tujuan didirikannya organisasi untuk kepentingan pelestarian fungsi sumberdaya alam; dan

c. telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya. B A B I X

PENYELESAIAN SENGKETA SUMBER DAYA ALAM Pasal 31

(1) Penyelesaian sengketa Sumber Daya Alam dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela para pihak yang bersengketa. (2) Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan, maka gugatan

melalui pengadilan dapat, dilakukan setelah tidak tercapai kesepakatan antara para pihak yang bersengketa.

Pasal 32

(1) Penyelesaian sengketa Sumber Daya Alam di luar pengadilan tidak berlaku terhadap

tindak pidana sebagaimana diatur dalam Qanun ini.

( 2 ) Penyelesaian sengketa Sumber Daya Alam di luar pengadilandimaksudkan untuk

mencapai kesepakatan mengenai pengembalian suatu hak, besarnya ganti rugi, dan/atau mengenai tindakan tertentu yang harus dilakukan untuk memulihkan fungsi Sumber Daya Alam.

( 3 ) Dalam penyelesaian sengketa Sumber Daya Alam di luar pengadilan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (2) dapat digunakan jasa pihak ketiga yang ditunjuk bersama oleh para pihak dan/atau pendampingan organisasi non pemerintah untuk membantu penyelesaian sengketa Sumber Daya Alam.

Pasal 33

( 1 ) Penyelesaian sengketa Sumber Daya Alam melalui pengadilan dimaksudkan untuk

memperoleh putusan mengenai pengembalian suatu hak, besarnya ganti rugi, dan/atau tindakan tertentu yang harus dilakukan oleh pihak yang kalah dalam sengketa.

(2) Selain untuk melakukan tindakan tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

pengadilan dapat menetapkan pembayaran uang paksa atas keterlambatan pelaksanaan tindakan tertentu tersebut setiap hari.

B A B X SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 34

(1) Gubernur berwenang melakukan paksaan pemerintahan terhadap penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan untuk mencegah dan mengakhiri terjadinya pelanggaran serta menanggulangi akibat yang ditimbulkan oleh suatu pelanggaran, melakukan tindakan penyelamatan, penanggulangan, dan/atau pemulihan atas beban biaya penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan, kecuali ditentukan lain berdasarkan undang-undang.

(2) Wewenang sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) dapat diserahkan kepada Bupati/Walikota dengan Qanun.


(31)

188

(3) Pihak ketiga yang berkepentingan berhak mengajukan permohonan kepada pejabat yang berwenang untuk melakukan paksaan pemerintahan, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2).

(4) Paksaan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), didahului dengan surat perintah dari pejabat yang berwenang.

(5) Tindakan penyelamatan, penanggulangan dan/atau pemulihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diganti dengan pembayaran sejunilah uang tertentu.

Pasal 35

Tata cara penetapan beban biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) dan ayat (5) serta penagihannya ditetapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Pasal 36

Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) dan (4) dapat dijatuhi sanksi :

a. teguran lisan; b. peringatan tertulis;

c. upaya pemulihan lingkungan; d. pembekuan izin operasi; dan c. pencabutan izin usaha.

B A B X I PUNGUTAN DAERAH

Pasal 37

(1) Pemegang izin usaha dan/atau kegiatan pemanfaatan Sumber Daya Alam wajib membayar pungutan yang ditetapkan Pemerintah Provinsi seperti iuran tetap, iuran eksplorasi dan/atau eksploitasi dan/atau pembayaran-pembayaran lainnya yang berhubungan dengan usaha dan/atau kegiatan pemanfaatan eksploitasi Sumber Daya Alam.

(2) Pungutan-pungutan Pemerintah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Qanun.

(3) Pembagian dimaksud dalam ayat (1) kepada Pemerintah Kabupaten/Kota diatur lebih lanjut dengan Qanun.

B A B X I I KETENTUAN PIDANA

Pasal 38

(1) Setiap orang yang karena kelalaiannya melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 16 ayat (2) diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp . 5.000.000,- (lima juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pelanggaran. (3) Denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan Pendapatan Provinsi,

dan harus disetor langsung ke Kas Daerah Provinsi.


(32)

189

(4) Akibat kelalaian dari pengelolaan Sumber Daya Alam sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang merugikan kehidupan masyarakat harus memberi kompensasi kepada masyarakat, berupa pemulihan kembali Sumber Daya Alam.

