Analisa Pertanggung Jawaban Penyidik Polri Dalam Kaitan Terhadap Terjadinya Salah Tangkap Atau Error In Persona

BAB II
TUGAS DAN FUNGSI PENYIDIK POLRI DALAM PENEGAKAN HUKUM
A. Tugas dan Fungsi Polri Secara Umum
Kepolisian adalah suatu institusi yang memiliki ciri universal yang dapat
ditelusuri dari sejarah lahirnya polisi baik sebagai fungsi maupun organ. Pada
awalnya polisi lahir bersama masyarakat untuk menjaga sistem kepatuhan
(konformitas) anggota masyarakat terhadap kesepakatan antar warga masyarakat itu
sendiri terhadap kemungkinan adanya tabrakan kepentingan, penyimpangan perilaku
dan perilaku kriminal dari masyarakat. Ketika masyarakat bersepakat untuk hidup di
dalam suatu negara, pada saat itulah polisi dibentuk sebagai lembaga formal yang
disepakati untuk bertindak sebagai pelindung dan penjaga ketertiban dan keamanan
masyarakat atau yang disebut sebagai fungsi “Sicherheitspolitizei”. Kehadiran polisi
sebagai organisasi sipil yang dipersenjatai agar dapat memberikan efek pematuhan
(enforcing effect).

23

Tugas, peran dan fungsi kepolisian suatu Negara selalu berkembang dari
waktu ke waktu. Perkembangannya itu dipengaruhi oleh banyak hal.Beberapa
diantaranya adalah lingkungan, politik, ketatanegaraan, ekonomi maupun social budaya.Begitu
pula dengan tugas, peran dan fungsi kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri).

Dari masa berdirinya Polri sebagaimana disahkan dalam Undang - Undang Dasar
23

Bibit Samad Rianto, Pemikiran Menuju POLRI yang Professional, Mandiri, Berwibawa,
dan dicintai Rakyat ,PTIK Press dan Restu AGUNG, Jakarta, 2006,halaman 36

Universitas Sumatera Utara

(UUD) tanggal 18 Agustus 1945 sampai dengan sekarang, tugas, peran dan fungsinya
mengalami perkembangan. Apabila dahulu pada masa awal disahkannya kepolisian
nasional disamping melaksanakan tugas rutin kepolisian juga secara aktif ikut dalam
perang mempertahankan kemerdekaan, maka pada saat sekarang ini berdasarkan
Undang - Undang No 2 tahun 2002 Kepolisian Negara Republik Indonesia pada Pasal
2 merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. 24
Fungsi Kepolisian yang tercantum dalam Undang-undang tidak terlepas dari
fungsi hukum dimana didalam dasar dari adanya Undang-undang tersebut yaitu
tujuan pokok dari hukum yang dapat direduksi hal yaitu: 25
1. Ketertiban

Ketertiban adalah tujuan utama dari hukum. Ketertiban merupakan syarat
utama untuk suatu masyarakat yang ingin teratur. Pembangunan hanya dapat
dilakukan di dalam masyarakat yang teratur. Disamping ketertiban ialah
tercapainya keadilan. Keadilan tidak mungkin ada tanpa ketertiban. Untuk
mencapai ketertiban perlu terciptanya kepastian dalam pergaulan.

24

http://id.scribd.com/doc/59981007/an-Tugas-Fungsi-Dan-Peranan-Polri, diakses pada hari
senin14 januari 2013 pukul 15.30
25
B.Simanjuntak, Hukum Acara Pidana dan Tindak Pidana, Tarsito, bandung, 1982, halaman
11-13

Universitas Sumatera Utara

2. Alat pembaharuan masyarakat
Dengan menciptakan Undang-undang maka dapat diciptakan pembaharuan
sikap dan cara berfikir. Justru hakekat daripada pembangunan adalah
pembaharuan sikap hidup. Tanpa sikap dan cara berfikir yang berubah maka

pengenalan lembaga modern dalam kehidupan tak akan berhasil. Usaha
berubah cara berfikir dalam jual beli yang sifatnya riel kearah berfikir yang
konsensual diciptakanlah undang-undang pokok agraria. Menghentikan cara
berfikir magis di Kalimantan seperti “mengayu”di larang melalui KUHP.
Melarang perbudakan di Amerika (masalah hak sipil negro) diciptakan
Undang-undang New deal.
Melihat daripada fungsi hukum diatas maka bila ada hukum, undang-undang
yang tidak menciptakan ketertiban berarti undang-undang itu kehilangan fungsinya.
Hukum demikian harus ditiadakan, dihapus. Hukum yang baik adalah hukum yang
sesuai dengan hukum yang hidup (the living law) dalam masyarakat yang tentunya
sesuai pula atau merupakan pencerminan daripada nilai yang berlaku dalam
masyarakat. Dengan kata lain hukum undang-undang sebagai kaidah sosial dalam
masyarakat bahkan dapat dikatakan hukum, undang-undang itu merupakan
pencerminan daripada nilai-nilai yang berlaku dalm masyarakat. Nilai itu tidak lepas

Universitas Sumatera Utara

dari sikap dan sifat yang dimiliki orang-orang yang menjadi anggota masyarakat yang
sedang membangun itu. 26
Pasal 4 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2002 Kepolisian

Negara Republik Indonesia mempunyai tujuan untuk mewujudkan keamanan dalam
negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan
tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan
masyarakat, serta terbinanya ketenteraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia. Agar dalam melaksanakan fungsi dan perannya diseluruh wilayah
Negera Republik Indonesia atau yang dianggap sebagai wilayah negara republik
Indonesia tersebut dapat berjalan dengan efektif dan effisien, maka wilayah Negara
Republik Indonesia dibagi dalam daerah hukum menurut kepentingan pelaksanaan
tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Sebagaimana yang ditentukan dalam Peaturan Pemerintah wilayah kepolisian
dibagi secara berjenjang mulai tingkat pusat yang biasa disebut dengan Markas Besar
Polri yang wilayah kerjanya meliputi seluruh wilayah negara Republik Indonesia
yang dipimpin oleh seorang Kapolri yang bertanggung jawab kepada Presiden,
kemudian wilayah di tingkat Provinsi disebut dengan Kepolisian Daerah yang lazim
disebut dengan Polda yang dipimpin oleh seorang Kapolda yang bertanggung jawab
kepada Kapolri, di tingkat Kabupaten disebut dengan Kepolisian Resot atau disebut
juga Polres yang dipimpin oleh seorang Kapolres yang bertanggungjawab kepada

