PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PJBL) UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 3 SD Tri Utami

  JMP Online Vol 2, No. 6, 541-552. © 2018 Kresna BIP.

  Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) e-ISSN 2550-0481

   p-ISSN 2614-7254

  PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PJBL) UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 3 SD 1) 2) 3) Tri Utami , Firosalia Kristin , Indri Anugraheni Universitas Kristen Satya Wacana

  INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

  Dikirim : 23 Juni 2018 Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan Revisi pertama : 25 Juni 2018 kreativitas dan hasil belajar IPA pada siswa melalui Diterima : 28 Juni 2018 penerapan model pembelajaran Project Based Learning. Tersedia online : 06 Juli 2018 Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.

  Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, rubrik, tes dan dokumentasi. Teknik analisis Kata Kunci : Project Based Learning, Kreativitas, Hasil Belajar data yang digunakan berupa deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 3 SD Negeri Manggihan dengan jumlah 22 siswa. Peningkatan

  Email : yang diperoleh pada penelitian ini yaitu kreativitas pada pra siklus yaitu 48,2% (tidak kreatif), lalu pada siklus I menjadi 75.1% (cukup kreatif), dan meningkat pada siklus

  II menjadi 84.8% (kreatif). Hasil penelitian menunjukkan selain peningkatan ketuntasan pada kreativitas, juga peningkatan pada hasil belajar. Saat pra siklus diperoleh presentase 36,36%, meningkat pada siklus I presentase menjadi 72,73%, dan presentase pada siklus II menjadi 90,91%. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan penerapan model pembelajaran Project Based Learning mampu meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa kelas 3 SD Negeri Manggihan.

  PENDAHULUAN Latar Belakang

  Pendidikan dalam pembelajaran sangat berperan penting yaitu memberikan pengetahuan pada siswa, maka perlunya untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Harapannya bahwa guru dengan siswa saling berinteraksi selama proses pembelajaran, agar terciptalah suasana belajar guru dan siswa yang aktif, maka guru perlu memberikan kebebasan belajar pada siswa untuk menjadi siswa yang kreatif dan berpatisipasi mengembangkan ide- ide yang dimiliki dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran guru harus dapat mendorong siswa agar mereka mampu menuangkan ide atau gagasan untuk perkembangan kreativitas siswa melalui memberi kesempatan kepada siswa untuk berbicara, bertanya, mengemukakan pendapat, membuat suatu karya atau produk, dan lain sebagainya, sehingga kreativitas dapat tertanam dengan baik pada siswa.

  Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga

  IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep- konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA terutama di SD memberi kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu siswa secara alamiah. Sehingga hal ini akan membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berpikir ilmiah. IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan atau kumpulan fakta, konsep, prinsip, atau teori semata. Tetapi pembelajaran IPA juga menyangkut tentang cara kerja, cara berpikir dan cara memecahkan masalah.

  Dalam hal ini penulis perlu memperbaiki pembelajaran agar siswa lebih kreatif dan berani mengemukakan pendapat sehingga menciptakan suasana belajar yang dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa. Penulis berpendapat bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning pembelajaran IPA menjadi menyenangkan dan siswa mampu mengemukakan pendapat atau gagasannya dalam menciptakan karya atau produk sesuai kreativitas siswa. Nuraini dan Kristin, (2017:371) mengartikan IPA merupakan kumpulan teoriyang mempelajari alam semest, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah dan ilmiunya selalu berkembang juga menjadi tumpuan bagi perkembangan IPTEK, sehingga mata pelajaran IPA menuntut siswa untuk dapat berpikir kritis guna mengembangkan sikap yang kreatif dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Mengatakan bahwa pentingnya pembelajaran IPA, maka semua siswa hendaknya dapat menguasai

  pelajaran IPA dengan baik. Lestari dan Anugraheni, (2017:124) menambahkan sebagai seorang guru harus bisa menguasai kemampuan, keterampilan dan menyajikan materi pelajaran IPA dan membutuhkan ide-ide kreatif dalam penyampaian materi kepada siswa sehingga dapat mengembangkan siswa secara menyeluruh dan utuh karena dalam pelajaran IPA melibatkan semua aspek, yaitu: emosional, intelektual dan psikomotor sehingga dapat mencapai kemampuan peserta didik yang meliputi; kognitif, afektif, dan psikomotorik. Beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan tentang alam yang ada disekitar kita dan usaha manusia untuk mengetahui atau memahami alam dengan pengamatan langsung atau percobaan secara sistematis, serta kebenarannya dapat diterapkan langsung dalam kehidupan sehari-hari atau kehidupan nyata

  Keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran juga dipengaruhi oleh model pembelajaran. Sebagai seorang guru diharapkan dapat memilih dan menentukan model pembelajaran dengan tepat sehingga tujuan dari pembelajaran akan tercapai. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam proses pembalajaran yaitu model pembelajaran Project Based Learning.

  Berdasarkan tujuan penelitian diatas adalah mendeskripsikan tentang penerapan pembelajara Project Based Learning (PjBL) untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar kelas 3 SD Negeri Manggihan.

  Rumusan Masalah

  Berdasarkan identifikasi yang terdapat pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

  1. Bagaimana penerapan model pembelajaran project based learning (PjBL) dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar IPA siswa kelas 3 SD Negeri Manggihan? 2. Apakah dengan penerapan model pembelajaran project based learning (PjBL) dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar IPA siswa kelas 3 SD Negeri

  Manggihan?

  Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah: 1. Mendiskripsikan langkah-langkah penerapan model pembelajaran project based

  learning (PjBL) dalam meningkatkan kreativitas dan hasil belajar IPA siswa kelas 3 SD Negeri Manggihan.

2. Meningkatkan kreativitas dan hasil belajar IPA siswa kelas 3 SD Negeri Manggihan dengan penerapan model pembelajaran project based learning (PBL).

KAJIAN PUSTAKA

  Project Based Learning (PjBL)

  Model pembelajaran Project Based Learning yang disebut model pembelajaran berbasis proyek, menurut Trianto (dalam Titu, 2015:178) model pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang amat besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermanfaat bagi peserta didik. Dalam pembelajaran berbasis proyek, peserta didik terdorong lebih aktif dalam belajar. Guru hanya sebagai fasilitator, mengevaluasi produk hasil kerja peserta didik yang ditampikan dalam hasil proyek yang dikerjakan, sehingga menghasilkan produk nyata yang dapat mendorong kreativitas siswa.

  Model pembelajaran Project Based Learning menurut Warsono & Hariyanto (2012:153) adalah suatu pengajaran yang mencoba mengaitkan antara teknologi dengan masalah kehidupan sehari-hari yang akrab dengan siswa, atau dengan suatu proyek sekolah. Sedangkan menurut Hosnan (dalam Fidarini, 2016:6) merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media. Guru menugaskan peserta didik untuk melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk berbagai bentuk hasil belajar.

  Berdasarkan beberapa definisi dari para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Project Based Learning adalah model pembelajaran yang menekankan belajar kontekstual dan mencapai puncak pembelajaran dengan cara melakukan beberapa tahapan untuk membuat proyek atau produk sebagai hasil dalam pembelajaran. Sehingga siswa dilatih sejak dini agar dapat menciptakan suatu produk sederhana dan mengasah kreativitas belajar siswa secara perlahan.

  Langkah-langkah pembelajaran Project Based Learning adalah sebagai berikut:

  a) penentuan proyek, b) perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek, c) penyusunan jadwal pelaksanaan proyek, d) penyelesaian proyek dengan fisilitasi dan monitoring guru, e) penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil proyek, f) ealusasi proses dan hasil proyek.

  Kreativitas

  Menurut Campbell (dalam Mangunhardjana, 2012:11) kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya:

1. Baru (new): inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh, mengejutkan.

  2. Berguna (useful): lebih enak, lebih praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil lebih baik/banyak.

  3. Dapat dimengerti (understandable): hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat di lain waktu. Peristiwa-peristiwa yang terjadi begitu saja, tak dapat dimengerti, tak dapat diramalkan, tak dapat diulangi-mungkin saja baru dan berguna, tetapi lebih merupakan hasil keberuntungan (luck), bukan kreativitas.

  Menurut Talajan (dalam Hidayah, 2015:27) kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Melalui proses kreatif yang berlangsung dalam benak orang atau suatu kelompok, akan menciptakan produk-produk yang kreatif.

