Makalah Pendidikan Agama Islam (1)

SUPER STUDENTS DALAM ISLAM

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah Pendidikan Agama Islam
pada Program Diploma Tiga (DIII)
1. Mahlia Zahra

11130034

2. Helmy Maulana

11130084

3. Yafkhan Imam Munandar

11130512

4. Risma Kurniasari

11132073

5. Bella Wibi DI


11132332

6. Amitha Fitri IR

11132634

7. Rahma Dian S

11130883

8. Yunia Kamilasari

11131275

Program Studi Komputerisasi Akuntansi
Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Bina Sarana Informatika
Jakarta
2015


KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
segala limpahan Rahmat kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul ”SUPER STUDENTS DALAM ISLAM”
Dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Pembuatan makalah ini
juga bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Kami
menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan dari semua pihak, maka penulisan
makalah ini tidak akan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini, ijinkanlah kami
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Direktur Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Bina Sarana
Informatika.
2. Ketua Program Studi Komputerisasi Akuntansi Akademi Manajemen
Informatika dan Komputer Bina Sarana Informatika.
3. Bapak Nanang Lidwan selaku Dosen Pendidikan Agama Islam.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh sekali dari sempurna, untuk
itu kami mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
penulisan dimasa yang akan datang. Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna
bagi kami khususnya dan bagi para pembaca yang berminat pada umumnya.
Depok, 8 Desember 2015


PENYUSUN
ii

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Judul.......................................................................................

i

Kata Pengantar ....................................................................................

ii

Daftar Isi..............................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................


1

1.1 Latar Belakang....................................................................
1.2 Maksud dan Tujuan ............................................................
1.3 Sistematika Penulisan .........................................................

1
1
2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................

3

2.1 Konsep Dasar Pendidikan Islam.........................................
2.1.1 Pengertian Tarbiyah.....................................................
2.1.2 Pengertian Ta’lim ........................................................
2.1.3 Pengertian Ta’dib.........................................................
2.1.4 Pengertian Pendidikan Islam .......................................

2.1.5 Karakteristik Pendidikan Islam ...................................
2.2 Pengertian Pendidikan Barat ..............................................
2.2.1 Konsep Pendidikan Barat ............................................
2.2.2 Karakteristik Pendidikan Barat....................................
2.2.3 Perbedaan Filsafat Pendidikan Islam dengan
Filsafat Pendidikan Barat.............................................
2.3 Pengertian Super Student....................................................
2.4 Tips Menjadi Pelajar Super ................................................

13
14
14

BAB III PENUTUP ...........................................................................

16

3.1 Kesimpulan .........................................................................

16


DAFTAR PUSTAKA........................................................................

17

iii

3
3
4
5
5
7
8
11
12

BAB I
PENDAHULUAN


1.1

Latar Belakang
Salah satu unsur pembangunan peradaban bangsa adalah melalui pendidikan.

Sedangkan hasil akhir sebuah pendidikan tergantung pada tujuan awal pendidikan itu
sendiri. Islam dan barat memiliki pandangan berbeda mengenai hal tersebut. Paham
rasionalisme yang berkembang dibarat dijadikan dasar pijakan bagi konsep-konsep
pendidikan barat. Ini jauh berbeda dengan islam yang memiliki Al-Quran, Sunnah,
dan Ijtihad para ulama sebagai konsep pendidikannya. Hal inilah yang membedakan
ciri-ciri dari pendidikan yang ada diBarat dengan pendidikan Islam. Masing-masing
peradaban ini memiliki karakter yang berbeda sehingga dengan produk yang
dihasilkan pun memiliki ciri-ciri yang berbeda.

1.2

Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah sebagai tolak ukur

sampai sejauh mana mahasiswa memahami mengenai pendidikan secara islam.

Disamping itu makalah ini disusun dengan tujuan :
1.

Sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

2.

Menerapkan teori tentang pendidikan dalam islam.

3.

Membentuk pola pikir mahasiswa untuk menjadi pribadi yang memiliki wawasan
pengetahuan.

