Perencanaan Persediaan dengan Menggunakan Distribution Resource Planning (DRP) pada PT Florindo Makmur Chapter III VII
V-32
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1.
Distribusi
Menurut Donald Fogarty (1991), kegiatan distribusi merupakan usaha
perpindahan/pengiriman produk dari akhir lini produksi kepada konsumen.
Menurut Keller and Burton (2009), kegiatan distribusi merupakan suatu proses
yang membuat produk dan jasa dapat digunakan oleh konsumen dan pengguna.
Menurut Domschke and Schield (2011), distribusi adalah distribusi adalah suatu
sistem yang merelasikan atau mentransferkan produk dari manufacturer dan
konsumen.Kegiatan distribusi yang terdapat pada perusahaan meliputi transportasi
pengangkutan,
proteksi
terhadap
pengemasan,
pengendalian
persediaan,
pemilihan lokasi gudang dan pelayanan terhadap pelanggan.
Sistem distribusi diklasifikasikan atas 2 jenis yaitu:
1.
Sistem tarik (pull system)
Sistem tarik adalah sistem pengisian persediaan dimana setiap DC
menentukan kebutuhannya dan memesan dari CSF.
2.
Sistem dorong (push system)
Sistem dorong adalah sistem pengendaliaan persediaan dimana CSF
menentukan bagaimana mengalokasikan produk ke DC.
Kegiatan distribusi adalah suatu kegiatan yang sangat penting dalam suatu
sistem perusahaan dimana merupakan proses penyaluran barang dari produsen
yang memperlancar dan mempermudah penyampaian barang kepada konsumen.
Universitas Sumatera Utara
V-33
Fungsi distribusi itu sendiri adalah untuk membantu produsen menyalurkan
barang kepada konsumen, sehingga memenuhi permintaan konsumen tepat waktu.
3.2.
Supply Chain
Menurut I Nyoman (2005),supply chain adalah jaringan perusahaan-
perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan
menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-perusahaan
tersebut biasanya termasuk supplier, pabrik, distributor, took atau ritel, serta
perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik.
Menurut Dawei Lu (2011), supply chain adalah suatu kelompok
perusahaan yang saling terhubung yang berpartisipasi untuk menambah nilai
aliran input berubah dari sumber asalnya untuk produk akhir atau jasa yang
diminta oleh konsumen akhir.
Pada suatu supply chain biasanya ada 3 macam aliran yang harus dikelola.
Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir
(downstream). Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari supplier ke
pabrik. Setelah produk selesai diproduksi, dikirim ke distributor, lalu ke pengecer
atau ritel, kemudian ke pemakai akhir.Yang kedua adalah aliran uang dan
sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu.Yang ketiga adalah aliran informasi
yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya.Informasi tentang
persediaan produk yang masih ada di masing-masing supermarket sering
dibutuhkan oleh distributor maupun pabrik.Informasi tentang ketersediaan
kapasitas produksi yang dimiliki oleh supplier juga sering dibutuhkan oleh
Universitas Sumatera Utara
V-34
pabrik.Informasi tentang status pengiriman bahan baku sering dibutuhkan oleh
perusahaan yang mengirim maupun yang akan menerima. Perusahaan pengapalan
harus membagi informasi seperti ini supaya pihak-pihak yang berkepentingan bisa
memonitor
untuk
kepentingan
perencanaan
yang
lebih
akurat.Gambar
3.1.memberikan ilustrasi konseptual sebuah supply chain.
Dalam riset ini, supply chain management digunakan untuk mencari
penyebab-penyebab ketidaknormalnya kegiatan distribusi dan mencari jalan
keluar untuk menyelesaikan masalah tersebut. Tujuan dari supply chain adalah
untuk memastikan sebuah produk berada pada tempat dan waktu yang tepat untuk
memenuhi permintaan konsumen tanpa menciptakan stok yang berlebihan atau
kekurangan. Sebuah operasi yang efisien dari supply chain tergantung pada
lengkap dan akuratnya aliran data yang berhubungan dengan produk, sistem
tranportasi dan manufakturnya.
Produk SCM berbasis layanan yang dibangun oleh sebuah penyedia jasa
utama yang men-support aktivitas tenant-tenant merupakan sebuah produk
layanan jasa yang akan membantu peningkatan aktivitas bisnis pelaku bisnis
berskala kecil. Penelitian terdahulu pernah membahas bagaimana desain sebuah
sistem SCM berbasis layanan yang dirancang untuk membantu aktivitas
perdagangan antara distributor besar (wholeseller) dengan para penjual langsung
(retailer) dalam sebuah komunitas pusat perdagangan modern.
Identifikasi kebutuhan dari sistem SCM pada jasa atau layanan dibagi
menjadi dua yaitu kebutuhan fungsional dan kebutuhan non-fungsional.Tidak ada
prioritas diantara kedua aspek ini.Keduanya memiliki peranan yang sangat
Universitas Sumatera Utara
V-35
penting dalam keberhasilan pengembangan sistem. Secara umum kebutuhan
fungsional dari sistem ini adalah sebagai berikut:
1. Fungsi mengelola data customer (distributor dan retailer) oleh pengelola
2. Fungsi mengelola data barang yang dilakukan oleh customer (distributor dan
retailer).
3. Fungsi untuk mengotomasi proses transaksi keuangan baik itu berupa
pembayaran tagihan maupun aktivitas cash flow keuangan.
4. Fungsi otomasi capturing dan input data menggunakan third party device.
5. Fungsi monitoring proses transaksi yang dilakukan oleh pengelola.
6. Fungsi summarizing dalam bentuk laporan penjualan
7. Fungsi analisa statistik
Sementara itu, daftar kebutuhan non fungsional dari sistem SCM berbasis
layanan dapat dilihat dalam Tabel 3.1.
3.3.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sistem Distribusi
Menurut Eko (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi
meliputi:
1.
Pengangkutan (Transportasi)
Pada umumnya tempat kegiatan produksi berbeda dengan tempat tinggal
konsumen,
perbedaan
tempat
ini
harus
diatasi
dengan
kegiatan
pengangkutan.Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin
majunya
teknologi,
kebutuhan
manusia
semakin
banyak.Hal
ini
Universitas Sumatera Utara
V-36
mengakibatkan barang yang disalurkan semakin luas, sehingga membutuhkan
alat transportasi (pengangkutan).
2.
Penjualan (Selling)
Di dalam pemasaran barang, selalu ada kegiatan menjual yang dilakukan oleh
produsen.Pengalihan hak dari tangan produsen kepada konsumen dapat
dilakukan dengan penjualan.Dengan adanya kegiatan ini maka konsumen
dapat menggunakan barang tersebut.
3.
Pembelian (Buying)
Setiap ada penjualan berarti ada pula kegiatan pembelian.Jika penjualan
barang dilakukan oleh produsen, maka pembelian dilakukan oleh orang yang
membutuhkan barang tersebut.
4.
Penyimpanan (Storage)
Sebelum barang-barang disalurkan pada konsumen biasanya disimpan
terlebih dahulu.Dalam menjamin kesinambungan, keselamatan dan keutuhan
barang-barang, perlu adanya penyimpanan (pergudangan).
Menurut Octa Dandy (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas
distribusi meliputi:
1.
Pertimbangan Pasar
Karena saluran distribusi sangat dipengaruhi oleh pola pembelian konsumen,
maka keadaan pasar ini merupakan faktor penentu dalam pemilihan saluran.
2.
Pertimbangan Barang
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dari segi barang ini antara lain:
nilai unit, besar dan berat barang, sifat teknis, dan luasnya product ine.
Universitas Sumatera Utara
V-37
3.
Pertimbangan Perusahaan
Menurut Arlina (2009), factor-faktor yang mempengaruhi kegiatan distribusi
adalah:
1.
Faktor pasar
Dalam faktor ini, saluran distribusi dipegaruhi oleh pola pembelian
konsumen, yaitu letak geografis atau tempat konsumen berada, jumlah
konsumen, banyaknya pesanan dan kebiasaan konsumen dalam melakukan
pembelian barang.
2.
Faktor Barang
Pertimbangan dari segi barang berhubungan dengan nilai unit, besar dan
ketahanan barang, standar barang dan pengemasan barang tersebut..
3.
Faktor perusahaan
Pertimbangan dari segi perusahaan di sini menyangkut sumber dana,
pengalaman dan kemampuan manajemen serta pengawasan dan pelayanan
yang ditawarkan.
4.
Faktor kebiasaan dalam pembelian
Pertimbangan yang diperlukan dalam kebiasaan pembelian yaitu kegunaan
serta sikap perantara terhadap kebijaksanaan produsen, ongkos penyaluran
barang dan volume penjualan.
Universitas Sumatera Utara
V-38
Menurut Philip Kotler (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas
distribusi meliputi:
1.
Penjadwalan distribusi
Penjadwalan distribusi merupakan hal yang paling penting dalam suatu
sistem distribusi karena jika penjadwalan distribusi tidak disusun dan diatur
sedemikian rupa, maka penyaluran produk / barang dari produsen ke
konsumen pasti akan terhambat dan menyebabkan bottleneck.
2.
Penjadwalan produksi
Jumlah produksi sangat erat kaitannya dengan distribusi, jika penjadwalan
produksi terhambat maka otomatis penjadwalan distribusi juga terhambat dan
mengakibatkan barang tidak tepat waktu sampai ke tangan konsumen.
3.
Stok
Persediaan produk yang tidak berlebihan pada distributor digunakan sebagai
cadangan agar tidak terjadi keterlambatan distribusi, sehingga sistem
distribusi tetap dapat berjalan normal tanpa adanya hambatan.
4.
Komunikasi
Komunikasi yang baik sangat dibutuhkan dari hulu ke hilir dan dari hilir ke
hulu sehingga terjalin hubungan yang baik dan menghindari terjadinya
miscommunication.
Dalam riset ini, faktor-faktor yang mempengaruhi sistem distribusi yang akan
dibahas adalah sebagai berikut:
1. Penjadwalan distribusi
Universitas Sumatera Utara
V-39
Penjadwalan distribusi merupakan hal yang paling penting dalam suatu
sistem distribusi karena jika penjadwalan distribusi tidak disusun dan diatur
sedemikian rupa, maka penyaluran produk / barang dari produsen ke
konsumen pasti akan terhambat dan menyebabkan bottleneck.
2. Penjadwalan produksi
Jumlah produksi sangat erat kaitannya dengan distribusi, jika penjadwalan
produksi terhambat maka otomatis penjadwalan distribusi juga terhambat dan
mengakibatkan barang tidak tepat waktu sampai ke tangan konsumen.
3. Stok
Persediaan produk yang tidak berlebihan pada distributor digunakan sebagai
cadangan agar tidak terjadi keterlambatan distribusi, sehingga sistem
distribusi tetap dapat berjalan normal tanpa adanya hambatan.
4. Komunikasi
Komunikasi yang baik sangat dibutuhkan dari hulu ke hilir dan dari hilir ke
hulu sehingga terjalin hubungan yang baik dan menghindari terjadinya
miscommunication.
3.4.
Perencanaan Sistem DistribusiSupply Chain
Menurut I Nyoman (2005), distribusi dalam logika supply chain adalah
mengirim produk tersebut agar sampai di tangan pelanggan pada waktu dan
tempat yang tepat. Pengiriman produk ke pelanggan atau pemakai akhir tentunya
melibatkan kegiatan transportasi.Aktivitas pengiriman ini bisa dilakukan sendiri
oleh
perusahaan
atau
dengan
menyerahkannya
ke
perusahaan
jasa
Universitas Sumatera Utara
V-40
transportasi.Dewasa ini semakin banyak perusahaan yang tidak melakukan sendiri
kegiatan pengiriman produk ke distributor atau ke pelanggan sehingga peluang
perusahaan jasa menyediakan jasa transportasi, pergudangan, dan sebagainya
sering dinamakan 3PL atau third party logistic service providers.
Dalam cakupan kegiatan distribusi, perusahaan harus bisa merancang
jaringan distribusi yang tepat.Keputusan tentang perancangan jaringan-jaringan
distribusi harus mempertimbangkan trade-off antara aspek biaya, aspek
fleksibilitas, dan aspek kecepatan respon terhadap pelanggan. Sebagai contoh,
perusahaan mungkin hanya mengoperasikan sedikit gudang dengan konsekuensi
tingkat pelayanan pelanggan yang lebih rendah namun di sisi lain akan bisa
menghemat biaya tetap maupun biaya operasional gudang dan mengurangi biaya
persediaan.
Perusahaan harus menetapkan tingkat service level yang harus dicapai di
masing-masing wilayah, menentukan jadwal rute pengiriman, serta mencari caracara inovatif untuk mengurangi biaya serta meningkatkan service level ke
pelanggan. Studi untuk menciptakan alat bantu penjadwalan pengiriman atau
penentuan rute sudah sangat banyak dilakukan dan masih berkembang terus
mengingat permasalahan ini sangat penting, namun tidak mudah untuk
diselesaikan. Cara-cara inovatif seperti cross-docking,mixed-load, DRP dan lainlain memungkinkan distribusi barang bisa dilakukan dengan lebih efisien dan/atau
lebih cepat ke tangan pelanggan.
Menurut Andre J Martin (1995), metode DRP (Distribution Resources
Planning)merupakan suatu metode yang tepat dalam merencanakan jadwal
Universitas Sumatera Utara
V-41
distribusi. Distribution Resources Planning adalah sebuah proses manajemen
yang menentukan keperluan inventory stocking locations (ISLs) yang merupakan
toko, pusat distribusi, pusat distribusi regional, pusat distribusi manufaktur atau
gudang yang menyimpan produk yang akan dijual. Sumber kebutuhan supplier
dapat menjadi third party supplier, titik distribusi regional atau sebuah perusahaan
sehingga dapat diperkirakan bahwa kebutuhan supplier dapat sesuai dengan
permintaan.
Menurut Feigin G.E. Katirciouglu (2015), Distribution Resources
Planning(DRP)adalah metode yang digunakan dalam administrasi bisnis untuk
perencanaan permintaan dalam supply chain.DRP memungkinkan pengguna
untuk mengatur parameter pengendalian persediaan tertentu (seperti safety stock)
dan menghitung kebutuhan persediaan waktu bertahap. Proses ini juga sering
disebut sebagai perencanaan kebutuhan distribusi.
