PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFE) BERBASIS MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA | Fauzi | Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 10862 22835 1 SM

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika....................ISBN: 978-602-6122-20-9
hal 523-532 November 2016............................................... .....................http://jurnal.fkip.uns.ac.id

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT
FACILITATOR AND EXPLAINING (SFE) BERBASIS
MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN
KREATIVITAS SISWA
Mohamad Nur Fauzi1, Nur Hidayat Damar Jati2
1,2

Prodi Magister Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sebelas Maret
E-mail: fauzinur228@gmail.com1, nurhidayat_damarjati@yahoo.co.id2

Abstrak: Kreativitas siswa dalam pembelajaran perlu dikembangkan. Hal ini
berkaitan dengan faktor kognitif dan afektif. Faktor kognitif meliputi: keterampilan
berpikir lancar, keterampilan berpikir luwes, keterampilan berpikir orisinal,
keterampilan elaborasi/ merinci dan keterampilan menilai (mengevaluasi). Adapun
faktor afektif dari kreativitas disini adalah ciri-ciri yang berkaitan dengan sikap dan
perasaan yang meliputi rasa ingin tahu, bersifat imajinatif, merasa tertantang oleh
kemajemukan, sifat mengambil resiko dan sifat menghargai. Kreativitas siswa yang
dikembangkan tidak hanya memperhatikan pengembangan kemampuan berpikir

kreatif tetapi juga sikap dan kepribadian kreatif. Model pembelajaran SFE dapat
digunakan untuk meningkatkan sikap kreativitas siswa. Namun, pada model
pembelajaran SFE memiliki kesulitan pada langkah siswa menjelaskan materi
kepada siwa lainya. Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya suatu metode
tertentu yang memudahkan siswa menjelaskan kepada siswa lainya. Mind mapping
salah satu alternative yang ditawarkan, karena dengan mind mapping siswa tidak
hanya sekedar menjelaskan bagan atau peta konsep yang sudah ada tetapi siswa
berkreasi untuk membuat peta konsep sesuai dengan pengetahuan siswa. Penerapan
model pembelajaran SFE yang dimodifikasi dengan mind mapping atau peta konsep
pada langkah pembelajaranya dapat melatih sikap kreatifitas siswa.

Kata kunci : SFE, Mind Mapping, Sikap Kreatif
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan
seorang individu baik dari sisi sikap, pengetahuan maupun keterampilan. Dalam proses
perkembangan tersebut seorang individu akan mengalami suatu proses pembelajaran baik
secara formal, informal maupun non formal.
Proses pembelajaran yang dilakukan dalam lembaga formal tentu saja tidak akan
lepas dari peran seorang guru (pendidik). Guru merupakan salah satu fasilitator dalam
melaksanakan pembelajaran. Adapun tugas seorang guru adalah merencanakan, menilai

dan mengevaluasi proses pembelajaran. Dalam merencanakan suatu proses pembelajaran
tentu saja guru seharusnya dapat menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan
Sebagaimana yang tertera pada butir (1) pasal 40 UU Sisdiknas 2003, tentang kewajiban
pendidik untuk menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif,
dinamis dan dialogis yang diharapkan dengan terciptanya suasana tersebut, peserta didik
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FKIP UNS Rabu, 16 November 2016

523

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika....................ISBN: 978-602-6122-20-9
hal 523-532 November 2016............................................... .....................http://jurnal.fkip.uns.ac.id

lebih memahami materi yang diajarkan guru, khususnya materi-materi dalam pelajaran
matematika.
Kreativitas siswa dalam proses pembelajaran tersebut dibangun dari hasil
menngasosiasikan pengetahuan dari fakta dan pengalaman mereka sendiri sesuai paham
konstruktivisme sosial (Atherton, 2011). Penerapan model pembelajaran SFE berbasis
mind mapping dengan bagan atau peta konsep dapat melatih kreatifitas siswa. Sesuai
dengan pendapat Alamsyah (2009), mind mapping efektif untuk digunakan dalam

mengimprovisasi informasi dan meningkatkan kreativitas pemecahan masalah.