26


Ibid, halaman 13

Universitas Sumatera Utara

Kapolda, dan di tingkat Kecamatan ada Kepolisian Sektor yang biasa disebut dengan
Polsek dengan pimpinan seorang Kapolsek yang bertanggungjawab kepada Kapolres,
dan di tingkat Desa atau Kelurahan ada Pos Polisi yang dipimpin oleh seorang
Brigadir Polisi atau sesuai kebutuhan menurut situasi dan kondisi daerahnya. 27
Berdasarkan Pasal 13 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun
2002 Bab 3 Tugas Pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:
1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
2. Menegakkan hukum dan;
3. Memberikan

perlindungan,

pengayoman

dan


pelayanan

kepada

masyarakat
Pasal 14, dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud
dalam pasal 13, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas :
a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli terhadap kegiatan
masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan.
b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban dan
kelancaran lalu lintas di jalan;
c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran
hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan
perundang-undangan;
d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

27

http://pospolisi.wordpress.com/2012/11/03/tugas-dan-wewenang-polri,
tanggal 5 januari 2013 pukul 15.30


diakses

pada

Universitas Sumatera Utara

e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
f. Melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisian
khusus, penyidik pegawai negeri sipil dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;
g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai
dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;
h. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium
forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian;
i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan lingkungan hidup
dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan
pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh
instansi dan atau pihak yang berwenang;
k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam

lingkup tugas kepolisian; serta
l.

Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 15 dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam

pasal 13 dan 14, Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum berwenang :
a. Menerima laporan dan/atau pengaduan;
b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat menganggu
ketertiban umum;
c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;

Universitas Sumatera Utara

d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan
dan kesatuan bangsa;
e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratuf
kepolisian;
f. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam
rangka pencegahan;

g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;
h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang;
i. Mencari keterangan dan barang bukti;
j. Menyelenggarakan pusat informasi kriminal nasional;
k. Mengeluarkan surat izin dan/ atau surat keterangan yang di perlukan dalam rangka
pelayanan masyarakat;
l. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan
pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat;
m.

Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.
Tugas Kepolisian berdasarkan Undang-undang No. 2 Tahun 2002 Pasal 16

adalah:
1. Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 dan 14 di bidang proses pidana, kepolisian Negara Republik Indonesia
berwenang untuk:
a. Melakukan penangkapan , penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;

Universitas Sumatera Utara


b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian
perkara untuk kepentingan penyidikan;
c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka
penyidikan;
d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakn serta memeriksa
tanda pengenal diri;
e. ‘melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi;
g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
h. Mengadakan penghentian penyidikan;
i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;
j. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang
berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau
mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka
melakukan tindak pidana;
k. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai
negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil

untuk diserahkan kepada penuntut umum;dan
l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab.

Universitas Sumatera Utara

2. Tindakan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf I adalah tindakan
penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan jika meemenuhi syarat
berikut ini:
a. Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;
b. Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut
dilakukan;
c. Harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya;
d. Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa dan
e. Menghormati hak asasi manusia.
Lembaga kepolisian merupakan lembaga yang harus tetap berdiri tegak
sekalipun negara runtuh, pemerintahan atau rezim jatuh atau untuk mengamankan
warga masyarakat dari ekses-ekses yang mengancam jiwa, raga, dan harta bendanya.
Bahkan pada saat negara negara diduduki tentara asing polisi tetap menjalankan
tugasnya yaitu menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Polisi adalah
subordinasi dari masyarakatnya, dimana masyarakat menjadi titik awal dan titik akhir
pengabdian polisi. 28
Bermacam bentuk tindakan dan wewenang yang diberikan undang-undang
kepada penyidik dalam rangka pembatasan kebebasan dan hak asasi seseorang. Mulai
dari bentuk penangkapan, penahanan, penyitaan, dan penggeledahan. Tapi harus
diingat, semua tindakan penyidik yang bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan
28

Ibid,. Halaman 37

Universitas Sumatera Utara

pembatasan hak asasi seseorang, adalah tindakan yang benar-benar diletakkan pada
proporsi “demi untuk kepentingan pemeriksaan”, dan “benar-benar sangat diperlukan
sekali”. Jangan disalahgunakan dengan cara yang terlampau murah, sehingga setiap
langkah tindkan yang dilakukan penyidik, langsung menjurus ke arah penangkapan
atau penahanan. 29
Pelaksana penegakan hukum tidak hanya Criminal justice system (CJS) atau
Catur Wangsa atau Panca Wangsa (termasuk Lembaga Pemasyarakatan), tetapi juga
melibatkan pemerintahan (baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
termasuk instansi pemerintah dan TNI) serta masyarakat pada umumnya (baik secara
perseorangan maupun secara berkelompok) sesuai dengan peran mereka masingmasing. 30
B. Tugas dan Fungsi Polri dalam Penegakan Hukum
Penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang
terjabarkan

dalam

kaidah-kaidah,

pandangan-pandangan

yang

mantap

dan

mengejawantahkannya dalam sikap, tindak sebagai serangkaian penjabaran nilai
btahap akhir untuk menciptakan kedamaian pergaulan hidup. 31
Masalah penegakan hukum pada umumnya, termasuk di Indonesia mencakup
tiga hal penting yang harus diperhatikan dan dibenahi, yaitu kultur masyarakat tempat
29

M. Yahya Haharap, Op,.cit, halaman 157
Bibit Samad Rianto, Op,.cit, halaman 45
31
Soerjono Soekanto, Beberapa permasalahan Hukum dalam Kerangka pembangunan di
Indonesia, UIpress, Jakarta, 1983, halaman 3
30

Universitas Sumatera Utara

dimana nilai-nilai hukum akan ditegakkan, struktur para penegak hukumnya dan
terakhir substansi hukum yang akan ditegakkan. Disampingkan itu untuk mencegah
tindakan main hakim sendiri kepada masyarakat harus secara kontinyu diberikan
penyuluhan hukum agar taat hukum walaupun kemungkinan terjadinya tindakan main
hakim sendiri oleh masyarakat itu juga sebagai dampak dari lemahnya penegakan
hukum. 32
Masalah penegakan hukum akan selalu terjadi sepanjang kehidupan manusia
itu ada, semakin tumbuh dan berkembang manusia maka masalah penegakan hukum
pun semakin bermacam-macam yang terjadi. Bicara tentang penegakan hukum
tentunya tidak bisa lepas dari soal aparat yang menempati posisi strategis sebagai
penegak hukum yaitu Polisi Jaksa dan Hakim yang terbatas pada masalah
profesionalitas. 33
Kepolisian di dalam Undang-undang No. 2 tahun 2002 Pasal 2 yang
merupakan fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan
ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
kepada masyarakat.
Konsep negara hukum, bahwa wewenang

pemerintahan berasal dari

peraturan perundang-undangan, artinya suatu wewenang yang harus bersumber dari

32

Moh. Hatta, Beberapa Masalah Penegakan Hukum Pidana Umum dan Pidana khusus,
Liberty, Yogyakarta, 2009, halaman 32
33
Barda Nawawi Arief, Masalah penegakan hukum dan kebijakan penanggulangan
kejahatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, Halaman 34