Pasal 39

(1) Setiap orang yang dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana di maksud dalam Pasal 18 ayat (1) diancam pidana dan/atau denda sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah kejahatan.

(3) Denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan Pendapatan Pemerintah Provinsi dan harus disetor langsung ke Kas Pemerintah Daerah,

B A B X I I I KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 40

Pada saat berlakunya Qanun ini, maka segala ketentuan yang ada dinyatakan masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Qanun ini.

Pasal 41

Semua kegiatan pengelolaan Sumber Daya Alam yang telah ada sejak ditetapkan Qanun ini yang mempunyai dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib mengikuti ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Qanun ini.

B A B X I V KETENTUAN IIENUTUP

Pasal 42

(1) Pada saat Qanun ini ditetapkan semua peraturan daerah yang bertentangan dengan Qanun ini tidak berlaku lagi.

(2) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Qanun ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur.

Pasal 43

Pengawasan atas pelaksanaan ketentuan dalam Qanun ini, secara teknis dan operasional ditugaskan kepada Kepala Instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan.

Pasal 44 Qanun ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar semua orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Qanun ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Disahkan di Banda Aceh pada tanggal 14 Oktober 2002

7 Sya'ban 1423


(33)

190

GUBERNUR

PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ABDULLAH PUTEH

Diundangkan di Banda Aceh pada tanggal 15 Oktober 2002 8

Sya'ban 1423 SEKRETARIS DAERAH

PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

THANTHAWI ISHAK

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2002 NOMOR 64 SERI E OMOR 11


(34)

(35)

(36)

(37)

(38)

(39)

(40)

(41)

154

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2005.Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Bungin, Burhan.2001. Metodologi Penelitian Sosial.Surabaya : Airlangga University Press

Dunn, William. 1998. Pengantar Analisa Kebijakan Publik.Yogyakarta: Gadjah Mada Univeristy Press

Fahrudin, Adi.2012. pengantar kesejahteraan sosial. Bandung: PT Refika Aditama.

Hidayat, Herman. 2008. Politik Lingkungan: Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru

dan Reformasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Husnaini, I usman dan Purnomo Setiady Akbar.2009. Metodologi Penelitian

Sosial.Jakarta:Bumi Aksara

Low, Nicholas, Gleeson Brendan. 1998. Politik Hijau: kritik terhadap politik

konvensional menuju politik berwawasan lingkungan dan

keadilan.Bandung: Nusa Media

Nawawi, Hadari. 1987. Metodologi Penelitian Bidang sosial.Yogyakarta: Gajahmada University Press

Nugroho , Riant. 2008.Public Policy. Jakarta: Elex Media Kumputindo

Person, Wayne. 2001. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis

Kebijakan. Jakarta: Prenada Media Group

Riyadi, Sri Hartini dan Dkk. 2015.Indikator Kesejahteraan Rakyat 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik (BPS)

Suharto Edi.2008.Kebijakan Publik.Jakarta: Alfabeta

Singarimbun, Masri dan Effendi Sofyan. 1995. Metode Penelitian Survei.Jakarta:LP3ES

Suyanto, Bagong dan Sutinah.2005. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Situmorang, Sansen. 2008. Ekologi Politik: Gagasan CSR Dalam Meredam

Gejolak Sosial Masyarakat Lokal. Jakarta: Media Press


(42)

155

Tangkilisan, Hessel Nogi S.. 2003. Teori dan Konsep Kebijakan Publik dalam

Kebijakan Publikyang Membumi, konsep, strategi dan kasus.Yogyakarta :

Lukman Offset dan YPAPI

Winarno, Budi.2002.Teori dan Proses Kebijakan Publik.Yogyakarta: Media Pressindo

Wahab, Solichin Abdul. 2008. Analisis Kebijakan Publik Teori dan Aplikasinya. Bandung: Danar Wijaya

Sumber Lain :

Buku Putih Sanitasi. 2013. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi

Pemukiman Kabupaten Aceh Singkil 2013

Dokumen Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Singkil

Majelis Permusyawaaratan Rakyat Republik Indonesia. 2012. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI

Pemerintahan kabupaten Aceh Singkil. 2012. Aceh Singkil Dalam Angka 2012. Pemerintahan Kabupaten Aceh Singkil. 2015. Aceh Singkil Dalam Angka 2015. Qonun Aceh Nomor 21 tahun 2002 tentang pengelolaan sumber daya alam.

