Analisis SWOT Puskesmas dalam Menghadapi Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kebijakan
Menurut Helco dan Jone dalam Nugroho (2006) serta Federick dikutip
Agustino (2008) pengertian kebijakan adalah sebagai berikut : “policy is a course of
action intended to accomplish some end”. Kebijakan adalah suatu arah kegiatan yang
tertuju kepada tercapainya beberapa tujuan. Sedangkan menurut United Nations
dalam Wahab (2005) kebijakan adalah perilaku dari sejumlah aktor (penjabat,
kelompok, instansi pemerintah) atau serangkaian aktor dalam suatu bidang kegiatan
tertentu. kebijakan adalah serangkaian tindakan atau kegiatan yang diusulkan
seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana
terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kesempatan-kesempatan
terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan
tertentu.

Pendapat ini menunjukan bahwa kebijakan melibatkan perilaku yang

memiliki maksud dan tujuan karena kebijakan harus menunjukkan apa yang
sesungguhnya dikerjakan daripada apa yang diusulkan dalam beberapa kegiatan pada
suatu masalah.

Menurut beberapa definisi kebijakan tersebut di atas maka dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan kebijakan adalah suatu tindakan yang berpola yang
diarahkan pada pencapaian tujuan tertentu sebagai pedoman untuk bertindak dan
bukan hanya sekedar keputusan untuk melakukan sesuatu. Selanjutnya istilah

9
Universitas Sumatera Utara

kebijakan dikaitkan dangan kepentingan pemerintah atau negara (publik), sehingga
akhirnya istilah kebijakan terkait erat dengan publik.
Rose dalam Winarno (2012) juga menyarankan bahwa kebijakan hendaknya
dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta
konsekuensi bagi yang bersangkutan daripada sebagai keputusan yang berdiri sendiri.
Pendapat kedua ahli tersebut setidaknya dapat menjelaskan bahwa mempertukarkan
istilah kebijakan dengan keputusan adalah keliru, karena pada dasarnya kebijakan
dipahami sebagai arah atau pola kegiatan dan bukan sekadar suatu keputusan untuk
melakukan sesuatu.
Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut di atas maka dapat disimpulkan
bahwa kebijakan adalah tindakan-tindakan atau kegiatan yang sengaja dilakukan atau
tidak dilakukan oleh seseorang, suatu kelompok atau pemerintah yang di dalamnya

terdapat unsur keputusan berupa upaya pemilihan diantara berbagai alternatif yang
ada guna mencapai maksud dan tujuan tertentu.
2.2. Jaminan Kesehatan Nasional
2.2.1. Pengertian Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah jaminan berupa perlindungan
kesehatan agar

peserta memperoleh manfaat

pemeliharaan kesehatan dan

perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada
setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
Sedangkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) merupakan badan hukum

Universitas Sumatera Utara

yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. BPJS Kesehatan
mulai operasional pada tanggal 1 Januari 2014 (Kemenkes RI, 2013).
Falsafah dan dasar negara Pancasila terutama sila ke 5 juga mengakui hak

asasi warga atas kesehatan. Hak ini juga termaktub dalam UUD 45 pasal 28 dan pasal
34, dan diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
Dalam UU No.36 tahun 2009 ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang
sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
Mendukung hal tersebut pada tahun 2004, pemerintah mengeluarkan UndangUndang No.40 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Undang-Undang
40/2004 ini mengamanatkan bahwa jaminan sosial bersifat wajib (mandatory) bagi
seluruh penduduk termasuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui suatu Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) (Kemenkes RI, 2013).
2.2.2. Tujuan dan Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional
Tujuan diadakannya JKN adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi
dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
masyarakat yang layak. Sedangkan manfaat JKN bersifat pelayanan kesehatan
perorangan, mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan
medis

yang

diperlukan.


JKN

merupakan

program

asuransi

sosial

yang

diselenggarakan secara wajib berdasarkan suatu undang-undang, dengan tujuan untuk
memberikan perlindungan dasar bagi kesejahteraan masyarakat. Asuransi tersebut

Universitas Sumatera Utara

memberikan beberapa keuntungan sebagai berikut : Pertama, memberikan manfaat
yang komprehensif dengan premi terjangkau. Kedua, menerapkan prinsip kendali

biaya dan mutu (Kemenkes RI, 2013).
2.2.3. Prinsip Jaminan Kesehatan Nasional
Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN), yaitu :
a. Prinsip Kegotongroyongan
Gotong royong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip dalam hidup
bermasyarakat berbudaya. Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta
yang mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat
membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi, dan peserta yang sehat membantu
yang sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh
penduduk, tanpa pandang bulu. Dengan demikian, melalui prinsip gotong jaminan
sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Prinsip Nirlaba
Pengelolaan dana amanat oleh BPJS adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for
profit oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesarbesarnya kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah
dana amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan sebesarbesarnya

untuk

kepentingan


peserta.

Prinsip

keterbukaan,

kehati-hatian,

akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas. Manajemen ini mendasari prinsip kegiatan
pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.

