BAB II MASYARAKAT MELAYU DI BATANG KUIS 2.1 Pemerintahan dan Wilayah Kecamatan Batang Kuis - Tari Inai dalam konteks Upacara Adat Perkawinan Melayu di Batang Kuis: Deskripsi Gerak, Musik Iringan, dan Fungsi
BAB II MASYARAKAT MELAYU DI BATANG KUIS
2.1 Pemerintahan dan Wilayah Kecamatan Batang Kuis
Batang Kuis adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Batang Kuis terdiri atas 11 Desa, dan 72 Dusun.
Sejalan dengan rencana pemindahan Bandara Internasional Polonia Medan ke Bandara Internasional Kuala Namu yang berbatasan dengan Kecamatan Batang Kuis, kecamatan ini terus berbenah diri menjadi Kecamatan Gapura (Gerbang dan Pintu Utama Menuju Bandara). Selanjutnya, melalui kebijakan lokal Pemerintah Kabupaten Deli Serdang yang dinamakan Gerakan Deli Serdang Membangun, sampai dengan akhir tahun 2010, kecamatan ini mampu menghimpun partisipasi swadaya masyarakat dan pengusaha senilai Rp.17.735.160.000 (sumber: id.wikipedia.org) Atas prestasi tersebut, pada tahun 2008 itu pula kecamatan ini ditetapkan sebagai juara ketiga Kecamatan Terbaik Tingkat Provinsi Sumatera Utara.
Sesuai dengan Peraturan Bupati Deli Serdang Nomor: 886 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok, Fungsi Dan Rincian Tugas Jabatan Perangkat Daerah Kabupaten Deli Serdang, dalam menjalankan tugas-tugas sehari-harinya, camat dibantu oleh 3 (tiga) kepala sub bagian dan 4 (empat ) orang kepala seksi, 6 (enam) orang staf/ pegawai, beserta 4 (empat) orang sekretaris desa.
Adapun data pegawai Negeri Sipil ( PNS ) yang ada di Kantor Camat Batang Kuis adalah sebagai berikut.
Tabel 2.1: Data PNS di Kantor Kecamatan Batang Kuis
NO NAMA NIP JABATAN
1. T. MHD. ZAKI AUFA, S.Sos 19730426 199203 1 005 CAMAT
2. PAHRUM SIREGAR, SH 19690530 198712 1 004 KASI PMD
3. ALI HOTMA, SH 19660703 198712 1 009 KASI KEBERSIHAN
4. MARADOLI DALIMUNTHE 19581231 198203 1 514 PL. KASI TRANTIB
5. SALIM 19640806 198602 1 010 PL. KASI KESSOS
6. RADHIAH SINUHAJI, BA 19640416 198602 2 006 KASUBBAG KEUANGAN
7. SYAFRI WIJAYA 19600410 198602 1 006 KASUBBAG UMUM
8. ARFAH LUBIS, SE 19781117 199803 2 005 KASUBBAG PROGRAM
9. BAMBANG RISWANTO 19640813 198503 1 018 STAF
10. KHOLIDAH NASUTION 19711009 199602 2 002 STAF
11. FANI ANGGIRA 19821021 200502 2 010 STAF
12. ROSDEWANI SIREGAR 19710707 199503 2 001 STAF
13. WAGINI 19610722 198503 2 005 STAF
14. ARIFIN PASARIBU 19591207 198602 1 004 STAF
15. KHAIRANTO 19730822 200906 1 001 SEKRETARIS DESA TANJUNG SARI
16. YUSDIARNINGSIH 19781201 201001 2 002 SEKRETARIS DESA BAKARAN BATU
17. M. YAHYA 19621223 200701 1 006 SEKRETARIS DESA MESJID
18. AZWAR 19730421 200906 1 003 SEKRETARIS DESA PAYA GAMBAR
Sumber: Kantor Kecamatan Batang Kuis (2013) Dalam konteks tata pemerintahan di pedesaan dan kelurahan-kelurahan di seluruh Kecamatan Batang Kuis, maka berikut ini adalah nama desa, kepala desa, dan Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