Distribution Resources Planning memiliki 3 fase utama. Pertama, DRP
mempunyai input sebagai berikut :
1.
Peramalan stok berdasarkan inventory stocking locations (ISLs)
2.
Permintaan pelanggan baik untuk pemesanan sekarang dan masa depan
3.
Biaya penyimpanan berdasarkan inventory stocking locations (ISLs)
4.
Pemesanan produk yang akan dibeli atau yang diproduksi
5.
Logistik, manufaktur, dan lead time pembelian
6.
Jalur transportasi
7.
Prinsip safety stock berdasarkan inventory stocking locations (ISLs)
Universitas Sumatera Utara
V-42
8.
Kuantitas normal minimum untuk produk yang dibeli, diproduksi dan
didistribusikan.
Kedua, ketika semua input telah diterima, DRP memperhitungkan model
time-phased dari kebutuhan persediaan untuk mendukung strategi logistik. Ini
meliputi :
1. Dimana produk yang dibutuhkan, berapa harganya dan dimana dan kapan
diperlukan
2. Kapasitas transportasi yang dibutuhkan
3. Kapasitas tempat penyimpanan, sumber daya manusia serta peralatan yang
dibutuhkan
4. Investasi tempat persediaan yang dibutuhkan
5. Level produksi yang dibutuhkan dan produk yang dibeli oleh supplier
kebutuhan
Ketiga, DRP membandingkan kebutuhan yang dibutuhkan yang tersedia
pada supplier kebutuhan, dan apa yang tersedia di waktu yang akan datang. DRP
juga akan merekomendasikan langkah yang harus diambl untuk menhentikan
pembelian dan atau produksi, oleh karena itu dengan mengabungkan persediaan
dan permintaan. Pada integrasi dan feedback fase ketiga pada sistem, dengan
menutup putaran sekitar laju produksi, pembelian, logistik dan pelanggan.
Inti dari proses manajemen ini sangat mudah, juga sangat kuat dan masuk
akal. Dalam hal ini, kemampuan ini tidak dapat ditemukan dari kalkulasi
matematika, namun pada kemampuan sistem secara keseluruhan untuk
Universitas Sumatera Utara
V-43
mengetahui kegiatan pada waktu yang akan datang, memprediksi kemungkinan
yang terjadi, aktivitas yang kritis yang sedang berlangsung dan rekomendasi aksi.
Berikut adalah contoh bagaimana logika tersebut dijalankan. Asumsikan
bahwa ada sebuah toko retailer, dan tentukan kapan persediaan produk akan habis.
Data yang diberikan menyatakan bawah jumlah penjualan adalah 200 unit per
minggu. Toko tersebut mempunyai 500 unit persediaan dan 600 yang sedang
dikirimkan yang akan memakan waktu selama seminggu. Dan jika sebuah
pertanyaan dilontarkan “Berapa lama persediaan produkmu akan bertahan?”,
maka jawaban yang mungkin adalah “Sekitar 5 setengah minggu.” Secara luarnya,
begitulah logika matematika dari DRP bekerja. “It attempts to predict
futureshortages, then recommends action to avoid them”. Pada Gambar 3.2 akan
ditunjukkan manajemen DRP secara keseluruhan.
3.4.1. Input Distribution Requirement Planning (DRP)
Input-input DRP secara umum meliputi data sebagai berikut:
1. Bill of Distribution
Bill of Distribution adalah informasi tentang hubungan antara supplier dan
yang disuplainya yang dibentuk dari level per level. Informasi ini
menunjukkan arah informasi material produk dari level yang lebih tinggi ke
level yang lebih rendah.
2. Lead Time Distribusi
Lead time distribusi adalah waktu yang dibutuhkan dari pelepasan order
sampai order diterima di DC. Lead time distribusi disusun dari dari beberapa
Universitas Sumatera Utara
V-44
komponen yaitu pelepasan order, pemuatan barang, pengangkutan barang,
pembongkaran muatan di DC.
3. Order Entry
Order entry merupakan proses penerimaan dan penerjemahan apa yang
diinginkan konsumen kepada bagian distribusi. Hal ini dapat merupakan
sebuah proses yang sederhana seperti pembuatan dokumen penerimaan untuk
finished good, sampai kepada aktivitas usaha rumit yang meliputi usaha
engineering untuk produk make to order.
4. Forecasting
Menurut Rosnani Ginting (2007), forecasting adalah hasil peramalan
permintaan produk masing DC yang langsung berhubungan dengan
konsumen. Peramalan merupakan bagian awal dari proses pengambilan suatu
keputusan. Sebelum melakukan peramalan harus diketahui terlebih dahulu
apa sebenarnya persoalan dalam pengambilan keputusan itu. Pada hakekatnya
peramalan hanya merupakan suatu perkiraan (guess), namun dengan
menggunakan teknik-teknik tertentu, peramalan menjadi lebih dari sekedar
perkiraan. Peramalan dapat disebut sebagai perkiraan yang ilmiah (educated
guess). Dalam kegiatan produksi, peramalan dilakukan untuk menentukan
jumlah permintaan terhadap suatu produk dan juga merupakan langkah awal
dari proses perencanaan dan pengendalian produksi.
5. Inventory Record
Inventory record adalah catatan keadaan persediaan pada masing-masing DC.
Universitas Sumatera Utara
V-45
3.4.2. Output Distribution Requirement Planning
Sistem DRP dengan nyata menghasilkan dua output yaitu jadwal distribusi
untuk setiap DC, dan master schedule yang merupakan DRP display untuk CSF.
Disamping itu terdapat pegging informasi yang dapat melacak kembali sumber
dari permintaan kepada CSF dan Tranportation Planning Report.
DRP display (DRP Worksheet) memiliki 2 bagian penting yaitu:
1. Time Phased Information
Time phased information adalah informasi-informasi yang dikeluarkan
berdasarkan pada suatu time phased yang menunjukkan perkiraan keadaan
pada time phased tersebut. Informasi time phased meliputi:
a. Gross Requirement
Gross requirement merupakan permintaan akan suatu item atau produk
yang diramalkan.
b. Schedule Receipt
Schedule receipt adalah jumlah item atau produk yang dijadwalkan untuk
dimasukkan dalam stok. Schedule receipt produk tidak harus dalam
perjalanan, tetapi dapat juga berupa order yang masih dalam pengemasan
dan pemuatan.
c. Planned Order
Planned order adalah order yang belum dilepas dan masih dalam
perencanaan. Pada DC, planned order adalah jadwal untuk pengiriman
produk pada masa yang akan datang dari CSF.
d. Project on –hand
Universitas Sumatera Utara
V-46
Project on-hand balance adalah proyeksi jumlah persediaan yang ada pada
suatu time phased tertentu. Project on- hand balace merupakan suatu
perencanaan jumlah persediaan pada DC dan CSF yang dijadikan
gambaran persediaan yang ada pada masa yang akan datang. Sehingga
dengan project on- hand balance ini, setiap komponen sistem distribusi
dapat mengetahui masing-masing dapat mengetahui inventory level sistem
tersebut.
2. Description Information
Description
information
adalah
atribut-atribut
masukan
pada
awal
perencanaan.Description information ini berupa pengolahan data awal untuk
masukan sistem DRP. Description information meliputi:
a. On-hand balance
On-hand balance adalah jumlah persediaan produk yang terdapat dalam
DC pada awal perencanaan.On-hand balance tidak termasuk pada produk
yang berada dalam transit dan produk rusak. Jadi produk yang ada pada
DC adalah jumlah produk yang tersedia untuk dikirimkan
b. Safety stock
Safety stock adalah persediaan pengaman yang digunakan untuk
memproteksi keadaan apabila penjualan melebihi apa yang diramalkan.
Stok
pengaman
dalam
DRP
digunakan
untuk
mengantisipasi
ketidakpastian permintaan relatif terhadap ramalan-ramalan yang dibuat.
Universitas Sumatera Utara
V-47
Ketidakpastian ini paling mungkin terjadi apabila permintaan benar-benar
independent pada pusat-pusat distribusi yang secar langsung melayani
pelanggan. Tingkat stok pengaman secara keseluruhan dalam sistem
distribusi seharusnya menjadi lebih kecil untuk push system daripada pull
system.
Salah satu cara untuk menyelesaikan masalah ketidakpastian permintaan
dan penawaran adalah mengkombinasikan data yang menunjukkan rata-rata
permintaan. Hal ini akan menghasilkan ukuran variasi yang lebih besar, namun
dapat diterapkan sebagai perhitungan dalam keadaan normal untuk menentukan
stok pengaman guna mencapai tingkat pelayanan yang diinginkan yaitu :
Safety Stock = s x Z
Dimana: s = Standar deviasi permintaan pada distribution centre
Z = faktor Pengganda pada tingkat pelayanan yang diinginkan.
c.Lead time distribusi
Lead time distribusi adalah waktu yang dibutuhkan untuk melepaskan
order sampai order diterima. Lead time distribusi dimulai saat
menentukan
saat
menentukan
kebutuhan
untuk
sebuah
penambahan(replenishment) sampai saat inventory yang dibutuhkan.
d. Order Quantity
Order quantity adalah jumlah produk yang ditentukan untuk dikirim.
Dalam model EOQ (Economic Order Quantity) digunakan asumsiasumsi beikut untuk menyederhanakan sistem persediaan yang ada:
Universitas Sumatera Utara
V-48
1. Permintaan (kebutuhan) diketahui dengan pasti dan konstan
sepanjang waktu.
2. Pemesanan kembali dilakukan ketika persediaan mencapai titik nol,
dan akan langsung diterima seketika, sesuai ukuran pemesanan yang
dilakukan, sehingga tidak akan terjadi kekurangan persediaan.
Model EOQ ini mencari ukuran pemesanan yang ekonomis dengan
meminimalkan total biaya. Ada dua macam biaya yang dipertimbangkan yaitu:
1. Biaya penyimpanan
Biaya penyimpanan per tahun merupakan perkalian antara rata-rata
persediaan per tahun dengan biaya simpan per unit per tahun. Jika rata-rata
persediaan per tahun =
Q
, dimana Q adalah ukuran pemesanan, dan biaya
2
simpan per unit per tahun adalah h, maka
Total biaya penyimpanan per tahun = h
Q
2
2. Biaya pemesanan dan pembelian
Biaya pembelian per tahun (annual purchase cost) merupakan total harga
yang dikeluarkan untuk membeli suatu barang, yaitu perkalian antara barang
per unit (C) dengan banyaknya barang yang dibeli sepanjang tahun yaitu
sebesar demand (D).
Total biaya per tahun = DC
Sedangkan total biaya pemesanan per tahun = A
D
Q
Sehingga:
Universitas Sumatera Utara
V-49
Total biaya per tahun (TC) = biaya pembelian per tahun + biaya pemesanan
per tahun + biaya penyimpanan per tahun
TC = DC+ A
D
Q
+ h
Q
2
Dengan perhitungan kalkulus melalui pengambilan turunan pertama dari
persamaan total biaya akan diperoleh rumusan ukuran pemesanan yang
optimum (Q*), yaitu :
TC = DC+ A
D
Q
+ h
2
Q
Q* =
Dimana:
D = tingkat permintaan, unit per tahun
A = biaya per pemesanan
h
= biaya penyimpanan per unit per tahun
Q* = ukuran pesanan ekonomis
Pada model EOQ dengan titik pemesanan ulang (reorder point),
pemesanan harus dilakukan sebelum tingkat persediaan menjadi nol, yaitu
ketika persediaan mencapai titik pemesanan ulang (reorder point).Titik
pemesanan ulang dihitung dengan mengalikan tenggang waktu L dengan
permintaan per hari. Jika kita mengasumsikan bahwa satu tahun terdiri dari
365 hari, maka permintaan per hari adalah:
Jumlah pesanan ekonomis (Economic Order Quantity)
D
. Jadi, rumus untuk
365
titik pemesanan ulang, R, adalah:
R= L
D
365
Universitas Sumatera Utara
V-50
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam model EOQ klasik adalah:
1. Rata-rata kebutuhan diketahui dan konstan.
2. Lamanya leadtime diketahui dan konstan.
3. Pesanan tiba sekaligus dan pada satu waktu sesuai ukuran pesanan.
4. Tidak terjadi kekurangan persediaan.
5. Strukur biaya tetap.
6. Terdapat tempat penyimpanan, kapasitas, dan biaya yang cukup untuk
mendatangkan sejumlah kuantitas pemesanan yang diinginkan.
Sedangkan pegging information adalah suatu cara untuk melacak kembali
sumber dari permintaan CSF untuk satu waktu tertentu. Pegging information
sangat berguna bilamana seluruh demand dari sebuah item tidak dapat terpenuhi.
Penggunaan pegging ini penting dilakukan untuk menghemat waktu dalam
memperoleh sumber masalah untuk perencanaan distribusi bilamana demand
melebihi
supply.Dengan
bantuan pegging
information,
perencana
dapat
menghabiskan lebih banyak waktu untuk pemecahan masalah daripada mencari
dimana terjadi kelebihan demand.
Transportation
planning
report
adalah
laporan
yang
berisikan
perencanaan jumlah alat transportasi untuk pengiriman item ke DC tertentu.
Jaringan distribusi tidak hanya membuat penjadwalan persediaan, namun juga
harus menjadwalkan bagaimana produk tersebut akan dikirim ke DC.
Dalam riset ini, yang akan saya bahas adalah sistem distribusi dari
perusahaan yang bersangkutan. Tahapan pertama yaitu adalah mencari variablevariabel atau faktor-faktor penyebab ketidaknormalnya sistem distribusi pada
Universitas Sumatera Utara
V-51
distribution centre.setelah didapat variable-variabel penyebab ketidaknormalan,
Tahapan kedua yaitu mencari jalan keluar dengan cara membuat perencanaan
aktivitas distribusi dengan menggunakan metode Distribution Resource Planning
(DRP) dengan input sesuai dengan yang telah dibahas di atas. Setelah didapat
penjadwalan aktivitas distribusi, sistem distribusi dari perusahaan ke DC dan dari
DC ke konsumen sudah dapat berjalan dengan normal.
