Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun

(1)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

ANALISIS KEBERADAAN CREDIT UNION (CU) SEBAGAI

LEMBAGA PEMBIAYAAN DI KELURAHAN SARIBUDOLOK

KECAMATAN SILIMAKUTA, KAB. SIMALUNGUN

SKRIPSI

oleh

HANNA M. ARITONANG

040304010

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

ANALISIS KEBERADAAN CREDIT UNION (CU) SEBAGAI

LEMBAGA PEMBIAYAAN DI KELURAHAN SARIBUDOLOK

KECAMATAN SILIMAKUTA, KAB. SIMALUNGUN

SKRIPSI

HANNA M. ARITONANG

040304010

Skripsi sebagai Salah Satu syarat untuk Dapat Meraih Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Luhut Sihombing, MP) (Ir, Lily Fauzia, MSi)

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

ABSTRAK

Analisis Keberadaan Credit Union sebagai lembaga pembiayaan merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui profil Credit Union (CU) di daerah penelitian, mengetahui peranan keberadaan Credit Union terhadap petani di daerah penelitian, untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih Credit Union sebagai sumber pembiayaan dibandingkan dengan lembaga keuangan sejenis di daerah penelitian dan untuk mengetahui efektivitas penggunaan kredit dari CU pada kegiatan usaha tani di daerah penelitian.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dengan melakukan penyajian hasil informasi dari Credit Union dan petani sebagai anggota Credit Union. Data yang dikum[ulkan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder dari Credit Union.

Hasil dari penelitian ini adalah CU ini berperan sebagai lembaga penyimpanan uang, lembaga peminjaman modal bagi anggota, sebagai penyelenggara pendidikan dan pelatihan bagi anggota dan penggerak perekonomian anggota. Petani merasakan peranan Credit Union benar-benar sangat bermanfaat adalah setelah mengikuti setiap pendidikan dan konsultasi yang diadakan oleh Credit Union yaitu pendidikan dasar dan lanjutan. Faktor yang paling banyak mempengaruhi petani dalam memilih Credit Union adalah saran teman/ keluarga yaitu sebanyak 43,24 %. Penggunaan pinjaman dari CU Cinta Mulia sudah efektif digunakan untuk kebutuhan usaha tani dengan persentase 56% petani menggunakan pinjaman untuk kegiatan usaha taninya.


(4)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

RIWAYAT HIDUP

HANNA M. ARITONANG (040304010) dilahirkan di Tarutung pada tanggal 17

Oktober 1986 sebagai anak keempat dari 6 bersaudara, dari keluarga Bapak Hotma Tua Aritonang dan Ibu Darna Lumban Tobing.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: 1. Sekolah Dasar (SD) tahun 1992 – 1998 di SD No. 030307 Tigalingga

2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Tahun 1998 – 2001 di SLTP Negeri 9 Pematang Siantar.

3. Sekolah Menengah Atas (SMA) Tahun 2001 – 2004 di SMA Negeri 4 Pematang Siantar.

4. Melalui jalur SPMB Tahun 2004 diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

5. Bulan Juni – Juli 2008, melaksanakan PKL di Kecamatan Pematang Bandar, Kabupaten Simalungun.

6. Bulan Maret – April 2009, melaksanakan penelitian skripsi di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun.

Selama perkuliahan, penulis juga aktif dalam beberapa kegiatan organisasi diantaranya:

1. Anggota Organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

2. Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen USU tahun 2004-2009.


(5)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “ Analisis Keberadaan Credit Union (CU) sebagai Lembaga Pembiayaan” (Studi Kasus: Kelurahan Saribudolok, Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun) yang merupakan syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai Ketua Pembimbing yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini. 2. Ibu Ir. Lily Fauzia, MSi sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini. 3. Bapak Samsury Tamsar beserta aparat kelurahan Saribudolok atas kerelaannya

membantu penulis dalam mendapatkan data-data yang dibutuhkan.

4. Ibu Lina Sipayung dan pegawai CU Cinta Mulia yang telah banyak membantu penulis dalam mendapatkan data-data yang dibutuhkan.

5. Seluruh responden petani anggota CU Cinta Mulia yang telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi bagi penulis guna melengkapi penulisan skripsi ini.


(6)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

Penulis menyadari di dalam pembuatan skripsi masih banyak terdapat kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2009


(7)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan... 1

Identifikasi Masalah ... 7

Tujuan Penelitian ... 7

Kegunaan Penelitian ... 8

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka... 9

Landasan Teori ... 16

Kerangka Pemikiran ... 23

METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Lokasi ... 25

Metode Pengambilan Sampel ... 25

Metode Pengumpulan Data ... 26

Metode Analisis Data ... 26

Defenisi dan Batasan Operasional ... 28

Defenisi ... 28

Batasan Operasional ... 29

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN Deskripsi Daerah Penelitian ... 30

Keadaan Penduduk ... 31

Perekonomian Desa ... 34

Karakteristik Petani Responden ... 35

HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Credit Union (CU) Cinta Mulia ... 37


(8)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Memilih Credit Union sebagai Lembaga Pembiayaan ... 65

Efektivitas Penggunaan Kredit dari CU Cinta Mulia oleh Petani dalam kegiatan Usaha Tani ... 68

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 71 Saran ... 72


(9)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi penggunaan lahan di Kel. Saribudolok

Tahun 2008... 31 Tabel 4.2 Distribusi Penduduk menurut Usia di Kelurahan

Saribudolok... 32 Tabel 4.3 Distribusi Penduduk menurut Tingkat pendidikan Formal di Kelurahan

Saribudolok... 33

Tabel 4.4 Distribusi Penduduk menurut Sumber Mata Pencaharian di Kelurahan Saribudolok... 34

Tabel 4.5 Karakteristik Petani Responden... 35 Tabel 5.1 Perkembangan Jumlah Anggota dan Kredit yang disalurkan

tahun 1999-2006 oleh CU Cinta Mulia... 39 Tabel 5.2 Perkembangan Aset CU Cinta Mulia tahun 1999-2006... 40 Tabel 5.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam memilih Credit Union

sebagai lembaga pembiayaan... 65 Tabel 5.4 Penggunaan pinjaman dari CU Cinta Mulia oleh petani


(10)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

DAFTAR GAMBAR

1. Struktur Organisasi CU ... 21 2. Skema Kerangka Pemikiran ... 24 3. Struktur Organisasi CU Cinta Mulia ... 42


(11)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

PENDAHULUAN

Latar Belakang dan Permasalahan

Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting, karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, pertanian juga merupakan sektor andalan penyumbang devisa negara dari sektor non migas. Besarnya kesempatan kerja yang diserap dan besarnya jumlah penduduk masih bergantung pada sektor ini memberikan arti bahwa di masa mendatang sektor ini masih perlu ditingkatkan (Noor, 1996).

Proses pembangunan dan modernisasi pertanian seharusnya berorientasi kepada pemberdayaan serta mengangkat kesejahteraan para petani. Tetapi selama kurun waktu orde baru tersebut, para petani ternyata tetap berada di posisi terpinggirkan, dan bahkan banyak yang berada dibawah garis kemiskinan. Di era reformasi dewasa ini, keberadaan para petani yang memiliki jumlah sangat besar secara nasional, belum juga mendapatkan perhatian yang lebih khusus, terutama program yang berorientasi untuk meningkatkan kesejahteraan para petani itu sendiri. Dengan berbagai cara manuver politik tingkat tinggi, kepentingan elit penguasa akhirnya mampu mengeliminir kepentingan komunitas petani. Hal ini selaras dengan orientasi ekonomi nasional yang mengarah kepada liberalisasi (Ginting, 2006).

Di bidang Pertanian, Para petani akan selalu membutuhkan uang tunai untuk keperluan kehidupan sehari-hari maupun untuk memenuhi kebutuhan akan sarana produksi pertanian seperti, pembelian bibit, pengolahan, dan sebagainya: meningkatkan


(12)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

pendapatan petani bersifat fluktuatif maka pendirian Koperasi kredit atau adanya kegiatan simpan pinjam akan sangat membantu pertanian. (Hudiyanto, 2002).

Modal tidak selalu tersedia pada petani, maka disini diperlukan subsistem penunjang yang dapat memberikan modal kepada petani, baik kepada petani kecil maupun pengusaha yang besar yang disediakan oleh lembaga. Lembaga perkreditan atau permodalan sangat berperan dalam memberikan modal kerja kepada petani kecil di wilayah pedesaan. Banyak lembaga-lembaga keuangan lainnya yang dapat melakukan hal sama dalam membantu petani. modal tidak hanya diperlukan oleh petani yang melakukan kegiatan produksi primer, namun juga diperlukan oleh pengusaha yang bergerak pada subsistem pengadaan sarana produksi, subsistem agroindustri maupun subsistem distribusi/ pemasaran (Su’ud,2005).

Kunci suksesnya pembangunan pertanian tidak hanya terletak pada sisi produksi maupun pemasaran. Lebih dari itu, aspek sumberdaya manusia (SDM) memegang peranan utama sekaligus penentu keberhasilan pembangunan tersebut. Di samping penguatan SDM di pedesaan, diperlukan pengembangan kelembagaan usaha tani yang mendorong petani untuk berkelompok, mendirikan lembaga keuangan untukpertanian seperti koperasi atau lembaga lain yang dapat menggerakkan kegiatan agribisnis pedesaan (Subejo, 2005).

Pengembangan agribisnis memerlukan dukungan lembaga pelayanan penunjang agribisnis seperti lembaga keuangan, lembaga penyedia sarana pertanian, lembaga penyedia jasa alsintan, informasi pasar, kelembagaan pemasaran dan sebagainya. Oleh karena itu ketersediaan skim-skim perkreditan sesuai dengan tahapan perkembangan agribisnis, ketersediaan sarana produksi pertanian tepat jenis, tepat waktu, dan tepat


(13)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

lokasi, jasa alsintan, ketersediaan sarana pemasaran, informasi pasar, dan infrastruktur pendukung merupakan faktor penting yang menunjang keberhasilan pembangunan agribisnis (Hastuti, 2001).

Dalam ekspor nasional sektor agribisnis penyumbang terbesar. Kontribusi agribisnis dalam ekspor total Indonesia mencapai 43 persen pada tahun 1990, dan meningkat menjadi 49 persen pada tahun 1995. Dalam impor total Indonesia, pangsa impor sektor agribisnis hanya sekitar 24 persen, dan menurun menjadi sekitar 16 persen pada tahun 1995. Hal ini berarti sektor agribisnis merupakan penyumbang terbesar dalam devisa negara, dan cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (Hastuti, 2001).