1

2

1.1


Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan merupakan uraian tentang susunan dari penulisan itu

sendiri yang dibuat secara teratur dan terperinci, sehingga dapat memberikan
gambaran secara menyeluruh. Adapun sistematika penulisan pada makalah ini terdiri
dari tiga bab, yaitu sebagai berikut :
BAB I

PENDAHULUAN
Dalam bab ini membahas gambaran umum latar belakang yaitu
pentingnya tema yang dibahas dalam Pendidikan Agama Islam, tujuan
serta sistematika penulisan yang di bahas dalam bab demi bab.

BAB II

PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang pokok bahasan yang harus dibahas sesuai
dengan tema.

BAB III


PENUTUP
Pada bab ini berisikan kesimpulan dari apa yang telah dibahas dari bab
I sampai dengan bab II.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Konsep Dasar Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan salah satu unsur yang sangat penting terhadap

pembentukan karakter dan pembangunan peradaban suatu bangsa. Setidaknya ada
tiga faktor pembentukan sebuah peradaban yaitu pandangan hidup (worldview), ilmu
pengetahuan (science) dan salah satunya adalah Pendidikan (Education).
Konsep Dasar pendidikan Islam ini mencakup pengertian istilah Tarbiyah,
Ta’lim, Ta’dib dan Pendidikan Islam.
2.1.1. Pengertian Tarbiyah
Abdurrahman An-Nahlawi mengemukakan bahwa menurut kamus Bahasa

Arab, lafal At-Tarbiyah berasal dari tiga kata, yaitu:
1.

Raba-Yarbu, yang berarti bertambah dan bertumbuh. Makna ini dapat diliat
dalam firman Allah yang artinya: “Dan suatu Riba (tambahan) yang kalian
berikan agar dia menambah pada harta manusia, maka riba itu adalah
menambah pada sisi Allah” (QS. Ar-Rum:39)

2.

Rabiya-Yarba, dengan wajan (bentuk) khafiya-yakhfa, yang berarti menjadi
besar. Atas dasar makna inilah Ibnu Al-Arabi mengatakan: “Jika orang bertanya
tentang diriku, maka Mekkah adalah tempat tinggalku dan disitulan aku
dibesarkan”

3

4

3.

Rabba-Yarubbu, dengan wajan (bentuk) Madda-Yamuddu yang berarti
memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, dan memelihara. Makan
ini antara lain ditunjukan oleh perkataan Hasan bin Tsabit sebagaimana yang
ditulis oleh Ibnu Al-Manzhur dalam Lisan Al-Arab: “Sesungguhnya ketika
engkau tampak pada hari keluar di halaman istana, engkau lebih baik daripada
sebutir mutiara putih bersih yang dipelihara oleh kumpulan air laut”
Dari ketiga asal kata diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan (tarbiyah)

terdiri dari empat unsur, yaitu:
1. Menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang Baligh.
2. Mengembangkan seluruh potensi dan kesiapan yang bermacam-macam.
3. Mengarahkan seluruh fitrah dan potensi anak menuju kepada kebaikan dan
kesempurnaan yang layak baginya.
4. Proses ini dilaksanakan secara bertahap.
2.1.2. Pengertian Ta’lim
At-Ta’lim merupakan bagian kecil dari At-Tarbiyah Ai-Aqliyah yang bertujuan
memperoleh pengetahuan dan keahlian berfikir, yang sifatnya mengacu pada domain
kognitif. Hal ini dapat dipahami dari pemakaian kata ‘Allama’ dikaitkan dengan kata
‘Aradha’ yang mengimplikasikan bahawa proses pengajaran adam tersebut pada
akhirnya diakhiri dengan tahap evaluasi. Konotasi konteks kalimat ini mengacu pada
evaluasi domain kognitif, yaitu penyebutan nama-nama benda yang diajarkan belum
pada tingkat domain yang lain.