Universitas Sumatera Utara

peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga di dalam suatu Negara Hukum
penerapan asas asas Legalitas menjadi salah satu prinsip utama yang menjadi dasar
utama dalam penyelenggaraan pemerintahan terutama bagi Negara-negara hukum
yang menganut system civil Law (Eropa Kontinental). Dengan demikian setiap
penyelenggaraan pemerintahan harus memiliki legitimasi yakni suatu kewenangan
yang diberikan oleh Undang-undang. 34
Wewenang kepolisian yang diperoleh secara atributif, yakni wewenang yang
dirumuskan dalam pasal peraturan undang-undangan seperti wewenang kepolisian
yang dirumuskan Pasal 30 ayat (4) Undang-undang Dasar, Undang-undang No. 8
Tahun 1981 Tentang KUHAP, dan lain-lain. Berdasarkan wewenang atributif tersebut
kemudian dalam pelaksanaannya lahir wewenang delegasi dan wewenang mandat,
yakni pemberian wewenang dari satuan atas kepada satuan bawah (berupa mandat),
maupun pendelegasian kepada bidang-bidang lain di luar struktur.
Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai salah satu penyelenggara
kegiatan pemerintahan di bidang penegakan hukum yang melindungi dan mengayomi
masyarakat tidaklah memiliki tugas yang ringan,

karena ruang lingkup tugas

kepolisian sangat luas yakni seluruh masyarakat, dan perkembangan kemajuan
masyarakat yang cukup pesat, mengakibatkan adanya perubahan tuntutan pelayanan

34

Ibid.,

Universitas Sumatera Utara

terhadap masyarakat di segala bidang, termasuk pelayanan kepolisian terhadap
masyarakat. 35
Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang kitab Undangundang Hukum acara Pidana (KUHAP) maka wewenang yang diberikan Undangundang ini kepada aparat kepolisian adalah kewenangan dalam hal melaksanakan
tugas sebagai penyelidik dan penyidik.
Penyelidikan dalam Pasal 1 butir 5 KUHAP adalah serangkaian tindakan
penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai
tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut
cara yang diatur dalam undang-undang.
Tata cara penyelidikan adalah: 36
1. Penyelidik dalam melakukan penyelidikan wajib menunjukkan tanda
pengenalnya. Penyelidik yang mengetahui, menerima laporan atau pengaduan
tentang terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak pidana
wajib segera melakukan tindakan yang diperlukan. Dalam hal tertangkap
tangan tanpa menunggu perintah penyidik, penyelidik wajib segera melakukan
tindakan yang diperlukan dalam rangka penyelidikan. Terhadap tindakan yang
dilakukan tersebut diatas, penyelidik wajib membuat berita acara dan

35

Mahmud Mulyadi Op,.cit, halaman 40
Mohammad Taufik Makarao,Suhasril, hukum acara Pidana dalam teori dan praktek,
Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, halaman 24-25
36

Universitas Sumatera Utara

melaporkannya kepada penyidik sedaerah hukum. Laporan atau pengaduan
yang diajukan secara tertulis harus ditandatangani oleh pelapor atau pengadu.
Laporan atau pengaduan yang diajukan secara lisan harus dicatat oleh
penyelidik dan ditandatangani oleh pelapor atau pengadu atau penyelidik.
Dalam hal pelapor atau pengadu tidak dapat menulis, hal itu harus disebutkan
sebagai catataan dalam laporan atau pengaduan tersebut. Dalam melaksanakan
tugas penyelidikan, penyelidik wajib menunjukkan tanda pengenalnya.
2. Penyelidik dikoordinasi, diawasi, dan diberi, petunjuk oleh penyidik. Dalam
melaksanakan tugas penyelidikan, penyelidik dikoordinasi, diawasi, dan diberi
petunjuk oleh penyidik pejabat polisi negara Republik Indonesia.
Dapat dikatakan bahwa penyelidik adalah polisi terdepan atau paling utama
yang ditugaskan untuk melakukan tugas mengungkapkan suatu tindak pidana, dalam
KUHAP tidak ditentukan pangkat dari polisi yang bertugas melakukan penyelidikan.
Tetapi dari ketentuan di atas dan ketentuan Peraturab Pemerintah No. 27 Tahun 1983
Pasal 2, kita dapat mengambil

patokan bahwa penyelidik adalah polisi yang

berpangkat di bawah pembantu letnan dua, atau jika di suatu tempat tidak ada pejabat
penyidik berpangkat pembantu letnan dua melainkan hanya berpangkat bintara, maka
penyelidik adalah berpangkat di bawah bintara. 37
KUHAP dalam ketentuan umum, Pasal 1 ayat (1) penyidik adalah pejabat
Polisi Negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil terteentu yang
37

Ibid, halaman 25

Universitas Sumatera Utara

diberi wewenang khusus oleh Undang-undang untuk melakukan penyidikan. Dan
kemudian menjelaskan bahwa penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-undang untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Penyidikan
dilakukan setelah adanya tahap penyelidikan terlebih dahulu yaitu serangkaian
tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga
sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan
menurut cara yang diatur dalam Undang-undang.
Ini berarti semua pegawai kepolisian negara tanpa kecuali telah dilibatkan di
dalam tugas-tugas penyelidikan, yang pada hakikatnya merupakan salah satu bidang
tugas dari sekian banyak tugas-tugas yang ditentukan di dalam undang-undang
Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, yang ada hubungannya yang erat
dengan tugas-tugas yang lain, yakni sebagai satu keseluruhan upaya para penegak
hukum untuk membuat seseorang pelaku dari suatu tindak pidana itu harus
mempertanggungjawabkan perilakunya menurut hukum pidana di depan hakim. 38
Agar mereka dapat melaksanakan tugas-tugas penyelidikan seperti yang
dikehendaki oleh pembentuk undang-undang, sudah barang tentu perlu benar-benar
memahami tentang dasar-dasar pemikiran dari pembentuk undang-undang mengenai
pembentukan dari Undang-undang Hukum Acara Pidana yang harus mereka

38

P.A.F Lamintang, Theo Lamintang, Pembahasan KUHAP,menurut ilmu pengetahuan
hukum pidana dan yurisprudensi, Sinar Grafika, 2010 halaman 47

Universitas Sumatera Utara

tegakkan, seperti asas-asas yang dimiliki oleh hukum acara pidana itu sendiri,
kewajiban dan wewenang yang mereka punyai, batas-batas dari penggunaan
wewenang yang mereka punyai, dan batas-batas dari penggunaan wewenang yang
mereka miliki. Semua hal ini mempunyai hubungan yang erat dengan putusan
kehendak dari pembentuk undang-undang untuk memberikan pengayoman terhadap
keluhuran harkat serta martabat manusia dan untuk adanya ketertiban dan kepastian
hukum demi tegaknya Republik Indonesia sebagai negara hukum sesuai dengan
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. 39
Penyidikan perkara dilakukan oleh pejabat-pejabat kepolisian tertentu
sebagaimana diatur dalam Pasal 6 KUHAP bahwa:
Penyidik adalah:
a. Pejabat polisi Negara Republik Indonesia;
b. Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh UU.
Istilah penyidikan sinonim dengan pengusutan, merupakan terjemahan dari
istilah Belanda Osporing atau dalam bahasa inggrisnya Investigation. 40 Penyidik
berasal dari kata sidik, yang berarti terang dan bekas. Maksudnya penyidikan
membuat terang atau jelas dan penyidikan berarti mencari bekas-bekas kejahatan.