Tabel 2.2: Para Kepala Desa dan Ketua BPD
Kecamatan Batang Kuis
NO NAMA DESA NAMA KEPALA DESA NAMA KETUA BPD
1. TANJUNG SARI EDI SUPRIANTO AGUS SALIM, S.Ag
2. BATANG KUIS PEKAN KHAIRUL ARZANI EFIFI IRFANSYAH
3. SENA BANTU SUPRAYITNO YOYON INDARU
4. BARU ZULFIKAR UMRI ZAINUDDIN S.Ag
5. TUMPATAN NIBUNG JUARNO DRS.SURATMAN
6. PAYA GAMBAR
IRIANTO
VICTOR SILABAN
7. BINTANG MERIAH BAMBANG HARTOKO M.RIDWAN
9. SIDODADI EDI SUARDI NGADIONO
10. SUGIHARJO BURHANUDDIN JASIMAN
11. BAKARAN BATU TONO SUTEDJO GHAZALI AHMAD, SpdI
Sumber: Kantor Kecamatan Batang Kuis (2013) Kecamatan Batang Kuis yang memiliki wilayah dengan luas wilayah yaitu
40, 34 km2. ini, terletak pada ketinggian 4 - 30 m di atas permukaan laut dan beriklim tropis. Adapun batas wilayah kecamatan Batang Kuis adalah sebagai berikut.
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pantai Labu,
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa,
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Beringin dan Pantai Labu,
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Percut Sei Tuan.
8. MESJID HERMAN FELANI, SH NAHAYAT Kecamatan Batang Kuis memiliki penduduk sejumlah 59.989 jiwa dan 10.837 Rumah Tangga (Kepala Keluarga). Perincian jumlah rumah tangga dan jumlah penduduk di setiap desa dapat dilihat melalui Tabel 2.3 sebagai berikut.
Tabel 2.3: Perincian Nama Desa, Luas Desa, Jumlah Rumah Tangga, dan Jumah Penduduk Kecamatan Batang Kuis
LUAS DESA
( KMNO NAMA DESA
2
) JUMLAH R.TANGGA JUMLAH PENDUDUK1. TANJUNG SARI 7,34 2.027 12.596
2. BATANG KUIS PEKAN 0,75 1.115 5.779
3. SENA 6,40 1.593 7.079
4. BARU 4,32 1.001 6.047
5. TUMPATAN NIBUNG 3,70 1.100 6.898
6. PAYA GAMBAR 3,03 432 3.138
7. BINTANG MERIAH 0,65 899 6.073
8. MESJID 2,67 328 1.292
9. SIDODADI 9,50 850 3.822
10. SUGIHARJO 1,53 1.040 4.644
11. BAKARAN BATU 0,45 487 2.757
Sumber: Kantor Kecamatan Batang Kuis (2013)
2.2 Gambaran Umum Masyarakat Melayu Batang Kuis
Menurut Tengku Lah Husni, Orang Melayu adalah kelompok yang menyatukan diri dalam ikatan perkawinan antar suku, dan selanjutnya memakai adat resam serta bahasa Melayu dalam kehidupan sehari-hari (Lah Husni, 1957:7). Selanjutnya Husni menyebutkan lagi bahwa, orang Melayu Pesisir Sumatera Timur merupakan turunan campuran antara orang Melayu yang memang sudah menetap di Pesisir Sumatera Timur dan suku-suku Melayu pendatang, seperti Johor, Melaka, Riau, Aceh, Mandailing, Jawa, Melayu, Karo, India,Bugis dan Arab yang selanjutnya memakai adat resam dan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar dalam pergaulan antara sesamanya atau dengan orang dari daerah lain, serta yang terpenting adalah beragama Islam. Suku Melayu berdasarkan falsafah hidupnya, terdiri dari lima dasar : Islam, beradat, berbudaya, berturai dan berilmu.