Universitas Sumatera Utara

c. Prinsip Portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang
berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat
tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Prinsip Kepesertaan Bersifat Wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga

dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat,
penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan
pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program. Tahapan pertama dimulai
dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi
peserta secara mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) dapat mencakup seluruh rakyat.
e. Prinsip Dana Amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badanbadan

penyelenggara

untuk

dikelola

sebaik-baiknya

dalam

rangka


mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
f. Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial
Dana jaminan sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan
untuk sebesar-besar kepentingan peserta (Kemenkes RI, 2013).

Universitas Sumatera Utara

2.2.4. Program Jaminan Kesehatan Nasional
Program JKN secara umum sama dengan asuransi pada umumnya. Dalam
Undang-undang No.40 Tahun 2004 tentang SJSN mendelegasikan 4 teknis
penyelenggaran program JKN, yaitu:
a. Kepesertaan
Menurut peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 111 tahun 2013
tentang perubahan atas peraturan presiden nomor 12 tahun 2013 tentang jaminan
kesehatan, Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling
singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran. Peserta tersebut
meliputi Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan non PBI JKN dengan rincian sebagai
berikut:
a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan

orang tidak mampu.
b. Peserta non PBI adalah peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak
mampu yang terdiri atas:
1) Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu:
a) Pegawai Negeri Sipil;
b) Anggota TNI;
c) Anggota Polri;
d) Pejabat Negara;
e) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri;
f) Pegawai Swasta; dan

Universitas Sumatera Utara

g) Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f yang menerima
Upah.
2) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:
a) Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri dan
b) Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima Upah.
c) Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, termasuk warga negara
asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.

3) Bukan Pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas:
a) Investor;
b) Pemberi Kerja;
c) Penerima Pensiun;
d) Veteran;
e) Perintis Kemerdekaan; dan
f) Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e yang mampu
membayar iuran.
4) Penerima pensiun terdiri atas:
a) Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;
b) Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;
c) Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;
d) Penerima Pensiun selain huruf a, huruf b, dan huruf c; dan
e) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana
dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d yang mendapat hak pensiun.

Universitas Sumatera Utara

Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi:
a. Istri atau suami yang sah dari Peserta; dan

b.Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari Peserta, dengan
kriteria:
1. Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri;
dan
2. Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh
lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.
Sedangkan Peserta bukan PBI JKN dapat juga mengikutsertakan anggota
keluarga yang lain.
JKN sebagai sebuah program asuransi kesehatan mengatur tentang hak dan
kewajiban peserta:
Setiap Peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan berhak:
(a) mendapatkan a) identitas peserta dan b) manfaat pelayanan kesehatan di
fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
(b) Setiap Peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan berkewajiban untuk:
a). membayar iuran dan b). melaporkan data kepesertaannya kepada BPJS
Kesehatan dengan menunjukkan identitas Peserta pada saat pindah domisili
dan atau pindah kerja

Universitas Sumatera Utara

b. Pembiayaan
1. Iuran
Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara
teratur oleh Peserta, Pemberi Kerja, atau Pemerintah untuk program Jaminan
Kesehatan (pasal 16, Perpres No. 111 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan).
2. Pembayar Iuran
(a) Peserta PBI, iuran dibayar oleh Pemerintah.
(b) Peserta Pekerja Penerima Upah, Iurannya dibayar oleh Pemberi Kerja dan
Pekerja.
(c) Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja iuran dibayar
oleh Peserta yang bersangkutan.
(d) Besarnya Iuran Jaminan Kesehatan Nasional ditetapkan melalui Peraturan
Presiden dan ditinjau ulang secara berkala sesuai dengan perkembangan sosial,
ekonomi, dan kebutuhan dasar hidup yang layak.
c. Pelayanan
1. Jenis Pelayanan
Dua jenis pelayanan yang dapat diperoleh Peserta Jaminan Kesehatan
Nasional, berupa pelayanan kesehatan

yang memberikan manfaat medis serta

manfaat non medis berupa akomodasi dan ambulans. Ambulans hanya diberikan pada
pasien rujukan dari fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

2. Prosedur Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan bagi peserta dilaksanakan secara berjenjang sesuai
kebutuhan medis dimulai dari Fasilitas Kesehatan tingkat pertama. Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama bagi peserta diselenggarakan oleh Fasilitas Kesehatan
tingkat pertama tempat peserta terdaftar. Dalam keadaan tertentu, ketentuan yang
dimaksud diatas tidak berlaku bagi peserta yang berada diluar wilayah Fasilitas
Kesehatan tingkat pertama tempat peserta terdaftar atau dalam keadaan kedaruratan
medis. Peserta dapat memilih Fasilitas Kesehatan tingkat pertama Selain Fasilitas
Kesehatan tempat peserta terdaftar pertama kali setelah jangka waktu 3 (tiga) bulan
atau lebih. ( Permenkes RI No.71, 2013 ).
2.3. Puskesmas
2.3.1. Pengertian Puskesmas
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi kesehatan
fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk
kegiatan pokok. Menurut Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit pelaksana
teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di wilayah kerja.
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang
menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan),

Universitas Sumatera Utara

promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan
tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak membedakan jenis kelamin
dan golongan umur, sejak dari pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia
(Depkes RI, 2004).
2.3.2. Tujuan Puskesmas
Menurut

Keputusan

Menteri Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

128/Menkes/SK/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, tujuan
pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah
kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam
rangka mewujudkan Indonesia sehat.
2.3.3. Fungsi Puskesmas
Fungsi Puskesmas menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 128/Menkes/SK/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
adalah:
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di
samping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk

Universitas Sumatera Utara

pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan
pemeliharaan

kesehatan

dan

pencegahan

penyakit

tanpa

mengabaikan

spenyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat.
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan
kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan
aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya,
serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program
kesehatan.

