Perilaku Ibu dalam Pemberian Pertolongan Persalinan pada Dukun Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Rasoki Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif
dengan desain studi kasus untuk mengetahui perilaku ibu dengan pemanfaatan
penolong persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Rasoki Kota
Padangsidimpuan Tahun 2017.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Labuhan Rasoki Kota
Padangsidimpuan. Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah masih terdapatnya
masyarakat yang melakukan penolong persalinan non kesehatan (dukun beranak)
di wilayah tersebut.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan November 2016 - Januari 2017.

3.3. Informan Penelitian
Pemilihan informan dilakukan secara purposif yaitu pemilihan informan
sesuai kriteria yang diinginkan peneliti. Informan dalam penelitian ini antara lain

seluruh dukun bayi yang berada di wilayah kerja Puskesmas Labuhan Rasoki, Ibu
bayi yang melakukan persalinan di dukun beranak dan petugas kesehatan yang
bekerja di wilayah kerja Puskesmas Labuhan Rasoki.

31
Universitas Sumatera Utara

32

3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer diperoleh dengan hasil pengumpulan data responden melalui
wawancara mendalam dengan pedoman wawancara yang sudah dipersiapkan
untuk mengetahui identitas, perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) pada Ibu
yang memanfaatkan pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Labuhan
Rasoki Kota Padangsidimpuan.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan
tahunan PWS-KIA tentang cakupan pertolongan persalinan dan laporan tahunan
Puskesmas Labuhan Rasoki Kota Padangsidimpuan.


3.5 Instrumen Penelitian
Untuk pengumpulan data, digunakan instrumen berupa pedoman
wawancara mendalam. Sebelum finalisasi pedoman wawancara, peneliti
melakukan uji coba pedoman wawancara. Uji coba dilakukan pada informan yang
mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan informan penelitian. Uji coba
pedoman dilakukan untuk memastikan bahwa semua pertanyaan yang dibuat
sudah cukup dan dapat menjawab tujuan penelitian.

3.6 Prosedur Pengambilan Data
Pada tahap pertama, peneliti meminta izin kepada pihak Puskesmas untuk
melakukan penelitian di wilayah kerja mereka. Sebelum wawancara dilakukan,
peneliti membacakan inform consent kepada informan dan ditanyakan

Universitas Sumatera Utara

33

kesediaannya untuk diwawancarai dan izin untuk merekam wawancara. Jika
setuju di wawancara, maka inform consent ditandatangani oleh informan. Pada

saat wawancara, peneliti akan mencatat hal-hal penting yang terjadi selama proses
wawancara berlangsung agar tidak ada informasi yang terlewatkan.

3.7 Pengolahan Dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Transkip rekaman
wawancara dan catatan selama proses wawancara . Hasil catatan lapangan harus
disempurnakan penulisannya dan dilengkapi dengan hasil rekaman agar catatan
menjadi lengkap. Tujuannya adalah untuk menjaga keakuratan dan kelengkapan
informasi. Untuk keperluan analisis, dibuat matriks berdasarkan masing-masing
hasil wawancara. Dengan menggunakan teknik analisis isi, berpedoman terhadap
transkrip dan matriks dibuat laporan hasil penelitian. Matriks sangat membantu
dalam menetapkan kategori jawaban informan.

3.8 Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menjamin kualitas data, dilakukan uji validitas yang dilakukan
dengan teknik Triangulasi sumber (menggunakan informan yang berbeda-beda
kemudian di cross check dengan informan lainnya), dalam hal ini membandingkan
jawaban informan dengan key informan.

3.9 Definisi Istilah

Sesuai fokus kajian dan tujuan penelitian, deskripsi fokus penelitian akan
disusun berdasarkan

karakteristik, pengetahuan, kepercayaan ibu dalam

pemanfaatan pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Labuhan Rasoki

Universitas Sumatera Utara

34

Padangsidimpuan Tenggara Tahun 2017.

Sebagai

pedoman

awal

untuk


pengumpulan informasi sesuai fokus penelitian, digunakan defenisi operasional
yang dikembangkan seperti uraian di bawah ini.
1. Karakteristik adalah faktor yang melekat dari dalam diri responden yang
dapat membedakan responden yang mencakup umur, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan dan paritas.
a. Umur adalah lama hidup ibu yang dihitung sejak tahun dilahirkan sampai
tahun pada saat penelitian dilakukan yang dibagi atas umur dengan
reproduksi sehat (20 – 35 tahun) dan resproduksi tidak sehat ( 35
tahun)
b. Pendidikan yaitu sekolah formal yang pernah dicapai oleh responden
berdasarkan ijazah terakhir, yang dibedakan atas : SD, SLTP, SLTA,
Perguruan tinggi
c. Pekerjaan yaitu suatu kegiatan/aktivitas yang dilakukan responden secara
rutin selain sebagai ibu rumah tangga dan mendapatkan imbalan berupa
uang atau barang untuk memenuhi kebutuhan keluarga, yang dibedakan
atas bekerja dan tidak bekerja.
d. Pendapatan yaitu jumlah penghasilan suami istri perbulan yang terdiri dari
penghasilan pokok dan sampingan yang dihitung dalam rupiah, menurut
Upah Minimum Rata-Rata Padangsidimpuan No.561/20442138/K/Tahun

2010 yang dikelompokkan menjadi kurang dari Rp. 1.020.000,- lebih atau
sama dengan Rp. 1.020.000,- perbulan .

Universitas Sumatera Utara

35

e. Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dilakukan oleh ibu nifas
sebagai responden hingga waktu penelitian yang dibedakan menjadi
jumlah anak < 2 dan jumlah anak = 2.
2. Pengetahuan adalah segala hasil tahu responden tentang memanfaatkan
pertolongan persalinan yang dikategorikan menjadi pengetahuan baik, sedang
dan buruk.
3. Sikap adalah respon/penilaian responden tentang memanfatkan pertolongan
persalinan yang dikategorikan baik, sedang, dan buruk.
4. Pemanfaatan penolong persalinan yaitu penolong persalinan yang digunakan
oleh seorang ibu dalam melahirkan bayi yang diikuti pengeluaran plasenta dari
tubuh ibu yang dikategorikan sebagai tenaga kesehatan dan tenaga non
kesehatan.
a. Tenaga kesehatan adalah orang yang memperoleh pendidikan kesehatan

yang berupaya melakukan pertolongan persalinan yang meliputi dokter,
perawat, bidan.
b. Tenaga non kesehatan adalah orang yang tidak memperoleh pendidikan
kesehatan yang berupaya melakukan pertolongan persalinan seperti dukun
beranak.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Letak Geografis
Puskesmas Labuhan Rasoki merupakan salah satu Puskesmas yang berada
di bagian Tenggara Kota Padangsidimpuan tepatnya di desa Labuhan Rasoki
dengan luas wilayah ± 14,197 km².
Wilayah kerja Puskesmas Labuhan Rasoki terdiri dari 5 Desa dengan batas
wilayah sebagai berikut :
 Utara


: Lahan Perkebunan PTPN

 Timur

: Desa Sibaganding Kecamatan Batang Angkola Kabupaten
Tapanuli Selatan

 Selatan

: Desa Huta Padang Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara

 Barat

: Desa Batang Bahal Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua

Sebagaimana daerah Kota Padangsidimpuan, Labuahan Rasoki tergolong
daerah beriklim tropis,sehingga daerah ini memiliki dua musim yaitu musim
kemarau dan musim penghujan. Posisi Puskesmas Labuhan Rasoki ± 15 km dari
pusat kota Padangsidimpuan, berada pada daerah


yang berbatasan langsung

dengan daerah Kabupaten Tapanuli Selatan.

