Perencanaan Persediaan dengan Menggunakan Distribution Resource Planning (DRP) pada PT Florindo Makmur
V-26
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1.
Sejarah Perusahaan
PT. Florindo Makmur merupakan perusahaan manufaktur yang mengolah
singkong menjadi tepung tapioka.Perusahaan ini berlokasi di Jl. Besar Desa
Pergulaan Dusun V, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai,
Provinsi Sumatera Utara.Pabrik ini merupakan pengembangan dari yang sudah
ada sebelumnya. PT. Florindo Makmur berawal dari pendirian PT.Bumi Waras
pada bulan November 1996 yang merupakan anak cabang PT. Sungai
Budi.Banyaknya problema pasang surut perusahaan dan tantangan sosial serta
lingkungan sekitar, maka perusahaan tersebut diakuisisi oleh PT. Alam Sari
pada bulan Februari 2005. PT. Alam Sari sebagai kepemilikan baru ternyata
tidak mampu menanggulangi masalah perusahaan sehingga kembali diakuisisi
oleh PT. Florindo Makmur. PT. Florindo Makmur mengakuisisi pada bulan
Oktober tahun 2008 dan bertahan sampai saat ini.
PT. Florindo Makmur ini berstatus sebagai perusahaan swasta dan
berdasarkan akte Departemen Kehakiman C-1336 HT. 0104.TH. 2008.
Kapasitas dari perusahaan ini beberapa kali mengalami perubahan. Pada tahun
pertama akuisisi, PT. Florindo Makmur memiliki kapasitas produksi hanya 100
ton/hari.Pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 125 ton/hari.Pada
Universitas Sumatera Utara
V-27
tahun 2014 mengalami peningkatan kembali menjadi sekitar 150 ton/hari hingga
sekarang ini.
2.2.
Ruang Lingkup Bidang Usaha
PT. Florindo Makmur bergerak di bidang produksi tepung tapioka. PT.
Florindo Makmur melakukan sistem produksi yang bersifat make to stock
dimana persediaan ditentukan berdasarkan peramalan potensi permintaan
pelanggan terhadap produk jadi.
Bahan baku singkong yang diperoleh pihak pabrik berasal dari
perkebunan singkong di daerah Serdang Bedagai, Deli Serdang, Tapanuli
Selatan, Simalungun, dan Padang Sidempuan.
2.3.
Sistem Distribusi Perusahaan
Sistem distribusi perusahaan mulai dari vendor sampai ke tangan
konsumen dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Bagian-bagian dari sistem distribusi adalah sebagai berikut:
1.
Supplier adalah pemasok bahan baku singkongyang merupakan bahan utama
dalam pembuatan tepung tapioka. Supplier singkongberasal dari perkebunan
singkong di daerah Serdang Bedagai, Deli Serdang, Tapanuli Selatan,
Simalungun, dan Sidimpuan.
2.
Produsen atau perusahaan itu sendiri, PT. Florindo Makmur adalah
perusahaan yang mengubah singkong menjadi tepung tapioka.
Universitas Sumatera Utara
V-28
3.
Distribution Centre, merupakan pusat distribusi yang dibangun di masingmasing kota konsumen. Tujuan dibangunnya distribution centre dikarenakan
tingginya permintaan dari konsumen di kota tersebut dan untuk memudahkan
pelayanan dari konsumen-konsumen tersebut. Tetapi, perusahaan mengalami
kendala setelah dibangunnya DC tersebut. Perusahaan sering mengalami
kemacetan atau bottleneck sehingga produk terlambat sampai di tangan
konsumen.
4.
Konsumen, konsumen ini merupakan pengecer sekaligus pemakai dari
produk yang diproduksi oleh PT. Florindo Makmur.
2.4.
Proses Produksi
Proses produksi merupakan suatu kegiatan organisasi melakukan proses
transformasi dari masukan (input) menjadi keluaran (output). Masukan berupa
sumber daya yang diperlukan misalnya material, modal, peralatan, sedangkan
keluaran berupa barang jadi, barang setengah jadi atau jasa. Melalui proses
transformasi tersebut input yang diolah akan menjadi output yang memiliki nilai
tambah baik secara fungsional maupun ekonomis.
