Perilaku Ibu dalam Pemberian Pertolongan Persalinan pada Dukun Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Rasoki Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

BAB I
PENDAHULUAN
Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah kesehatan
di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu dan angka
kematian bayi yang ada di Indonesia. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian
Bayi di Indonesia masih tinggi dengan jumlah kematian ibu tiap tahunnya
mencapai 305 per seratus ribu kelahiran hidup yang jauh diatas angka kematian
ibu di Filipina yang mencapai 170 per seratus ribu kelahiran hidup dan Thailand
44 per seratus ribu kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 2015).
Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup,
Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 32 per pada 1000 kelahiran hidup.
Berdasarkan kesepakatan global (Sustainable Develoment Goals/SDG’s 2015)
untuk tahun 2015-2030, diharapkan angka kematian ibu menurun hingga 12 per
1000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi menurun menjadi 25 per 1000
kelahiran hidup (Riskesdas, 2014).
Cakupan pertolongan persalinan yang masih belum sesuai target yang
diberikan oleh pemerintah menjadi salah satu masalah yang terjadi di beberapa
daerah di Indonesia, berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014
bahwa cakupan secara nasional yaitu sebesar 88,68%, dimana angka ini belum
dapat memenuhi target sebesar 90%. Provinsi Sumatera Utara memiliki cakupan

pertolongan persalinan sebesar 87,24% yang masih jauh dibawah cakupan
provinsi lain yaitu Provinsi Bali dengan 98,8% dan beberapa propinsi lainnya

1
Universitas Sumatera Utara

2

yang cakupannya diatas 90%. Oleh karena itu, masih diperlukannya usaha yang
lebih keras lagi bagi Provinsi Sumatera Utara untuk meningkatkan cakupan
pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (Riskesdas, 2014).
Hal ini sejalan dengan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 dimana
berdasarkan tempat persalinan anak terakhir terdapat tenaga yang menolong
proses persalinan adalah dokter (18,5%), bidan (68,6%), perawat (0,3%), non
tenaga kesehatan (11,8%), serta lain-lain (0,8%) (Riskesdas, 2013).
Angka Kematian Ibu dan bayi di Provinsi Sumatera Utara masih tergolong
tinggi jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia dengan angka
kematian ibu rata-rata 413 per seratus ribu kelahiran hidup yang menjadikan
Provinsi Sumatera Utara menjadi provinsi yang ke 6 dengan Angka Kematian Ibu
tertinggi di Indonesia bersama dengan Jawa Barat yaitu dengan Angka Kematian

Ibu 2280 per seratus ribu kelahiran hidup, Jawa Tengah dengan Angka Kematian
Ibu sebesar 1766 per seratus ribu kelahiran hidup, Nusa Barat 370 per seratus ribu
kelahiran hidup. Untuk Angka Kematian Ibu juga masih tinggi di Provinsi
Sumatera Utara dengan kematian bayi 40 per 1.000 kelahiran hidup bersama
dengan Nusa Barat dengan kematian bayi 60 per 1.000 kelahiran hidup (Profil
Kesehatan Indonesia, 2010).
Di daerah pedesaan misalnya masih ditemukan ibu hamil lebih
mempercayai dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan
di rumah. Hal ini dikarenakan masih terdapatnya penolakan pengobatan modren
yang disebabkan prinsip pengobatan modren yang tidak cocok dengan
pemahaman mereka tentang pertolongan persalinan. Berdasarkan hasil penelitian

Universitas Sumatera Utara

3

Saimin (2005) bahwa terdapat 42,6% responden melakukan pemeriksaan
kehamilan kepada dukun beranak, hal ini semakin menguatkan bahwa masih
banyaknya masyarakat yang masih mempercayai dukun beranak dan 62,8%
pertolongan persalinan dilakukan oleh dukun beranak.

