Pengaruh Sanitasi Lingkungan Rumah Dan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir Pantai Terhadap Kejadian Skabies Di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012 Chapter III VI

BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi observasional dengan rancangan penelitian
case controle

(kasus kontrol) yang menyangkut bagaimana faktor risiko sanitasi

lingkungan rumah, dan sosial budaya masyarakat pesisir pantai terhadap kejadian
skabies dengan menggunakan pendekatan retrospective. Dengan kata lain, efek
(penyakit atau status kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor risiko
diidentifikasi ada atau terjadinya pada waktu yang lalu, rancangan penelitian case
controle ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Faktor
Resiko (+)

Retrospektive


Efek +
(Kasus)

Faktor
Resiko (-)
(Matching)

Faktor
Resiko (+)

Retrospektive

Faktor
Resiko (-)

Populasi
(Sampel)

Efek (Kasus)


Gambar 3.1. Rancangan Penelitian Case Controle
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk
Nibung Kota Tanjungbalai, dari 5 Kelurahan di Kecamatan Teluk Nibung, Kelurahan
Pematang Pasir yang memiliki penderita skabies yang tinggi dibanding dengan
Kelurahan lainnya. Penelitian dilakukan pada bulan Juni - Juli 2012.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh penderita penyakit kulit yang datang
ke Puskesmas Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai dari bulan

Universitas Sumatera Utara

Oktober - Desember 2011sebanyak 211 penderita yang terdiri dari kelompok kasus
sebanyak 126 penderita dan kelompok kontrol sebanyak 85 penderita.
3.3.2. Sampel
3.3.2.1. Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah terdiri dari kelompok kasus dan kontrol
berdasarkan sumber data dari puskesmas Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk
Nibung. Kelompok kasus adalah penderita skabies positif dan kelompok kontrol

adalah penderita skabies negatif (penyakit kulit lainnya) yang datang berobat ke
puskesmas Pematang Pasir.
Besar sampel dalam penelitian ini di hitung dengan rumus Sastroasmoro
(1995), sebagai berikut:
n1 = n2 =
(P1 - P2)²
Keterangan:
n1 = Jumlah sampel terpajan (expose) yang dibutuhkan
n2 = Jumlah sampel tidak terpajan (non-expose) yang dibutuhkan
= Deviat baku normal untuk
= Deviat baku normal untuk

pada derajat kepercayaan 95% = 1,96
pada derajat kepercayaan 80% = 0,842

P = Proporsi total = P1 + P2
2
P1 = Proporsi efek pada kelompok terpajan
P2 = Proporsi efek pada kelompok yang tidak terpajan
q =1-P


Universitas Sumatera Utara

Untuk memperoleh nilai sampel subyek yang perlu diketahui terlebih dahulu
nilai p1 dan p2. Untuk menentukan nilai p1 dan p2, dilakukan terlebih dahulu studi
pendahuluan dengan menggunakan 20 sampel yang positif skabies dan 20 sampel
yang negatif skabies. Dari studi pendahuluan tersebut, diperoleh nilai sebagai berikut:
P1 = 26,66 %
P2 = 6,66 %
P = P1 + P2 = 16% = 0,16
2
Dengan mensubstitusikan nilai-nilai yang diperoleh dari studi pendahuluan
tersebut ke persamaan diatas diperoleh:
n1 = n2 =
(P1 - P2)²
= ( 1,96 √2 (0,16 × 0,84) + 0,842 √ (0,26 × 0,74) + (0,06 × 0,94)²
( 0,26 – 0,06 )²
= 51,55
n


= 52 responden
Jadi jumlah sampel minimal yang harus diambil adalah 52 responden, sampel

yang terdiri dari kasus dan kontrol. Dimana kasus adalah penderita skabies positif ,
dan kontrol adalah penderita skabies negatif (penyakit kulit lainnya) yang datang ke
puskesmas Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai bulan
Oktober - Desember 2011. Dimana kasus dan kontrol dalam penelitian ini ditetapkan

Universitas Sumatera Utara

1:1, sehingga dapat diketahui jumlah kasus adalah 52 responden dan kontrol adalah
52 responden, maka total sampel dalam penelitian ini adalah 104 responden.
3.3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel kasus dan kontrol dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampel non random
karena adanya tehnik matching pada penelitian ini yaitu pada variabel umur dan jenis
kelmain.
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden (sampel) yang

kemudian di kumpulkan dan pengumpulan data di lakukan untuk memperoleh data
objek yang di teliti. Alat atau device untuk memperoleh keterangan dari objek atau
elemen antara lain melalui kuesioner (questionnaire), wawancara dan observasi atau
pengamatan langsung kepada responden (Supranto, 2000).
3.4.2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau yang dikumpulkan peneliti dari
dokumen yang telah tersedia di Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Tanjungbalai, dan
Puskesmas Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai.
3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mampu mengukur
apa yang ingin diukur. Setelah kuesioner itu tersusun dan teruji validitasnya, dalam

Universitas Sumatera Utara

praktek belum tentu data terkumpulkan adalah data yang valid. Banyak hal yang akan
mengurangi validitas data, misalnya apakah si pewawancara yang mengumpulkan data
betul-betul mengikuti petunjuk yang telah ditetapkan dalam kuesioner. Selain itu
validitas data akan ditentukan oleh keadaan responden sewaktu wawancara. Bila,
sewaktu menjawab semua pertanyaan responden merasa bebas tanpa ada rasa malu
atau rasa takut, maka data yang diperoleh akan valid dan reliable, tetapi jika si

responden merasa malu, takut dan cemas akan jawabannya, maka besar kemungkinan
dia akan memberikan jawaban yang tidak benar (Umar, 2002).
Kuesioner penelitian agar dapat menjadi instrument penelitian yang valid dan
reliable sebagai alat pengumpul data maka dilakukan uji coba pada 15 orang
responden sebagai kelompok kasus dan 15 responden sebagai kelompok kontrol di
Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Kota Tanjungbalai.
Suatu kuesioner dapat di anggap valid kalau pertanyaan pada suatu kuesioner
mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Riyanto,
2011). Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau skor
yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara
mengukur korelasi antara variabel atau item

dengan skor total variabel yang

ditunjukkan dengan skor item correct correlation pada analisis reliability statistics.
Jika skor r hitung≥ r table, maka dinyatakan valid dan jika skor r hitung
≤ r tabel,
maka dinyatakan tidak valid (Riyanto, 2011).
Setelah pertanyaan valid, analisis dilanjutkan dengan uji reliabilitas.
Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauhmana suatu hasil


Universitas Sumatera Utara

pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih.
Reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukkan konsistensi suatu alat
pengukur didalam mengukur gejala yang sama (Umar, 2002).
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau
kenyataan hidup tadi di ukur atau di amati berkali-kali dalam waktu yang berlainan.
Alat dan cara mengukur atau mengamati sama-sama memegang peranan yang penting
dalam waktu yag bersamaan. Perlu diperhatikan bahwa reliable belum tentu akurat
(Nursalam , 2003).
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup
untuk mengetahui reliabilitas suatu pertanyaan dengan membandingkan dengan nilai r
hasil (alpha cronbach) dengan r tabel:
1. Bila r- alpha cronbach ≥ r tabel maka pertanyaan reliabel
2. Bila r- alpha cronbach ≤ r tabel maka pertanyaan tidak reliabel.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1. Variabel
a. Variabel independen dalam penelitian ini adalah sanitasi lingkungan rumah
(kepadatan penghuni rumah, kelembaban dan ketersedian air bersih) dan sosial

budaya masyarakat pesisir pantai (pengetahuan, sikap dan kepercayaan atau
keyakinan masyarakat pesisir pantai).
b. Variabel dependennya adalah kejadian skabies di kelurahan Pematang Pasir
kecamatan Teluk Nibung kota Tanjungbalai.