Subsistem pengadaan dan penyaluran saprodi mencakup kegiatan perencanaan, pengolahan sarana produksi, teknologi dan sumber daya pertanian. Pada subsistem saprodi, petani umumnya membeli saprodi dari pedagang saprodi. Petani membayar dengan harga tunai dan ada juga petani yang dapat membayar secara kredit yang dibayar setelah panen. (Hanani dkk, 2003).

Pembiayaan pertanian selama ini telah menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi sektor pertanian. Hal ini sangat serius manakala kemudian ternyata kredit sebagai salah satu sumber pembiayaan pertanian lebih banyak mengalir ke sektor industri dan sektor-sektor industri lainnya. Selama tahun 1996-2000, tidak kurang dari 50% dari alokasi kredit, baik kredit investasi, modal kerja maupun Kredit Usaha Kecil mengalir ke sektor-sektor tersebut. Selain itu, perbankan kita juga tidak mempunyai kemauan untuk menjadikan pertanian sebagai basis investasi. Resiko yang besar pada investasi sektor ini


(14)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

menyebabkan sebagian besar bank kita senang membiayai sektor industri yang lebih cepat dapat dilihat hasilnya (Hanani dkk, 2003).

Berdasarkan data statistik, alokasi kredit untuk sektor pertanian relatif kecil, kecuali untuk kredit investasi. Meskipun demikian, alokasi kredit ini secara absolut menunjukkan kecenderungan menurun. Data alokasi kredit ini untuk sektor pertanian telah menurun dari Rp 11.010 milyar pada tahun 1996 menjadi Rp 10.678 milyar pada tahun 2000. Dengan jumlah penduduk yang besar di pedesaan sangatlah tidak berarti jumlah kredit sebesar itu dibandingkan dengan sektor industri apalagi dengan sektor perbankan yang pengeluarannya triliunan rupiah (Hanani dkk, 2003).

Kredit modal kerja meskipun ada kecenderungan meningkat, namun baik secara absolut maupun secara relatif masih sangat kecil dalam arti masih kurang dari 10 %. Sebaliknya, untuk kredit usaha kecil, alokasi untuk sektor pertanian dalam jumlah maupun persentasenya mengalami peningkatan. Selama periode yang sama, alokasi kredit usaha kecil untuk sektor pertanian meningkat dari 2.983 miliar rupiah atau sebesar 7,29 % dari total kredit yang disalurkan menjadi 8.509 miliar atau sebesar 22,19% (Hanani dkk, 2003).

Koperasi kredit menjadi populer di Indonesia ketika sulitnya masyarakat mengakses dana dari perbankan. Koperasi kredit atau kopdit semakin berkembang. Tumbuhnya koperasi ini memberikan peluang bagi masyarakat untuk mendapat dana membantu memecahkan masalah keuangan dan paling tidak menggantikan peran rentenir yang sebelumnya banyak meminjamkan uang kepada masyarakat khususnya pedesaan semakin berkurang (Siagian, 2003).


(15)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

Kopdit atau koperasi simpan pinjam menjadi salah satu bagian dari koperasi di dalam negeri. Boleh dibilang kopdit masuk ke Indonesia takkala perekonomian baru mulai tumbuh. Pada saat itu, kondisi ekonomi masyarakat terutama di pedesaan masih sangat rendah sehingga koperasi menjadi salah satu jalan menggerakkan ekonomi rakyat. Deputi Menteri Negara Koperasi dan UKM Noer Sutrisno mengatakan tahun 2000 koperasi Indonesia justru didominasi oleh koperasi kredit yang menguasai 55 – 60 persen dari keseluruhan aset koperasi. Bahkan, akhir-akhir ini koperasi kredit mampu mengambil posisi di samping BRI. Kegiatan koperasi kredit, baik secara teori maupun empiris, dikatakannya terbukti mempunyai kemampuan untuk membangun segmentasi pasar yang kuat sebagai akibat struktur pasar keuangan yang sangat tidak sempurna (Siagian, 2003).

Jenis koperasi kredit ini (CU) didirikan untuk memberikan kesempatan kepada para anggotanya memperoleh pinjaman dengan mudah dan biaya bunga yang ringan. Kopdit bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungan anggota secara terus menerus untuk kemudian dipinjamkan kepada para anggotanya secara mudah, cepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan. Koperasi dapat memberikan pertolongan kepada para anggotanya karena ia memiliki dana/ modal dalam jumlah yang cukup. Untuk itu, ia perlu melakukan akumulasi modal dari para anggotanya melalui simpanan yang diberikan oleh mereka dalam hal ini simpanan wajib, pokok dan sukarela. Dari uang simpanan itulah, koperasi kemudian mampu menyalurkan kredit kepada para anggotanya. Dari uang yang dipinjamkan oleh koperasi itu, kemudian para anggota dapat memanfaatkannya guna keperluan produktif. Misalnya, bagi para anggota koperasi yang


(16)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

berprofesi sebagai petani, pinjaman yang diberikan dapat digunakan untuk membeli pupuk dan sarana produksi pertanian lainnya (Anoraga dan Widiyanti,1993).

Peranan lembaga penunjang dalam permodalan di Kelurahan Saribudolok sangat diperlukan dan pada umumnya petani mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan seperti CU karena sifat keanggotaan dari CU bersifat terbuka dan saling percaya. Lembaga-lembaga perekonomian ini turut membantu petani dalam memenuhi kebutuhannya dalam kegiatan pertanian. Namun kebanyakan masyarakat masih belum memanfaatkan secara optimal program yang ditawarkan oleh lembaga keuangan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dianalisa mengenai peranan keberadaan CU sebagai lembaga pembiayaan terhadap usaha tani, faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih CU sebagai lembaga pembiayaan dan bagaimana keefektifan penggunaan kredit CU oleh petani. Hal inilah yang menjadi latar belakang dalam penelitian ini dan yang akan dibahas selanjutnya dalam pembahasan.


(17)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1) Bagaimana profil Credit Union (CU) di daerah penelitian?

2) Apa peranan keberadaan Credit Union (CU) terhadap petani di daerah penelitian? 3) Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih Credit

Union (CU) sebagai sumber pembiayaan dibandingkan dengan lembaga keuangan sejenis di daerah penelitian?

4) Bagaimana efektivitas penggunaan kredit dari Credit Union (CU) pada kegiatan usaha tani di daerah penelitian?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan Identifikasi Masalah tersebut, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui profil Credit Union (CU) di daerah penelitian.

2) Untuk mengetahui peranan keberadaan Credit Union (CU) terhadap petani di daerah penelitian.

3) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih Credit Union (CU) sebagai sumber pembiayaan dibandingkan dengan lembaga keuangan sejenis di daerah penelitian.

4) Untuk mengetahui efektivitas penggunaan kredit dari Credit Union (CU) pada kegiatan usaha tani di daerah penelitian.


(18)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian adalah sebagai berikut :

1) Sebagai bahan masukan bagi pengambil keputusan (decision maker) dan instansi terkait lainnya dalam menyusun kebijakan untuk meningkatkan kualitas Credit Union (CU).


(19)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Secara umum yang dimaksud dengan KOPERASI adalah suatu badan usaha bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian, beranggotakan mereka yang umumnya berekonomi lemah yang bergabung secara sukarela dan atas dasar persamaan hak, berkewajiban melakukan suatu usaha yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya. Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang, atau badan-badan hukum Koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan,Pasal 3 UU No. 12/1967 (Kartasapoetra dkk, 2001).

Koperasi Indonesia yang merupakan perkumpulan orang-orang (warga negara Indonesia) yang umumnya berekonomi (relatif) lemah, yang secara bergairah kerja dan bersama-sama bergotongroyong berjuang untuk memajukan kepentingan ekonomi mereka dan kepentingan masyarakat, dari azas dan sendi-sendi dasarnya jelas merupakan alat pendemokrasian ekonomi nasional. Ciri-ciri seperti di atas terkandung pula dalam koperasi, karena itu mengembangkan koperasi dengan sebaik-baiknya sama dengan mewujudkan dan membina kelangsungan serta perkembangan Demokrasi Ekonomi dengan sebaik-baiknya pula (Kartasapoetra dkk, 2001).

Kehadiran Koperasi di tengah-tengah masyarakat merupakan ”malaikat penyelamat” kelangsungan hidupnya, karena Koperasi merupakan wadah yang cocok bagi mereka yang ekonominya lemah untuk secara bersama-sama, bahu membahu


(20)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

meningkatkan usaha mereka sehingga terjadi peningkatan taraf hidupnya, menuju kesejahteraan yang telah lama mereka cita-citakan (Kartasapoetra dkk, 2001).

Keberhasilan organisasi Koperasi sangat erat hubungannya dengan partisipasi aktif setiap anggotanya, seorang anggota akan mau berpartisipasi jika mengetahui dengan jelas tujuan dari organisasi tersebut. Manfaat terhadap dirinya dan cara organisasi dalam mencapai tujuan oleh karena itu keputusan seseorang untuk masuk menjadi anggota haruslah didasarkan akan pengetahuan yang memadai tentang manfaat Koperasi agar anggota Koperasi berkualitas baik, berkemampuan tinggi, dan berwawasan luas. Maka Pendidikan adalah hal yang mutlak melalui Pendidikan, anggota dipersiapkan dan dibentuk untuk menjadi anggota yang memahami, menghayati nilai-nilai dan prinsip serta praktik-praktik Koperasi ( Sitio, dan Tamba, 2001).

Koperasi merupakan bagian dari tata susunan ekonomi. Hal ini berarti bahwa dalam kegiatannya, koperasi turut mengambil bagian bagi tercapainya kehidupan ekonomi yang sejahtera, baik bagi orang-orang yang menjadi anggota perkumpulan itu sendiri maupun untuk masyarakat di sekitarnya. Koperasi sebagai perkumpulan untuk kesejahteraan bersama, melakukan usaha dan kegiatan di bidang pemenuhan kebutuhan bersama dari para anggotanya. Usaha ini disebut juga usaha atau kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi ini meliputi usaha di bidang produksi, konsumsi, distribusi barang-barang dan usaha pemberian jasa, antara lain usaha simpan pinjam, angkutan, asuransi, dan perumahan (Anoraga dan Widiyanti, 1993).

Koperasi yang berkembang di Indonesia semenjak tahun 1973 adalah Koperasi Unit Desa ( KUD ) dan pada tahun 1996 berkembang pesat menjadi 9.226 unit, begitu juga dengan Credit Union ( CU ) yang didirikan awal 1970, juga berkembang yang


(21)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

meliputi jumlah simpanan, jumlah kekayaan per CU dan per anggota, 24 tahun kemudian atau pada tahun 1994 keadaan CU semakin membaik dan berkembang secara pesat (Ginting, 1999).

