Analisis SWOT Rumah Sakit dalam Menghadapi Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional di RSUD Cut Meutia Lhokseumawe Kabupaten Aceh Utara

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Implementasi Kebijakan
2.1.1. Pengertian Kebijakan
Menurut Carl J Federick dalam Agustino (2008) mendefinisikan kebijakan
sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau
pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan
(kesulitan-kesulitan) dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan
kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Pendapat ini juga
menunjukan bahwa ide kebijakan melibatkan perilaku yang memiliki maksud dan
tujuan,

karena

kebijakan

harus

menunjukan


pelaksanaan

pekerjaan

yang

sesungguhnya dikerjakan dari rencana kegiatan pada suatu masalah.
Menurut United Nations dalam Wahab (2005) memberikan pengertian tentang
kebijakan sebagai perilaku dari sejumlah aktor (penjabat, kelompok, instansi
pemerintah) atau serangkaian aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Sedangkan
Helco dan Jone (1991) dalam Nugroho (2006) mengemukakan pengertian kebijakan
sebagai berikut : “policy is a course of action intended to accomplish some end”.
Kebijakan adalah suatu arah kegiatan yang tertuju kepada tercapainya beberapa
tujuan. Dari beberapa denifisi kebijakan tersebut di atas maka dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan kebijakan adalah suatu tindakan berpola yang
diarahkan pada pencapaian tujuan tertentu sebagai pedoman untuk bertindak dan

9
Universitas Sumatera Utara


bukan hanya sekedar keputusan untuk melakukan sesuatu. Selanjutnya istilah
kebijakan dikaitkan deangan kepetingan pemerintah atau Negara (publik), sehingga
akhirnya istilah kebijakan terkait erat dengan publik.
Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut di atas maka dapat disimpulkan
bahwa kebijakan adalah tindakan-tindakan atau kegiatan yang sengaja dilakukan atau
tidak dilakukan oleh seseorang, suatu kelompok atau pemerintah yang di dalamnya
terdapat unsur keputusan berupa upaya pemilihan diantara berbagai alternatif guna
mencapai maksud dan tujuan tertentu.
2.1.2 Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional
2.1.2.1 Pengertian dan Tujuan Program JKN
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2013) bahwa jaminan kesehatan adalah
jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau
iurannya dibayar oleh pemerintah. Program JKN merupakan bagian dari Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yaitu suatu tata cara penyelenggaraan program
jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial.
Sesuai Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 mengamanatkan bahwa
jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN). Seluruh rakyat wajib menjadi peserta tanpa kecuali. Adapun penyelenggara

program JKN adalah Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS ). Pembentukan
BPJS menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara

Universitas Sumatera Utara

Jaminan Sosial. Undang-Undang ini merupakan pelaksanaan dari Pasal 5 ayat (1) dan
Pasal 52 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional yang mengamanatkan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
dan transformasi kelembagaan PT Askes (Persero), PT Jamsostek (Persero), PT
TASPEN (Persero) dan PT ASABRI (Persero) menjadi Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial. Transformasi tersebut diikuti adanya pengalihan peserta, program,
aset dan liabilitas pegawai serta hak dan kewajiban. Undang-Undang ini membentuk
2 (dua) BPJS yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan
menyelenggarakan program jaminan

kesehatan dan BPJS

Ketenagakerjaan

menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan

pensiun dan jaminan kematian. Terbentuknya dua BPJS ini diharapkan secara
bertahap akan memperluas jangkauan kepesertaan progam jaminan sosial. BPJS
mempunyai tugas sesuai Undang-Undang yaitu (Kementerian Kesehatan RI, 2014):
a. Melakukan atau menerima pendaftaran peserta.
b. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja.
c. Menerima bantuan iuran dari pemerintah.
d. Mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta.
e. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial.
f. Membayarkan manfaat atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan
ketentuan program jaminan sosial.
g. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada
peserta dan masyarakat

Universitas Sumatera Utara

2.1.2.2 Paket Pelayanan Kesehatan dalam Program JKN
Program JKN mempunyai 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh
Peserta JKN, yaitu berupa pelayanan kesehatan (manfaat medis) serta akomodasi dan
ambulans (manfaat non medis). Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari
Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan

(Kementerian Kesehatan RI, 2013).
1. Prosedur Pelayanan
Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama harus memperoleh
pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama. Bila Peserta
memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka hal itu harus dilakukan
melalui rujukan oleh Fasilitas Kesehatan tingkat pertama, kecuali dalam keadaan
kegawatdaruratan medis.
2. Kompensasi Pelayanan
Bila di suatu daerah belum tersedia fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat guna
memenuhi kebutuhan medis sejumlah peserta, BPJS Kesehatan wajib memberikan
kompensasi yang dapat berupa: penggantian uang tunai, pengiriman tenaga
kesehatan atau penyediaan fasilitas kesehatan tertentu. Penggantian uang tunai
hanya digunakan untuk biaya pelayanan kesehatan dan transportasi.
3. Penyelenggara Pelayanan Kesehatan
Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua fasilitas kesehatan yang
menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan baik fasilitas kesehatan milik

