Tema Arsitektur Fungsionalisme Kasus Proyek Sirkuit Nya Medan, International Circuit Chapter III V
jeffry kumala
080406029
BAB III
ELABORASI TEMA
3.1. Pemilihan Tema
Balapan F1 maupun motoGP tidak terlepas dari peran teknologi sebagai
topik utama persaingan. Berbagai tim dan pabrikan terus berlomba-lomba
merancang mesin teknologi baru demi prestasi, selain didukung oleh
kemampuan rider. Kesemua perilaku teknologi tidak terlepas dari fungsi,
dimana mereka (para perancang mobil / motor balap) tidak menambahkan
elemen – elemen yang tidak diperlukan pada kendaraan balap mereka, atau
dengan singkatnya, desain yang praktis dan aerodinamis.
Atas alasan tersebut, proyek Sirkuit nya Medan ini mengangkat tema
Arsitektur Fungsionalisme sebagai acuan perancangan, agar menghasilkan
komplek bangunan yang mencerminkan prinsip desain kendaraan balap itu
sendiri, yaitu praktis dan fungsionalis.
3.2. Tinjauan Umum
3.2.1. Pengertian Tema
1
Arsitektur
o
adalah seni dan teknik bangunan yang digunakan untuk
memenuhi keinginan praktis dan ekspresif dari manusiamanusia beradab.
o
adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan
dilengkapi dengan proses belajar, dibantu dengan
penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni.1
o
adalah seni dan ilmu merancang bangunan, dalam arti
yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang
keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro
Vitruvius, de Architectura
36
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
(kota) hingga level mikro (perabot) dan merujuk pada hasil
rancangan tersebut.1
Fungsionalisme
o
doktrin atau ajaran yg menekankan manfaat kepraktisan
atau hubungan fungsional2
o
mencerminkan sikap ke-praktisan dalam melakukan suatu
proses, dan berasaskan logika kepentingan
Sehingga Arsitektur Fungsionalisme dapat dimaksudkan sebagai suatu
aliran / gaya / langgam dalam seni merancang bangunan yang mana dalam
kaedah desainnya mengedepankan fungsi dari objek rancangan, dan
mengesampingkan maksud –maksud dekoratif yang tidak berguna.
3.2.2. Arsitektur Fungsionalisme secara singkat
Fungsionalisme arsitektur lahir pada awal abad ke XX, tepatnya pada
sekitar tahun 1910, oleh beberapa arsitek / seniman ternama pada saat itu di
Eropa. Kealhiran aliran fungsionalisme ini dilatar-belakangi oleh revolusi
industri yang mana mampu menghasilkan elemen bangunan yang dicetak
secara massal di pabrik, dan berdampak kepada cepatnya pembangunan
suatu bangunan.
Pada masa sebelum itu, terdapat
arsitektur neo-klasik, eklektik, art-
noveau, dan art-deco. Aliran – aliran ini adalah termasuk aliran yang
berusaha menggabungkan beberapa langgam pada masa sebelumnya
sehingga menghasilkan sesuatu yang baru yang lebih baik. Arsitektur klasik
(gothic, renaissance, yunani) telah menjadi acuan penggabungan aliran
tersebut.
1
Id.wikipedia.org
http://www.kamusbahasaindonesia.org; pusat bahasa departemen pendidikan nasional republik
indonesia
2
37
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
Palladinisme dalam arsitektur klasik, yaitu teori yang mengatakan bahwa
keindahan adalah sesuatu yang simetris, adalah salah satu yang ditentang
dalam arsitektur “avant garde”1 ini. Arsitektur aliran fungsionalisme
menentang pendapat masa lampau bahwa keindahan hanya berasal dari
seni, yaitu seni pahat, seni patung, dan seni ukiran dalam konteks
bangunan, dan juga pendapat bahwa ke-simetris-an menciptakan keindahan
mutlak. Hal ini terjadi akibat berkembangnya revolusi industri yang mana
akibat revolusi industri ini, bangunan seperti gereja yanga pada masa
sebelumnya harus memakan waktu berpuluh tahun atau bahkan ber abadabad (bangunan yang terbuat dari batu, batu dipahat tiap potongnya,
termasuk patung-patung dan ukiran-ukiran diapahat oleh seniman) dapat
diselesaikan hanya dalam kurun waktu kurang dari sepuluh tahun
(menggunakan teknologi revolusi industri, baja tuang).
Berhubung dengan kecepatan pembangunan, para perancang masa itu
beralih ke metoda produksi pabrik secara massal, serta didukung oleh
penemuan struktur beton bertulang. Hal ini berakibat setiap elemen yang
akan diproduksi haruslah dapat diproduksi, dalam arti lain, elemen-elemen
tersebut merupakan bentukan geometris sederhana, bukan ukiran-ukiran
ataupun patung-patung yang hanya dapat diproduksi dengan metode pahat.
Faktor tersebut mendorong ditinggalkannya ornamen-ornamen yang “tak
berfungsi” dari arsitektur masa sebelumnya itu, serta teori palladinisme.
Arsitektur fungsionalisme juga menekankan tentang konsep dimensi
ruang dan waktu. Konsep ruang dituang kedalam bentuk jendela besar, void,
mezzanine (tidak adanya batasan ruang, atau bergabungnya beberapa
ruang), dan konsep waktu diwujudkan melalui cahaya yang masuk melalui
jendela-jendela besar tersebut, arah cahaya akan berubah-ubah seriring
waktu, sehingga merepresentasikan unsur waktu. Unsur utama dalam
arsitektur fungsionalisme adalah Ruang, kemudian Cahaya, dan kemudian
Material.
1
Avant-garde dalam bahasa perancis berarti pelopor atau barisan terdepan dalam kemiliteran.
