Perlindungan Hukum Terhadap Buruh PKWT Ditinjau dari Hukum Ketenagakerjaan (Studi Kasus di PTPN II Kebun Tanjung Jati, Kabupaten Langkat)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perjanjian kerja merupakan awal dari lahirnya hubungan industrial antara
pemilik modal dengan buruh. Namun seringkali perusahaan melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan perjanjian kerja yang diatur pada Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (selanjutnya disebut dengan UU
Ketenagakerjaan) dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
KEP/100/MEN/VI/2004.
Hukum positif yang berlaku di Indonesia terdapat dua macam perjanjian kerja
yaitu Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (selanjutnya disebut dengan PKWT) dan
Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (selanjutnya disebut dengan PKWTT).
Keputusan

Menteri

Tenaga

Kerja


dan

Transmigrasi

Nomor

KEP/100/MEN/VI/2004 pasal 1 ayat 1, PKWT adalah perjanjian kerja antara
pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu
tertentu atau untuk pekerjaan tertentu. Pasal 1 ayat 2, PKWTT adalah perjanjian
kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja
yang bersifat tetap.
Perjanjian kerja adalah perjanjian antara seorang buruh dengan majikan,
perjanjian mana ditandai oleh ciri-ciri adanya suatu upah atau gaji tertentu yang
diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas (dienstverhoeding), yaitu

Universitas Sumatera Utara

suatu hubungan berdasarkan mana pihak yang satu (majikan) berhak memberikan
perintah-perintah yang harus ditaati oleh pihak lain (buruh).1
Hamzah berpendapat, tenaga kerja adalah tenaga yang bekerja di dalam

maupun luar hubungan kerja dengan alat produksi utama dalam proses produksi
baik fisik maupun pikiran. Menurut Eeng Harman dan Epi Indriani, tenaga kerja
adalah penduduk yang dianggap sanggup bekerja bila ada permintaan untuk
bekerja.2
Pengertian hukum perburuhan menurut Molenaar, hukum perburuhan adalah
bagian hukum yang berlaku, yang pokoknya mengatur hubungan kerja antara
tenaga kerja dan pengusaha, antara tenaga kerja dan tenaga kerja. Menurut
Soetikno, hukum perburuhan adalah keseluruhan peraturan hukum mengenai
hubungan kerja yang mengakibatkan seseorang secara pribadi ditempatkan
dibawah

perintah/pimpinan

orang

lain

dan

mengenai


keadaan-keadaan

penghidupan yang langsung bersangkutpaut dengan hubungan kerja tersebut.3
Hubungan industrial Pancasila adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk
antara para pelaku dalam proses produksi barang dan jasa yang didasarkan atas
nilai-nilai yang merupakan manifestasi dari keseluruhan sila-sila dari Pancasila
dan UUD 1945, yang tumbuh dan berkembang di atas kepribadian bangsa dan
kebudayaan nasional Indonesia.4

1

Subekti, Aneka Perjanjian, Bandung : Penerbit Alumni, 1977, hal. 63
Dilihatya.com
:
Pengertian
Tenaga
Kerja
Menurut
Para

Ahli,
http://www.dilihatya.com/1762/pengertian-tenaga-kerja-menurut-para-ahli, diakses pada tanggal 3
Februari 2015 pukul 23.44
3
Tesishukum.com : Pengertian Hukum Ketenagakerjaan Menurut Para Ahli,
http://www.tesishukum.com/pengertian-hukum-ketenagakerjaan-menurut-para-ahli. diakses pada
tanggal 3 Februari 2015 pukul 23.57
4
Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan , Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hal. 23
2

Universitas Sumatera Utara

Penulisan skripsi ini membahas mengenai perlindungan terhadap buruh yang
bekerja dengan PKWT di PT. Perkebunan II Perkebunan Tanjung Jati,Kabupaten
Langkat.

Seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 34 ayat 2 yaitu negara mengembangkan

sistim jaminan sosial bagi seluruh rakyat. Jaminan sosial inilah yang harus
dipenuhi oleh setiap perusahaan terhadap pekerja terutama pekerja kontrak.
Kebijakan dasar dalam Hukum Ketenagakerjaan adalah untuk melindungi
pihak yang lemah, dalam hal ini adalah pekerja atau buruh dari kesewenangwenangan majikan atau pengusaha yang dapat timbul dalam hubungan kerja
dengan tujuan memberikan perlindungan hukum dan mewujudkan keadilan
sosial.5
Imam Soepomo membagi perlindungan pekerja menjadi tiga macam, yaitu
:
1. Perlindungan ekonomis,yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan
dengan usaha-usaha untuk memberikan kepada pekerja suatu penghasilan
yang cukup memenuhi keperluan sehari-hari baginya beserta keluarganya,
termasuk dalam hal pekerja tersebut tidak mampu bekerja karena sesuatu
diluar kehendaknya. Perlindungan ini disebut dengan jaminan sosial.
2. Perlindungan sosial, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan
usaha kemasyarakatan, yang tujuannya memungkinkan pekerja itu
mengenyam dan mengembangkan prikehidupannya sebagai manusia pada

5

Agusmidah ,Dilematika

Sofimedia,Jakarta,2011, Hal. 1

Hukum

Ketenagakerjaan,

Tinjauan

Politik

Hukum

Universitas Sumatera Utara

umumnya, dan sebagai anggota masyarakat dan anggota keluarga atau
yang biasa disebut kesehatan kerja.
3. Perlindungan teknis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan dengan
usaha-usaha untuk menjaga pekerja dari bahaya kecelakaan yang dapat
ditimbulkan oleh pesawat-pesawat atau alat kerja lainnya atau oleh bahan
yang diolah atau dikerjakan perusahaan. Perlindungan ini disebut dengan

keselamatan kerja.6
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
menyebutkan bahwa perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk
menjamin hak-hak buruh dan menjamin kesamaan kesempatan, serta perlakuan
tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan buruh dan
keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha.
Mengenai PKWT menjadi hal yang krusial dan mengemuka dewasa ini,
padahal sesungguhnya praktek PKWT telah lama ada.Dalam UU Ketenagakerjaan
pengaturan mengenai PKWT masih dapat dikatakan belum jelas dan masih
menimbulkan pengertian ganda. Dalam UU Ketenagakerjaan mendapatkan
landasan yuridisnya dalam Pasal 56 yang intinya berbunyi: 7
1. Perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tertentu atau untuk waktu
tidak tertentu.
2. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) didasarkan atas:
a. Jangka waktu; atau
6

Agusmidah, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Dinamika dan Kajian Teori, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 61

7
Ibid, hal 27

Universitas Sumatera Utara

b. Selesainya suatu pekerjaan tertentu.
Di bidang hukum ketenagakerjaan juga sangat mendapat perhatian untuk
mewujudkan terciptanya perlindungan hukum bagi tenaga kerja. Beberapa pasal
dalam UU Ketenagakerjaan yang mengatur mengenai perlindungan hukum, yaitu :
1.

Salah satu tujuan pembangunan ketenagakerjaan adalah memberikan
perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan
(Pasal 4 huruf c);
2. Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa
diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan (Pasal 5);
3. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa
diskriminasi dari pengusaha (pasal 6);
4. Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau
meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai

dengan bakat, minat, dan kemampuannya melalui pelatihan kerja
(Pasal 11);
5. Setiap pekerja/buruh memiliki kesempatan yang sama untuk
mengikuti pelatihan kerja sesuai dengan bidang tugasnya (Pasal 12
ayat 3);
6. Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama
untuk memilih, mendapatkan atau pindah pekerjaan dan memperoleh
penghasilan yang layak di dalam atau luar negeri (Pasal 31);
7. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlindungan atas
keselamatan dan kesejahteraan kerja, moral dari kesusilaan, dan
perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta
nilai-nilai agama (Pasal 86 ayat 1);
8. Setiap pekerja/buruh memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (Pasal 88 ayat 1);
9. Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh
jaminan sosial tenaga kerja (Pasal 99 ayat 1);
10. Setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat
pekerja/serikat buruh (Pasal 104 ayat 1);
Mengenai azas pemberlakuan ketentuan ketenagakerjaan terhadap semua
pekerja, dimana disebutkan bahwa semua ketentuan ketenagakerjaan berlaku

terhadap semua pekerja tanpa membedakan statusnya. Lingkup perlindungan
terhadap pekerja/buruh meliputi :

Universitas Sumatera Utara

1.

Perlindungan atas hak-hak dasar pekerja/buruh untuk berunding
dengan pengusaha;

2.

Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja;

3.

Perlindungan khusus bagi pekerja/buruh perempuan, anak, dan
penyandang cacat; dan

4.


Perlindungan tentang upah, kesejahteraan dan jaminan sosial tenaga
kerja.