Tahapan proses pembuatan tepung tapioka akan dijelaskan sebagai berikut:
1.
Singkong segar yang merupakan bahan baku diangkut menggunakan truk
menuju gudang bahan baku. Singkong tersebut dilakukan pengujian kadar
pati terlebih dahulu dengan mengambil beberapa kg sampel dari truk. Nilai
kadar pati singkong berkisar 35-40 % .
Universitas Sumatera Utara
V-29
2.
Singkong yang telah ditumpuk di gudang bahan baku kemudian diangkut
dengan belt conveyor menuju ke rangkaian mesin root peeler dan root
washer. Singkong diangkut ke mesin root peeler untuk dibuang kotoran yang
terdapat pada singkong seperti akar, tanah, kulit serta benda-benda yang
berukuran kecil sehingga menghasilkan singkong yang telah terkupas
kulitnya. Singkong yang telah terkelupas kulitnya kemudian dilakukan
pencucian menggunakan mesin root washer di dalam bak pencucian. Air
yang digunakan berasal dari sistem pengolahan air perusahaan, setelah
digunakan air sisa akan menjadi limbah cair dan dialirkan ke mesin screw
press dan diolah dengan sistem IPAL.
3.
Singkong yang telah dicuci diangkut dengan belt conveyor menuju ke tempat
pemarutan/ pencincangan. Singkong diparut dengan mesin root rashper yang
cara kerjanya mirip dengan sistem mixer untuk menghasilkan bagian
singkong yang lebih kecil dan pada akhirnya menjadi berbentuk bubur
singkong. Proses pemarutan dibantu dengan menggunakan air.
4.
Bubur singkong kemudian diangkut dengan saluran pipa menuju ke mesin
extractor. Bubur singkong dibantu dengan menggunakan air dilakukan proses
extracting untuk memisahkan ampas singkong dengan air kandungan pati. Air
kandungan pati akan digunakan untuk proses berikutnya sementara ampas
singkong diangkut ke mesin screw press untuk diolah menjadi pupuk organik
dan pakan ternak.
Universitas Sumatera Utara
V-30
5.
Air kandungan pati kemudian diangkut dengan saluran pipa menuju ke mesin
separator untuk membuat air kandungan pati menjadi stratch milk yaitu
berupa air tepung yang lebih kental.
6.
Stratch milk kemudian diangkut dengan saluran pipa menuju ke mesin center
view. Dalam mesin center view terjadi proses vacum filter atau penyaringan
hampa di mana tepung berada dalam kondisi 40 % kering dan air dari starch
milk akan keluar dan dibuang ke pengolahan limbah.
7.
Stratch milk kemudian diangkut dengan saluran pipa menuju ke rangkaian
mesin drying/ oven. Proses yang terjadi di dalam mesin drying cyclone adalah
untuk mengeringkan tepung secara utuh. Hasilnya adalah berupa tepung
kering dan uap air yang telah terpisahkan.
8.
Tepung keringkemudian diangkut dengan saluran pipa menuju ke rangkaian
mesin cooling cyclone untuk mendinginkan tepung.
9.
Tepung kemudian dialirkan ke dalam mesin rotary sifter dan dilakukan
proses pengayakan untuk menghasilkan tepung yang bertekstur halus.
Sebelum produk tepung dikemas, perusahaan terlebih dahulu melakukan
pengujian kualitas terhadap produk tepung dilaboratorium. Parameter
pengujian kualitas berupa nilai % kadar air, warna dan nilai digital, nilai pH,
serta nilai SO2.
10. Tepung yang dikeluarkan dari mesin rotary sifter kemudian dimasukkan dan
dikemas ke dalam kantong karung sesuai yang berukuran 25 kg dan 50 kg.
Proses pengemasan dibantu dengan alat timbangan dan benang jahit. Setelah
Universitas Sumatera Utara
V-31
dikemas maka produk tepung diangkut dengan forklift menuju ke gudang
produk jadi.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1.