36
Universitas Sumatera Utara

37

4.1.2 Kependudukan
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Luas WilayahDi Puskesmas Labuhan
Rasoki Tahun 2015
No

Desa

LuasWilayah(km²)

Tarutung Baru
0,97

Labuhan Rasoki
2,17
Manuuggang Jae
1,227
Perkebunan Pijokoling 6,88
Labuhan Labo
3,08
Jumlah
14,197
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Padangsidimpuan
1
2
3
4
5

JumlahPenduduk
253
1908
1958

333
1340
5792

Desa Manunggang Jae memiliki jumlah penduduk terbesar yaitu 1.958
jiwa (33,80%), dan terendah Desa Tarutung Baru sebanyak 253 jiwa (4,36%).
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
PuskesmasDi Puskesmas Labuhan Rasoki Tahun 2015

Menurut

No

Desa

Laki-laki

%

Perempuan

%

1.
2.
3.
4.

Tarutung Baru
Manunggang Jae
Labuhan Rasoki
Perkebunan
Pijorkiling
Labuhan Labo
Jumlah

125
966
974

4.34
33.54
33.81

128
942
984

4.39
32.34
33.79

179

6.22

154

5.29

636
2.880

22.08

704
2.912

24.17

5.

Sumber :Badan Pusat Statistik Kota Padangsidimpuan, 2015
Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yang terbanyak terdapat di
desa Manunggang Jae,sedangkan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan
terendah terdapat di desa Tarutung Baru.

Universitas Sumatera Utara

38

4.1.3 Sosial Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari pembangunan
yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pada umumnya penduduk
Labuhan Rasoki bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang.
Masyarakat

Labuhan

Rasoki

bersuku

batak,

mandailing

dan

Jawa,menganut agama islam dan kristen sedangkan pengantar dalam pergaulan
sehari-hari adalah bahasa jawa dan bahasa batak.

4.2 Matriks Distribusi Informan
4.2.1 Faktor Predisposing
4.2.1.1 Umur
Dari hasil wawancara peneliti terhadap informan tentang unsur informan
saat ini dapat dilihat dari matriks berikut:
Matriks 4.1Matriks umur informan saat dilakukan wawancara
Nomor
Informan
1-1
1-2
1-3
2-1
2-2
2-3
3-1
3-2

Umur informan saat dilakukan wawancara

Umur aku sekarang 32 tahun, aku melahirkan sejak umurku 25
tahunlah...
Aku sekarang berumur 26 tahun...dan melahirkan setahun aku habis
nikah kira-kiraumur aku 22 tahun
Aku sekarang berumur 29 tahun...aku melahirkan mulai umur 21
tahun
Usia wawak sekarang udah 58 tahun
Sekarang usia udah masuk umur 63 tahun
65 tahun… udah tua saya ini
Usia memasuki umur 45 tahun
Ibu udah masuk umur 53 tahun dek

Dari matriks diatas informan yang berumur 32 tahun 1 informan umur saat
melahirkan pertama adalah 25, yang berumur 26 tahun 1 informan umur saat

Universitas Sumatera Utara

39

melahirkan pertama adalah 22 tahun dan yang berumur 29 tahun 1 informan umur
saat melahirkan pertama adalah 21 tahun, sedangkan usia informan pendukung
adalah 45 tahun 1 informan, 53 tahun 1 informan, 58 tahun 1 informan, 63 tahun 1
informan dan 65 tahun sebanyak 1 informan.
4.2.1.2 Pendidikan Informan
Hasil

wawancara peneliti

terhadap informan tentang pendidikan

informansebagai berikut :
Matrik 4.2Martiks pendidikan informan
Nomor
Informan
1-1
1-2
1-3
2-1
2-2
2-3
3-1
3-2

Pendidikan informan
Aku hanya tamat SMP
Tamat SMA saja aku
Aku hanya tamat SMA
Wawak cuma tamat SD
Saya tamat SD
Bersekolah SD saja
Saya sudah paskasarjana
Saya tamat DIV

Dari matriks diatas dapat dilihat bahwa informan yang tamat SMA ada
2informan dan yang amat SMP hanya 1 informan, kemudian 3 informan hanya
tamat SD dan 1 informan paskasarjana dan 1 informan DIV.
4.2.1.3 Paritas Informan
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan
tentangParitas informan yakni jumlah anak yang dilahirkan informan sampai
dengan saat inidapat dilihat ada matriks berikut :

Universitas Sumatera Utara

40

Matrik 4.3Matriks Paritas informan
Nomor
Paritas informan
Informan
1-1
Aku sudah punya anak 3 orang ...ya tiga kalilah aku melahirkan...dan
semua denganDukun bayi
1-2
Anak aku sudah dua orang... ya sudah dua kalilah aku melahirkan ya
semua pakai dukun bayi kampong
1-3
Aku melahirkan sudah dua kalilah ... semua pakai dukun bayi
Dari matris diatas dapat dilihat bahwa Paritas informan 2 informan
2Paritas, dan 1 informan 3 Paritas.
4.2.1.4 Pendapatan Informan
Berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap informan tentang
jumlahpendapatan keluarga informan dalam sebulan dapat dilihat dari matriks
berikut
Matriks 4.4Matriks jumlah pendapatan keluarga informan
Nomor
Jumlah pendapatan keluarga informan
Informan
1-1
Sebulan dapatlah 1.000.000 rupiah...ya cukup tak cukuplah... kami
tidak punya kartusehat itu... ya kalau berobat gratis di puskesmas...
kalau melahirkan tak pernahlah akudengar gratis.
1-2
Ya dapatlah 800.000 rupiah sebulan ... tidak cukuplah ya utanglah
dikedai... kami tidakpunya kartu sehat tapi kalau di puskesmas
memang gratis, tapi kalau melahirkanbayarlah...
1-3
Sebulan dapat 1.000.000 rupiah ... ya kalau dibilang cukup tidaklah
kerena bayar kredit kereta lagi 300.000 rupiah... kami tidak ada kartu
sehat ya kalau berobat di puskesmas gratis, kalaumelahirkan tidak
pernah dengar yang gratis.
Dari matriks diatas dapat dilihat bahwa jumlah pendapatan keluarga
2informan 1.000.000 rupiah, dan 1 informan 800.000 rupiah. Dengan pendapatan
ini tidak cukup apalagi ada kredit kereta 1 informan dan seluruh informan tidak
memiliki kartu sehat atau JPKM.