39

Ibid, halaman 47-48
Djoko Prakoso,Polri Sebagai Penyidik Dalam Penegakan Hukum , PT Bina Aksara,
Jakarta, 1987, halaman 5
40

Universitas Sumatera Utara

Bertolak dari kedua kata terang dan bekas arti kata sidik itu, maka penyidikan artinya
membuat terang kejahatan. 41
Jika ditinjau dari sistem hukum acara sebelum Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana, yang dimaksud dengan penyidikan

adalah

merupakan aksi atau

tindakan pertama dari penegak hukum yang diberi wewenang untuk itu, yang
dilakukan setelah diketahui olehnya akan terjadi atau diduga terjadinya suatu tindak
pidana. 42
Tidak dapat dielakkan, betapa pentingnya peran penegak hukum sebagai
pagar penjaga yang mencegah dan memberantas segala bentuk penyelewengan atau
tingkah

laku

menyimpang, baik di pemerintahan maupun dalam kehidupan

masyarakat dan bangsa kita. Tetapi dari pengalaman dan pengamatan yang ada,
sangatlah berlebihan kalau

longgarnya simpul moral itu hanya bersumber dan

terbatas pada penegak hukum. Begitu pula anggapan seolah-olah segala sesuatu akan
menjadi baik apabila penegak hukum telah baik. 43
Penyidik tidak boleh melakukan penyidikan, penahanan, ataupun penyitaan
seperti yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, yakni apabila

41

R. Soesilo, Taktik dan Teknik Penyidikan Perkara Kriminil,Politeia,Bogor, 1996 halaman

17
42

Djoko Prakoso, Penyidik Penuntut Umum Dan Hakim dalam Proses Hukum Acara Pidana,
PT Bina Aksara, Jakarta, 1987, halaman 8
43
Sholeh so’an, moral penegak hukum di indonesia,(pengacara, hakim, polisi, jaksa), agung
mulia, 2004, halaman 13

Universitas Sumatera Utara

ia tidak ingin disebut telah melakukan tindakan-tindakan yang bersifat melawan
hukum. 44
Tidak dapat disangkal lagi kebenarannya bahwa perbuatan-perbuatan
menyelidik, menyidik, dan menuntut menurut hukum pidana bersifat hukum publik.
Ini berarti untuk menyelidik dan menyidik seseorang yang disangka telah melakukan
sesuatu tindak pidana, para penyelidik dan penyidik pada dasarnya dapat
melaksanakan kewajiban mereka dengan tidak digantungkan pada adanya suatu
laporan atau suatu permintaan dari seseorang yang telah merasa dirugikan oleh
sesuatu tindak pidana yang telah dilakukan oleh orang lain. 45
Agar pelaksanakan fungsi dan tugasnya sebagai penyelidik maka penyelidik
memiliki fungsi dan wewenang sebagaimana yang diatur pada Pasal 5 KUHAP yang
meliputi :
a. Menerima laporan dan pengaduan
Setiap laporan atau pengaduan yang disampaikan oleh seseorang kepada
penyelidik, maka penyelidik memiliki hak dan kewajiban untuk menindaklanjuti
laporan tersebut. Prinsip setiap laporan atau pengaduan yang disampaikan kepada
penyelidik wajib diterima dan berwenang untuk menanganinya baik hal itu yang
bersifat pemberitahuan biasa atau laporan, maupun yang bersifat delik aduan, yang
dimaksud dengan pengaduan ialah adanya tuntutan (permintaan ) dari seseorang yang
44
45

P.A.F Lamintang, Theo Lamintang, Op,.cit, halaman 34
Ibid., halaman 26-27

Universitas Sumatera Utara

menderita kerugian atas perbuatan kejahatan yang telah dilakukan oleh seseorang
terhadap dirinya, agar terhadap orang tersebut dapat diambil tindakan hukum.46
Menurut ketentuan Pasal 103 ayat (1), apabila penyelidik menerima laporan atau
pengaduan harus segera melakukan penyelidikan yang diperlukan, baik hal itu atas
dasar pengetahuannya sendiri maupun berdasarkan laporan atau pengaduan,
penyelidik harus segera melakukan tindakan yang diperlukan.
b. Mencari keterangan dan barang bukti
Tujuan dari penyelidikan dimaksudkan sebagai langkah pertama atau sebagai
bagian yang tak terpisah dari fungsi penyidikan, guna mempersiapkan semaksimal
mungkin fakta, keterangan, dan bahan bukti sebagai landasan hukum untuk memulai
penyidikan. Penyelidikan sangat penting untuk dilakukan , karena jika penyidikan
dilakukan tanpa disertai persiapan dan landasan hukum yang memandai yang berasal
dari proses penyelidikan maka tindakan penyidikan yang dilakukan bertentangan
dengan hukum dan dapat terjadi suatu tindakan pra peradilan. 47
c. Berdasarkan ketentuan Pasal 5 KUHAP, penyelidik memiliki kewajiban dan
wewenang untuk menyuruh berhenti orang yang dicurigai.
Untuk menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri, hal ini dilakukan karena
dalam rangka melakukan tugas penyelidikan tidak mungkin penyelidik tidak
mengetahui identitas seseorang. Terhadap pelaksanaan wewenang ini, penyelidik
46
47