Qanun Kabupaten Aceh Singkil Nomor 19 tahun 2002 tentang tugas dan fungsi dinas perkebunan

UUD 1945 pasal 33 ayat 3 tentang pengolahan SDA

Undang – undang Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2014 pasal III tentang tujuan perkebunan.

UU No. 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah

UU 1945 pasal 1 ayat (1)

UUD 1945 pasal 18 tentang pemerintahan daerah


(43)

156 Situs Internet

Derita-aceh-singkil-kabupaten-tertinggal-yang-dikepung-sawit

https://www.mongabay.co.id diakses tanggal 30 September 2016 pukul

19.30wib

Ini-potensi-kekayaan-aceh-yang-melimpah

http://aceh.tribunnews.comdiakses tanggal 16 September 2016 pukul

20.40 wib

Kontroversi-iqanuni-perda-dengan-karakteristik-khusus

http://www.hukumonline.com diakses tanggal 15 September 2016 pukul

10.35

Lukman santoso Az. 2013.Otonomi daerah dan Menjamurnya Korupsi di daerah

http;//investor.co.iddiaksestanggal 22 September 2016 pukul 21.10 wib

Potensi-daerah/perkebunan

http://www.acehsingkilkab.go.id diakses tanggal 25 September 2016 pukul

09.50 wib

Pendapatan-asli-aceh-terus-meningkat

http://aceh.tribunnews.com diakses tanggal 18 September 2016 pukul

13.35 wib

S Suhartono. 2013. Desentralisasi Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk MewujudkanKesejahteraan Masyarakat

download.portalgaruda.org/article.php?article diakses tanggal 12

September 2016 pukul 01.25 wib

Target-penerimaan-rapbk.htm1#.WADDaft8_IU

http://www.delinewsonline.comdiakses tanggal 3 Oktober 2016 pukul

16.20 wib

Tun Kelana Jaya. 2004. Potensi Kekayaan Alam Indonesia

http://jurnal-ekonomi.org/ada-apa-dengan-pengelolaan-sumber-daya-alam-indonesiadiakses tanggal 10 September 2016 23.15 wib

Umar Syadat Hasibuan. 2008. Green Politics dan Penyelesaian Persoalan Hidup

di Indonesia. http://www.unisosdem.org/article diakses pada tanggal 16

November 2016 pukul 17.10 wib


(44)

157

http://www.jkma-aceh.org/meninjau-aceh-paling-sudut-sumatera-aceh-singkil/

diakses pada tanggal 3-11-2016 pukul 7.30 Wib

http://www.acehsingkilkab.go.id/ diakses pada tanggal 4-11-2016 pukul 23.59 Wib

http://www.mongabay.co.id/2016/05/05/moratorium-dan-reviu-perizinan-perkebunan-sawit-di-aceh-seberapa-pentingnya/ diakses pada tanggal 22 Januari 2017 pada pukul 19.44 Wib

Sumber Wawancara

1. Pihak Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil yaitu Bpk. Drs. Azmi selaku sekretaris daerah kabupaten Aceh Singkil Pada tanggal 3-01-2017 di kantor sekretaris daerah pada pukul 11.30 Wib dan Bpk. Abdul Haris, SP, MM. selaku kepala dinas perkebunan kabupaten Aceh Singkil Pada tanggal 4-01-2017 di kantor dinas perkebunan dan kehutanan pada pukul 11.30 Wib

2. Pihak Perusahaan perkebunan sawit di kabupaten Aceh Singkil yaitu Bpk. Erikson Ginting selaku ADM Pt.Socfindo Pada tanggal 3-01-2017 di Kantor Perusahaan PT.Socfindo dan Bpk. Hadi Sukoco selaku Humas/CDO PT.Lembah Bhakti pada tanggal 4-01-2017 pukul 10.00 Wib.

3. Pihak Kepala Desa Di kabupaten Aceh Singkil yaitu kepala desa Singkohor kecamatan Singkohor Tata Angkat pada tanggal 4-01-2017 pada pukul 20.00 Wib, kepala desa blok 7 Kecamatan Simpang Kanan kabupaten Aceh Singkil Sutardi Pada tanggal 5-01-2017 di Kantor kepala desa pada pukul 19.30 Wib, dan kepala desa kampung baru kecamatan singkil utara Arwis Pada tanggal 6-01-2017 di Kantor kepala desa pada pukul 20.00 Wib.

4. Tokoh Masyarakat kabupaten Aceh Singkil yaitu : Bahtiar Hasugian S.ag, MM selaku tokoh masyarakat pada tanggal 7-01-2017 pukul 19.00 Wib dan Dulmusrid pada tanggal 6-01-2017 pukul 10.00 Wib.