(Lah Husni, 1975:100). Berturai adalah mempunyai susunan-susunan social dan berusaha menjaga integrasi dalam perbedaan di antara individu.
Pelzer (1985:18-19) menyebutkan bahwa masyarakat yang tinggal di Sumatera Timur tersebut diperkirakan sebagai keturunan dari para migrant dari berbagai daerah kebudayaan seperti : Semenanjung Melaka, Jambi, Palembang, Jawa, Melayu, Bugis, yang telah menetap dan bercampur diwilayah setempat. Percampuran dan adaptasi Melayu dalam pengertian sebagai kelompok etnik dangan kelompok etnik lain, terjadi di sepanjang pantai pulau Sumatera, semenanjung Malaysia dan Kalimantan. Demikian dapat disimpulkan bahwa orang Melayu terdiri dari berbagai macam asal-usul sehingga membentuk suatu kelompok atau masyarakat yang mendiami daerah pesisir dan daerah sepanjang sungai hilir, mereka hidup didaerah maritim dan kelangsungan hidupnya sangat erat berkaitan dengan lingkungan alam di laut maupun pesisir.
Begitu juga pada daerah penelitian penulis yakni di Batang Kuis-Deli Serdang terletak di dataran rendah, yang dominan menggunakan adat-istiadat Melayu, Batang kuis terdiri dari berbagai suku bangsa antara lain : Melayu, Karo, Simalungun, Toba, Mandailing, Jawa, Melayu dan lain-lain yang pada umumnya memeluk agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha.
2.3 Adat-Istiadat Melayu
Adat adalah peraturan yang sudah diamalkan turun-temurun dalam sesuatu masyarakat sehingga menjadi hukum yang harus dipatuhi. Perkataan adat berasal dari bahasa Arab artinya kebiasaan. Kedatangan Islam ke Alam Melayu membawa konsep ini dengan makna yang lebih luas dan mendalam sehingga mencakup keseluruhan cara hidup yang kini ditetapkan sebagai kebudayaan, undang-undang, sistem masyarakat, upacara, dan segala kebiasaan yang sering dilakukan, seperti cara makan atau cara duduk. Kini, makna adat dalam masyarakat Melayu sudah menjadi semakin khusus dan semakin mengecil, yakni upacara kebiasaan serta unsur-unsur masyarakat yang tidak digolongkan sebagai unsur Islam.
Etnik Melayu di Batang Kuis juga mempunyai adat-istiadat yang sangat dipatuhi oleh penduduknya. Sejak zaman animisme ada beberapa kebiasaan suku Melayu, umpamanya memakan sirih. Dalam upacara adat, sirih tidak boleh terlupakan. Sirih tersebut diletakkan pada sebuah tepak bersama dengan kapur, pinang, gambir, dan tembakau. Menurut paham Animisme, tumbuh-tumbuhan itu mempunyai sifat yang khas dan mempunyai “daya hidup.” Dengan memakan tumbuh-tumbuhan itu, daya hidup manusia akan bertambah. Selain itu, ada kebiasaan suku Melayu yang bahkan sudah menjadi adat, yaitu suku bangsa Melayu suka mengatakan sesuatu dengan cara tersirat. Mereka cenderung mengatakan sesuatu dengan perumpamaan dan seolah-olah menyuruh orang untuk berpikir.
Upacara tepung tawar juga merupakan adat-istiadat suku bangsa Melayu yang sangat penting. Upacara ini dilakukan apabila ada kejadian penting, seperti perkawinan, pertunangan, sunatan, atau jika seseorang kembali dengan selamat dari sesuatu perjalanan atau terlepas dari bahaya. Tepung tawar juga dilakukan apabila seseorang mendapatkan rezeki tidak terduga sebelumnya. Tepung tawar ini dilakukan dengan pengharapan seseorang itu akan tetap selamat dan bahagia.