Universitas Sumatera Utara

3.5.2. Definisi Operasional
a. Kepadatan penghuni rumah adalah perbandingan antara luas ruangan yang
tersedia dengan penghuni atau anggota keluarga yang tinggal dalam rumah
tersebut.
b. Kelembaban adalah persentase jumlah kandungan air dalam udara, merupakan
sarana baik untuk pertumbuhan mikroorganisme seperti tungau sarcoptes
scabiei.
c. Ketersediaan air bersih adalah adanya air yang di konsumsi masyarakat
Kelurahan Pematang Pasir untuk keperluan sehari-hari
d. Kuantitas air bersih banyaknya air bersih yang digunakan oleh masyarakat
Kelurahan Pematang Pasir untuk keperluan sehari-hari
e. Kualititas air bersih adalah mutu air bersih secara fisik yang dikonsumsi oleh
masyarakat Kelurahan Pematang Pasir untuk keperluan sehari-hari, yang

meliputi: bau, rasa dan warna.
f. Sosial budaya adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang
teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkannya dengan belajar, meliputi;
pengetahuan, kebiasaaan, sikap dan kepercayaan masyarakat pesisir terhadap
penyakit skabies.
g. Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Tahu tentang
penyakit skabies, penyabab skabies, cara penularan skabies, pencegahan
skabies dan pengobatan skabies.

Universitas Sumatera Utara

h. Sikap adalah mencerminkan kesenangan atau ketidaksenangan terhadap
sesuatu. Meliputi sikap tentang penyakit skabies, penyabab skabies, cara
penularan skabies, pencegahan skabies dan pengobatan skabies.
i. Kepercayaan atau keyakinan adalah merupakan sesuatu yang dipercaya dengan
adanya penyakit skabies, penyabab skabies, cara penularan skabies,
pencegahan skabies dan pengobatan skabies.
j. Kebiasaan adalah kegiatan sehari-hari yang sering dilakukan secara rutin yang
berhubungan dengan kesehatan, seperti personal higiene.

k. Skabies adalah penyakit kudis. Kulit terasa sangat gatal di malam hari dan
pada kulit di dapat vesiculae kecil-kecil berisi cairan bening. Kudis ini di
sebabkan oleh tungau Sarcoptes Scabiei yang memasuki kulit, memakan
jaringan kulit dan menaruh telur-telurnya di dalam kulit.
3.6. Metode Pengukuran
3.6.1. Variabel Independen
Variabel independen diukur dengan menggunakan beberapa sub variabel yaitu:
pengetahuan, sikap, kepercayaan atau keyakinan dan kebiasaan dengan menggunakan
skala pengukuran menurut Pratomo (1990), skala pengukuran untuk pengetahuan
dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Pengetahuan responden terhadap kejadian skabies, diukur dengan skala ordinal,
meliputi

Universitas Sumatera Utara

a. Pengetahuan baik, jika menjawab pertanyaan dengan benar ≥75% dari nilai
tertinggi.
b. Pengetahua buruk, jika menjawab pertanyaan dengan benar ≤ 40% dari nilai
tertinggi.
Dengan alternatif empat jawaban pilihan (multifle choiss), jika menjawab
dengan benar diberi skor 1 dan jika jawaban salah diberi skor 2. Jawaban yang benar
untuk variabel pengetahuan dari poin 1 sampai 10 adalah A, D, B, C, A, D, A,C, B,
dan B.
2. Kebiasaan responden terhadap kejadian skabies, diukur dengan skala ordinal,
meliputi:
a. Kebiasaan baik, jika menjawab pertanyaan dengan benar ≥75% dari nilai
tertinggi.
b. Kebiasaan buruk, jika menjawab pertanyaan dengan benar
≤ 40% dari nilai tertinggi.
Dengan alternatif tiga jawaban pilihan yaitu Selalu (S), Kadang-kadang (Kk)
dan Tidak Pernah (TP). Jika menjawab “Selalu” diberi skor 0, jika menjawab
“Kadang-kadang” diberi skor 1, dan jika menjawab “Tidak Pernah” diberi skor 2.
Jawaban yang tepat untuk variabel sikap dari poin 1 sampai 10 adalah selalu (s).
3. Sikap responden terhadap kejadian skabies, diukur dengan skala ordinal, meliputi:
a. Sikap baik, jika menjawab pertanyaan dengan benar ≥75% dari nilai tertinggi.
b. Sikap buruk, jika menjawab pertanyaan dengan benar ≤40% dari nilai tertinggi

Universitas Sumatera Utara

Dengan alternatif empat jawaban pilihan yaitu Setuju (S) , Sangat Setuju (SS),
Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS), jika menjawab dengan “Setuju” diberi
skor 0, jika menjawab “Sangat Setuju” diberi skor 1, jika menjawab “Tidak Setuju”
diberi skor 2 dan jika menjawab “Sangat Tidak Setuju” diberi skor 3. Jawaban yang
tepat untuk variabel sikap dari poin 1 sampai 10 adalah STS, SS, STS, STS, STS,
STS, STS, STS, STS dan SS.
4. Kepercayaan atau keyakinan responden terhadap kejadian skabies, diukur dengan
skala ordinal, meliputi:
a. Percayaan atau yakin, jika menjawab pertanyaan dengan benar ≥75% dari
nilai tertinggi.
b. Tidak Percaya atau tidak yakin, jika menjawab pertanyaan dengan benar
≤ 40% dari nilai tertinggi.
Dengan alternatif tiga jawaban pilihan yaitu Percaya (P), Kurang Percaya (KP)
dan Tidak Percaya (TP). Jika menjawab “Percaya” diberi skor 0, jika menjawab dan
jika menjawab“Tidak Percaya” skor 1. Jawaban yang tepat untuk variabel sikap dari
poin 1 sampai 10 adalah P, TP, TP, TP, P, P, P, TP, P, P.
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Independen
N
Variabel
o
1
2
1 Sanitasi
Lingkunga
n Rumah

Parameter
3

Skala
Ukur
4

Hasil
Ukur
5

Alat
Ukur
6

Cara
Ukur
7

Universitas Sumatera Utara



1.

Tidak
Ordin
memenuhi syarat al
bila ≤ 4 m² per
orang

Kepadatan
penghuni
rumah
2.