Universitas Sumatera Utara

41

4.2.1.5 Pengetahuan Informan
A. Pengetahuan informan tentang persalinan yang aman
Berdasarkan

hasil

wawancara

peneliti

terhadap

informan

tentangpengetahuan informan tentang persalinan yang aman sebagai berikut :
Matriks 4.5Matriks Pengetahuan informan tentang persalinan yang aman
Nomor
Pengetahuan informan tentang persalinan yang aman
Informan
1-1
Menurut aku persalinan aman itu ya kalau ibu sama anaknya
selamat…anaknya lahir dengan sehat
1-2
Ya kalau anak sama ibunya selamat berarti udah amannya
persalinannya itu menurutku
1-3
Kalau bayinya sehat gak ada masalah pas melahirkan udah amannya
itu persalinannya, mamaknya gak banyak habis keluar darahnya
2-1
Menurut wawak sih kalau persalinan aman itu ya kalau anaknya sehat
sama mamaknya juga sehat, gak ada masalah pas persalinannya
3-2
Persalinan yang aman itu ya persalinan yang ditolong oleh tenaga
medis, dengan alat yang bersih dan steril serta sesuai dengan prosedur
yang ditetapkan oleh aturan medis.
Dari matrik diatas dapat dilihat bahwa hampir semua ibu menjawab bahwa
persalinan aman itu apabila ibu dengan anak selamat dan sehat dan 1 informan
lagi menjawab persalinan yang ditolong oleh tenaga medis, dengan alat yang
bersih dan steril serta sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh aturan medis.
B. Pengetahuan informan tentang penolong persalinan yang tepat
Adapun dari hasil wawancara peneliti terhadap informan tentang penolong
persalinan yang tepat, hal tersebut dapat dilihat dalam matriks berikut :

Universitas Sumatera Utara

42

Matriks 4.6Matriks Pengetahuan tentang penolong persalinan yang tepat
Nomor
Pengetahuan tentang penolong persalinan yang tepat
Informan
1-1
Dukun. Karena dukun ada kusuk-kusuk dan tidak pakai suntik-suntik
(karena aku takut di suntik), kebiasaan kalau dengan dukun biayanya
agak murah …Rp 300.000 dan bidan Rp 400.000.
1-2
Sudah tiga orang anak aku ditolong sama dukun dan tak ada masalah
jadi dukun. Kalau susah baru panggil bidan. Dan biayanyapun murah
...Rp 300.000
1-3
Dukun......dikusuk supaya cepat lahir bayinya tidak perlu disuntik,
dengandukun bayi karena biayanya lebih murah orang tuaku dulu
malahirkan juga dengandukun bayi... biaya juga murah hanya
Rp.300.000 kalau bidan lebih lah kemarentetangga ku itu kena 1 juta
mahal kali....
2-2
Siapa saja bisa menolong orang lahiran asalkan dia ada pengalaman
dan tahu bagaimana cara menolong lahiran, tapi kebanyakan
masyarakat memilih penolong persalinan dari yang orang itu percayai
3-1
Penolong yang tepat diharapkan semuanya itu adalah kepada bidan
yang terlatih, bidan yang sudah punya STR yang bisa melaksanakan
praktek pada puskesmas ataupun wilayahnya.
Dari

matrik

diatas

dapat

dilihat

penolongpersalinan yang tepat adalah

seluruh

informan

mengatakan

dukun bayi, dengan beberapaalasan

diantaranya 2 informan mengatakan karena dengan dukun bayi ada kusukdan
tidak

ada

suntik,

sebagian

besar

informan

mengatakan

kebiasaan

melahirkandengan dukun bayi atau belum pernah melahirkan dengan bidan
(tenagakesehatan), alasan melahirkan dengan dukun bayi biaya lebih murah
diutarakanoleh seluruh informan yakni biaya dengan dukun bayi Rp 300.000,
sedangkan 1 informan menjawab siapa saja bisa asalkan ada pengalaman dan 1
informan lain menjawab bidan yang terlatih.

Universitas Sumatera Utara

43

4.2.1.6 Kepercayaan
A. Kepercayaan terhadap pertolongan yang diberikan dukun bayi
Adapun hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti tentang
kepercayaaninforman terhadap pertolongan yang diberikan dukun bayi, hal
tersebut dapat dilihatdari matrik dibawah ini :
Matriks 4.7 Matriks Kepercayaan terhadap pertolongan yang diberikan
dukun bayi
Nomor
Kepercayaan terhadap pertolongan yang diberikan dukun bayi
Informan
1-1
Percaya... karena dukun bayi cepat kalau diminta pertolongan dan
sudah banyakyang ditolongnya semua sama dukun bayi.
1-2
Percaya… karena dukun bayi sudah banyak menolong orang
melahirkan, aku jaditenang karena, selama menolong orang yang
dipegangnya (ditolong) selamat semua.
1-3
Percaya... karena dukun bayi cepat kalau diminta pertolongan dan
sudah banyakyang ditolongnya semua sama dukun bayi.
2-3
Ya...ada yang percaya ada juga yang enggak, kan tiap orang bedabeda pendapatnya, kalau uwak sih kalau ada yang percaya uwak obati
kalau gadak juga gak apa-apa.
3-1
jadi dukun itu punya sifat karakter, dia lebih mengena, satu dia
memakai bahasa yang sama karena dia dikampung itu juga, yang
kedua mereka itu lebih pandai menyampaikan bahwasanya itu ada
keyakinan kepada masyarakat itu seperti ada kalimat pasti sembuh
tenanglah sembuh.

Berdasarkan matrik diatas seluruh informan percaya dengan pertolongan
yangdiberikan dukun bayi karena semua yang ditolong selamat dinyatakan oleh2
informan dan 1 informan mengatakan merasa tenang, ditambahkan lagi 1
informanmengatakan karena dukun bayi cepat kalau diminta pertolongan, dan
sudahbanyak yang ditolong dukun bayi, 1 informan menjawab ada yang percaya
ada juga yang tidak kepada sang dukun dan 1 informan menjawab karena dukun

Universitas Sumatera Utara

44

punya karakter dan tinggal dikampung yang sama makanya ada rasa kepercayaan
dari masyarakat kepada dukun.

4.2.2 faktor Enabling (Enabling Faktors)
4.2.2.1 Sarana dan Prasarana
A. Sarana dan Prasarana kesehatan yang ada di wilayah tempat
tinggalinforman
Adapun hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan
tentang sarana dan prasarana kesehatan yang ada di wilayah tempat tinggal
informan dapatdilihat pada matrik berikut ini :
Matriks 4.8Matriks Sarana dan Prasarana yang ada di wilayah
Nomor
Informan
1-1
1-2
1-3
3-1

3-2

Sarana dan Prasarana yang ada di wilayah
Puskesmas, bidan, sekali seminggu ada puskesmas keliling
Bidan, puskesmas keliling, kalau puskesmas jauh dari tempat saya
Bidan, puskesmas keliling, puskesmas agak jauh dari sini
sekarang dia kegiatan-kegiatan bukan hanya penyuluhan seperti itu,
kita ada puskesmas keliling, kita terjun langsung ke desa jemput bola,
belum lagi kegiatan kita pendataan, penjaringan yang home visit,
pemberantasan jentik nyamuk ke rumah penduduk langsung dan
diberikan materi penyuluhannya
Puskesmas kita sudah 24 jam, puskesmas kita juga sudah rawat inap,
dan peralatan juga sudah memenuhi standart.