3.5.
Penerapan DRP pada Supply Chain Management
Riset ini pernah dilakukan di suatu perusahaan di India (2015) untuk
mengatur sistem distribusi kepada konsumen tepat waktu dengan kondisi stok
minimum pada Distribution Centre.Riset ini dibuat dengan membuat model
supply chain yang berisi centre-centre dari masing-masing permintaan konsumen.
DRP merupakan suatu alat untuk merencanakan jadwal aktivitas distribusi dari
suatu perusahaan.Permintaan diukur dengan menggunakan peramalan dan data
historis permintaan dari konsumen.Kegunaan DRP pada riset ini adalah untuk
menjadwalkan distribusi pada waktu-waktu tertentu (harian, mingguan, bulanan
dan bahkan tahunan). Logika DRP digunakan untuk memutuskan produk mana
yang akan didistribusikan dan kapan akan didistribusikan.
Persamaan riset ini dengan riset saya adalah sama-sama menggunakan
konsep Supply Chain Management dan metode Distribution Resource Planning
dalam menerapkan penjadwalan aktivitas produksi.Sedangkan perbedaannya
adalah pada riset ini menggunakan model simulasi dengan software.
Universitas Sumatera Utara
V-52
3.6.
Peramalan Kuantitatif
Pada metode ini, data historis masa lalu digunakan untuk meramalkan
permintaan masa depan. Ada dua kelompok besar metode kuantitatif, yaitu:
1. Time Series
Metode time series adalah metode peramalan secara kuantitatif dengan
menggunakan waktu sebagai dasar peramalan. Untuk membuat suatu
peramalan diperlukan data historis. Data inilah yang diakumulasikan dalam
beberapa periode waktu. Metode time series mengasumsikan bahwa apa yang
telah terjadi di masa lalu akan terus terjadi di masa yang akan datang. Time
series memakai teknik statistik yang menggunakan data historis.
Ada empat komponen utama yang mempengaruhi analisa ini, yaitu:
a. Trend / Kecenderungan
Trend merupakan sifat dari permintaan dimasa lalu terhadap waktu
terjadinya bila ada pertambahan/kenaikan atau penurunan dari data
observasi jangka panjang.
b. Siklus
Digunakan bila data dipengaruhi oleh fluktuasi jangka panjang atau
memiliki siklus yang berulang secara periodik.
c. Musiman (Seasonal)
Pola ini digunakan bila suatu deret waktu dipengaruhi oleh faktor musim
(seperti mingguan, bulanan, dan harian).
Universitas Sumatera Utara
V-53
d. Horizontal
Pola ini dipakai bila nilai-nilai dari data observasi berfluktuasi di sekitar
nilai konstan rata-rata. Dengan demikian dapat dikatakan pola ini sebagai
stationary pada rata-rata hitungannya. Misalnya, pola ini terdapat bila
suatu produk mempunyai jumlah penjualan yang tidak menaik atau
menurun selama beberapa periode waktu.
2. Causal Method
Metode yang didasarkan atas penggunaan analisa pola hubungan antara
variabel yang akan diperkirakan dengan variabel lain yang mempengaruhinya.
3.6.1.
Metode Regresi
Metode kecenderungan dengan regresi merupakan dasar kecenderungan
untuk suatu persamaan, sehingga dengan dengan dasar persamaan tersebut dapat
diproyeksikan hal-hal yang akan diteliti pada masa yang akan datamg. Untuk
peramalan jangka pendek dan jangka panjang, ketepatan peramalan dengan
metode ini sangat baik. Data yang dibutuhkan untuk metode ini adalah tahunan,
minimal lima tahun. Namun, semakin banyak data yang dimiliki semakin baik
hasil yang diperoleh.
Bentuk fungsi dari metode ini dapat berupa:
1. Konstan, dengan fungsi peramalan (Yt):
Yt = a, dimana a =
∑Y
1
N
Universitas Sumatera Utara
V-54
Dimana:
Yt = nilai tambah
N = jumlah periode
2. Linear, dengan fungsi peramalan:
Yt = a + bt
Dimana:
a=
Y − bt
n
b=
n∑ ty − ∑ (t )∑ ( y )
n − ∑ t 2 − (∑ t )
2
3. Kuadratis, dengan fungsi peramalan:
Yt = a + bt + ct2
Dimana:
∑Y
a=
∂=
− b∑ t − c ∑ t 2
(∑ t )
2 2
n
c=
θ − bα
∂
b=
∂δ − θα
∂β − α 2
− n∑ t 4
δ = ∑ t ∑ Y − n∑ tY
θ = ∑ t 2 ∑ Y − n ∑ t 2Y
α = ∑ t ∑ t 2 − n∑ t 3
Universitas Sumatera Utara
V-55
β = (∑ t ) − n∑ t 2
2
4. Eksponensial, dengan fungsi peramalan:
Yt = aebt
Dimana:
ln a =
∑ ln Y
− b∑ t
b=
n
n∑ t ln Y − ∑ t ∑ ln Y
n∑ t 2 − (∑ t )
2
5. Siklis, dengan fungsi peramalan:
2τ
2τt
+ c cos
Yˆt = a + b sin
n
n
Dimana:
∑ Y = na + b sin
2τt
2τt
+ c ∑ cos
n
n
∑ Y sin
2τt
2τt
2τ
2τt
2τt
cos
= a ∑ sin
+ b sin 2
+ c ∑ sin
n
n
n
n
n
∑ Y cos
2τt
2τt
2τ
2τt
2τt
cos
= a ∑ cos
+ c ∑ cos 2
+ b∑ sin
n
n
n
n
n
3.7.
Kriteria Pemilihan Metode Peramalan
Kriteria peramalan yang terbaik antara lain:
1. Mean Square Error (MSE)
Universitas Sumatera Utara
V-56
m
MSE =
∑
t =1
(f
t
− fˆt
)
2
m
Dimana:
f
t
fˆ t
m
: data aktual periode t
: nilai ramalan periode t
: banyaknya periode
2. Percentage Error (PEt)
f − fˆt
× 100%
PEt = t
f
t
3. Standard Error of Estimate (SEE)
∑(f
m
SEE =
t =1
t
− fˆt
)
2
m−k
Dimana:
k = derajat kebebasan
Untuk data konstan, k = 1 karena data konstan hanya memiliki satu parameter,
yaitu a.
Untuk data linear, k = 2 karena data linear memiliki 2 parameter, yaitu a dan b.
Untuk data kuadratis, k = 3 karena data kuadratis memiliki 3 parameter yang
harus dicari, yaitu a, b, dan c.
Untuk data siklis, k = 3 karena data siklis memiliki 3 parameter, yaitu a, b, dan c.
Universitas Sumatera Utara
V-57
4. Mean Absolute Percentage Error (MAPE)
m
MAPE =
3.8.
∑
t =1
PEt
m
Verifikasi dan Pengendalian Peramalan
Langkah penting setelah peramalan dibuat adalah melakukan verifikasi
peramalan sedemikian rupa sehingga hasil peramalan tersebut benar-benar
mencerminkan data masa lalu dan sistem sebab akibat yang mendasari permintaan
tersebut. Sepanjang aktualitas peramalan tersebut dapat dipercaya, hasil
peramalan akan terus digunakan. Jika selama proses verifikasi tersebut ditemukan
keraguan validitas metode peramalan yang digunakan, harus dicari metode
lainnya yang lebih cocok.
Banyak alat yang dapat digunakan untuk memverifikasi peramalan dan
mendeteksi perubahan sistem sebab akibat yang melatarbelakangi perubahan pola
permintaan. Bentuk yang paling sederhana adalah peta kontrol peramalan yang
mirip dengan peta kontrol kualitas dengan nama Moving Range Chart (MRC).
Peta kontrol ini dapat dibuat dengan dalama kondisi data yang tersedia minim.
Dari peta ini dapat dilihat apakah sebaran masih dalam kontrol ataupun sudah
berada di luar kontrol. Proses verifikasi dengan menggunakan Moving Range
Chart (MRC) dapat dilihat pada Gambar 3.6.
Universitas Sumatera Utara
V-58
Harga MR diperoleh dari:
N −1
MR =
(
) (
Dimana: MRt = Yt − YTt − Yt −1 − YFt −1
)
∑ MR
t
t =2
N −1
atau: MRt = et − et −1
Kondisi out of control dapat diperiksa dengan menggunakan empat aturan
berikut:
1. Aturan Satu Titik
Bila ada titik sebaran (Y-YF) berada di luar UCL dan LCL.
2. Aturan Tiga Titik
Bila ada tiga buah titik secara berurutan berada pada salah satu sisi, yang
mana dua diantaranya jatuh pada daerah A.
3. Aturan Lima Titik
Bila ada lima buah titik secara berurutan berada pada salah satu sisi, yang
mana empat diantaranya jatuh pada daerah B.
4. Aturan Delapan Titik
Bila ada delapan buah titik secara berurutan berada pada salah satu sisi, pada
daerah C.
Proses verifikasi dari proses peramalan dapat dilihat pada Gambar 3.8.
Universitas Sumatera Utara
V-59
3.9.
Pengujian Mengenai Ragam
3.9.1. Uji Ragam (Uji F)
Menurut Ronald E. Walpole (1995), masalah pengujian adalah kesamaaan
dua ragam populasi �12 dan �22 . Artinya jika ingin menguji hipotesis nol Ho �12 =
�22 lawan salah satu dari alternatif �12 < �22 , �12 > �22 , atau �12 ≠ �22 . Bila contoh
yang berukuran �1 dan n2 itu bersifat bebas, maka nilai f bagi pengujian �12 = �22
adalah rasio:
�2
f = �12
2
Sedangkan dalam hal ini �12 dan s22 adalah ragam yang dihitung dari kedua
contoh tersebut. Bila kedua populasi menghampiri sebaran normal dan hipotesis
nolnya benar, maka menurut Dalil rasio f = �12 /�22 merupakan suatu nilai dari
sebaran F dengan �1 = �1 -1 dan �2 = �2 -1 derajat bebas.
Langkah-langkah/ urutan menguji hipotesa dengan distribusi F:
1. Merumuskan hipotesa
2. Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = 0
Artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat. Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ 0, berarti secara bersama-sama ada
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
3. Menentukan taraf nyata / levelofsignificance = α
Taraf nyata/derajat keyakinan yang digunakan sebesar α = 1%, 5%, 10%.
Derajat bebas (df) dalam distribusi F ada dua, yaitu:
df numerator = dfn = df1 = k – 1
df denumerator = dfd = df2 = n – k
Universitas Sumatera Utara
V-60
Dimana:
df = degreeoffreedom/derajat kebebasan
n = jumlah sampel
k = banyaknya koefisien regresi
4. Menentukan daerah keputusan, yaitu daerah dimana hipotesa nol diterima atau
tidak. Ho diterima apabila F hitung≤ F tabel, artinya semua variabel bebas
secara bersama-sama bukan merupakan variabel penjelas yang signifikan
terhadap variabel terikat. Ho ditolak apabila F hitung > F tabel, artinya semua
variabel bebas secara bersama-sama merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel terikat.
5. Menentukan uji statistik nilai F
Bentuk distribusi F selalu bernilai positif
6. Mengambil keputusan
Keputusan bisa menolak Ho atau menolak Ho menerima Ha.Nilai F tabel yang
diperoleh dibanding dengan nilai F hitung apabila F hitung lebih besar dari F
tabel, maka ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
V-61
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Florindo Makmur yang beralamat di Jl.
Besar Desa Pergulaan Dusun V, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang
Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.Penelitian dilakukan bulan Desember 2016
sampai Juni 2017.
4.2.
Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian descriptive research.Penelitian
descriptive
research
adalah
jenis
penelitian
yang
bertujuan
untuk
mendeskripsikan secara sistematik, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan
sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu.
4.3.
Objek Penelitian
Objek penelitian yang diteliti oleh peneliti adalah aktivitas distribusi
produk tepung tapioka pada Central Supply Facility (CSF) terhadap setiap
Distribution Centre (DC) pada 6 daerah yakni Medan, Aceh, Padang, Jambi,
Pekan Baru dan Palembang.
Universitas Sumatera Utara
V-62
4.4.
Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini ada 2 jenis yaitu
variabel independen dan variabel depanden. Variabel Independen yang terdapat
dalam penelitian ini adalah:
1.
Lokasi dan Jumlah permintaan produk yaitu tempat dan kebutuhan dari setiap
daerah yang mempengaruhi perubahan pada lead time.
2.
Lead time, merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mendistribusikan
produk dari Central Supply Facility ke setiap Distribution Centre.
3.
Jumlah stok pada Central Supply Facility yang mempengaruhi perubahan
pada project on hand
4.
Project on hand, merupakan jumlah stok yang tersedia pada periode
sebelumnya dan mampu menpengaruhi jumlah produksi perusahaan untuk
periode selanjutnya.
5.
Data historis yang mempengaruhi sedikit banyaknya jumlah produksi produk
6.
Jumlah produksi, merupakan jumlah yang harus diproduksi perusahaan untuk
memenuhi permintaan.
7.
Metode DRP, merupakan metode yang digunakan untuk merencanakan
jadwal distribusi produk yang tepat waktu, jumlah, serta kualitas ke setiap DC
Sedangkan variabel dependen yang terdapat dalam penelitian ini adalah:
1. Jadwal distribusi produk, merupakan jadwal dan jumlah produk yang sesuai
yang didistribusikan kesetiap Distribution Centre (DC).
Universitas Sumatera Utara
V-63
4.5.
Kerangka Berpikir Berpikir
Suatu penelitian dapat dilaksanakan jika perancangan kerangka berpikir
yang baik telah tersedia sehingga langkah-langkah penelitian lebih sistematis.