Koperasi kredit atau koperasi simpan pinjam merupakan koperasi yang bergerak dalam bidang pemupukan simpanan dari para anggotanya untuk kemudian dipinjamkan kembali kepada anggota-anggotanya, yang memerlukan bantuan modal, di samping bertujuan untuk mendidik anggotany agar bersikap hemat serta gemar menabung. Koperasi kredit biasanya bertujuan untuk membebaskan para anggotanya dari jeratan para rentenir (Baswir, 1997).

Koperasi Kredit ini muncul pada kelompok orang yang bergabung dalam pra Koperasi, mereka mempunyai ikatan pemersatu (Comunion Bond) yang berdasarkan pada kesamaan kebutuhan yang dirasakan bersama (felt need) melalui kesepakatan bersama mengerahkan modal bersama terutama yang berasal dari simpanan untuk dipinjamkan diantara sesama mereka dengan tingkatan bunga yang memadai sesuai dengan konsensus yang bersama pula. Pinjaman yang diberikan dapat bertujuan untuk keperluan darurat, produktif dan kesejahteraan anggota peminjam ( Mutis, 1992 ).

Dasar penjenisan koperasi Indonesia adalah kebutuhan dari dan maksud untuk efisiensi suatu golongan dalam masyarakat yang homogen karena kesamaan aktivitas dan kepentingan ekonominya, misalnya koperasi yang bersifat khusus, bursa kepentingan dan perkembangan daerah kerja serta menjamin efisiensi ekonomi koperasi yang bersangkutan juga demi ketertiban, diusahakan hanya 1 koperasi yang setingkat dan sejenis untuk satu daerah kerja (Anoraga dan Widiyanti, 1993).


(22)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

Berbagai jenis koperasi lahir dan seirama dengan aneka jenis usaha untuk memperbaiki kehidupan. Secara garis besar, jenis koperasi yang ada dapat kita bagi menjadi 5 golongan, yaitu Koperasi Konsumsi, Koperasi Kredit, Koperasi Produksi, Koperasi Jasa dan Koperasi Serba Usaha (Anoraga dan Widiyanti, 1993).

Koperasi Kredit didirikan untuk memberikan kesempatan kepada anggota-anggotanya memperoleh pinjaman dengan mudah dan dengan ongkos (bunga) yang ringan. Itulah sebabnya Koperasi ini disebut dengan Koperasi Kredit. Fungsi pinjaman di dalam Koperasi adalah sesuai dengan tujuan-tujuan koperasi pada umumnya, yaitu untuk memperbaiki kehidupan para anggotanya. Misalnya: Dengan pinjaman itu seorang petani dapat membeli pupuk, benih unggul, pacul dan alat-alat pertanian lainnya yang akan membantu meningkatkan hasil usaha taninya. Hal ini berarti akan membantu menaikkan pendapatannya. Pendapatan yang bertambah berarti memperbaiki kehidupannya (Anoraga dan Widiyanti, 1993).

Dalam memberikan pelayanan-pelayanan itu, pengurus Koperasi Kredit selalu berusaha supaya ongkos (bunga) ditetapkan serendah mungkin agar dirasakan ringan oleh para anggotanya. Selain itu, pengurus Koperasi harus memperhatikan agar pinjaman itu betul-betul digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat (Anoraga dan Widiyanti, 1993).

Koperasi Kredit ialah koperasi yang bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungan-tabungan para anggota secara teratur dan terus menerus untuk kemudian dipinjamkan kepada para anggota dengan cara mudah, murah, cepat dan tepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan. Contohnya adalah unit-unit simpan pinjam dalam KUD, KSU, Credit Union, Bukopin, Bank Koperasi Pasar dan lain-lain.


(23)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

1. Membantu keperluan kredit para anggota, yang sangat membutuhkan dengan syarat-syarat yang ringan.

2. Mendidik kepada para anggota, supaya giat menyimpan secara teratur sehingga membentuk modal sendiri.

3. Mendidik anggota hidup berhemat, dengan menyisihkan sebagian dari pendapatan mereka.

4. Menambah pengetahuan tentang perkoperasian.

Koperasi ini bekerja hanya pada satu lapangan usaha saja. Koperasi ini hanya menyimpan uang, menyediakan dan mengusahakan pinjaman atau kredit bagi anggota-anggotanya saja. Jadi koperasi ini hanya bergerak di lapangan kredit dan simpan pinjam. Koperasi ini bekerja atas dasar spesialisasi, yakni di bidang perkreditan dan simpan pinjam. Koperasi ini memakai sistem single purpose (Anoraga dan Widiyanti, 1993).

Kegiatan koperasi kredit, baik secara teoritis maupun empiris, terbukti mempunyai kemampuan untuk membangun segmentasi pasar yang kuat sebagai akibat struktur pasar keuangan yang sangat tidak sempurna, terutama jika menyangkut masalah informasi. Bagi koperasi kredit, keterbukaan perdagangan dan aliran modal yang keluar masuk akan merupakan kehadiran pesaing baru terhadap pasar keuangan, namun tetap tidak dapat menjangkau para anggota koperasi. Apabila koperasi kredit mempunyai jaringan yang luas dan menutup usahanya hanya untuk pelayanan anggota saja, maka segmentasi ini akan sulit ditembus pesaing baru. Bagi koperasi-koperasi kredit di negara berkembang, adanya globalisasi ekonomi dunia akan merupakan peluang untuk mengadakan kerjasama dengan koperasi kredit di negara maju dalam membangun sistem perkreditan melalui koperasi. Koperasi kredit atau simpan pinjam di masa mendatang


(24)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

akan menjadi pilar kekuatan sekitar koperasi yang perlu diikuti oleh dukungan lainnya seperti sistem pengawasan dan jaminan (Harsoyo, dkk, 2005).

Melalui koperasi, akses petani terhadap fasilitas kredit dan fasilitas lainnya dapat ditingkatkan, sehingga permodalan mereka akan semakin kuat. Beberapa komoditas hortikultura seperti buah-buahan mempunyai karakteristik yang berbeda dengan komoditas lainnya. Perbedaan tersebut dapat terkait dengan ketentuan skim yang berlaku. Agribisnis buah-buahan adalah investasi jangka panjang, oleh karena itu, wajar apabila skim kredit buah-buahan lebih lunak dari skim kredit komoditas lainnya (Anwar, 1999).

Credit Union di Indonesia pada waktu pendiriannya awal tahun 1970, berhasil mendapat dukungan politik sekalipun tampil diluar kerangka kebijaksanaan pemerintah, yang pada waktu itu mengutamakan pembentikan koperasi pedesaan dalam satuan wilayah kecamatan mulanya bernama BUUD dan kemudian KUD. Sebagaimana perkembangan CU yang secara pesat juga terjadi di Indonesia: jumlah simpanan, jumlah kekayaan per CU dan per anggota adalah rendah tetapi 24 tahun kemudian keadaan telah berubah. Pada tahun 1994 simpanan CU 41,5 miliar rupiah lebih yaitu rata-rata Rp. 192.000/ anggota dan kekayaan CU hampir 64 miliar yaitu rata-rata Rp. 294.000/anggota (Ginting, 1999).

Sebagai masyarakat koperasi, CU diorganiser oleh sekelompok orang untuk melayani anggotanya dengan pelayanan utama : 1). Akumulasi modal dari akumulasi simpanan yang mudah dan menyenangkan, 2). Sumber pinjaman dengan bunga normal dan 3). Kegiatan pendidikan dimana anggota dididik mengatur dan mengontrol uangnya. CU sebagai masyarakat koperasi yang terorganiser diantara sekelompok orang dengan satu ikatan pemersatu (common bond of interest) dan beroperasi berdasarkan peraturan


(25)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

tertentu, meningkatkan sikap hemat dari anggotanya, menciptakan sumber kredit untuk kegunaan usaha yang produktif dan cermat, mendidik anggotanya menggunakan uang secara bijaksana dan melaksanakan training teknik operasi (Ginting, 1999).

Akhir-akhir ini Koperasi Kredit di Sumatera Utara mampu menjadi idola bagi masyarakat. Dalam perkembangannya masyarakat melihat bahwa program dan konsentrasi Kopdit terhadap masyarakat ekonomi lemah cukup berhasil. Terutama setelah krisis moneter 1998, pertumbuhan keanggotaan dan aset Kopdit di Sumut sangat signifikan. Data Statistik akhir Desember 2004 sebanyak 88 Kopdit binaan Puskopdit dengan anggota 83.027 orang, aset keseluruhan Rp. 147.903.126114 (hampir Rp.148 milyar). Ini merupakan prestasi seluruh Koperasi Kredit di Sumatera Utara atas kerja keras melalui pendidikan, pelatihan, pembinaan dan penyuluhan secara terencana dan berkesinambungan (Prawirokusumo, 2001).

Berkat keberhasilan pendidikan Kopdit, simpanan anggota tahun demi tahun pada Kopdit semakin banyak, bahkan beberapa Kopdit primer mempunyai anggota yang simpanannya di atas Rp.50 juta. Demikian halnya dengan pinjaman yang sebelumnya hanya Rp.500 ribu s/d Rp.1 juta, kini Kopdit telah mampu memberikan pinjaman di atas Rp.50 juta hingga diatas Rp.100 juta. Pinjaman itu diberikan melalui pengamatan Kopdit atas keberhasilan dan kemampuan anggota mengembalikan (Prawirokusumo, 2001).

Landasan Teori

Kebutuhan kolektif untuk memperbaiki ekonomi secara mandiri, masyarakat yang sadar terhadap kebutuhan untuk memperbaiki diri, meningkatkan kesejahteraan dan mengembangkan diri secara mandiri merupakan prasyarat bagi keberadaan koperasi.


(26)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

Kesadaran ini akan menjadi motivasi utama bagi pendirian koperasi dari bawah (bottom up). Faktor kuncinya adalah kesadaran kolektif dan kemandirian. Masyarakat harus memahami kemampuan yang ada pada diri mereka sendiri sebagai modal awal untuk mengembangkan diri. Faktor eksternal dapat diperlakukan sebagai penunjang akan komplemen bagi kemampuan sendiri (Harsoyo, dkk., 2005).

Faktor pembeda koperasi dengan lembaga usaha lain terletak pada nilai-nilai dan prinsip yang tidak dikembangkan secara sadar dalam organisasi lain. Pemahaman terhadap nilai-nilai koperasi: keterbukaan, demokrasi, partisipasi, kemandirian, kerjasama, pendidikan dan kepedulian pada masyarakat; seharusnya merupakan pilar utama dalam perkembangan suatu koperasi. Pada tatanan selanjutnya, nilai dan prinsip itu menjadi faktor penentu keberhasilan koperasi (Harsoyo, dkk., 2005).