Universitas Sumatera Utara

pemerintah, pemerintah daerah, dan swasta yang memenuhi persyaratan melalui

proses kredensialing dan rekredensialing.
Adapun manfaat program JKN terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu manfaat medis
berupa pelayanan kesehatan dan manfaat non medis meliputi akomodasi dan
ambulans. Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan
dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan. Manfaat Jaminan
Kesehatan Nasional mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan
kebutuhan medis. Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian
pelayanan:
a) Penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai
pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat.
b) Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), difteri pertusis Tetanus
dan hepatitisB (DPTHB), polio, dan campak.
c) Keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi, dan
tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana.
d) Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang ditujukan untuk mendeteksi
risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit tertentu.
e) Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif, masih ada
manfaat yang tidak dijamin meliputi: a. Tidak sesuai prosedur; b. Pelayanan di luar
fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS; c.Pelayanan bertujuan

kosmetik; d. General checkup, pengobatan alternatif; e. Pengobatan untuk

Universitas Sumatera Utara

mendapatkan keturunan, pengobatan impotensi; f. Pelayanan kesehatan pada saat
bencana ; dan g. Pasien bunuh diri atau Penyakit yang timbul akibat kesengajaan
untuk menyiksa diri sendiri atau bunuh diri atau narkoba.
2.1.2.3 Tarif Pelayanan Program JKN
a. Jenis Tarif Pelayanan
Tarif pelayanan program JKN didasarkan pada tarif Indonesian - Case Based
Groups yang selanjutnya disebut Tarif INA-CBG’s adalah besaran pembayaran klaim
oleh BPJS Kesehatan kepada fasilitas kesehatan tingkat lanjutan atas paket layanan
yang didasarkan kepada pengelompokan diagnosis penyakit (Kementerian Kesehatan
RI, 2013).
Tarif pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama meliputi
(a) tarif kapitasi yaitu rentang nilai yang besarannya untuk setiap fasilitaskKesehatan
tingkat pertama ditetapkan berdasarkan seleksi dan kredensial yang dilakukan oleh
BPJS Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Tarif
kapitasi diberlakukan bagi fasilitas kesehatan tingkat pertama yang melaksanakan
pelayanan kesehatan komprehensif kepada Peserta Program Jaminan Kesehatan

berupa rawat jalan tingkat pertama. (b) tarif non kapitasi yaitu nilai besaran yang
sama bagi seluruh fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang melaksanakan pelayanan
kesehatan kepada peserta program jaminan kesehatan berupa rawat inap tingkat
pertama dan pelayanan kebidanan dan neonatal (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Pembiayaan untuk pelayanan ambulans, pelayanan obat rujuk balik,
pelayanan skrining kesehatan tertentu, atau pelayanan kesehatan pada daerah

Universitas Sumatera Utara

terpencil dan kepulauan dibayar oleh BPJS Kesehatan yang diatur lebih lanjut dengan
Peraturan BPJS Kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
b. Iuran
Berdasarkan pedoman program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN),
dijelaskan bahwa Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan
secara teratur oleh peserta, pemberi kerja, dan/atau Pemerintah untuk program
jaminan kesehatan. Pembayar iuran dalam program JKN bagi peserta Penerima
Bantuan Iuran (PBI) adalah pemerintah (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Besarnya iuran JKN ditetapkan melalui Peraturan Presiden dan ditinjau ulang
secara berkala sesuai dengan perkembangan sosial, ekonomi, dan kebutuhan dasar
hidup yang layak. Setiap Peserta non PBI wajib membayar iuran yang besarnya

ditetapkan berdasarkan persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau
suatu jumlah nominal tertentu (untuk bukan penerima upah).
Setiap pemberi kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan
iuran peserta yang menjadi tanggung jawabnya, dan membayarkan iuran tersebut
setiap bulan kepada BPJS Kesehatan secara berkala (paling lambat tanggal 10 setiap
bulan). Apabila tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan
pada hari kerja berikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran JKN dikenakan denda
administratif sebesar 2% (dua persen) perbulan dari total iuran yang tertunggak dan
dibayar oleh pemberi kerja.
Peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja wajib
membayar iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan paling lambat tanggal 10

Universitas Sumatera Utara

(sepuluh) setiap bulan kepada BPJS Kesehatan. Pembayaran iuran JKN dapat
dilakukan diawal.
BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran JKN sesuai
dengan gaji atau upah peserta. Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan
pembayaran iuran, BPJS Kesehatan memberitahukan secara tertulis kepada pemberi
kerja dan/atau Peserta paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya

iuran. Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran diperhitungkan dengan
pembayaran iuran bulan berikutnya. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pembayaran iuran diatur dengan Peraturan BPJS Kesehatan.
c. Cara Pembayaran Fasilitas Kesehatan
BPJS Kesehatan akan membayar kepada fasilitas kesehatan tingkat pertama
dengan kapitasi. Untuk fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan, BPJS Kesehatan
membayar dengan sistem paket INA CBG’s. Mengingat kondisi geografis Indonesia,
tidak semua fasilitas kesehatan dapat dijangkau dengan mudah. Maka, jika di suatu
daerah tidak memungkinkan pembayaran berdasarkan kapitasi, BPJS Kesehatan
diberi wewenang untuk melakukan pembayaran dengan mekanisme lain yang lebih
berhasil guna (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Semua fasilitas kesehatan meskipun tidak menjalin kerja sama dengan BPJS
Kesehatan wajib melayani pasien dalam keadaan gawat darurat, setelah keadaan
gawat daruratnya teratasi dan pasien dapat dipindahkan, maka fasilitas kesehatan
tersebut wajib merujuk ke fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan. BPJS Kesehatan akan membayar kepada fasilitas kesehatan yang tidak

Universitas Sumatera Utara

menjalin kerjasama setelah memberikan pelayanan gawat darurat setara dengan tarif

yang berlaku di wilayah tersebut.
d. Pertanggungjawaban BPJS Kesehatan
BPJS Kesehatan wajib membayar fasilitas kesehatan atas pelayanan yang
diberikan kepada Peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak dokumen klaim
diterima lengkap. Besaran pembayaran kepada fasilitas kesehatan ditentukan
berdasarkan kesepakatan antara BPJS Kesehatan dan Asosiasi fasilitas kesehatan di
wilayah tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan. Dalam hal tidak ada kesepakatan atas besaran pembayaran, Menteri
Kesehatan memutuskan besaran pembayaran atas program JKN yang diberikan.
Asosiasi Fasilitas Kesehatan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan (Kementerian
Kesehatan RI, 2013).
Dalam JKN, peserta dapat meminta manfaat tambahan berupa manfaat yang
bersifat non medis berupa akomodasi. Misalnya: peserta menginginkan kelas
perawatan yang lebih tinggi daripada haknya, dapat meningkatkan haknya dengan
mengikuti asuransi kesehatan tambahan, atau membayar sendiri selisih antara biaya
yang dijamin oleh BPJS Kesehatan dan biaya yang harus dibayar akibat peningkatan
kelas perawatan, yang disebut dengan iuran biaya (additional charge). Ketentuan
tersebut tidak berlaku bagi peserta PBI.
2.1.2.4 Kepesertaan Program JKN
Peserta JKN adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling
singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran. Pekerja adalah