Kerangka berpikir inilah yang merupakan landasan awal dalam melaksanakan
penelitian. Kerangka berpikir dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Dari Gambar 4.1. dapat dilihat bahwa masalah yang terjadi pada
perusahaan ialah ketidakmampuan perusahaan mendistribusikan permintaan
produk kepada konsumen tepat waktu dan tepat jumlah dikarenakan jumlah
permintaan dan waktu pendistribusian produk ke distribution centreyang tidak
sesuai jadwal yang diminta sehingga dibutuhkan penjadwalan distribusi yang baik
dengan menggunakan metode DRP. Input untuk merencanakan jadwal distribusi
produk pada penelitian ini adalah jumlah permintaan dari setiap daerah yang akan
mempengaruhi perubahan jumlah produksi, lead time yaitu waktu yang
dibutuhkan mendistribusikan produk, jumlah stokuntuk menghitung project on
hand, dan data historis dari jumlah produksiuntuk melihat catatan persediaan
produk. Sehingga output dari penelitian ini adalah Worksheet perencanaan jadwal
distribusi produk.
4.6.
Rancangan Penelitian
Tahapan penelitian dapat dilihat pada diagram pada Gambar 4.2.
Universitas Sumatera Utara
V-64
4.7.
Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah berupa:
1. Data berupa biaya distribusi, lead time, data historis, data frekuensi
pemesanan didapat dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan.
2. Aktivitas distribusi perusahaan, didapat dari penelitian pada perusahaan
tersebut, mengenai jadwal pesanan dari DC masuk, jadwal produk dikirim dan
produk sampai ke tangan konsumen dengan melihat tanggal pesanan masuk
setiap minggunya.
4.8.
Metode Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Tahapan pertama yang dilakukan adalah menentukan variabel penyebab
ketidaknormalanpada sistem distribusi rantai pasok
2. Tahapan kedua yang dilakukan adalah melakukan peramalan terhadap jumlah
permintaan untuk periode berikutnya yaitu dari data permintaan Januari 2017 –
Desember 2017. Peramalan ini digunakan untuk menentukan lot size atau
jumlah produksi dari lantai produksi pada 12 periode ke depan.
3. Selanjutnya dilakukan penentukan order quantity dengan menggunakan model
EOQ (Economic Order Quantity) untuk meminimasi biaya persediaan dengan
menggunakan jumlah permintaan dari data historis 12 periode sebelumnya.
4. Melakukan perhitungan frekuensi pemesanan pada distribution center pada PT.
Florindo Makmur.
Universitas Sumatera Utara
V-65
5. Melakukan perhitungan Safety Stock dengan cara memperhitungkan standar
deviasi permintaan.
6. Penentuan aplikasi perencanaan produksi dan distribusi dengan menggunakan
metode Distribution Resources Planning yang ditampilkan pada Distribution
Resources Planning Worksheet.
7. Pengkajian performa rantai pasok pada rantai pasok PT. Florindo Makmur.
Flow Chart pengolahan data dapat dilihat pada Gambar 4.3.
4.9.
Analisis Pemecahan Masalah
Analisis dilakukan terhadap hasil pengolahan data metode DRP dengan
mempertimbangkan setiap safety stock, order quantity dan pengoptimuman biaya
distribusi dan produksi perusahaan dan hasil performa rantai pasok yang ditinjau.
Universitas Sumatera Utara
V-66
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1.
Pengumpulan Data
Jaringan distribusi PT. Florindo Makmur dapat dilihat pada Gambar 5.1.
DC Medan
Konsumen
DC Aceh
Konsumen
DC Padang
Konsumen
DC Jambi
Konsumen
DC Pekan Baru
Konsumen
DC Palembang
Konsumen
PT. Florindo Makmur
Suplier
Lantai
Produksi
Vendor
Pabrik
CSF
Distribution
Centre
Konsumen
Gambar 5.1. Jaringan Distribusi PT. Florindo Makmur
Tahapan-tahapan aktivitas distribusi dari PT. Florindo Makmur adalah
sebagai berikut:
1. Permintaan dari setiap DC diterima oleh pihak purchasing dari CSF
PT.Florindo Makmur
2. Pihak purchasing CSF memberi data permintaan DC ke bagian produksi
PT.Florindo Makmur
3. Bagian produksi melakukan proses produksi sesuai dengan jumlah permintaan
setiap DC
Universitas Sumatera Utara
V-67
4. Bagian produksi memberikan produk jadi ke bagian warehouse untuk
kemudian didistribusikan ke setiap DC
5.1.1.
Data Permintaan Produk Tepung Periode Januari 2013– Desember
2016
Data permintaan produk ini digunakan untuk menjadi landasan atau
sebagai data historis untuk peramalan permintaan 12 periode ke depannya. Setelah
diramalkan jumlah permintaan, maka jumlah permintaan ini akan digunakan
sebagai landasan awal penjadwalan produksi dan penjadwalan aktivitas produksi
menggunakan DRP Worksheet. Rincian data permintaan selama 4 tahun terakhir
dapat dilihat pada Lampiran 1.
Berikut adalah grafik jumlah permintaan dari masing-masing distribution
centre.
5.1.2.
Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
menunjang kegiatan pengiriman produk yang berupa biaya administrasi, biaya
telepon dan biaya bongkar muat.Biaya pemesanan ini digunakan dalam
perhitungan jumlah unit Tepung yang dipesan setiap satu kali pemesanan
menggunakan metode Economic Order Quantity.Rincian biaya pemesanan pada
masing-masing distributioncentre dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Universitas Sumatera Utara
V-68
Distribution
Tabel 5.1. Data Biaya Pemesanan
Biaya
Biaya
Biaya Bongkar
Total
Administrasi
Telepon
Muat
Biaya
(Rp/ Order)
(Rp/Order)
(Rp/Kirim)
(Rp)
Medan
10.000
5.000
200.000
215.000
Aceh
10.000
5.000
275.000
290.000
Padang
10.000
5.000
325.000
340.000
Jambi
10.000
5.000
425.000
440.000
Pekan Baru
10.000
5.000
350.000
365.000
Palembang
10.000
5.000
450.000
465.000
Centre
Sumber :PT. Florindo Makmur
5.1.3.
Biaya Penyimpanan Persediaan
Biaya penyimpanan persediaan merupakan biaya yang dikeluarkan
perusahaan sebagai bentuk dari persediaan produk di gudang.Biaya tersebut
meliputi biaya yang diperkirakan akibat adanya modal yang tertanam di dalam
persediaan (capital cost), biaya yang digunakan untuk pemeliharaan barang,
pemindahan produk, catatan-catatan dan sebagainya (storage cost).
Biaya penyimpanan juga digunakan dalam perhitungan Economic Order
quantity.Besarnya biaya penyimpanan persediaan telah ditetapkan perusahaan
adalah sebesar Rp. 100.000 / 1 ton tepung untuk 1 tahun.
Universitas Sumatera Utara
V-69
5.1.4.
Lead Time Distribusi
Leadtime distribusi merupakan waktu yang dibutuhkan dalam pelepasan
order sampai order diterima di stock room pada distribution centre. Lead time
digunakan dalam penjadwalan aktivitas distribusi pada DRP worksheet. Lead time
pada setiap distributioncentre dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Keterangan
Lead Time (hari)
Tabel 5.2. Data Lead Time Distribusi
Medan Aceh Padang Jambi Pekan Baru Palembang
2
3
4
6
4
5
Sumber :PT. Florindo Makmur
5.1.5.
Status Persediaan Awal
Status persediaan awal merupakan persediaan awal yang tersedia pada
setiap distributioncentre pada awal perencanaan. Status persediaan awal
digunakan untuk penjadwalan minggu pertama distribusi, sehingga stok awal
dapat dialokasikan ke konsumen terlebih dahulu sebelum dilakukan pemesanan
ulang untuk mencegah penumpukan produk pada distribution centre. Status
persediaan pada masing-masing distributioncentredan pabrik dapat dilihat pada
Tabel 5.3.
5.2.
Pengolahan Data
5.2.1.
Penentuan Variabel Penyebab Ketidaknormalan Sistem Distribusi
pada Distribution Centre
DistributionCentre merupakan distributor berlokasi di kota Medan,
Aceh, Padang, Jambi, Pekan Baru dan Palembang. Distributor ini berfungsi untuk
Universitas Sumatera Utara
V-70
menerima produk dari perusahaan PT. Florindo Makmur yang kemudian akan
disalurkan kepada konsumen-konsumen di daerah masing-masing.
Menurut I Nyoman (2010), dalam supplychain ada 3 hal yang harus
dikelola, yaitu:
1.
Aliran material dari hilir ke hulu, yaitu produk yang diperlukan oleh
distribution centre dan customer, yang kemudian digunakan untuk
menentukan jumlah bahan baku yang diperlukan perusahaan dari vendor
2.
Aliran uang dari hulu ke hilir, dimana perusahaan harus membayar terlebih
dahulu terhadap bahan baku yang dibutuhkan yang kemudian akan dijual dan
disalurkan ke distribution centre dan customer.
3.
Aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir atau sebaliknya, informasi
yang dimaksud dalam hal ini berupa jumlah permintaan, kapasitas, serta
status persediaan.
Suatu ketidaknormalan sistem distribusi dari produsen ke distribution
centre dapat disebabkan oleh hal-hal yang bersangkutan dengan aliran supply
chain tersebut.
Variabel-variabel tersebut adalah
1.
Jumlah permintaan
Jumlah
permintaan
yang
fluktuatif
dari
masing-masing
konsumen
menyebabkan adanya kekurangan produk atau penumpukan produk pada
distribution centre.
2.
Jadwal distribusi
Universitas Sumatera Utara
V-71
Jadwal distribusi yang tidak tetap menyebabkan konsumen tidak menerima
pesanan mereka tepat waktu dan kondisi ini otomatis menyebabkan
penurunan kepuasan konsumen.
3.
Sistem transportasi
Sistem transportasi mempunyai peran penting dalam aktivitas distribusi
sebuah perusahaan. Terhambatnya sistem transportasi dalam suatu aktivitas
menyebabkan bottleneck atau kehambatan pada bagian lainnya seperti
pemenuhan pesanan tepat wak tu dan kekurangan stok pada distribution
centre.
4.
Sistem komunikasi
Perusahaan
dan
distribution
centre
terkadang
sering
mengalami
miscommunication sehingga pesanan dan produk yang didistribusikan tidak
sinkron dan menyebabkan tidak normalnya suatu aktivitas distribusi.
5.2.2.
Peramalan Permintaan Produk
Peramalan jumlah permintaan produk untuk periode Januari 2017-
Desember 2017 dilakukan dengan cara melihat data permintaan pada periode
Januari 2013 -Desember 2016. Peramalan ini dilakukan untuk menentukan lot size
atau jumlah produk yang akan diproduksi di lantai produksi. Langkah-langkah
peramalan yang dilakukan adalah:
1.
Menetapkan tujuan peramalan
Tujuan peramalan adalah untuk menentukan lot size atau jumlah produk yang
akan diproduksi di lantai produksi untuk 12 periode yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
V-72
2.
Membuat scatter diagram
Data Permintaan
3500
Jumlah Permintaan
3000
2500
2000
1500
Permintaan Total
1000
500
Sep-16
Mei-16
Jan-16
Sep-15
Mei-15
Jan-15
Sep-14
Mei-14
Jan-14
Sep-13
Mei-13
Jan-13
0
Gambar 5.8. Grafik Total Permintaan Produk Tepung Periode Januari 2013 –
Desember 2016
3.
Memilih metode yang mendekati pola yang dianggap sesuai
Metode peramalan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Metode Eksponensial
b. Metode Linear
4.
Menghitung parameter-parameter fungsi peramalan
Untuk memudahakan perhitungan, maka dimisalkan X sebagai variabel tahun
dan Y adalah variabel jumlah permintaan konsumen.
a.
Metode Eksponensial
Fungsi peramalan : Y = aebx
Universitas Sumatera Utara
V-73
Rincian tabel perhitungan variabel dari parameter peramalan jumlah
permintaan dengan Metode Eksponensial dapat dilihat pada Lampiran 2.
Perhitungan parameternya dapat dilihat di bawah ini.
b=
b=
n ∑ (X lnY) - ∑ X ∑ lnY
n ∑(X²)- ( ∑ X)²
(48)(9.184,26)-(1176)(371,06)
=0,0101
48(38.024)-(1176*1176)
ln a=
∑(lnY) -B ∑ X
n
ln a=
371.06-(0,0101)(1176)
=7,4825
48
a =1.776.68
Fungsi peramalannya adalah :
Y’ = 1.776.68e0,0101x
b.
Metode Linear
Fungsi peramalan : Y’ = ax + b
Rincian tabel perhitungan variable dari parameter peramalan jumlah
permintaan dengan metode linear dapat dilihat pada Lampiran 3.
Perhitungan parameternya dapat dilihat di bawah ini.
b=
b=
� ∑ xy- ∑ y- ∑ �
n ∑ x 2 − (∑ x)2
(48)(2.921.740)-(110.470)(1176)
=23,36
(48)(38.024)-(1176*1176)
Universitas Sumatera Utara
V-74
∑ y-b ∑ x
n
(110.470) − (23,36)(1176)
a=
=1.729,05
(48)
a=
Y' =1.729,05+23,36x
5.
Menghitung setiap kesalahan setiap metode
Perhitungan kesalahan menggunakan metode SEE (Standard Error of
Estimation) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
∑ (Y − Y ')
2
SEE =
n− f
Dimana :
Y
= Data aktual
Y’ = Data peramalan
n
= Banyak data
f
= Derajat kebebasan
a. Metode Ekponensial ( f =2 )
Rincian perhitungan Y-Y’ metode ekponensial dapat dilihat pada
Lampiran 4.
Adapun perhitungan SEE untuk metode Ekponensial adalah:
∑ (Y − Y ')
2
SEE =
SEE = �
n− f
556.024,53
46
Universitas Sumatera Utara
V-75
SEE = 109,943
b. Metode Linear ( f = 1 )
Rincian perhitungan Y-Y’ metode linear dapat dilihat pada Lampiran 5.
Adapun perhitungan SEE untuk metode linear adalah:
∑ (Y − Y ')
2
SEE =
SEE = �
n− f
588.278,89
47
SEE = 111,877
6.
Menghitung pola peramalan yang terbaik dengan perhitungan distribusi f
H0 = SEE Ekponensial ≤ SEE Linear
H1 = SEE Ekponensial> SEE Linear
α
= 0,05
Uji Statistik
F tabel
��� �����������
=�
��� ������
2
109,943 2
� =
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1.