Hal ini secara khusus mengacu pada pemahaman anggota dan masyarakat akan perbedaan hak dan kewajiban serta manfaat yang dapat diperoleh dengan menjadi anggota atau tidak menjadi anggota. Jika terdapat kejelasan atas keanggotaan koperasi dan manfaat yang akan diterima anggota yang tidak dapat diterima oleh non anggota maka akan ada insentif untuk menjadi anggota koperasi. Hal ini akan menumbuhkan kesadaran kolektif dan loyalitas anggota kepada organisasinya (Harsoyo, dkk., 2005).

Koperasi ini akan menjadi eksis jika mampu mengembangkan kegiatan usaha, yaitu : 1. Luwes (flexible) sesuai dengan kepentingan anggota;

2. Berorientasi pada pemberian pelayanan bagi anggota; 3. Berkembang sejalan dengan perkembangan usaha anggota;

4. Biaya transaksi antara koperasi dan anggota mampu ditekan lebih kecil dari biaya transaksi non koperasi, dan


(27)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

5. Mampu mengembangkan modal yang ada di dalam kegiatan koperasi dan anggota sendiri.

(Harsoyo, dkk., 2005)

Kegiatan usaha yang dikembangkan koperasi pada prinsipnya berkaitan dengan kepentingan anggota. Indikator utama keberhasilan kegiatan usaha tersebut adalah perkembangan usaha anggota yang sejalan dengan perkembangan usaha koperasi. Oleh sebab itu, jenis usaha koperasi tidak dapat diseragamkan untuk setiap koperasi. Biaya transaksi yang dikeluarkan anggota koperasi dalam melakukan kegiatan usaha harus efisien. Hal ini akan menjadi penentu eksistensi koperasi dan keanggotaan koperasi memang memberikan manfaat bisnis atau tidak. Produktivitas modal koperasi harus lebih besar dibandingkan lembaga lain (Harsoyo, dkk., 2005).

Pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan lemahnya lembaga koperasi yaitu nilai lebih dari perputaran modal dalam ”sistem” koperasi ternyata lebih banyak diterima oleh lembaga-lembaga diluar koperasi dan anggotanya. Hal ini merupakan salah satu catatan penting yang harus diperhatikan sebagai akibat dari sistem perbankan yang sentralistik seperti yang dianut saat ini. Salah satu strategi dasar yang harus dikembangkan oleh koperasi adalah untuk mengembangkan kegiatan usaha anggota dan koperasi dalam satu kesatuan pengelolaan (Harsoyo, dkk., 2005).

Peranan koperasi dalam meningkatkan produksi mewujudkan pendapatan yang adil dan kemakmuran yang merata. Keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya tergantung dari aktivitas para anggotanya, apakah mereka mampu melaksanakan kerjasama, memiliki kegairahan kerja dan mentaati segala ketentuan dan garis kebijakan


(28)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

yang telah ditetapkan rapat anggota. Dengan demikian, usaha meningkatkan taraf hidup mereka tergantung dari aktivitas mereka sendiri (Anoraga dan Widiyanti, 1993).

Eksistensi beberapa koperasi telah dirasakan peran dan manfaatnya bagi masyarakat Indonesia, meskipun derajat dan intensitasnya berbeda. Minimal terdapat 3 tingkat bentuk eksistensi koperasi bagi masyarakat Indonesia. Pertama, koperasi dipandang sebagai lembaga yang menjalankan suatu kegiatan usaha tertentu, dan kegiatan usaha tersebut diperlukan oleh masyarakat. Kedua, koperasi telah menjadi alternatif bagi lembaga usaha lain. Ketiga, koperasi menjadi organisasi yang dimiliki oleh anggotanya. Berdasarkan ketiga hal diatas, maka wujud peran yang diharapkan sebenarnya yaitu menjadi organisasi milik anggota sekaligus menjadi alternatif yang lebih baik dibandingkan dengan lembaga lain (Anoraga dan Widiyanti, 1993).

Credit Union (lazim disebut CU) merupakan salah satu tiang perekonomian dalam rangka pengentasan kemiskinan, sebab dalam kegiatan yang terdapat dalam CU tersebut adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan anggota sehingga model CU sangat cocok dikembangkan. Untuk itu potensi keberadaan CU saat ini harus dikembangkan dan pemerintah harus melihat keberadaan CU menjadi suatu model dalam pengentasan kemiskinan (Anoraga dan Widiyanti, 1993).

Sumber Daya Manusia yang bermutu adalag aset pembangunan pertanian. Peningkatan mutu SDM dapat melalui pendidikan nonformal seperti penyuluhan, pelatihan, pembinaan dan bimbingan oleh dinas-dinas yang bersangkutan, untuk pendidikan informal dapat diterima masyarakat dari media massa.diharapkan adanya kegiatan pendidikan masyarakat dapat meratakan kesempatan pada masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan (Slamet, 2003).


(29)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

Pada masa yang akan datang, masyarakat masih membutuhkan layanan usaha koperasi. Kebutuhan tersebut didasari oleh beberapa alasan pokok, yaitu :

1) Koperasi dapat meningkatkan kekuatan tawar menawar (bargaining position) para anggota karena hal ini yang menjadi dasar pemikiran ekonomi pada saat mendirikan koperasi;

2) Koperasi dapat meningkatkan skala usaha bersama;

3) Koperasi dapat menyelenggarakan pelayanan yang selama ini tidak ada; 4) Koperasi dapat mengembangkan kegiatan lanjutan;

5) Koperasi memberikan peluang untuk mengembangkan potensi usaha tertentu (yang tidak berkaitan dengan usaha anggota);

6) Koperasi memungkinkan para anggota memanfaatkan fasilitas yang disediakan pihak lain.

(Anoraga dan Widiyanti, 1993).

Struktur organisasi CU yang semula secara nasional adalah CUCO (Credit Union Council Office) didampingi oleh Dewan penyantun berkembang dengan terbentuknya Badan Koordinasi Nasional Koperasi Kredit (BKNKK) pada tahun 1980. Pada saat terkhir ini, organisasi CU berdasarkan tingkatannya terdiri dari Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia (BK3I) di tingkat nasional yang dikembangkan menjadi induk Koperasi Kredit (Inkopdit) dan mengkoordinir Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah (BK3D) di daerah tingkat I (ada 26 BK3D seluruh Indonesia) yang dikembangkan menjadi Pusat Koperasi Kredit (Puskopdit) pelaksana antar CU (interlending) membawahi wilayah koordinator di daerah tingkat II yang mengkoordinir kegiatan CU (Ginting, 1999).


(30)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

Di tingkat unit CU,organisasi terdiri dari Dewan Pimpinan/ Pengurus: Ketua, sekretaris dan bendahara, Badan Pemeriksa terdiri dari: Ketua, Panelis dan anggota. Panitia-panitia (panitia kredit, panitia pendidikan dll) terdiri dari: Ketua, Sekretaris dan Anggota dan penasehat atau pelindung, dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Gambar 2.1 Struktur Organisasi CU (Ginting, 1999)

Sesuai dengan visi, misi, falsafah, asas dan prinsip-prinsip Credit union yang dimiliki, CU mempunyai fungsi dan peran sebagai berikut:

Rapat Umum Anggota

Dewan Penasehat

Badan Pengurus Dewan Pimpinan

Panitia Kredit

Dewan Pendidikan

Badan Pemeriksa

Panitia Lain-lain


(31)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

a. Membangun dan mengembangkan potensi kemampuan ekonomi anggota credit union pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial.

b. Berperan aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia masyarakat. c. Memperkokoh perekonomian anggota dan masyarakat sebagai usaha dasar kekuatan

dan ketahanan perekonomian sosial.

d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.(Tambunan, 2004)

Dasar pengambilan keputusan itu bermacam-macam tergantung dari permasalahannya. Dalam prakteknya, pengambilan keputusan itu sangat tergantung dari macam permasalahan yang dihadapinya, namun juga sangat tergantung pada individu yang membuat keputusan. Dasar umum dalam pengambilan keputusan yaitu:

(1) pengambilan keputusan berdasarkan intuisi, (2) pengambilan keputusan rasional,

(3) pengambilan keputusan berdasarkan fakta,

(4) pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman, dan

(5) pengambilan keputusan berdasarkan wewenang ( Syamsi, 1989).

Efektivitas adalah ukuran keberhasilan suatu kegiatan atau program yang dikaitkan dengan tujuan yang ditetapkan, yaitu sistem pemberian kredit yang menciptakan suatu sistem pemberian kredit yang sehat dan teratur sehingga benar-benar digunakan untuk kegiatan usaha. Efektivitas menyangkut kebenaran dalam melakukan


(32)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

suatu proses. Seringkali disebut sebagai doing the right thing (Anoraga dan Widiyanti, 1993).

Salah satu ukuran dari keberhasilan satu organisasi adalah efektivitas organisasi tersebut yaitu sampai dimana tercapainya tujuan organisasi dan besarnya kepuasan para anggota dalam mencapai tujuan. Semakin sempurna tujuan organisasi atau semakin puas para anggota dalam mencapai tujuan maka dapat dikatakan organisasi itu semakin efektif. Yang penting keberhasilan organisasi dari tinjauan efektivitas organisasi harus dilihat dari segi produktivitas, moral dan kepuasan anggota (Ginting, 1999).

Kerangka Pemikiran

Koperasi sangat penting mengingat tujuan dan fungsinya yaitu memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun perekonomian masyarakat dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. salah satu koperasi yang menyediakan usaha simpan pinjam dalam rangka tujuan diatas adalah Credit Union atau Koperasi Kredit.

Credit Union (CU) merupakan gerakan ekonomi rakyat berdasarkan atas azas kekeluargaan, bukan untuk perkumpulan modal. CU mempunyai tujuan yang sama, yaitu meningkatkan kesejahteraan anggotanya dan masyarakat pada umumnya melalui pelayanan kebutuhan mereka, memberikan pelayanan yang terbaik tetapi tidak menambah biaya operasionalnya atau memberikan pelayanan yang terbaik dalam biaya yang paling efisien.


(33)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

Dalam kegiatan usahanya, CU juga menjalankan kegiatannya berupa simpan pinjam dimana kegiatan usaha tersebut diperlukan oleh masyarakat. Maka dalam kegiatan usahanya ada anggota CU yang berperan serta dalam penggunaan sumber-sumber secara efektif yang diberikan oleh pemerintah dan untuk memobilisasikan sumber-sumber lokal setempat dalam proses pembangunan.