(45)

101 BAB III

ANALISIS KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

KABUPATEN ACEH SINGKIL

Selanjutnya setelah berbagai informasi dan data yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya yang berkenaan dengan profil kabupaten Aceh Singkil serta tinjauan kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang tertuang pada Qanun Provinsi Aceh No.21 tahun 2002 Tentang Pengelolaan sumber daya alam dan Qanun Kabupaten Aceh Singkil No.19 tahun 2002 tentang tugas dan fungsi dinas perkebunan. Maka pada bab III ini, peneliti akan memaparkan hasil analisis terhadap kebijakan pengelolaan sumber daya alam seperti dipaparkan diatas.

Adapun point analisis dalam bab ini yaitu bagaimana kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang tertuang dalam Qanun Provinsi Aceh No.21 tahun 2002 Tentang Pengelolaan sumber daya alam dan Qanun Kabupaten Aceh Singkil No.19 tahun 2002 tentang tugas dan fungsi dinas perkebunan . Kemudian, point selanjutnya yaitu bagaiamana implementasi kebijakan pengelolaan sumber daya alam khususnya sektor perkebunan sawit terhadap peningkatan kesejahterahan sosial masyarakat.

Sementara, acuan analisis yang digunakan oleh peneliti sendiri terhadap seluruh data dan informasi dari penyelenggaraan sistem kerja outsourcing yaitu dengan menggunakan beberapa referensi teori diantaranya teori kebijakan publik, teori politik lingkungan, dan dikolaborasikan dengan defenisi konsep tentang


(46)

102

kesejahteraan sosial yang telah diuraikan pada bab 1 sebelumnya. Akan tetapi sebagai catatan dalam uraian analisis ini, uraian masih belum mampu merangkum secara keseluruhan keadaan pengelolaan sumber daya alam perkebunan yang terjadi di Aceh Singkil. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan akses data dan informasi yang didapatkan oleh peneliti dari pihak pemerintah kabupaten Aceh Singkil.. Dengan demikian, hasil analisis yang dipaparkan oleh peneliti pada bab ini setidaknya berada dalam kerangka ketentuan penelitian ilmiah yang berlaku.

3.1 Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Kabupaten Aceh

Singkil

Kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang ada di di provinsi Aceh terkhususnya di kabupaten Aceh Singkil merujuk pada Qanun Aceh yang setara dengan Peraturan Daerah (Perda) hal ini dikarenakan kedudukan Aceh sebagai daerah istimewa. Adapaun dalam sub bab ini akan dikaji lebih dalam tentang bagaiamana Qanun dalam Qanun Provinsi Aceh No.21 tahun 2002 Tentang Pengelolaan sumber daya alam dan Qanun Kabupaten Aceh Singkil No.19 tahun 2002 tentang tugas dan fungsi dinas perkebunan mengatur tentang pengelolaan sumber daya alam di Provinsi Aceh terkhususnya kabupaten Aceh Singkil baik dari kewenangan, persyaratan, perijinan, perlindungan, pengawasan, peran serta masyarakat, hubungan pemegang ijin dengan pemegang hak atas tanah, penyelesaian sengketa sumber daya alam, serta pungutan daerah.


(47)

103

3.1.1 Qanun Provinsi Aceh Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Pengelolan

Sumber Daya Alam

Dalam Qonun Aceh nomor 19 tahun 2002 tentang pengelolaan sumber daya alam pasal 3 menyebutkan bahwa Pengelolaan Sumber Daya Alam

bertujuan untuk menjamin kelestarian fungsi Sumber Daya Alam dan keseimbangan lingkungan sehingga dapat mendukung upaya pembangunan yang berkelanjutan guna peningkatan kesejahteraan Masyarakat”. Hal ini merupakan sebuah tujuan yang dilakukan oleh pemerintah Aceh untuk mencapai kebaikan bersama baik dalam hal menjaga kelestarian lingkungan serta menjamin kesejahterahan masyarakat dari hasil pengelolaan sumber daya alam di Provinsi Aceh. Dalam arti lain kebijakan pengelolaan sumber daya alam merupakan kebijakan yang diorientasikan sebagai pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Dalam hal ini hanya pemerintah yang dapat melakukan suatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat87.