5

2.1.3. Pengertian Ta’dib
Muhammad

Nadi

Al-Badri,

sebagaimana

dikutip

oleh

Ramayulis

mengemukakan pada zaman klasik orang hanya mengenal kata ta’dib untuk
menunjukan kegiatan pemdidikan. Pengertian seperti ini terus terpakai sepanjang
masa kejayaan islam, hingga semua ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh akal
manusia pada masa itu disebut Adap, dan seorang pendidik pada masa itu disebut
Mu’adib.
Ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur
ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di
dalam tatanan pencipta sedemikian rupa sehingga membimbing kearah pengenalan
dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan didalam tatanan wujud dan
keberadaannya (Al-Attas:60). Pengertian ini berdasarkanm Hadist Nabi: “Tuhanku
telah mendidikku dan telah membaguskan pendidikanku”
2.1.4. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan islam adalah proses transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan
dan nilai-nilai pada diri anak didik melalui penumbuhan dan kesempurnaan hidup
dalam segala aspek.
Menurut DR. Yusuf Qaradhawi memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai
pendidikan manusia seutuhnya; akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya; akhlak dan
keterampilannya. Sedangkan Prof. Dr. Hasan Langgulung merumuskan pendidikan
Islam sebagai proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan,

6

memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan
fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.
Islam yang diwahyukan kepada Rasulullah Muhammad mengandung
implikasi kependidikan yang bertujuan untuk menjadi rahmatan lil ‘alamin. Di
dalamnya terkandung suatu potensi yang mengacu kepada dua fenomena
perkembangan , yaitu:
1.

Potensi psikologis dan pedagogis yang mempengaruhi manusia untuk menjadi
sosok pribadi yang berkualitas bijak dan menyandang derajat mulia melebihi
makhluk-makhluk lainnya.

2.

Potensi perkembangan kehidupan manusia sebagai ‘khalifah’ di muka bumi yang
dinamis dan kreatif serta responsif terhadap lingkungan sekitarnya, baik yang
alamiah maupun yang ijtima'iyah dimana Tuhan menjadi potensi sentral
perkembangannya.
Dari pendapat dua tokoh Islam di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

pendidikan islam, bukan hanya mementingkan pembentukan pribadiuntuk kebahagian
dunia tetapi juga untuk kebahagiaan di akhirat. Lebih dari itu pendidikan islam
berusaha membentuk pribadi yang bernafaskan ajaran-ajaran islma, sehingga pribadipribadi yang terbentuk itu tidak terlepas dari nilai-nilai agama. Hal ini mendorong
perlunya mengetahui tujuan-tujuan pendidikan Islam secara jelas.
Adapun tujuan-tujuan pendidikan yang dimaksud adalah perubahan-perubahan
pada tiga bidang asasi, yaitu :

7

a.

Tujuan-tujuan individual, seperti pertumbuhan yang diinginkan pada pribadi
mereka, serta pada persiapan yang dimestikan kepada mereka pada kehidupan
dunia dan akhirat.

b.

Tujuan sosial yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan keseluruhan
tingkah laku masyarakat umumnya.

c.

Tujuan-tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran
sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi dan sebagai suatu aktifitas di antara
aktifitas-aktifitas masyarakat.
Meski demikian tujuan akhir pendidikan Islam tidak lepas dari tujuan hidup

seseorang Muslim. Karena pendidikan Islam itu hanyalah suatu sarana untuk
mencapai tujuan hidup muslim bukan tujuan akhir. Dan tentunya tujuan pendidikan
islam yang ingin dicapai harus berangkat dari dasar-dasar pokok pendidikan dalam
ajaran islam, yaitu keutuhan (syumuliyah), keterpaduan, kesinambungan, keaslian,
bersifat praktikal, kesetiakawanan dan keterbukaan.
2.1.5. Karakteristik Pendidikan Islam
Menurut Prof. Dr. Azyumardi Azra, pemdidikan islam mempunyai beberapa
karakteristik, yaitu:
1.