Peran serta anggota ini secara menyeluruh dapat merumuskan kebijakan penetapan keputusan tentang apa yang dilakukan dan keterlibatan mereka dalam mengawasi jalannya usaha, permodalan usaha, dan menikmati keuntungan-keuntungan usaha. Petani dalam hal ini sebagai anggota CU menggunakan kredit dan penggunaannya secara efektif atau tidak pada usaha taninya sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan peningkatan kesejahteraan petani beserta keluarganya. Berdasarkan keterangan di atas, maka secara skematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:


(34)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

Gambar 2.2. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan:

: Menyatakan hubungan

CREDIT UNION

KEGIATAN CU ANGGOTA CU

EFEKTIVITAS KREDIT

EFEKTIF TIDAK

EFEKTIF Peranan CU terhadap

Usaha Tani Faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan petani


(35)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Lokasi

Daerah penelitian di tentukan secara purposive yaitu secara sengaja di daerah Kelurahan Saribu Dolok Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun. Dengan pertimbangan bahwa di kelurahan ini terdapat Credit Union (CU) yang memberikan pinjaman pada petani di kelurahan tersebut.

Metode Pengambilan Sampel

Metode penarikan sampel dilakukan dengan metode Simpel Random Sampling, yaitu penarikan sampel dilakukan dengan metode acak sederhana. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota CU khususnya petani dan responden yang menjadi sampel adalah anggota CU yang terdapat di Kelurahan Saribu dolok, yaitu CU Cinta Mulia. Jumlah petani yang menjadi anggota CU Cinta Mulia adalah 61 orang.

Pengambilan sampel ini dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin (Sevilla,1993) yaitu:

N 1 + Ne2 Keterangan: n = ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = Nilai kritis atau batas ketelitian (10%)


(36)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

Maka jumlah sampel dari CU Cinta Mulia tersebut yaitu: 61

1 + 61(0,1)2

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani di Desa Saribudolok melalui survey maupun data kuisioner yang sudah disiapkan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui kantor atau instansi terkait seperti Credit Union (CU) Cinta Mulia dan kantor camat Silimakuta.

Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah data-data dikumpulkan dengan lengkap. Untuk menyelesaikan masalah 1, 2, 3, dan 4 digunakan analisis deskriptif dengan melakukan penyajian hasil pengumpulan informasi tentang kelembagaan Credit Union dan penyajian hasil pengumpulan informasi dari petani dengan menggunakan tabulasi sederhana.

Untuk masalah 4 digunakan skala untuk menyatakan efektivitas penggunaan kredit atau pinjaman untuk usaha tani yaitu sebagai berikut:

n=

n=37


(37)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

Tabel 1. Skala Efektivitas penggunaan pinjaman untuk usaha tani

No Skala Bobot (%)

1 Tidak efektif 0 – 25

2 Kurang Efektif 26 – 50

3 Efektif 51 – 75

4 Sangat Efektif 76 - 100

Adapun tahapan deskriptif yang dilakukan adalah: 1. Tahap Perencanaan

Hal-hal yang dilakukan pada saat pelaksanaan tahapan perencanaan adalah sebagai berikut:

• Formulasi dari permasalahan riset. Pada tahapan ini akan dilakukan penentuan dari research question yaitu bagaimana peranan keberadaan CU terhadap usaha tani serta faktor-faktor pengambil keputusan untuk memilih CU dan research

objectives adalah melihat seberapa jauh penggunaan kredit dari CU secara efektif

digunakan.

• Determinasi dari desain riset. Dari langkah sebelumnya, maka bisa ditentukan tipe dari research yang akan dilakukan yaitu descriptive research dan dapat menentukan unit analisis yaitu individu dari anggota CU itu sendiri.

• Pemilihan metode pengumpulan data. Setelah desain riset ditentukan, langkah selanjutnya adalah menentukan metode pengumpulan data yang akan digunakan dari keempat metode yang ada dan dipilih berdasarkan kesesuaian dari semua


(38)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

faktor yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya. Berdasarkan semua faktor tersebut maka pemilihan dari metode pengumpulan data dari riset adalah survey.

2. Tahap Pengambilan Data

Hal-hal yang dilakukan pada saat pelaksanaan tahap pengumpulan data adalah sebagai berikut: Menentukan mekanisme survey yang akan dilakukan, yaitu wawancara dan

questionnaire (kombinasi). Setelah semua langkah diatas dilakukan maka proses

pelaksanaan pengumpulan data dimulai.

3. Tahap Pengolahan Data

Pada saat semua data yang dikumpulkan sudah selesai, langkah selanjutnya adalah melaksanakan proses pengolahan data. Data kuesioner akan diolah dengan membuat pengelompokan dari hasil pengumpulan data tersebut serta di visualisasikan dan dilihat kesesuaiannya dengan hipotesa awal yang ada dan korelasi antara variabel yang ada. Data hasil wawancara juga akan dilakukan hal serupa.

4. Tahap Pengambilan Kesimpulan

Kesimpulan akan diambil berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan pada langkah sebelumnya.

Defenisi dan Batasan Operasional a. Defenisi


(39)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

1) Credit Union (CU) atau Koperasi Kredit adalah koperasi yang didirikan untuk memberikan kesempatan kepada anggota-anggotanyamemperoleh pinjaman dengan mudah dan dengan ongkos yang ringan.

2) Kredit adalah sistem keuangan untuk memudahkan pemindahan modal dari pemilik kepada pemakai dengan mengharapkan memperoleh keuntungan, kredit diberikan berdasarkan kepercayaan orang yang memberikan terhadap kecakapan dan kejujuran si peminjam”.

3) Efektivitas adalah ukuran keberhasilan suatu kegiatan atau program yang dikaitkan dengan tujuan yang ditetapkan, yaitu sistem pemberian kredit yang menciptakan suatu sistem pemberian kredit yang sehat dan teratur sehingga benar-benar digunakan untuk kegiatan usaha.

4) Peran memiliki makna yaitu seperangkat tingkat diharapkan yang dimiliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. Sedangkan peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.

5) Petani adalah seseorang yang mengusahakan tanaman sebagai pekerjaan utamanya.

6) Usaha Tani adalah suatu penataan dimana petani mengolah usaha taninya berdasarkan tanggapan terhadap faktor lingkungan fisik, biologis dan sosial; ekonomi sesuai dengan kemampuan.

b. Batasan Operasional

1) Daerah penelitian adalah Kelurahan Saribudolok, Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun.


(40)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

2) Sampel penelitian adalah CU Cinta Mulia dan petani yang menjadi anggota CU Cinta Mulia di Kelurahan Saribudo lok, Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun.

3) Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2009.

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

Deskripsi Daerah Penelitian

A.Letak dan Luas Daerah Geografis

Kelurahan Saribu Dolok, Kecamatan Silimakuta terletak 64 km dari Raya, Ibukota Kabupaten Simalungun. Kelurahan Saribudolok mempunyai luas wilayah 2060 ha (20.600.000 m2) dan berada pada ketinggian 1400 m dpl dengan topografi datar, bergelombang dan berbukit. Secara administrasi Kelurahan Saribudolok mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Purba

 Sebelah Barat berbatasan dengan Nagori Sibangun Meriah

 Sebelah Utara berbatasan dengan Nagori Purba Tua

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan pematang Silimakuta B. Penggunaan lahan

Kelurahan Saribudolok mempunyai luas wilayah 2060 ha (20.600.000 m2). Penggunaan lahan di kelurahan Saribudolok menurut fungsinya terdiri dari usaha tani lahan kering, lahan sawah, halaman pekarangan dan lainnya. Jenis lahan terdiri dari tanah


(41)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

andosol, grumusol, latosol, podsoloid merah, kuning,podsoloid coklat kemerahan dan kekuning-kuningan, yang mmbutuhkan penambahan unsur hara untuk mendapatkan unsur tanah yang baik.

Gambaran luas wilayah Kelurahan Saribudolok berdasarkan jenis penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Penggunaan lahan di Kelurahan Saribudolok tahun 2008

No Jenis Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Lahan Kering 2030 98,54

2 Lahan Sawah 5 0,24

3 Halaman Pekarangan 15 0,73

4 Lainnya 10 0,49

Jumlah 2060 100,00

Sumber: BPS Sumatera Utara, Kelurahan Saribu dolok dalam Angka, 2008

Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebanyak 2030 ha (98,54 %) penggunaan lahan di Kelurahan Saribudolok lebih banyak digunakan sebagai lahan kering yaitu untuk lahan pertanian yang mengusahakan tanaman hortikultura dan tanaman keras seperti kopi. Mata pencaharian masyarakat kelurahan Saribudolok yang dominan bekerja sebagai petani dimana dalam satu lahan milik petani terdapat berbagai jenis tanaman hortikultura yang ditanam.

Lahan seluas 5 ha (0,24) digunakan untuk lahan pertanian sawah (pengairan non teknis). Lahan pertanian sawah di Kelurahan Saribudolok menggunakan sumber mata air dari pegunungan sebagai sarana pengairan (irigasi),sehingga masyarakat Kelurahan Saribudolok belum menggunakan sistem pengairan teknis.


(42)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

Lahan seluas 15 ha (0,73) dan 10 ha (0,49) berfungsi sebagai lahan non pertanian yaitu digunakan untuk pemukiman penduduk, perkantoran, pertokoan, sekolah dan pekarangan.

Keadaan penduduk

Penduduk Kelurahan Saribudolok berjumlah 6536 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 1365 KK. Jumlah penduduk laki-laki adalah sebanyak 3280 jiwa (50,18%) dan jumlah penduduk perempuan adalah sebanyak 3256 jiwa (49,82%).

Penduduk di Kelurahan Saribudolok memiliki kelompok umur yang bervariasi. Secara terperinci keadaan penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk menurut Usia Kelurahan Saribudolok

No Golongan Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 0-14 tahun 2363 36,16

2 15-64 tahun 3965 60,66

3 64+ 208 3,18

Jumlah 6536 100,00

Sumber: BPS Sumatera Utara, Kelurahan Saribu dolok dalam Angka, 2008

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak di Kelurahan Saribudolok menurut kelompok umur terdapat pada golongan umur 15-64 tahun yaitu sebanyak 3965 jiwa (60,66%). Jumlah penduduk terkecil menurut kelompok umur di Kelurahan Saribudolok terdapat pada golongan umur 64 tahun ke atas yaitu sebanyak 208


(43)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

jiwa (3,18%). Jumlah penduduk pada golongan umur 15-64 tahun merupakan penduduk yang produktif dan dapat bekerja sehingga dapat menghidupi kebutuhan keluarganya.