LANDASAN TEORI
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SFE
Model pembelajaran kooperatif merupakan merupakan model pembelajaran
yang menganut paham konstruktivisme. Dalam proses pembelajaran siswa harus
menemukan sendiri dan mengasosiasikan informasi dari berbagai sumber. Menurut
Suprijono (2010: 30), pengetahuan itu dikonstruksikan (dibangun) bukan dipersepsi
secara langsung oleh indra. Guru bukan satu-satunya sumber informasi bagi siswa,
sehingga pembelajaran yang berpusat pada guru kurang efektif untuk diterapkan.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh (Klinger, 2006) pembelajaran dengan teman
sebaya juga dapat memberikan hasil belajar yang baik.
Menurut Roger dan David Johson (dalam Suprijono, 2010: 58) untuk mencapai
hasil yang maksimal terdapat lima unsur model kooperatif yang harus diterapkan
yaitu: positive Interdependence (saling ktergantungan positif), personal responbility
(tanggung jawab perseorangan), face to face promotive interaction(iteraksi promotif),
interpersonal skill (komunikasi antar anggota), dan Group processing (pemrosesan
kelompok). Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah student facilitator and
explaining. Model pembelajaran ini menekankan pada proses pembelajaran teman
sebaya (peer-teaching). Adapun langkah-langkah model pembelajaran ini adalah guru

menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, guru mendemonstrasikan atau
menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran, guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya (misalnya melalui bagan
atau peta konsep), guru menyimpulkan ide atau pendapat siswa, dan penutup (Huda,
2013: 228-229).
Model pembelajaran SFE merupakan pembelajaran yang menekankan pada
struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FKIP UNS Rabu, 16 November 2016

524

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika....................ISBN: 978-602-6122-20-9
hal 523-532 November 2016............................................... .....................http://jurnal.fkip.uns.ac.id

memiliki tujuan untuk penguasaan materi (Shoimin, 2014: 18). Berdasarkan dua
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran SFE adalah model
pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengkomunikasikan materi yang dipahami kepada seluruh anggota kelasnya.
Langkah – langkah model pembelajaran kooperatif tipe SFE menurut Suyatno

(2009:126): (1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, (2) Guru
mendemonstrasikan/menyajikan materi, (3) Memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menjelaskan kepada siswa lain melalui peta konsep maupun yang lainya, (4)
Guru menyimpulkan ide /pendapat dari siswa, (5) Guru menerangkan semua materi
yang disajikan saat itu, dan (6) Penutup. Langkah – langkah model pembelajaran
kooperatif tipe SFE menurut Shoimin (2014:184): (1) Guru menyampaikan materi dan
kompetensi yang ingin dicapai, (2) Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis – garis
besar materi pembelajaran, (3) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjelaskan kepada siswa lainya, misal melalui peta konsep maupun yang lainya. Hal
ini dilakukan secara bergiliran, (4) Guru menyimpulkan ide /pendapat dari siswa, (5)
Guru merangkum semua materi yang disajikan saat itu, dan (6) Penutup.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut langkah – langkah model pembelajaran
SFE sebagai berikut : (1) guru menyampaikan materi dan kompetensi yang ingin
dicapai, (2) guru menyajikan garis – garis besar materi pembelajaran, (3) Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainya, misal
melalui peta konsep maupun yang lainya, (4) guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menjelaskan materi didepan kelas, misalnya melalui bagan yang dibuat
sebelumnya, (5) guru menyimpulkan pendapat dari para siswa, (6) guru menerangkan
materi yang disajikan saat itu, (7) penutup.
Adapun kelebihan dan kekurangan model SFE sebagai berikut:


SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FKIP UNS Rabu, 16 November 2016

525

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika....................ISBN: 978-602-6122-20-9
hal 523-532 November 2016............................................... .....................http://jurnal.fkip.uns.ac.id