Universitas Sumatera Utara

adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau imbalan dalam
bentuk lain. Sedangkan pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan
hukum, atau badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara
negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau
imbalan dalam bentuk lainnya.(Perpres RI No.111,2013)
Peserta tersebut meliputi: PBI dan non PBI dengan rincian sebagai berikut:
a.

Peserta PBI jaminan kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan
orang tidak mampu.

b.

Peserta non PBI adalah peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak
mampu yang terdiri atas:
a) Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu: PNS; Anggota TNI
atau Polri; Pejabat Negara; Pegawai Pemerintah Non PNS; Pegawai Swasta;
dan pekerja yang tidak termasuk tersebut yang menerima upah.
b) Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu: pekerja di luar
hubungan kerja atau pekerja mandiri dan pekerja yang tidak termasuk huruf a
yang bukan penerima upah. Pekerja tersebut termasuk warga negara asing
yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.
c) Bukan pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas: investor; pemberi kerja;
penerima pensiun; veteran; perintis kemerdekaan; dan bukan pekerja yang
tidak termasuk tersebut yang mampu membayar iuran.
d) Penerima pensiun terdiri atas: pegawai negeri sipil yang berhenti dengan hak
pensiun; anggota TNI dan anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;

Universitas Sumatera Utara

pejabat negara yang berhenti dengan hak pensiun; penerima pensiun selain
tersebut di atas; dan janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun
sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d yang mendapat
hak pensiun.
e) Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi: istri atau suami yang
sah dari peserta; dan anak kandung, anak tiri atau anak angkat yang sah dari
peserta, dengan kriteria: tidak atau belum pernah menikah atau tidak
mempunyai penghasilan sendiri; dan belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun
atau belum berusia 25 (duapuluh lima) tahun yang masih melanjutkan
pendidikan formal. Sedangkan peserta bukan PBI JKN dapat juga
mengikutsertakan anggota keluarga yang lain.
f) WNI di luar negeri. Jaminan kesehatan bagi pekerja WNI yang bekerja di luar
negeri diatur dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tersendiri.
Prosedur pendaftaran Peserta program JKN meliputi:
a.

Pemerintah mendaftarkan PBI JKN sebagai peserta kepada BPJS Kesehatan.

b.

Pemberi kerja mendaftarkan pekerjanya atau pekerja dapat mendaftarkan diri
sebagai peserta kepada BPJS Kesehatan.

c. Bukan pekerja dan peserta lainnya wajib mendaftarkan diri dan keluarganya
sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.
Adapun hak dan kewajiban peserta program JKN berhak mendapatkan a)
identitas peserta dan b) manfaat pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang
bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Setiap Peserta yang telah terdaftar pada BPJS

Universitas Sumatera Utara

Kesehatan berkewajiban untuk: (a) membayar iuran dan (b) melaporkan data
kepesertaannya kepada BPJS Kesehatan dengan menunjukkan identitas Peserta pada
saat pindah domisili dan atau pindah kerja. Sedangkan masa berlaku kepesertaan JKN
berlaku selama yang bersangkutan membayar Iuran sesuai dengan kelompok peserta,
dan status kepesertaan akan hilang bila Peserta tidak membayar Iuran atau meninggal.
Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional dilakukan secara bertahap, yaitu
tahap pertama mulai 1 Januari 2014, kepesertaannya paling sedikit meliputi: PBI
Jaminan Kesehatan; anggota TNI atau PNS di lingkungan Kementerian Pertahanan
dan anggota keluarganya; anggota Polri atau PNS di lingkungan Polri dan anggota
keluarganya; peserta asuransi kesehatan PT Askes (Persero) beserta anggota
keluarganya, serta peserta Jamsostek dan anggota keluarganya.
2.1.2.5 Organisasi Penyelenggaraan JKN
Adapun organisasi penyelenggaran JKN dalam SJSN adalah sebagai berikut:
1. Lembaga Penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
JKN diselenggarakan oleh BPJS yang merupakan badan hukum publik milik
negara yang bersifat non profit dan bertanggung jawab kepada Presiden. BPJS terdiri
atas Dewan Pengawas dan Direksi. Dewan Pengawas terdiri atas 7 (tujuh) orang
anggota: 2 (dua) orang unsur pemerintah, 2(dua) orang unsur pekerja, 2 (dua) orang
unsur pemberi kerja, 1 (satu) orang unsur tokoh masyarakat. Dewan Pengawas
tersebut diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Direksi terdiri atas paling sedikit 5
(lima) orang anggota berasal dari unsur profesional. Direksi sebagaimana dimaksud
diangkat diberhentikan oleh Presiden.