Kemudian dalam pasal 4 dijelaskan bahwa sasaran pengelolaan sumber daya alam diarahkan pada tercapainya keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara manusia dan alam,terjaminnya fungsi sumber daya alam bagi kepentingan generasi sekarang dan generasi meatang, terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam dan terarahnya kebijakan dalam pengelolaan sumber daya alam. Pemerintah

87

Hessel Nogi S. Tangkilisan, Locc.cit


(48)

104

provinsi berwenang mengelola sumber daya alam di provinsi yang menjadi kewenangannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan juga mengelola sumber daya alam yang dilimpahkan menjadi tugas perbantuan. Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud Pemerintah Provinsi berwenang untuk mengatur dan mengembangkan kebijakan dalam rangka pengelolaan sumberdaya alam mengatur pengendalian, peruntukan dan penggunaan sumberdaya alam; mengendalikan kegiatan-kegiatan yang mempunyai dampak dalam pemanfaatan sumberdaya alam dan mengembangkan pendanaan bagi upaya pelestarian sumberdaya alam dan fungsi lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengelolaan Sumber Daya Alam sebagaimana dimaksud, pemanfaatan secara sektoral akan diatur dengan Qanun tersendiri.

Pengelolaan Sumber Daya Alam wajib dilakukan secara terpadu sebagai suatu sistem ekologi Pengelolaan Sumber Daya Alam dilakukan secara terpadu oleh instansi Pemerintah Provinsi sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawabnya masing-masing serta pelaku pembangunan lainnya. Keterpaduan dalam pengelolaan Sumber Daya Alam sebagaimana dimaksud dikoordinasikan oleh lembaga atau badan yang bertanggungjawab dalam pengendalian lingkungan hidup. Artinya dalam hal ini pemerintah provinsi yang menjadi actor utama dalam melakukan proses penyusunan kebijakan terkait pengelolaan sumber daya alam di daerah administrative provinsi Aceh. Sedangkan untuk pengelolaan lanjutan, akan


(49)

105

melakukan kordinasi dengan pemerintah daerah kabupaten/kota. Senada dengan pendapat sekretaris daerah Kabupaten Aceh Singkil menyatakan :

“Mengenai Proses Penyusunan Qanun pemerintah daerah kabupaten tidak memilki wewenang sehingga dalam proses penyusunannya juga pemerintah daerah kabupaten tidak bisa melakukan penjabaran. Yang berwenang untuk melakukan proses penyusunan Qanun adalah pemerintah provinsi. Hal inilah yang membedakan provinsi Aceh berbeda dengan pemerintah daerah lainnya di Indonesia88.”

Kemudian tentang persyaratan pengelolaan sumber daya alam dijelaskan bahwa Pengelolaan di Provinsi merupakan tanggungjawab Pemerintah, Pemerintah Provinsi Pemerintah Kabupaten/Kota dan masyarakat. Sumber Daya Alam merupakan unsur lingkungan hidup yang harus dikelola secara arif dan bijaksana sehingga mampu mendukung dan menjamin kelangsungan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Adapun beberapa rangkuman persyaratan pengelolaan sumber daya alam yang terdapat dalam bab ke-3 pasal 9-14 adalah sebagai berikut :

1. Pengelolaan Sumber Daya Alam harus dilaksanakan secara seimbang dan selaras antara upaya pemanfaatan dan upaya pelestariannya. Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia harus dilaksanakan dengan memperhatikan daya dukung untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.

88

Hasil wawancara dengan sekretaris daerah Aceh Singkil Drs.Azmi Pada tanggal 3-01-2017 di kantor sekretaris daerah pada pukul 11.30 Wib


(50)

106

2. Pengelolaan Sumber Daya Alam yang tidak dapat diperbaharui (non renewable) harus dilakukan secara effisien sehingga dapat memungkinkan ketersediaannya dan upaya pemanfaatannya berlangsung dalam waktu relatif lama. Pengelolaan Sumber Daya Alam yang dapat dipulihkan

(renewable) harus dilakukan secara hati-hati dan bijaksana sesuai dengan

potensi dan daya dukungnya dengan tetap menjaga kondisi ekosistem dan lingkungannya yang layak sehingga memungkinkan Sumber Daya Alam tersebut memperbaharui dirinya.

3. Pengelolaan Sumber Daya Alam yang terdapat pada suatu kawasan lindung dilarang, bila mengganggu fungsi lindung. Pengelolaan Sumber Daya Alam pada suatu kawasan harus dilaksanakan dengan mengakui dan melindungi hak - hak masyarakat adat atau masyarakat setempat serta mengakui hukum-hukum adat yang berlaku pada kawasan tersebut.