Dalam sejarah kebudayaan, istilah ini dipakai untuk gerakan dalam bidang Seni sejak abad XIX
berkaitan denganmodernisme radikal dalam kehidupan seni, lepas dari kehidupan masa lampau
38
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
Bila dalam arsitektur klasik, seni berperan besar dalam menentukan
keindahan sebuah bangunan, maka dalam arsitektur fungsionalisme (juga
disebut arsitektur modern karena bersamaan lahirnya dengan zaman
modern, revolusi industri) yang menentukan keindahan suatu bangunan
adalah seni dan fungsi. Pada saat itu lahir beberapa arsitek dengan teorinya,
seperti “Form follows Function” oleh Louis Henry Sullivan yang berarti
“keindahan (seni) akan tercipta sendirinya mengikuti fungsi yang dirancang,
bukan karena sengaja dibuat indah”, “a machine to living in” oleh Le
Corbusier (Charles Edouard Jeannerett) yang memaksudkan rumah yang
dirancang pada masa itu kebanyakan diproduksi bagian-bagiannya di pabrik
(kolom, pelat, dll) sehingga seperti sebuah mesin, “Less is More” oleh
Ludwig Mies van der Rohe yang berarti keindahan (more) sebuah
arsitektur muncul dengan ketidakhadirannya (less) ornament-ornamen yang
tidak berfungsi. Semua teori-teori tersebut memantapkan masa kelahiran
arsitektur fungsionalisme.
Teori, bentuk, dan konsep lama tentang keindahan seni termasuk
arsitektur telah lalu ditinggalkan. Hubungan dengan masa lampau berusaha
diputus oleh para arsitek modern, menjadi bentuk baru yang “murni” tanpa
ornament selain bagian-bagian bangunan yang masing masing berfungsi,
sehingga sering disebut juga sebagai aliran arsitektur murni, atau “purism”.
Dalam penerapan konsep fungsionalisme, purisme, maupun rasionalisme (di
Italia), mewujudkan bangunan “bersih”, “murni”, tanpa ornament, sederhana
berupa komposisi bidang, kotak, balok, dan kubus. Aliran baru dalam
arsitektur ini, memandang bangunan tidak hanya satu sisi dengan sisi
lainnya lepas, tetapi seluruhnya merupakan satu kesatuan bentuk, sehingga
sering disebut arsitektur “cubism”, yaitu aliran seni yang lahir di Perancis
pada tahun 1907-1920an.
Beberapa arsitek ternama yang mempelopori aliran fungsionalisme
(modernisme) adalah Le Corbusier (bapak arsitektur modern), Louis
Sullivan, Victor Horta, Frank Llyod Wright, Ludwig Mies van der Rohe,
Eero Saarinen, Walter Gropius, Ieoh Ming Pei, Kenzo Tange, dan lainlain.
39
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
3.3. Studi Banding Tema Sejenis
3.3.1. Maison La Roche (1923), Paris, Le Corbusier dan Pierre
Jeanneret
Gambar 3.3.1. Maison la Roche, Le Corbusier
Denah rumah berbentuk huruf L, dimaksudkan untuk memisahkan 2
penghuni berbeda. Sisi utama di depan (untuk gallery) berupa ruang, luas
dan tinggi karena adanya mezzanine kombinasi dengan 2 atau 3 lantai
dengan sisi lainnya. Di atas terdapat sebuah balkon menjorok melayang dan
ada semacam jembatan menghubungkan ruang-ruang berseberangan
dengan mezzanine. Selain tangga, Le Corbusier juga merancang jalur naik
40
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
landai (ramp). Banyak jendela besar dan lebar di atas dan disamping.
Jendela ini bentuknya tidak lagi seperti dinding dilubangi pada bangunan
klasik, tetapi berupa bidang membentuk komposisi horizontal-vertikal (terdiri
dari bidang kaca dan rangka aluminium).
3.3.2. Bauhaus (1925-1926) di Dessau, Jerman, Walter Gropius
Gambar 3.3.2. Bauhaus, Walter Gropius
Sekolah seni Bauhaus, dibangun oleh pendiri dan direktur Bauhaus,
Walter Gropius. Bangunan terkesan sederhana, dengan komposisi garis dan
bidang. Terbuat dari beton bertulang dan bidang kaca transparan. Bangunan
didominasi bidang transparan, yang memberikan pandangan luas, dan
cahaya bisa masuk. Hal ini tentunya disesuaikan dengan fungsi bangunan
sebagai
bangunan
sekolah.
Konsep
yang
sama
digunakan
untuk
membangun rumah tinggalnya sendiri.
41
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
3.3.3. Fagus Shoe Last Factory (1910-1914), Alfeld/ Leine, Walter
Gropius, Adolf Meyer, Eduard Werner
Gambar 3.3.3. Fagus Shoe Last Factory, Leine, Gropius, Meyer, Werner
Façade
sebagai
bagian
yang
mendominasi
bangunan
tersebut
membedakan dengan jelas dari lingkungannya. Rangka besi (ironframe) diletakkan di antara kolom dinding bata kuning mendukung penampilan kaca
(glazing) dan lem-baran-lembaran baja (metal sheets) pada area dinding. Emphatic,
kesolidan
pada
sudut
diperlihat-kan
pemecahannya,
transparan penuh yang me-nyatukan ruang luar dan dalam. Kesederhanaan
dan penerapan bahan bangunan modern diutama-kan dalam rancangannya.
42
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
3.3.4. Notre Dame du Raincy (1922-1924), Paris, Auguste Perret
Gambar 3.3.4. Notre Dame du Raincy, Auguste Perret
Bentuk monumental gereja dicapai dengan pola simetris, menggunakan
sistem kons-truksi beton bertulangexposed, dengan kolom-ko-lom dalam hal
ini bentuknya silindris, menjulang tinggi pada setiap sudut sebuah me-nara di
tengah-depan. Menara makin ke atas semakin ram-ping seperti bentuk
gereja Gothik. Nave (ruang utama umat) atapnya melengkung, dindingnya
berupa krawang beton (concrete grilles), untuk menghindari angin dan air
tetapi tetap tembus pandang, krawang ditutup kaca. Bentuk dan susunan
krawang geometris perpaduan segi empat, bujur sangkar, dan diagonaldiagonalnya membentuk segi tiga. Bekas perancah beton membentuk garisgaris sesuai dengan pemasangannya.
Sistem beton exposed temuan Auguste Perret diterapkan dengan sangat
baik dan pada akhirnya banyak diikuti oleh arsitek-arsitek lain dalam
publikasi, perencanaan,maupun pelaksanaan.