Universitas Sumatera Utara

Dewan pengawas dalam melaksanakan pekerjaannya mempunyai fungsi,
tugas, dan wewenang pelaksanaan tugas BPJS dengan uraian sebagai berikut:
1) Fungsi Dewan Pengawas adalah melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas
BPJS.
2) Dewan Pengawas bertugas untuk: (a) melakukan pengawasan atas kebijakan
pengelolaan BPJS dan kinerja Direksi (b) melakukan pengawasan atas
pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan Dana Jaminan Sosial oleh Direksi,
(c) memberikan saran, nasihat, dan pertimbangan kepada Direksi mengenai
kebijakan dan pelaksanaan pengelolaan BPJS; dan (d) menyampaikan laporan
pengawasan penyelenggaraan Jaminan Sosial sebagai bagian dari laporan BPJS
kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN.
3) Dewan Pengawas berwenang untuk (a) menetapkan rencana kerja anggaran
tahunan BPJS, (b) mendapatkan atau meminta laporan dari Direksi, (c) mengakses
data dan informasi mengenai penyelenggaraan BPJS, (d) melakukan penelaahan
terhadap data dan informasi mengenai penyelenggaraan BPJS; dan (e)
memberikan saran dan rekomendasi Presiden mengenai kinerja Direksi.
Fungsi, tugas, dan wewenang direksi dalam menyelenggarakan JKN, direksi
BPJS mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang sebagai berikut:
1) Direksi berfungsi melaksanakan penyelenggaraan kegiatan operasional BPJS
yang menjamin peserta untuk mendapatkan manfaat sesuai dengan haknya.
2) Direksi bertugas untuk (a) melaksanakan pengelolaan BPJS yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi mewakili BPJS di dalam

Universitas Sumatera Utara

dan di luar pengadilan; dan (b) menjamin tersedianya fasilitas dan akses bagi
Dewan Pengawas untuk melaksanakan fungsinya.
3) Direksi berwenang untuk (a) melaksanakan wewenang BPJS, (b) menetapkan
struktur organisasi beserta tugas pokok dan fungsi, tata kerja organisasi, dan
sistem kepegawaian, (c) menyelenggarakan manajemen kepegawaian BPJS
termasuk mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan pegawai BPJS serta
menetapkan penghasilan pegawai BPJS, (d) mengusulkan kepada Presiden
penghasilan bagi Dewan Pengawas dan Direksi, (e) menetapkan ketentuan dan
tata cara pengadaan barang dan jasa dalam rangka penyelenggaraan tugas BPJS
dengan memperhatikan prinsip transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan
efektivitas, (e) melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS paling banyak
Rp100.000.000.000 (seratus miliar rupiah) dengan

persetujuan Dewan

Pengawas, (f) melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS lebih dari
Rp100.000.000.000 (seratus miliar rupiah) sampai dengan Rp500.000.000.000
(lima ratus miliar rupiah) dengan persetujuan Presiden; dan (h) melakukan
pemindahtanganan aset tetap BPJS lebih dari Rp500.000.000.000 (lima ratus
miliar rupiah) dengan persetujuan DPR RI.
Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang
Direksi diatur dengan Peraturan Direksi.

Persyaratan untuk menjadi Dewan

Pengawas dan Dewan Direksi diatur dalam UU Nomor 24 tahun 2011.

Universitas Sumatera Utara

2. Hubungan Antar Lembaga
BPJS melakukan kredensialing terhadap fasilitas yang akan bekerja sama
dengan BPJS. Kredensialing merupakan kegiatan peninjauan dan penyimpanan datadata fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) berkaitan dengan pelayanan profesinya
yang mencakup lisensi, riwayat malpraktek, analisis pola praktek dan sertifikasi;
merupakan suatu kegiatan dari BPJS kesehatan untuk melakukan kualifikasi fasilitas
pelayanan kesehatan (fasyankes); dan merupakan proses evaluasi untuk menyetujui
atau menolak fasyankes apakah dapat diikat dalam kerjasama dengan BPJS
kesehatan, yang penilaiannya didasarkan pada aspek administrasi dan teknis
pelayanan. Persyaratan yang harus dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Permenkes
RI Nomor 71 tahun 2013 Pasal 5 ayat (1), bagi Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat
lanjutan terdiri atas:
a. Untuk klinik utama atau yang setara harus memiliki:
1. Surat Ijin Operasional;
2. Surat Ijin Praktik (SIP) tenaga kesehatan yang berpraktik;
3. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan;
4. Perjanjian kerja sama dengan laboratorium, radiologi, dan jejaring lain jika
diperlukan; dan
5. Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan
Kesehatan Nasional.

Universitas Sumatera Utara

b. Untuk rumah sakit harus memiliki:
1. Surat Ijin Operasional;
2. Surat Penetapan Kelas Rumah Sakit;
3. Surat Ijin Praktik (SIP) tenaga kesehatan yang berpraktik;
4. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan;
5. Perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan;
6. Sertifikat akreditasi; dan
7. Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan
Kesehatan Nasional.
3. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional
merupakan bagian dari sistem kendali mutu dan biaya. Kegiatan ini merupakan
tanggung jawab Menteri Kesehatan berkoordinasi dengan Dewan Jaminan Sosial
Nasional (DJSN).
4. Pengawasan
Pengawasan terhadap BPJS dilakukan secara eksternal dan internal.
Pengawasan internal oleh organisasi BPJS meliputi dewan pengawas, satuan
pengawas internal dan pengawasan eksternal yang dilakukan oleh DJSN dan.
Lembaga pengawas independen.