Berdasarkan matriks diatas dapat dilihat bahwa, semua informan
menyatakan bidan dan puskesmas keliling sekali seminggu, 1 puskesmas.

Universitas Sumatera Utara

45

4.2.3 Faktor Reinforcing (Reinforcing factots)
4.2.3.1 Sikap dan Perilaku petugas kesehatan
A. Pandangan terhadap sikap dan perilaku petugas kesehatan
Adapun hasil wawancara peneliti terhadap informan mengenai sikap
danperilaku petugas kesehatan menurut pandangan informan, hal ini dapat dilihat
darimatriks berikut :
Matriks 4.9 Matriks Pandangan terhadap sikap dan perilaku petugas
kesehatan
Nomor
Informan
1-1
1-2
1-3
3-1
3-1

Pandangan terhadap sikap dan perilaku petugas kesehatan
Baik, lemah lembut.
Mau menolong, ramah.
Baik, ramah.
Baik kadang suka ngajak untuk ngusuk
Petugas kita juga harus menjalankan itu dengan baik tidak boleh
berkata kasar, sopan santun,berbudaya sehingga menimbulkan rasa
kekeluargaan.

Dari matriks diatas dapat dilihat bahwa menurut 2 informan mengatakan
sikapdan perilaku tenaga kesehatan baik, 1 informan mengatakan lemah lembut,
1informan mengatakan mau menolong, 2 informan mengatakan ramah kemudia 1
informan mengatakan baik dan suka ngajak ngusuk dan 1 informan menjawab
harus sopan santun berbudaya.
4.2.3.2 Sikap dan perilaku dukun bayi saat menolong persalinan
Adapun hasil wawancara peneliti terhadap informan tentang sikap
danperilaku dukun bayi menurut pendapat informan saat menolong persalinan.
Hal ini
dapat dilihat dari matrik berikut :

Universitas Sumatera Utara

46

Matriks 4.10 Matriks Sikap dan perilaku dukun bayi saat menolong
persalinan
Nomor
Informan
1-1
1-2
1-3
2-2
2-3

Sikap dan perilaku dukun bayi saat menolong persalinan
Baik, ramah, sabar, kita dianggap saudara sendiri.
Baik orangnya, selalu menolong, senang karena Dia senang membantu kita.
Dukun itu baik, sabar…teliti (perhatian)
Ya kalau saya sih kayak menolong biasa ajalah, kita perhatikan si ibunya
perlunya apa, yang penting kita sigaplah kalau si ibu mau melahirkan.
Kita harus siap sewaktu ibu mau lahiran, kasih perhatian sama ibunya
soalnya kan kita juga pernah mengalami seperti itu jadi sedikit bisa tau apa
yang harus dibuat.

Berdasarkan data tersebut diatas 1 informan mengatakan bahwa sikap
dukun bayi saat melahirkan adalah lemah lambut,2 informan mengatakan sikap
dukunbayi sabar, 1 informan menyatakan teliti (perhatian), 3 informan
mengatakan baik, 1 informan mengatakan selalu menolong dan senang membantu,
1 informan mengatakan dianggap saudara sendirikemudian 2 informan lain
menjawab kasih perhatian sama ibu dan tanggap sewaktu-waktu ibu mau
melahirkan.
4.2.3.3 Pemilihan dukun bayi sebagai penolong persalinan
Adapun hasil wawancara peneliti terhadap informan tentang siapa
yangberperan mempengaruhi informan dalam memilih dukun bayi sebagai
penolongpersalinan, hal ini dapat dilihat pada matrik dibawah ini :

Universitas Sumatera Utara

47

Matriks 4.11 Matriks pemilih dukun bayi sebagai penolong persalinan
Nomor
Pemilih dukun bayi sebagai penolong persalinan
Informan
1-1
Dulu orang tua, karena orang tuaku melahirkan dengan dukun bayi
juga, dananakku semua lahir dengan dukun bayi.
1-2
Dulu orang tua kami, tapi sekarang aku mau sendiri melahirkan
dengan dukun bayi.
1-3
Aku mau sendiri, tapi dulu memang orang tuaku yang menyuruh aku
melahirkandengan dukun bayi.
2-1
Bisa saja karena dari keluarganya dulu wawak juga yang nolong,
makanya dia minta wawak nolong persalinannya
3-1
Kepercayaan jadi hal utama, kalau sudah percaya kan berarti
advokasi artinya sudah ada perasaan aman dan nyaman dari
masyarakat itu berobat sama dukun, tapi kalau dari yang saya lihat itu
hanya dari segi mereka pandai dengan bahasa setempat, kultur
budaya yang sama jadi mereka lebih pandai mengambil hati
masyarakat ini, tapi bukan dalam posisi medisnya.

Dari matriks diatas dapat dilihat bahwa menurut informan yang dapat
mempengaruhi informan memilih dukun bayi adalah 3 informan mengatakan
orangtua, dan 1 informan mengatakan mau sendiri, kemudian 1 informan
menjawab dari segi keluarga dan 1 informan menjawab kepercayaan.

4.3 Proses Persalinan Dukun Bayi
Saat informan mengeluarkan tanda-tanda persalinan, segera suami
informan memanggil dukun bayi dan dukun bayi menunggu sampai saat
persalinan tiba dan pada saat ibu terasa ingin mengedan dukun bayi meminta
tolong kepada orang-orang disekitar informan untuk mendorong perut ibu bagian
atas yang sebelumnya perut bagian atas ini ( fundus uteri) diikat dengan kain
dengan tujuan agar tidak bayi dalam kandungan ibu tidak naik (pendorongan bisa
dilakukan 2-3 orang). Pendorongan dilakukan sampai anak lahir, dapat dilakukan
5-10 kali tergantung tenaga ibu mengedan untuk mengeluarkan bayi.