Memenuhi
syarat bila≥ 4 m²
per orang

• Kelemba 1. Memenuhi syarat Ordin
bila 40% atau al
ban
60%

2. Tidak memenuhi
syarat bila < 40%
atau > 60%
Tidak
Ordin
• Kuantita 1.
memenuhi syarat al
s Air
bila jumlah air <
100 liter/orang
2. Memenuhi syarat
bila jumlah air
≥100 liter/orang
Kualitas
fisik Air
• Bau

1.Tidak berbau bila Ordin
adanya gas atau al
senyawa-senyawa
organik
2. Berbau bila tidak
ada
gas
atau
senyawa-senyawa
organik

1.Tidak
memen
uhi
syarat
2.Memen
uhi
syarat

Kuesion
er

Observasi
dan
Wawanca
ra

1.Tidak
memen
uhi
syarat
2.Memen
uhi
syarat

Hygrom
eter

Pengukur
an

1.Tidak
memen
uhi
syarat
2.Memen
uhi
syarat

Kuesion
er

Observasi
dan
Wawanca
ra

1.Tidak
memen
uhi
syarat
2.Memen
uhi
syarat

Organol
eptis

Pengukur
an

Organol
eptis

Pengukur
an

Tabel 3.1. (Lanjutan)
• Rasa

1.Tidak Berasa bila Ordin
ada
organisme al

1.Tidak
memen

Universitas Sumatera Utara

dalam air
2. Berasa bila tidak
ada
organisme
dalam air
• Warna

1.
Tidak
Ordin
berwarana bila < al
atau > 50 TCU
2. Berwarna bila 50
TCU

2 Sosial
Budaya
Masyaraka
t Pesisir
Pengetahuan Ordin
• Pengetahu 1.
buruk, jika menjaw al
an
ab pertanyaan deng
an benar
≤40% dari nilai tert
inggi.

1.Tidak
memen
uhi
syarat
2.Memen
uhi
syarat

Spektrof Pengukur
otometer an

1. Buruk

Kuesion
er

Wawanca
ra

Kuesion
er

Wawanca
ra

2. Baik

2.

• Kebiasaan

Pengetahuan
baik,
jika
menjawab
pertanyaan dengan
benar ≥75% dari
nilai tertinggi.
1.
Kebiasaan b Ordin
uruk, jika menjawa al
b pertanyaan denga
n benar
≤40% dari nilai ter
tinggi.

uhi
syarat
2.Memen
uhi
syarat

1. Buruk
2. Baik

2.
Kebiasaan
baik,
jika
menjawab
pertanyaan dengan

Universitas Sumatera Utara

benar ≥75% dari
nilai tertinggi.



Sikap

1.

Sikap buruk, Ordin
jika menjawab per al
tanyaan dengan be
nar
≤ 40% dari nilai te
rtinggi

1. Buruk

Kuesion
er

Wawanca
ra

Kuesion
er

Wawanca
ra

2. Baik

2.
Sikap baik,
jika
menjawab
pertanyaan dengan
benar ≥75% dari
nilai tertinggi.
Tidak perca
• Kepercay 1.
ya,
aan atau
jika menjawab pert
keyakinan
anyaan denganben
ar ≤ 40% dari nilai
tertinggi.

Ordin
al

1.Tidak
percaya
2. Percay
a

2.
Percaya,
jika
menjawab
pertanyaan dengan
benar ≥75% dari
nilai tertinggi.
3.7. Metode Analisis Data
3.7.1. Analisa Univariat ( Analisis Univariate)
Analisa univariat merupakan analisis deskriptif yang bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel. Bentuk analisis
univariat tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean

Universitas Sumatera Utara

untuk rata-rata, median dan standar deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo,
2010).
3.7.2. Analisa Bivariat (Analisis Bevariete)
Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan
atau berkorelasi. Variabel independen yakni sanitasi lingkungan rumah ( kepadatan
penghuni rumah, kelembaban dan ketersediaan air bersih), sosial budaya masyarakta
pesisir pantai (pengetahuan, sikap, kepercayan atau keyakinan dan kebiasaan
masyarakat pesisir). Dalam analisis bivariat ini dilakukan beberapa tahap, antara lain:
dengan menggunakan analisis proporsi atau presentase dengan membandingkan
distribusi silang antara dua variabel, uji chi-square pada tingkat kepercayaan 95% dan
besarnya risiko dengan Odd Ratio (OR).
3.7.3. Analisa Multivariat
Analisa multivariat untuk melihat pengaruh antara variabel kejadian penyakit
skabies dengan seluruh variabel yang diteliti yaitu sanitasi lingkungan rumah
(kepadatan penghuni rumah, kelembaban dan ketersediaan air bersih yang meliputi
kuantitas dan kualitas fisik air), sosial budaya masyarakat pesisir pantai (pengetahuan,
sikap, kepercayaan atau keyakinan dan kebiasaan), sehingga diketahui variabel mana
yang paling dominan berpengruh terhadap kejadian penyakit skabies dengan
menggunakan analisis regresi logistik berganda (Multiple Logistic Regression).

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1. Letak Geografis

Universitas Sumatera Utara

Tanjungbalai merupakan salahsatu kota di pulau Sumatera Utara, yang terdiri
dari 5 kecamatan dan 13 kelurahan, diantaranya adalah kelurahan Pematang Pasir
kecamatan Teluk Nibung dengan luas wilayah kelurahan Pematang Pasir adalah 145
Ha, yang terletak di daerah pesisir pantai.
Asal muasal Kelurahan Pematang Pasir awalnya merupakan bagian

dari

Kabupaten Asahan, pada tahun 1988 menjadi daerah Kota Madya Tanjungbalai,
dengan nama Desa Teluk Nibung Dua, dan pada tahun 2004 menjadi kelurahan
Pematang Pasir, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Timur berbatas dengan Kelurahan Perjuangan
b. Sebelah Selatan berbatas dengan Sungai Asahan
c. Sebelah Barat berbatas dengan Kelurahan Sei Merbau
d. Sebelah Utara berbatas dengan desa Pematang Sei Baru
4.1.2. Keadaan Demografis
Jumlah penduduk kelurahan Pematang Pasir adalah 6.697 jiwa dengan jumlah
kepala keluarga 2.166 KK. Penyebaran penduduk tidak merata, adapun distribusi
penduduk di kelurahan Pematang Pasir, secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.1
berikut ini:
Tabel 4.1. Distribusi Golongan Umur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di
Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota
Tanjungbalai Tahun 2012
No

Golongan Umur
(Tahun)

1

0 - 9 Tahun

Laki-laki
n
%
557
14,8

Jenis Kelamin
Perempuan
n
%
396
13,6

Jumlah

%

953

14,2

Universitas Sumatera Utara

10 - 16 Tahun
547
14,4
17 - 25 Tahun
768
20,2
26 - 40 Tahun
764
20,1
40 Tahun keatas
1159
30,5
Jumlah
3795
56,7
Sumber: Profil Kelurahan Pematang Pasir 2012
2
3
4
5