Penguasaan ilmu pengetahuan. Ajaran dasar islam mewajibkan mencari ilmu
pengetahuan bagi setiap Muslim dan Muslimat.

2.

Pengembangan ilmu pengetahuan. Ilmu yang telah dikuasai harus diberikan dan
dikembangkan kepada orang lain.

8

3.

Penekanan pada nilai-nilai akhlak dalam penguasaan dan pengembangan ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang di dapat dari pendidikan islam terikat oleh
nilai-nilai akhlak.

4.

Penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan, hanyalah untuk pengabdian
kepada Allah dan kemaslahatan umum.

5.

Penyesuaian terhadap perkembangan anak. Sejak awal perkembangan islam,
pendidikan

islam

diberikan

kepada

anak

sesuai

umur,

kemampuan,

perkembangan jiwa dan bakat anak. Setiap usaha dan proses pendidikan haruslah
memperhatikan faktor perkembangan anak.
6.

Pengembangan kepribadian. Bakat alami dan kemampuan pribadi tiap-tiap anak
didik diberikan kesempatan berkembang sehingga bermanfaat bagi dirinya dan
masyarakat.

7.

Penekanan pada amal saleh dan tanggung jawab. Setiap anak didik diberi
semangat dan dorongan untuk mengamalkan ilmu pengetahuan sehingga benarbenar bermanfaat bagi diri, keluarga dan masyarakat secara keseluruhan.
Dengan

karakteristik-karateristik

pendidikan

tersebut

tampak

jelas

keunggulan pendidikan islam dibanding dengan pendidikan lainnya. Karena
pendidikan dalam islam mempunyai ikatan langsung dengan nilai-nilai dan ajaran
islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan.

2.2

Pengertian Pendidikan Barat

Seperti yang ditulis sebelumnya bahwa tujuan pendidikan itu tidak bisa lepas dari
tujuan hidup manusia. Sebab pendidikan hanyalah suatu alat yang digunakan

9

oleh manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya (survival), baik sebagai
individu maupun sebagai masyarakat. Dengan begitu tujuan pendidikan harus
berpangkal pada tujuan hidup.
Di Barat, pendidikan menjadi ajang pertarungan ideologis dimana apa yang
menjadi tujuan pendidikan – secara tidak langsung merupakan tujuan hidup –
berbenturan dengan kepentingan-kepentingan lain . Di sinilah perbedaan pendapat
para filosof Barat dalam menetapkan tujuan hidup. Orang-orang Sparta salah satu
kerajaan Yunani lama dahulu berpendapat bahwa tujuan hidup adalah untuk berbakti
kepada negara, untuk memperkuat negara. Dan pengertian kuat menurut orang-orang
Sparta adalah kekuatan fisik. Oleh sebab itu tujuan pendidikan Sparta adalah sejajar
dengan tujuan hidup mereka, yaitu memperkuat, memperindah dan mempertegus
jasmani. Oleh sebab itu orang-orang yang kuat jasmaninya, bisa berkelahi dengan
harimau dan singa disanjung-sanjung, dianggap pahlawan di masyarakat Sparta.
Sebaliknya orang Athena, juga salah satu kerajaan Yunani lama, berpendapat
bahwa tujuan hidup adalah mencari kebenaran (truth), dan kalau bisa menyirnakan
diri pada kebenaran itu. Tetapi apakah kebenaran itu? Plato lebih dulu mengandaikan
bahwa benda, konsep-konsep dan lainnya bukanlah benda sebenarnya. Dia sekedar
bayangan dari benda hakiki yang wujud di alam utopia. Manusia terdiri dari roh dan
jasad. Roh itulah hakikat manusia, maka segala usaha untuk membersihkan,
memelihara, menjaga dan lain-lain roh itu disebut pendidikan.
Madzhab-madzhab pendidikan eropa Barat dan Amerika sesuah Decartes (15961650) mengambil dari kedua madzhab Yunani lama tersebut, dan semua madzhab
beranggapan bahwa dunia inilah tujuan hidup sehingga ada yang