Universitas Sumatera Utara

48

Setelah bayi lahir perut informan diikat kembali sampai batas tinggi
fundus uteri, untuk mengeluarkan ari-ari (placenta) dukun mendorong fundus uteri
sampai ari-ari lahir, kemudian baru tali pusat bayi dipotong dengan menggunakan
alas uang logam dan kunyit yang telah disediakan dukun memotong tali pusat bayi
dengan menggunakan bambu yang telah ditipiskan (tajam) dan kemudian
membungkus tali pusat dengan menggunakan kunyit yang dihaluskan dan seluruh
badan bayi di sembur dengan kunyahan sirih, gambir dan kapur yang dilakukan
dukun bayi dengan alas an agar tidak keteguran setan, kemudian bayi dibungkus
dengan menggunakan gurita dan popok serta memakaikan baju.
Selanjutnya ari-ari (placenta) dimasukkan kedalam sumpit yang sudah
disiapkan oleh keluarga dan meletakkannya pada abu yang dekat dengan tempat
memasak atau menggunakan abu yang hangat dengan maksud agar bayi tidak
mudah masuk angin sampai tali pusat lepas dari badan bayi, kemudian sumpit
yang berisi placenta yang telah kering ini di tanam bersamaan dengan sebuah
benda yang berasal dari besi seperti potongan-potongan besi dengan harapan bayi
menjadi seorang yang pemberani.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Faktor Predisposisi (Predisposing Faktor)
5.1.1 Umur
Berdasarkan umur informan saat penelitian dilakukan berada pada usia
amandalam persalinan yakni pada usia antara 20 s/d 35 tahun hal ini sesuai yang
dikatakan Syafudin dan Hamidah dalan bukunya (2009), usia seorang ibu saat
melahirkan adalah ibu dengan usia 20-35 tahun karena secara fisik dalam usia ini
seorang ibu dalam keadaan sistem reproduksi yang sudah matang atau dikatakan
reproduksi sehat,tetapi diantara informan masih ada yang hamil pertama dengan
usia 19 tahun dimana kondisi ibu secara fisik belum siap untuk melahirkan dan
bahkan juga melakukan persalinan dengan dukun. Dengan kondisi umur informan
yang berbeda ini tidak menjadi alasan informan melakukan persalinan dengan
dukun sehingga dengan demikian faktor umur tidak menjadi faktor predisposisi
informan memilih dukun bayi sebagai penolong persalinan.
5.1.2 Pendidikan
Berdasarkan pendidikan informan dari hasil penelitian dimana seluruh
informan dalam kondisi pendidikan yang rendah, karena menurut ketua umum
Pengurus Pusat Ikatan Anak Indonesia (PPIAI) dalam sambutannya pada ulang
tahun IBI (2001) bahwa persalinan di tolong oleh dukun bayi sekitar 72%
dipengaruhi oleh pendidikan yang rendah (SLTP ke bawah) dan menurut DepKes
RI bahwa pendidikan yang rendah sangat mempengaruhi dalam upaya memelihara
dan meningkatkan kesehatan sebagai aspek yang merupakan penekanan upaya

49
Universitas Sumatera Utara

50

promotif dan preventif dalam pembangunan kesehatan dan berdasarkan hasil
penelitian Suprapto, Pradono, Hapsari (2004) di Indonesia mengatakan bahwa
dengan pendidikan yang yang lebih tinggi biasanya cenderung memilih
pertolongan persalinan dengan tenaga kesehatan dibandingkan ibu yang
berpendidikan rendah. Karena pendidikan mempengaruhi kemampuan nalar
seseorang untuk mudah menerima dan memilih suatu perubahan. Dengan
demikian pendidikan menjadi faktor predisposisi informan memilih dukun bayi
sebagai penolong persalinan sesuai dengan teori Green.
5.1.3 Paritas
Berdasarkan hasil penelitian informan memiliki paritas antara 1 s/d 5
dengan demikian kondisi paritas yang dimiliki informan adalah primipara dan
multipara yakni yang memiliki paritas < 4 hal ini berdasarkan Sarwono (2006)
termasuk paritas tinggi yang dapat menyebabkan angka kematian maternal dan
juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Felly Senewe dan Ning Sulistiowati
(2001) bahwa di Indonesia ibu dengan paritas ≥ 4 Beresiko untuk mengalami
komplikasi persalinan 1,03 kali dibandingkan ibu yang memiliki anak 1-3 orang.
Tetapi hal tersebut tidak menjadi alasan informan untuk melakukan pertolongan
persalinan dengan dukun bayi,sehingga dengan kata lain faktor ini tidak menjadi
faktor predisposisi informan melakukan persalinan dengan pertolongan dukun
bayi.
5.1.4 Pendapatan
Pendapatan

informan

berdasarkan

hasil

penelitian

adalah

antara

Rp800.000 dan Rp 1.000.000, dari pendapatan tersebut sebagian atau 3 informan

Universitas Sumatera Utara

51

memiliki pendapatan dibawah UMR hal ini tidak sesuai dengan Upah Minimum
Regional (UMR) Kota Padangsidimpuan adalah 1.020.000 rupiah. Dengan
pendapatan demikian tidak mencukupi kebutuhan informan, seperti pernyataan
informan berikut:
’’Sebulan dapatlah 1.000.000 rupiah...ya cukup tak cukuplah... kami tidak

punya kartu sehat itu... ya kalau berobat gratis di puskesmas... kalau
melahirkan tak pernahlah aku dengar gratis’’.

DepKes RI (2007) menyebutkan bahwa dengan pendapatan tersebut saat
ini Indonesia memiliki penduduk miskin 16,85 %, pendapatan yang rendah
berpengaruh dalam upaya promotif dan preventif hal ini mempunyai
kecenderungan bahwa semakin tinggi pendapatan seseorang semakin mampu
untuk mencari dan menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung untuk
hidup sehat dan termasuk upaya-upaya memperoleh pertolongan persalinan yang
aman, hal ini juga sesuai dengan sambutan Ketua Umum POGI di HUT IBI
bahwa kemiskinan menyebabkan ibu-ibu memilih harga yang terendah. Sementara
keenam informan juga tidak memiliki Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat (JPKM) hal ini tidak sesuai dengan usaha pemerintah dalam
keterpurukan ekonomi yang terjadi, dengan cara memberikan pembayaran
kesehatan melalui pembayaran secara praupaya, diharapkan persalinan dapat
dilakukan dukun bayi berdampingan dengan tenaga kesehatan seperti harapan
pemerintah. Sehingga dengan biaya persalinan yang rendah ini menjadi faktor
predisposisi informan memilih dukun bayi sebagai penolong persalinannya.

Universitas Sumatera Utara

52

Hal ini sependapat dengan Grossman yang dikutip dari Tjiptoharijanto
(1994), yang menyatakan bahwa salah satu fator konsumen yang menggunakan
pelayanan kesehatan (dalam hali ini pertolongan persalinan oleh dukun bayi)
adalah faktor ekonomi yang meliputi status penghasilan. Setiap pelayanan
membutuhkan biaya sebagai kompensasi dari jasa yang diberikan, dengan
demikian tingkat ekonomi masyarakat menjadi acuan dalam pemanfaatan
pertolongan persalinan.
Hasil penelitian menunjukkan informan menyatakan bahwa biaya yang
ditetapkan oleh dukun bayi tidak mahal, sehingga masyarakat lebih dominan
melakukan persalinan pada dukun bayi. Bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
puskesmas Labuhan Rasoki yang mata pencahariannya lebih banyak bertani,
persalinan pada dukun bayi masih dianggap murah. Selain itu bila melahirkan
pada tenaga kesehatan mereka akan lebih besar mengeluarkan biaya persalinan
pada bidan.
Pelayanan pada bidan bayi lebih comprehensive, lebih lama serta tidak
kenal waktu. Pelayanan dimulai dari saat hamil, pertolongan persalinan,
perawatan ibu, perawatan bayi, pengurutan sampai 40 hari setelah melahirkan,
kapan saja diperlukan dukun bayi siap melayaninya. Begitu pula menurut mereka
biaya yang dikenakan dukun bayi lebih murah dan ringan.
Berdasarkan hasil penelitian sependapat dengan Mills dan Gibson (1990),
pemanfaatan sarana kesehatan berhubungan dengan tinggi rendahnya pendapatan,
besarnya permintaan pada pelayanan kesehatan pada khususnya pelayanan
kesehatan modern, biaya pelayanan kesehatan berperan dalam permintaan akan