Sejarah Perusahaan
PT. Florindo Makmur merupakan perusahaan manufaktur yang mengolah
singkong menjadi tepung tapioka.Perusahaan ini berlokasi di Jl. Besar Desa
Pergulaan Dusun V, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai,
Provinsi Sumatera Utara.Pabrik ini merupakan pengembangan dari yang sudah
ada sebelumnya. PT. Florindo Makmur berawal dari pendirian PT.Bumi Waras
pada bulan November 1996 yang merupakan anak cabang PT. Sungai
Budi.Banyaknya problema pasang surut perusahaan dan tantangan sosial serta
lingkungan sekitar, maka perusahaan tersebut diakuisisi oleh PT. Alam Sari
pada bulan Februari 2005. PT. Alam Sari sebagai kepemilikan baru ternyata
tidak mampu menanggulangi masalah perusahaan sehingga kembali diakuisisi
oleh PT. Florindo Makmur. PT. Florindo Makmur mengakuisisi pada bulan
Oktober tahun 2008 dan bertahan sampai saat ini.
PT. Florindo Makmur ini berstatus sebagai perusahaan swasta dan
berdasarkan akte Departemen Kehakiman C-1336 HT. 0104.TH. 2008.
Kapasitas dari perusahaan ini beberapa kali mengalami perubahan. Pada tahun
pertama akuisisi, PT. Florindo Makmur memiliki kapasitas produksi hanya 100
ton/hari.Pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 125 ton/hari.Pada
Universitas Sumatera Utara
V-27
tahun 2014 mengalami peningkatan kembali menjadi sekitar 150 ton/hari hingga
sekarang ini.
2.2.
Ruang Lingkup Bidang Usaha
PT. Florindo Makmur bergerak di bidang produksi tepung tapioka. PT.
Florindo Makmur melakukan sistem produksi yang bersifat make to stock
dimana persediaan ditentukan berdasarkan peramalan potensi permintaan
pelanggan terhadap produk jadi.
Bahan baku singkong yang diperoleh pihak pabrik berasal dari
perkebunan singkong di daerah Serdang Bedagai, Deli Serdang, Tapanuli
Selatan, Simalungun, dan Padang Sidempuan.
2.3.
Sistem Distribusi Perusahaan
Sistem distribusi perusahaan mulai dari vendor sampai ke tangan
konsumen dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Bagian-bagian dari sistem distribusi adalah sebagai berikut:
1.
Supplier adalah pemasok bahan baku singkongyang merupakan bahan utama
dalam pembuatan tepung tapioka. Supplier singkongberasal dari perkebunan
singkong di daerah Serdang Bedagai, Deli Serdang, Tapanuli Selatan,
Simalungun, dan Sidimpuan.
2.
Produsen atau perusahaan itu sendiri, PT. Florindo Makmur adalah
perusahaan yang mengubah singkong menjadi tepung tapioka.
Universitas Sumatera Utara
V-28
3.
Distribution Centre, merupakan pusat distribusi yang dibangun di masingmasing kota konsumen. Tujuan dibangunnya distribution centre dikarenakan
tingginya permintaan dari konsumen di kota tersebut dan untuk memudahkan
pelayanan dari konsumen-konsumen tersebut. Tetapi, perusahaan mengalami
kendala setelah dibangunnya DC tersebut. Perusahaan sering mengalami
kemacetan atau bottleneck sehingga produk terlambat sampai di tangan
konsumen.
4.
Konsumen, konsumen ini merupakan pengecer sekaligus pemakai dari
produk yang diproduksi oleh PT. Florindo Makmur.
2.4.
Proses Produksi
Proses produksi merupakan suatu kegiatan organisasi melakukan proses
transformasi dari masukan (input) menjadi keluaran (output). Masukan berupa
sumber daya yang diperlukan misalnya material, modal, peralatan, sedangkan
keluaran berupa barang jadi, barang setengah jadi atau jasa. Melalui proses
transformasi tersebut input yang diolah akan menjadi output yang memiliki nilai
tambah baik secara fungsional maupun ekonomis.