Universitas Sumatera Utara

2.2. Strategi
2.2.1. Pengertian Strategi
Menurut Chandler dalam Rangkuti (2009) strategi merupakan alat untuk
mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program
tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. Menurut Hamel dan Prahalad dalam
Rangkuti (2009) strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa
meningkat) dan terus-menerus serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa
yang diharapkan oleh para pelanggan dimasa depan. Sedangkan menurut pakar
strategi lain, yaitu Pearce dan Robinson (2005) pengertian strategi adalah: ”Strategic
is mean managers large scale, future oriented plans for interacting with the
competitive environment to achieve company objectives”, berarti strategi adalah
rencana para manajer yang berskala besar dan berorientasi ke masa depan untuk
berinteraksi dengan lingkungan persaingan guna mencapai sasaran perusahaan.
Menurut David (2006), manajemen strategi didefinisikan sebagai seni dan ilmu
untuk memformulasi, mengimplementasi dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi
yang memungkinkan perusahaan dapat mencapai tujuannya. Secara tersirat,
manajemen strategi berfokus pada mengintegrasikan manajemen, pemasaran,
keuangan/akuntansi, produksi atau operasional, penelitian dan pengembangan dan
sistem informasi komputer untuk mencapai tujuan organisasi.
Manajemen strategi merupakan langkah awal perusahaan bergerak. Seluruh
kegiatan perusahaan bergantung pada perencanaan strategis yang dirumuskan.
Perusahaan yang merumuskan strategi yang tepat dan mampu menerapkannya dalam

Universitas Sumatera Utara

kegiatan operasi dapat mencapai kesuksesan. Manajemen strategi mempunyai
kelebihan yaitu untuk mengembangkan nilai perusahaan, kemampuan manajerial,
tanggung jawab organisasi dan sistem administrasi. Manajemen strategi juga berperan
dalam sistem pengambilan keputusan organisasi baik operasional maupun fungsional.
2.2.2. Manfaat Strategi
Strategi menggambarkan arah perusahaan dan merupakan perkiraan terhadap
apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Manfaat merumuskan strategi
bagi perusahaan dapat digunakan sebagai pemecahan masalah di masa yang akan
datang. Menurut Tripomo dan Udan (2005), rumusan strategi yang baik memiliki
manfaat sebagai berikut:
(a) Mendorong pemahaman terhadap kondisi sebenarnya di dalam perusahaan
(b)Mengatasi konflik yang disebabkan oleh arah pengembangan perusahaan yang
tidak jelas.
(c) Pemanfaatan secara efektif dan alokasi sumberdaya perusahaan yang terbatas.
(d)Memenangkan kompetisi persaingan antar perusahaan yang sangat ketat.
(e) Mampu

membantu

perusahaan

mencapai

keinginan

dan

memecahkan

permasalahan yang rumit.
2.2.3. Proses Perencanaan Strategi
Miner (1977) dalam Rangkuti (2009) strategi adalah respon secara terus
menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan
kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi. Menurut Hartono (2010)
proses perencanaan strategi adalah proses manajerial dalam rangka mengupayakan

Universitas Sumatera Utara

dan menjamin adanya kesesuaian strategis (strategic fit) antara tujuan akhir (goals)
dan peluang-peluang dipasar yang sedang berubah.
Menurut Rangkuti (2009) proses perencanaan strategi adalah melalui tiga
tahap analisis yaitu: tahap pengumpulan data, tahap analisis dan tahap pengambilan
keputusan. Tahap pertama adalah tahap pengumpulan data. Data pada tahap ini dibagi
menjadi dua yaitu: data eksternal dan data internal. Tahap kedua adalah tahap analisis
data untuk menentukan strategi-strategi alternatif, dimana dapat menggunakan teknikteknik seperti matriks SWOT, matriks BCG, matriks IE (internal-eksternal), matriks
SPACE, dan matriks grand strategy. Berikutnya tahap ketiga merupakan tahap
pengambilan keputusan dengan tehnik QSPM (Quantitative strategic planning
matriks) dimana tehnik ini menggunakan informasi dari tahap input untuk
mengevaluasi alternatif strategi yang paling strategis dan sesuai untuk dilakukan pada
tahap analisis.
a. Matriks Faktor Strategi Eksternal
Sebelum membuat matriks faktor strategi eksternal, perlu mengetahui terlebih
dahulu EFAS (External Strategic Factors Analysis Summary). Berikut ini contoh
tabel cara menentuan faktor strategi eksternal (EFAS):
Tabel 2.1 Contoh Matrik EFAS (External Strategy Factor Analysis Summary)
Faktor Strategi Eksternal
Peluang
Total Peluang
Ancaman
Total Ancaman
Total EFAS
Sumber : Rangkuti (2009)

Bobot

Rating

Babot x Rating

Catatan

Universitas Sumatera Utara

Keterangan :
1) Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman)
2) Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dengan 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting).
3) Hitung Rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan
skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh
faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai
rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang makin besar diberi
rating +4, tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating +1). Pemberian nilai rating
ancaman adalah kebalikannya.
4) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh
faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk
masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding)
sampai dengan 1,0 (poor)
5) Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktorfaktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.
6) Jumlah skor pembobotan (pada kolom), untuk memperoleh total skor pembobotan
bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukan bagaimana
perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya. Total
skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan
perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan daftar faktor peluang dan ancaman setelah diberi pembobotan
dan rating, dapat dilihat faktor peluang dan ancaman mana yang paling dominan
dengan melihat weight score tertinggi.
b. Matriks faktor Strategi Internal
Menurut Rangkuti (2009) setelah faktor-faktor strategi internal suatu
perusahaan diidentifikasi, suatu tabel IFAS (Internal Strategic Factors Analysis
Summary) disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal tersebut dalam
kerangka Strenght dan Weakness perusahaan. Berikut ini contoh tabel cara
menentukan faktor strategi internal (IFAS) :
Tabel 2.2 Contoh Matrik IFAS (Internal Strategy Factor Analysis Summary)
Faktor Strategi Internal
Kekuatan
Total Kekuatan
Kelemahan
Total Kelemahan
Total IFAS
Sumber : Rangkuti (2009)

Bobot

Rating

Babot x Rating

Catatan

Tahapnya adalah sebagai berikut :
1) Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan dalam
kolom 1.
2) Beri bobot masing-masing tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting)
sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terdapat
posisi strategi perusahaan (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi
skor total 1,00).