Tabel 1.1. Kelebihan dan Kekurangan Model SFE
Kelebihan model SFE

Kekurangan model SFE

1. Materi yang disampaikan lebih 1. Siswa
jelas dan konkret

2. Dapat

yang

pemalu
tidak
mau
mendemonstrasikan
apa
yang diperintahkan oleh guru kepadanya
atau banyak siswa yang kurang aktif

meningkatkan daya
serap
siswa
karena
pembelajaran
dilakukan 2. Tidak semua siswa memiliki kesempatan
dengan demonstrasi
yang sama untuk melakukanya atau
menjelaskan kembali kepada teman –
3. Melatih siswa untuk berperan
temannya karena keterbatsan waktu
menjadi guru

pembelajaran

4. Memacu motivasi siswa untuk 3. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya
menjadi yang terbaik dalam
menjelaskan materi ajar

5. Mengetahui kemampuan siswa
dalam menyimpulkan ide atau
gagasan

sebagian saja yang terampil

4. Tidak mudah bagi siswa untuk membuat
peta konsep atau menerangkan materi ajar
secara ringkas

2. Mind Mapping
Mind mapping adalah salah satu cara yang dapat membantu siswa untuk
mengorganisasikan informasi yang diperoleh dalam bentuk bagan atau peta konsep
(Jones et al., 2012). Selain itu, mind mapping juga akan melatih kreatifitas siswa.

Proses mind mapping dimulai dengan menentukan sebuah topik tertentu yang akan
dipelajari. Siswa dapat membuat bagan atau peta konsep sesuai dengan kreativitas
masing-masing (Budd, 2004) sesuai retensi pengetahuan mereka (Tran, 2014). Sejalan
dengan pendapat Nesbit & Adesope (2006), ketertarikan siswa dalam memahami suatu
konsep dengan menggunakan bagan atau peta konsep memiliki pengaruh yang
signifikan. Menurut Buzan (2007: 10), Mind mapping dapat membantu siswa dalam
hal (1) menjadi lebih kreatif, (2) menghemat waktu, (3) memecahkan masalah, (4)
berkonsentrasi, (5) mengingat dengan lebih baik, (6) belajar lebih cepat, efisien, dan
lebih mudah.
Menurut Buzan (2013: 15-16), langkah-langkah dalam membuat Mind Mapping
sebagai berikut.

a. Mulai dari bagian tengah kertas kosong dengan sisi terpanjangnya diletakkan
mendatar karena memulai dari tengah-tengah permukaan kertas akan memberikan
keluasan bagi cara kerja otak untuk memencarkan kesegala arah dan
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FKIP UNS Rabu, 16 November 2016

526


Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika....................ISBN: 978-602-6122-20-9
hal 523-532 November 2016............................................... .....................http://jurnal.fkip.uns.ac.id

mengkreasikan diri lebih bebas alami.

b. Gunakan sebuah gambar atau foto untuk gagasan sentral karena gambar bernilai
seribu kata dan membantu siswa menggunakan imajinasi membuat tetap fokus,
memusatkan pikiran dan membuat otak semakin aktif dan sibuk.

c. Gunakan warna karena warna membuat Mind Mapping tampak lebih cerah,
menambah energi, dan hidup, meningkatkan kekuatan dahsyat bagi cara berpikir
kreatif dan ini juga adalah hal yang menyenangkan.

d. Hubungan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungan cabang – cabang
tingkat kedua dan ketiga pada tingkat pertama dan kedua, dan seterusnya.

e. Buatlah garis hubung yang melengkung bukannya garis lurus karena dengan garis
– garis lurus akan membosankan otak. Otak kita jauh lebih tertarik pada garis –
garis lengkung seperti yang kita temukan di alam.


f. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis karena kata kunci tunggal akan
memberi lebih banyak daya dan fleksibel. Masing-masing kata kunci akan lebih
mampu menyatakan pikiran-pikiran baru.

g. Gunakan gambar karena gambar dan simbol mudah diingat dan merangsang
asosiasi – asosiasi baru dan kreatif.
Dalam proses membuat bagan atau peta konsep siswa berusaha mencari dan
mengumpulkan informasi terkait materi yang akan dipelajari. Disinilah siswa tersebut
mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri.

HASIL PENGEMBANGAN

1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SFE Berbasis Mind Mapping
Model pembelajaran merupakan suatu kerangka dalam membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Kerangka tersebut berisi langkah-langkah yang akan
dilaksanakan guru untuk menyampaikan suatu materi tertetu. Dalam makalah ini
materi yang dimaksud adalah materi pelajaran matematika.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari
pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.