Distribusi
Menurut Donald Fogarty (1991), kegiatan distribusi merupakan usaha
perpindahan/pengiriman produk dari akhir lini produksi kepada konsumen.
Menurut Keller and Burton (2009), kegiatan distribusi merupakan suatu proses
yang membuat produk dan jasa dapat digunakan oleh konsumen dan pengguna.
Menurut Domschke and Schield (2011), distribusi adalah distribusi adalah suatu
sistem yang merelasikan atau mentransferkan produk dari manufacturer dan
konsumen.Kegiatan distribusi yang terdapat pada perusahaan meliputi transportasi
pengangkutan,
proteksi
terhadap
pengemasan,
pengendalian
persediaan,
pemilihan lokasi gudang dan pelayanan terhadap pelanggan.
Sistem distribusi diklasifikasikan atas 2 jenis yaitu:
1.
Sistem tarik (pull system)
Sistem tarik adalah sistem pengisian persediaan dimana setiap DC
menentukan kebutuhannya dan memesan dari CSF.
2.
Sistem dorong (push system)
Sistem dorong adalah sistem pengendaliaan persediaan dimana CSF
menentukan bagaimana mengalokasikan produk ke DC.
Kegiatan distribusi adalah suatu kegiatan yang sangat penting dalam suatu
sistem perusahaan dimana merupakan proses penyaluran barang dari produsen
yang memperlancar dan mempermudah penyampaian barang kepada konsumen.
Universitas Sumatera Utara
V-33
Fungsi distribusi itu sendiri adalah untuk membantu produsen menyalurkan
barang kepada konsumen, sehingga memenuhi permintaan konsumen tepat waktu.
3.2.
Supply Chain
Menurut I Nyoman (2005),supply chain adalah jaringan perusahaan-
perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan
menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-perusahaan
tersebut biasanya termasuk supplier, pabrik, distributor, took atau ritel, serta
perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik.
Menurut Dawei Lu (2011), supply chain adalah suatu kelompok
perusahaan yang saling terhubung yang berpartisipasi untuk menambah nilai
aliran input berubah dari sumber asalnya untuk produk akhir atau jasa yang
diminta oleh konsumen akhir.
Pada suatu supply chain biasanya ada 3 macam aliran yang harus dikelola.
Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir
(downstream). Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari supplier ke
pabrik. Setelah produk selesai diproduksi, dikirim ke distributor, lalu ke pengecer
atau ritel, kemudian ke pemakai akhir.Yang kedua adalah aliran uang dan
sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu.Yang ketiga adalah aliran informasi
yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya.Informasi tentang
persediaan produk yang masih ada di masing-masing supermarket sering
dibutuhkan oleh distributor maupun pabrik.Informasi tentang ketersediaan
kapasitas produksi yang dimiliki oleh supplier juga sering dibutuhkan oleh
Universitas Sumatera Utara
V-34
pabrik.Informasi tentang status pengiriman bahan baku sering dibutuhkan oleh
perusahaan yang mengirim maupun yang akan menerima. Perusahaan pengapalan
harus membagi informasi seperti ini supaya pihak-pihak yang berkepentingan bisa
memonitor
untuk
kepentingan
perencanaan
yang
lebih
akurat.Gambar
3.1.memberikan ilustrasi konseptual sebuah supply chain.
Dalam riset ini, supply chain management digunakan untuk mencari
penyebab-penyebab ketidaknormalnya kegiatan distribusi dan mencari jalan
keluar untuk menyelesaikan masalah tersebut. Tujuan dari supply chain adalah
untuk memastikan sebuah produk berada pada tempat dan waktu yang tepat untuk
memenuhi permintaan konsumen tanpa menciptakan stok yang berlebihan atau
kekurangan. Sebuah operasi yang efisien dari supply chain tergantung pada
lengkap dan akuratnya aliran data yang berhubungan dengan produk, sistem
tranportasi dan manufakturnya.
Produk SCM berbasis layanan yang dibangun oleh sebuah penyedia jasa
utama yang men-support aktivitas tenant-tenant merupakan sebuah produk
layanan jasa yang akan membantu peningkatan aktivitas bisnis pelaku bisnis
berskala kecil. Penelitian terdahulu pernah membahas bagaimana desain sebuah
sistem SCM berbasis layanan yang dirancang untuk membantu aktivitas
perdagangan antara distributor besar (wholeseller) dengan para penjual langsung
(retailer) dalam sebuah komunitas pusat perdagangan modern.
Identifikasi kebutuhan dari sistem SCM pada jasa atau layanan dibagi
menjadi dua yaitu kebutuhan fungsional dan kebutuhan non-fungsional.Tidak ada
prioritas diantara kedua aspek ini.Keduanya memiliki peranan yang sangat
Universitas Sumatera Utara
V-35
penting dalam keberhasilan pengembangan sistem. Secara umum kebutuhan
fungsional dari sistem ini adalah sebagai berikut:
1. Fungsi mengelola data customer (distributor dan retailer) oleh pengelola
2. Fungsi mengelola data barang yang dilakukan oleh customer (distributor dan
retailer).
3. Fungsi untuk mengotomasi proses transaksi keuangan baik itu berupa
pembayaran tagihan maupun aktivitas cash flow keuangan.
4. Fungsi otomasi capturing dan input data menggunakan third party device.
5. Fungsi monitoring proses transaksi yang dilakukan oleh pengelola.
6. Fungsi summarizing dalam bentuk laporan penjualan
7. Fungsi analisa statistik
Sementara itu, daftar kebutuhan non fungsional dari sistem SCM berbasis
layanan dapat dilihat dalam Tabel 3.1.
3.3.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sistem Distribusi
Menurut Eko (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi
meliputi:
1.
Pengangkutan (Transportasi)
Pada umumnya tempat kegiatan produksi berbeda dengan tempat tinggal
konsumen,
perbedaan
tempat
ini
harus
diatasi
dengan
kegiatan
pengangkutan.Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin
majunya
teknologi,
kebutuhan
manusia
semakin
banyak.Hal
ini
Universitas Sumatera Utara
V-36
mengakibatkan barang yang disalurkan semakin luas, sehingga membutuhkan
alat transportasi (pengangkutan).
2.
Penjualan (Selling)
Di dalam pemasaran barang, selalu ada kegiatan menjual yang dilakukan oleh
produsen.Pengalihan hak dari tangan produsen kepada konsumen dapat
dilakukan dengan penjualan.Dengan adanya kegiatan ini maka konsumen
dapat menggunakan barang tersebut.
3.
Pembelian (Buying)
Setiap ada penjualan berarti ada pula kegiatan pembelian.Jika penjualan
barang dilakukan oleh produsen, maka pembelian dilakukan oleh orang yang
membutuhkan barang tersebut.
4.
Penyimpanan (Storage)
Sebelum barang-barang disalurkan pada konsumen biasanya disimpan
terlebih dahulu.Dalam menjamin kesinambungan, keselamatan dan keutuhan
barang-barang, perlu adanya penyimpanan (pergudangan).
Menurut Octa Dandy (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas
distribusi meliputi:
1.
Pertimbangan Pasar
Karena saluran distribusi sangat dipengaruhi oleh pola pembelian konsumen,
maka keadaan pasar ini merupakan faktor penentu dalam pemilihan saluran.
2.
Pertimbangan Barang
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dari segi barang ini antara lain:
nilai unit, besar dan berat barang, sifat teknis, dan luasnya product ine.
Universitas Sumatera Utara
V-37
3.
Pertimbangan Perusahaan
Menurut Arlina (2009), factor-faktor yang mempengaruhi kegiatan distribusi
adalah:
1.
Faktor pasar
Dalam faktor ini, saluran distribusi dipegaruhi oleh pola pembelian
konsumen, yaitu letak geografis atau tempat konsumen berada, jumlah
konsumen, banyaknya pesanan dan kebiasaan konsumen dalam melakukan
pembelian barang.
2.
Faktor Barang
Pertimbangan dari segi barang berhubungan dengan nilai unit, besar dan
ketahanan barang, standar barang dan pengemasan barang tersebut..
3.
Faktor perusahaan
Pertimbangan dari segi perusahaan di sini menyangkut sumber dana,
pengalaman dan kemampuan manajemen serta pengawasan dan pelayanan
yang ditawarkan.
4.
Faktor kebiasaan dalam pembelian
Pertimbangan yang diperlukan dalam kebiasaan pembelian yaitu kegunaan
serta sikap perantara terhadap kebijaksanaan produsen, ongkos penyaluran
barang dan volume penjualan.
Universitas Sumatera Utara
V-38
Menurut Philip Kotler (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas
distribusi meliputi:
1.
Penjadwalan distribusi
Penjadwalan distribusi merupakan hal yang paling penting dalam suatu
sistem distribusi karena jika penjadwalan distribusi tidak disusun dan diatur
sedemikian rupa, maka penyaluran produk / barang dari produsen ke
konsumen pasti akan terhambat dan menyebabkan bottleneck.
2.
Penjadwalan produksi
Jumlah produksi sangat erat kaitannya dengan distribusi, jika penjadwalan
produksi terhambat maka otomatis penjadwalan distribusi juga terhambat dan
mengakibatkan barang tidak tepat waktu sampai ke tangan konsumen.
3.
Stok
Persediaan produk yang tidak berlebihan pada distributor digunakan sebagai
cadangan agar tidak terjadi keterlambatan distribusi, sehingga sistem
distribusi tetap dapat berjalan normal tanpa adanya hambatan.
4.
Komunikasi
Komunikasi yang baik sangat dibutuhkan dari hulu ke hilir dan dari hilir ke
hulu sehingga terjalin hubungan yang baik dan menghindari terjadinya
miscommunication.
Dalam riset ini, faktor-faktor yang mempengaruhi sistem distribusi yang akan
dibahas adalah sebagai berikut:
1. Penjadwalan distribusi
Universitas Sumatera Utara
V-39
Penjadwalan distribusi merupakan hal yang paling penting dalam suatu
sistem distribusi karena jika penjadwalan distribusi tidak disusun dan diatur
sedemikian rupa, maka penyaluran produk / barang dari produsen ke
konsumen pasti akan terhambat dan menyebabkan bottleneck.
2. Penjadwalan produksi
Jumlah produksi sangat erat kaitannya dengan distribusi, jika penjadwalan
produksi terhambat maka otomatis penjadwalan distribusi juga terhambat dan
mengakibatkan barang tidak tepat waktu sampai ke tangan konsumen.
3. Stok
Persediaan produk yang tidak berlebihan pada distributor digunakan sebagai
cadangan agar tidak terjadi keterlambatan distribusi, sehingga sistem
distribusi tetap dapat berjalan normal tanpa adanya hambatan.
4. Komunikasi
Komunikasi yang baik sangat dibutuhkan dari hulu ke hilir dan dari hilir ke
hulu sehingga terjalin hubungan yang baik dan menghindari terjadinya
miscommunication.
3.4.
Perencanaan Sistem DistribusiSupply Chain
Menurut I Nyoman (2005), distribusi dalam logika supply chain adalah
mengirim produk tersebut agar sampai di tangan pelanggan pada waktu dan
tempat yang tepat. Pengiriman produk ke pelanggan atau pemakai akhir tentunya
melibatkan kegiatan transportasi.Aktivitas pengiriman ini bisa dilakukan sendiri
oleh
perusahaan
atau
dengan
menyerahkannya
ke
perusahaan
jasa
Universitas Sumatera Utara
V-40
transportasi.Dewasa ini semakin banyak perusahaan yang tidak melakukan sendiri
kegiatan pengiriman produk ke distributor atau ke pelanggan sehingga peluang
perusahaan jasa menyediakan jasa transportasi, pergudangan, dan sebagainya
sering dinamakan 3PL atau third party logistic service providers.
Dalam cakupan kegiatan distribusi, perusahaan harus bisa merancang
jaringan distribusi yang tepat.Keputusan tentang perancangan jaringan-jaringan
distribusi harus mempertimbangkan trade-off antara aspek biaya, aspek
fleksibilitas, dan aspek kecepatan respon terhadap pelanggan. Sebagai contoh,
perusahaan mungkin hanya mengoperasikan sedikit gudang dengan konsekuensi
tingkat pelayanan pelanggan yang lebih rendah namun di sisi lain akan bisa
menghemat biaya tetap maupun biaya operasional gudang dan mengurangi biaya
persediaan.
Perusahaan harus menetapkan tingkat service level yang harus dicapai di
masing-masing wilayah, menentukan jadwal rute pengiriman, serta mencari caracara inovatif untuk mengurangi biaya serta meningkatkan service level ke
pelanggan. Studi untuk menciptakan alat bantu penjadwalan pengiriman atau
penentuan rute sudah sangat banyak dilakukan dan masih berkembang terus
mengingat permasalahan ini sangat penting, namun tidak mudah untuk
diselesaikan. Cara-cara inovatif seperti cross-docking,mixed-load, DRP dan lainlain memungkinkan distribusi barang bisa dilakukan dengan lebih efisien dan/atau
lebih cepat ke tangan pelanggan.
Menurut Andre J Martin (1995), metode DRP (Distribution Resources
Planning)merupakan suatu metode yang tepat dalam merencanakan jadwal
Universitas Sumatera Utara
V-41
distribusi. Distribution Resources Planning adalah sebuah proses manajemen
yang menentukan keperluan inventory stocking locations (ISLs) yang merupakan
toko, pusat distribusi, pusat distribusi regional, pusat distribusi manufaktur atau
gudang yang menyimpan produk yang akan dijual. Sumber kebutuhan supplier
dapat menjadi third party supplier, titik distribusi regional atau sebuah perusahaan
sehingga dapat diperkirakan bahwa kebutuhan supplier dapat sesuai dengan
permintaan.
Menurut Feigin G.E. Katirciouglu (2015), Distribution Resources
Planning(DRP)adalah metode yang digunakan dalam administrasi bisnis untuk
perencanaan permintaan dalam supply chain.DRP memungkinkan pengguna
untuk mengatur parameter pengendalian persediaan tertentu (seperti safety stock)
dan menghitung kebutuhan persediaan waktu bertahap. Proses ini juga sering
disebut sebagai perencanaan kebutuhan distribusi.