433
449
787
854
2902

14,9
15,5
27,1
29,4
43,3

980
1200
1.551
2.013
6.697

14,6
17,9
23,2
30,1
100,0

Jumlah penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin penduduk di kelurahan
Pematang Pasir, dapat terlihat jelas dari tabel 4.1 diatas. Umur dari 0 - 9 Tahun yaitu:
557 jiwa laki-laki (14,8%) dan 396 jiwa perempuan (13,6%), umur 10 - 16 Tahun
yaitu: 547 jiwa laki-laki (14,4%) dan 433 jiwa perempuan (14,9%), umur 17 - 25
Tahun yaitu: 768 jiwa laki-laki (20,2%) dan 449 jiwa perempuan (15,5%), umur 26 40 Tahun yaitu: 764 jiwa laki-laki (20,1%) dan 787 jiwa perempuan (27,1%) dan umur
40 Tahun keatas yaitu: 1.159 jiwa laki-laki (30,5%) dan 854 jiwa perempuan (29,4%).
Karakteristik berdasarkan umur penduduk di kelurahan Pematang Pasir dapat
diketahui bahwa jumlah proporsi umur tertinggi yaitu 40 tahun keatas sebesar 2.013
jiwa (30,1%) dan yang terkecil umur 0 - 9 tahun sebesar 953 jiwa (14,2%). Secara
rinci distribusi karakterristik umur penduduk di kelurahan Pematang Pasir dapat
dilihat pada tabel 4.2. berikut ini:

Tabel 4.2. Distribusi Golongan Umur Berdasarkan Jumlah Penduduk di
Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota
Tanjungbalai Tahun 2012
No Golongan Umur (Tahun)
1 0 - 9 Tahun

Penduduk
953

%
14,2

Universitas Sumatera Utara

10 - 16 Tahun
980
17 - 25 Tahun
1200
26 - 40 Tahun
1.551
40 Tahun keatas
2.013
Jumlah
6.697
Sumber: Profil Kelurahan Pematang Pasir 2012
2
3
4
5

14,6
17,9
23,2
30,1
100,0

Jumlah penduduk berdasarkan umur di kelurahan Pematang Pasir, dapat
terlihat jelas dari tabel 4.2 diatas. Umur dari 0 - 9 Tahun yaitu: 953 jiwa (14,2%),
umur 10 - 16 Tahun yaitu: 980 jiwa (14,6%), umur 17 - 25 Tahun yaitu: 1200 jiwa
(17,9%), umur 26 - 40 Tahun yaitu: 1.551 jiwa (23,2%) dan umur 40 Tahun keatas
yaitu: 2.013 jiwa (30,1%).
Karakteristik berdasarkan jenis kelamin penduduk di kelurahan Pematang Pasir
terlihat bahwa jumlah proporsi jenis kelamin tertinggi yaitu laki-laki sebesar 3795
(56,7%) sedangkan perempuan sebesar 2902 (43,3%). Secara rinci distribusi
karakteristik jenis kelamin penduduk di kelurahan Pematang Pasir dapat dilihat pada
tabel 4.3. dibawah ini:
Tabel 4.3. Distribusi Jenis Kelamin Berdasarkan Jumlah Penduduk di
Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota
Tanjungbalai Tahun 2012
No
Jenis Kelamin
Jumlah Penduduk
3795
1 Laki-laki
2902
2 Perempuan
Jumlah
6.697
Sumber: Profil Kelurahan Pematang Pasir 2012

%
56,7
43,3
100,0

Karakteristik berdasarkan pendidikan penduduk di kelurahan Pematang Pasir
terlihat bahwa jumlah proporsi pendidikan tertinggi yaitu tamatan SD sebesar 2444
jiwa (36,5%) dan dengan jumlah proporsi yang terendah adalah tamatan Perguruan

Universitas Sumatera Utara

Tinggi sebesar 139 jiwa (2,1%). Secara rinci distribusi pendidikan karakteristik
penduduk di kelurahan Pematang Pasir dapat dilihat pada tabel 4.4. dibawah ini:
Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Kelurahan Pematang
Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012
No
1
2
3
4
5
6

Golongan Pendidikan
Jumlah Penduduk
Tidak pernah sekolah
840
Tidak Tamat SD
590
Tamatan SD
2444
Tamatan SLTP
805
Tamatan SLTA
1879
Tamatan Perguruan Tinggi
139
Jumlah
6.697
Sumber: Profil Kelurahan Pematang Pasir 2012

%
12,5
8,8
36,5
12
28,1
2,1
100,0

Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa proporsi pendidikan yaitu mulai dari
tamatan SD sebesar 2444 jiwa (36,5%), tamatan SLTA sebesar 1879 jiwa (28,1%),
tidak pernah sekolah sebesar 840 jiwa (12,5%), tamatan SLTP sebesar 805 jiwa
(12%), tidak tamat SD sebesar 590 jiwa (8,8%) dan dengan jumlah proporsi yang
terendah adalah tamatan Perguruan Tinggi sebesar 139 jiwa (2,1%).
Karakteristik berdasarkan pekerjaan penduduk di kelurahan Pematang Pasir
terlihat bahwa proporsi pekerjaan paling dominan adalah bekerja sebagai nelayan
sebesar 2358 jiwa (35,2%). Secara rinci distribusi karakteristik pekerjaan penduduk di
kelurahan Pematang Pasir dapat dilihat pada tabel 4.5. berikut ini:

Tabel 4.5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan Pematang
Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012
No
Golongan Penkerjaan
1 Nelayan
2 Karyawan/buruh

Jumlah Penduduk
2358
1574

%
35,2
23,5

Universitas Sumatera Utara

Pegawai swasta
1053
Pegawai negeri
1043
Dan lain-lain
669
Jumlah
6.697
Sumber: Profil Kelurahan Pematang Pasir 2012
3
4
5

15,7
15,6
10
100,0

Seperti terlihat pada tabel 4.5 diatas, maka dapat disimpulkan bahwa proporsi
pekerjaan penduduk di kelurahan Pematang Pasir yang bekerja sebagai Nelayan
adalah sebesar 2358 jiwa (35,2%), Karyawan/buruh sebesar 1574 jiwa (23,5%),
Pegawai Swasta sebesar 1053 jiwa (15,7%), Pegawai Negeri sebesar 1043 jiwa
(15,6%) dan lain-lain sebesar 669 jiwa (10%).
4.2. Analisis Univariat
4.2.1. Karakteristik Responden
Dari variabel karakteristik responden dapat diketahui bahwa jumlah responden
dalam penelitian ini adalah 52 kasus dan 52 kontrol yang datang berkunjung ke
puskesmas kelurahan Pematang Pasir. Jenis penelitian ini dengan menggunakan
pendekatan retrospective yaitu adanya tehnik matching. Variabel yang di matching
dalam penelitian ini adalah jenis kelamin responden.
Secara rinci distribusi responden berdasarkan jenis kelamin, pendidikan dan
pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.6. berikut ini:

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin, Pendidikan dan Pekerjaan di Kelurahan Pematang Pasir
Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012
N
o