Hal ini menunnjukkan bahwa

matematika memiliki peranan yang sangat penting. Pada kenyataannya tidak sedikit
siswa yang kurang menyukai matematika. Menurut sebagian siswa matematika adalah
salah satu mata pelajaran yang sulit. Selain itu, kebanyakan guru dalam
membelajarkan matematika seringkali memberikan soal setelah menyampaikan
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FKIP UNS Rabu, 16 November 2016

527

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika....................ISBN: 978-602-6122-20-9
hal 523-532 November 2016............................................... .....................http://jurnal.fkip.uns.ac.id

materi, sehingga siswa kurang menikmati dalam mengikuti proses pembelajaran. Oleh
karena itu, perlu diberikan pembelajaran yang lebih bermakna terlebih dahulu. Setelah
siswa dapat membangun pengetahuan mereka, selanjutnya siswa diarahkan untuk
mengerjakan soal untuk mengeecek pemahaman mereka. Salah satu model
pembelajaran yang dapat membuat pembelajaran lebih bermakna adalah model
pembelajaran kooperatif tipe SFE berbasis mind mapping. Pada pembelajaran dengan
model SFE terdapat enam fase pembelajaran setelah dikombinasikan dengan mind
mapping menjadi sembilan fase. Berikut merupakan fase- fase pembelajaran SFE
berbasis mind mapping yang ditunjukkan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Fase-Fase Pembelajaran SFE Berbasis Mind Mapping
Model SFE berbasis mind
mapping
1. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran serta memotivasi
siswa dengan mengaitkan materi
dan pengetahuan yang dimiliki
siswa.

Aktivitas
Siswa
Melalui diskusi kelas, siswa melakukan tanya jawab
baik dengan guru atau siswa yang lain.

2. Guru menyampaikan informasi
terkait materi yang akan
dipelajari.

Siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan
oleh guru.

3. Siswa membentuk kelompok
heterogen.

Siswa membentuk kolompok diskusi sesuai arahan
yang diberikan guru.

4. Siswa mengumpulkan informasi
dari berbagai sumber.

Melalui diskusi kelompok siswa mengasosiasi dan
mengorganisasi sumber yang mereka kumpulkan.

5. Siswa membuat bagan atau peta
konsep.

Siswa membuat bagan atau peta konsep dengan
kelompok diskusi berdasarkan informasi yang telah
diperoleh.

6. Guru memberikan kese-mpatan
kepada siswa untuk menjelaskan
ke-pada siswa melalui dis-kusi
dengan kelom-poknya.
7. Masing – masing ke-lompok
mendemons-trasikan hasil
diskusi didepan kelas.

Pada proses ini siswa diberi kesempatan untuk
menjelaskan bagan pada siswa yang lain
dalam kelompok diskusinya.

8. Guru
dan siswa bersamasama membuat kesimpulan.

Melalui diskusi kelas, guru dan siswa bersama-sama
untuk membuat suatu kesimpulan.

Salah satu siswa dari masing-masing kelompok
mendemonstrasikan hasil diskusi didepan kelas dan
siswa yang lain memberikan tanggapan atas kelompok
presentasi.

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FKIP UNS Rabu, 16 November 2016

528

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika....................ISBN: 978-602-6122-20-9
hal 523-532 November 2016............................................... .....................http://jurnal.fkip.uns.ac.id

Model SFE berbasis mind
mapping
9. Penutup

Aktivitas
Siswa
Guru menutup pembelajaran dan menyampaikan
materi yang akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya.

Adapun perbedaan model pembelajaran SFE dan model SFE berbasis Mind
Maping ditunjukkan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Perbedaan Model Pembelajaran SFE dan Model SFE Berbasis Mind Maping
Model SFE

Model SFE berbasis mind
mapping

1. Guru menyampaikan materi dan kompetensi 1. Guru menyampaikan tujuan
yang ingin dicapai.

2. Guru menyajikan garis – garis besar materi
3.
4.
5.
6.

pembelajaran
serta
memotivasi siswa dengan
mengaitkan materi dan
pengetahuan yang dimiliki
siswa.

pembelajaran.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menjelaskan kepada siswa lainya, misal
melalui peta konsep maupun yang lainya.
2. Guru
menyampaikan
Guru menyimpulkan pendapat dari para siswa.
informasi terkait materi
Guru menerangkan materi yang disajikan saat
yang akan dipelajari.
itu.
Penutup.
3. Siswa membentuk kelompok
heterogen.