  Berdasarkan pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan suatu pemikiran seseorang atau penemuan sesuatu yang baru untuk menghasilkan suatu produk yang baru, baik berupa gagasan maupun karya yang nyata, dan yang relatif nyata dengan apa yang telah ada sebelumnya. Penemuan sesuatu yang baru tersebut dapat berupa ide atau gagasan, perbuatan, tingkah laku, karya seni dan lain-lain dimana penemuan ini diperoleh dari pengalamannya baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun di lingkungan masyarakat.

  Menurut Titu (2015:182) mengemukakan ciri-ciri dari kreativitas antara lain: 1. Kelancaran berpikir (fluency of thinking), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara cepat. Dalam kelancaran berpikir, yang ditekankan adalah kuantitas, dan bukan kualitas.

  2. Keluwesan berpikir (flexibility), yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbedabeda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu menggunakan bermacam-macam cara pemikiran atau pendekatan. Orang yang kreatif adalah orang yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat meninggalkan cara berpikir lama dan menggantikannya dengan cara berpikir yang baru.

  3. Elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

  4. Originalitas (originality), yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.

  Hasil Belajar

  Sahidin dan Jamil (2013:214) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan salah satu ukuran tingkat keberhasilan siswa setelah menjalani proses belajar dimana untuk mengungkapkan pihak guru atau pembimbing biasanya menggunakan alat penilaiaan atau tes yang betul-betul diharapkan dapat mendeteksi seberapa besar tingkat penguasaan siswa terhadap pelajaran yang telah diberikan.

  Kristin (2016:78) hasil belajar berarti hasil yang diperoleh seseorang dari aktivitas yang dilakukan dan mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku. Anugraheni (2017:249) mengatakan bahwa hampir sebagian besar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar.

  Berdasarkan pendapat tentang hasil belajar diatas, dapat tarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah hasil dari kemampuan yang dimiliki seseorang baik menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah siswa mendapatkan pengalaman dari belajar. Hasil belajar dapat dilihat melalui evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui atau menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah dipelajari.

  Menurut Hakim (dalam Kristin 2016:92), secara garis besar keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.

  1. Faktor internal adalah yang ada dalam diri individu itu sendiri yakni faktor biologis dan faktor psikologis. Faktor biologis berkenaan dengan konidisi fisik yang normal serta semua anggota tubuh dapat berfungsi dengan baik serta kondisi kesehatan fisik dimana tubuh yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhaislan belajar seseorang. Sementara faktor psikologis berkaitan dengan sikap mental yang positif, intelegensi, kemauan, bakat, daya ingat dan daya konsentrasi.

  2. Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar indivodu itu sendiri. Faktor eksternal meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

  Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan sebelumnya. Dalam penelitian ini menekankan hasil belajar kognitif, psikomotor dan afektif. Jadi tidak hanya pengetahuan siswa saja namun juga sikap siswa selama proses pembelajaran dan juga keterampilan apa saja yang dimiliki siswa. Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah tes, untuk psikomotor adalah hasil karya siswa yang dapat berupa produk, dan afektif adalah tingkah laku siswa yang dilihat oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung.

  METODE PENELITIAN Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian

  Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Manggihan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2018. Adapun subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas 3 SD Negeri Manggihan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang sejumlah 22 siswa yang terdiri 15 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan.

  Jenis Penelitian

  Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas, yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan (Subyantoro, 2017:9). Dalam penelitian ini penulis berkolaborasi dengan guru kelas 3 SDN Manggihan. Peneliti bertindak sebagai perancang RPP, sedangkan guru kelas 3 mengimplementasikan RPP yang telah dibuat peneliti.

  Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan 1) Observasi, merupakan teknik atau cara mengamati langsung maupun tidak tentang hal- hal atau kegiatan yang diamati dan mencatatnya pada alat observasi. Teknik observasi digunakan untuk mengukur kegiatan guru, kegiatan siswa, dan kreativitas siswa. 2) Tes, adalah instrumen atau alat untuk mengumpulkan data tentang mengetahui kemampuan kognitif atau pengetahuan dengan cara pengukuran. 3) Dokumentasi, merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka memperoleh informasi dalam kegiatan yang sudah dilaksanakan, dalam hal ini peneliti akan menggunakan dokumentasi berupa foto saat proses penelitian berlangsung.