Distribusi Frekuensi

Status Responden
Kasus
Kontrol

Total

Universitas Sumatera Utara

1

2

3

Jenis Kelamin
Laki-laki
Jumlah
Pendidikan
PT
SLTA
SLTP
Jumlah
Pekerjaan
Nelayan
Karyawan/buruh
Pegawai swasta
Jumlah

n

%

n

%

n

%

52
52

100,0
100,0

52
52

100,0
100,0

104
104

100,0
100,0

0
7
45
52

0.0
13,5
86,6
100,0

12
20
20
52

23,1
38,5
38,5
100,0

12
27
65
104

11.5
26.0
62.5
100,0

28
21
3
52

53,8
40,4
5,8
100,0

39
5
8
52

75
9,6
15,4
100,0

67
26
11
104

64.4
25.0
10.6
100,0

Dari tabel 4.6 diatas dapat terlihat jelas bahwa jenis kelamin dalam penelitian
ini adalah semuanya laki-laki dan umur 23 tahun pada kelompok kasus sebesar 26
responden (50%) dan yang umur 24 tahun sebesar 26 responden (50%) dan kelompok
kontrol umur 23 tahun sebesar 26 responden (50%) dan umur 24 tahun sebesar 26
responden (50%).
Jenis pendidikan responden dalam penelitian ini dijelaskan bahwa pada
kelompok kasus mayoritas berpendidikan SLTP (pendidikan rendah ) dengan jumlah
45 responden (86,6%) dan yang terendah adalah SLTA (pendidikan sedang) dengan
jumlah 7 responden (13,5%), sedangkan pada kelompok kontrol jenis pendidikan
SLTP sebanding dengan

SLTA dengan jumlah 20 responden (38,5%) dan yang

terendah adalah Perguruan Tinggi (pendidikan tinggi) dengan jumlah 12 responden
(23,1%).

Universitas Sumatera Utara

Jenis pekerjaan responden dalam penelitian ini dijelaskan bahwa pada
kelompok kasus yang terbanyak adalah nelayan dengan jumlah 28 responden (53,8%)
dan yang terendah adalah pegawai swasta dengan jumlah 3 responden (5,8%),
sedangkan pada kelompok kontrol yang terbanyak juga pekerja nelayan yaitu dengan
jumlah 39 responden (75%) dan yang terendah juga karyawan/buruh dengan jumlah 5
responden (9,6%).
4.2.2. Sanitasi Lingkungan Rumah
Secara rinci distribusi sanitasi lingkungan rumah responden berdasarkan
kepadatan penghuni, kelembaban dan ketersediaan air bersih (kuantitas dan kualitas
fisik air) dapat dilihat pada tabel 4.7. berikut ini:
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Sanitasi Lingkungan Rumah Responden
Berdasarkan Kategori per Item Pertanyaan Mengenai Kepadatan
Penghuni, Kelembaban dan Ketersediaan Air Bersih (Kuantitas dan
Kualitas Fisik Air) di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk
Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012
N
Distribusi Frekuensi
o
1
2
1 Kepadatan Penghuni
a.Tidak Memenuhi Syarat
b. Memenuhi Syarat
Jumlah
2 Kelembaban
a.Tidak Memenuhi Syarat
b. memenuhi syarat
Jumlah

1
3

2
Kuantitas Air

Status Responden
Kasus
Kontrol
3
4
5
6
n
%
n
%
42
80,8
35
67,3
10
19,2
17
32,7
52
100,0
52
100,0
22
42,3
19
30
57,7
33
52
100,0
52
Tabel 4.7 (Lanjutan)
3

4

5

Total
7
n
77
27
104

8
%
74.0
26.0
100,0

36,5
63,5
100,0

41
63
104

39.4
60.6
100,0

6

7

8

Universitas Sumatera Utara

4

a.Tidak Memenuhi Syarat
b. Memenuhi Syarat
Jumlah
Kualitas Fisik Air
Tidak Memenuhi syarat
memenuhi syarat
Jumlah

19
33
52

36,5
63,5
100,0

21
31
52

40,4
59,6
100,0

40
64
104

38.5
61.5
100,0

39
13
52

75
25
100,0

22
30
52

42,3
57,7
100,0

61
43
104

58.7
41.3
100,0

Berdasarkan pada table 4.7 diats dapat diketahui bahwa variabel kepadatan
penghuni pada kelompok kasus mayoritas responden memiliki kepadatan penghuni
tidak memenuhi syarat (< 4 m²/orang) sebanyak 42 responden (80,8%), yang
memenuhi syarat (≥ 4 m²/orang) sebanyak 10 responden (19,2%) dan pada kelompok
kontrol mayoritas tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 35 responden (63,7%), yang
memenuhi syarat sebanyak 17 responden (32,7%).
Berdasarkan variabel kelembaban kelompok kasus mayoritas responden
memiliki kelembaban memenuhi syarat (40% atau 60%) sebanyak 30 responden
(57,7%), yang tidak memenuhi syarat (60%) sebanyak 22 responden
(42,3%) dan pada kelompok kontrol mayoritas memenuhi syarat sebanyak 33
responden (73,5%), yang tidak memenuhi syarat sebanyak 19 responden (36,5%).
Berdasarkan variabel kuantitas air pada kelompok kasus mayoritas responden
yang memiliki kuantitas air memenuhi syarat
≥100
( liter/orang/hari) sebanyak 33
responden (63,5%), yang tidak memenuhi syarat (< 100 liter/orang/hari) sebanyak 19
responden (36,5%) dan pada kelompok kontrol mayoritas responden yang memenuhi
syarat sebanyak 31 responden (59,6%), yang tidak memenuhi syarat sebanyak 21
responden (40,4%).

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan data kualitas fisik air kelompok kasus mayoritas responden
memiliki kualitas fisik air tidak memenuhi syarat sebanyak 39 responden (75%), yang
memenuhi syarat sebanyak 13 responden (25%), dan pada kelompok kontrol
mayoritas responden memiliki kualitas fisik air memenuhi syarat sebanyak 30
responden (58,7%), yang tidak memenuhi syarat sebanyak 22 responden (41,3%).
4.2.3. Sosial Budaya Masyarakat Pesisir
Secara rinci distribusi sosial budaya masyarakat pesisir berdasarkan
pengetahuan, kebiasaan, sikap dan kepercayaan/keyakinan dapat dilihat pada tabel 4.8.
dibawah ini:
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Pengetahuan, Kebiasaan,
Sikap dan Kepercayaan / Keyakinan Masyarakat Pesisir di
Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota
Tanjungbalai Tahun 2012
N
o

Sosial Budaya
Masyarkat Pesisir

1

Pengetahuan
Buruk
Baik
Jumlah
Kebiasaan
Buruk
Baik
Jumlah
Sikap
Buruk
Baik
Jumlah
Kepercayaan/keyakinan
Tidak Percaya
Percaya
Jumlah