Pemberdayaan

perorangan,

keluarga

dan

masyarakat

ini

diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial
budaya masyarakat setempat.
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi:
a. Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private
goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan
perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk
puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.

Universitas Sumatera Utara

b. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public
goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi
kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,
peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta
berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
Beberapa proses dalam melaksanakan fungsi tersebut yaitu merangsang
masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong
dirinya sendiri, memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana
menggali dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien,
memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis
maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut
tidak menimbulkan ketergantungan memberikan pelayanan kesehatan langsung
kepada masyarakat, bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam
melaksanakan program puskesmas.
2.3.4 Peran Puskesmas
Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana
teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk
keikutsertaan dalam menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang
matang dan realistis, tata laksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi

Universitas Sumatera Utara

dan pemantauan yang akurat. Pada masa mendatang, puskesmas juga dituntut
berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan
pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu (Depkes RI, 2004).
2.3.5. Upaya Penyelenggaraan
Keadaan masyarakat Indonesia di masa depan atau visi yang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan dirumuskan sebagai: “Indonesia Sehat 2025”. Dalam
Indonesia Sehat 2025, lingkungan strategis pembangunan kesehatan yang diharapkan
adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani
maupun sosial, yaitu lingkungan yang bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi,
tersedianya air minum dan sarana sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan
pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta
terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial dengan
memelihara nilai-nilai budaya bangsa (Kementrian Kesehatan RI, 2010).
Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah
perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;
mencegah risiko terjadinya penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit dan
masalah kesehatan lainnya; sadar hukum; serta berpartisipasi aktif dalam gerakan
kesehatan masyarakat, termasuk menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman (safe
community).
Dalam Indonesia Sehat 2025 diharapkan masyarakat memiliki kemampuan
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu dan juga memperoleh jaminan
kesehatan, yaitu masyarakat mendapatkan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan

Universitas Sumatera Utara

dasar kesehatannya. Pelayanan kesehatan bermutu yang dimaksud adalah pelayanan
kesehatan termasuk pelayanan kesehatan dalam keadaan darurat dan bencana,
pelayanan kesehatan yang memenuhi kebutuhan masyarakat serta diselenggarakan
sesuai dengan standar dan etika profesi. Diharapkan dengan terwujudnya lingkungan
dan perilaku hidup sehat, serta meningkatnya kemampuan masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu, maka akan dapat dicapai derajat
kesehatan individu, keluarga dan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama bagi
masyarakat memiliki peranan penting dalam mewujudkan visi Indonesia sehat 2025.
Puskesmas memiliki upaya kesehatan untuk pengembangan puskesmas dalam rangka
mencapai visi tersebut. Upaya kesehatan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta disesuaikan
dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar
upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yaitu upaya kesehatan sekolah,
upaya kesehatan oleh raga, upaya perawatan kesehatan masyarakat, upaya kesehatan
kerja, upaya kesehatan gigi dan mulut. upaya kesehatan jiwa, upaya kesehatan mata,
upaya kesehatan usia lanjut dan upaya pembinaan pengobatan tradisional Upaya
kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen
nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya
kesehatan wajib tersebut adalah upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan

Universitas Sumatera Utara

lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, upaya perbaikan
gizi masyarakat, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta upaya
pengobatan (Depkes RI, 2004).
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya inovasi
yakni upaya diluar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan kebutuhan.
Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka mempercepat
tercapainya visi puskesmas. Pemilihan upaya kesehatan pengembangn ini dilakukan
oleh puskesmas bersama dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan
masukan dari konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan
apabila upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti
target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya
kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota. Dalam keadaan tertentu upaya kesehatan pengembangan puskesmas
dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota
(Depkes RI, 2004).
Puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan
padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas kesehatan kabupaten/kota
bertanggung jawab dan wajib menyelenggarakannya. Untuk itu, dinas kesehatan
kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya (Dekes RI,
2004).
Perlu diingat meskipun Puskesmas menyelenggarakan pelayanan medik
spesialistik dan memiliki tenaga spesialis, kedudukan dan fungsi puskesmas tetap

Universitas Sumatera Utara

sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya (Depkes RI, 2004).
2.3.6. Azas Penyelenggaraan
Azas Penyelenggaraan Puskesmas telah diatur dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/Menkes/SK/2004 tentang Kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan
upaya kesehatan pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas
secara terpadu. Azas penyelenggaraan puskesmas tersebut dikembangkan dari ketiga
fungsi puskesmas. Dasar pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar
dari setiap fungsi puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik
upaya

kesehatan

wajib

maupun

upaya

kesehatan

pengembangan.