Pendidikan merupakan hal utama bagi penduduk untuk dapat mengembangkan pengetahuan dan Sumber Daya Manusia. Dalam proses pendidikan dapat diperoleh terapan dari nilai-nilai moral dan etika serta pengetahuan untuk mencapai tujuan pembangunan. Pendidikan terdiri dari 2 jenis yaitu pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Kelurahan Saribudolok dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Kelurahan Saribudolok

No Tingkat Pendidikan Formal Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase

(%)

1 Tidak/ Belum Sekolah 1033 16,26

2 Tidak Tamat SD 1031 16,23

3 Tamat SD 1381 21,74

4 Tamat SLTP 1262 19,86

5 Tamat SLTA 1357 21,36

6 Tamat Diploma I-II 78 1,23

7 Tamat Diploma III 81 1,27

8 Tamat Diploma IV-S1 130 2,05

9 Tamat S2-S3 0 0

Jumlah 6353 100,00

Sumber: BPS Sumatera Utara, Kelurahan Saribu dolok dalam Angka, 2008

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pendidikan penduduk secara formal sangat bervariasi. Namun distribusi penduduk paling banyak yaitu penduduk pada tingkat pendidikan SD. Penduduk yang tamat SD dengan jumlah 1381 jiwa (21,74%) dan yang tidak tamat SD jumlahnya sebanyak 1031 jiwa (16,23 %). Sebahagian besar penduduk sudah menamatkan pendidikan SMP dan SLTA, dapat dilihat dari jumlah penduduk yang tamat SMP sebanyak 1262 jiwa (19,86%) tamat SLTA sebanyak 1357 jiwa (21,36%).


(44)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

Penduduk yang mengikuti pendidikan hingga ke tingkat perguruan tinggi. Jumlahnya masih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah penduduk secara keseluruhan. Jumlah penduduk yang mengambil pendidikan hingga ke tingkat perguruan tinggi adalah sebanyak 258 jiwa (4,55%). Jumlah yang tidak/belum sekolah mencapai 1033 jiwa (16,26%).

Perekonomian Desa

Pada umumnya sumber mata pencaharian penduduk di kelurahan Saribu dolok adalah sektor pertanian. Komposisi penduduk Kelurahan Saribudolok menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Menurut Sumber Mata Pencaharian Di Kelurahan Saribu Dolok Tahun 2008

No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Petani/ Nelayan 1059 48,09

2 Pedagang 254 11,53

3 Pengusaha Ternak 3 0,14

4 Buruh Tani 415 18,85

5 PNS 471 21,39

Jumlah 2202 100,00

Sumber: BPS Sumatera Utara, Kelurahan Saribu dolok dalam Angka, 2008

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Kelurahan Saribu dolok mempunyai mata pencaharian dari sektor pertanian sebanyak 1059 jiwa (48,09%). Penduduk dengan sumber mata pencaharian buruh tani juga mencapai 415 jiwa (18,85%). Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian didominasi oleh sektor pertanian. Penduduk yang mata pencahariannya sebagai PNS yaitu sebanyak 471 jiwa atau


(45)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

sebanyak 21,39%. Penduduk yang mata pencahariannya pedagang yaitu sebanyak 254 jiwa atau 11,54 %. Penduduk yang menekuni mata pencaharian sebagai peternak paling sedikit terdapat di Kelurahan Saribudolok yaitu sebanyak 3 jiwa atau 0,14 %. Lembaga pembiayaan cukup banyak terdapat di daerah ini. Lembaga keuangan meliputi bank dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ada 4 buah dan lembaga bukan bank ada 4 buah seperti Credit Union dan koperasi.

Karakteristik Petani Respoden

Karakteristik petani diperoleh dari petani yangmenjadi responden untuk penelitian ini yaitu petani yang menjadi anggota CU Cinta Mulia sebanyak 37 responden. Adapun karakteristik petani responden dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, lama bertani, jumlah tanggungan dan luas lahan. Karakteristik petani responden dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini:

Tabel 4.5. Karakteristik petani responden

No. Uraian Satuan Range Rata-rata

1 Luas Lahan Ha 0,08-3 Ha 0,62

2 Umur Tahun 21-72 tahun 40,92

3 Tingkat Pendidikan Tahun 0-16 tahun 11,11

4 Lama Bertani Tahun 1-49 tahun 15,73

5 Jumlah

Tanggungan

Jiwa 0-7 jiwa 3,00

Sumber: Data diolah dari Lampiran 1

Dari tabel 4.6 diketahui bahwa Luas Lahan untuk petani adalah 0,62 Ha dengan rentang 0,08-3 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani responden termasuk petani yang memiliki lahan yang tidak terlalu luas untuk berusaha tani.


(46)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

Dari tabel juga diketahui bahwa rata-rata umur petani adalah 40,92 tahun dengan range 21-71 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani responden masih tergolong pada usia produktif yang masih memiliki tenaga kerja potensial untuk mengusahakan usaha tani nya.

Rata-rata jumlah tanggungan adalah 3 jiwa dengan rentang 0-7 jiwa. Petani masih mengandalkan tenaga kerja dalam keluarga tapi tergantung pada luas lahan yang dimiliki. Semakin luas lahan yang dimiliki oleh petani maka semakin sedikit tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan.

Rata-rata pengalaman bertani petani responden adalah 15,73 tahun dengan range 1-49 tahun.

Tingkat pendidikan yang dijalani oleh petani responden memiliki rata-rata 11,11 tahun dengan range 0-16 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan petani responden adalah setingkat SLTA.


(47)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan terhadap petani di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun dengan jumlah petani responden sebanyak 37 orang. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis keberadaan Credit Union sebagai lembaga pembiayaan terhadap usaha tani.

Profil Credit Union (CU) Cinta Mulia

Koperasi kredit/ Credit Union Cinta Mulia merupakan perintis bertumbuhnya Koperasi kredit/ CU di sumatera Utara. Pada tanggal 3 Juli 1971 dibentuklah Credit Union di Budi Mulia oleh para guru/pegawai dan beberapa non guru/ pegawai SMA Budi mulia yang terkumpul dalam kelompok studi bahasa Inggris dan studi pembangunan. Hal ini disponsori oleh bapak P. M Sitanggang dan Jaminar Sitorus (kelompok guru/ pegawai). Dua tahun kemudian credit union tersebut dibuka untuk guru/pegawai sekolah


(48)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

lain yang berada dalam satu kompleks yaitu SD, SMP dan STM Cinta Rakyat, dari sejak itu nama CU Budi Mulia diubah menjadi CU Cinta Mulia.

Pada permulaan tahun 1980-an dibuka juga untuk guru/pegawai perguruan Katholik serta perguruan lain se-kotamadya Pematang Siantar. Dan keadaan ini berlangsung hingga akhir tahun 2000. Kelompok inilah merupakan cikal bakal pembentukan Badan Kordinasi Koperasi Kredit Daerah Sumatera Utara yang sekarang. Saat ini CU Cinta Mulia memiliki kantor pusat yang bertempat di Jl. Melanton Siregar No. IA Kodya P. Siantar.

a. Periode Pembentukan Sampai Akhir 2000

Dalam rentang waktu hampir 30 tahun, CU Cinta Mulia tidak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang signifikan. Hingga akhir tahun 2000 CU Cinta Mulia hanya memiliki anggota sebanyak 312 orang dan mengembangkan asetnya Rp. 354.980.883. Pertumbuhan anggota sangat lambat karena alat pemersatu yang sangat sempit. Kegiatan hanya ada pada sore hari permulaan bulan, setoran simpanan dan angsuran pinjaman dan lain-lain dilakukan para kolektor di setiap unit sekolah/kerja. CU Cinta Mulia pada saat itu sudah memiliki badan hukum, yaitu No. 57/BH/KDK/2.14/VIII/99.

b. Periode Tahun 2001 hingga 2002

Pengurus periode 1997/ 2001 mengalokomodir animo masyarakat umum untuk bergabung dengan credit union. Pada RAT tahun buku 2001 yang dilaksanakan pada akhir bulan Januari 2002 Kopdit/ CU Cinta Mulia mengembangkan sayapnya mencakup wilayah Kota Pematang Siantar dan Kabupaten Simalungun.


(49)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

Sampai menjelang akhir periode kepengurusan 1997-2001, sistem masih menganut ”Pengurus Pelaksana” dengan merekrut seorang karyawan honor untuk memperlancar pekerjaan bendahara yang berfungsi sebagai pelaksana transaksi dan administrasi keuangan, yang lain-lain kegiatan masih dilaksanakan oleh pengurus. Pada RAT tahun buku 2000 juga diputuskan bahwa sistem manajemen dirintis untuk mengarah ke profesionalisme paling lambat 1 Juni 2001. Pada RAT tahun buku 2001 yang dilaksanakan pada akhir Januari 2002, pengurus pertama yaitu periode 2002-2003 terpilih melalui pemilihan langsung (voting) oleh perwakilan RAT.

Adapun Visi CU Cinta Mulia yaitu:

”CU Cinta Mulia adalah lembaga pemberdayaan anggota/ masyarakat melalui pelayanan pendidikan dan keuangan yang dikelola berpedoman pada prinsip-prinsip koperasi dengan menerapkan azas keswadayaan, kesetiakawanan, dan kualitas anggota berdasarkan Pancasila.”

Misi CU Cinta Mulia didasarkan pada prinsip-prinsip koperasi dimana yang terkandung di dalamnya adalah filosofi, kerjasama dan nilai-nilai utama mengenai mutu, keadilan dan saling menolong. Adapun perkembangan anggota dan kredit yang disalurkan bagi masyarakat CU Cinta Mulia dari tahun 1999 – 2006 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.1 Perkembangan Jumlah Anggota dan Kredit yang Disalurkan Tahun 1999 -2006

No Tahun Jumlah Anggota (Orang) Modal (Rp) Saldo Pinjaman (Rp)

1 1999 279 309.415.313 237.274.000

2 2000 312 354.369.590 321.642.000

3 2001 722 569.224.280 662.109.035


(50)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

5 2003 3.622 3.154.341.330 4.480.202.715

6 2004 6.418 3.357.632.367 10.371.835.007

7 2005 9.285 11.618.377.257 20.326.097.128

8 2006 12.687 17.104.588.268 26.991.403.082

Sumber: CU Cinta Mulia, Buku Pedoman, Tahun 2008

Pertumbuhan anggota yang sangat pesat terjadi mulai tahun 2002 dimana pertumbuhannya mencapai 199% atau 2 kali lipat dari dari jumlah anggota sebelumnya yaitu dari 722 orang pada tahun 2001 meningkat menjadi 2.160 orang pada tahun 2002. Kemudian diikuti dengan tahun-tahun selanjutnya dimana pertumbuhan anggota dapat meningkat di atas 30 % setiap tahunnya. Perkembangan yang pesat juga terjadi pada kredit yang disalurkan oleh CU Cinta Mulia, dimana hingga tahun 2006, kredit yang disalurkan Credit Union Cinta Mulia mencapai Rp. 26.991.403.082.