2

3

4

n

Kejadian Skabies
Kasus
Kontrol
%
n
%

32
20
52

61,5
38,5
100,0

35
17
52

67,3
32,7
100,0

30
22
52

26,9
73,1
100,0

19
33
52

36,5
63,5
100,0

22
30
52

42,4
26,9
100,0

20
32
52

38,5
61,5
100,0

34
18
52

65,4
34,6
100,0

22
30
52

42,3
57,7
100,0

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan pada table 4.8 diats dapat diketahui bahwa variabel sosial budaya
masyarakat

pesisir

meliputi:

pengetahuan,

kebiasaan,

sikap

dan

kepercayaan/keyakinan. Hasil penelitian tentang variabel pengetahuan yang terdiri
dari kelompok kasus yang berpengetahuan baik sebanyak 20 responden (38,5%),
pengetahuan buruk sebanyak 32 responden (61,5%) sedangkan pada kelompok kontrol
berpengetahuan baik sebanyak 17 responden (32,7%), pengetahuan buruk sebanyak 35
responden (67,3%), %).
Analisis variabel kebiasaan pada kelompok kasus yang memiliki kebiasaan
baik sebanyak sebanyak 18 responden (34,6%), kebiasaan buruk sebanyak 34
responden (65,4%) sedangkan pada kelompok kontrol yang memiliki kebiasaan baik
sebanyak 30 responden (57,7%), kebiasaan buruk sebanyak 22 responden (42,3%).
Analisis variabel sikap pada kelompok kasus yang memiliki sikap baik
sebanyak 33 responden (63,5%), sikap buruk sebanyak 22 responden (42,4%)
sedangkan pada kelompok kontrol yang memiliki sikap baik sebanyak 32 responden
(61,5%), sikap buruk sebanyak 20 responden (38,5%)
Analisis variabel kepercayaan/keyakinan pada kelompok kasus yang memiliki
kepercayaan/keyakinan

sebanyak

22

responden

(73,1%),

tidak

memiliki

kepercayaaan/keyakinan sebanyak 30 responden (26,9%) sedangkan pada kelompok
kontrol yang mempunyai kepercayaan/keyakinan sebanyak 33 responden (63,5%),
yang tidak memiliki kepercayaan/keyakinan sebanyak 19 responden (36,5%).

Universitas Sumatera Utara

4.3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan variabel sanitasi
lingkungan rumah (kepadatan penghuni rumah, kelembaban dan ketersediaan air
bersih: kuantitas dan kualitas fisik air) dan sosial budaya masyarakat pesisir pantai
(pengetahuan, kebiasaan, sikap dan kepercayaan/keyakinan) terhadap kejadian skabies
dengan membandingkan distribusi silang antara dua variabel dan disertakan dengan uji
chi-square dengan Matchet Analysis, perhitungan OR (Odd Ratio) dengan derajat
kepercayaan (CI) 95% (α = 0,05).
4.3.1. Karakteristik Responden
Secara rinci distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
pendidikan dan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.9. dibawah ini:
Tabel 4.9. Hasil Analisis Hubungan Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan dan Pekerjaan terhadap Kejadian Skabies di Kelurahan
Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun
2012
N
o
1

2

Distribusi Frekuensi
Pendidikan
PT
SLTA
SLTP
Jumlah
Pekerjaan
Nelayan
Kryawan/buruh
Pegawai swasta
Jumlah

Status Responden
Kasus
Kontrol
n
%
N
%

P
Value

0
7
45
52

0.0
13,5
86,6
100,0

12
20
20
52

23,1
38,5
38,5
100,0

0,000

28
21
3
52

53,8
40,4
5,8
100,0

39
5
8
52

75
9,6
15,4
100,0

0,000

Universitas Sumatera Utara

Dari tabel 4.9. ditas dapat terlihat jelas hasil analisis hubungan karakteristik
responden yang meliputi variabel pendidikan pada kelompok kasus yang pendidikan
Perguruan Tinggi (PT) sebanyak 0 responden (0,0%) SLTA sebanyak 7 responden
(13,5%) dan SLTP sebanyak 45 responden (86,6%) sedangkan pada kelompok kontrol
yang

pendidikan Perguruan Tinggi (PT) sebanyak 12 responden (23,1%) SLTA

sebanyak 20 responden (38,5%) dan SLTP sebanyak 20 responden (38,5%), hasil uji
statistik chi square

diperoleh nilai p = 0,00, artinya ada hubungan pendidikan

terhadap kejadian skabies di kelurahan Pematang Pasir kecamatan Teluk Nibung kota
Tanjungbalai tahun 2012.
Variabel pekerjaan

pada kelompok kasus yang bekerja sebagai nelayan

sebanyak 28 responden (53,8%), karyawan/buruh sebanyak 21 responden (40,4%),
dan bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 3 responden (5,8%), sedangkan pada
kelompok kontrol yang tidak memenuhi syarat 42 responden (80,8%) sedangkan
pada kelompok kontrol yang bekerja sebagai nelayan sebanyak 39 responden (75%),
karyawan/buruh sebanyak 5 responden (9,6%), dan bekerja sebagai pegawai swasta
sebanyak 8 responden (15,4%), hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p = 0,00,
artinya ada hubungan pekerjaan terhadap kejadian skabies di kelurahan Pematang
Pasir kecamatan Teluk Nibung kota Tanjungbalai tahun 2012.
4.3.2. Sanitasi Lingkungan Rumah
Secara rinci hasil analisis hubungan sanitasi lingkungan rumah berdasarkan
kepadatan penghuni, kelembaban, kuantitas dan kualitas fisik air terhadap kejadian
dapat dilihat pada tabel 4.10. berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.10. Hasil Analisis Hubungan Sanitasi Lingkungan Rumah Berdasarkan
Kepadatan Penghuni, Kelembaban, Kuantitas dan Kualitas Fisik
Air) terhadap Kejadian Skabies di Kelurahan Pematang Pasir
Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012
N
o

Sanitasi Lingkungan
Rumah

Kepadatan Penghuni
a.Tidak Memenuhi syarat
b. Memenuhi syarat
Jumlah
2 Kelembaban
a.Tidak Memenuhi syarat
b. Memenuhi syarat
Jumlah
3 Kuantitas Air
a.Tidak Memenuhi syarat
b. Memenuhi syarat
Jumlah
4 Kualitas Fisik Air
Tidak Memenuhi syarat
Memenuhi syarat
Jumlah