43
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
BAB IV
ANALISIS
4.1. Analisis Kondisi Tapak dan Lingkungan
4.1.1. Lokasi
44
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
Lokasi
: desa Sampali
Kecamatan
: Percut sei Tuan
kabupaten
: Deli Serdang
Luas lahan
: ± 100 Ha
Kontur
: relatif datar, dengan 2 buah jalur pembuangan air
Existing
: lahan kosong dan sebagian kebun warga
Akses
: Jl. Cemara, Jl. Irian Barat, Sampali, Pintu Tol Hj. Anif
I dan Hj. Anif II
45
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
4.1.2. Analisis Orientasi Matahari
Arah Timur dan Barat mendapat terpaan sinar matahari dengan arah
hampir lurus, sehingga arah Timur dan Barat tidak cocok menjadi arah
pandang penonton di tribun, sebab penonton akan mengalami silau saat
menonton.
Posisi duduk penonton dirancang sedemikian rupa sehingga menghadap
ke arah Utara ataupun Selatan, guna memaksimalkan kenyamanan.
46
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
4.1.3. Analisis Sirkulasi & Pencapaian
Site dapat dijangkau melalui Jl. Willem Iskandar dari Pancing di sebelah
Barat, dari Jl. Irian Barat di sebelah Timur. Pintu tol Hj. Anif I dan Hj. Anif II
di sebelah Selatan memudahkan akses logistik balapan dari Bandar Udara
Internasional Kuala Namu (KNIA) yang berjarak 16,8 km (jarak lurus)
menuju sirkuit.
Bagian Barat Site paling cocok digunakan sebagai entrance utama,
karena akses dari Pancing dan Tol Belmera juga akan melewati bagian
Barat.
47
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
4.1.4. Analisis View
Site
memiliki
luasan
sekitar 100 Ha, sehingga
view ke luar maupun ke
dalam tidak akan punya
pengaruh yang berarti
bagi
kenyamanan
pandangan pengunjung /
peserta di dalam site.
Ditambah
lagi
dalam
perancangan sirkuit balap,
mayoritas tapak akan
dijadikan lintasan balap
(aspal) sehingga topografi
view
sirkuit
balap
dimanapun adalah hampir
sama.
48
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
4.2. Analisis non-Fisik
4.2.1. Pengguna
Pengguna sirkuit tak lain adalah para pembalap beserta tim-nya,
penonton (pengunjung), media pers, kru FIA / FIM, dan pengelola.
Peserta balapan
: 15 tim x 2 pembalap = 30 pembalap
Penonton (lokal / internasional)
: 25.000 std + 300 VIP (perencanaan)
Media (lokal / internasional)
: 300 orang (asumsi)
Kru FIA / FIM
: 100 orang (asumsi)
Pengelola
: 250 orang (asumsi)
4.2.2. Kebutuhan Parkir
Pengunjung
Media, kru, pengelola
Asumsi :
60 % menggunakan mobil
20 % menggunakan bus pariwisata
20 % menggunakan sepeda motor
Asumsi :
30 % menggunakan mobil
40 % menggunakan bus pariwisata
30 % menggunakan sepeda motor
Jlh orang diasumsikan 750 org
Jlh parkir mobil :
�=
60% � 25.000+300
4
= 3795
≈ 3800
Jlh parkir bus pariwisata:
�=
20% � 25.000+300
40
= 126
≈ 126
Jlh parkir sepeda motor:
�=
20% � 25.000+300
2
= 2530
≈ 2530
Jlh parkir mobil :
�=
30% � 750
4
= 56,25
≈ 60
Jlh parkir bus pariwisata:
�=
40% � 750
40
= 7,5
≈ 10
Jlh parkir sepeda motor:
�=
30% � 750
2
= 112,5
≈ 120
49
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
4.3. Program Ruang
Ruang dalam
Ruang
Pengguna
Kegiatan
kebutuhan
Tempat
duduk
Tribun
Penonton
Menonton
Standar
balapan
Toilet pria
Toilet wanita
Tempat
duduk
Menonton
VIP
lounge
Penonton
balapan
kapasitas
25.000 org
pegawai
an
Teknis
kendaraan
(DA)
1 / 300 org
2m / org
= 42
(DA)
5
Toilet wanita
5
dapur
3 org
Pit box
Race
direction
room
Pemenang
Rapat tim
&
istirahat
direction
0,54 m2
(DA)
2m / org
(DA)
toilet
1 tiap box
1
20 org
alur
balapan
dan sirkuit
2x2 m
(As)
(FIA)
1 tiap box
Ruang utama
(DA)
30 box
1 tiap box
1.620
2m / org
8x25 m
dapur
Perayaan
Mengatur
Race
2
15 tim
kebutuhan
Podium
11.250
2
Toilet pria
Ruang rapat /
balapan
2
= 42
makanan
building
(DA)
2m / org
Menyiapk
Tim peserta
2
0,45 m2
1 / 300 org
300 org
Luas (m )
2
VIP,
Pit
Standar
4x5 m
(As)
6000
4x5 m
(As)
2x2 m
(As)
6x15
90
(SB)
15x8 m
(As)
2
120
2m / org
Toilet
2
(DA)
50
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
Time
keeping
room
Time
keeper
Mencatat
balapan
balapan
Media
center
pengelola,
20 org
waktu
Meliput
Peserta,
Ruang utama
080406029
15x8 m
(As)
120
2
Toilet
2
2m / org
(DA)
2
Ruang kerja
Konferensi
Ruang
pers
wawancara
300 org
4m /org
(As)
2
100 org
5m / org
(As)
1700
2
dan pers
Toilet Pria
3
2m / org
(DA)
2
Toilet Wanita
3
2m / org
(DA)
2
Ruang
pengelol
a
Pengelola
sirkuit
Mengatur
Tim security
al sirkuit
si
keamanan
Center
Toilet
(DA)
2m2 /
Ruang utama
50 org
Tim medis,
peserta,
dan lain lain
dan
mengobati
orang2
yang
terluka
org
100
(As)
Toilet
4mx3m
6mx6m
36
(As)
energi
Merawat
400
2
kebutuhan
mesin
(As)
2m / org
Mensuplai
Ruang
Medical
100 org
operasion
Mengawa
Security
Ruang utama
4m /org
perawatan
2 bed
intensif
(FIA)
perawatan
luka bakar
1 bed
serius +
(FIA)
shower
perawatan
umum
(terpisah)
4mx3m
/ bed
(FIA)
4mx3m
/ bed
500
(FIA)
2mx3m
2 bed
/ bed
(FIA)
(As)
51
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
4mx5m
Gudang
(As)
3m2 /
Resepsionis
2 org
org
(As)
5m2 /
Ruang staf
6 org
org
(As)
12m2
Toilet
(As)
Ruang Luar
Ruang
PadDock
Pengguna
Peserta
Kegiatan
Parkir
trailer
Kebutuhan
Lahan
parkir
sirkulasi
Mall
Kapasitas
Standar
25 x 3 =
30 trailer
75 m2
(DA)
45.000
~
Pengunjung
40.000
Parkir
mobil
pengunjung
Luas (m2)
Parkir
motor
5 x 2,3 =
3800
11,5m
2
43.700
(DA)
1x2=
2530
2m
2
5.060
(DA)
12 x 3 =
Parkir
Parkir bus
126
36m
2
4.536
(DA)
Parkir
Peserta,
pengelola
mobil
Parkir
motor
5 x 2,3 =
60
11,5m
2
690
(DA)
1x2=
120
2m
2
240
(DA)
52
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
12 x 3 =
Parkir bus
10
36m
2
360
(DA)
53
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
5.1. Konsep Ruang Luar
5.1.1. Batasan Tapak
Lokasi di dalam batasan site.