R. Atang Ranoemihardja, Hukum Acara Pidana, Tarsito,Bandung, 1976 halaman 35
Ibid

Universitas Sumatera Utara

tidak perlu memiliki surat perintah khusus atau dengan surat apapun, hal ini
sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat 1 KUHAP.
d. Tindakan lain menurut hukum
Wewenang penyelidik untuk melakukan tindakan lain menurut hukum dalam
melakukan penyelidikan tidak memiliki arti dan pengertian yang cukup jelas. Jika
ditelaah dari penjelasan Pasal 5 ayat 1 huruf a butir 4, yang dimaksud dengan
tindakan lain adalah tindakan dari penyelidik untuk kepentingan penyelidikan dengan
syarat:
1. Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum
2. Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan dilakukannya
tindakan jabatan
3. Tindakan itu harus patut dan masuk akal dan termasuk dalam lingkungan
jabatannya
4. Atas pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan memaksa
5. Menghormati hak asasi manusia
e. Kewenangan berdasarkan perintah penyidik
Tindakan dan kewenangan Undang-undang melalui penyelidik dalam hal ini
lebih tepat merupakan tindakan melaksanakan perintah penyidik yang berupa: 48

48

Ibid.,

Universitas Sumatera Utara

1. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan
penyitaan
2. Pemeriksaan dan penyitaan surat
3. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang
4. Membawa dan menghadapkan seseorang pada penyidik.
Selain wewenang tersebut, penyelidik juga memiliki kewajiban untuk
menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tindakan penyelidikan. Laporan hasil
penyelidikan tersebut harus disampaikan secara tertulis oleh penyelidik, hal ini
bertujuan sebagai pertanggungjawaban dan pembinaan pengawasan terhadap
penyelidik.
Penyelidikan merupakan tindakan, bukanlah suatu tindakan atau fungsi yang
berdiri sendiri, terpisah dari fungsi penyidikan. Penyelidikan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari fungsi penyidikan. Penyelidikan merupakan salah satu cara
atau metode atau sub fungsi penyidikan yang mendahului tindakan lain, yaitu
penindakan yang berupa penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan,
pemeriksaan surat, pemanggilan, tindakan pemeriksaan dan penyerahan berkas
kepada penuntut umum. 49
Berdasarkan kewenangan tersebut dan untuk membantu memperlancar proses
penyidikan maka seorang aparat kepolisian juga berwenang untuk melakukan:

49

Ratna Sari, Op.Cit., halaman 30

Universitas Sumatera Utara

A.

Penangkapan
Wewenang yang diberikan kepada penyidik khusus nya yang diberikan oleh

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Teantang Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana sangatlah luas. Bersumber dari wewenang tersebut,penyidik berhak
mengurangi kebebasan dan hak asasi seseorang, selama masih berpijak pada suatu
landasan hukum yang sah. Salah satu wewenang untuk melakukan penangkapan
terhadap tersangka pelaku tindak pidana, dengan perintah penangkapan dilakukan
terhadap seorang yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti
permulaan yang cukup, ini berarti penyidik sekurang-kurangnya telah memiliki dan
memegang sesuatu barang bukti, atau pada seseorang kedapatan benda/benda curian,
atau telah mempunyai sekurang-kurangnya seorang saksi. 50
Pasal 1 Ayat 20 KUHAP menjelaskan bahwa “ Penangkapan adalah suatu
tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka
atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau
penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam
Undang-undang ini”.
Berdasarkan ketentuan Pasal tersebut diatas maka penangkapan merupakan
suatu bentuk tindakan pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka untuk
keperluan penyidikan atau penuntutan dengan tata cara yang diatur dalam KUHAP.
Walaupun penangkapan adalah wewenang dari penyidik, bukan berarti penyidik
dapat menangkap seseorang dengan sesuka hati. 51 Penangkapan terhadap seorang

50
51

Mohammad Taufik Makarao,Suhasril, Op.cit, halaman 34
Mahmud Mulyadi, Op.cit, halaman 19

Universitas Sumatera Utara

tersangka

pelaku

tindak

pidana

kejahatn

harus

berdasarkan

alasan-alasan

sebagaimana yang diatur dalam Pasal 17 KUHAP yaitu:
1. Seorang tersangka diduga keras melakukan tindak pidana
2. Dugaan tersebut harus didasarkan bukti permulaan yang cukup.
Dalam melakukan penangkapan, penyidik harus melakukan cara-cara yang
diatur sebagaimana ditentukan dalam Pasal 18 KUHAP yakni:
a. Pelaksanaan penangkapan dilakukan petugas Kepolisian Negara republik
Indonesia, namun berdasarkan ketentuan Pasal 284 ayat 2 KUHAP Jaksa
Penuntut Umum memiliki wewenang untuk melakukan penangkapan dalam
kedudukannya sebagai penyidik.
b. Petugas yang diperintahkan untuk melakukan penangkapan harus membawa
surat tugas penangkapan, dan penyidik wajib menyerahkan tembusan surat
perintah penangkapan kepada keluarga tersangka agar demi adanya kepastian
hukum terhadap keluarga tersangka. Kecuali dalam hal tertangkap tangan
melakukan tindak pidana maka penyidik dapat melakukan penangkapan tanpa
harus disertai surat perintah penangkapan dengan ketentuan penyidik harus
segera menyerahkan pelaku yang tertangkap tangan kepada penyidik atau
penyidik pembantu yang terdekat.
Penangkapan terhadap seorang tersangka pelaku tindak pidana kejahatan
memiliki batas waktu selama 1 (satu) hari, hal ini sebagaimana yang ditentukan

Universitas Sumatera Utara

dalam Pasal 19 ayat 1 KUHAP. Penangkapan yang dilakukan lebih dari satu hari
dikatakan sebagai suatu pelanggaran hukum dan penangkapan dianggap tidak sah
sehingga tersangka harus dibebaskan dengan segera. Tersangka, keluarga tersangka
ataupun penasehat hukumnya dapat mengajukan praperadilan terhadap sah atau
tidaknya penangkapan tersangka dan dapat menuntut ganti rugi.
Penangkapan tidak boleh dilakukan terhadap tersangka tindak pidana
pelanggaran sebagaimana yang telah ditentukan dalam Pasal 19 ayat 2 KUHAP,
namun apabila tersangka tindak pidana pelanggaran tidak memenuhi panggilan
penyidik selama 2 (dua) kali berturut-turut tanpa alasan yang sah maka tersangka
dapat ditangkap dan dibawa ke kantor polisi dengan paksa untuk dilakukan
pemeriksaan.
B.