Credit Union Cinta Mulia adalah koperasi kredit yang bergerak dalam pelayanan simpan pinjam kepada anggotanya, maka simpanan sangat mempengaruhi kegiatan mobilisasi modal CU Cinta Mulia. Adapun perkembangan aset CU Cinta Mulia pada tahun 1999 hingga 2006 yaitu:

Tabel 5.2 Perkembangan Aset CU CINTA MULIA Tahun 1999 – 2006

No Tahun Aset (Rp) Simpanan Saham

(Rp)

Simpanan Non Saham (Rp)

Cadangan (Rp)

1 1999 354.980.883 257.301.700 - 10.565.570

2 2000 386.765.717 334.830.990 - 15.483.963

3 2001 783.104.364 563.358.950 26.578.584 30.442.237

4 2002 2.023.962.897 1.515.126.549 295.604.779 10.443.237

5 2003 4.836.162.824 2.945.444.110 1.416.624.273 91.995.748

6 2004 11.918.349.137 5.983.002.690 5.302.148.185 181.395.751

7 2005 23.417.906.449 11.031.479.577 10.192.073.615 393.239.013 8 2006 33.708.906.472 16.388.653.017 14.876.516.469 537.458.433


(51)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

Sumber: CU Cinta Mulia, Buku Pedoman, Tahun 2008

Perkembangan aset yang pesat juga terjadi pada tahun 2002, yaitu 158% dari tahun 2001 atau 1,5 kali lipat dari jumlah aset sebelumnya. Hal ini menunjukkan kesungguhan dari pengurus untuk mengembangkan dan memperluas pelayanannya hingga ke masyarakat luar, sehingga masyarakat semakin mempercayai Credit Union sebagai sebuah lembaga pembiayaan. Hal ini sesuai dengan peran dari Credit Union itu sendiri yaitu membangun dan mengembangkan potensi kemampuan ekonomi anggota Credit union untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial. Perkembangan CU Cinta Mulia ini juga terlihat dari tempat pelayanan koperasi kredit (TPK) CU Cinta Mulia. Tempat Pelayanan CU ini berada di bawah pengawasan komisaris-komisaris wilayah dan berkembang secara dinamis tergantung kepada perkembangan wilayah dalam koridor Commond Bond kota Pematang Siantar dan Kabupaten Simalungun. Jumlah tempat pelayanan koperasi kredit (TPK) CU Cinta Mulia pada tahun ini mencapai 26 TPK yang tersebar di wilayah Kabupaten Simalungun.

c. Struktur Organisasi CU Cinta Mulia

Dalam menjalankan kegiatan suatu badan usaha dibutuhkan struktur organisasi yang baik agar usahanya berjalan dengan lancar dan baik sesuai dengan tugas dan fungsi, wewenang dan tanggung jawab yang telah digariskan menurut struktur organisasi yang ada dalam badan usaha tersebut.

Struktur organisasi dapat didefenisikan sebagai suatu mekanisme formal dengan mana organisasi tersebut dikelola. Struktur organisasi merupakan kerangka (framework) pembagian wewenang dan tanggungjawab, tugas dan fungsi dan hak pada bagian organisasi yang dibentuk dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pada organisasi.


(52)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

Dengan adanya struktur pada badan usaha akan memudahkan tercapainya tujuan yang ditetapkan.

Struktur organisasi kopdit/ CU Cinta Mulia dapat dilihat pada gambar berikut ini:

RAPAT ANGGOTA TAHUNAN (RAT)

PENGURUS

 DEWAN PIMPINAN  KETUA

 WAKIL KETUA  SEKRETARIS

 WAKIL SEKRETARIS  3 ORANG ANGGOTA

BADAN PENGAWAS  KETUA  SEKRETARIS  ANGGOTA

MANAJER

PENGURUS PARIPURNA KOMISARIS-KOMISARIS


(53)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

Gambar 5.1. Struktur organisasi kopdit/ CU Cinta Mulia

Dari struktur organisasi CU Cinta Mulia tersebut dapat diuraikan wewenang, tanggung jawab,hak dan kewajiban sebagai berikut:

1. Rapat Anggota Tahunan (RAT)

Sesuai dengan UU No. 25 tahun 1992 bahwa setiap Koperasi selambat-lambatnya melaksanakan Rapat Anggota Tahunan bulan Maret setiap tahun untuk meminta pertanggungjawaban kegiatan koperasi tahun buku yang akan datang dari pengurus dan badan pengawas.

Rapat Anggota Tahunan merupakan kegiatan anggota koperasi secara rutin dalam mengawasi koperasi sekaligus memberi wewenang kepada pengurus untuk menjalankan usaha koperasi sesuai dengan rambu-rambu yang telah ditentukan AD/ART dan keputusan Rapat Anggota Tahunan. RAT juga memberikan wewenang kepada badan

KABID PROMBANG

KABID KEUANGAN

KABID UMUM

KABID KORDINATOR WILAYAH

KEPALA-KEPALA TPK DI WILAYAH

KOMISARIAT


(54)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

pengawas mewakili seluruh anggota untuk melaksanakan pengawasan secara rutin jalannya kegiatan-kegiatan koperasi.

2. Keanggotaan CU Cinta Mulia

Perkembangan jumlah anggota sangat pesat mulai dari tahun 2002 hingga tahun 2006 mencapai 12.687 orang. Di Saribudolok, jumlah anggota CU Cinta Mulia berkisar 900 orang. Keanggotaan Credit Union ini ada 2 status, yaitu:

a. Anggota biasa yaitu anggota yang telah cukup umur, telah mempunyai hak penuh untuk mengadakan tindakan hukum, melaksanakan transaksi pelayanan koperasi sesuai dengan ketentuan peraturan hukum yang berlaku dan berdomisili di wilayah Commond Bond Credit Union.

b. Anggota luar biasa yaitu anggota yang belum cukup umur melaksanakan tindakan hukum dan belum dapat mempunyai hak penuh untuk mengadakan transaksi pelayanan kredit sesuai dengan ketentuan peraturan hukum yang berlaku dan anggota yang telah cukup umur namun tidak berada dalam wilayah Common Bond.

Untuk menjadi anggota Credit Union Cinta Mulia, harus melaksanakan ketentuan-ketentuan yaitu:

a. Bertempat tinggal di wilayah Commond Bond (Wilayah Pemersatu) yaitu kota Pematang Siantar dan Kabupaten Simalungun.

b. Mengajukan permohonan sebagai anggota

c. Mengikuti pendidikan dasar (6 materi) 100% dan lulus yang ditandai dengan perolehan sertifikat.

d. Membayar kewajiban dasar sesuai dengan UU 45 berlaku: - Uang Pangkal


(55)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

- Simpanan Pokok - Simpanan Wajib

 Hak-hak Anggota adalah sebagai berikut:

a) Memperoleh pelayanan pendidikan yang diselenggarakan oleh CU Cinta Mulia b) Memperoleh pelayanan keuangan simpan pinjam sesuai dengan ketentuan yang

berlaku

c) Menyampaikan pendapat sesuai dengan prosedur yang berlaku baik pada RAT maupun pada hal tertentu

d) Memperoleh hasil keuntungan CU yang disebut Deviden

e) Dipilih dan memilih pengurus sesuai dengan ketentuan yang berlaku

 Kewajiban-kewajiban anggota adalah sebagai berikut: a. Melaksanakan ketentuan-ketentuan pelayanan pendidikan b. Melaksanakan ketentuan-ketentuan simpan pinjam

c. Melaksanakan kewajiban-kewajiban anggota lainnya d. Melaksanakan kegiatan RAT sekali setahun

3. Pengurus

Pengurus adalah orang yang menerima mandat wewenang dari anggota setiap tahun melalui RAT untuk melaksanakan seluruh kegiatan CU Cinta Mulia yang dipertanggungjawabkannya juga kepada anggota sekali setahun pada anggota melalui RAT juga.

Pengurus CU Cinta Mulia tidak mempunyai kompensasi gaji tetapi hanya diberikan reventative sebagai biaya transport bulanan, itulah sebabnya pengurus tidak mampu melaksanakan kegiatan operasional secara rutinitas. CU Cinta Mulia telah


(56)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

dikelola secara profesional melalui pelayanan anggota dengan sistem manajemen murni. Pengurus CU Cinta Mulia mengangkat seorang manajer untuk melaksanakan seluruh kegiatan operasional CU sesuai dengan rambu-rambu yang telah ada demi efektivitas kegiatannya.

1. Pengurus Paripurna

Yaitu penanggungjawab wilayah-wilayah komisaris yang menerima mandat dari dewan pimpinan pengurus paripurna yaitu komisaris-komisaris wilayah-wilayah tempat pelayanan koperasi (TPK). Tempat Pelayanan Kopdit (TPK) CU Cinta Mulia di Saribudolok sudah berdiri sejak 4 tahun yang lalu walaupun tempat yang berlokasi di jalan Sudirman Kelurahan Saribudolok tersebut baru ditempati selama 1 tahun. Lokasi yang strategis yaitu berada di ibukota kecamatan memungkinkan CU Cinta Mulia mengembangkan tempat pelayanannya hingga anggota-anggota CU juga berasal dari luar daerah Saribudolok.

4. Badan Pengawas

Badan Pengawas menerima mandat dari anggota melalui RAT dan bertanggungjawab kepada anggota atas kegiatan pengawasan CU Cinta Mulia. Pengawas dipilih dari anggota oleh anggota pada RAT. Pengawas tidak dapat diberhentikan pengurus tetapi Badan Pengawas dapat menskors pengurus menunggu keputusan RAT apakah diberhentikan atau tidak. Pengawas melaksanakan tugas mengawasi seluruh aspek kegiatan CU yang terdiri dari:

- Aspek Hukum - Aspek Organisasi - Aspek Manajemen


(57)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

- Aspek Keuangan 5. Manajer

Manajer CU Cinta Mulia bertanggungjawab penuh pada seluruh kegiatan operasional pelayanan. Manajer diangkat oleh Dewan Pimpinan untuk memimpin organisasi manajemen, Manajer juga disebut Operational Leader. Manajer melaksanakan tugas operasional yang dilimpahkan Dewan Pimpinan dan harus bertanggungjawab kepada dewan Pimpinan.