Fenomena persalinan yang dilakukan oleh dukun beranak menjadi bagian
yang cukup besar pengaruhnya dalam menentukan kesehatan ibu dan bayi.
Menurut Depkes (2011), berdasarkan hasil penelitian dari 97 negara bahwa ada
korelasi yang signifikan antara pertolongan persalinan dengan kematian ibu.
Semakin tinggi cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah akan
diikuti penurunan kematian ibu di wilayah tersebut. Namun sampai saat ini di
beberapa wilayah di Indonesia masih ditemukan pertolongan persalinan yang
masih dilakukan oleh dukun bayi yang masih menggunakan cara-cara tradisional
sehingga banyak merugikan dan membahayakan keselamatan ibu dan bayi baru
lahir. Di beberapa daerah, keberadaan dukun bayi sebagai orang kepercayaan
dalam menolong persalinan, sosok yang dihormati dan berpengalaman, sangat
dibutuhkan oleh masyarakat keberadaannya. Berbeda dengan keberadaan bidan
yang rata-rata masih muda dan belum seluruhnya mendapatkan kepercayaan dari
masyarakat (Depkes, 2011).
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah Indonesia melalui Departemen
Kesehatan telah mengeluarkan kebijakan pendekatan pelayanan kesehatan ibu dan
bayi baru lahir berkualitas kepada masyarakat melalui Making Pregnancy Safer
(MPS) atau penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dengan tiga
pesan kuncinya, yaitu : (1) setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang


Universitas Sumatera Utara

4

terampil; (2) setiap komplikasi obstetri dan neonatal ditangani secara adekuat; (3)
setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang
tidak diinginkan dan penanggulangan komplikasi keguguran yang tak aman. Salah
satu target MPS yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah meningkatkan cakupan
persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terampil menjadi 90%. Salah satu
strategi untuk mencapai target tersebut diatas adalah meningkatkan akses dan
cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir berkualitas yang costefective dan berdasarkan bukti-bukti (Depkes RI, 2009). Selain itu, pemerintah
mulai pada tahun 2014 memberikan pelayanan persalinan gratis pada pasien
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Jamkesmas sehingga ibu hamil dengan
keterbatasan dana tetap dapat mengakses layanan persalinan yang sehat. Hal ini
sesuai dengan pendapat Hapsari (2004) bahwa persalinan bersih dan aman yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam
penurunan angka kematian ibu dan anak (Yuliarti, 2009).
Ibu memiliki peran besar dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan
anak, gangguan kesehatan yang dialami ibu hamil dapat mempengaruhi kesehatan
janin dan masa pertumbuhan anak. Risiko kematian ibu paling banyak terjadi pada

periode persalinan dan periode persalinan berkontribusi besar terhadap angka
kematian ibu di Indonesia. Kematian saat bersalin dan 1 minggu pertama
diperkirakan 60% dari seluruh kematian ibu (Lancet, 2006 dalam Nurrahmiati,
2012).
Menurut Prawirohardjo (2009) bahwa tenaga yang dapat memberikan
pertolongan selama persalinan dapat dibedakan menjadi dua yaitu tenaga

Universitas Sumatera Utara

5

kesehatan yakni mereka yang mendapatkan pendidikan formal seperti; dokter
spesialis, dokter umum bidan dan perawat, sedangkan yang bukan tenaga
kesehatan yaitu dukun bayi , baik yang terlatih maupun yang tidak terlatih.
Dari hasil penelitian Kaplan M.Robert (2011) di Nedherlands menyatakan
bahwa belum tercapainya target cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya, pengambilan keputusan secara medis,
dan secara khusus peran ibu dalam mengambil keputusan memilih tenaga
penolong persalinan sangatlah menentukan. Demikian pula Huang Kun et.al
(2012) melakukan penelitian di Cina mengemukakan bahwa salah satu upaya

yang perlu dilakukan untuk mengurangi jumlah ibu dan bayi yang dirujuk dari
pedesaan adalah perlunya peningkatan pengetahuan ibu tentang faktor resiko yang
timbul selama masa kehamilan, persalinan dan nifas.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi ibu dan keluarga dalam memilih
penolong persalinan, selain jauhnya jarak tempuh, biaya dan lingkungan,
pengetahuan dan ekonomi diduga merupakan beberapa penyebab yang mampu
mempengaruhi ibu dan keluarga dalam memilih penolong persalinan. Pada tingkat
pengetahuan masih banyak keluarga yang belum mengetahui mengenai pentingnya
melakukan persalinan yang sehat dan aman oleh tenaga kesehatan, selain itu ekonomi
yang pas-pasan itu memicu sebagian keluarga cenderung untuk tidak memilih
melakukan persalinan ke tenaga kesehatan. Hal tersebut juga di dukung dengan
adanya penelitian yang dilakukan oleh Amirudin dalam Syarief (2013) yang
menyebutkan bahwa salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan penolong
persalinan yaitu pengetahuan, sikap dan tingkat ekonomi keluarga.