Distribution Resources Planning memiliki 3 fase utama. Pertama, DRP
mempunyai input sebagai berikut :
1.
Peramalan stok berdasarkan inventory stocking locations (ISLs)
2.
Permintaan pelanggan baik untuk pemesanan sekarang dan masa depan
3.
Biaya penyimpanan berdasarkan inventory stocking locations (ISLs)
4.
Pemesanan produk yang akan dibeli atau yang diproduksi
5.
Logistik, manufaktur, dan lead time pembelian
6.
Jalur transportasi
7.
Prinsip safety stock berdasarkan inventory stocking locations (ISLs)
Universitas Sumatera Utara
V-42
8.
Kuantitas normal minimum untuk produk yang dibeli, diproduksi dan
didistribusikan.
Kedua, ketika semua input telah diterima, DRP memperhitungkan model
time-phased dari kebutuhan persediaan untuk mendukung strategi logistik. Ini
meliputi :
1. Dimana produk yang dibutuhkan, berapa harganya dan dimana dan kapan
diperlukan
2. Kapasitas transportasi yang dibutuhkan
3. Kapasitas tempat penyimpanan, sumber daya manusia serta peralatan yang
dibutuhkan
4. Investasi tempat persediaan yang dibutuhkan
5. Level produksi yang dibutuhkan dan produk yang dibeli oleh supplier
kebutuhan
Ketiga, DRP membandingkan kebutuhan yang dibutuhkan yang tersedia
pada supplier kebutuhan, dan apa yang tersedia di waktu yang akan datang. DRP
juga akan merekomendasikan langkah yang harus diambl untuk menhentikan
pembelian dan atau produksi, oleh karena itu dengan mengabungkan persediaan
dan permintaan. Pada integrasi dan feedback fase ketiga pada sistem, dengan
menutup putaran sekitar laju produksi, pembelian, logistik dan pelanggan.
Inti dari proses manajemen ini sangat mudah, juga sangat kuat dan masuk
akal. Dalam hal ini, kemampuan ini tidak dapat ditemukan dari kalkulasi
matematika, namun pada kemampuan sistem secara keseluruhan untuk
Universitas Sumatera Utara
V-43
mengetahui kegiatan pada waktu yang akan datang, memprediksi kemungkinan
yang terjadi, aktivitas yang kritis yang sedang berlangsung dan rekomendasi aksi.
Berikut adalah contoh bagaimana logika tersebut dijalankan. Asumsikan
bahwa ada sebuah toko retailer, dan tentukan kapan persediaan produk akan habis.
Data yang diberikan menyatakan bawah jumlah penjualan adalah 200 unit per
minggu. Toko tersebut mempunyai 500 unit persediaan dan 600 yang sedang
dikirimkan yang akan memakan waktu selama seminggu. Dan jika sebuah
pertanyaan dilontarkan “Berapa lama persediaan produkmu akan bertahan?”,
maka jawaban yang mungkin adalah “Sekitar 5 setengah minggu.” Secara luarnya,
begitulah logika matematika dari DRP bekerja. “It attempts to predict
futureshortages, then recommends action to avoid them”. Pada Gambar 3.2 akan
ditunjukkan manajemen DRP secara keseluruhan.
3.4.1. Input Distribution Requirement Planning (DRP)
Input-input DRP secara umum meliputi data sebagai berikut:
1. Bill of Distribution
Bill of Distribution adalah informasi tentang hubungan antara supplier dan
yang disuplainya yang dibentuk dari level per level. Informasi ini
menunjukkan arah informasi material produk dari level yang lebih tinggi ke
level yang lebih rendah.
2. Lead Time Distribusi
Lead time distribusi adalah waktu yang dibutuhkan dari pelepasan order
sampai order diterima di DC. Lead time distribusi disusun dari dari beberapa
Universitas Sumatera Utara
V-44
komponen yaitu pelepasan order, pemuatan barang, pengangkutan barang,
pembongkaran muatan di DC.
3. Order Entry
Order entry merupakan proses penerimaan dan penerjemahan apa yang
diinginkan konsumen kepada bagian distribusi. Hal ini dapat merupakan
sebuah proses yang sederhana seperti pembuatan dokumen penerimaan untuk
finished good, sampai kepada aktivitas usaha rumit yang meliputi usaha
engineering untuk produk make to order.
4. Forecasting
Menurut Rosnani Ginting (2007), forecasting adalah hasil peramalan
permintaan produk masing DC yang langsung berhubungan dengan
konsumen. Peramalan merupakan bagian awal dari proses pengambilan suatu
keputusan. Sebelum melakukan peramalan harus diketahui terlebih dahulu
apa sebenarnya persoalan dalam pengambilan keputusan itu. Pada hakekatnya
peramalan hanya merupakan suatu perkiraan (guess), namun dengan
menggunakan teknik-teknik tertentu, peramalan menjadi lebih dari sekedar
perkiraan. Peramalan dapat disebut sebagai perkiraan yang ilmiah (educated
guess). Dalam kegiatan produksi, peramalan dilakukan untuk menentukan
jumlah permintaan terhadap suatu produk dan juga merupakan langkah awal
dari proses perencanaan dan pengendalian produksi.
5. Inventory Record
Inventory record adalah catatan keadaan persediaan pada masing-masing DC.
Universitas Sumatera Utara
V-45
3.4.2. Output Distribution Requirement Planning
Sistem DRP dengan nyata menghasilkan dua output yaitu jadwal distribusi
untuk setiap DC, dan master schedule yang merupakan DRP display untuk CSF.
Disamping itu terdapat pegging informasi yang dapat melacak kembali sumber
dari permintaan kepada CSF dan Tranportation Planning Report.
DRP display (DRP Worksheet) memiliki 2 bagian penting yaitu:
1. Time Phased Information
Time phased information adalah informasi-informasi yang dikeluarkan
berdasarkan pada suatu time phased yang menunjukkan perkiraan keadaan
pada time phased tersebut. Informasi time phased meliputi:
a. Gross Requirement
Gross requirement merupakan permintaan akan suatu item atau produk
yang diramalkan.
b. Schedule Receipt
Schedule receipt adalah jumlah item atau produk yang dijadwalkan untuk
dimasukkan dalam stok. Schedule receipt produk tidak harus dalam
perjalanan, tetapi dapat juga berupa order yang masih dalam pengemasan
dan pemuatan.
c. Planned Order
Planned order adalah order yang belum dilepas dan masih dalam
perencanaan. Pada DC, planned order adalah jadwal untuk pengiriman
produk pada masa yang akan datang dari CSF.
d. Project on –hand
Universitas Sumatera Utara
V-46
Project on-hand balance adalah proyeksi jumlah persediaan yang ada pada
suatu time phased tertentu. Project on- hand balace merupakan suatu
perencanaan jumlah persediaan pada DC dan CSF yang dijadikan
gambaran persediaan yang ada pada masa yang akan datang. Sehingga
dengan project on- hand balance ini, setiap komponen sistem distribusi
dapat mengetahui masing-masing dapat mengetahui inventory level sistem
tersebut.
2. Description Information
Description
information
adalah
atribut-atribut
masukan
pada
awal
perencanaan.Description information ini berupa pengolahan data awal untuk
masukan sistem DRP. Description information meliputi:
a. On-hand balance
On-hand balance adalah jumlah persediaan produk yang terdapat dalam
DC pada awal perencanaan.On-hand balance tidak termasuk pada produk
yang berada dalam transit dan produk rusak. Jadi produk yang ada pada
DC adalah jumlah produk yang tersedia untuk dikirimkan
b. Safety stock
Safety stock adalah persediaan pengaman yang digunakan untuk
memproteksi keadaan apabila penjualan melebihi apa yang diramalkan.
Stok
pengaman
dalam
DRP
digunakan
untuk
mengantisipasi
ketidakpastian permintaan relatif terhadap ramalan-ramalan yang dibuat.
Universitas Sumatera Utara
V-47
Ketidakpastian ini paling mungkin terjadi apabila permintaan benar-benar
independent pada pusat-pusat distribusi yang secar langsung melayani
pelanggan. Tingkat stok pengaman secara keseluruhan dalam sistem
distribusi seharusnya menjadi lebih kecil untuk push system daripada pull
system.
Salah satu cara untuk menyelesaikan masalah ketidakpastian permintaan
dan penawaran adalah mengkombinasikan data yang menunjukkan rata-rata
permintaan. Hal ini akan menghasilkan ukuran variasi yang lebih besar, namun
dapat diterapkan sebagai perhitungan dalam keadaan normal untuk menentukan
stok pengaman guna mencapai tingkat pelayanan yang diinginkan yaitu :
Safety Stock = s x Z
Dimana: s = Standar deviasi permintaan pada distribution centre
Z = faktor Pengganda pada tingkat pelayanan yang diinginkan.
c.Lead time distribusi
Lead time distribusi adalah waktu yang dibutuhkan untuk melepaskan
order sampai order diterima. Lead time distribusi dimulai saat
menentukan
saat
menentukan
kebutuhan
untuk
sebuah
penambahan(replenishment) sampai saat inventory yang dibutuhkan.
d. Order Quantity
Order quantity adalah jumlah produk yang ditentukan untuk dikirim.
Dalam model EOQ (Economic Order Quantity) digunakan asumsiasumsi beikut untuk menyederhanakan sistem persediaan yang ada:
Universitas Sumatera Utara
V-48
1. Permintaan (kebutuhan) diketahui dengan pasti dan konstan
sepanjang waktu.
2. Pemesanan kembali dilakukan ketika persediaan mencapai titik nol,
dan akan langsung diterima seketika, sesuai ukuran pemesanan yang
dilakukan, sehingga tidak akan terjadi kekurangan persediaan.
Model EOQ ini mencari ukuran pemesanan yang ekonomis dengan
meminimalkan total biaya. Ada dua macam biaya yang dipertimbangkan yaitu:
1. Biaya penyimpanan
Biaya penyimpanan per tahun merupakan perkalian antara rata-rata
persediaan per tahun dengan biaya simpan per unit per tahun. Jika rata-rata
persediaan per tahun =
Q
, dimana Q adalah ukuran pemesanan, dan biaya
2
simpan per unit per tahun adalah h, maka
Total biaya penyimpanan per tahun = h
Q
2
2. Biaya pemesanan dan pembelian
Biaya pembelian per tahun (annual purchase cost) merupakan total harga
yang dikeluarkan untuk membeli suatu barang, yaitu perkalian antara barang
per unit (C) dengan banyaknya barang yang dibeli sepanjang tahun yaitu
sebesar demand (D).
Total biaya per tahun = DC
Sedangkan total biaya pemesanan per tahun = A
D
Q
Sehingga:
Universitas Sumatera Utara
V-49
Total biaya per tahun (TC) = biaya pembelian per tahun + biaya pemesanan
per tahun + biaya penyimpanan per tahun
TC = DC+ A
D
Q
+ h
Q
2
Dengan perhitungan kalkulus melalui pengambilan turunan pertama dari
persamaan total biaya akan diperoleh rumusan ukuran pemesanan yang
optimum (Q*), yaitu :
TC = DC+ A
D
Q
+ h
2
Q
Q* =
Dimana:
D = tingkat permintaan, unit per tahun
A = biaya per pemesanan
h
= biaya penyimpanan per unit per tahun
Q* = ukuran pesanan ekonomis
Pada model EOQ dengan titik pemesanan ulang (reorder point),
pemesanan harus dilakukan sebelum tingkat persediaan menjadi nol, yaitu
ketika persediaan mencapai titik pemesanan ulang (reorder point).Titik
pemesanan ulang dihitung dengan mengalikan tenggang waktu L dengan
permintaan per hari. Jika kita mengasumsikan bahwa satu tahun terdiri dari
365 hari, maka permintaan per hari adalah:
Jumlah pesanan ekonomis (Economic Order Quantity)
D
. Jadi, rumus untuk
365
titik pemesanan ulang, R, adalah:
R= L
D
365
Universitas Sumatera Utara
V-50
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam model EOQ klasik adalah:
1. Rata-rata kebutuhan diketahui dan konstan.
2. Lamanya leadtime diketahui dan konstan.
3. Pesanan tiba sekaligus dan pada satu waktu sesuai ukuran pesanan.
4. Tidak terjadi kekurangan persediaan.
5. Strukur biaya tetap.
6. Terdapat tempat penyimpanan, kapasitas, dan biaya yang cukup untuk
mendatangkan sejumlah kuantitas pemesanan yang diinginkan.
Sedangkan pegging information adalah suatu cara untuk melacak kembali
sumber dari permintaan CSF untuk satu waktu tertentu. Pegging information
sangat berguna bilamana seluruh demand dari sebuah item tidak dapat terpenuhi.
Penggunaan pegging ini penting dilakukan untuk menghemat waktu dalam
memperoleh sumber masalah untuk perencanaan distribusi bilamana demand
melebihi
supply.Dengan
bantuan pegging
information,
perencana
dapat
menghabiskan lebih banyak waktu untuk pemecahan masalah daripada mencari
dimana terjadi kelebihan demand.
Transportation
planning
report
adalah
laporan
yang
berisikan
perencanaan jumlah alat transportasi untuk pengiriman item ke DC tertentu.
Jaringan distribusi tidak hanya membuat penjadwalan persediaan, namun juga
harus menjadwalkan bagaimana produk tersebut akan dikirim ke DC.
Dalam riset ini, yang akan saya bahas adalah sistem distribusi dari
perusahaan yang bersangkutan. Tahapan pertama yaitu adalah mencari variablevariabel atau faktor-faktor penyebab ketidaknormalnya sistem distribusi pada
Universitas Sumatera Utara
V-51
distribution centre.setelah didapat variable-variabel penyebab ketidaknormalan,
Tahapan kedua yaitu mencari jalan keluar dengan cara membuat perencanaan
aktivitas distribusi dengan menggunakan metode Distribution Resource Planning
(DRP) dengan input sesuai dengan yang telah dibahas di atas. Setelah didapat
penjadwalan aktivitas distribusi, sistem distribusi dari perusahaan ke DC dan dari
DC ke konsumen sudah dapat berjalan dengan normal.