Tempat dirancangnya
lintasan, pit building,
paddock, tribun, parkir, dan
lain lain
Batas site : Outer ring road
sebagai substitusi sirkulasi
existing,
juga sebagai jalur akses
menuju sirkuit balap
Gambar 5.1.1.1 batasan tapak
54
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
5.1.2. Konsep Lintasan Balap
Perancangan bentukan lintasan balap berdasarkan dengan regulasi yang
diterbitkan oleh FIA dan FIM tahun 2011 (tentang jarak tempuh lintasan,
jarak lurus maksimal, serta tikungan) agar menjadi sirkuit kategori 1, sesuai
dengan maksud dan tujuan dari proyek ini.
Sirkuit balap juga harus memiliki fitur-fitur pengaman, seperti run-off area,
guardrail, debris fence, marshall post, tyre-barrier, mobil derek, dan lain
sebagainya.
Gambar 5.1.2.2 run-off area Gambar 5.1.2.3
guardrail
Gambar 5.1.2.4 debris fence
Gambar 5.1.2.5 tyre barrier
Gambar 5.1.2.1 bentukan lintasan
Gambar 5.1.2.6 mobil derek
55
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
5.1.3. Konsep Penzoningan Tapak
VVIP tower diposisikan
pada tikungan ke 6, agar
dapat menyaksikan aksi
overtaking yang paling seru
di balapan secara 360°, dan
juga menambah privasi
(terisolasi dari kerumunan)
Tribun diposisikan
menghadap arah Utara
guna menghindari silau
dari cahaya matahari di
arah Barat atau Timur
Medical center harus
berada pada lokasi yang
relatif tengah dan paling
mudah dicapai dari
berbagai arah
Workshop sebagai
pemberhentian bagi mobil
Derek yang mengangkut
kendaraan balap yang
hancur
Gambar 5.1.3.1 penzoningan tapak
56
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
5.1.4. Konsep Sirkulasi
Gambar 5.1.4.1 konsep sirkulasi
57
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
5.2. Konsep Bentukan Massa
5.2.1. Tribun Utama ( Main Grandstand )
Tribun merupakan tempat duduk bertingkat diamana pengunjung
menyaksikan
sebuah
pertandingan
/
perlombaan.
Tribun
sudah
seyogyanya memiliki bentukan dasar seperti yang ditunjukkan ilustrasi di
bawah ini :
Gambar 5.2.1.1 ilustrasi bentukan dasar tribun
Konsep perancangan tribun utama (main grandstand) adalah mengacu
pada konsep arsitektur fungsionalisme sebagai tema perancangan,
sehingga bentukan tribun adalah mengutamakan fungsi, form follows
function.1
Sesuai dengan ulasan tema di bab III tentang tema fungsionalisme,
keindahan muncul dari permainan geometri/bidang, repetisi/pengulangan,
hubungan ruang, konsep waktu, material, dan bukan muncul dari ornamenornamen yang tak berfungsi.
1
Louis Henry Sullivan
58
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
5.2.2. Pit Building
Pit Building merupakan tempat disediakannya pit box / pit garage, adapun pit
box itu sendiri dapat diumpamakan sebagai “bengkel” tiap tim balap, baik balapan
F1 maupun balapan motoGP.
Bentukan massa pit building yang memanjang dirancang menyerupai sistem
gerbong kereta api, yang mana tiap blok “gerbong” itu terdiri dari 6 pit box, untuk 3
tim. Dan pada ujung massa dialokasikan bangunan administrative yang berisi
kantor, race direction room, timekeeping room, conference, hingga podium.
Tiap pit box memiliki standar dari FIA, yaitu berukuran 8 x 25 m tiap unit pit-nya.
Pada lantai atas pit box, dirancang sebagai rest house bagi tim balap, dan di atas
rest house tersebut adalah pelataran yang dapat dipakai untuk menggelar acara
bagi penyelenggara pihak luar dengan sistem penyewaan.
Kendaraan balap yang diturunkan dari trailer tim masing-masing akan
memasuki pit box dan kemudian keluar menuju pit lane
59
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
5.2.3. V.I.P tower
VIP tower adalah lokasi khusus bagi pengunkung kelas VIP untuk menyaksikan
balapan. Adapun alasan penggolongan pengunjung VIP selain tarif masuk adalah
fasilitas yang disediakan. Di dalam V.I.P tower, pengunjung dapat menikmati
hidangan makan siang, menggunakan fasilitas lounge, mini bar, pool area, dan juga
race simulator sebagai faktor-faktor kepuasan.
V.I.P tower yang dilokasikan pada sisi dalam tikungan pertama ini mendapatkan
view hampir 360o ke seluruh lintasan.
Pelataran parkir VIP tower terletak pada sisi dalam tikungan ke 6, dan memiliki
akses tersendiri, dan disediakan skycross bagi pengunjung VIP dari pelataran parkir
menuju tower itu sendiri.