  Teknik Analisis Data

  Teknk analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis diskriptif komparatif yaitu membandingkan pembelajaran IPA dari siklus I ke siklus II.

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

  Penerapan model pembelajaran Project Based Learning yang dilaksanakan di kelas 3 SD Negeri Manggihan dilakukan dalam 2 siklus. Tiap siklus 3 pertemuan yang terdiri dari 2 pertemuan unuk kegiatan pembelajaran dan 1 pertemuan sebagai evaluasi. Dari kondisi saat pra siklus, kreativitas menunjukkan bahwa 14 siswa dalam kategori kreativitas belajar yang rendah dan 6 siswa memiliki kreativitas belajar. Selain dilihat dari kreativitas belajar pada saat pra siklus, hasil belajar siswa pun menunjukkan nilai yang rendah yaitu 14 siswa nilai belum tuntas dan 8 siswa tuntas dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 65 pada mata pelajaran IPA.

  Kegiatan pembelajaran di kelas 3 SD Negeri Manggihhan untuk meningkatkan kreativitas belajar IPA dengan menerapkan model pembelajaran Project Based

  

Learning diperoleh dari observasi kagiatan siswa saat proses pembelajaran yang terdiri

  dari 8 indikator yang diamati yaitu yang terdiri dari siswa mampu memberikan ide atau gagasan berasal dari dirinya sendiri (asli), memberikan jawaban dengan caranya sendiri dengan proses perhitungan yang sesuai, menjawab pertanyaan sesuai dengan masalah yang diberikan, memberikan banyak tanggapan dan penyelesaian permasalahan, mengubah atau memodifikasi informasi dari berbagai sudut pandang, mengembangkan gagasan dalam bentuk produk atau karya (nyata), mengembangkan hasil karya yang unik dengan bahan yang ada dilingkungan sekitar. Pengukuran kreativitas yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan rubrik penilaian dengan skor maksimal 4 (Baik), 3 (Cukup), 2 (Kurang), dan 1 (Perlu Bimbingan). Sependapat dengan Anugraheni (2017:110) penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik. Sehingga penilaian yang dilakukan pada penelitian ini guna untuk memeperoleh data dan hasil belajar dari tes evaluasi yang dikerjakan oleh siswa di pertemuan terakhir tiap siklus.

  

Tabel 1. Perbandingan Kreativitas Siswa Belajar IPA pada Pra Siklus, Siklus I

dan Siklus II

Kategori Pra Siklus Siklus I Siklus II Kreativitas Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

  

Belajar (f) (%) (f) (%) (f) (%)

  Sangat Kreatif 0 0% 1 4,54% 2 9,09% Kreatif 2 9,09% 7 31,82% 18 81,82% Cukup Kreatif 6 27,27% 9 40,91% 2 9,09% Tidak Kreatif 14 63,64% 5 22,73% 0% Sangat Tidak

  0% 0% 0% Kreatif Jumlah Skor 349 529 597 Kelas Rata-Rata

  17,64 24,05 27,14 Kelas Kategori Kelas Tidak Kreatif Cukup Kreatif Kreatif

  Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018) Berdasarkan tabel 1 yang menunjukkan perbandingan kreativitas belajar IPA terlihat meningkat, hal ini dapat dilihat dari kategori sangat kreatif pada pra siklus sebesar 0%, pada siklus I meningkat menjadi 4,54%, dan pada siklus II menjadi 9,09%. Dalam kategori kreatif pada pra siklus sebesar 9,09%, pada siklus I meningkat menjadi 31,82%, dan pada siklus II meningkat menjadi 81,82%. Selanjutnya pada kategori cukup kreatif pada pra siklus sebesar 27,27%. Pada siklus I meningkat menjadi 40,91%, dan pada siklus II menurun menjadi 9,09%.