Azas

penyelenggaraan puskesmas yang dimaksud adalah:
1. Azas pertanggungjawaban wilayah
Azas penyelenggaraan puskesmas yang pertama adalah pertanggungjawaban
wilayah. Dalam arti puskesmas bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini puskesmas
harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut:
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan, sehingga
berwawasan kesehatan.
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya

Universitas Sumatera Utara

c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata dan
terjangkau di wilayah kerjanya.
Diselenggarakannya upaya kesehatan strata pertama oleh puskesmas pembantu,
puskesmas keliling, bidan di desa serta berbagai upaya kesehatan di luar
gedung puskesmas lainnya (outreach activities) pada dasarnya merupakan
realisasi dari pelaksanaan azas pertanggungjawaban wilayah.
2. Azas pemberdayaan masyarakat
Azas penyelenggaraan puskesmas yang kedua adalah pemberdayaan masyarakat.
Dalam arti puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan
masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya puskesmas.
Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukkan
Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan
oleh puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain:
a.

Upaya kesehatan ibu dan anak: posyandu, polindes, Bina Keluarga Balita
(BKB)

b.

Upaya pengobatan: posyandu, Pos Obat Desa (POD)

c. Upaya perbaikan gizi: posyandu, panti pemulihan gizi, Keluarga Sadar
Gizi (Kadarzi)

Universitas Sumatera Utara

d. Upaya kesehatan sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan orang
tua/wali murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren
(Poskestren)
e. Upaya kesehatan lingkungan: Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa
Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)
f. Upaya kesehatan usia lanjut: posyandu usila, panti wreda
g. Upaya kesehatan kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
h. Upaya kesehatan jiwa: posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa
Masyarakat (TPKJM)
i.

Upaya pembinaan pengobatan tradisional: Taman Obat Keluarga (TOGA),
Pembinaan Pengobat Tradisional (Battra)

j.

Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan (inovatif): dana sehat,
Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), mobilisasi dana keagamaan

3. Azas keterpaduan
Azas penyelenggaraan puksesmas yang ketiga adalah keterpaduan. Untuk
mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil yang optimal,
penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika
mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang perlu
diperhatikan, yakni:
a. Keterpaduan lintas program
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan
berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggungjawab puskesmas. Contoh
keterpaduan lintas program antara lain:

Universitas Sumatera Utara

1. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan P2M, gizi,
promosi kesehatan, pengobatan
2. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan lingkungan dengan
promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja
dan kesehatan jiwa
3. Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi, promosi
kesehatan, kesehatan gigi
4. Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi P2M, kesehatan jiwa, promosi
kesehatan.
b. Keterpaduan lintas sektor
Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan upaya
puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program dari
sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia
usaha. Contoh keterpaduan lintas sektor antara lain:
1. Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama
2.

Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian

3.

Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB

Universitas Sumatera Utara

4.

Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pertanian, pendidikan, agama, koperasi, dunia usaha, PKK,
PLKB

5.

Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, koperasi, dunia usaha,
organisasi kemasyarakatan

6.

Upaya kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, tenaga kerja, dunia usaha.

4. Azas rujukan
Azas penyelenggaraan puskesmas yang keempat adalah rujukan. Sebagai
sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh
puskesmas terbatas. Padahal puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat
dengan berbagai permasalahan kesehatannya. Untuk membantu puskesmas
menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan
efisiensi, maka penyelenggaraan setiap upaya puskesmas (wajib, pengembangan
dan inovasi) harus ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus
penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik
secara vertikal dalam arti satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana
pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horisontal dalam arti antar sarana

Universitas Sumatera Utara

pelayanan kesehatan yang sama. Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang
diselenggarakan oleh puskesmas ada dua macam rujukan yang dikenal, yakni:
a. Rujukan upaya kesehatan perorangan
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus penyakit.
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit
tertentu, maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan
kesehatan yang lebih mampu (baik horisontal maupun vertikal). Sebaliknya
pasien paska rawat inap yang hanya memerlukan rawat jalan sederhana, dirujuk
ke puskesmas.
Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga macam:
1) Rujukan kasus keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik

(biasanya operasi) dan lain-lain.
2) Rujukan

bahan

pemeriksaan

(spesimen)

untuk

pemeriksaan

laboratorium yang lebih lengkap.
3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih

kompeten untuk melakukan bimbingan kepada tenaga puskesmas dan
ataupun menyelenggarakan pelayanan medik di puskesmas.
b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan
masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan, dan
bencana.
Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga dilakukan apabila satu
puskesmas tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat

Universitas Sumatera Utara

wajib dan pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah
menjadi kebutuhan masyarakat. Apabila suatu puskesmas tidak mampu
menanggulangi masalah kesehatan masyarakat, maka puskesmas tersebut
wajib merujuknya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam:
1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan

fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat
audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan-bahan habis pakai dan bahan
makanan.
2) Rujukan tenaga antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyelidikan

kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan,
penanggulangan gangguan kesehatan karena bencana alam.
3) Rujukan operasional,

kesehatan

yakni menyerahkan sepenuhnya masalah

masyarakat dan tanggungjawab penyelesaian masalah

kesehatan masyarakat dan atau penyelenggaraan upaya kesehatan
masyarakat (antara lain Upaya Kesehatan Sekolah, Upaya Kesehatan
Kerja, Upaya Kesehatan Jiwa, pemeriksaan contoh air bersih) kepada
Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota.