Etnik Melayu juga mempunyai adat-istiadat perkawinan. Seperti dalam adat Melayu, apabila orang tua ingin mencari menantu harus berpegang pada lima syarat utama, yaitu calon menantu haruslah beragama Islam, berketurunan, budiman, berilmu, dan rupawan. Kemudian, Adat dalam etnik melayu tercakup dalam empat ragam, yaitu:
1. dikurangi akan merusak, jika dilebihkan akan mubazir.
2. Adat yang diadatkan adalah adat itu bekerja pada suatu landasan tertentu, menurut mufakat dari daerah tersebut yang pelaksanaannya dilakukan oleh penduduk.
3. Adat yang teradat adalh kebiasaan-kebiasaan yang secara berangsur- angsur atau cepat akan menjadi adat.
4. at istiadat ad dalah kump pulan dari b berbagai keb biasaan, yan ang lebih ba anya Ada diart tikan tertuj uju kepada upacara k khusus sep perti adat : perkawin nan, peno obatan raja dan pemaka aman raja.
Gambar r 2.1: Pro operti Tepu ung Tawar
(Dokume entasi: Syar rifah Aini, 2 2013) Masyara akat yang t tinggal di w wilayah Ba atang Kuis kabupaten Deli Serda ang. umumnya a u adalah oran ng Melayu. Selain itu, , terdapat ju uga Ras Ba atak, Jawa dan W Warga Neg gara Indonse ei keturunan n Cina, yan g dalam keh hidupan sos sial masyar akat mereka cuk m kup menya atu dengan n masyarak kat setempa at. Sebaga aimana hal lnya m masyarakat Melayu s ecara umum m adalah p pemeluk ag gama Islam m, seperti y yang dikatakan o d oleh Masind dan (1987: 1 10-11) bahw wa agama y yang dianut oleh pendu uduk Melayu adalah agama Islam yang mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan para sultan Melayu.
Pepatah Melayu menyebutkan "tak hilang adat dimakan zaman" yang artinya adat istiadat sampai hari terakhir atau hari kiamat pun masih ada. Sesuai dengan pepatah tersebut, masyarakat di Batang Kuis masih memegang teguh adat- istiadat leluhurnya seperti tampak dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat di Kabupaten Deli Serdang masih mempergunakan adat-istiadat turun-temurun seperti kenduri turun ke sawah, memberkati anak bayi, kenduri pada akhir bulan safar, dan sebagainya.
Walaupun penduduk Melayu itu telah beragama Islam, tanda-tanda Animisme masih ada pada sebagian penduduknya. Ada kepercayaan pada masyarakat Melayu bahwa kita harus memberi salam kepada penghuni rimba, sungai, dan tanah yang berbukit (busut), dan tempat-tempat yang dianggap angker. Kalau tidak memberi salam, ada kepercayaan, kita akan sakit atau sesat dalam perjalanan. Jenis kepercayaan lainnya adalah tentang burung Sibirit-birit yang terbang pada malam hari dianggap membawa kabar tidak baik. Selain itu, kunyit dianggap mempunyai daya tangkal. Kunyit dapat menjaga seorang ibu yang baru bersalin dan anak yang baru dilahirkan dari gangguan roh orang yang sudah meninggal. Kunyit juga berkhasiat untuk ”memanggil semangat” orang yang sedang menghadapi suatu kejadian atau sakit.
Bahasa yang dipakai oleh masyarakat adalah bahasa Melayu dialek Deli. yang dipakai dan dikenal secara umum oleh masyarakat pesisir. Akan halnya suku Batak, WNI keturunan Cina, mereka jumlahnya hampir seimbang dengan orang Melayu, akibat kemajemukan bahasa itulah sehingga, sebagai alat komunikasi sehari-hari memakai bahasa Melayu atau bahasa daerahnya masing-masing untuk berkomunikasi antar sesamanya.
2.5 Sistem Kekerabatan
Dalam kebudayaan Melayu, garis keturunan ditentukan berdasarkan pada garis keturunan bilateral, yaitu garis keturunan dari pihak ayah maupun ibu.