Universitas Sumatera Utara

6

Menurut Green (2005) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku

diantaranya adalah faktor pedisposisi, faktor penguat dan faktor pemungkin. Faktor
predisposisi terdiri dari pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai dan persepsi. Faktor
penguat terdiri dari sikap dan perilaku dari orang lain, teman sebaya, orangtua, tenaga
kesehatan dan lain-lain. Faktor pemungkin terdiri dari sumberdaya, akses pelayanan
kesehatan, peraturan dan hukum, kecakapan dan keahlian petugas. Pengetahuan
merupakan hal penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2005),
sedangkan sikap merupakan predisposisi tindakan atau perilaku (Mubarak, et.al. 2007).
Persalinan yang aman dan sehat merupakan harapan semua orangtua terhadap
anaknya yang baru pertama kali mengalami proses persalinan yang dipermudah dengan
adanya pengetahuan dan sikap yang baik terhadap informasi yang diperoleh dari tenaga
kesehatan serta tingkat ekonomi yang mendukung seseorang dalam memilih penolong
persalinan. Dalam hal ini Notoatmodjo (2005) mengemukakan bahwa setelah
seseorang mengetahui stimulus atau objek tentang kesehatan, kemudian mengadakan
penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia
akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya. Hal
tersebut akan diperkuat bila perilaku ibu dalam memilih penolong persalinan dapat
lebih juga tepat.
Pengetahuan ibu adalah hasil dari tahu yang diperoleh dari hasil
penginderaan, salah satunya adalah dengan mengetahui dan menyikapi bahwa
persalinan yang sehat dan aman adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga

kesehatan. Pengetahuan dapat menjadi salah faktor ibu dalam memanfaatkan
persalinan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Yaziz (2008) bahwa mayoritas

Universitas Sumatera Utara

7

responden yang memiliki pengetahuan cukup baik yang menggunakan pelayanan
persalinan ke tenaga kesehatan (bidan). Hal ini juga sesuai dengan pendapat
Azwar (1996) dalam Yuliarti (2009) bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan juga sosial ekonomi orang tersebut,
dimana tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Hal ini
juga sejalan dengan hasil penelitian Heriyanti (2008) yang menunjukkan bahwa
pengetahuan ibu memiliki pengaruh terhadap pemanfaatan persalinan.
Hasil pra survey yang dilakukan di Wilayah Puskesmas Labuhan Rasoki,
diketahui bahwa jumlah persalinan pada tahun 2015 (Januari-Desember) sebanyak
129 persalinan, dimana 90 (70%) persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dan
39 persalinan (30%) ditolong oleh dukun hal ini belum sesuai dengan indikator
Standar Pelayanan Minimal (SPM) ditargetkan bahwa cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan dapat mencapai 90 %. Puskesmas Labuhan

Rasoki mempunyai Wilayah Kerja sebanyak 5 desa dengan jumlah bidan
sebanyak 10 orang (5 bidan Puskesmas dan 5 bidan desa). Sedangkan jumlah
dukun sebanyak 3 orang yang masih didatangi untuk meminta pertolongan
persalinan (Profil Puskesmas Labuhan Rasoki, 2015).
Menurut Supartini, (2004) diharapkan setiap ibu hamil memanfaatkan
petugas kesehatan seperti dokter, bidan dan perawat dalam pertolongan
persalinan. Dengan memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan, ibu
akan mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan prinsip bebas kuman dan
prosedur standar pelayanan. Jika ditemui adanya komplikasi dalam persalinan, ibu
akan mendapatkan pertolongan yang tepat (Supartini, 2004).