Penahanan
Penahanan merupakan salah satu bentuk perampasan kemerdekaan bergerak

seseorang, sehingga penahanan merupakan suatu kewenangan penyidik yang sangat
bertentangan dengan hak asasi manusia. 52 Penahanan berkaitan erat dengan
penangkapan karena seorang tersangka pelaku tindak pidana yang setelah ditangkap
dan memenuhi persyaratan sebagaimana telah ditentukan oleh Undang-undang, baru

52

Ibid, halaman 20

Universitas Sumatera Utara

dapat dikenakan penahanan guna kepentingan pemeriksaan. Jadi penangkapan
merupakan langkah awal dari perampasan kemerdekaan tersangka atau terdakwa. 53
Penahanan seseorang yang dianggap telah menjadi tersangka dimaksudkan
juga sebagai bahan-bahan pembuktian berupa orang, orang ini biasanya adalah yang
melakukan perbuatan melanggar Hukum Pidana dan yang menjadi korban dari
perbuatan itu sendiri, misalnya orang yang ditipu, dihina dianiaya, dan lain
sebagainya (saksi). 54
Menurut ketentuan Pasal 21 ayat 4 KUHAP tidak semua tersangka tindak
pidana pelanggaran tidak dapat ditangkap dan ditahan karena menurut ketentuan ini
penahanan dapat dilakukan terhadap tersangka pelaku percobaan tindak pidana dan
terhadap orang yang memberi bantuan untuk terjadinya suatu tindak pidana.
Penahanan merupakan salah satu bentuk perampasan kemerdekaan bergerak
seseorang, sehingga penahanan merupakan suatu kewenangan penyidik yang sangat
bertentangan dengan hak asasi manusia. 55 Penahanan merupakan suatu wewenang
yang tidak hanya dapat dilaksanakan oleh penyidik, tetapi juga dapat dilaksanakan
oleh instansi penegak hukum lainnya yakni Penuntut Umum maupun lembaga
peradilan. Pasal-pasal yang mengatur tentang ketentuan penahanan yang dapat
dilakukan oleh beberapa instansi penegak hukum pengaturannya tidak terpisah dalam

53

Ratna Nurul Afiah, Op.cit, halaman 35-36
R. Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara Pidana di Indonesia, Sumur Bandung, Bandung,
1983, halaman 60
55
Mahmud Mulyadi, Op.Cit., halaman 20
54

Universitas Sumatera Utara

beberapa peraturan perundang-undangan tetapi diatur secara keseluruhan dalam
KUHAP.
Dasar hukum wewenang penyidik dalam melakukan penahanan adalah Pasal 7
ayat (1) huruf (d) KUHAP, Pasal 11 KUHAP, Pasal 20 ayat (1) KUHAP, Pasal 21 s/d
24 KUHAP, Pasal 29 s/d 31 KUHAP, pasal 75 KUHAP dan Pasal 123 KUHAP
Berdasarkan

ketentuan Pasal 1 angka 21 KUHAP, penahanan adalah

penempatan tersangka atau terdakwa ditempat tertentu oleh penyidik atau penuntut
umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur
dalam Undang-undang ini.
Dasar hukum inilah memberikan wewenang kepada seluruh instansi penegak
hukum untuk melaksanakan penahanan yang tidak hanya terbatas dapat dilaksanakan
oleh penyidik. Perlu diketahui bahwa dalam melakukan penahanan penyidik harus
disertai Surat Perintah Penahanan yang dikeluarkan oleh Kepala Kesatuan, atau
pejabat yang ditunjuk selaku penyidik/penyidik pembantu atau pelimpahan
wewenang dari penyidik dan surat tembusannya harus diserahkan kepada keluarga
tersangka agar keluarga tersangka dapat mengontrol penahanan yang dilakukan
penyidik terhadap tersangka serta memeriksa sah atau tidaknya penahanan. Sehingga
jika tidak ada surat tugas pengantar kepada keluarga tersangka, maka tersangka
berhak menolak untuk memenuhi perintah penangkapan. Surat itu demikian

Universitas Sumatera Utara

pentingnya dengan tujuan menegakkan hukum dan agar jangan terjadi penangkapan
atau penahanan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. 56
Penahanan yang dilakukan penyidik terhadap tersangka semata-mata
bertujuan untuk membantu mempelancar proses penyidikan, karena adanya kenyataan
perlu dilakukan pemeriksaan penyidikan secara objektif. Hal ini penting agar tercapai
suatu proses penyidikan yang tuntas dan sempurna sehingga hasil penyidikan tersebut
dapat diteruskan kepada penuntut umum dan dijadikan sebagai dasar pemeriksaan
didepan sidang peradilan.
Perintah penangkapan dilakukan terhadap seorang yang diduga keras
melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup, ini berarti
penyidik sekurang-kurangnya telah memiliki dan memegang sesuatu barang bukti,
atau pada seseorang kedapatan benda-benda curian, atau telah mempunyai sekurangkurangnya seorang saksi. 57
Sebelum melakukan penahanan terhadap tersangka, penyidik harus terlebih
dahulu alasan-alasan untuk melakukan penahanan terhadap tersangka. Dilakukannya
kekeliruan dalam penahanan dapat mengakibatkan hal-hal fatal bagi penahanan,
seperti dapat dilakukannya tuntutan ganti rugi sebagaimana yang diatur dalam Pasal
95 KUHAP disamping dapat dilakukannya praperadilan. 58

56

Mohammad Taufik Makarao,Suhasril, OpCit, Halaman 34
Ibid
58
Mahmud Mulyadi, Op,.cit, halaman 20
57

Universitas Sumatera Utara

Penahanan yang dilakukan penyidik harus didasari alasan sebagai berikut:
1. Alasan subjektif
Penahanan dilakukan terhadap tersangka yang diduga keras berdasarkan bukti
yang cukup melakukan atau percobaan melakukan atau pemberian bantuan dalam
tindak pidana, dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran nahwa
tersangka :
a. Akan melarikan diri
b. Akan merusak atau menghilangkan barang bukti
c. Akan mengulangi tindak pidana
d. Akan mempengaruhi atau menghilangkan saksi
3. Alasan Objektif
Penahanan hanya dapat dilaksanakan dalam hal tersangka melakukan:
a. Tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih
b. Tindak pidana terhadap pasal-pasal tertentu sebagaimana diatur dalam Pasal 21
ayat (4) huruf (b) KUHAP. Penahanan dapat dilakukan terhadap tindak pidana
yang ancaman hukumannya dibawah 5 tahun, dengan pertimbangan apabila
tindak pidana yang dilakukan melanggar ketentuan pasal-pasal yang dianggap

Universitas Sumatera Utara

sangat mempengaruhi ketertiban di masyarakat pada umumnya dan ancaman
terhadap keelamatan badan orang pada khususnya. 59
Penahanan yang dilakukan penyidik terhadap tersangka tidak boleh dilakukan
di sembarang tempat, tersangka harus ditahan ditempat tertentu sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan. Ditinjau dari ketentuan yang diatur dalam
Pasal 21 ayat 1 KUHAP, jenis penahanan yang dilakukan terhadap tersangka dapat
berupa:
a. Penahanan Rumah tahanan Negara
Mengenai penahanan yang dilakukan terhadap tersangka pada rumah tahanan
Negara hal ini diatur dalam ketentuan Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun
1983 jo, Pasal 1 Peraturan menteri Kehakiman No.M.04.UM.01.06 tahun 1983
dimana ditentukan bahwa:
1.