Perkembangan perjanjian kerja pada saat ini banyak pengusaha yang
menggunakan PKWT. Hal ini dikarenakan terdapat berbagai faktor dan ketentuan
yang terdapat dalam PKWT dipandang lebih menguntungkan bagi pengusaha
tetapi di sisi lain tidak merugikan bagi pekerja sejauh tidak melanggar undangundang. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu ini diatur dalam Pasal 56

sampai

dengan Pasal 60 undang-undang nomor 13 tahun 2003. Mengacu pada Pasal 59
ayat 1 Undang-undang no. 13 tahun 2003, pengertian PKWT adalah perjanjian
kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha yang hanya dibuat untuk pekerjaan
tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai
dalam waktu tertentu, pasal 59 ayat 4 menyatakan bahwa PKWT yang didasarkan
atas jangka waktu tertentu dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan
hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu)
tahun.
Sebagai bentuk PKWT, buruh panen kelapa sawit tentu mempunyai hak
yang dilindungi oleh undang-undang ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia
saat ini.

Universitas Sumatera Utara

Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk mengulas PKWT secara
mendalam dalam skripsi

yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP PEKERJA/BURUH PKWT

DITINJAU DARI HUKUM

KETENAGAKERJAAN (STUDI KASUS DI DI PTPN II KEBUN
TANJUNG JATI, KABUPATEN LANGKAT)” ini.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebagaimana diuraikan di atas maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan
skripsi ini sebagai kerangka acuan dalam pembahasan selanjutnya sehingga
diharapkan uraian dan kesimpulan yang diperoleh pada akhir penulisan dapat
mudah dicerna dan dipahami.
Adapun permasalahan yang diajukan oleh Penulis dalam pembahasan
Skripsi

yang

berjudul

PEKERJA/BURUH

“PERLINDUNGAN
PKWT

HUKUM

DITINJAU

DARI

TERHADAP
HUKUM

KETENAGAKERJAAN (STUDI KASUS PKWT DI DI PTPN II KEBUN
TANJUNG JATI, KABUPATEN LANGKAT)” ini sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaturan perjanjian kerja waktu tertentu menurut undangundang ketenagakerjaan?
2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pekerja PKWT di Kebun
Tanjung Jati, Kabupaten Langkat?
3. Bagaimana akibat hukum bagi buruh apabila melanggar ketentuan
perjanjian kerja?

Universitas Sumatera Utara

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut
:
1. Untuk mengetahui pengaturan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)
menurut undang-undang ketenagakerjaan.
2. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap upah pekerja PKWT di
PTPN II Kebun Tanjung Jati, Kabupaten Langkat.
3. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap pelaksanaan jaminan
sosial bagi pekerja PKWT di PTPN II Kebun Tanjung Jati, Kabupaten
Langkat.

D .Manfaat Penulisan
1. Secara Teoritis
Pembahasan

terhadap

permasalahan-permasalahan

sebagaimana

diuraikan di atas akan memberikan informasi dan gambaran tentang
perkembangan hukum ketenagakerjaan di Indonesia yaitu mengenai
keberadaan buruh PKWT serta bagaimana perlindungan terhadap buruh
PKWT baik perlindungan terhadap jaminan kesehatan dan keselamatan kerja
serta bagaimana proses pemberian perlindungan hukum terhadap buruh
PKWT di Kebun Tanjung Jati juga kepada penerapan dari berbagai undangundang ketenagakerjaan yang bertujuan memberikan perlindungan kepada
buruh PKWT.

Universitas Sumatera Utara

Penulisan skripsi ini bermanfaat memberi kontribusi pemikiran dan
pandangan mengenai Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia terutama bagi
kalangan akademisi di Perguruan Tinggi dan juga pemerintah sebagai pembuat
kebijakan yang berkaitan dengan PKWT agar upaya terhadap pengurangan
hak-hak buruh PKWT dapat dipertimbangkan demi kepentingan buruh dan
keluarganya.
2. Secara Praktis
Pembahasan terhadap permasalahan yang diangkat diharapkan dapat
menjadi masukan bagi pembaca, khususnya bagi buruh PKWT mengenai
berbagai macam perlindungan hukum yang berhak diperolehnya dan juga
mengenai hukum yang berlaku untuk menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi dan juga kepada pengusaha agar dapat memperlakukan buruh PKWT
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan tetap
menjamin adanya perlindungan hukum bagi buruh PKWT. Penulisan skripsi
ini juga diharapkan bermanfaat bagi pemerintah untuk lebih lagi
meningkatkan kepeduliannya terhadap buruh PKWT terutama dalam
memberikan kepastian hukum.Penulisan skripsi

ini

juga diharapkan

bermanfaat bagi masyarakat luas, selain pihak buruh dan pengusaha, yaitu
kepada serikat buruh atau aktivis buruh yang berjuang untuk kepentingan
buruh.Kiranya penulisan skripsi ini dapat menjadi pola upaya perlindungan
terhadap buruh PKWT khususnya di Kebun Tanjung Jati dan di seluruh
Indonesia pada umumnya.