10

mengingkari sama sekali wujud Tuhan dan hari akhir. Ada madzhab
rasionalisme yang berpangkal pada Plato, Aristoteles, Descartes, Kant, dan lainnya;
ada madzhab impirisme yang dipelopori oleh John Locke yang terkenal dengan kerta
putih (tabu rasa); ada madzhab progressivisme yang dipelopori oleh John Dewey
yang berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah lebih banyak pendidikan; ada
madzhab yang berasal dari sosiolog, yaitu sosiologi pengetahuan yang menitik
beratkan budaya; selanjutnya ada madzhab fenomenologi atau eksistensialisme yang
beranggapan bahwa pendidikan seharusnya bersifat personal, oleh sebab itu sekolah
tidak ada gunannya dan harus dibubarkan. Hal ini tercermin dalam firman Allah SWT
yang menggambarkan orang-orang Dahriyyun (Naturalist), “Mereka berkata tidak
ada hidup kecuali hidup kita di dunia ini. Kita mati kita hidup, tidak ada yang
membinasakan kita kecuali masa. Sedangkan mereka dalam hal ini tidak tahu apaapa. Mereka hanyalah menyangka-nyangka” (QS.45:23).
Tokoh pendidikan Barat, John Dewey berpendapat tentang tujuan pendidikan
berdasarkan pada pandangan hidup, "Since there is nothing to which growth is
relative save more growth, there is nothing to which education is subordinate save
more education. The education process has no end beyond itself – it is its own end"
Madzhab yang dibawa oleh Dewey ini terkenal dengan nama Pragmatisme dalam
falsafah, sedangkan dalam pendidikan disebut Progressivisme yang terlalu menitik
beratkan kepada kegunaan (utilitarian).
Hegemoni peradaban Barat boleh dikata hampir lengkap terutama sekali dalam
bidang pendidikan. Volume penyelidikan dalam berbagai aspek pendidikan sangat
mengagumkan. Disamping itu kemajuan yang telah dicapainya memberi

11

pengaruh pada masyarakat dunia umumnya – hal yang membanggakan
kalangan elit yang memerintah dan masyarakat Barat. Pada abad ke-21 ini, orientasi
tujuan pendidikan Barat mulai beralih pada usaha mencari keuntungan dengan jalan
apa pun, yang bermakna eksploitasi, kekuasaan, pertarungan, teror dan pembunuhan.
2.2.1

Konsep Pendidikan Barat
Ada 4 konsep yang dipegang oleh perspektif barat. Mulai dari Sekuler,

Liberal, Pragmatis dan Materialis. Dari 4 konsep ini dapat diartikan bahwa konsep
pendidikan perspektif barat sangat berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.
1.

Sekuler
Memisahkan antara ilmu dengan agama. Maksudnya, pendidikan barat lebih
mementingkan ilmu daripada agama yang didapat dari ilmu itu, mereka hanya
mementingkan jasmani dan tidak memikirkan akan rohani.

2.

Liberal
Bebas. Maksudnya, pendidikan barat itu bebas melakukan segala hal yang
disuka, tetapi tetap mengarah akan ilmu yang dipelajarinya itu.

3.

Pragmatis
Praktis atau bersifat sementara. Mereka menganggap bahwa ilmu itu dipelajari
agar seseorang dapat menggapai cita-citanya. Mereka ahanya fokus akan satu
titik berat yang dituju oleh pemikirannya. Proses penggapaian cita-cita itulah
yang membuat sesorang menjadi lebih terstruktur untuk manggapainya secara
maksimal. Mereka tidak mempelajari akan hal-hal yang seharusnya mereka
pelajari disekitarnya seperti pendidikan sosial dan sebagainya.

12

4.

Materialis
Sebatas materi saja. Jadi, pendidikan itu hanyalah sebatas materi. Mereka tak
memikirkan kedepan akan apa yang mereka sedang pelajari itu. Mereka hanya
tertuju pada satu tujuan yaitu hasil nilai pelajaran yang baik.