60
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
BAB VI
HASIL PERANCANGAN
6.1. Ilustrasi 3 Dimensi dan foto Maket
61
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
62
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
63
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
6.2. Gambar Perancangan
64
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
65
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
66
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
67
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
68
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
69
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
70
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
71
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
72
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
73
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
74
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
75
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
76
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
77
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
78
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
79
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
80
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
81
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
82
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
83
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
84
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
85
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
86
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
87
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
88
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
89
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
90
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
91
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
92
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
93
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
94
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
95
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
96
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
97
Universitas Sumatera Utara
080406029
BAB III
ELABORASI TEMA
3.1. Pemilihan Tema
Balapan F1 maupun motoGP tidak terlepas dari peran teknologi sebagai
topik utama persaingan. Berbagai tim dan pabrikan terus berlomba-lomba
merancang mesin teknologi baru demi prestasi, selain didukung oleh
kemampuan rider. Kesemua perilaku teknologi tidak terlepas dari fungsi,
dimana mereka (para perancang mobil / motor balap) tidak menambahkan
elemen – elemen yang tidak diperlukan pada kendaraan balap mereka, atau
dengan singkatnya, desain yang praktis dan aerodinamis.
Atas alasan tersebut, proyek Sirkuit nya Medan ini mengangkat tema
Arsitektur Fungsionalisme sebagai acuan perancangan, agar menghasilkan
komplek bangunan yang mencerminkan prinsip desain kendaraan balap itu
sendiri, yaitu praktis dan fungsionalis.
3.2. Tinjauan Umum
3.2.1. Pengertian Tema
1
Arsitektur
o
adalah seni dan teknik bangunan yang digunakan untuk
memenuhi keinginan praktis dan ekspresif dari manusiamanusia beradab.
o
adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan
dilengkapi dengan proses belajar, dibantu dengan
penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni.1
o
adalah seni dan ilmu merancang bangunan, dalam arti
yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang
keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro
Vitruvius, de Architectura
36
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
(kota) hingga level mikro (perabot) dan merujuk pada hasil
rancangan tersebut.1
Fungsionalisme
o
doktrin atau ajaran yg menekankan manfaat kepraktisan
atau hubungan fungsional2
o
mencerminkan sikap ke-praktisan dalam melakukan suatu
proses, dan berasaskan logika kepentingan
Sehingga Arsitektur Fungsionalisme dapat dimaksudkan sebagai suatu
aliran / gaya / langgam dalam seni merancang bangunan yang mana dalam
kaedah desainnya mengedepankan fungsi dari objek rancangan, dan
mengesampingkan maksud –maksud dekoratif yang tidak berguna.
3.2.2. Arsitektur Fungsionalisme secara singkat
Fungsionalisme arsitektur lahir pada awal abad ke XX, tepatnya pada
sekitar tahun 1910, oleh beberapa arsitek / seniman ternama pada saat itu di
Eropa. Kealhiran aliran fungsionalisme ini dilatar-belakangi oleh revolusi
industri yang mana mampu menghasilkan elemen bangunan yang dicetak
secara massal di pabrik, dan berdampak kepada cepatnya pembangunan
suatu bangunan.
Pada masa sebelum itu, terdapat
arsitektur neo-klasik, eklektik, art-
noveau, dan art-deco. Aliran – aliran ini adalah termasuk aliran yang
berusaha menggabungkan beberapa langgam pada masa sebelumnya
sehingga menghasilkan sesuatu yang baru yang lebih baik. Arsitektur klasik
(gothic, renaissance, yunani) telah menjadi acuan penggabungan aliran
tersebut.
1
Id.wikipedia.org
http://www.kamusbahasaindonesia.org; pusat bahasa departemen pendidikan nasional republik
indonesia
2
37
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
Palladinisme dalam arsitektur klasik, yaitu teori yang mengatakan bahwa
keindahan adalah sesuatu yang simetris, adalah salah satu yang ditentang
dalam arsitektur “avant garde”1 ini. Arsitektur aliran fungsionalisme
menentang pendapat masa lampau bahwa keindahan hanya berasal dari
seni, yaitu seni pahat, seni patung, dan seni ukiran dalam konteks
bangunan, dan juga pendapat bahwa ke-simetris-an menciptakan keindahan
mutlak. Hal ini terjadi akibat berkembangnya revolusi industri yang mana
akibat revolusi industri ini, bangunan seperti gereja yanga pada masa
sebelumnya harus memakan waktu berpuluh tahun atau bahkan ber abadabad (bangunan yang terbuat dari batu, batu dipahat tiap potongnya,
termasuk patung-patung dan ukiran-ukiran diapahat oleh seniman) dapat
diselesaikan hanya dalam kurun waktu kurang dari sepuluh tahun
(menggunakan teknologi revolusi industri, baja tuang).
Berhubung dengan kecepatan pembangunan, para perancang masa itu
beralih ke metoda produksi pabrik secara massal, serta didukung oleh
penemuan struktur beton bertulang. Hal ini berakibat setiap elemen yang
akan diproduksi haruslah dapat diproduksi, dalam arti lain, elemen-elemen
tersebut merupakan bentukan geometris sederhana, bukan ukiran-ukiran
ataupun patung-patung yang hanya dapat diproduksi dengan metode pahat.
Faktor tersebut mendorong ditinggalkannya ornamen-ornamen yang “tak
berfungsi” dari arsitektur masa sebelumnya itu, serta teori palladinisme.
Arsitektur fungsionalisme juga menekankan tentang konsep dimensi
ruang dan waktu. Konsep ruang dituang kedalam bentuk jendela besar, void,
mezzanine (tidak adanya batasan ruang, atau bergabungnya beberapa
ruang), dan konsep waktu diwujudkan melalui cahaya yang masuk melalui
jendela-jendela besar tersebut, arah cahaya akan berubah-ubah seriring
waktu, sehingga merepresentasikan unsur waktu. Unsur utama dalam
arsitektur fungsionalisme adalah Ruang, kemudian Cahaya, dan kemudian
Material.
1
Avant-garde dalam bahasa perancis berarti pelopor atau barisan terdepan dalam kemiliteran.
Dalam sejarah kebudayaan, istilah ini dipakai untuk gerakan dalam bidang Seni sejak abad XIX
berkaitan denganmodernisme radikal dalam kehidupan seni, lepas dari kehidupan masa lampau
38
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
Bila dalam arsitektur klasik, seni berperan besar dalam menentukan
keindahan sebuah bangunan, maka dalam arsitektur fungsionalisme (juga
disebut arsitektur modern karena bersamaan lahirnya dengan zaman
modern, revolusi industri) yang menentukan keindahan suatu bangunan
adalah seni dan fungsi. Pada saat itu lahir beberapa arsitek dengan teorinya,
seperti “Form follows Function” oleh Louis Henry Sullivan yang berarti
“keindahan (seni) akan tercipta sendirinya mengikuti fungsi yang dirancang,
bukan karena sengaja dibuat indah”, “a machine to living in” oleh Le
Corbusier (Charles Edouard Jeannerett) yang memaksudkan rumah yang
dirancang pada masa itu kebanyakan diproduksi bagian-bagiannya di pabrik
(kolom, pelat, dll) sehingga seperti sebuah mesin, “Less is More” oleh
Ludwig Mies van der Rohe yang berarti keindahan (more) sebuah
arsitektur muncul dengan ketidakhadirannya (less) ornament-ornamen yang
tidak berfungsi. Semua teori-teori tersebut memantapkan masa kelahiran
arsitektur fungsionalisme.