Universitas Sumatera Utara

53

kebutuhan kesehatan, pada kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah
dibandingkan dengan masyarakat yang berpendapatan tinggi, sulitnya pelayanan
kesehatan dipakai secara fisik sehingga menuntut banyak pengorbanan waktu
yang akan berakibat turunnya permintaan pelayanan kesehatan modern.
Berdasarkan hasil penelitian sependapat dengan Ismail (1996), bahwa
pandangan masyarakat terhadap dukun bayi masih tinggi, seorang dukun bayi
biasanya menduduki tempat terhormat di lingkungan masyarakat tertentu, inilah
salah satu sebab masih tingginya dominasi dukun bayi dalam menolong persalinan
disamping faktor ekonomi.
5.1.5 Pengetahuan informan tentang penolong persalinan yang tepat
Adapun dari hasi penelitian yang dilakukan peneliti terhadap informan
tentang penolong persalinan yang tepat menurut informan. Dari jawaban informan
seluruhnya sama yakni dukun bayi dan sebagian informan menyatakan tenaga
kesehatan hanya dibutuhkan apabila terjadi kesulitan dalam persalinan sebagai
penolong persalinan yang tepat dengan berbagai alasan seperti dukun bayi ada
kusuk, dan tidak disuntik dengan bidan kampong biayanya juga murah yakni
Rp.300.000 dan dengan bidan Rp 400.000, hal ini dapatdilihat sebagai berikut :
”Dukun bayi. Karena dukun bayi ada kusuk-kusuk dan tidakpakai suntik-

suntik (karena aku takut di suntik),.kalaudengan dukun biayanya agak murah
…Rp 300.000 dan bidan Rp400.000”
”Sudah tiga orang anak aku ditolong sama dukun dan tak ada masalah jadi

dukun. Kalau susah baru panggil bidan. Dan biayanyapun murah ...Rp
300.000”

Universitas Sumatera Utara

54

“Siapa saja bisa menolong orang lahiran asalkan dia ada pengalaman dan

tahu bagaimana cara menolong lahiran”
“Penolong yang tepat diharapkan semuanya itu adalah kepada bidan yang

terlatih, bidan yang sudah punya STR yang bisa melaksanakan praktek pada
puskesmas ataupun wilayahnya”

Pernyataan informan tentang penolong persalinan yang tepat tidak sesuai
dengan Making Pregnancy Safer (MPS) yakni setiap persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan terlatih dan salah satu dari Safe Matherhood yakni pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan, dengan demikian informan belum mengetahui
penolong persalinan yang tepat untuk mendapatkan persalinan yang tepat dan
aman. Berdasarkan hasil penelitian sependapat dengan Bangsu T bahwa biaya
persalinan yang murah seperti yang diungkapkan informan menjadi alasan
pertolongan persalinan dengan dukun bayi. Hal ini dapat terjadi seperti pernyataan
Notoatmodjo dalam bukunya bahwa pengetahuan informan yang belum memadai
dapat disebabkan karena pendidikannya yang belum memadai. Dilihat dari teori
Green bahwa pengetahuan mempengaruhi informan untuk bertindak atau sebagai
faktor predisposisi.
5.1.6 Kepercayaan
5.1.6.1 Kepercayaan terhadap pertolongan yang diberikan dukun bayi
Adapun hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti tentang kepercayaan
informan terhadap pertolongan yang diberikan dukun bayi dimana pernyataan
informan adalah karena kebiasaan dikampung ini, yang ditolong semua selamat,

Universitas Sumatera Utara

55

karena orangtua dulu melahirkan dengan dukun kampung, dukun bayi cepat kalau
diminta pertolongan. Pernyataan tersebut seperti dibawah ini :
”karena dukun bayi cepat kalau diminta pertolongan dan sudah banyak yang

ditolongnya semua sama dukun bayi.”
”karena dukun bayi sudah banyak menolong orang melahirkan, aku jadi

tenang karena, selama menolong orang yang dipegangnya (ditolong) selamat
semua”
“Ya...ada yang percaya ada juga yang enggak, kan tiap orang beda-beda

pendapatnya, kalau uwak sih kalau ada yang percaya uwak obati kalau gadak
juga gak apa-apa”
“jadi dukun itu punya sifat karakter, dia lebih mengena, satu dia memakai

bahasa yang sama karena dia dikampung itu juga, yang kedua mereka itu lebih
pandai menyampaikan bahwasanya itu ada keyakinan kepada masyarakat itu
seperti ada kalimat pasti sembuh... tenanglah sembuh”
Pernyataan informan ini sesuai dengan Syafrudin dan Hamidah (2009)
bahwa kepercayaan masyarakat terhadap keterampilan dukun bayi berkaitan
dengan system budaya masyarakat dan diperlakukan sebagai tokoh masyarakat
sehingga dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat setempat yang memiliki
potensi dalam memberikan pelayanan kesehatan, dalam lingkungannya dukun
bayi juga merupakan tenaga terpercaya dalam segala hal yang bersangkutan
dengan reproduksi. Dukun bayi juga diminta pula pertimbangannya pada masa
kehamilan persalinan dan nifas menurut Green karena hal ini dapat menjadi faktor
predisposisi

seseorang

untuk

melakukan

tindakan.

Masyarakat

yang

Universitas Sumatera Utara

56

memanfaatkan dukun bayi biasanya diakibatkan kepercayaan yang sangat kuat
terhadap dukun tersebut, karena mereka berasal dari lingkungan tempat tinggal
yang sama, menggunakan bahasa yang sama, menganut adat istiadat dan symbolsimbol kehidupan yang sama serta pada umumnya memiliki sikap dan pandangan
yang sama pula(Depkes RI, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian sependapat dengan Wolinky yang dikutip
Azhari (2002), yang menyebutkan bahwa salah satu model yang mempengaruhi
tingkat permintaan pelayanan, dalam hal ini pelayanan pertolongan persalinan
oleh dukun bayi adalah model kepercayaan kesehatan dimana ada empat kunci
yang terlihat di dalam tindakan individu bertindak untuk mencari pengobatan atas
penyakitnya, yaitu: (1) kerentanan yang dirasakan terhadap suatu penyakit, (2)
keseriusan yang dirasakan, (3) manfaat yang diterima atau rintangan yang dialami
dalam melawan penyakitnya, dan (4) hal yang memotivasi tindakan tersebut.
Dilihat dari keempat kunci yang disebutkan di atas kunci keempat yaitu
hal yang memotivasi tindakan merupakan aspek yang sangat erat kaitannya
dengan pemanfaatan pertolongan persalinan oleh dukun bayi, karena dengan
adanya suatu pandangan secara sosial budaya serta aturan adat-istiadat, yang
mendukung masyarakat untuk menentukan atau memilih dukun bayi sebagai
pilihan penolong persalianan. Maka kelompok masyarakat yang masih menganut
atau percaya dengan pandangan tersebut cenderung akan mencari dukun bayi
sebagai pilihan pertolongan persalinan(Azhari 2002).
Berdasarkan hasil penelitian sependapat dengan Azjen dan Fishbein dalam
Hargono (1994), mengatakan bahwa salah satu komponen yang penting yang