4. Siswa
informasi
sumber.

mengumpulkan
dari berbagai

5. Siswa membuat bagan atau
peta konsep.

6. Guru

memberikan
kesempatan kepada siswa
untuk menjelaskan kepada
siswa melaui diskusi dengan
kelompoknya.

7. Masing – masing kelompok
mendemonstrasikan
hasil
diskusi didepan kelas.

8. Guru dan siswa bersamasama membuat kesimpulan.

9. Penutup

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FKIP UNS Rabu, 16 November 2016

529

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika....................ISBN: 978-602-6122-20-9
hal 523-532 November 2016............................................... .....................http://jurnal.fkip.uns.ac.id

2. Sikap Kreatif Siswa
Menurut Conny (Hawadi et,al., 2001: 4), berpendapat bahwa kreativitas
adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya
dalam

pemecahan

masalah.

Hal

tersebut

sependapat

dengan

Sutadipura

(Munandar, 2012: 25) bahwa kreativitas adalah kesanggupan untuk menemukan
sesuatu yang baru dengan jelas mempergunakan daya khayal, fantasi dan imajinasi.
Menurut Guilford (Munandar, 2012: 10-11) kreativitas berkaitan dengan faktor
kognitif dan afektif. Kognitif meliputi: keterampilan berpikir lancar, keterampilan
berpikir luwes, keterampilan berpikir orisinal, keterampilan elaborasi/merinci dan
keterampilan menilai (mengevaluasi). Afektif dari kreativitas adalah ciri-ciri yang
berkaitan dengan sikap dan perasaan yaitu meliputi rasa ingin tahu, bersifat imajinatif,
merasa tertantang oleh kemajemukan, sifat mengambil resiko dan sifat menghargai.
Pengembangan kreativitas siswa tidak hanya memperhatikan pengembangan
kemampuan berpikir kreatif tetapi juga pemupukan sikap dan ciri-ciri kepribadian
kreatif.
Menurut Munandar (2012: 37), ciri-ciri pribadi yang kreatif dari para pakar
psikolog adalah imajinatif, mempunyai prakarsa, mempunyai minat luas, mandiri
dalam berpikir, ingin tahu, senang berpetualang, penuh energi, percaya diri, bersedia
mengambil risiko, serta berani dalam pendirian dan keyakinan. Sikap kreatif pada
pembelajaran SFE berbasis mind mapping yaitu rasa ingin tahu, bersifat imajinatif,
merasa tertantang, berani mengambil resiko, sifat menghargai.
Tabel 2.3. Hubungan Kreatifitas Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
SFE Berbasis Mind Mapping
Model pembelajaran SFE berbasis mind
mapping
Siswa membuat bagan atau peta konsep dengan
kelompok diskusi berdasarkan informasi yang
telah diperoleh. Pada proses ini siswa diberi
kesempatan untuk menjelaskan bagan pada
siswa yang lain dalam kelompok diskusinya.

Sikap kreativitas yang
Nampak
Rasa ingin tahu, Bersifat
imajinatif,
Merasa
tertantang,
Berani
mengambil resiko, dsn Sifat
menghargai

SIMPULAN
Langkah-langkah pembelajaran SFE berbasis mind mapping adalah sebagai
berikut:
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FKIP UNS Rabu, 16 November 2016

530

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika....................ISBN: 978-602-6122-20-9
hal 523-532 November 2016............................................... .....................http://jurnal.fkip.uns.ac.id

1. Guru

menyampaikan tujuan pembelajaran serta

memotivasi

siswa dengan

mengaitkan materi dan pengetahuan yang dimiliki siswa.

2. Guru menyampaikan informasi terkait materi yang akan dipelajari.
3. Siswa membentuk kelompok heterogen.
4. Siswa mengumpulkan informasi dari berbagai sumber.
5. Siswa membuat bagan atau peta konsep.
6. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada siswa melaui
diskusi dengan kelompoknya.