Teori, bentuk, dan konsep lama tentang keindahan seni termasuk
arsitektur telah lalu ditinggalkan. Hubungan dengan masa lampau berusaha
diputus oleh para arsitek modern, menjadi bentuk baru yang “murni” tanpa
ornament selain bagian-bagian bangunan yang masing masing berfungsi,
sehingga sering disebut juga sebagai aliran arsitektur murni, atau “purism”.
Dalam penerapan konsep fungsionalisme, purisme, maupun rasionalisme (di
Italia), mewujudkan bangunan “bersih”, “murni”, tanpa ornament, sederhana
berupa komposisi bidang, kotak, balok, dan kubus. Aliran baru dalam
arsitektur ini, memandang bangunan tidak hanya satu sisi dengan sisi
lainnya lepas, tetapi seluruhnya merupakan satu kesatuan bentuk, sehingga
sering disebut arsitektur “cubism”, yaitu aliran seni yang lahir di Perancis
pada tahun 1907-1920an.
Beberapa arsitek ternama yang mempelopori aliran fungsionalisme
(modernisme) adalah Le Corbusier (bapak arsitektur modern), Louis
Sullivan, Victor Horta, Frank Llyod Wright, Ludwig Mies van der Rohe,
Eero Saarinen, Walter Gropius, Ieoh Ming Pei, Kenzo Tange, dan lainlain.
39
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
3.3. Studi Banding Tema Sejenis
3.3.1. Maison La Roche (1923), Paris, Le Corbusier dan Pierre
Jeanneret
Gambar 3.3.1. Maison la Roche, Le Corbusier
Denah rumah berbentuk huruf L, dimaksudkan untuk memisahkan 2
penghuni berbeda. Sisi utama di depan (untuk gallery) berupa ruang, luas
dan tinggi karena adanya mezzanine kombinasi dengan 2 atau 3 lantai
dengan sisi lainnya. Di atas terdapat sebuah balkon menjorok melayang dan
ada semacam jembatan menghubungkan ruang-ruang berseberangan
dengan mezzanine. Selain tangga, Le Corbusier juga merancang jalur naik
40
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
landai (ramp). Banyak jendela besar dan lebar di atas dan disamping.
Jendela ini bentuknya tidak lagi seperti dinding dilubangi pada bangunan
klasik, tetapi berupa bidang membentuk komposisi horizontal-vertikal (terdiri
dari bidang kaca dan rangka aluminium).
3.3.2. Bauhaus (1925-1926) di Dessau, Jerman, Walter Gropius
Gambar 3.3.2. Bauhaus, Walter Gropius
Sekolah seni Bauhaus, dibangun oleh pendiri dan direktur Bauhaus,
Walter Gropius. Bangunan terkesan sederhana, dengan komposisi garis dan
bidang. Terbuat dari beton bertulang dan bidang kaca transparan. Bangunan
didominasi bidang transparan, yang memberikan pandangan luas, dan
cahaya bisa masuk. Hal ini tentunya disesuaikan dengan fungsi bangunan
sebagai
bangunan
sekolah.
Konsep
yang
sama
digunakan
untuk
membangun rumah tinggalnya sendiri.
41
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
3.3.3. Fagus Shoe Last Factory (1910-1914), Alfeld/ Leine, Walter
Gropius, Adolf Meyer, Eduard Werner
Gambar 3.3.3. Fagus Shoe Last Factory, Leine, Gropius, Meyer, Werner
Façade
sebagai
bagian
yang
mendominasi
bangunan
tersebut
membedakan dengan jelas dari lingkungannya. Rangka besi (ironframe) diletakkan di antara kolom dinding bata kuning mendukung penampilan kaca
(glazing) dan lem-baran-lembaran baja (metal sheets) pada area dinding. Emphatic,
kesolidan
pada
sudut
diperlihat-kan
pemecahannya,
transparan penuh yang me-nyatukan ruang luar dan dalam. Kesederhanaan
dan penerapan bahan bangunan modern diutama-kan dalam rancangannya.
42
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
3.3.4. Notre Dame du Raincy (1922-1924), Paris, Auguste Perret
Gambar 3.3.4. Notre Dame du Raincy, Auguste Perret
Bentuk monumental gereja dicapai dengan pola simetris, menggunakan
sistem kons-truksi beton bertulangexposed, dengan kolom-ko-lom dalam hal
ini bentuknya silindris, menjulang tinggi pada setiap sudut sebuah me-nara di
tengah-depan. Menara makin ke atas semakin ram-ping seperti bentuk
gereja Gothik. Nave (ruang utama umat) atapnya melengkung, dindingnya
berupa krawang beton (concrete grilles), untuk menghindari angin dan air
tetapi tetap tembus pandang, krawang ditutup kaca. Bentuk dan susunan
krawang geometris perpaduan segi empat, bujur sangkar, dan diagonaldiagonalnya membentuk segi tiga. Bekas perancah beton membentuk garisgaris sesuai dengan pemasangannya.
Sistem beton exposed temuan Auguste Perret diterapkan dengan sangat
baik dan pada akhirnya banyak diikuti oleh arsitek-arsitek lain dalam
publikasi, perencanaan,maupun pelaksanaan.
43
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
BAB IV
ANALISIS
4.1. Analisis Kondisi Tapak dan Lingkungan
4.1.1. Lokasi
44
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
Lokasi
: desa Sampali
Kecamatan
: Percut sei Tuan
kabupaten
: Deli Serdang
Luas lahan
: ± 100 Ha
Kontur
: relatif datar, dengan 2 buah jalur pembuangan air
Existing
: lahan kosong dan sebagian kebun warga
Akses
: Jl. Cemara, Jl. Irian Barat, Sampali, Pintu Tol Hj. Anif
I dan Hj. Anif II
45
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
4.1.2. Analisis Orientasi Matahari
Arah Timur dan Barat mendapat terpaan sinar matahari dengan arah
hampir lurus, sehingga arah Timur dan Barat tidak cocok menjadi arah
pandang penonton di tribun, sebab penonton akan mengalami silau saat
menonton.