Namun, dengan masuknya agama Islam dalam kehidupan etnik Melayu yang dijadikan pandangan hidupnya, maka garis keturunan cenderung ke arah garis keturunan patrilineal, yaitu berdasar kan garis keturunan ayah. Pembagian harta pusaka berdasarkan kepada hukum Islam (syara`) yang mengatur pembagian yang adil.
Sistem kekerabatan etnik Melayu di Batang Kuis sistem kekerabatan secara vertikal yang dimulai dari urutan tertua sampai yang termuda, adalah : (1) nini, (2) datu, (3) oyang(moyang), (4) atok(datuk), (5) ayah(bapak), (6) anak, (7) cucu, (8) cicit, (9) piut, dll. Sedangkan sistem kekerabatan secara horizontal adalah (1) saudara satu ibu dan satu ayah(ayah tiri), (2) saudara sekandung yaitu saudara seibu atau lain ayah, (3) saudara seayah yaitu saudara satu ayah lain ibu(ibu tiri), (4) saudara sewali yaitu ayah nya saling bersaudara, (5) saudara berimpal yaitu anak dari makcik(saudara perempuan ayah).
Sapaan dan istilah kekerabatan adalah sebagai berikut : (1) ayah, (2) emak, (3) abang(abah), (4) akak(kakak), (5) uwak (saudara ayah atau ibu yang paling tua umurnya), (6) uda (saudara ayah atau ibu yang paling muda umurnya), (7) uwak ulung (saudara ayah atau saudara ibu yang pertama baik laki-laki maupun perempuan), (8) uwak ngah (uwak tengah, saudara ayah atau saudara ibu yang kedua baik laki-laki maupun perempuan), (9) uwak alang (saudara ayah atau saudara ibu yang ketiga baik laki-laki maupun perempuan), (10) uwak utih (saudara ayah atau saudara ibu yang keempat baik laki-laki maupun perempuan), (11) uwak andak (saudara ayah atau saudara ibu yang kelima baik laki-laki maupun perempuan), (12) uwak uda (saudara ayah atau saudara ibu yang keenam baik laki-laki maupun perempuan), (13) uwak ucu (saudara ayah atau saudara ibu yang bungsu/paing akhir baik laki-laki maupun perempuan).
2.6 Sistem Mata Pencaharian
Menurut data yang penulis dapat dari lapangan sistem mata pencaharian di daerah Batang Kuis adalah petani, pedagang, nelayan, buruh, Pegawai Negeri Sipil, TNI, pensiunan PNS dan TNI. Namun,dari hasil data tersebut potensi utama mata pencaharian masyarakat Batang Kuis adalah petani dan buruh. Berikut datanya.
Tabel 2.4: Mata Pencaharian
Penduduk Batang Kuis NO. Pekerjaan Jumlah
1. 21.515 Buruh
2. 20.644 Petani
3. 1.327 Pedagang
4. 999 PNS dan ABRI
5. 137 Pensiunan PNS dan ABRI 6.
29 Nelayan Sumber Data: Kantor Kelurahan Batang Kuis Pekan, 2013.
2.7 Kesenian
Orang Melayu di Batang Kuis memiliki berbagai genre kesenian, yang difungsikan di dalam kehidupan mereka seperti: marhaban, barzanji, syair,
gurindam, pantun, tari serampang dua belas, tari inang, tari zapin, tari inai , dan lain-lain. Kesenian-kesenian ini hidup dan berkebang terus sampai sekarang.
Marhaban dan barjanzi adalah seni berunsur Islam yang umum digunakan di dalam upacara-upacara yang berkaitan dengan agama Islam, seperti perkawinan, khitanan, mengantar calon dan menyambut haji, festival budaya Islam, dan lain-lain. Kesenian ini bersumber dari Kitab Al-Barzanji yang di dalamnya adalah kisah tentang kehidupan Nabi Muhammad. Kitab ini dikarang oleh ulama Islam ternama yaitu Syekh Ahmad Barzanji. Seni barzanji biasanya disajikan secara bersama dengan seni marhaban sekaligus.