Universitas Sumatera Utara

3) Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan
skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh
faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variabel yang
bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai
dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkannya dengan ratarata industri atau dengan pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif
kebalikannya.
Berdasarkan daftar faktor kekuatan dan kelemahan setelah diberi pembobotan
dan rating, dapat dilihat faktor kekuatan dan kelemahan mana yang lebih dominan
dengan melihat weight score tertinggi.

2.3. Analisis SWOT
Pada perumusan suatu strategi korporasi dengan efektif, kita harus mengetahui
dahulu keadaan sekeliling (lingkungan eksternal) dan keadaan perusahaan sendiri
(lingkungan internal). Itulah sebabnya mengapa dalam strategi korporasi, setelah kita
mampu membentuk misi dan tujuan, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah
melakukan suatu analisis strategik. Dengan penganalisisan strategik, diharapkan
mampu menampilkan suatu tujuan jangka pendek dan jangka panjang beserta grand
or generic strategy and operating strategy (Mulyadi, 1997).
Salah satu alat yang dapat dipakai untuk analisis strategik dan mengetahui
keunggulan dan kelemahan suatu perusahaan umumnya dan khususnya dalam
memenangkan persaingan dalam menghadapi lingkungannya adalah analisis SWOT,
yaitu analisis terhadap kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang atau

Universitas Sumatera Utara

(opportunities) dan ancaman (threats) yang dimiliki dan dihadapi oleh perusahaan.
Hal yang umum bahwa analisis SWOT itu sendiri timbul secara langsung atau tidak
langsung dikarenakan persaingan yang datang dari perusahaan lain yang
memproduksi barang dan jasa yang sejenis dengan produk perusahaan. Hal ini
membuat perusahaan harus menetapkan strategi untuk memenangkan persaingan atau
dapat bertahan hidup. Persaingan yang semakin ketat dan tajam mengakibatkan
perusahaan membutuhkan antisipasi yang tepat dan akurat sehingga perusahaan dapat
memasarkan produknya di pasar, dan bahkan bila memungkinkan, menjadi pemimpin
pasar. Untuk itu, perusahaan harus menetapkan dan merealisasikan strategi agar
perusahaan dapat bertahan dalam lingkungan yang dinamis (Rangkuti, 2009). Berikut
ini adalah pengertian dan contoh analisis SWOT :
1. Strengths atau kekuatan-kekuatan :
Merupakan keunggulan-keunggulan internal dan kondisi internal lainnya yang
dimiliki suatu perusahaan dan memungkinkannya mendapatkan keuntungan strategis
dalam usahanya mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Contoh strengths
adalah :
a. Kemampuan pendanaan yang memadai.
b. Sikap positif dari perusahaan terhadap produk/pelayanan perusahaan.
c. Penggunaan teknologi yang tepat dan mutakhir.
d. Kemampuan perusahaan beroperasi dengan biaya rendah.
e. Manajemen yang handal.
f. Lokasi yang strategis
g. Kemampuan perusahaan dalam inovasi produk.

Universitas Sumatera Utara

h. Sinergi dari unit-unit bisnis,
i.

Dan lain – lain.

2. Weaknesses atau kelemahan-kelemahan
Merupakan kelemahan-kelemahan internal dan kondisi internal lainnya yang
dimiliki oleh rumah sakit dan memungkinkan rumah sakit tersebut mengalami
kegagalan dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Contoh weaknesses
adalah :
a. Arah strategi yang tidak jelas.
b. Keterampilan manajerial yang kurang memadai.
c. Ketidakmampuan pemakaian teknologi.
d. Karyawan tidak memiliki keterampilan yang memadai.
e. Pelaksanaan strategi yang tidak efektif.
f. Jaringan distribusi yang lemah.
g. Biaya produksi dan operasi yang lebih tinggi dari pada pesaing.
h. Fasilitas operasi kurang memadai.

3.

i.

Budaya organisasi yang tidak jelas.

j.

Dan lain – lain.
Opportunities atau peluang-peluang
Merupakan faktor dan situasi eksternal yang secara nyata membantu usaha-

usaha rumah sakit dalam mencapai tujuan-tujuannya. Dalam hubungannya dengan
jenjang bisnis, peluang-peluang ini selalu berkaitan dengan adanya pasar potensial.
Sedangkan untuk rumah sakit, peluang-peluang ini selalu melibatkan usaha untuk
melakukan merger dan akuisisi. Contoh opportunities adalah :

Universitas Sumatera Utara

a. Menambah pelayanan terhadap kelompok konsumen.
b. Memasuki pasar baru atau segmen baru.
c. Mengembangkan produk agar mampu mencapai kebutuhan konsumen
yang lebih luas.
d. Peraturan pemerintah yang menguntungkan rumah sakit.
e. Dan lain – lain.
4. Treats atau ancaman-ancaman
Faktor eksternal memungkinkan rumah sakit mengalami kegagalan dalam
usahanya mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Menurut sejarahnya, konsep
threats ini mula-mula hanya terbatas pada faktor pesaing tetapi kemudian
berkembang ke faktor lainnya seperti pemerintah, serikat pekerja, masyarakat, dan
stakeholder lainnya. (Magister Manajemen Rumah Sakit UGM, 1997). Contoh
threats adalah :
a. Masuknya pesaing baru yang menawarkan biaya rendah.
b. Persyaratan untuk memenuhi peraturan pemerintah yang terlalu mahal.
c. Perubahan-perubahan kebutuhan dan keinginan konsumen.
d. Perubahan-perubahan demografis.
e. Dan lain-lain.
Matriks

SWOT

(Strengths-Weakness-Opportunity-Threats)

dapat

menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dinilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan 4 (empat) set kemungkinan alternatif
strategis.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.3 Matriks SWOT
STRENGTHS (S)
WEAKNESSES (W)
Tentukan 5-10 kekuatan Tentukan 5-10 faktor
internal
kelemahan internal
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO
Tentukan 5-10 faktor Ciptakan strategi yang
peluang eksternal
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang.

