Pandangan hukum Islam tentang Keluarga

Pandangan Islam tentang Keluarga - Seorang muslim harus memiliki komitmen yang baik dalam
membina keluarga yang bercermin pada keluarga shalih dan sesuai dengan syariat Islam.
Sebenarnya apabila seseorang telah menganut agama Islam, meyakini bahwa Islam adalah agama
satu-satunya yang diridhai Allah dan menjadikannya sebagai manhajul hayah; maka wajib baginya
menjadi seorang pendukung risalah ini di dalam berbagai sisi kehidupannya, bahkan wajib baginya
menjadikan seluruh kehidupannya mematuhi segala arahan risalah ini. Maka jika Islam
mewajibkannya menjadi Muslim yang baik pada sisi kejiwaan, akidah, ibadah dan akhlaq maka
adalah merupakan kewajibannya juga sama yang menuntut dirinya berusaha menjadikan
masyarakat yang dirinya hidup di dalamnya sebagai masyarakat muslim.
Adalah tidak layak bagi seseorang menjadi muslim seorang diri saja sedangkan orang-orang di
sekelilingnya tidak dihiraukan, karena di antara pesan-pesan dari seruan Islam dan kemesraannya di
dalam jiwa manusia (jika ia telah benar-benar beriman) ialah merasakan adanya tanggungjawab
terhadap orang lain dengan mengajak dan menasihati mereka dengan Islam serta ghirah Islam,
berusaha mewujudkan arahan Rasulullah: ‫”“ من بات ولم يهتم بأمر المسلمين فليس منهم‬Barang siapa yang
tidur nyenyak dan tidak peduli dengan urusan umat Islam maka ia bukan dari golongan mereka”.
(Hadits riwayat al-Baihaqi dalam “Shuab al-Iman”, at-Tabari, Abu Nua’im dalam “Hilyah” dan alHakim.) Bertitik tolak dari sinilah ada rasa tanggungjawab yang harus dimiliki oleh seorang
muslim; yaitu tanggungjawab menegakkan masyarakat Islam dan tanggungjawab menyampaikan
risalah Islam kepada masyarakat.
Adapun langkah pertama dari tanggungjawab ini dan merupakan langkah yang bersifat tabi’i adalah
berusaha membentuk dan menjadikan rumah tangganya sebuah rumah tangga muslim. Berusaha
menyampaikan risalah Islam kepada “masyarakat kecilnya” yang terdiri dari keluarga, istri, anakanaknya, dan seterusnya kepada kaum kerabatnya yang terdekat. Dan inilah cara yang dilakukan

oleh Rasulullah pada permulaan dakwahnya. Allah Berfirman: “Maka janganlah engkau (wahai
Muhammad) menyembah tuhan yang lain bersama-sama Allah, akibatnya engkau akan menjadi dari
golongan yang dikenakan azab siksa. Dan berilah peringatan serta perintah kepada kaum kerabatmu
yang dekat. Dan hendaklah engkau merendah diri kepada pengikut-pengikutmu dari orang-orang
yang beriman”. (As-Syu’ara:213-215).

Dari penjelasan di atas nyatalah bahwa tanggungjawab seorang muslim setelah menunaikan
tanggungjawabnya atas dirinya adalah tanggungjawab terhadap ahli keluarganya, rumah-tangganya
dan anak-anaknya serta kerabat-kerabatnya. Berdasarkan dalil Allah Berfirman: ” Wahai orangorang yang beriman! Peliharalah diri kamu dan keluarga kamu dari Neraka yang bahan-bahan
bakarnya: Manusia dan batu (berhala); Neraka itu dijaga dan dikawal oleh malaikat-malaikat yang
keras kasar (pelayanannya); mereka tidak durhaka kepada Allah dalam segala yang diperintahkanNya kepada mereka, dan mereka pula tetap melakukan segala yang diperintahkan. (At-Tahrim :6)
Tanggungjawab Sebelum Berumah-tangga. Untuk membantu seorang muslim dalam usaha
membina sebuah rumah-tangga yang baik, Islam telah menunjukkan beberapa anasir dan sebabsebab yang memudahkan dirinya menunaikan tanggungjawab dan pencapaian usaha pembinaan
rumah tangganya.
Di antaranya ialah:
1. Seorang muslim harus memastikan bahwa perjikahannya adalah karena Allah atau dengan kata
lain membina rumah tangga muslim, sehingga dapat melahirkan keturunan yang shalih, menjadi
keluarga yang mampu menunaikan amanah serta memastikan pelaksanaan hidayah Allah itu secara
berkesinambungan, sebagaimana Allah Berfirman: “Satu keturunan yang sebahagiannya (turunan)
dari yang lain” (Ali-Imran :34)