Selanjutnya syair adalah salah satu genre seni sastra yang dipertunjukkan. Isinya berupa kisah-kisah atau riwayat, yang disajikan menurut aturan-aturan puisi tradisional Melayu yang disebut syair. Genre ini disajikan dengan cara bernyanyi dengan menggunakan melodi-melodi yang khas digunakan untuk pembacaan syair, seperti melodi Selendang Delima, Dandan Setia, dan lain-lain.
Di samping itu ada pula seni gurindam, yang juga merupakan salah satu puisi tradisional Melayu. Gurindam berisi tentang nasihat-nasihat yang berakar dari ajaran Islam. Di antara gurindam yang terkenal di Dunia Melayu adalah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji dari Riau. Gurindam ini juga sama seperti syair disajikan dengan menggunakan melodi tertentu yang dapat dibedakan dengan genre-genre seni sastra Melayu lainnya.
Pantun adalah salah satu genre sastra tradisional Melayu yang paling lazim dan umum digunakan dalam berbagai konteks kebudayaan Melayu. Pantun dapat terdiri dari dua baris, empat baris, dan enam baris. Penggal pertama adalah sampiran dan penggal kedua adalah isi pantun. Antara sampiran dan isi pantun terjadi kesatuan, baik dari segi isi, tema, dan rima (persajakan). Yang paling umum adalah pantun empat baris atau pantun empat rangkap, dengan rima rata (a- a-a-a) maupun binari (a-b-a-b). Pantun dapat disajikan dengan gaya berbicara sehari-hari, tetapi dapat juga dinyanyikan dengan berbagai melodi dalam budaya musik Melayu.
Tari Serampang Dua Belas (XII) adalah tari yang memang berasal dari Kesultanan Serdang, yang awalnya disebut musik dan tari Pulau Sari yang kemudian dipolakan oleh Guru Sauti dibantu oleh seniman O.K. Adram. Tarian ini menjadi begitu populer di era awal-awal kemerdekaan Republik Indonesia. Tarian ini bercerita tentang pengalaman sepasang kekasih dari mulai kenal, memadu kasih, sampai bersanding di atas pelaminan. Tarian ini setiap waktu selalu diperlombakan, termasuk di Batang Kuis sendiri.
Tari inang adalah tari-tarian Melayu yang ditata dari rentak inang. Di antaranya yang terkenal adalah tari Mak Inang Pulau Kampai dan tari Mak Inang Pak Malau. Tarian ini biasanya adalah untuk fungsi hiburan dalam berbagai pertunjukan budaya Melayu, termasuk di Batang Kuis. Tarian inang ini diambil dari nama para inang-inang pengasuh keluarga kesultanan yang emmang biasanya menarikan inang ini dalam konteks hiburan di istana-istana kesultanan Melayu termasuk di Kesultanan Serdang, yang salah satu wilayahnya adalah Batang Kuis.
Selanjutnya tari zapin adalah satu jenis tari dalam kebudayaan Melayu dan berbnagai kelompok masyarakat Nusantara ini yang begitu populer. Tarian ini dipercayai berasal dari kawasan Arabia, khususnya Yaman. Tarian ini awalnya digunakan untuk hiburan para tetamu di acara pesta perkawinan. Tari zapin memiliki berbagai nama sesuai dengan judul lagu atau musik yang diciptakan untuk mengiringinya. Dalam kebudayaan Melayu di antara tari zapin yang terkenal adalah Ya Salam, Selabat Laila, Zapin Persebatian, Bunga Hutan, Menjelang Maghrib, Zapin Deli, Zapin Serdang, dan lain-lain.
Tari inai adalah salah satu tarian yang digunakan pada saat upacara malam berinai adat Melayu,dan menurut kepercayaan masyarakat Melayu, upacara malam berinai dapat menjauhkan pengantin dari hal-hal yang buruk pada saat upacara perkawinan berlangsung, khususnya saat upacara malam berinai adat Melayu.