Rujukan

operasional

diselenggarakan apabila puskesmas tidak mampu.
2.3.7. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Sebagai Gatekeeper
Berdasarkan Permenkes 001 tahun 2012 tentang sistem rujukan pelayanan
kesehatan perorangan menegaskan bahwa puskesmas sebagai gatekeeper yaitu kontak

Universitas Sumatera Utara

pertama pada pelayanan kesehatan formal dan penapis rujukan sesuai dengan
pedoman pelayanan medik dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pelayanan JKN dilaksanakan secara berjenjang, sesuai kebutuhan medis dimulai

dari pelayanan kesehatan tingkat pertama
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan dari

pelayanan kesehatan tingkat pertama.
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat diberikan atas rujukan dari

pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama.
d. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan kedokter dan/atau dokter gigi

pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama.
e. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)

dikecualikan pada keadaan gawat darurat, bencana, kekhususan permasalahan
kesehatan pasien, dan pertimbangan geografis.
Prasyarat dokter layanan primer meliputi:
1.Memiliki fasilitas pelayanan
2.Memiliki SDM kesehatan
3.Memiliki peralatan pelayanan kesehatan
4.Mampu memberikan pelayanan sesuai jenis pelayanan yang telah ditetapkan
5.Memiliki sistem administrasi dan manajemen pelayanan kesehatan
6.Mampu menetapkan biaya pelayanan
7.Memiliki SPO Pelayanan
8.Memiliki jejaring rujukan

Universitas Sumatera Utara

2.4 Strategi
2.4.1. Pengertian Strategi
Kata Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu “strategos” atau “strategia”
yang berarti Jenderal. Sebenarnya strategi berasal dari militer yang berarti
penempatan pasukan dalam jumlah yang besar untuk mengalahkan musuh. Strategi
juga memiliki arti yang tersirat yaitu merupakan rencana berskala besar yang
berorientasi kepada jangkauan masa yang akan datang serta ditetapkan sedemikian
rupa sehingga memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif dengan
lingkungannya dalam kondisi persaingan yang diarahkan pada optimalisasi
pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang bersangkutan
Menurut Chandler (dalam Rangkuti, 2009) “strategi merupakan alat untuk
mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program
tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya”. Menurut Hamel dan Prahalad
(dalam Rangkuti, 2009) mereka berdua mendefinisikan “strategi merupakan tindakan
yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus serta dilakukan
berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa
depan. Sedangkan menurut David (2006), manajemen strategi didefinisikan sebagai
seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi dan mengevaluasi keputusan
lintas fungsi yang memungkinkan perusahaan dapat mencapai tujuannya. Secara
tersirat, manajemen strategi berfokus pada mengintegrasikan manajemen, pemasaran,
keuangan/akuntansi, produksi atau operasional, penelitian dan pengembangan dan
sistem informasi komputer untuk mencapai tujuan organisasi.

Universitas Sumatera Utara

Pengertian strategi menurut Pearce dan Robinson (2005) adalah rencana para
manajer yang berskala besar dan berorientasi kepada masa depan untuk berinteraksi
dengan lingkungan persaingan guna mencapai sasaran perusahaan. Strategi selalu
berhubungan dengan lingkungan. Baik lingkungan usaha, lingkungan persaingan,
lingkungan

industri

bahkan

sampai

lingkungan

alam.

Strategi

bertujuan

menyelaraskan lingkungan dengan aktivitas maupun kegiatan yang dilakukan
perusahaan yang pada akhirnya digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Manajemen strategi mempunyai kelebihan yaitu untuk mengembangkan nilai
perusahaan, kemampuan manajerial, tanggung jawab organisasi dan sistem
administrasi. Manajemen strategi juga berperan dalam sistem pengambilan keputusan
organisasi baik operasional maupun fungsional. Proses manajemen strategis ialah
cara dengan jalan mana para perencana strategi menentukan sasaran dan membuat
kesimpulan strategis.
2.4.2. Manfaat Strategi
Organisasi tetap perlu memiliki strategi apapun latar belakangnya, baik karena
permasalahan maupun keinginan pemilik. Strategi menggambarkan arah perusahaan
dan merupakan perkiraan terhadap apa yang akan terjadi pada masa yang akan
datang. Manfaat merumuskan strategi bagi perusahaan sangat luas dan dapat
digunakan sebagai pemecahan masalah di masa yang akan datang. Menurut Tripomo
dan Udan (2005), rumusan strategi yang baik memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Mendorong pemahaman terhadap situasi
2. Mengatasi konflik.

Universitas Sumatera Utara

3.

Pendayagunaan dan alokasi sumberdaya yang terbatas.

4. Memenangkan kompetisi.
5.

Mampu mencapai keinginan dan memecahkan permasalahan.