2. Seorang muslim harus menjadikan tujuan pernikahannya adalah untuk menjaga pandangannya,
memelihara kemaluannya serta bertaqwa kepada Allah, sebagaimana Rasulullah saw bersabda: ‫ثلثة‬
‫“ حق على الله عوﻧهم المﺠاهد في سبيل الله والمكاتب الذي يريد الداء والناكح الذي يريد العفاف‬Ada tiga golongan
yang Allah berhak menolong mereka. Pertama: Orang yang berjihad pada jalan Allah. Kedua:
hamba mukatab (yang berjanji untuk menebus diri) yang menunaikan bayaran dan ketiga orang
yang menikah karena ingin memelihara dirinya”. (Hadits riwayat Al-Tirmizi).
Dalam hadits lain disebutkan: ‫“ من تزوج فقد استكمل ﻧصف دينه فليتق الله في النصف الباقي‬Barangsiapa
yang menikah sesungguhnya ia telah menyempurnakan separuh dari agamanya maka bertaqwalah ia
pada separuh yang lain”. (Al-Tabrani Fil-Ausath)

3. Seorang muslim harus memilih calon istri yang baik karena dengannyalah dirinya dapat
memberikan kontribusi hidup dan menjadi teman dalam perjuangan, sebagaimana Rasulullah saw
bersabda: ‫تخيروا لنطفكم فإن العرق ﻧزاع وفي رواية دساس وفي رواية فأﻧكحوا الكفاء أﻧكحوا إليهم‬
“Pilihlah untuk keturunanmu (wanita yang baik) karena sesungguhnya keturunan itu menjadi
pertikaian. Dalam satu riwayat yang lain dikatakan: Keturunan itu menjadi desas-desus”. Dalam
satu lagi riwayat yang lain disebut: “Hendaklah engkau menikah dengan orang sekupu dan
kawinkanlah (anak-anakmu) dengan yang sekupu. (Hadits riwayat Ibn Majah dan Abu Mansur adDailami dalam Musnad al-firdaus) 4. Seorang muslim harus memilih wanita yang baik akhlaq dan
agamanya sekalipun ia mungkin tidak punya harta kekayaan dan kecantikan karena Rasulullah saw
bersabda: ‫ل تزوجوا النساء لحسنهن فعسى حسنهن أن يرديهن ول تزوجوهن لموالهن فعسى أموالهن أن تطغيهن ولكن‬
‫“ تزوجوهن على الدين ولمة خرماء خرقاء ذات الدين أفضل‬

Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya karena bole jadi kecantikan itu akan
membinasakannya, janganlah kamu menikahi mereka karena kekayaannya, karena mungkin
kekayaan itu akan merusaknya namun nikahilah mereka atas dasar pegangan agamanya., sungguh
budak perempuan yang miskin dan papa tetapi baik agamanya adalah lebih utama”. (Ibnu Majah) 5.
Seorang muslim harus berhati-hati supaya tidak menyalahi perintah Allah dalam urusan ini, karena
takut kemurkaan dan siksaan Allah. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah saw: ‫من تزوج امرأة لعزها‬
‫لم يزده الله إل ذل ومن تزوجها لما لها لم يزده الله إل فقرا ومن تزوجها لحسبها لم يزده الله إل دﻧاءة ومن تزوج امرأة لم يرد بها‬
‫“ إل أن يغض بصره ويحصن فرجه أو يصل رحمه بارك الله له فيها وبارك لها فيه‬
Barangsiapa yang menikahi wanita karena memandang kepada kemuliaan (kedudukannya) saja,
Allah tidak akan menambah apa-apa kepadanya melainkan dengan kehinaan, Barangsiapa yang
menikahi wanita karena hartanya, Allah tidak akan menambahnya kecuali kefakiran, Barangsiapa
yang menikahi wanita karena Keturunannya, maka Allah tidak akan menambahnya kecuali
kerendahan tetapi Barangsiapa yang menikahi wanita karena menjaga pandangannya dan
memelihara kemaluannya (dari perkara haram) atau karena menghubungkan silaturahim, maka
Allah akan memberkahi dir nya dan istrinya”. (Abu Nuaim) Sumber
dari: http://tok0blog.blogspot.com/2010/12/pandangan-islam-tentang-keluarga.html Copyright by
toko blog. Terima kasih menyantumkan sumber artikel toko blog