  

Tabel 2. Perbandingan Belajar IPA Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Pra Siklus Siklus I Siklus II No Nilai Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Siswa (%) Siswa (%) Siswa (%)

  1 Tuntas 8 36,36% 16 72,73% 20 90,91% Tidak

  2 14 63,64% 6 27,27% 2 9,09% Tuntas

  Jumlah 22 100 % 22 100 % 22 100 % Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)

  Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa siswa yang mengalami ketuntasan belajar pada pra siklus sebanyak 14 siswa (37,93%). Setelah menerapkan model pembelajaran

  

Project Based Learning dalam pelaksanaan proses pembelajaran maka terjadi

  peningkatan dari pra siklus ke siklus I menjadi 16 siswa (72,73%) dan ada peningkatan pula dari siklus I ke siklus II menjadi 20 siswa (90,91%). Dalam hal ini pada pra siklus yang belum tuntas mencapai 14 siswa, pada siklus I menurun menjadi 6 siswa. Selanjutnya dari siklus I ke siklus II, siswa yang belum mencapai nilai KKM terbukti terjadi penurunan yaitu menjadi 2 siswa.

  Pembahasan

  Hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada kelas 3 di SD Negeri Manggihan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang diketahui bahwa ada peningkatan kreativitas dan hasil belajar siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I dan siklus II dalam penerapan model pembelajaran Project Based Learning. Hal ini dapat diketahui dari adanya peningkatan kreativitas belajar dari pra siklus sampai siklus II dimana siswa mampu mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik dan mendapatkan hasil belajar yang meningkat dari setiap siklusnya. Peningkatan kreativitas dan hasil belajar

  IPA siswa kelas 3 dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning dapat dibuktikan dalam penelitian ini.

  Kreativitas belajar siswa dilihat dari adanya peningkatan pada pra siklus yang menunjukkan 0 siswa (0%) dengan kategori sangat kreatif, 2 siswa (9,09%) dengan kategori kreatif, 6 siswa (27,27%) dengan kategori cukup kreatif, 14 siswa (63,64%) dengan kategori tidak kreatif, dan 0 siswa (0%) dengan kategori sangat tidak kreatif. Siklus I mengalami peningkatan sebanyak 1 siswa (4,54%) dengan kategori sangat kreatif, 7 siswa (31,82%) dengan kategori kreatif, 9 siswa (40,91%) dengan kategori cukup kreatif, 5 siswa (22,73%) dengan kategori tidak kreatif, dan 0 siswa (0%) dengan kategori sangat tidak kreatif. Pada siklus II meningkat menjadi 2 siswa (9,09%) dengan kategori sangat kreatif, 18 siswa (81,82%) dengan kategori kreatif, 2 siswa (9,09%) dengan kategori cukup kreatif, 0 siswa (0%) dengan kategori tidak kreatif, dan 0 siswa (0%) dengan kategori sangat tidak kreatif. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rika Purwanti yang ditunjukkan dengan adanya tindakan pada siklus I bahwa tidak ada siswa (0%) dengan kategori tidak kreatif, 5 siswa (33%) dengan kategori kurang kreatif, 8 siswa (53%) dengan kategori kreatif dan 2 siswa (13%) kategori sangat kreatif. Sedangkan diperoleh peningkatan kreativitas setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II bahwa tidak ada siswa (0%) dengan kategori tidak keartif, 2 siswa (13%) dengan kategori kurang kreatif, 9 siswa (60%) dengan kategori kreatif dan 4 siswa (27%) dengan kategori sangat kreatif.

  Hasil belajar siswa dilihat pada pra siklus sebanyak 8 siswa (36,36%) tuntas dan sebanyak 14 siswa (63,64%) tidak tuntas, meningkat pada siklus I hasil belajar siswa sebanyak 16 siswa (72,73%) tuntas dan sebanyak 6 siswa (27,27%) tidak tuntas. Selanjutnya pada siklus II hasil belajar meningkat sebanyak 20 siswa (90,91%) tuntas atau dan sebanyak 2 siswa (9,09%) tidak tuntas. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yohana Setiawan dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan persentase siswa tuntas yaitu Siklus I sebesar 53,33% dan pada Siklus II sebesar 96,77%. Perbaikan sikap siswa pada pelajaran Matematika ditunjukan dengan adanya peningkatan klasifikasi dari “baik” setelah Siklus I dilaksanakan dan menjadi “sangat baik” setelah Siklus II dilaksanakan.