Untuk mencapai tujuan CU, manajer bekerja dengan dibantu beberapa Kepala Bidang sesuai dengan bidang-bidang kegiatan pelayanan CU, yaitu:

a. Kepala Bidang Prombang

Yaitu yang membidangi kegiatan promosi dan pengembangan CU Cinta Mulia. Tugas Kabid Prombang yaitu:

a.1 Bidang Grothivitas yaitu tugas untuk pertumbuhan baik keanggotaan, aset, modal, dan pendapatan.

a.2 Bidang perkembangan yaitu : kualitas keanggotaan dalam pemberdayaan modal (pinjaman).

a.3 Bidang Diklat (Pendidikan Latihan)

Kepala bidang dibantu beberapa orang staf yaitu staf pertumbuhan, staff perkreditan dan staff Diklat.

b. Kepala Bidang Keuangan

Kabid Keuangan adalah seorang kepala bidang yang diangkat oleh manajer untuk membantu dalam bidang keuangan yang bertugas:


(58)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

1) Melaksanakan transaksi pelayanan keuangan terhadap anggota (transaksi masuk, uang keluar, dan memorial lengkap).

2) Melaksanakan kegiatan siklus akuntansi mulai dari pencatatan hingga pembuatan laporan.

3) Melaksanakan kegiatan pengawasan keuangan dan pembukuan terhadap TPK-TPK wilayah komisariat.

4) Dll yang berhubungan dengan keuangan pembukuan.

Untuk memperlancar kegiatan, manajer mengangkat beberapa orang staff keuangan. c. Kepala Bidang Umum

Kepala Bidang Umum adalah seorang yang diangkat manajer untuk membantunya melaksanakan tugas:

1. Perencanaan kebutuhan rumah tangga CU Cinta Mulia 2. Melaksanakan penyediaan perlengkapan kantor dan peralatan 3. Melaksanakan surat menyurat

4. Melaksanakan urusan personalia dan organisasi 5. Dll bidang umum.

d. Produk-Produk Pelayanan

Produk-produk pelayanan CU Cinta Mulia bagi anggotanya tetap berdasarkan AD/ ART yang disesuaikan dengan kebutuhan situasi anggota yaitu:

1. Pendidikan

Pelaksanaan pendidikan CU Cinta Mulia terdiri dari 2 tingkat, yaitu: a). Pendidikan Dasar sebagai persyaratan sebagai anggota


(1)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

8 1 45.000.000 - -

Keperluan keluarga

9 0 - - - -

10 1 4.000.000 - -

Kegiatan Usaha Tani

11 3 6.000.000 8.000.000 10.000.000

Kegiatan Usaha Tani

12 2 10.000.000 10.000.000 - Usaha lain

13 1 7.000.000 - -

Kegiatan Usaha Tani

14 1 2.000.000 - - Pendidikan anak

15 2 1.000.000 2.000.000 - Pendidikan anak

16 1 4.000.000 - -

Kegiatan Usaha Tani

17 2 4.000.000 9.500.000 -

Kegiatan Usaha Tani

18 1 5.000.000 - -

Kegiatan Usaha Tani

19 0 - - - -

20 1 2.000.000 - - Pendidikan anak

21 1 2.000.000 - - Pendidikan anak

22 1 5.000.000 - - Pendidikan anak

23 0 - - - -

24 1 4.500.000 - -

Keperluan keluarga

25 1 2.000.000 - - Usaha lain

26 1 10.000.000 - - Usaha lain

27 2 3.500.000 2.000.000 - keperluan keluarga

28 0 - - - -

29 0 - - - -

30 2 4.500.000 4.500.000 -

Kegiatan Usaha Tani

31 0 - - - -

32 1 9.900.000 - -

Kegiatan Usaha Tani

33 1 3.000.000 - -

Kegiatan Usaha Tani

34 1 9.900.000 - -

Kegiatan Usaha Tani

No.Sampel

Frekuensi

Peminjaman Jumlah Pinjaman (Rp) Penggunaan

1 2 3

35 1 4.000.000 - -

Kegiatan Usaha Tani

36 0 - - - -

37 1 4.000.000 -

Kegiatan Usaha Tani


(2)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

Lampiran 3. Total Penerimaan Usaha Tani Petani di Kelurahan Saribudolok Kec. Silimakuta

No. Sampel

Luas Lahan (Ha)

Jenis Tanaman

Produksi (Kg)

Harga Jual (Rp)

Penerimaan (Rp)

1 0,08 Sawi 120 4000 480000

0,08 Padi 480 2100 1008000

2 0,08 Padi 485 2100 1018500

3 0,4 Cabe 4860 8000 38880000


(3)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

4 0,4 Tomat 21600 3000 64800000

1,6 Jagung 12800 1800 23040000

0,2 Cabe 4050 8000 32400000

0,2 Sawi 100 4000 400000

5 0,4 Kentang 5000 3000 15000000

0,2 Kol 7200 700 5040000

0,2 sawi 125 4000 500000

6 1 Tomat 45000 3000 135000000

1 Cabe 9000 8000 72000000

7 0,16 Tomat 7200 3000 21600000

8 0,4 Kopi 460 12800 5880000

9 0,4 Jagung 3000 1800 5400000

10 0,12 Tomat 6000 3000 18000000

1 kopi 1150 12800 14720000

11 1 Jagung 8000 1800 14400000

0,4 Cabe 6000 8000 48000000

1 Kopi 1500 12800 19200000

12 0,4 Cabe 5000 8000 40000000

0,2 Kol 7200 700 5040000

0,4 Tomat 20000 3000 60000000

1 kopi 1200 12800 15360000

13 0,4 Cabe 8000 8000 64000000

1 Kopi 1500 12800 19200000

0,6 Jagung 4800 1800 8640000

14 0,4 Jipang 355680 (biji) 150 53352000

0,4 Tomat 20000 3000 60000000

0,2 Cabe 4500 8000 36000000

1 Padi 6000 2100 12600000

15 0,4 Jipang 364600 (biji) 150 54660000

0,4 Tomat 24000 3000 72000000

0,2 Cabe 4800 8000 38400000

1 Padi 6000 2100 12600000

16 0,4 Cabe 3600 8000 28800000

0,32 Kol 7200 700 5040000

0,28 Kopi 322 12800 4121600

17 0,12 Cabe 1250 8000 10000000

0,6 Kol 15000 700 10500000

0,28 Buncis 8400 2500 21000000

No. Sampel

Luas Lahan Ha)

Jenis Tanaman

Produksi (Kg)

Harga Jual (Rp)

Penerimaan (Rp)

18 1 Kopi 1200 12800 15360000

0,6 Kol 15000 700 10500000

0,2 kentang 3000 3000 9000000

Lanjutan Lampiran 3. Total Penerimaan Usaha Tani Petani di Kelurahan Saribudolok Kec. Silimakuta


(4)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

0,2 sawi 200 4000 800000

19 0,4 Cabe 20000 3000 60000000

0,4 Tomat 4000 8000 32000000

0,2 Kol 3750 700 2625000

0,6 kopi 720 12800 9216000

20 1 Cabe 9000 8000 72000000

1 Jagung 8000 1800 14400000

21 1 Cabe 8200 8000 65600000

1 Jagung 8000 1800 14400000

22 0,2 Kopi 250 12800 3200000

23 0,6 Cabe 5000 8000 40000000

0,2 Kentang 2800 3000 8400000

24 0,2 Cabe 2000 8000 16000000

0,2 Kentang 3000 3000 9000000

25 0,08 Kentang 1600 3000 4800000

26 0,4 Tomat 24000 3000 72000000

0,4 cabe 4500 8000 36000000

0,2 Kol 3750 700 2625000

27 0,64 Kopi 736 12800 9420800

28 0,6 Jagung 3200 1800 5760000

29 0,8 Tomat 40000 3000 120000000

0,6 Cabe 6000 8000 48000000

0,6 Kentang 6000 3000 18000000

1 Kopi 1150 12800 14720000

30 0,6 Tomat 30000 3000 90000000

0,4 Cabe 3500 8000 28000000

1 Jagung 7500 1800 13500000

31 1 Cabe 9000 8000 72000000

0,5 Kol 12400 700 8680000

32 0,8 Kol 25200 700 17640000

0,7 Jipang 655200(Biji) 150 98280000

33 0,44 Kol 12000 700 8400000

0,4 Cabe 4000 8000 32000000

0,48 Tomat 28000 3000 84000000

34 0,8 Kol 20400 700 14280000

0,7 tomat 36000 3000 108000000

35 0,8 Kol 20400 700 14280000

0,7 Jipang 507600(Biji) 150 76140000

36 0,8 Kol 17400 700 12180000

0,7 Jipang 507600 (Biji) 150 76140000

37 0,7 Kol 20880 700 14616000


(5)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

Lampiran 4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Memilih Credit Union

No.Sampel Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani

s 1 2 3 4 5 6 7 8

1 √


(6)

Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.

3 √

4 √

5 √

6 √

7 √

8 √

9 √

10 √

11 √

12 √

13 √

14 √

15 √

16 √

17 √

18 √

19 √

20 √

21 √

22 √

23 √

24 √

25 √

26 √

27 √

28 √

29 √

30 √

31 √

32 √

33 √

34 √

35 √

36 √

37 √


Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Credit Union (Studi deskriptif mengenai Kopdit/CU Cinta Kasih di Pulo Brayan, Medan)

3 99 107

Credit Union Sebagai Usaha Pemberdayaan Masyarakat ( Studi Deskriptif Usaha Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Tukka Kecamatan Pakkat Kabupaten Humbahas)

3 77 127

Respon Masyarakat Terhadap Program Credit Union Arih Ersada Di Desa Namomirah Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

1 41 102

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Dalam Menggunakan Credit Union (Cu) Sebagai Lembaga Pembiayaan Dalam Usaha Tani (Studi Kasus : Cu Sondang Nauli Kab.Karo- Simalungun)

11 139 70

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Dalam Menggunakan Credit Union (Cu) Sebagai Lembaga Pembiayaan Dalam Usaha Tani (Studi Kasus : Cu Sondang Nauli Kab.Karo- Simalungun)

0 0 12

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Dalam Menggunakan Credit Union (Cu) Sebagai Lembaga Pembiayaan Dalam Usaha Tani (Studi Kasus : Cu Sondang Nauli Kab.Karo- Simalungun)

0 0 1

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Dalam Menggunakan Credit Union (Cu) Sebagai Lembaga Pembiayaan Dalam Usaha Tani (Studi Kasus : Cu Sondang Nauli Kab.Karo- Simalungun)

0 1 3

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Dalam Menggunakan Credit Union (Cu) Sebagai Lembaga Pembiayaan Dalam Usaha Tani (Studi Kasus : Cu Sondang Nauli Kab.Karo- Simalungun)

1 1 11

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Dalam Menggunakan Credit Union (Cu) Sebagai Lembaga Pembiayaan Dalam Usaha Tani (Studi Kasus : Cu Sondang Nauli Kab.Karo- Simalungun)

0 0 2

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Dalam Menggunakan Credit Union (Cu) Sebagai Lembaga Pembiayaan Dalam Usaha Tani (Studi Kasus : Cu Sondang Nauli Kab.Karo- Simalungun)

0 1 8