3.5.
Penerapan DRP pada Supply Chain Management
Riset ini pernah dilakukan di suatu perusahaan di India (2015) untuk
mengatur sistem distribusi kepada konsumen tepat waktu dengan kondisi stok
minimum pada Distribution Centre.Riset ini dibuat dengan membuat model
supply chain yang berisi centre-centre dari masing-masing permintaan konsumen.
DRP merupakan suatu alat untuk merencanakan jadwal aktivitas distribusi dari
suatu perusahaan.Permintaan diukur dengan menggunakan peramalan dan data
historis permintaan dari konsumen.Kegunaan DRP pada riset ini adalah untuk
menjadwalkan distribusi pada waktu-waktu tertentu (harian, mingguan, bulanan
dan bahkan tahunan). Logika DRP digunakan untuk memutuskan produk mana
yang akan didistribusikan dan kapan akan didistribusikan.
Persamaan riset ini dengan riset saya adalah sama-sama menggunakan
konsep Supply Chain Management dan metode Distribution Resource Planning
dalam menerapkan penjadwalan aktivitas produksi.Sedangkan perbedaannya
adalah pada riset ini menggunakan model simulasi dengan software.
Universitas Sumatera Utara
V-52
3.6.
Peramalan Kuantitatif
Pada metode ini, data historis masa lalu digunakan untuk meramalkan
permintaan masa depan. Ada dua kelompok besar metode kuantitatif, yaitu:
1. Time Series
Metode time series adalah metode peramalan secara kuantitatif dengan
menggunakan waktu sebagai dasar peramalan. Untuk membuat suatu
peramalan diperlukan data historis. Data inilah yang diakumulasikan dalam
beberapa periode waktu. Metode time series mengasumsikan bahwa apa yang
telah terjadi di masa lalu akan terus terjadi di masa yang akan datang. Time
series memakai teknik statistik yang menggunakan data historis.
Ada empat komponen utama yang mempengaruhi analisa ini, yaitu:
a. Trend / Kecenderungan
Trend merupakan sifat dari permintaan dimasa lalu terhadap waktu
terjadinya bila ada pertambahan/kenaikan atau penurunan dari data
observasi jangka panjang.
b. Siklus
Digunakan bila data dipengaruhi oleh fluktuasi jangka panjang atau
memiliki siklus yang berulang secara periodik.
c. Musiman (Seasonal)
Pola ini digunakan bila suatu deret waktu dipengaruhi oleh faktor musim
(seperti mingguan, bulanan, dan harian).
Universitas Sumatera Utara
V-53
d. Horizontal
Pola ini dipakai bila nilai-nilai dari data observasi berfluktuasi di sekitar
nilai konstan rata-rata. Dengan demikian dapat dikatakan pola ini sebagai
stationary pada rata-rata hitungannya. Misalnya, pola ini terdapat bila
suatu produk mempunyai jumlah penjualan yang tidak menaik atau
menurun selama beberapa periode waktu.
2. Causal Method
Metode yang didasarkan atas penggunaan analisa pola hubungan antara
variabel yang akan diperkirakan dengan variabel lain yang mempengaruhinya.
3.6.1.
Metode Regresi
Metode kecenderungan dengan regresi merupakan dasar kecenderungan
untuk suatu persamaan, sehingga dengan dengan dasar persamaan tersebut dapat
diproyeksikan hal-hal yang akan diteliti pada masa yang akan datamg. Untuk
peramalan jangka pendek dan jangka panjang, ketepatan peramalan dengan
metode ini sangat baik. Data yang dibutuhkan untuk metode ini adalah tahunan,
minimal lima tahun. Namun, semakin banyak data yang dimiliki semakin baik
hasil yang diperoleh.
Bentuk fungsi dari metode ini dapat berupa:
1. Konstan, dengan fungsi peramalan (Yt):
Yt = a, dimana a =
∑Y
1
N
Universitas Sumatera Utara
V-54
Dimana:
Yt = nilai tambah
N = jumlah periode
2. Linear, dengan fungsi peramalan:
Yt = a + bt
Dimana:
a=
Y − bt
n
b=
n∑ ty − ∑ (t )∑ ( y )
n − ∑ t 2 − (∑ t )
2
3. Kuadratis, dengan fungsi peramalan:
Yt = a + bt + ct2
Dimana:
∑Y
a=
∂=
− b∑ t − c ∑ t 2
(∑ t )
2 2
n
c=
θ − bα
∂
b=
∂δ − θα
∂β − α 2
− n∑ t 4
δ = ∑ t ∑ Y − n∑ tY
θ = ∑ t 2 ∑ Y − n ∑ t 2Y
α = ∑ t ∑ t 2 − n∑ t 3
Universitas Sumatera Utara
V-55
β = (∑ t ) − n∑ t 2
2
4. Eksponensial, dengan fungsi peramalan:
Yt = aebt
Dimana:
ln a =
∑ ln Y
− b∑ t
b=
n
n∑ t ln Y − ∑ t ∑ ln Y
n∑ t 2 − (∑ t )
2
5. Siklis, dengan fungsi peramalan:
2τ
2τt
+ c cos
Yˆt = a + b sin
n
n
Dimana:
∑ Y = na + b sin
2τt
2τt
+ c ∑ cos
n
n
∑ Y sin
2τt
2τt
2τ
2τt
2τt
cos
= a ∑ sin
+ b sin 2
+ c ∑ sin
n
n
n
n
n
∑ Y cos
2τt
2τt
2τ
2τt
2τt
cos
= a ∑ cos
+ c ∑ cos 2
+ b∑ sin
n
n
n
n
n
3.7.
Kriteria Pemilihan Metode Peramalan
Kriteria peramalan yang terbaik antara lain:
1. Mean Square Error (MSE)
Universitas Sumatera Utara
V-56
m
MSE =
∑
t =1
(f
t
− fˆt
)
2
m
Dimana:
f
t
fˆ t
m
: data aktual periode t
: nilai ramalan periode t
: banyaknya periode
2. Percentage Error (PEt)
f − fˆt
× 100%
PEt = t
f
t
3. Standard Error of Estimate (SEE)
∑(f
m
SEE =
t =1
t
− fˆt
)
2
m−k
Dimana:
k = derajat kebebasan
Untuk data konstan, k = 1 karena data konstan hanya memiliki satu parameter,
yaitu a.
Untuk data linear, k = 2 karena data linear memiliki 2 parameter, yaitu a dan b.
Untuk data kuadratis, k = 3 karena data kuadratis memiliki 3 parameter yang
harus dicari, yaitu a, b, dan c.
Untuk data siklis, k = 3 karena data siklis memiliki 3 parameter, yaitu a, b, dan c.
Universitas Sumatera Utara
V-57
4. Mean Absolute Percentage Error (MAPE)
m
MAPE =
3.8.
∑
t =1
PEt
m
Verifikasi dan Pengendalian Peramalan
Langkah penting setelah peramalan dibuat adalah melakukan verifikasi
peramalan sedemikian rupa sehingga hasil peramalan tersebut benar-benar
mencerminkan data masa lalu dan sistem sebab akibat yang mendasari permintaan
tersebut. Sepanjang aktualitas peramalan tersebut dapat dipercaya, hasil
peramalan akan terus digunakan. Jika selama proses verifikasi tersebut ditemukan
keraguan validitas metode peramalan yang digunakan, harus dicari metode
lainnya yang lebih cocok.
Banyak alat yang dapat digunakan untuk memverifikasi peramalan dan
mendeteksi perubahan sistem sebab akibat yang melatarbelakangi perubahan pola
permintaan. Bentuk yang paling sederhana adalah peta kontrol peramalan yang
mirip dengan peta kontrol kualitas dengan nama Moving Range Chart (MRC).
Peta kontrol ini dapat dibuat dengan dalama kondisi data yang tersedia minim.
Dari peta ini dapat dilihat apakah sebaran masih dalam kontrol ataupun sudah
berada di luar kontrol. Proses verifikasi dengan menggunakan Moving Range
Chart (MRC) dapat dilihat pada Gambar 3.6.
Universitas Sumatera Utara
V-58
Harga MR diperoleh dari:
N −1
MR =
(
) (
Dimana: MRt = Yt − YTt − Yt −1 − YFt −1
)
∑ MR
t
t =2
N −1
atau: MRt = et − et −1
Kondisi out of control dapat diperiksa dengan menggunakan empat aturan
berikut:
1. Aturan Satu Titik
Bila ada titik sebaran (Y-YF) berada di luar UCL dan LCL.
2. Aturan Tiga Titik
Bila ada tiga buah titik secara berurutan berada pada salah satu sisi, yang
mana dua diantaranya jatuh pada daerah A.
3. Aturan Lima Titik
Bila ada lima buah titik secara berurutan berada pada salah satu sisi, yang
mana empat diantaranya jatuh pada daerah B.
4. Aturan Delapan Titik
Bila ada delapan buah titik secara berurutan berada pada salah satu sisi, pada
daerah C.
Proses verifikasi dari proses peramalan dapat dilihat pada Gambar 3.8.
Universitas Sumatera Utara
V-59
3.9.
Pengujian Mengenai Ragam
3.9.1. Uji Ragam (Uji F)
Menurut Ronald E. Walpole (1995), masalah pengujian adalah kesamaaan
dua ragam populasi �12 dan �22 . Artinya jika ingin menguji hipotesis nol Ho �12 =
�22 lawan salah satu dari alternatif �12 < �22 , �12 > �22 , atau �12 ≠ �22 . Bila contoh
yang berukuran �1 dan n2 itu bersifat bebas, maka nilai f bagi pengujian �12 = �22
adalah rasio:
�2
f = �12
2
Sedangkan dalam hal ini �12 dan s22 adalah ragam yang dihitung dari kedua
contoh tersebut. Bila kedua populasi menghampiri sebaran normal dan hipotesis
nolnya benar, maka menurut Dalil rasio f = �12 /�22 merupakan suatu nilai dari
sebaran F dengan �1 = �1 -1 dan �2 = �2 -1 derajat bebas.
Langkah-langkah/ urutan menguji hipotesa dengan distribusi F:
1. Merumuskan hipotesa
2. Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = 0
Artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat. Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ 0, berarti secara bersama-sama ada
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
3. Menentukan taraf nyata / levelofsignificance = α
Taraf nyata/derajat keyakinan yang digunakan sebesar α = 1%, 5%, 10%.
Derajat bebas (df) dalam distribusi F ada dua, yaitu:
df numerator = dfn = df1 = k – 1
df denumerator = dfd = df2 = n – k
Universitas Sumatera Utara
V-60
Dimana:
df = degreeoffreedom/derajat kebebasan
n = jumlah sampel
k = banyaknya koefisien regresi
4. Menentukan daerah keputusan, yaitu daerah dimana hipotesa nol diterima atau
tidak. Ho diterima apabila F hitung≤ F tabel, artinya semua variabel bebas
secara bersama-sama bukan merupakan variabel penjelas yang signifikan
terhadap variabel terikat. Ho ditolak apabila F hitung > F tabel, artinya semua
variabel bebas secara bersama-sama merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel terikat.
5. Menentukan uji statistik nilai F
Bentuk distribusi F selalu bernilai positif
6. Mengambil keputusan
Keputusan bisa menolak Ho atau menolak Ho menerima Ha.Nilai F tabel yang
diperoleh dibanding dengan nilai F hitung apabila F hitung lebih besar dari F
tabel, maka ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
V-61
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Florindo Makmur yang beralamat di Jl.
Besar Desa Pergulaan Dusun V, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang
Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.Penelitian dilakukan bulan Desember 2016
sampai Juni 2017.
4.2.
Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian descriptive research.Penelitian
descriptive
research
adalah
jenis
penelitian
yang
bertujuan
untuk
mendeskripsikan secara sistematik, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan
sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu.
4.3.
Objek Penelitian
Objek penelitian yang diteliti oleh peneliti adalah aktivitas distribusi
produk tepung tapioka pada Central Supply Facility (CSF) terhadap setiap
Distribution Centre (DC) pada 6 daerah yakni Medan, Aceh, Padang, Jambi,
Pekan Baru dan Palembang.
Universitas Sumatera Utara
V-62
4.4.
Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini ada 2 jenis yaitu
variabel independen dan variabel depanden. Variabel Independen yang terdapat
dalam penelitian ini adalah:
1.
Lokasi dan Jumlah permintaan produk yaitu tempat dan kebutuhan dari setiap
daerah yang mempengaruhi perubahan pada lead time.
2.
Lead time, merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mendistribusikan
produk dari Central Supply Facility ke setiap Distribution Centre.
3.
Jumlah stok pada Central Supply Facility yang mempengaruhi perubahan
pada project on hand
4.
Project on hand, merupakan jumlah stok yang tersedia pada periode
sebelumnya dan mampu menpengaruhi jumlah produksi perusahaan untuk
periode selanjutnya.
5.
Data historis yang mempengaruhi sedikit banyaknya jumlah produksi produk
6.
Jumlah produksi, merupakan jumlah yang harus diproduksi perusahaan untuk
memenuhi permintaan.
7.
Metode DRP, merupakan metode yang digunakan untuk merencanakan
jadwal distribusi produk yang tepat waktu, jumlah, serta kualitas ke setiap DC
Sedangkan variabel dependen yang terdapat dalam penelitian ini adalah:
1. Jadwal distribusi produk, merupakan jadwal dan jumlah produk yang sesuai
yang didistribusikan kesetiap Distribution Centre (DC).
Universitas Sumatera Utara
V-63
4.5.
Kerangka Berpikir Berpikir
Suatu penelitian dapat dilaksanakan jika perancangan kerangka berpikir
yang baik telah tersedia sehingga langkah-langkah penelitian lebih sistematis.