2.2.2. Karakteristik Pendidikan Barat
Menurut Syed Naquib Al-Attas, ilmu dalam peradaban barat tidak dibangun
diatas wahyu dan kepercayaan agama namun dibangun diatas tradisi budaya yang
diperkuat dengan spekulasi filosofis yang terkait dengan kehidupan sekular yang
memusatkan manusia sebagai makhluk rasional. Akibatnya, ilmu pengetahuan serta
nilai-nilai etika dan moral diatur oleh rasio manusia terus menerus berubah. Sehingga
dari cara pandang yang seperti inilah pada akhinya akan melahirkan ilmu-ilmu
sekuler.
Masih menurut Al-Attas, ada lima faktor yang menjiwai budaya dan
peradaban barat, yaitu:
1.

Menggunakan akal untuk membimbing kehidupan manusia.

2.

Bersikap dualitas terhadap realitas dan kebenaran.

3.

Menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan pandangan hidup sekuler.

4.

Menggunakan doktrin humanism.

5.

Menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang dominan dalam fitrah
dan eksistensi kemanusiaan.
Kelima faktor ini sangat mempengaruhi dalam pola pikir para ilmuan barat

sehingga membentuk pola pendidikan yang ada di barat.

13

Ilmu yang dikembangkan dalam pendidikan barat dibentuk dari acuan
pemikiran falsafah mereka yang dituangkan dalam dalam pemikiran yang bercirikan
materialisme, idealisme, sekularisme dan rasionalisme. Pemikiran ini mempengaruhi
konsep, penafsiran dan makna ilmu itu sendiri. Rene Descartes misalnya, tokoh
filsafat barat asal perancis ini menjadikan rasio sebagai kriteria satu-satunya dalam
mengukur kebenaran.
Selain itu para filosof lainnya seperti John Locke, Immanuel Kant, Martin
Heidegger, Emillio Betti, Hans George Gadammer dan lainnya juga menekankan
rasio dan panca indera sebagai sumber ilmu mereka, sehingga melahirkan berbagai
macam paham dan pemikiran seperti empirisme, humanisme, kapitalisme,
eksistensialisme, realitifisme, atheisme dan lainnya yang ikut mempengaruhi berbagai
disiplin keilmuan seperti dalam filsafat, sains, sosiologi, psikologi, politik, ekonomi
dan lainnya.
2.2.3. Perbedaan Filsafat Pendidikan Islam dengan Filsafat Pendidikan Barat
Aspek-Aspek
Proses belajar
mengajar

Pendidikan Islam
Aktivitas belajar mengajar ialah
amal ibadah, berkaitan erat dengan
pengabdian kepada Allah SWT.

Tanggung
jawab belajar
mengajar

Disamping tanggung jawab
kemanusiaan, juga tanggung jawab
keagamaan. Karena dalam belajar
mengajar terdapat hak-hak Allah
dan hak-hak makhluk lainnya pada
setiap individu, khususnya bagi
orang yang berilmu.
Belajar tidak hanya untuk
kepentingan hidup dunia sekarang,

Kepentingan
belajar

Pendidikan Barat
Karena sekularirstik-materialistik,
maka motif dan objek belajar
mengajar semata-mata masalah
keduniaan.
Semata-mata urusan manusia.

Belajar hanyalah untuk
kepentingan dunia sekarang.

14

Konsep
pendidikan

Tujuan akhir
pendidikan

2.3

tetapi juga untuk kebahagiaan
hidup di akhirat nanti.
Islam mengaitkannya dengan
pahala dan dosa kerena kebajikan
dan akhlak mulia merupakan unsur
pokok dalam pendidikan islam.
Terwujudnya insan kamil (manusia
sempurna dan paripurna) yang
pembentukannya selalu dalam
proses sepanjang hidup (has a
beginning but not an end).

Barat pada umumnya tidak
mengaitkan pendidikan dengan
pahala dan dosa. Ilmu itu bebas
nilai (value free).
Hidup sejahtera di dunia secara
maksimal baik sebagai warga
negara maupun sebagai warga
masyarakat.