Universitas Sumatera Utara

E. Keaslian Penulisan
Perlindungan Hukum Terhadap Buruh PKWT

ditinjau dari Hukum

Ketenagakerjaan (Studi Buruh PKWT didi PTPN II Kebun Tanjung Jati,
Kabupaten Langkat) yang diangkat menjadi judul skripsi ini merupakan hasil
karya yang ditulis secara objektif, ilmiah melalui data-data referensi dari
buku-buku, bantuan dari para narasumber dan berbagai pihak. Skripsi ini juga
bukan merupakan jiplakan atau merupakan judul skripsi yang pernah diangkat
sebelumnya oleh orang lain.
F. Tinjauan Kepustakaan
Menurut

Undang-Undang

No.

13

Tahun

2003

Tentang

Ketenagakerjaan, pengertian tenaga kerja sebagaimana yang tertulis dalam
Pasal 1 butir 2 (dua) adalah “setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat”.
Imam

Soepomo

memberikan

definisi

hukum

ketenagakerjaan/perburuhan sebagai himpunan peraturan-peraturan baik
tertulis maupun tidak tertulis yang berkenaan dengan kejadian dimana seorang
bekerja pada orang lain dengan menerima upah.
Menurut

UU

Ketenagakerjaan

yang

dimaksud

dengan

Ketenagakerjaan menurut pasal 1 butir 1 (satu) adalah segala hal yang
berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah
masa kerja. Sedangkan hubungan industrial dalam Pasal 1 butir 16 Jo Pasal 1
butir 1 (satu) Undang-Undang Nomor 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial didefinisikan sebagai suatu system

Universitas Sumatera Utara

hubungan yang terbentuk antara pelaku dalam proses produksi barang
dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah
yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945.
G. Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan
analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan
konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu,
sistematis adalah berdasarkan suatu system, sedangkan konsisten berarti tidak
adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu.8
Suatu karya tulis ilmiah haruslah disusun berdasarkan data-data yang
benar dan bersifat objektif sehingga dapat diuji kebenarannya.Data adalah
kumpulan keterangan-keterangan baik tulisan maupun lisan untuk membantu
dan menunjang penelitian.
1. Spesifikasi Penelitian
Dalam penelitian hukum umumnya sumber data dibedakan antara data
primer dan data sekunder yang dari sudut kekuatan mengikatnya
digolongkan dalam:9
a. Data primer, yaitu data-data hukum yang diperoleh secara langsung
dari masyarakat. Dalam skripsi ini peneliti memperoleh data mengenai
Perlindungan Hukum Terhadap Buruh Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu dengan cara melakukan wawancara lapangan sebagai
8
9

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, ( Jakarta, UI Press: 1986), hlm. 42.
Ibid, hlm. 51

Universitas Sumatera Utara

partisipan dari seluruh rangkaian kegiatan objek penelitian yang
sedang berlanjut.
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka.
Penelitian Hukum yang dilakukan dengan cara meniliti bahan pustaka
saja atau data sekunder belaka dapat dinamakan penilitian hukum
normatif atau penelitian kepustakaan yang mana data-datanya dapat
diperoleh dari :
a. Bahan Hukum Primer adalah bahan hukum yang mempunyai
otoritas (autoratif),10 yang meliputi Undang-Undang Nomor 13
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Perjanjian Kerja Bersama PT.
Perkebunan II 2014-2015, KEPMEN/100/MEN/VI/2004, Peraturan
Daerah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, dll;
b. Bahan Hukum Sekunder,11 yaitu bahan-bahan yang memiliki
hubungan dengan bahan hukum primer dan dapat digunakan untuk
menganalisis dan memahami bahan hukum primer yang ada,
meliputi Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Tenaga Kerja;
c. Bahan Hukum Tersier,12 yang dapat memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti
misalnya kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif dan lain
sebagainya.