7. Masing – masing kelompok mendemonstrasikan hasil diskusi didepan kelas.
8. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan.
9. Penutup
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Maurizal. (2009). Kiat Jitu Meningkatkan Prestasi Dengan Mind
Mapping. Yogyakarta: Mitra Pelajar
Atherton, J.S. (2011). Learning and teaching; constructivism in learning.Retrieved
from http://www.learningandteaching.info/learning/constructivism.html
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No 22 Tahun 2006. Jakarta: Depdiknas.
Budd, J. W. (2004). Mind maps as classroom exercises. The Journal of Economic
Education,35(1), 35. doi:10.3200/JECE.35.1.35-46.
Buzan, T. (2007). Mind Map: Untuk meningkatkan Kreativitas. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Buzan, T. (2013). Buku Pintar Mind Mapp. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hawadi, R. A., Wihardjo, S. D., & Wiyono, M. (2001). Buku kedua dari tiga
kreativitas Panduan Bagi Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar. Jakarta:
Grasindo Huda, M. (2013). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Belajar
Klinger, T. (2006). Learning Approach, Thinking Style and Critical Inquiry: The Online
Community. THE KOREAN JOURNAL OF THINKING & PROBLEM SOLVING,
16(1), p. 91-113
Nesbit, J. C., & Adesope, O. O. (2006). Learning with concept and knjowledge maps: A
meta-analysis. Review of Educational Research, 76(3), 413-448.
Munandar, S.C.U. (1992). Kreativitas dan Keberbakatan, Strategi Mewujudkan Potensi
Kreatif dan Bakat. Jakarta: PT Gramedia pustaka Utama Santoso, F. G. I. (2012).
Ketrampilan Berpikir Kreatif Matematis dalam Pembelajaran Berbasis Maslah
(PBM) pada Siswa SMP. Prosiding Seminar Nasional Matematika 2012. Madiun:
Universitas Katolik Widya Mandala Madiun

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FKIP UNS Rabu, 16 November 2016

531

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika....................ISBN: 978-602-6122-20-9
hal 523-532 November 2016............................................... .....................http://jurnal.fkip.uns.ac.id

Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar – Ruzz Media.
Suprijono, A. (2010). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Suyatno, (2009). Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.
Tran, V. D., & Lewis, R. (2012). Effects of Cooperative Learning on Students at
An Giang University
in
Vietnam.
International Education Studies,
5(1), 86-99. http://dx.doi.org/10.5539/ies.v5n1p86.
Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional . Jaringan
Dokumentasi dan Informasi Hukum Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia. (Online), tersedia: http://jdih.bpk.go.id., diunduh 10 Maret 2014.

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FKIP UNS Rabu, 16 November 2016

532

Dokumen yang terkait

Model Pembelajaran Kooperatif Student Facilitator and Explaining (SFE) dengan Peta Konsep dalam Peningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. (Kuasi Eksperimen di SMP Jayakarta)

0 2 225

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 29 MEDAN.

0 3 15

PENERAPAN METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR DAN HASIL Penerapan Metode Student Facilitator And Explaining Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV MI Karangkonan

0 0 14

PENERAPAN METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTU MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR DAN HASIL Penerapan Metode Student Facilitator And Explaining Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV MI Karangkonang

0 0 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY PADA PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Pada Pembelajaran Student Facilitator And Explaining Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belaj

0 0 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY PADAPEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Pada Pembelajaran Student Facilitator And Explaining Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar

0 1 15

PENERAPAN PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND Penerapan Pembelajaran Student Facilitator And Explaining Untuk Peningkatan Minat Dan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Bangun Datar Segi Empat (PTK Pembelajaran Matematika Bagi Siswa Kelas VII Semester G

0 3 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFE) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA | RETNO WINARNI, | Jurnal Didaktika Dwija Indria (SOLO) 8557 19156 1 PB

0 0 8

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS VIII B MTs MUHAMMADIYAH PURWOKERTO MELALUI PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFE)

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas - UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS VIII B MTs MUHAMMADIYAH PURWOKERTO MELALUI PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFE) - repository perpustakaan

0 0 17