Universitas Sumatera Utara

57

harus dipakai pertimbangan seseorang untuk memilih pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan yaitu faktor kepercayaan individu terhadap suatu objek, bahwa objek
itu baik dan menguntungkan. Seseorang menolak atau menerima sesuatu melalui
proses evaluasi. Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk menjustifikasi
atau penilaina terhadap suatu objek dalam menentukan suatu sikap, bahwa sikap
itu terdiri dari tiga komponen salah satunya adalah kepercayaan atau keyakinan
terhadap suatu objek.
Berdasarkan hasil penelitian mayoritas informan menyatakan bahwa
masyarakat mempercayai dukun bayi dalam memberikan pelayanan persalinan
karena sudah berpengalaman dan dianggap mempunyai kemampuan dalam
menolong persalianan. Masyarakat mempunyai pandangan bahwa dukun bayi
mempunyai kemampuan magis yang mendukung keahliannya dalam memberikan
pertolongan persalinan. Kemampuan ini umumnya diterima secara turun-temurun,
hal tersebut dikarenakan suatu anggapan atau kepercayaan bahwa suatu yang
sifatnya magis tidak bisa diturunkan pada sembarang orang atau kepada orang lain
kecuali pada keturunan-keturunan yang dianggap mampu untuk melanjutkan karir
sebagai dukun atau yang dipercaya untuk membawa ilmu-ilmu(Ismail 1996).

5.2 Faktor Pendukung
Berdasarkan hasil penelitian bahwa sarana dan prasarana kesehatan yang
adadi wilayah tempat tinggal informan adalah puskesmas, polindes, bidan, dokter,
prakter bidan, dan menutut informan jarak sarana dan prasarana tersebut tidak
jauh dari rumahnya, seperti yang diutarakan informan yaitu:
”Bidan, puskesmas keliling, kalau puskesmas jauh dari tempat saya”

Universitas Sumatera Utara

58

”Puskesmas, bidan, sekali seminggu ada puskesmas keliling”
“sekarang dia kegiatan-kegiatan bukan hanya penyuluhan seperti itu, kita ada

puskesmas keliling, kita terjun langsung ke desa jemput bola, belum lagi
kegiatan kita pendataan, penjaringan yang home visit, pemberantasan jentik
nyamuk ke rumah penduduk langsung dan diberikan materi penyuluhannya”
Pernyataan informan ini tentang sarana dan prasarana kesehatan baik, sehingga
hal ini menurut Notoatmodjo (2007) dalam bukunya sesuai dengan teori Green
bahwa dengan adanya sarana dan prasarana yang dapat dijangkau masyarakat atau
seseorang mempengaruhinya untuk menggunakan sarana dan prasarana tersebut.
Tetapi dalam hal ini tidak sesuai yang terjadi dengan informan, dimana informan
tidak menggunakan sarana dan prasarana yang tersedia untuk persalinan.

5.3 Faktor Kebutuhan
5.3.1 Sikap dan Perilaku petugas kesehatan
Adapun hasil penelitian yang dilakukan peneliti terhadap informan
mengenai sikap dan perilaku petugas kesehatan menurut pandangan informan
adalah baik, lemah lembut, mau menolong, ramah, biasa saja, mau menolong. Hal
ini dapat dilihat dari pernyataan informan berikut :
”Baik, lemah lembut”
”Mau menolong, ramah juga”
“Baik kadang suka ngajak untuk ngusuk”
“Petugas kita juga harus menjalankan itu dengan baik tidak boleh berkata

kasar, sopan santun, berbudaya sehingga menimbulkan rasa kekeluargaan”

Universitas Sumatera Utara

59

Pernyataan informan tersebut sesuai dengan pernyataan IBI pada HUT
50(2001) yakni, dengan sikap petugas kesehatan yang ramah besar kemungkinan
masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan akan lebih banyak tetapi
apabila tidak ramah masyarakat akan beralih untuk mendapatkan pelayanan lain
terutama masalah persalinan, hal ini juga sesuai dengan Green dimana dengan
sikap dan perilaku petugas sangat menentukan pelayanan yang akan digunakan
oleh masyarakat, tetapi sikap dan perilaku petugas kesehatan yang demikian
informan tetap memilih dukun bayi sebagai penolong persalinannya sehingga hal
ini tidak sesuai dengan teori Green lagi.
5.3.2 Sikap dan perilaku dukun bayi saat menolong persalinan
Adapun hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti terhadap informan
tentang sikap dukun bayi menurut pendapat informan saat menolong persalinan
sikap tersebut adalah lemah lembut, sabar, biasa saja, tidak buru-buru, teliti, sabar,
baik, dianggap saudara sendiri selalu menolong, senang membantu. Pernyataanpernyataan tersebut seperti berikut :
”Baik, ramah, sabar, kita dianggap saudara sendiri”
”Dukun itu baik, sabar…teliti (perhatian)”
”Baik orangnya, selalu menolong, senang karena Dia senang membantukita”
“Ya kalau saya sih kayak menolong biasa ajalah, kita perhatikan si ibunya

perlunya apa, yang penting kita sigaplah kalau si ibu mau melahirkan”
New Comb dalam buku Soekidjo : Seorang ahli psikologis sosial
mengatakankan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, dengan demikian pernyataan tentang sikap tersebut diatas sesuai

Universitas Sumatera Utara

60

dengan Green yang dinyatakan Soekidjo dimana sikap seseorang dapat
berpengaruh terhadap tindakannya. Sikap secara nyata menunjukan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan seharihari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Notoatmodjo juga mengatakan sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi seseorang untuk bertindak, hal ini
sesuai dengan teori Green.
5.3.3 Pemilihan dukun bayi sebagai penolong persalinan
Berdasarkan hasil penelitian menurut informan orang yang berperan
mempengaruhi informan memilih dukun bayi sebagai penolong persalinan adalah
orang tua, dan setelah melahirkan dengan dukun bayi informan memilih sendiri
dukun bayi sebagai penolong persalinannya seperti pada pernyataan informan
berikut :
”Dulu orang tua, karena orang tuaku melahirkan dengan dukun bayi

juga, dan anak aku semua lahir dengan dukun bayi”
”Dulu orang tua kami, tapi sekarang aku mau sendiri melahirkan dengan

dukun bayi”
“Bisa saja karena dari keluarganya dulu wawak juga yang nolong, makanya

dia minta wawak nolong persalinannya”
“Kepercayaan jadi hal utama, kalau sudah percaya kan berarti advokasi

artinya sudah ada perasaan aman dan nyaman dari masyarakat itu berobat
sama dukun”