10

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum,(Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 47
Roni Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Galia Indonesia,
1990). hlm. 11
12
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif,( Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1985), hlm 23
11

Universitas Sumatera Utara

2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk melakukan penelitian terhadap data primer yakni data yang
diperoleh dari lapangan adalah dengan melakukan penilitian secara langsung
pada PTPN II Kebun Tanjung Jati, Kabupaten Langkat, dalam hal ini peneliti
menjadi partisipan dalam kegiatan yang sedang berlangsung.Seiringan dengan
berlangsungnya kegiatan tersebut peniliti melakukan berbagai kegiatan
wawancara.Sedangkan untuk data sekunder dilakukan dengan menelusuri
bahan kepustakaan dari berbagai sumber bacaan yakni buku-buku, pendapat
para sarjana dan artikel dalam internet.
3. Alat Penilitian
Dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan bagi penulisan
skripsi ini, penulis melakukan :
a. Studi Dokumen
Dalam hal ini penulis mempelajari dokumen seperti Buruh Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu untuk mengetahui latar belakang munculnya
buruh Perjanjian Kerja Waktu Tertentu pada PTPN II Kebun Tanjung
Jati, Kabupaten Langkat
b. Pedoman Wawancara
Penulis membuat pedoman wawancara berupa daftar pertanyaan yang
mempermudah penulis dalam melakukan wawancara dengan pihak
perusahaan maupun pekerja anak itu sendiri. Sehingga saat wawancara
lebih terfokus pada apa yang dipermasalahkan dalam penulisan skripsi.
4. Tahap Penelitian
Dalam melakukan penelitian terdapat empat tahap yang harus
ditempuh yaitu :

Universitas Sumatera Utara

a. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini penulis memulainya dengan membuat proposal
penelitian dan mengumpulkan literature yang berkaitan dengan skripsi
sebelum meneliti ke lapangan.
b. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap ini penulis berusaha mendapatkan sebanyak mungkin
data yang berguna bagi penulisan skripsi ini yaitu dengan mengadakan
penelitian ke lapangan dan juga kepustakaan.Penelitian yang dilakukan
dapat berupa penilitian untuk mendapatkan data perusahaan tersebut
maupun melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang memiliki
hubungan dengan penulisan skripsi.
c. Tahap Penyelesaian
Dalam tahap ini, data yang dikumpulkan disusun secara sistematis
kemudian diolah menjadi pembuatan skripsi.
d. Analisis Data
Data yang terkumpul tidak memberikan arti apa-apa bagi penelitian
tanpa dianalisis terlebih dahulu.Hal itu menjamin data tersebut sudah
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
H. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dibagi ke dalam 5 (lima) bab, dimana masing-masing
bab dibagi atas beberapa sub bab. Urutan bab-bab tersusun secara sistematik dan
saling berkaitan satu dengan yang lain. Uraian singkat bab-bab dan sub bab-sub
bab tersebut adalah sebagai sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

BAB I

PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang permasalahan,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian
penulisan, tinjauan pustaka, metode penulisan dan sistematika
penulisan.

BAB II

ASPEK HUKUM PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU
DI INDONESIA
Merupakan bab yang berisi tentang perjanjian kerja di Indonesia,
sejarah munculnya perjanjian kerja waktu tertentu di Indonesia,
serta pengaturan perjanjian kerja waktu tertentu dalam kerangka
hukum positif di Indonesia.

BAB III

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP BURUH PKWT DI
PTPN II KEBUN TANJUNG JATI
Merupakan bab yang berisi tentang profil KebunTanjung Jati dan
tentang pelaksanaan perjanjian kerja waktu tertentu yang meliputi
hak buruh di PTPN II Kebun Tanjung Jati, perlindungan hukum
bagi buruh PKWT di PTPN II Kebun Tanjung Jati

Bab IV

AKIBAT HUKUM BAGI BURUH YANG MELANGGAR
KETENTUAN PERJANJIAN KERJA DI PTPN II KEBUN
TANJUNG JATI
Merupakan bab yang berisi tentang akibat hokum bagi buruh yang
melanggar ketentuan perjanjian kerja atau buruh baik yang
diperjanjikan dalam perjanjian kerja maupun yang diatur di dalam
undang-undang ketenagakerjaan

Universitas Sumatera Utara

Bab V

PENUTUP
Bab yang berisi tentang kesimpulan terhadap penulisan skripsi dan
saran-saran terhadap perlindungan hukum bagi buruh perjanjian
kerja waktu tertentu.

Universitas Sumatera Utara