  Perubahan tingkat kreativitas belajar siswa dapat dilihat yang semula hanya beracuan pada materi yang disampaikan guru dan belajar lewat LKS serta buku paket yang tersedia dapat menjadi lebih baik lagi dengan adanya kegiatan diskusi membuat tugas proyek berupa produk secara langsung dengan arahan dan bimbingan dari guru. Peningkatan kreativitas belajar siswa yang terjadi dalam setiap siklusnya adalah siswa menyelesaikan masalah pembelajaran dengan mendapatkan gagasan atau ide dan menyampaikannya di dalam proses kegiatan pembelajaran. Penelitian ini sejalan dengan pendapat menurut Munandar (2012:50) mendefinisikan kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berfikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan.

  Model pembelajaran Project Based Learning yang disebut model pembelajaran berbasis proyek, menurut Trianto (dalam Titu, 2015:178) model pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang amat besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermanfaat bagi peserta didik. Dalam pembelajaran berbasis proyek, peserta didik terdorong lebih aktif dalam belajar. Guru hanya sebagai fasilitator, mengevaluasi produk hasil kerja peserta didik yang ditampikan dalam hasil proyek yang dikerjakan, sehingga menghasilkan produk nyata yang dapat mendorong kreativitas siswa. Pendapat tersebut sejalan dalam penelitian ini bahwa dalam kegiatan pembelajaran yang yang melibatkan siswa berperan aktif dalam menghasilkan produk atau proyek, maka akan mendorong kemampuan siswa dalam memahami suatu pengetahuan atau menambah wawasan. Selain itu, hasil belajar siswa dapat meningkat pada setiap siklusnya dikarenakan dengan menggunakan model pembelajaran Project

  

Based Learning siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga

  siswa dapat memahami materi yang dipelajari dan pada kegitan evaluasi hasil belajar diharapkan memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

  Hal ini sejalan dengan pendapat Kristin (2016:92) bahwa hasil belajar adalah puncak dari keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan belajar yang telah ditetapkan. Dan Anugraheni (2017:249) mengatakan bahwa hampir sebagian besar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar.

  Penerapan model pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar IPA siswa kelas 3 SD Negeri Manggihan dalam penelitian ini. Keunggulan dari penelitian ini dibandingkan dengan penelitian lain yaitu dalam penelitian ini mengukur kreativitas dan hasil belajar siswa. Pengukuran kreativitas belajar siswa menggunakan rubrik penilaian dengan acuan kategori kreativitas belajar tinggi dan kategori kreativitas belajar rendah. Rubrik penilain kreativitas tersebut berfungsi untuk penskoran kreativitas belajar siswa terhadap pembelajaran yang berlangsung.

  Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian lain yaitu penelitian ini menggunakan model pembelajaran Project Based Learning untuk mengukur kreativitas dan hasil belajar siswa. Penelitian ini menggunakan alat ukur kreativitas dengan rubik skor sangat kreatif, kreatif, cukup kreatif, tidak kreatif dan sangat tidak kreatif. Dengan pengolahan data PAP tipe 1. Pada proses pembelajaran siswa diminta untuk membuat tugas proyek atau produk, dimana siswa mencari ide sendiri mengenai produk tersebut yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari. Siswa merencanakan tugas proyek apa yang akan dibuat dengan bimbingan guru, kemudian siswa secara berkelompok menjadwalkan untuk penyelesaian tugas proyek tersebut. Jika sudah terbuat setiap kelompok membuat laporan akhir mengenai tugas proyek kemudian mereka presentasikan secara berkelompok di depan kelas. Setelah itu siswa mengerjakan soal evaluasi sebagai bentuk penilaian hasil belajar yang sesuai dengan indikator pembelajaran.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dengan penerapan model pembelajaran Project Based Learning mampu meningkatkan kreativitas dan hasil belajar IPA pada siswa kelas 3 SD Negeri Manggihan. Penelitian ini dikatakan berhasil dilihat dari perolehan kreativitas belajar pra siklus yaitu 48,2% dengan kategori tidak kreatif, setelah menerapkan model pembelajaran Project Based

  

Learning mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 75.1% dengan kategori cukup

  kreatif dan meningkat lagi pada siklus II yaitu 84.8% dengan kategori kreatif. Begitu pula dengan peningkatan pada hasil belajar yang dialami dari pra siklus sampai siklus

  II. Pada pra siklus diperoleh presentase 36,36%, kemudian dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning hasil belajar meningkat pada siklus I diperoleh presentase menjadi 72,73% dan mengalami peningkatan pada siklus II dengan presentase menjadi 90,91%.