Universitas Sumatera Utara

61

Pernyataan informan bahwa orang tuadapat mempengaruhi informan
dalam memilih dukun bayi sebagai penolong persalinannya, hal ini sama dengan
pernyataan Meutia F.Swasono yakni bahwa dari kajian oleh ahli-ahli antropologi
ditemukan masalah mengenai pilihan terhadap sarana pertolongan persalinan, baik
oleh dukun bayi maupun oleh puskesmas atau rumah sakit, tidak selalu ditentukan
oleh suami-istri yang menantikan kelahiran bayi melainkan oleh anggota kerabat
lainnya yang lebih senior seperti, mertua, bibi (adik mamak), ibu wanita tersebut
bahkan bila ada anggota keluarga yang berprofesi sebagai dukun bayi.

5.4. Pertolongan Persalinan Dukun Bayi
Pertolongan persalinan yang dilakukan dukun bayi dalam pemotongan tali
pusat menggunakan bambu yang ditipiskan yang beralaskan uang logam dan
kunyit hal ini tidak sesuai dengan Safruddin dan Hamidah dalam bukunya
Kebidanan Komunitas (2009) bahwa persalinan harus dilakukan dengan bersih
dan aman, karena hal ini dapat menyebabkan kematian perinatal. Adapun
kematian perinatal akibat infeksi yang menyebabkan tetanus terjadi sebanyak
39,5%. Demikian juga dalam pertolongan persalinan tindakan mendorong fundus
(perut ibu) dengan menggunakan tangan adalah hal yang tidak diperbolehkan.

5.5 Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Penolong Persalinan
Pada saat ini fasilitas pelayanan kesehatan belum mampu menjangkau
masyarakat secara luas seperti saat ini yang dilakukan melalui program
pembangunan dibidang kesehatan. Masyarakat di daerah pedesaan umumnya
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang bersifat tradisional, pelayanan kesehatan

Universitas Sumatera Utara

62

tersebut tidak terbatas pada penyembuhan penyakit tetapi juga pada pertolongan
persalinan(depkes RI, 1993).
Sampai saat ini keterbatasan dukun bayi masih menjadi pilihan utama bagi
masyarakat yang tidak mampu walaupun pemerintah telah menyediakan bidan
desa maupun puskesmas di tiap kecamatan, tapi masyarakat itu sendiri yang tidak
mampu untuk menjangkau pelayanan persalinan akibat keterbatasan tingkat
ekonomi, masalah sosial budaya yang ditradisikan oleh nenek moyang maupun
faktor lain.
Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

pemanfaatan

jasa

pertolongan

persalinan oleh dukun bayi sangat banyak dan cukup kompeks, namun dari
berbagai faktor tersebut terdapat beberapa faktor yang mempunyai pengaruh yang
cukup besar, seperti faktor ekomoni dan kepercayaan.

Universitas Sumatera Utara

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang perilaku ibu dalam pemanfaatan
penolong persalinan pada dukun bayi di wilayah Puskesmas Labuhan Rasoki Kota
Padangsidimpuan tahun 2017 maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
6.1 Kesimpulan
1. Faktor-faktor informan dalam memilih dukun bayi sebagai penolong
persalinan yaitu pengetahuan, kepercayaan, pendapatan, pendididikan,
sikap dan perilaku dukun bayi dan pengaruh ibu dan keluarga, sarana dan
prasarana tidak menjadi faktor informan memilih dukun bayi sebagai
penolong persalinan.
2. Faktor predisposisi (predisposing factors) yang menjadi faktor informan
memilih dukun bayi sebagai penolong persalinan yakni pengetahuan
informan yang belum memadai. Kepercayaan yang tinggi terhadap
pelayanan yang diberikan dukun. Pendapatan rendah merupakan faktor
informan memilih dukun bayi sebagai penolong persalinan. Pendidikan
informan yang belum memadai menjadi faktor informan memilih dukun
bayi sebagai penolong persalinan.
3. Faktor penguat (reinforcing faktor) yang menjadi faktor informan memilih
dukun bayi sebagai penolong persalinan yakni sikap dan perilaku dukun
bayi yang sesuai dengan keinginan informan (dapat memberikan
kenyamanan dan ketenangan) dan orang yang dapat mempengaruhi

63
Universitas Sumatera Utara

64

pemilih seperti orang tua yang dapat menjadi panutan karena pengalamam
mereka dalam bersalin dengan dukun dapat menjadipenentu penolong
persalinan.

6.2 Saran
1. Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk dapat lebih mempromosikan
pertolongan oleh tenaga kesehatan dalam bentuk penyuluhan dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan yang diadakan seperti di posyandu, perwiritan
dan PKK
2. Melakukan

pendekatan

kepada

masyarakat

untuk

membangun

kepercayaan dari masyarakat yang akan lebih mendekatkan masyarakat
kepada tenaga kesehatan khususnya bidan.
3. Bagi instansi pemerintahan seperti kelurahan untuk dapat memberikan
perhatian kepada masyarakat yang memiliki pendapatan rendah dengan
memberikan kartu JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat),
dengan demikian masyarakat diharapkan dapat menggunakan tenaga
kesehatan dalam pertolongan persalinan.
4. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan untuk lebih memberikan masukan
kepada petugas kesehatan yang ada berupa kiat-kiat untuk meningkatkan
cakupan persalinan di Puskesmas Labuhan Rasoki.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

perilaku bidan dalam penatalaksanaan pencegahan infeksi pada pertolongan persalinan diwilayah kerja puskesmas hamparan perak kabupaten deli serdang medan tahun 2014

0 41 81

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Penyebaran Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat

0 31 64

Kajian Kejadian Pertolongan Persalinan Dukun Bayi

0 3 23

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR IBU BERSALIN DALAM MEMILIH PERTOLONGAN PERSALINAN DENGAN Gambaran Faktor-Faktor Ibu Bersalin Dalam Memilih Pertolongan Persalinan Dengan Bantuan Dukun Bayi Di Puskesmas Wonosegoro II Boyolali.

0 2 17

Perilaku Ibu dalam Pemberian Pertolongan Persalinan pada Dukun Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Rasoki Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

0 0 15

Perilaku Ibu dalam Pemberian Pertolongan Persalinan pada Dukun Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Rasoki Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

0 0 2

Perilaku Ibu dalam Pemberian Pertolongan Persalinan pada Dukun Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Rasoki Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

0 0 9

Perilaku Ibu dalam Pemberian Pertolongan Persalinan pada Dukun Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Rasoki Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

0 0 21

Perilaku Ibu dalam Pemberian Pertolongan Persalinan pada Dukun Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Rasoki Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

0 0 4

Perilaku Ibu dalam Pemberian Pertolongan Persalinan pada Dukun Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Rasoki Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

0 0 6