Kemudian dalam hal perijinan pengelolaan sumber daya alam dijleaskan bahwa setiap orang dalam lapisan masyarakat mempunyai hak yang sama atas pemanfaatan Sumber Daya Alam. Setiap usaha dan/atau kegiatan pemanfaatan Sumber Daya Alam wajib memperoleh izin dari pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; Pemberian izin terhadap setiap usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan wajib melakukan analisis mengenai dampak lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam menerbitkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan wajib diperhatikan yaitu :


(51)

107 1. Rencana tata ruang;

2. Pendapat masyarakat; dan

3. Pertimbangan dan rekomendasi pejabat yang berwenang yang berkaitan dengan usaha dan/atau kegiatan tersebut.

Keputusan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan wajib diumumkan kepada masyarakat. Tata cara penerbitan izin untuk setiap sektor/jenis sumberdaya alam diatur lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur. Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan pencemaran dan perusakan terhadap sumberdaya alam dan lingkungannya serta kegiatan yang dapat mengancam kelestariannya. Pemerintah Provinsi dapat menetapkan kawasan lindung dan/atau suaka alam untuk menjaga kelestarian sumberdaya alam dan mempertahankan keanekaragaman hayati serta kelestarian plasma nutfah. Pengelolaan terhadap daerah kawasan lindung dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Untuk menjamin terlaksananya pengelolaan sumber daya alam sesuai dengan aturan dan prosedur yang ada maka dalam Qanun ini dicantumkan tentang pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah untuk memastikan proses pengelolaan sumber daya alam berjalan dengan baik. Adapun pengawasan yang dimaksus yaitu :

1. Gubernur dapat menetapkan pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan, Untuk melaksanakan tugasnya, pengawas berwenang melakukan pemantauan, meminta keterangan, membuat salinan dari


(52)

108

dokumen dan/atau membuat catatan yang diperlukan, memasuki tempat tertentu untuk mengambil contoh, memeriksa peralatan, memeriksa instalasi, serta meminta keterangan dari pihak yang bertanggungjawab atas usaha dan/atau kegiatannya.

2. Penanggungjawab atas usaha dan/atau kegiatan yang dimintai keterangan sebagaimana dimaksud dalam diatas wajib memenuhi permintaan petugas pengawas sesuai dengan ketentuan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengawasan dapat melibatkan Masyarakat. 3. Setiap pengawas wajib memperlihatkan surat tugas dan/atau tanda

pengenal serta wajib memperhatikan situasi dan kondisi tempat pengawasan tersebut. Masyarakat dapat melakukan kegiatan pengelolaan Sumber Daya Alam secara adil, demokratis dan berkelanjutan sesuai dengan kearifan tradisional.

4. Pemerintah Provinsi berkewajiban mendorong peran serta masyarakat dalam kegiatan pengelolaan Sumber Daya Alam sebagai bagian dari penyelenggaraan negara yang baik. Dalam melakukan kegiatan pengelolaan Sumber Daya Alam, masyarakat dapat secara langsung bekerjasama dengan pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah Kabupaten/Kota dan/atau pihak lain.

Masyarakat di sekitar lokasi Sumber Daya Alam memiliki prioritas utama untuk berperan seluas-luasnya dalam pengelolaan Sumber Daya Alam. Setiap kegiatan dilakukan oleh pemerintah dan dunia usaha yang berkaitan dengan


(53)

109

pengelolaan sumberdaya alam yang berdampak terhadap lingkungan hidup wajib dipertanggungjawaban kepada publik.

Kemudian pihak pelaksana wajib mensosialisasikan maksudnya kepada masyarakat adat dan/atau masyarakat setempat guna mendapatkan masukan sebagai bahan pengambilan Keputusan baik bagi pelaksana maupun bagi pejabat yang berwenang. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) untuk menjelaskan kerugian yang akan dialami dan keuntungan yang akan diperoleh masyarakat sejak perencanaan hingga pasca operasi. Pada waktu pemberitahuan pihak perencana wajib menyertakan wakil dari instansi yang mengelola dampak lingkungan, legislatif dan organisasi lingkungan hidup. Masukan dari masyarakat adat dan/atau setempat harus dinilai secara objektif dan rasional baik melalui pendekatan kualitatif maupun kuantitatif. Kegiatan pengelolaan Sumber daya alam wajib evaluasi sedikitnya sekali dalam 2 (dua) tahun. Monitoring dapat dilakukan setiap saat, bila diperlukan. Setiap evaluasi wajib menyertakan masyarakat terutama yang berdomisili di sekitar lokasi kegiatan pengelolaan Sumber Daya Alam.