Tahapan proses pembuatan tepung tapioka akan dijelaskan sebagai berikut:
1.
Singkong segar yang merupakan bahan baku diangkut menggunakan truk
menuju gudang bahan baku. Singkong tersebut dilakukan pengujian kadar
pati terlebih dahulu dengan mengambil beberapa kg sampel dari truk. Nilai
kadar pati singkong berkisar 35-40 % .
Universitas Sumatera Utara
V-29
2.
Singkong yang telah ditumpuk di gudang bahan baku kemudian diangkut
dengan belt conveyor menuju ke rangkaian mesin root peeler dan root
washer. Singkong diangkut ke mesin root peeler untuk dibuang kotoran yang
terdapat pada singkong seperti akar, tanah, kulit serta benda-benda yang
berukuran kecil sehingga menghasilkan singkong yang telah terkupas
kulitnya. Singkong yang telah terkelupas kulitnya kemudian dilakukan
pencucian menggunakan mesin root washer di dalam bak pencucian. Air
yang digunakan berasal dari sistem pengolahan air perusahaan, setelah
digunakan air sisa akan menjadi limbah cair dan dialirkan ke mesin screw
press dan diolah dengan sistem IPAL.
3.
Singkong yang telah dicuci diangkut dengan belt conveyor menuju ke tempat
pemarutan/ pencincangan. Singkong diparut dengan mesin root rashper yang
cara kerjanya mirip dengan sistem mixer untuk menghasilkan bagian
singkong yang lebih kecil dan pada akhirnya menjadi berbentuk bubur
singkong. Proses pemarutan dibantu dengan menggunakan air.
4.
Bubur singkong kemudian diangkut dengan saluran pipa menuju ke mesin
extractor. Bubur singkong dibantu dengan menggunakan air dilakukan proses
extracting untuk memisahkan ampas singkong dengan air kandungan pati. Air
kandungan pati akan digunakan untuk proses berikutnya sementara ampas
singkong diangkut ke mesin screw press untuk diolah menjadi pupuk organik
dan pakan ternak.
Universitas Sumatera Utara
V-30
5.
Air kandungan pati kemudian diangkut dengan saluran pipa menuju ke mesin
separator untuk membuat air kandungan pati menjadi stratch milk yaitu
berupa air tepung yang lebih kental.
6.
Stratch milk kemudian diangkut dengan saluran pipa menuju ke mesin center
view. Dalam mesin center view terjadi proses vacum filter atau penyaringan
hampa di mana tepung berada dalam kondisi 40 % kering dan air dari starch
milk akan keluar dan dibuang ke pengolahan limbah.
7.
Stratch milk kemudian diangkut dengan saluran pipa menuju ke rangkaian
mesin drying/ oven. Proses yang terjadi di dalam mesin drying cyclone adalah
untuk mengeringkan tepung secara utuh. Hasilnya adalah berupa tepung
kering dan uap air yang telah terpisahkan.
8.
Tepung keringkemudian diangkut dengan saluran pipa menuju ke rangkaian
mesin cooling cyclone untuk mendinginkan tepung.
9.
Tepung kemudian dialirkan ke dalam mesin rotary sifter dan dilakukan
proses pengayakan untuk menghasilkan tepung yang bertekstur halus.
Sebelum produk tepung dikemas, perusahaan terlebih dahulu melakukan
pengujian kualitas terhadap produk tepung dilaboratorium. Parameter
pengujian kualitas berupa nilai % kadar air, warna dan nilai digital, nilai pH,
serta nilai SO2.
10. Tepung yang dikeluarkan dari mesin rotary sifter kemudian dimasukkan dan
dikemas ke dalam kantong karung sesuai yang berukuran 25 kg dan 50 kg.
Proses pengemasan dibantu dengan alat timbangan dan benang jahit. Setelah
Universitas Sumatera Utara
V-31
dikemas maka produk tepung diangkut dengan forklift menuju ke gudang
produk jadi.
Universitas Sumatera Utara