Pengertian Super Student
Super Student adalah murid-murid yang memiliki tingkat kecerdasan yang

tinggi dan mempunyai tingkat ketakwaan yang tinggi pula terhadap Allah SWT.
Semua orang dapat menjadi super student di sekolah atau di kampusnya asalkan
mereka mau berusaha dan belajar dengan tekun serta berakhlak baik.
Dari definisi lain, super student adalah seseorang yang tidak lelah mengenal
ilmu dan mengamalkan ilmu. Dari rasulullah, para sahabat atau murid-murid nabi,
harus menyebarkan ilmunya kepada orang lain.
2.3.1

Tips Menjadi Pelajar Super
Hidup ini terlalu singkat untuk menjadi biasa. Jangan hanya menjadi rata-rata

siswa menjadi murid super dalam islam. Tips ini dapat membantu anda menjadi
pemain bintang disekolah atau perguruan tinggi.
1.

Belajar serta diiringi berdoa dan sholat

2.

Membuat dan memperbaiki sistem belajar sendiri yang menghasilkan hasil.
Memiliki sistem belajar jauh lebih baik dari pada tidak ada sistem sama sekali.

15

3.

Menumbuhkan keinginan membara untuk sukses disekolah/perguruan tinggi.
Setiap saat memikirkan keberhasilan, bicara tentang kesuksesan dan mimpi
tentang kesuksesan.

4.

Belajar untuk memotivasi diri anda sendiri.

5.

Fokus pada tujuan studi anda. Jangan mudah terganggu. Tuliskan tujuan anda
dan menempelkan didinding dimana anda dapat melihat setiap hari.

6.

Jangan hanya membandingkan kinerja teman-teman anda. Bandingkan dengan
diri anda juga. Anda adalah musuh terbesar anda dan terus menerus melakukan
lebih baik dari sebelumnya adalah tanda bahwa anda maju.

7.

Rendah hati. Belajar tidak pernah berhenti disini dan anda memiliki banyak
ruang untuk perbaikan.

8.

Pelajari cara untuk belajar. Semakin baik anda belajar, semakin baik anda
melakukan. Ada banyak belajar kererampilan diluar sana untuk anda kuasai.

BAB III
PENUTUP

1.1

Kesimpulan
Penjelasan tentang pendidikan Islam dan Barat diatas memperlihatkan adanya

kesenjangan pola berfikir yang digunakan para ilmuwan mereka sehingga
menghasilkan karakter yang berbeda. Jika sumber dan metodologi ilmu di Barat
bergantung sepenuhnya kepada kaedah empiris, rasional dan cenderung meterialistik
serta mengabaikan dan memandang rendah cara memperoleh ilmu mempunyai wahyu
dan kitab suci, maka metodologi dalam ilmu pengetahuan Islam bersumber dari kitab
suci Al-Quran yang diperoleh dari wahyu, Sunnah Rasulullah SAW, serta Ijtihad para
ulama.
Jika weternisasi ilmu hanya menghasilkan ilmu-ilmu sekular yang cenderung
menjauhkan manusia dengan agamanya, maka islamisasi ilmu justru mampu
membangunkan pemikiran dan keseimbangan antara aspek rohani dan jasmani
pribadi muslim yang akan menambahkan lagi keimanannya kepada Allah SWT.

6

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Prof. H.M. M.Ed. 2000. Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum)
Jakarta: Bumi Aksara.
Azra, azyumardi. 1999. Esai-esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam.
Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu
Dewey, J., Democracy and Education, London: Mac. Milan, 1916.
Fuad Farid Ismail, Abdul Hamid Mutawali. 2012. Cara mudah belajar Filsafat (Barat
dan Islam).
Yogyakarta: IRCiSoD
pendidikan.blogspot.com
Rochaity, Ety. 2006. Sistem informasi Management Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara
Umar, Drs. Bukhari, M.Ag. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah\
www.hidayatullah.com