Pemegang izin usaha dan/atau kegiatan pemanfaatan dan/atau eksploitasi dan/atau eksplorasi Sumber Daya Alam wajib mengganti kerugian akibat dari usahanya pada segala sesuatu yang berada di atas tanah kepada yang berhak atas tanah di dalam lingkungan daerah kegiatan usaha maupun di luarnya dengan tidak memandang apakah perbuatan itu dilakukan dengan atau tidak sengaja, maupun yang dapat atau tidak dapat diketahui terlebih dahulu. Besarnya nilai ganti rugi


(1)

1.8.4 Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini digunakan sumber data yang terdiri dari data primer dan data sekunder.

1. Data Primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di objek penelitian. 51 Dalam penelitian ini yang digunakan adalah pengumpulan data dengan teknik wawancara. Wawancara merupakan pengumpulan data dengan cara memberikan pertanyaan langsung kepada informan kunci (key informan) yaitu sekretaris daerah, kepala dinas perkebunan Kabupaten Aceh Singkil, kepala desa dan juga Tokoh Masyarakat serta informan tambahan yaitu pengusaha sawit. guna memperoleh keterangan dalam menyimpulkan data yang akan dikumpul. 2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh peneliti dari sumber kedua atau

data yang sudah ada. Data tersebut diperoleh melalui buku, jurnal, internet, ataupun literature lain yang berkaitan dengan judul penelitian.

1.8.5 Teknik Analisis Data

adapun teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif, dimana teknik ini melakukan analisis atas masalah yang ada sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang akan diteliti dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan serta analisis pada fenomena yang sedang diamati dengan metode

51


(2)

ilmiah. Dalam penelitian kualitatif ini juga penulis tidak mencari kebenaran dan moralitas, tetapi lebih kepada upaya pemahaman.Prinsip pokok penelitian kualitatif adalah menemukan teori dan fakta. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan langkah – langkah seperti yang dikemukankan oleh Burhan Bungin, yaitu sebagai berikut :52

1. Pengumpulan Data (Data Collection)

Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data.Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara dan studi dokumentasi.

2. Reduksi Data ( Data Reduction )

Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan – catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus – gugus, menulis memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data / informasi yang tidak relevan.

3. Display Data

Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

52


(3)

tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif.Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik, diagram, table dan bagan.

4. Vertifikasi dan Penegasan Kesimpulan ( Conclutin Drawing and Verification )

Merupakan akhir dari analisis data.Penarikan kesimpulan berupa kegiatan interpretasi, yaitu menemukan makna data yang telah disajikan. Antara display data dan penarikan kesimpulan terdapat aktifitas analisis data yang ada. Masalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan / verifikasi menjadi gambaran secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan anaslisis yang terkait.Selanjutnya data yang telah dianalisis, dijelaskan dan dimaknai dalam bentuk kata – kata untuk mendiskripsikan fakta yang ada dilapangan, pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan penelitian yang kemudian diambil intisarinya saja. Berdasarkan keterangan diatas, maka setiap tahap dalam proses tersebut dilakukan untuk mendapatkan keabsahan data dengan menelaah seluruh data yang ada dari berbagai sumber yang telah didapat dari lapangan dan dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya melalui metode wawancara yang di dukung dengan studi dokumentasi.

I.9 Sistematika Penulisan

Untuk mendapatakan gambaran yang terperinci dari skripsi ini, maka penulis membagi sistematika penulisan kedalam 4 bab yaitu :


(4)

Dalam Bab ini berisikan latar belakang penulis yang dijelaskan mengapa peneliti memilih judul tersebut sebagai bahan yang diteliti, dan ada rumusan masalah serta manfaat yang dihasilkan dari penelitian yang dilakukan.Terdapat juga kerangka teori sebagai dasar dan landasan untuk mengemukakan berbagai pemikiran dari para ahli, ada juga metode penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : Profi Kabupaten Aceh Singkil dan Gambaran Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam

Dalam babini penulis akan menjabarkan dan menjelaskan tentang kondisi Kabupaten Aceh Singkil, baik kondisi masyarakat serta sumber daya alamnya.