Universitas Sumatera Utara

8

Beberapa hasil penilitian menunjukkan bahwa keputusan ibu memilih
persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti; pengetahuan ibu, sikap ibu,
biaya persalinan, akses pelayanan dan ketersediaan sarana/prasaranan kesehatan,
dukungan suami maupun keluarga serta tradisi atau budaya setempat. Penelitian
yang dilakukan oleh Evistron (2009) di Aceh mengemukan bahwa faktor penentu

pemilihan penolong persalinan diketahui sebesar 78,2 % ditolong oleh bidan dan
21,8% ditolong oleh dukun bayi yang dipengaruhi oleh pendapatan keluarga,
pengetahuan, sikap dan budaya masyarakat. Penelitian yang sama dilakukan oleh
Handayani et al (2012) di 6 provinsi seluruh Indonesia menjelaskan bahwa nilai
kepercayaan dan pelaksanaan ritual/adat istiadat masih kuat dan masih banyak
dilakukan oleh masyarakat sehingga peran dukun masih dibutuhkan. Sarana
transportasi juga menjadi hambatan utama persalinan di fasilitas kesehatan.
Berdasarkan hasil data tersebut menimbulkan keinginan penulis untuk
menganalisa “Perilaku Ibu dalam Pemanfaatan Penolong persalinan Di Wilayah

Kerja Puskesmas Labuhan Rasoki Kota Padangsidimpuan Tahun 2017”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di latar belakang, dapat dirumuskan permasalahan
penelitian ini adalah bagaimana perilaku Ibu dalam Pemanfaatan Penolong
Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Rasoki Kota Padangsidimpuan
Tahun 2017”.

Universitas Sumatera Utara

9


1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku ibu
dalam pemanfaatan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Labuhan
Rasoki Kota Padangsidimpuan Tahun 2017”.
1.3.2. Tujuan Khusus.
1. Untuk mengetahui perilaku ibu dalam pemanfaatan penolong persalinan di
wilayah kerja Puskesmas Labuhan Rasoki Kota Padangsidimpuan

Tahun

2017.
2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu dalam pemanfaatan penolong
persalinan

di

wilayah

kerja

Puskesmas

Labuhan

Rasoki

Kota

Padangsidimpuan Tahun 2017.
3. Untuk mengetahui tingkat sikap ibu dalam pemanfaatan penolong persalinan
di wilayah kerja Puskesmas Labuhan Rasoki Kota Padangsidimpuan Tahun
2017.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Untuk masukan bagi Puskesmas Labuhan Rasoki dalam upaya meningkatkan
pelayanan bagi ibu saat persalinan dengan mutu yang berkualitas.
2. Untuk masukan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan mutu dalam
memberikan pelayanan kesehatan.
3. Sebagai masukan bagi berbagai pihak yang akan melanjutkan penelitian ini
ataupun

penelitian

yang

ada

kaitannya

dengan

penelitian

ini.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

perilaku bidan dalam penatalaksanaan pencegahan infeksi pada pertolongan persalinan diwilayah kerja puskesmas hamparan perak kabupaten deli serdang medan tahun 2014

0 41 81

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Penyebaran Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat

0 31 64

Kajian Kejadian Pertolongan Persalinan Dukun Bayi

0 3 23

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR IBU BERSALIN DALAM MEMILIH PERTOLONGAN PERSALINAN DENGAN Gambaran Faktor-Faktor Ibu Bersalin Dalam Memilih Pertolongan Persalinan Dengan Bantuan Dukun Bayi Di Puskesmas Wonosegoro II Boyolali.

0 2 17

Perilaku Ibu dalam Pemberian Pertolongan Persalinan pada Dukun Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Rasoki Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

0 0 15

Perilaku Ibu dalam Pemberian Pertolongan Persalinan pada Dukun Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Rasoki Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

0 0 2

Perilaku Ibu dalam Pemberian Pertolongan Persalinan pada Dukun Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Rasoki Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

0 0 21

Perilaku Ibu dalam Pemberian Pertolongan Persalinan pada Dukun Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Rasoki Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 Chapter III VI

0 0 34

Perilaku Ibu dalam Pemberian Pertolongan Persalinan pada Dukun Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Rasoki Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

0 0 4

Perilaku Ibu dalam Pemberian Pertolongan Persalinan pada Dukun Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Rasoki Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

0 0 6