Posisi duduk penonton dirancang sedemikian rupa sehingga menghadap
ke arah Utara ataupun Selatan, guna memaksimalkan kenyamanan.
46
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
4.1.3. Analisis Sirkulasi & Pencapaian
Site dapat dijangkau melalui Jl. Willem Iskandar dari Pancing di sebelah
Barat, dari Jl. Irian Barat di sebelah Timur. Pintu tol Hj. Anif I dan Hj. Anif II
di sebelah Selatan memudahkan akses logistik balapan dari Bandar Udara
Internasional Kuala Namu (KNIA) yang berjarak 16,8 km (jarak lurus)
menuju sirkuit.
Bagian Barat Site paling cocok digunakan sebagai entrance utama,
karena akses dari Pancing dan Tol Belmera juga akan melewati bagian
Barat.
47
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
4.1.4. Analisis View
Site
memiliki
luasan
sekitar 100 Ha, sehingga
view ke luar maupun ke
dalam tidak akan punya
pengaruh yang berarti
bagi
kenyamanan
pandangan pengunjung /
peserta di dalam site.
Ditambah
lagi
dalam
perancangan sirkuit balap,
mayoritas tapak akan
dijadikan lintasan balap
(aspal) sehingga topografi
view
sirkuit
balap
dimanapun adalah hampir
sama.
48
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
4.2. Analisis non-Fisik
4.2.1. Pengguna
Pengguna sirkuit tak lain adalah para pembalap beserta tim-nya,
penonton (pengunjung), media pers, kru FIA / FIM, dan pengelola.
Peserta balapan
: 15 tim x 2 pembalap = 30 pembalap
Penonton (lokal / internasional)
: 25.000 std + 300 VIP (perencanaan)
Media (lokal / internasional)
: 300 orang (asumsi)
Kru FIA / FIM
: 100 orang (asumsi)
Pengelola
: 250 orang (asumsi)
4.2.2. Kebutuhan Parkir
Pengunjung
Media, kru, pengelola
Asumsi :
60 % menggunakan mobil
20 % menggunakan bus pariwisata
20 % menggunakan sepeda motor
Asumsi :
30 % menggunakan mobil
40 % menggunakan bus pariwisata
30 % menggunakan sepeda motor
Jlh orang diasumsikan 750 org
Jlh parkir mobil :
�=
60% � 25.000+300
4
= 3795
≈ 3800
Jlh parkir bus pariwisata:
�=
20% � 25.000+300
40
= 126
≈ 126
Jlh parkir sepeda motor:
�=
20% � 25.000+300
2
= 2530
≈ 2530
Jlh parkir mobil :
�=
30% � 750
4
= 56,25
≈ 60
Jlh parkir bus pariwisata:
�=
40% � 750
40
= 7,5
≈ 10
Jlh parkir sepeda motor:
�=
30% � 750
2
= 112,5
≈ 120
49
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
4.3. Program Ruang
Ruang dalam
Ruang
Pengguna
Kegiatan
kebutuhan
Tempat
duduk
Tribun
Penonton
Menonton
Standar
balapan
Toilet pria
Toilet wanita
Tempat
duduk
Menonton
VIP
lounge
Penonton
balapan
kapasitas
25.000 org
pegawai
an
Teknis
kendaraan
(DA)
1 / 300 org
2m / org
= 42
(DA)
5
Toilet wanita
5
dapur
3 org
Pit box
Race
direction
room
Pemenang
Rapat tim
&
istirahat
direction
0,54 m2
(DA)
2m / org
(DA)
toilet
1 tiap box
1
20 org
alur
balapan
dan sirkuit
2x2 m
(As)
(FIA)
1 tiap box
Ruang utama
(DA)
30 box
1 tiap box
1.620
2m / org
8x25 m
dapur
Perayaan
Mengatur
Race
2
15 tim
kebutuhan
Podium
11.250
2
Toilet pria
Ruang rapat /
balapan
2
= 42
makanan
building
(DA)
2m / org
Menyiapk
Tim peserta
2
0,45 m2
1 / 300 org
300 org
Luas (m )
2
VIP,
Pit
Standar
4x5 m
(As)
6000
4x5 m
(As)
2x2 m
(As)
6x15
90
(SB)
15x8 m
(As)
2
120
2m / org
Toilet
2
(DA)
50
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
Time
keeping
room
Time
keeper
Mencatat
balapan
balapan
Media
center
pengelola,
20 org
waktu
Meliput
Peserta,
Ruang utama
080406029
15x8 m
(As)
120
2
Toilet
2
2m / org
(DA)
2
Ruang kerja
Konferensi
Ruang
pers
wawancara
300 org
4m /org
(As)
2
100 org
5m / org
(As)
1700
2
dan pers
Toilet Pria
3
2m / org
(DA)
2
Toilet Wanita
3
2m / org
(DA)
2
Ruang
pengelol
a
Pengelola
sirkuit
Mengatur
Tim security
al sirkuit
si
keamanan
Center
Toilet
(DA)
2m2 /
Ruang utama
50 org
Tim medis,
peserta,
dan lain lain
dan
mengobati
orang2
yang
terluka
org
100
(As)
Toilet
4mx3m
6mx6m
36
(As)
energi
Merawat
400
2
kebutuhan
mesin
(As)
2m / org
Mensuplai
Ruang
Medical
100 org
operasion
Mengawa
Security
Ruang utama
4m /org
perawatan
2 bed
intensif
(FIA)
perawatan
luka bakar
1 bed
serius +
(FIA)
shower
perawatan
umum
(terpisah)
4mx3m
/ bed
(FIA)
4mx3m
/ bed
500
(FIA)
2mx3m
2 bed
/ bed
(FIA)
(As)
51
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
4mx5m
Gudang
(As)
3m2 /
Resepsionis
2 org
org
(As)
5m2 /
Ruang staf
6 org
org
(As)
12m2
Toilet
(As)
Ruang Luar
Ruang
PadDock
Pengguna
Peserta
Kegiatan
Parkir
trailer
Kebutuhan
Lahan
parkir
sirkulasi
Mall
Kapasitas
Standar
25 x 3 =
30 trailer
75 m2
(DA)
45.000
~
Pengunjung
40.000
Parkir
mobil
pengunjung
Luas (m2)
Parkir
motor
5 x 2,3 =
3800
11,5m
2
43.700
(DA)
1x2=
2530
2m
2
5.060
(DA)
12 x 3 =
Parkir
Parkir bus
126
36m
2
4.536
(DA)
Parkir
Peserta,
pengelola
mobil
Parkir
motor
5 x 2,3 =
60
11,5m
2
690
(DA)
1x2=
120
2m
2
240
(DA)
52
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
12 x 3 =
Parkir bus
10
36m
2
360
(DA)
53
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
5.1. Konsep Ruang Luar
5.1.1. Batasan Tapak
Lokasi di dalam batasan site.