2.4.3. Proses Perencanaan Strategi
Menurut Hartono (2010) proses perencanaan strategi adalah proses manajerial
dalam rangka mengupayakan dan menjamin adanya kesesuaian strategis (strategic fit)
antara tujuan akhir (goals) dan peluang-peluang yang dipasar yang sedang berubah.
Menurut Rangkuti (2009) proses perencanaan strategi melalui tiga tahap analisis
yaitu: tahap pengumpulan data, tahap analisis dan tahap pengambilan keputusan.
Tahap pertama adalah tahap pengumpulan data dan merupakan suatu kegiatan
pengklasifikasian dan praanalisis. Pada tahap ini dibagi menjadi dua yaitu: Data
eksternal dan data internal atau dapat juga menggunakan matriks profil kompetitif.
Tahap kedua adalah tahap analisis data untuk menentukan strategi-strategi alternatif,
dimana dapat menggunakan tehnik-tehnik seperti matriks SWOT, matriks BCG,
matriks IE (internal-eksternal), matriks SPACE, dan matriks grand strategy.
Berikutnya tahap ketiga merupakan tahap pengambilan keputusan dengan tehnik
QSPM (Quantitative strategic planning matriks) dimana tehnik ini menggunakan
informasi dari tahap input untuk mengevaluasi alternatif strategi yang paling sesuai
untuk dilakukan pada setiap tahap analisis. Perencanaan strategi selain digunakan
tehnik-tehnik pada kerangka formulasi strategi juga diperlukan adanya intuisi terbaik
(good intuitive judgement.)

Universitas Sumatera Utara

Manajemen strategi adalah suatu proses pemanajemenan untuk mewujudkan
visi dan misi organisasi, menjaga hubungan organisasi dengan lingkungan, terutama
kepentingan para stakeholder, pemilihan strategi, pelaksanaan strategi dan
pengendalian strategi untuk memastikan bahwa misi dan tujuan tercapai (Magister
Manajemen Rumah Sakit UGM, 1997).
Dalam perjalanan hidup sebuah organisasi ada beberapa tahap yang berkaitan
dengan manajemen dan perencanaan strategi. Proses pengembangan rencana strategi
terdiri dari tiga komponen yang saling terkait, yaitu :
1. Mengembangkan konsep bisnis dan membentuk sebuah misi dan visi yang akan
mengarahkan tujuan-tujuan organisasi. Visi/misi yang diusahakan dibentuk
adalah visi/misi organisasi dalam bentuk umum. Sebuah visi/misi akan
menentukan aktivitas-aktivitas masa depan organisasi dan garis-garis besar
haluannya. Pada prinsipnya visi/misi menentukan tujuan-tujuan yang dikehendaki
oleh organisasi pada posisi bisnis tertentu.
2. Merubah misi ke dalam tujuan-tujuan kinerja yg spesifik.
Alasan penentuan objektif adalah untuk merubah misi organisasi ke dalam bentuk
target kinerja yang lebis spesifik, dalam hal ini adalah sesuatu yang dapat
digunakan untuk mengukur kemajuan yang telah dicapai organisasi. Penentuan
objektif sebaiknya mengandung unsur yang menantang, yaitu usaha untuk
menetapkan seperangkat output yang diinginkan dan membutuhkan waktu untuk
mencapainya serta perlu didukung oleh usaha-usaha yang penuh dengan
kedisiplinan.

Universitas Sumatera Utara

3. Merangkai sebuah strategi untuk mencapai kinerja yang ditargetkan.
Penyusunan strategi perlu menekankan pada isu-isu manajerial tentang bagaimana
mencapai hasil-hasil yang telah ditargetkan dengan memperhatikan prospek dan
situasi organisasi yang ada. Objektif adalah muara dari pencapaian target-target.
Oleh karena itu, strategi adalah alat manajemen untuk pencapaian target-target
strategis. Tugas untuk membentuk strategi dimulai dengan analisis yang
mendalam mengenai situasi internal ataupun eksternal organisasi.

2.5. Analisis SWOT
Menurut

Rangkuti

(2009),

analisis

SWOT

(Strengths,

Weakness,

Opportunities, Threats) adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats).
Analisis SWOT merupakan analisis untuk mengidentifikasikan kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki internal perusahaan dan mengkaji peluang dan ancaman dari
eksternal perusahaan.
1.S : Strengths atau kekuatan-kekuatan
Merupakan keunggulan-keunggulan internal dan kondisi internal lainnya yang
dimiliki suatu perusahaan dan memungkinkannya mendapatkan keuntungan strategis
dalam usahanya mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Keunggulankeunggulan internal tersebut dapat berupa pemilikan teknologi mutakhir yang tidak
dimiliki perusahaan lain, lokasi yang strategis, manajer yang cakap, pendanaan yang