Kerangka berpikir inilah yang merupakan landasan awal dalam melaksanakan
penelitian. Kerangka berpikir dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Dari Gambar 4.1. dapat dilihat bahwa masalah yang terjadi pada
perusahaan ialah ketidakmampuan perusahaan mendistribusikan permintaan
produk kepada konsumen tepat waktu dan tepat jumlah dikarenakan jumlah
permintaan dan waktu pendistribusian produk ke distribution centreyang tidak
sesuai jadwal yang diminta sehingga dibutuhkan penjadwalan distribusi yang baik
dengan menggunakan metode DRP. Input untuk merencanakan jadwal distribusi
produk pada penelitian ini adalah jumlah permintaan dari setiap daerah yang akan
mempengaruhi perubahan jumlah produksi, lead time yaitu waktu yang
dibutuhkan mendistribusikan produk, jumlah stokuntuk menghitung project on
hand, dan data historis dari jumlah produksiuntuk melihat catatan persediaan
produk. Sehingga output dari penelitian ini adalah Worksheet perencanaan jadwal
distribusi produk.
4.6.
Rancangan Penelitian
Tahapan penelitian dapat dilihat pada diagram pada Gambar 4.2.
Universitas Sumatera Utara
V-64
4.7.
Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah berupa:
1. Data berupa biaya distribusi, lead time, data historis, data frekuensi
pemesanan didapat dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan.
2. Aktivitas distribusi perusahaan, didapat dari penelitian pada perusahaan
tersebut, mengenai jadwal pesanan dari DC masuk, jadwal produk dikirim dan
produk sampai ke tangan konsumen dengan melihat tanggal pesanan masuk
setiap minggunya.
4.8.
Metode Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Tahapan pertama yang dilakukan adalah menentukan variabel penyebab
ketidaknormalanpada sistem distribusi rantai pasok
2. Tahapan kedua yang dilakukan adalah melakukan peramalan terhadap jumlah
permintaan untuk periode berikutnya yaitu dari data permintaan Januari 2017 –
Desember 2017. Peramalan ini digunakan untuk menentukan lot size atau
jumlah produksi dari lantai produksi pada 12 periode ke depan.
3. Selanjutnya dilakukan penentukan order quantity dengan menggunakan model
EOQ (Economic Order Quantity) untuk meminimasi biaya persediaan dengan
menggunakan jumlah permintaan dari data historis 12 periode sebelumnya.
4. Melakukan perhitungan frekuensi pemesanan pada distribution center pada PT.
Florindo Makmur.
Universitas Sumatera Utara
V-65
5. Melakukan perhitungan Safety Stock dengan cara memperhitungkan standar
deviasi permintaan.
6. Penentuan aplikasi perencanaan produksi dan distribusi dengan menggunakan
metode Distribution Resources Planning yang ditampilkan pada Distribution
Resources Planning Worksheet.
7. Pengkajian performa rantai pasok pada rantai pasok PT. Florindo Makmur.
Flow Chart pengolahan data dapat dilihat pada Gambar 4.3.
4.9.
Analisis Pemecahan Masalah
Analisis dilakukan terhadap hasil pengolahan data metode DRP dengan
mempertimbangkan setiap safety stock, order quantity dan pengoptimuman biaya
distribusi dan produksi perusahaan dan hasil performa rantai pasok yang ditinjau.
Universitas Sumatera Utara
V-66
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1.
Pengumpulan Data
Jaringan distribusi PT. Florindo Makmur dapat dilihat pada Gambar 5.1.
DC Medan
Konsumen
DC Aceh
Konsumen
DC Padang
Konsumen
DC Jambi
Konsumen
DC Pekan Baru
Konsumen
DC Palembang
Konsumen
PT. Florindo Makmur
Suplier
Lantai
Produksi
Vendor
Pabrik
CSF
Distribution
Centre
Konsumen
Gambar 5.1. Jaringan Distribusi PT. Florindo Makmur
Tahapan-tahapan aktivitas distribusi dari PT. Florindo Makmur adalah
sebagai berikut:
1. Permintaan dari setiap DC diterima oleh pihak purchasing dari CSF
PT.Florindo Makmur
2. Pihak purchasing CSF memberi data permintaan DC ke bagian produksi
PT.Florindo Makmur
3. Bagian produksi melakukan proses produksi sesuai dengan jumlah permintaan
setiap DC
Universitas Sumatera Utara
V-67
4. Bagian produksi memberikan produk jadi ke bagian warehouse untuk
kemudian didistribusikan ke setiap DC
5.1.1.
Data Permintaan Produk Tepung Periode Januari 2013– Desember
2016
Data permintaan produk ini digunakan untuk menjadi landasan atau
sebagai data historis untuk peramalan permintaan 12 periode ke depannya. Setelah
diramalkan jumlah permintaan, maka jumlah permintaan ini akan digunakan
sebagai landasan awal penjadwalan produksi dan penjadwalan aktivitas produksi
menggunakan DRP Worksheet. Rincian data permintaan selama 4 tahun terakhir
dapat dilihat pada Lampiran 1.
Berikut adalah grafik jumlah permintaan dari masing-masing distribution
centre.
5.1.2.
Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
menunjang kegiatan pengiriman produk yang berupa biaya administrasi, biaya
telepon dan biaya bongkar muat.Biaya pemesanan ini digunakan dalam
perhitungan jumlah unit Tepung yang dipesan setiap satu kali pemesanan
menggunakan metode Economic Order Quantity.Rincian biaya pemesanan pada
masing-masing distributioncentre dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Universitas Sumatera Utara
V-68
Distribution
Tabel 5.1. Data Biaya Pemesanan
Biaya
Biaya
Biaya Bongkar
Total
Administrasi
Telepon
Muat
Biaya
(Rp/ Order)
(Rp/Order)
(Rp/Kirim)
(Rp)
Medan
10.000
5.000
200.000
215.000
Aceh
10.000
5.000
275.000
290.000
Padang
10.000
5.000
325.000
340.000
Jambi
10.000
5.000
425.000
440.000
Pekan Baru
10.000
5.000
350.000
365.000
Palembang
10.000
5.000
450.000
465.000
Centre
Sumber :PT. Florindo Makmur
5.1.3.
Biaya Penyimpanan Persediaan
Biaya penyimpanan persediaan merupakan biaya yang dikeluarkan
perusahaan sebagai bentuk dari persediaan produk di gudang.Biaya tersebut
meliputi biaya yang diperkirakan akibat adanya modal yang tertanam di dalam
persediaan (capital cost), biaya yang digunakan untuk pemeliharaan barang,
pemindahan produk, catatan-catatan dan sebagainya (storage cost).
Biaya penyimpanan juga digunakan dalam perhitungan Economic Order
quantity.Besarnya biaya penyimpanan persediaan telah ditetapkan perusahaan
adalah sebesar Rp. 100.000 / 1 ton tepung untuk 1 tahun.
Universitas Sumatera Utara
V-69
5.1.4.
Lead Time Distribusi
Leadtime distribusi merupakan waktu yang dibutuhkan dalam pelepasan
order sampai order diterima di stock room pada distribution centre. Lead time
digunakan dalam penjadwalan aktivitas distribusi pada DRP worksheet. Lead time
pada setiap distributioncentre dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Keterangan
Lead Time (hari)
Tabel 5.2. Data Lead Time Distribusi
Medan Aceh Padang Jambi Pekan Baru Palembang
2
3
4
6
4
5
Sumber :PT. Florindo Makmur
5.1.5.
Status Persediaan Awal
Status persediaan awal merupakan persediaan awal yang tersedia pada
setiap distributioncentre pada awal perencanaan. Status persediaan awal
digunakan untuk penjadwalan minggu pertama distribusi, sehingga stok awal
dapat dialokasikan ke konsumen terlebih dahulu sebelum dilakukan pemesanan
ulang untuk mencegah penumpukan produk pada distribution centre. Status
persediaan pada masing-masing distributioncentredan pabrik dapat dilihat pada
Tabel 5.3.
5.2.
Pengolahan Data
5.2.1.
Penentuan Variabel Penyebab Ketidaknormalan Sistem Distribusi
pada Distribution Centre
DistributionCentre merupakan distributor berlokasi di kota Medan,
Aceh, Padang, Jambi, Pekan Baru dan Palembang. Distributor ini berfungsi untuk
Universitas Sumatera Utara
V-70
menerima produk dari perusahaan PT. Florindo Makmur yang kemudian akan
disalurkan kepada konsumen-konsumen di daerah masing-masing.
Menurut I Nyoman (2010), dalam supplychain ada 3 hal yang harus
dikelola, yaitu:
1.
Aliran material dari hilir ke hulu, yaitu produk yang diperlukan oleh
distribution centre dan customer, yang kemudian digunakan untuk
menentukan jumlah bahan baku yang diperlukan perusahaan dari vendor
2.
Aliran uang dari hulu ke hilir, dimana perusahaan harus membayar terlebih
dahulu terhadap bahan baku yang dibutuhkan yang kemudian akan dijual dan
disalurkan ke distribution centre dan customer.
3.
Aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir atau sebaliknya, informasi
yang dimaksud dalam hal ini berupa jumlah permintaan, kapasitas, serta
status persediaan.
Suatu ketidaknormalan sistem distribusi dari produsen ke distribution
centre dapat disebabkan oleh hal-hal yang bersangkutan dengan aliran supply
chain tersebut.
Variabel-variabel tersebut adalah
1.
Jumlah permintaan
Jumlah
permintaan
yang
fluktuatif
dari
masing-masing
konsumen
menyebabkan adanya kekurangan produk atau penumpukan produk pada
distribution centre.
2.
Jadwal distribusi
Universitas Sumatera Utara
V-71
Jadwal distribusi yang tidak tetap menyebabkan konsumen tidak menerima
pesanan mereka tepat waktu dan kondisi ini otomatis menyebabkan
penurunan kepuasan konsumen.
3.
Sistem transportasi
Sistem transportasi mempunyai peran penting dalam aktivitas distribusi
sebuah perusahaan. Terhambatnya sistem transportasi dalam suatu aktivitas
menyebabkan bottleneck atau kehambatan pada bagian lainnya seperti
pemenuhan pesanan tepat wak tu dan kekurangan stok pada distribution
centre.
4.
Sistem komunikasi
Perusahaan
dan
distribution
centre
terkadang
sering
mengalami
miscommunication sehingga pesanan dan produk yang didistribusikan tidak
sinkron dan menyebabkan tidak normalnya suatu aktivitas distribusi.
5.2.2.
Peramalan Permintaan Produk
Peramalan jumlah permintaan produk untuk periode Januari 2017-
Desember 2017 dilakukan dengan cara melihat data permintaan pada periode
Januari 2013 -Desember 2016. Peramalan ini dilakukan untuk menentukan lot size
atau jumlah produk yang akan diproduksi di lantai produksi. Langkah-langkah
peramalan yang dilakukan adalah:
1.
Menetapkan tujuan peramalan
Tujuan peramalan adalah untuk menentukan lot size atau jumlah produk yang
akan diproduksi di lantai produksi untuk 12 periode yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
V-72
2.
Membuat scatter diagram
Data Permintaan
3500
Jumlah Permintaan
3000
2500
2000
1500
Permintaan Total
1000
500
Sep-16
Mei-16
Jan-16
Sep-15
Mei-15
Jan-15
Sep-14
Mei-14
Jan-14
Sep-13
Mei-13
Jan-13
0
Gambar 5.8. Grafik Total Permintaan Produk Tepung Periode Januari 2013 –
Desember 2016
3.
Memilih metode yang mendekati pola yang dianggap sesuai
Metode peramalan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Metode Eksponensial
b. Metode Linear
4.
Menghitung parameter-parameter fungsi peramalan
Untuk memudahakan perhitungan, maka dimisalkan X sebagai variabel tahun
dan Y adalah variabel jumlah permintaan konsumen.
a.
Metode Eksponensial
Fungsi peramalan : Y = aebx
Universitas Sumatera Utara
V-73
Rincian tabel perhitungan variabel dari parameter peramalan jumlah
permintaan dengan Metode Eksponensial dapat dilihat pada Lampiran 2.
Perhitungan parameternya dapat dilihat di bawah ini.
b=
b=
n ∑ (X lnY) - ∑ X ∑ lnY
n ∑(X²)- ( ∑ X)²
(48)(9.184,26)-(1176)(371,06)
=0,0101
48(38.024)-(1176*1176)
ln a=
∑(lnY) -B ∑ X
n
ln a=
371.06-(0,0101)(1176)
=7,4825
48
a =1.776.68
Fungsi peramalannya adalah :
Y’ = 1.776.68e0,0101x
b.
Metode Linear
Fungsi peramalan : Y’ = ax + b
Rincian tabel perhitungan variable dari parameter peramalan jumlah
permintaan dengan metode linear dapat dilihat pada Lampiran 3.
Perhitungan parameternya dapat dilihat di bawah ini.
b=
b=
� ∑ xy- ∑ y- ∑ �
n ∑ x 2 − (∑ x)2
(48)(2.921.740)-(110.470)(1176)
=23,36
(48)(38.024)-(1176*1176)
Universitas Sumatera Utara
V-74
∑ y-b ∑ x
n
(110.470) − (23,36)(1176)
a=
=1.729,05
(48)
a=
Y' =1.729,05+23,36x
5.
Menghitung setiap kesalahan setiap metode
Perhitungan kesalahan menggunakan metode SEE (Standard Error of
Estimation) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
∑ (Y − Y ')
2
SEE =
n− f
Dimana :
Y
= Data aktual
Y’ = Data peramalan
n
= Banyak data
f
= Derajat kebebasan
a. Metode Ekponensial ( f =2 )
Rincian perhitungan Y-Y’ metode ekponensial dapat dilihat pada
Lampiran 4.
Adapun perhitungan SEE untuk metode Ekponensial adalah:
∑ (Y − Y ')
2
SEE =
SEE = �
n− f
556.024,53
46
Universitas Sumatera Utara
V-75
SEE = 109,943
b. Metode Linear ( f = 1 )
Rincian perhitungan Y-Y’ metode linear dapat dilihat pada Lampiran 5.
Adapun perhitungan SEE untuk metode linear adalah:
∑ (Y − Y ')
2
SEE =
SEE = �
n− f
588.278,89
47
SEE = 111,877
6.
Menghitung pola peramalan yang terbaik dengan perhitungan distribusi f
H0 = SEE Ekponensial ≤ SEE Linear
H1 = SEE Ekponensial> SEE Linear
α
= 0,05
Uji Statistik
F tabel
��� �����������
=�
��� ������
2
109,943 2
� =