Didalam

Rutan

ditempatkan

tahanan

yang

masih

dalam

proses

penyidikan,penuntutan, dan pemeriksaan di Pengadilan Negeri , Pengadilan
Tinggi, dan Mahkamah Agung.
2.

Semua tahanan berada dan ditempatkan dalam Rutan tanpa kecuali,
tetapitempat tahanan dipisahkan berdasarkan:
a. Jenis kelamin
59

Yesmil Anwar& Adang, Sistem Peradilan Pidana, Widya Padjajaran, Bandung, 2009,
halaman 146

Universitas Sumatera Utara

b. Umur
c. Tingkat Pemeriksaan
Selain itu dalam peraturan Menteri Kehakiman tersebut diatur juga hak-hak tersangka
yang pada intinya adalah sebagai berikut: 60
a. Hak atas perawatan kesehatan
b. Perawatan rutin dirumah sakit
c. Pengobatan dalam keadaan terpaksa,bersifat mendadak
d. Penjagaan dan pengawasan tahanan yang dirawat dirumah sakit
e. Hak atas perawatan rohani antara lain fasilitas sarana pendidikan
f. Larangan wajib kerja
g. Hak mendapat kunjungan keluarga dan penasihat hukum.
b. Penahanan Rumah
Pelaksanaan

penahanan

rumah

diberikan

oleh

pejabat

yang

berwenang/penyidik kepada tersangka dengan cara melakukan penahanan terhadap
tersangka dirumah tinggal ataupun kediaman tersangka dan mendapat pengawasan
dari penyidik.
Mengenai tata cara pengawasan terhadap tersangka yang menjalani tahanan
undang-undang sendiri tidak menentukan. Pengaturan pelaksanaan pengawasan
terhadap tahanan rumah sepenuhnya tergantung pada kebijaksanaan pejabat yang

60

Mohammad Taufik Makarao,Suhasril,Op.cit,39-40

Universitas Sumatera Utara

bersangkutan. Pengawasan terhadap tersangka dilakukan berdasarkan kebutuhan dan
menyangkut tindak pidana yang di sangkakan kepada tersangka, apakah harus
dikawal dan diawasi secara terus menerus atau pengawasan nya dapat dilimpahkan
kepada Kepala desa maupun kepada Ketua RT atau Ketua RW. Tujuan utama
melakukan pengawasan adalah untuk menghindari terjadinya sesuatu yang
menimbulkan kesulitan dalam penyidikan, penuntutan, atau pemeriksaan sidang
pengadilan. 61
Seorang tersangka yang sedang menjalani tahanan rumah diperbolehkan
meninggalkan rumah tempat penahanannya,hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 22
ayat 2 dan 3 KUHAP, dimana disebutkan bahwa “tersangka atau tedakwa hanya
boleh keluar rumah dengan izin penyidik, penuntut umum, atau hakim yang memberi
perintah penahanan. Izin keluar rumah dimintakan dari pejabat penyidik, jika tahanan
secara yuridis berada dalam tanggung jawabnya dan kalau yang memerintahkan
penahan rumah itu hakim, izin keluar rumah harus atas persetujuan hakim yang
bersangkutan. 62
c. Penahanan kota
Penahanan

kota merupakan salah satu jenis penahanan yang dilakukan

terhadap tersangka/terdakwa pada kota tempat kediaman tersangka/terdakwa.
Pengertian kota meliputi wilayah desa, kampung, maupun dusun. Penahanan kota

61
62

Ibid
Ibid

Universitas Sumatera Utara

merupakan suatu tindakan pengawasan yang dilakukan penyidik sama seperti
penahanan rumah, tetapi yang membedakan penahanan kota ini adalah bahwa
peengawasan yang

dilakukan terhadap tersangka atau terdakwa tidak dilakukan

secara langsung. 63
Pengawasan

yang

dilakukan

secara

tidak

langsung

terhadap

tersangka/terdakwa tersebut dikarenakan bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 22 ayat
3 KUHAP, undang-undang hanya memerintahkan kepada tersangka/terdakwa untuk
wajib lapor pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Mengenai ketentuan waktu
undang-undang tidak menentukan, untuk itu maka mengenai ketetapan waktu untuk
melakukan wajib lapor, pelaksanaannya diserahkan berdasarkan kebijaksanaan
pejabat yang melakukan penahanan kota. 64
C. Penggeledahan
Salah satu peraturan hukum yang membolehkan memasuki suatu rumah
rumah atau pekarangan ini adalah Hukum Acara Pidana. Mudah dapat dimengerti,
bahwa

Pengusutan

perkara

pidana

dalam

mencari

keterangan-keterangan

seperlunya,memerlukan seringkali menginjak pekarangan atau memasuki rumah
kediaman seorang tidak dengan izin yang berhak atas pekarangan dan /atau rumah itu.
Tindakan pengusutan perkara pidana dengan maksud tersebut, lazim dinamakan

63
64

Ibid
Ibid

Universitas Sumatera Utara

“penggeledahan”. 65

Setiap

kehidupan

masyarakat

sehari-hari

penggeledahan

merupakan suatu suasana dimana terdapat seorang atau beberapa aparat kepolisian
yang mendatangi tempat atau rumah kediaman ataupun mendatangi dan menyuruh
berdiri seseorang untuk memeriksa seluruh sudut rumah ataupun memeriksa sekujur
tubuh orang yang digeledah, dengan tujuan mencari dan mendapatkan sesuatu yang
ada kaitannya dengan suatu peristiwa pidana yang sedang disidik.
Ditinjau dari segi hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
penggeledahan rumah sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 17 KUHAP adalah
tindakan penyidik untuk memasuki rumah tempat tinggal dan tempat tertutup lainnya
untuk melakukan tindakan pemeriksaan ada atau penyitaan dan atau penangkapan
dalam hal dan menurut

cara yang diatur dalam Undang-undang. Mengenai

penggeledahan badan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1 angka 18 KUHAP
adalah tindakan penyidik untuk mengadakan pemeriksaan badan dan atau pakaian
tersangka untuk mencari benda yang diduga keras ada padanya atau dibawanya serta
untuk disita. 66
Berdasarkan pengertian penggeledahan yang diatur dalam ketentuan Pasal
tersebut dapat diartikan bahwa penggeledahan merupakan tindakan penyidik yang
dibenarkan Undang-undang untuk memasuki dan melakukan pemeriksaan baik
terhadap rumah kediaman ataupun badan dan pakaian seseorang, dan tidak hanya