Kejadian Skabies
Kasus
Kontrol
n
%
n
%

P
Value

OR

CI
95%

2,040

0,829
5,021

1,274

0,579

2,801

0,547

0,785

0,357
1.727

0,001

4,091

1,7769,426

1

42
10
52

80,8
19,2
52

35
17
100,0

67,3
32,7
52

22
30
52

42,3
57,7
100,0

19
33
52

36,5
63,5
100,0

19

36,5

21

40,4

33
52

63,5
100,0

31
52

59,6
100,0

39
13
52

75
25
100,0

22
30
52

42,3
57,7
100,0

0,117

0,547

Berdasarkan pada tabel 4.10, diatas dapat terlihat jelas hasil analisis hubungan
sanitasi lingkungan rumah yang meliputi kepadatan penghuni, kelembaban dan
ketersediaan air (kuantitas dan kualitas fisik air) terhadap kejadian skabies diketahui
bahwa variabel kepadatan penghuni pada kelompok kasus yang memenuhi syarat
sebanyak 10 responden (19,2%), yang tidak memenuhi syarat 42 responden (80,8%)
sedangkan pada kelompok kontrol yang memenuhi syarat sebanyak 17 responden
(32,7%) dan tidak memenuhi syarat 35 responden (67,3%), hasil uji statistik chi
square diperoleh nilai p = 0,117, artinya tidak ada hubungan kepadatan penghuni
rumah terhadap kejadian skabies di kelurahan Pematang Pasir kecamatan Teluk

Universitas Sumatera Utara

Nibung kota Tanjungbalai tahun 2012, dengan nilai (OR= 2,040) hal ini berarti
responden yang memiliki penghuni tidak memenuhi syarat mempunyai peluang 2,040
kali menderita skabies dibanding dengan responden yang memiliki penghuni rumah
memenuhi syarat.
Analisis variabel kelembaban pada kelompok kasus yang memenuhi syarat
sebanyak 30 responden (26,9%), yang tidak memenuhi syarat 22 responden (73,1%)
sedangkan pada kelompok kontrol yang memenuhi syarat sebanyak 33 responden
(63,5%) dan tidak memenuhi syarat 19 responden (36,5%), hasil uji statistik chi
square diperoleh nilai p = 0,547, artinya tidak ada hubungan kelembaban terhadap
kejadian skabies di kelurahan Pematang Pasir kecamatan Teluk Nibung kota
Tanjungbalai tahun 2012, dengan nilai (OR=1,274), hal ini berarti responden yang
memiliki kelembaban tidak memenuhi syarat mempunyai peluang 1,274 kali
menderita skabies dibanding dengan responden yang memiliki kelembaban yang
memenuhi syarat.
Analisis variabel kuantitas air pada kelompok kasus yang memenuhi syarat
sebanyak 33 responden (63,5%), yang tidak memenuhi syarat 19 responden (36,5%)
sedangkan pada kelompok kontrol yang memenuhi syarat sebanyak 31 responden
(59,6%) dan tidak memenuhi syarat 21 responden (40,4%), hasil uji statistik chi
square diperoleh nilai p = 0,547, artinya tidak ada hubungan kuantitas air terhadap
kejadian skabies di kelurahan Pematang Pasir kecamatan Teluk Nibung kota
Tanjungbalai tahun 2012, dengan nilai (OR= 0,785), hal ini berarti responden yang

Universitas Sumatera Utara

memiliki kuantitas air

tidak memenuhi syarat mempunyai peluang 0,785 kali

menderita skabies dibanding dengan responden yang memiliki kuantitas air memenuhi
syarat.
Analisis variabel kualitas fisik air pada kelompok kasus yang memenuhi syarat
sebanyak 13 responden (25%), yang tidak memenuhi syarat 39 responden (75%)
sedangkan pada kelompok kontrol yang memenuhi syarat sebanyak 30 responden
(57,7%) dan tidak memenuhi syarat 22 responden (42,3%), hasil uji statistik chi
square diperoleh nilai p = 0,001, artinya ada hubungan rasa air terhadap kejadian
skabies di kelurahan Pematang Pasir kecamatan Teluk Nibung kota Tanjungbalai
tahun 2012, dengan nilai (OR= 4,091), hal ini berarti responden yang memiliki
kualitas fisik air yang tidak memenuhi syarat mempunyai resiko 4,091 kali menderita
skabies dibanding dengan responden yang memiliki kualitas fisik air memenuhi syarat.
4.3.3. Sosial Budaya Masyarakat Pesisir
Secara rinci hasil analisis hubungan sosial budaya masyarakat berdasarkan
pengetahuan, kebiasaan, sikap dan kepercayaan/keyakinan terhadap kejadian
skabies dapat dilihat pada tabel 4.11. berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.11. Hasil Analisis Hubungan Sosial Budaya Masyarakat Berdasarkan
Pengetahuan, Kebiasaan, Sikap dan Kepercayaan/keyakinan
terhadap Kejadian Skabies di Kelurahan Pematang Pasir
Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012
N
o
1

2

3

4

Sosial Budaya
Masyarkat Pesisir
Pantai
Pengetahuan
Buruk
Baik
Jumlah
Kebiasaan
Buruk
Baik
Jumlah
Sikap
Buruk
Baik
Jumlah
Kepercayaan/keyakinan
Tidak Percaya
Percaya
Jumlah

Kejadian Skabies
Kasus
Kontrol
n
%
N
%

P
Value

32
20
52

61,5
38,5
100,0

35
17
52

67,3
32,7
100,0

34
18
52

65,4
34,6
100,0

22
30
52

42,3
57,7
100,0

22
30
52

42,4
26,9
100,0

20
32
52

38,5
61,5
100,0

30
22
52

26,9
73,1
100,0

19
33
52

36,5
63,5
100,0

OR

CI
95%

0,777

0,347

1,738

0,018

2.576

1,165

5,693

0,689

1,173

0,536

2,570

0,031

2,368

1,077

5,209

0,539

Pada tabel 4.11. diatas dapat telihat jelas bahwa variabel sosial budaya
masyarakat

pesisir

meliputi:

pengetahuan,

kebiasaan,

sikap

dan

kepercayaan/keyakinan. Hasil penelitian tentang variabel pengetahuan yang terdiri
dari kelompok kasus yang berpengetahuan baik sebanyak 20 responden (38,5%),
pengetahuan buruk sebanyak 32 responden (61,5%) sedangkan pada kelompok kontrol
berpengetahuan baik sebanyak 17 responden (32,7%), pengetahuan buruk sebanyak 35
responden (67,3%), %), hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p = 0,539, artinya
tidak ada hubungan pengetahuan responden terhadap kejadian skabies di kelurahan
Pematang Pasir kecamatan Teluk Nibung kota Tanjungbalai tahun 2012, dengan nilai

Universitas Sumatera Utara

(OR= 0,777) hal ini berarti responden yang memiliki pengetahuan buruk mempunyai
peluang 0,777 kali menderita skabies dibanding dengan responden yang memiliki
pengetahuan baik.
Analisis variabel kebiasaan pada kelompok kasus yang memiliki kebiasaan
baik sebanyak 18 responden (34,6%), kebiasaan buruk sebanyak 34 responden
(65,4%) sedangkan pada kelompok kontrol yang memiliki kebiasaan baik sebanyak
30 responden (57,7%), kebiasaan buruk sebanyak 22 responden (38,5%), hasil uji
statistik chi square

diperoleh nilai p = 0,018, artinya ada hubungan kebiasaan

terhadap kejadian skabies di kelurahan Pematang Pasir kecamatan Teluk Nibung kota
Tanjungbalai tahun 2012, dengan nilai (OR= 2.576), hal ini berarti responden yang
memiliki kebiasaan mempunyai peluang 2.576 kali menderita skabies dibanding
dengan responden yang memiliki kebiasaan.
Analisis variabel sikap pada kelompok kasus yang memiliki sikap baik
sebanyak 30 responden (26,9%), sikap buruk sebanyak 22 responden (38,5%)
sedangkan pada kelompok kontrol yang memiliki sikap baik sebanyak 32 responden
(61,5%), sikap buruk sebanyak 20 responden (38,5%), hasil uji statistik chi square
diperoleh nilai p = 0,689, artinya tidak ada hubungan sikap terhadap kejadian skabies
di kelurahan Pematang Pasir kecamatan Teluk Nibung kota Tanjungbalai tahun 2012,
dengan nilai (OR= 1,173), hal ini berarti responden yang memiliki sikap buruk
mempunyai peluang 1,173 kali menderita skabies dibanding dengan responden yang
memiliki sikap baik.