Universitas Sumatera Utara

kuat, dan lain sebagainya. Sedangkan kondisi internal yang mendukung usaha
pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dapat berupa budaya perusahaan,
sinergi dari unit-unit bisnis, good will, dan lain sebagainya.
2.W : Weaknesses atau Kelemahan-kelemahan
Merupakan kelemahan-kelemahan internal dan kondisi internal lainnya yang
dimiliki oleh rumah sakit dan memungkinkan rumah sakit tersebut mengalami
kegagalan dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Kelemahankelemahan tersebut dapat berupa ketidakmampuan pemakaian teknologi, karyawan
tidak memiliki keterampilan yang memadai, cost of capital yang tinggi, fasilitas
penunjang yang tidak memadai, dan lain sebagainya. Sedangkan kondisi internal
yang tidak mendukung usaha-usaha perusahaan dalam mencapai tujuan-tujuannya
dapat berupa kecurigaan karyawan terhadap manajer, budaya organisasi yang tidak
jelas, menguatnya posisi kelompok informal, dan lain sebagainya.
3.O : Opportunities atau Peluang-peluang
Merupakan faktor dan situasi eksternal yang secara nyata membantu usahausaha rumah sakit dalam mencapai tujuan-tujuannya. Dalam hubungannya dengan
jenjang bisnis, peluang-peluang ini selalu berkaitan dengan adanya pasar potensial.
Sedangkan untuk rumah sakit, peluang-peluang ini selalu melibatkan usaha untuk
melakukan merger dan akuisisi.
4.T : Threats atau Ancaman-ancaman
Merupakan faktor eksternal yang memungkinkan rumah sakit mengalami
kegagalan dalam usahanya mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Menurut
sejarahnya, konsep threats ini mula-mula hanya terbatas pada faktor pesaing tetapi

Universitas Sumatera Utara

kemudian berkembang ke faktor lainnya seperti pemerintah, serikat pekerja,
masyarakat, dan stakeholder lainnya. (Magister Manajemen Rumah Sakit UGM,
1997)
2.5.1. Analisis Lingkungan Eksternal (Peluang dan Ancaman)
Menurut Laksana (2008) lingkungan eksternal adalah lingkungan yang tidak
dapat dikendalikan oleh perusahaan, meliputi lingkungan makro dan mikro.
Lingkungan makro meliputi: faktor-faktor dari keadaan ekonomi dan kependudukan
(demografi), faktor budaya, keadaan politik dan hukum sedangkan lingkungan mikro
meliputi faktor-faktor dari para pemasok (suplier), pesaing, perantara yaitu
perusahaan yang membantu promosi, penjualan dan pendistribusian produk, serta
publik masyarakat umum.
Menurut Sunarto (2010) lingkungan ekonomi terdiri dari faktor-faktor yang
mempengaruhi daya beli dan pola membeli konsumen diantaranya: Perubahan
pendapatan, dimana Pemasar harus memberikan perhatian pada distribusi pendapatan
seperti pada pendapatan rata-rata. Dibagian teratas adalah konsumen tingkat atas,
yang pola pengeluarannya tidak dipengaruhi oleh kejadian-kejadian ekonomi masa
sekarang. Ada kelas menengah yang berkecukupan yang juga berhati-hati mengenai
pengeluarannya tetapi tetap membiayai kehidupan yang baik sementara waktu.
Akhirnya, kelas bawah yang harus menghitung uang mereka ketika melakukan
pembelian bahkan yang paling dasar.
Lingkungan demografi adalah lingkungan kepentingan utama bagi pemasaran
karena lingkungan ini melibatkan orang-orang, dan orang yang membentuk pasar.

Universitas Sumatera Utara

Demografi adalah ilmu tentang populasi dalam hal ukuran, kepadatan lokasi, umur,
jenis kelamin, mata pencaharian dan ststistik lainnya. Sedangkan lingkungan budaya
dibentuk oleh lembaga-lembaga dan kekuatan-kekuatan lain yang mempengaruhi
nilai dasar, persepsi dan prilaku masyarakat (Sunarto, 2010).
Menurut Kotler (2008) lingkungan politik dan hukum terdiri dari badan
hukum, pemerintah dan kelompok-kelompok penekan yang mempengaruhi dan
membatasi berbagai organisasi dan perorangan. Faktor-faktor dalam lingkungan
eksternal tersebut dianalisis untuk dipilih menjadi peluang dan mana yang menjadi
ancaman bagi perusahaan.
2.5.2. Analisis Lingkungan Internal (Kekuatan dan Kelemahan)
Menurut Kotler (2008) lingkungan internal terdiri dari publik internal dari
rumah sakit yaitu : Dewan pengawas atau dewan penyantun, direktur utama, para
direktur, para pimpinan lain, para karyawan dan para sukarelawan. Kebutuhan dan
keinginan mereka harus diperhatikan. Faktor-faktor kekuatan dan kelemahan yang
ada di dalam lingkungan internal meliputi:
1) Pemasaran
2) Keuangan dan akunting
3) Produksi, operasi dan teknik
4) Personalia
5) Manajemen mutu
6) Sistem informasi
7) Organisasi dan manajemen umum