Tempat dirancangnya
lintasan, pit building,
paddock, tribun, parkir, dan
lain lain
Batas site : Outer ring road
sebagai substitusi sirkulasi
existing,
juga sebagai jalur akses
menuju sirkuit balap
Gambar 5.1.1.1 batasan tapak
54
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
5.1.2. Konsep Lintasan Balap
Perancangan bentukan lintasan balap berdasarkan dengan regulasi yang
diterbitkan oleh FIA dan FIM tahun 2011 (tentang jarak tempuh lintasan,
jarak lurus maksimal, serta tikungan) agar menjadi sirkuit kategori 1, sesuai
dengan maksud dan tujuan dari proyek ini.
Sirkuit balap juga harus memiliki fitur-fitur pengaman, seperti run-off area,
guardrail, debris fence, marshall post, tyre-barrier, mobil derek, dan lain
sebagainya.
Gambar 5.1.2.2 run-off area Gambar 5.1.2.3
guardrail
Gambar 5.1.2.4 debris fence
Gambar 5.1.2.5 tyre barrier
Gambar 5.1.2.1 bentukan lintasan
Gambar 5.1.2.6 mobil derek
55
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
5.1.3. Konsep Penzoningan Tapak
VVIP tower diposisikan
pada tikungan ke 6, agar
dapat menyaksikan aksi
overtaking yang paling seru
di balapan secara 360°, dan
juga menambah privasi
(terisolasi dari kerumunan)
Tribun diposisikan
menghadap arah Utara
guna menghindari silau
dari cahaya matahari di
arah Barat atau Timur
Medical center harus
berada pada lokasi yang
relatif tengah dan paling
mudah dicapai dari
berbagai arah
Workshop sebagai
pemberhentian bagi mobil
Derek yang mengangkut
kendaraan balap yang
hancur
Gambar 5.1.3.1 penzoningan tapak
56
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
5.1.4. Konsep Sirkulasi
Gambar 5.1.4.1 konsep sirkulasi
57
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
5.2. Konsep Bentukan Massa
5.2.1. Tribun Utama ( Main Grandstand )
Tribun merupakan tempat duduk bertingkat diamana pengunjung
menyaksikan
sebuah
pertandingan
/
perlombaan.
Tribun
sudah
seyogyanya memiliki bentukan dasar seperti yang ditunjukkan ilustrasi di
bawah ini :
Gambar 5.2.1.1 ilustrasi bentukan dasar tribun
Konsep perancangan tribun utama (main grandstand) adalah mengacu
pada konsep arsitektur fungsionalisme sebagai tema perancangan,
sehingga bentukan tribun adalah mengutamakan fungsi, form follows
function.1
Sesuai dengan ulasan tema di bab III tentang tema fungsionalisme,
keindahan muncul dari permainan geometri/bidang, repetisi/pengulangan,
hubungan ruang, konsep waktu, material, dan bukan muncul dari ornamenornamen yang tak berfungsi.
1
Louis Henry Sullivan
58
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
5.2.2. Pit Building
Pit Building merupakan tempat disediakannya pit box / pit garage, adapun pit
box itu sendiri dapat diumpamakan sebagai “bengkel” tiap tim balap, baik balapan
F1 maupun balapan motoGP.
Bentukan massa pit building yang memanjang dirancang menyerupai sistem
gerbong kereta api, yang mana tiap blok “gerbong” itu terdiri dari 6 pit box, untuk 3
tim. Dan pada ujung massa dialokasikan bangunan administrative yang berisi
kantor, race direction room, timekeeping room, conference, hingga podium.
Tiap pit box memiliki standar dari FIA, yaitu berukuran 8 x 25 m tiap unit pit-nya.
Pada lantai atas pit box, dirancang sebagai rest house bagi tim balap, dan di atas
rest house tersebut adalah pelataran yang dapat dipakai untuk menggelar acara
bagi penyelenggara pihak luar dengan sistem penyewaan.
Kendaraan balap yang diturunkan dari trailer tim masing-masing akan
memasuki pit box dan kemudian keluar menuju pit lane
59
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
5.2.3. V.I.P tower
VIP tower adalah lokasi khusus bagi pengunkung kelas VIP untuk menyaksikan
balapan. Adapun alasan penggolongan pengunjung VIP selain tarif masuk adalah
fasilitas yang disediakan. Di dalam V.I.P tower, pengunjung dapat menikmati
hidangan makan siang, menggunakan fasilitas lounge, mini bar, pool area, dan juga
race simulator sebagai faktor-faktor kepuasan.
V.I.P tower yang dilokasikan pada sisi dalam tikungan pertama ini mendapatkan
view hampir 360o ke seluruh lintasan.
Pelataran parkir VIP tower terletak pada sisi dalam tikungan ke 6, dan memiliki
akses tersendiri, dan disediakan skycross bagi pengunjung VIP dari pelataran parkir
menuju tower itu sendiri.
60
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
BAB VI
HASIL PERANCANGAN
6.1. Ilustrasi 3 Dimensi dan foto Maket
61
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
62
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
63
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
6.2. Gambar Perancangan
64
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
65
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
66
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
67
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
68
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
69
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
70
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
71
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
72
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
73
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
74
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
75
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
76
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
77
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
78
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
79
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
80
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
81
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
82
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
83
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
84
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
85
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
86
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
87
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
88
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
89
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
90
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
91
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
92
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
93
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
94
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
95
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
96
Universitas Sumatera Utara
jeffry kumala
080406029
97
Universitas Sumatera Utara