Universitas Sumatera Utara

Analisis variabel kepercayaan pada kelompok kasus yang memiliki
kepercayaan sebanyak 22 responden (38,5%), tidak percaya sebanyak 30 responden
(26,9%) sedangkan pada kelompok kontrol yang mempunyai kepercayaan sebanyak
33 responden (63,5%), tidak percaya sebanyak 19 responden (36,5%), hasil uji
statistik chi square diperoleh nilai p = 0,031, artinya tidak ada hubungan kepercayaan
responden terhadap kejadian skabies di kelurahan Pematang Pasir kecamatan Teluk
Nibung kota Tanjungbalai tahun 2012, dengan nilai (OR= 2,368) hal ini berarti
responden yang memiliki kepercayaan mempunyai peluang 2,368 kali menderita
skabies dibanding dengan responden yang tidak memiliki kepercayaan.
4.4. Analisis Multivariat
Untuk mengetahui pengaruh variabel indevenden sanitasi lingkungan rumah
(kepadatan penghuni, kelembaban, kuantitas air dan kualitas fisik air), sosial budaya
masyarakat pesisir (pengetahuan, kebiasaan, sikap dan kepercayaan/keyakinan)
terhadap kejadian skabies secara bersamaan dilakukan analisis multivariat dengan
menggunakan uji regresi logistik berganda (multiple logistic regression). Untuk
mencari faktor mana yang paling dominan terhadap kejadian skabies, melalui
beberapa langkah, yaitu:
1. Melakukan pemilihan variabel yang potensial dimasukkan dalam model. Variabel
yang dipilih sebagai kandidat atau yang dianggap signifikan berdasarkan hasil uji
bivariate (uji chi-square).

Universitas Sumatera Utara

2. Pada uji regresi logistik ganda tahap pertama dipilih nilai signifikan kurang dari
0,25 (p0,05) maka dikeluarkan dari
model secara berurutan atau bertahap dimulai dari p value terbesar.
Hasil dari analisis multivariat dengan uji regresi berganda dapat dilihat pada
tabel 4.12. berikut ini:
Tabel 4.12. Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Berganda
Berdasarkan Kualitas Fisik Air, Kebiasaan dan Kepercayaan
Masyarakat Pesisir di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk
Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012
No
1
2
3

Variabel
Kualitas fisik air
Kebiasaan
Kepercayaan
Constant

B
-1,119
-0,801
-0,341
1,260

Sig
0,026
0,043
0,485
0,002

Exp (�)
0,327
0,449
0,711
3,527

95% Cl for Exp
(�)
0,122 – 0,872
0,193 - 1.043
0,273 –1, 854

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan tabel 4.12. diatas dapat diketahui bahwa variabel yang memiliki
nilai probabilitas lebih kecil dari 0,25 (p 0,05), berbeda dengan hasil penelitian Hidayati
(2004) P = 0,01 (p < 0,05), dan Widyantana (2010) P = 0,021 (p < 0,05), mengatakan
ada hubungan antara kepadatan penghuni dengan kejadian skabies.
5.1.2. Hubungan Sanitasi Lingkungan Rumah Berdasarkan Kelembaban
terhadap Kejadian Skabies
Persyaratan kelembaban untuk kesehatan di lingkungan industri adalah berkisar
antara 40-60% (memenuhi syarat) dan < 40-60% (tidak memenuhi syarat).
Berdasarkan variabel kelembaban kelompok kasus mayoritas responden
memiliki kelembaban 40% atau 60% sebanyak 30 responden (73,1%), yang memiliki
kelembaban 60% sebanyak 22 responden (42,3%) dan pada kelompok
kontrol mayoritas responden memiliki kelembaban 40% atau
responden (36,5%), yang memiliki kelembaban

60% sebanyak 33

60% sebanyak 19

responden (63,5%).

Universitas Sumatera Utara

Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p = 0,547, artinya tidak ada
hubungan kelembaban dengan kejadian skabies di kelurahan Pematang Pasir
kecamatan Teluk Nibung kota Tanjungbalai tahun 2012, dengan nilai (OR=1,274), hal
ini berarti responden yang memiliki kelembaban tidak memenuhi syarat mempunyai
peluang 1,274 kali menderita skabies dibanding dengan responden yang memiliki
kelembaban yang memenuhi syarat.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Frenki
(2011) yang mengatakan ada hubungan kelembaban dengan kejadian skabies, berbeda
dengan hasil penelitian Kristiwiani (2005)

Dokumen yang terkait

PERAN IBU SEBAGAI SINGLE MOTHER DALAM MENGANTISIPASI BAHAYA NARKOBA PADA ANAK (STUDI KASUS DI JLN KIRAB REMAJA KELURAHAN PEMATANG PASIR KECAMATAN TELUK NIBUNG KOTA TANJUNGBALAI.

0 4 25

STRUKTUR SOSIAL PEREKONOMIAN IKAN ASIN DI KELURAHAN PEMATANG PASIR KECAMATAN TELUK NIBUNG KOTA TANJUNG BALAI

1 4 25

Pengaruh Lingkungan Fisik Rumah dan Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Chikungunya di Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2016 Chapter III VI

0 0 85

Pengaruh Sanitasi Lingkungan Rumah Dan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir Pantai Terhadap Kejadian Skabies Di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012

0 0 21

Pengaruh Sanitasi Lingkungan Rumah Dan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir Pantai Terhadap Kejadian Skabies Di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012

0 0 2

Pengaruh Sanitasi Lingkungan Rumah Dan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir Pantai Terhadap Kejadian Skabies Di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012

0 0 9

Pengaruh Sanitasi Lingkungan Rumah Dan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir Pantai Terhadap Kejadian Skabies Di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012

0 1 54

Pengaruh Sanitasi Lingkungan Rumah Dan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir Pantai Terhadap Kejadian Skabies Di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012

0 0 5

Pengaruh Sanitasi Lingkungan Rumah Dan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir Pantai Terhadap Kejadian Skabies Di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012

0 0 71

SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT PESISIR PANTAI TERHADAP KEJADIAN SKABIES Home Environment Sanitation and Social Culture of Coastal Community on the Incident of Scabies

0 0 6