Universitas Sumatera Utara

Faktor-faktor kekuatan dan kelemahan tersebut dianalisis untuk dipilih mana
yang menjadi kekuatan dan yang menjadi kelemahan perusahaan.
Menurut Duncan (2006) untuk organisasi jasa layanan kesehatan, lingkungan
rumah sakit adalah:
1) Lingkungan umum (General Environment)
Terdiri dari semua organisasi dan lingkungan diluar industri pelayanan
kesehatan tersebut, yang antara lain : institusi pemerintah, organisasi bisnis, institusi
pendidikan, organisasi penelitian, yayasan-yayasan, individu, pelanggan. Organisasiorganisasi tersebut diatas, didalam lingkungan eksternal bekerja sendiri-sendiri atau
secara bersama-sama, memicu dan mempengaruhi perubahan lingkungan makro
dalam masyarakat, mempengaruhi berbagai industri termasuk kesehatan.
2) Lingkungan rumah sakit (health care environment)
Terdapat 5 segmen dalam sistem pelayanan kesehatan yaitu:
a) Planning/Regulatory Organization: adalah organisasi yang merencanakan dan
mengatur primary provider dan secondary provider.
b) Primary provider: Organisasi yang menyediakan pelayanan kesehatan.
c) Secondary provider: Organisasi yang menyediakan sumber daya untuk sistem
pelayanan kesehatan.
d) Provider Representative: Organisasi yang mewakili primary provider dan
secondary provider.
e) Individual/pelanggan: seperti dokter, perawat, profesional dan yang lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Duncan (2006) organisasi rumah sakit merupakan lingkungan
internal didalam rumah sakit yang berpengaruh pada kinerja rumah sakit, sehingga
harus dianalisis kekuatan dan kelemahannya meliputi:
(a) Budaya organisasi yang didefenisikan sebagai suatu pola bertindak suatu
organisasi secara implisit, intrinsik dan tidak terlihat serta bersifat informal yang
menjadi arah bagi organisasi tersebut dalam membentuk prilakunya.
(b) Sub sistem fungsional yang meliputi : klinik, pelayanan administratif, fasilitas
fisik, keuangan, pemasaran, dan manajemen umum. Sedangkan evaluasi sistem
informasi organisasi merupakan bagian integral dari seluruh sub sistem yang ada.
Ada beberapa kunci yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kekuatan dan
kelemahan:
1. Staff
Apakah memiliki staf yang adekuat dalam jumlah dan kualifikasi untuk
melaksanakan pelayanan saat ini? Dapatkah karyawan tersebut menunjang
pengembangan organisasi pada masa yang akan datang? Apakah mempunyai
kemampuan manajerial untuk mengkoordinasikan semua area fungsional?
2. Information dan Inteligence
Apakah informasi internal organisasi dapat mengalir ke subsistem operasional
klinik, keuangan, pemasaran, dan manajemen umum dalam jumlah yang
memadai untuk menunjang aktivitas sehari-hari? Apakah organisasi mempunyai
sistem untuk mendapatkan informasi strategis yang ada diluar organisasi?

Universitas Sumatera Utara

3. Kemampuan tehnik
Apakah organisasi mempunyai peralatan, fasilitas dan pengetahuan yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas di tiap area fungsional?
4. Sinergi
Apakah sasaran area fungsional sudah sesuai dengan pencapaian tujuan
organisasi, posisi persaingan, dan sumber daya yang ada serta peluang-peluang
(Duncan, 2006).
2.5.3 Matrik EFAS (External Strategy Factor Analysis Summary)
Menurut Rangkuti (2009), sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal,
kita perlu mengetahui terlebih dahulu faktor strategi eksternal, EFAS (External
Factors Analysis Summary). Berikut ini adalah cara-cara penentuan EFAS :
Tabel 2.1 Contoh Matrik EFAS (External Strategy Factor Analysis Summary)
Faktor Strategi Eksternal
Peluang
Total Peluang
Ancaman
Total Ancaman
Total EFAS
Sumber : Rangkuti (2009)

Bobot

Rating

Babot x Rating

Catatan

Keterangan :
1. Menyusun peluang dan ancaman dalam kolom 1.
2. Memberikan nilai bobot faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting)
sampai dengan 0,0 (tidak penting). Jumlah semua bobot tersebut tidak boleh lebih
dari 1,00.

Universitas Sumatera Utara

3. Menghitung rating dalam kolom 3, yang mempunyai skala mulai dari 4
(outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan kondisi organisasi tersebut.
Pemberian nilai rating pada faktor yang bersifat positif, yaitu peluang (semakin
besar peluang diberi rating 4, tetapi jika peluangnya kecil diberi rating 1).
Pemberian rating ancaman adalah kebalikan, jika ancamannya sangat besar nilai
rating 1, sedangkan jika ancaman sedikit diberi rating 4.
4. Mengalikan bobot kolom 2 dengan rating di kolom 3, kemudian hasil
pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya mulai dari 4,0 sampai 1,0
pada kolom 4.
5. Pada kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor
tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.
6. Menjumlahkan skor pembobotan (kolom 4), untuk memperoleh total nilai bagi
perusahaan yang menunjukan bagaimana perusahaan bereaksi terhadap faktorfaktor strategi eksternalnya dan juga dapat digunakan untuk perbandingan dengan
organisasi pesaing.
2.5.4. Matrik IFAS (Internal Strategy Factor Analysis Summary)
Menurut Rangkuti (2009), setelah faktor-faktor strategis internal suatu
perusahaan di identifikasi, suatu tabel IFAS (Internal Strategic Factors Analysis
Summary) disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal tersebut dalam
kerangka kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) organisasi.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.2 Contoh Matrik IFAS (Internal Strategy Factor Analysis Summary)
F