STRATEGI WO
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang.

TREATHS (T)
Tentukan 5-10 faktor
ancaman eksternal

STRATEGI WT
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman

STRATEGI ST
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman

Sumber : Rangkuti (2009)
a. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya. Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk
memanfaatkan peluang eksternal
b. Strategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk
mengatasi ancaman.
c. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada bertujuan untuk memperbaiki kelemahan
internal dengan memanfaatkan peluang eksternal

Universitas Sumatera Utara

d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Langkah-langkah dalam menyusun Matriks SWOT adalah:
a. Tuliskan peluang eksternal kunci perusahaan.
b. Tuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan
c. Tuliskan kekuatan internal kunci perusahaan
d. Tuliskan kelemahan internal kunci perusahaan.
e. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasil Strategi SO
dalam sel yang ditentukan.
f. Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan catat hasil Strategi
WO dalam sel yang ditentukan.
g. Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasil Strategi ST
dalam sel yang ditentukan.
h. Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasil Strategi
WT dalam sel yang ditentukan.
2.4. Analisis Kinerja Rumah Sakit Menggunakan Analisis SWOT
Analisis SWOT dapat digunakan untuk mengetahui posisi kinerja rumah sakit
saat ini yang antara lain meliputi bidang pelayanan, organisasi dan sumber daya
manusia (SDM), keuangan, sarana dan prasarana serta alat. Penetapan nilai bobot dan
skalanya (rating) dalam analisis tersebut didasarkan atas hasil diskusi yang
melibatkan seluruh unit.

Universitas Sumatera Utara

Pembobotan faktor internal dan eksternal untuk setiap bidang didasarkan pada
besarnya pengaruh bidang tersebut kinerja rumah sakit yang diukur dari kontribusi
yang dihasilkan dan besarnya usaha. Perhitungan pembobotan dan rating dilakukan
dengan cara masing-masing faktor dan sub faktor bobot diberi nilai (dalam %) serta
ditentukan peringkatnya (dengan skala 1-5) sesuai dengan besarnya peranan terhadap
kinerja rumah sakit (Studi Kelayakan RSUP H. Adam Malik, 2002).
Hasil analisis SWOT selanjutnya digunakan sebagai acuan rumah sakit untuk
menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam upaya memaksimalkan kekuatan dan
memanfaatkan peluang serta secara bersamaan berusaha untuk meminimalkan
kelemahan dan mengatasi ancaman. Hal tersebut penting dilakukan dalam rangka
meningkatkan kinerja rumah sakit yang berkesinambungan dimasa datang. Untuk
mengetahui posisi rumah sakit berdasarkan analisis SWOT dapat dilihat pada gambar
2.1.
PELUANG
3
Mendukung
Strategi Turn-Around

1
Mendukung
Strategi Agresif

KELEMAHAN
4
Mendukung
Strategi Defensif

KEKUATAN
2
Mendukung
Strategi Diversifikasi
ANCAMAN

Gambar 2.1 Diagram SWOT (Rangkuti, 2009)

Universitas Sumatera Utara

Keterangan:
1. Kuadran 1 (pengembangan dan pertumbuhan)
Merupakan dimana kondisi memiliki peluang dan kekuatan, sehingga perusahaan
dapat memanfaatkan peluang dan meminimalkan ancaman sehingga mendukung
strategi agresif. Dalam kuadran ini kekuatan yang dimiliki rumah sakit lebih
dominan dari pada kelemahannya, di samping itu peluang untuk tumbuh yang
dimiliki rumah sakit sangat bagus, maka perlu memupuk dana yang lebih besar
untuk investasi atau pengembangan dalam mengejar pertumbuhan.
2. Kuadran 2 (Stabilisasi dan Konsolidasi Internal)
Merupakan dimana kondisi mendukung strategi diversifikasi yaitu menggunakan
kekuatan untuk meminimalkan ancaman dan memanfaatkan peluang. Peluang
untuk tumbuh rumah sakit masih ada dengan terlebih dahulu harus mengadakan
stabilisasi dan konsolidasi internal karena masih ada kelemahan faktor internal
baik di bidang pelayanan keuangan, organisasi dan SDM serta sarana prasarana
dan alat.
3. Kuadran 3 (Penciutan Kegiatan)
Merupakan kondisi perusahaan menghadapi peluang yang besar tetapi di lain
pihak menghadapi kelemahan sehingga mendukung strategi Turn-Around. Dalam
kuadran ini rumah sakit menghadapi tantangan yang cukup berat karena tidak
mempunyai peluang untuk tumbuh, pasarnya mulai menurun dan kondisi internal
lemah, maka perlu penciutan kegiatan usaha.
4. Kuadran 4 (Diversifikasi Kegiatan)
Merupakan kondisi perusahaan yang sangat tidak menguntungkan, karena selain
mempunyai kelemahan perusahaan harus menghadapi ancaman sehingga

Universitas Sumatera Utara

mendukung strategi defensif. Dalam kuadran ini posisi rumah sakit berada dalam
pasar sangat kecil dan tingkat pertumbuhan rendah sehingga perlu diversifikasi
usaha.
2.5. Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes RI, 2010). Menurut Undang-Undang
No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menjelaskan bahwa rumah sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, rumah sakit adalah

gedung tempat merawat orang sakit, gedung tempat menyediakan dan memberikan
pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan.
Penyelenggaraan rumah sakit bertujuan (a) mempermudah akses masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan; (b) memberikan perlindungan terhadap
keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di
rumah sakit; (c) meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah
sakit; dan (d) memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya
manusia rumah sakit, dan institusi rumah sakit.
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna. Adapun fungsi rumah sakit adalah:

Universitas Sumatera Utara

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit;
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
Adapun kewajiban Rumah Sakit adalah:
a. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada
masyarakat;
b. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan
efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit;
c. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan
pelayanannya;
d. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai
dengan kemampuan pelayanannya;
e. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin;
f. Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan
pasien tidak mampu atau miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka,

Universitas Sumatera Utara

ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti
sosial bagi misi kemanusiaan;
g. Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien;
h. Menyelenggarakan rekam medis;
i.

Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana ibadah,
parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak,
lanjut usia;

j.

Melaksanakan sistem rujukan;

k. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika
serta peraturan perundang-undangan;
l.

Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban
pasien;

m. Menghormati dan melindungi hak-hak pasien;
n. Melaksanakan etika Rumah Sakit;
o. Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana;
p. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional
maupun nasional;
q. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau
kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya;
r. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit (hospital by laws);

Universitas Sumatera Utara

s. Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah Sakit
dalam melaksanakan tugas; dan memberlakukan seluruh lingkungan rumah
sakit sebagai kawasan tanpa rokok.

2.6. Landasan Teori
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2013) bahwa jaminan kesehatan adalah
jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau
iurannya dibayar oleh pemerintah. Program JKN merupakan bagian dari Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yaitu suatu tata cara penyelenggaraan program
jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial.
Kebijakan JKN merupakan salah satu kebijakan publik bidang kesehatan yang
harus diselenggarakan oleh rumah sakit dalam memeberikan pelayananan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat (Permenkes RI, 2010). Implementasi kebijakan program JKN pada
rumah sakit sangat mendukung tugas dan fungsi rumah sakit sebagai sarana
pelayanan kesehatan lanjutan, sehingga memerlukan strategi dalam implementasinya.
Landasan teori dalam penelitian ini adalah menggunakan teori analisis SWOT
untuk mengenali kekuatan (Strenght), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunity)
dan ancaman (Threat) pada rumah sakit. Membangun strategi bersaing yang berhasil,

Universitas Sumatera Utara

mengharuskan rumah sakit memperbesar kekuatan untuk mengatasi kelemahannya.
(Rangkuti, 2009).
Analisis SWOT penting dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja rumah
sakit yang berkesinambungan di masa datang. Untuk mengetahui posisi rumah sakit
berdasarkan analisis SWOT dapat dilihat pada gambar 2.2.
Strategi Stabil
O (Opportunity)

(II)

Aggresive
Maintenanc

Strategi Bertumbuh
Stable
Growth

(I)

0,7
0,6

Selektive
Maintenance

0,5

Rapid
Growth

0,4

W (Weakness)
-0,7 -0,6

S (Strength)
-0,5 -0,4

0,3

-0,3

Turn Around
Giurella

0,4

0,5

0,7

-0,3

Conglomerate
Diversifivation

-0,4
-0,5

Strategi
Bertahan
Hidup
(III)

0,6

Nice

-0,6
-0,7

Concentric
Diversifi
-cation

Strategi Diversifikasi
(IV)

Gambar 2.2. Posisi Rumah Sakit Berdasarkan Analisis SWOT
(RSUP H. Adam Malik Medan, 2002)
Keterangan:
1. Kuadran 1 (pengembangan dan pertumbuhan)
Merupakan dimana kondisi memiliki peluang dan kekuatan, sehingga perusahaan
dapat memanfaatkan peluang dan meminimalkan ancaman sehingga mendukung

Universitas Sumatera Utara

strategi agresif. Dalam kuadran ini kekuatan yang dimiliki rumah sakit lebih
dominan dari pada kelemahannya, di samping itu peluang untuk tumbuh yang
dimiliki rumah sakit sangat bagus, maka perlu memupuk dana yang lebih besar
untuk investasi atau pengembangan dalam mengejar pertumbuhan.
2. Kuadran 2 (Stabilisasi dan Konsolidasi Internal)
Merupakan dimana kondisi mendukung strategi diversifikasi yaitu menggunakan
kekuatan untuk meminimalkan ancaman dan memanfaatkan peluang. Peluang
untuk tumbuh rumah sakit masih ada dengan terlebih dahulu harus mengadakan
stabilisasi dan konsolidasi internal karena masih ada kelemahan faktor internal
baik di bidang pelayanan keuangan, organisasi dan SDM serta sarana prasarana
dan alat.
3. Kuadran 3 (Penciutan Kegiatan)
Merupakan kondisi perusahaan menghadapi peluang yang besar tetapi di lain
pihak menghadapi kelemahan sehingga mendukung strategi Turn-Around. Dalam
kuadran ini rumah sakit menghadapi tantangan yang cukup berat karena tidak
mempunyai peluang untuk tumbuh, pasarnya mulai menurun dan kondisi internal
lemah, maka perlu penciutan kegiatan usaha.
4. Kuadran 4 (Diversifikasi Kegiatan)
Merupakan kondisi perusahaan yang sangat tidak menguntungkan, karena selain
mempunyai kelemahan perusahaan harus menghadapi ancaman sehingga
mendukung strategi defensif. Dalam kuadran ini posisi rumah sakit berada dalam
pasar sangat kecil dan tingkat pertumbuhan rendah sehingga perlu diversifikasi
usaha.

Universitas Sumatera Utara

2.7. Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori, maka dapat dirumuskan
kerangka pikir dalam penelitian ini yaitu:





Strength (Kekuatan)
Pelayanan
Keuangan
Organisasi dan SDM
Sarana prasarana

Weakness (Kelemahan)
• Pelayanan
• Keuangan
• Organisasi dan SDM
• Sarana prasarana
Opportunity (Peluang)
• Pelayanan
• Keuangan
• Organisasi dan SDM
• Sarana prasarana





Strategi Rumah Sakit dalam
Menghadapi Implementasi
Kebijakan Jaminan
Kesehatan Nasional

Threat (Ancaman)
Pelayanan
Keuangan
Organisasi dan SDM
Sarana prasarana

Gambar 2.3. Kerangka Pikir Penelitian

Universitas Sumatera Utara