65
66

R. Wirjono Prodjodikoro, Op.Cit, halaman 67
Ibid.,

Universitas Sumatera Utara

terbatas pada pemeriksaan saja tetapi juga dapat disertai dengan tindakan
penangkapan dan penyitaan oleh penyidik. Tindakan penggeledahan ini semata-mata
bertujuan untuk membantu kepentingan penyelidikan maupun penyidikan agar dapat
dikumpulkan fakta dan bukti yang berkaitan dengan suatu tindak pidana, atau untuk
menangkap seseorang yang sedang berada didalam rumah atau suatu tempat yang
diduga keras sebagai tersangka pelaku tindak pidana. 67
Prakteknya seringkali kita temukan prilaku dari aparat hukum yang merugikan
masyarakat. Seperti dalam proses penyidikan seringkali aparat dalam menjalankan
tugasnya untuk memperoleh informasi dari para tersangka seringkali menggunakan
kekerasan. Selain itu, pada saat penggeledahan aparat juga seringkali tidak memenuhi
rambu-rambu yang berlaku yang ditetapkan dalam UU. Seperti harus mengembalikan
barang-barang yang dalam proses penggeledahan ke tempat semula. Padahal dalam
UU di jelaskan bahwa setelah pengeledahan barang-barang yang di pindahkan harus
di kembalikan seperti sebelum penggeledahan. Menyikapi hal tersebut sebenarnya
UU sudah mengaturnya seperti yang di atur dalam pasal 95 KUHAP tentang
rehabilitasi dan ganti rugi. Namun dalam kenyataannya hal tersebut tidak di jalankan
oleh aparat penegak hukum. Dari produk hukumnya sendiri, kebanyakan belum bisa
mewujudkan dan mengayomi rasa keadilan dan kesejahteraan masyarakat. 68

67

H. Sunaryo dan Ajen Dianawati, Tanya Jawab seputar hukum acara pidana, Visimedia,
jakarta, 2009 halaman 16
68
Pelaksanaan Hukum dalam masyarakat, http://marx83.wordpress.com/hukum/, diakses
pada jumat 1 februari 2013 15.30 wib

Universitas Sumatera Utara

Disisi lain hukum-hukum yang ada sekarang kebanyakan bersifat reaksioner,
artinya UU tersebut di ciptakan ketika ada sebuah peristiwa atau kejadian. Kelemahan
dari UU yang lahir dari adanya peristiwa adalah apabila ada kejadian yang lain maka
UU tersebut tidak bisa di gunakan. Selama ini tataran konsep hukum kita bisa di
katakan sudah cukup baik walaupun sebagian besar hukum yang ada sekarang
merupakan produk warisan dari para penjajah yang di adakan tambal sulam di sanasini. Akan tetapi pada tataran aplikatifnya hukum yang ada sekarang ini bisa kita
katakan masih kurang bisa memenuhi rasa keadilan dari masyarakat hal ini tidak lain
disebabkan oleh prilaku dari aparat penegak hukum itu sendiri. Melihat kenyataan
yang demikian itu masyarakat menjadi kecewa terhadap aparat penegak hukum
berujung pada hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap hukum yang ada yang di
tandai dengan makin banyaknya aksi main hakim sendiri. 69
Berbeda dengan pelaksanaan penahanan yang dapat dilakukan masing-masing
instansi

penegak

hukum

dalam

semua

tingkat

pemeriksaan

berwenang,

penggeledahan hanya dapat dilaksanakan oleh penyidik baik penyidik kepolisian
maupun penyidik pegawai negeri sipil. Hal ini dikarenakan penggeledahan hanya
dilakukan pada proses pemeriksaan penyelidikan ataupun pemeriksaan, tidak terdapat
pada tingkat pemeriksaan penuntutan dan pemeriksaan peradilan.
Penyidik tidak berdiri sendiri dalam melaksanakan penggeledahan karena
penyidik diawasi dan dikaitkan dengan Ketua Pengadilan negeri, karena pada saat
69

Ibid.,

Universitas Sumatera Utara

melakukan penggeledahan, penyidik wajib memerlukan bantuan dan pengawasan
Ketua pengadilan Negeri, berupa: 70
1. Terhadap penggeledahan biasa yang dilakukan ddalam keadaan

normal,

penggeledahan hanya dapat dilakukan penyidik apabila telah mendapat izin dari
ketua Pengadilan Negeri berupa Surat Izin Penggeledahan
2. Terhadap penggeledahan luar biasa yang dilakukan dalam keadaan mendesak
penyidik dapat melakukan penggeledahan dengan segera tanpa harus ada izin
dari Ketua pengadilan Negeri terlebih dahulu, namun setelah melakukan
penggeledahan penyidik wajib meminta persetujuan Ketua Pengadilan Negeri
yang bersangkutan.
Kerjasama tersebut bertujuan untuk menjamin ketertiban dan kepastian hukum
bahwa Undang-undang menempatkan instansi penyidik berada dalam kedudukan,
kedudukan keharusan melakukan hubungan kerja sama dengan instansi pengadilan
negeri, dalam arti sebagai pembatasan atas keluasaan mempergunakan wewenang
penggeledahan yang diberikan Undang-undang kepadanya. 71
Penyidik yang melakukan penggeledahan terhadap rumah tempat tinggal
seseorang wajib memberikan salinan berita acara penggeledahan kepada penghuni
atau pemilik tempat yang digeledah. Pelaksanaan penggeledahan harus disaksikan
oleh dua orang saksi dan apabila penggeledahan dilakukan tanpa persetujuan

70
71

H Sunaryo dan Ajen Dianawati, Op.cit, halaman 17
M.Yahya harahap, Op,.cit, halaman 257

Universitas Sumatera Utara

penghuni atau pemilik tempat, maka penggeledahan juga harus disaksikan oleh
kepala Desa atau kepala lingkungan. 72
Secara nyata penggeledahan merupakan suatu tindakan yang bersifat upaya
paksa (dwang middelen), langsung atau tidak , tindakan penggeledahan menimbulkan
ketakutan terhadap seluruh penghuni rumah. Sangat diharapkan penggeledahan itu
dilakukan dengan memilih waktu yang tepat untuk mengurangi akibat negatif yang
dirasakan anak maupun keluarga tersangka. Waktu yang paling baik dan tepat adalah
apabila penggeladahan dilakukan pada waktu siang hari karena adanya kemungkinan
anak tersangka sedang bersekolah dan tetangga tersangka sedang bekerja di luar
rumah. Pasal 3 staatblad Nomor 84 tahun 1865 bahkan melarang penggeladahan
rumah dilakukan malam hari dengan peengecualian dalam keadaan mendesak sekali
baru dapat dilakukan penggeledahan pada malam hari. Penyidik dalam melakukan
penggeledahan diharapkan dapat menacari momen waktu yang tepat untuk
menghindari akibat negatif penggeledahan yang dapat merusak perkembangan mental
dan kejiwaan anak-anak dan keluarga tersang