BAB III : Analisis Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam “perkebunan kelapa sawit” Kabupaten Aceh Singkil

Bab ini akan membahas kebijakan undang – undang peraturan daerah terhadap pengelolaan sumber daya alam khususnya perkebunan kelapa sawit yang berada di Kabupaten Aceh Singkil.

BAB IV : Penutup

Bab terakhir ini memuat kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil analisis data pada bab – bab sebelumnya pada keseluruhan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis.


(5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

M. AHMADI (110906022)

ANALISIS KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

ABSTRAK

Penelitian ini berisikan uraian tentang penyelenggaraan kebijakan pengelolaan sumber daya alam di kabupaten Aceh Singkil dalam hal ini adalah perkebunan sawit. Adapun yang menjadi kajian dan focus penelitian ini adalah analisis terhadap penyelenggaraan Qanun Provinsi Aceh Nomor 21 tahun 2002 tentang pengelolaan sumber daya alam dan Qanun Kabupaten Aceh Singkil nomor 19 ntahun 2002 tentang tugas dan fungsi dinas perkebunan. Secara khusus dalam penelitian ini akan menguraikan tentang bagaimana implementasi dari kebijakan tersebut dalam pengelolaan sumber daya alam di kabupaten Aceh Singkil. Selain itu tinjauan terhadap beberapa dampak penyelenggaraan kebijakan pengelolaan sumber daya alam terhadap peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat, baik dari aspek ekonomi maupun aspek sosial juga menjadi bagian dalam pendeskripsian penelitian ini.

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari hasil wawancara dengan beberapa responden yang terkait, arsip-arsip, dan beberapa hasil survei lembaga yang telah terlebih dahulu melakukan penelitian terkait kebijakan pengeloaan sumber daya alam. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu dengan membuat, menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi dengan berbagai variabel yang timbul pada objek penelitian ini dan mengungkapkan fakta melalui pengumpulan data-data yang kemudian dipelajari, diolah, dianalisa dan kemudian ditafsirkan untuk disajikan secara deskriptif.

Kemudian, teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kebijakan publik yang digunakan penulis untuk menganalisis proses pelaksanaan sebuah kebijakan, dalam hal ini adalah Qanun Provinsi Aceh Nomor 21 tahun 2002 dan Qanun Kabupaten Aceh Singkil nomor 19 tahun 2002. Selanjutnya untuk membedah secara konkret terkait implementasinya dalam mengelola sumber daya alam perkebunan sawitdi Indonesia terhadap peningkatan kesjahteraan masyarakat akan dikolaborasikan dengan teori politik lingkungan dan konsep kesejahteraan sosial, yang nantinya akan menggambarkan kondisi pengelolaan perkebunan sawit secara objektif baik dalam pengelolaan, distribusi dan alokasi kebijakan, maupun dampak yang muncul dari pelaksanaan kebijakan tersebut.


(6)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

M. AHMADI (110906022)

POLICY ANALYSIS OF NATURAL RESOURCE MANAGEMENT IN ACEH SINGKIL

ABSTRACK

This study contains description of the implementation of natural resource management policies in Aceh Singkil in this case is oil palm plantations. As for the study and the focus of this research is the analysis of the implementation of Qanun Province Aceh Number 21 of 2002 on the management of natural resources and the Qanun Aceh Singkil number 19 of 2002 concerning the duties and functions of plantations agencies. Specifically in this study will elaborate on how the implementation of these policies in the management of natural resources in the district of Aceh Singkil. Besides that a review of some of impact of the implementation of natural resource management policies to the increase of social welfare of society, as impact from the economic and social aspects are also be part of the the study description.

The data used in this study are sourced from interviews with some of respondents were concerned, archives, and several survey institutes that previously conducted research related to policy management of natural resources. The analytical method used in this study is a qualitative descriptive is to create, describe, summarize a wide range of conditions with a range of variables that arise on the object of this study and revealed the facts through the collection of data which are then studied, processed, analyzed, and then interpreted to presented descriptively.

Then, the theory used in this research is the theory of public policy that the writer used to analyze the process of implementing a policy in this regard is the Qanun Province Aceh No. 21 of 2002 and Qanun Aceh Singkil number 19 in 2002. Furthermore, to dissect concrete terms related to the implementation manage natural resources of oil palm plantations in Indonesia toward increase social welfare will be collaborated with environmental political theory and the concept of social welfare, that will be describe the condition of the oil palm plantation management objectively. either in the management of oil palm plantations, distribution and allocation of oil palm plantations management policies, and the impact arising from the implementation of the policy.