  Saran

  Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan beberapa saran, sebagai berikut:

  1. Bagi Siswa Siswa yang kurang memperhatikan atau cenderung diam pada saat pembelajaran dengan diterapkannya model pembelajaran Project Based Learning sehingga diharapkan siswa memiliki kreativitas belajar yang semakin meningkat dan hasil belajar siswa pun dapat meningkat.

  2. Bagi Guru Guru hendaknya menerapkan model pembelajaran Project Based Learning yang dapat membuat siswa menjadi antusias dalam mengikuti pembelajaran, selain itu pembelajaran lebih berpusat kepada siswa dan lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari agar mudah siswa untuk menyerap pembelajaran. Serta dengan guru menggunakan model Project Based Learning akan meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa.

3. Bagi Sekolah

  Sekolah dapat memberikan sosialisasi kepada para guru untuk menggunkan model pembelajaran Project Based Learning yang bervariasi lagi sehingga dapat mengemas pembelajaran di kelas yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

  Ahmad, D. A. 2015. Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran PAI Berbasis Multiple Intelligences di Kelas V SD Juara Yogyakarta . Anita Titu, Maria. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning

  (PjBL) untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa pada Materi Konsep Masalah Ekonomi. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Ekonomi FE UNY" Profesionalisme Pendidik dalam Dinamika Kurikulum Pendidikan di Indonesia pada Era MEA" . Fakultas Ekonomi UNY, 2015.

  Anugraheni, I. 2017. Penggunaan Penilaian Teman Sejawat (Peer Assesmen) Untuk Mengukur Hasil Belajar Psikomotorik Pada Perkuliahan . Anugraheni, I. 2017. Penggunaan Portofolio Dalam Perkuliahan Penilaian Pembelajaran . Jurnal Pendidikan Dasar Perkhasa, 3(1). Fidarini, A. 2016. Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Proyek dan Berbasis

  Masalah Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengasosiasi pada Pembelajaran GeografiI Kelas XI Ilmu-ilmu Sosial (IS) SMA Negeri 1 Petanahan Kebumen .

  Geo Educasia-S1, 1(4). Hidayah, E. N. Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek Dengan Penilaian

  Produk Untuk Meningkatkan Kreativitas Dan Hasil Belajar Sejarah Peserta Didik Kelas X MIA 4 SMA Negeri 1 Gambiran Tahun Ajaran 2014/2015. Kristin, F., & Rahayu, D. 2016. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Discovery

  Learning Terhadap Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas 4 SD . Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 6(1).

  Kristin, F. 2016. Analisis Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SD . Jurnal Pendidikan Dasar Perkhasa, 2(1). Kristin, F. 2016. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Ditinjau Dari

  Hasil Belajar Ips Siswa Kelas 4 SD . Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 6(2).

  Lestari, I., & Anugraheni, I. 2017. Perbedaan Hasil Belajar Example Non Example

Terhadap Siswa Kelas 5 Pada Mata Pelajaran Ipa. Refleksi Edukatika , 7(2).

Mangunhardjana, A. 2012. Mengembangkan Kreativitas. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Munandar, Utami. 2009. Pengembangan kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka

  Cipta Nuraini, F. 2017. Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) untuk

  Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SD . e-Jurnal Mitra Pendidikan, 1(4).

  Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 No. 22 tentang standar isi Rustandi, A. Model Project Based Learning Berorientasi Pendidikan Karakter Dalam

  Pembelajaran Menulis Cerpen pada Siswa SMP. In Prosiding Seminar Nasional Peran Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya Dalam Mebangun Karakter Generasi Muda Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (p. 36).

  Sahidin, L., & Jamil, D. 2017. Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Persepsi Siswa

  Tentang Cara Guru Mengajar Terhadap Hasil Belajar Matematika . Jurnal Pendidikan Matematika, 4(2).

  Subyantoro. 2017. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Farishma Indonesia. Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT.

  Remaja Rosdakarya. Warsono, & Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.