KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II
MODUL PRAKTIKUM
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II
Penyusun :
Niken Andalasari, S.Kep., Ns.
Akademi Keperawatan Al Ikhlas Cisarua
Yayasan Raudhatul Muta’alimin
2018
LATIHAN RENTANG GERAK (ROM) A. DASAR TEORI
ROM (Range Of Motion) merupakan latihan fisik menggerakkan anggota badan dan anggota gerak secara teratur baik dibantu maupun secara mandiri yang berguna untuk melatih otot-otot yang mengalami kekakuan. Manfaat dari ROM, yaitu : 1.
Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan 2. Mengkaji tulang, sendi, dan otot 3. Mencegah terjadinya kekakuan sendi 4. Memperlancar sirkulasi darah 5. Memperbaiki tonus otot 6. Meningkatkan mobilisasi sendi 7. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
ROM dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : 1.
ROM Aktif ROM Aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendiri secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif). Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif. Sendi yang digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri secara aktif.
2. ROM Pasif
ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal (klien pasif). Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total.
B. LANGKAH KERJA
Dilakukan No. Aspek yang dinilai Ya Tidak Pre Interaksi
1 Cek catatan medik
2 Cuci tangan dan siapkan alat dan bahan
Orientasi
3 Ucapkan salam
4 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
5 Menjaga privacy Tanyakan keluhan utama dan beri kesempatan pasien untuk
6 bertanya
7 Dekatkan alat
8 Cuci tangan
Kerja
Kerja (fleksi dan Ekstensi pergelangan tangan)
a. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh
dan siku menekuk dengan lengan
9
b. Pegang tangan klien dengan satu tangan dan tangan
lain memegang pergelangan tangan klien c. Tekuk tangan klien ke depan sejauh mungkin
d. Lakukan observasi pada perubahan yang terjadi
Kerja (fleksi dan ekstensi siku) a.
Atur posisi lengan klien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak mengarah ke tubuh klien b.
Letakkan tangan diatas siku dan pegang tangan klien
10 dengan tangan yang lainnya c.
Tekuk siku klien sehingga tangan klien mendekati bahu d.
Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya e. Lakukan observasi pada perubahan yang terjadi
Kerja (pronasi dan supinasi) a.
Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh dengan siku menekuk b.
Letakkan satu tangan pada pergelangan dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya 11 c.
Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangan pasien menjauhi pasien d.
Kembalikan ke posisi awal e. Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangan menghadap ke arah pasien f.
Kembalikan ke posisi semula g.
Lakukan observasi Kerja (fleksi bahu) a.
Atur posisi tangan pada pasien di sisi tubuhnya b.
12 Letakkan satu tangan di atas siku klien dan pegang tangan klien dengan tangan lainnya c.
Angkat lengan klien pada posisi awal d.
Lakukan observasi perubahan yang terjadi Kerja (Abduksi dan Abduksi Bahu) a.
Atur posisi lengan klien disamping badannya b.
Letakkan satu tangan di atas siku klien dan pegang tangan klien dengan tangan lainnya 13 c.
Gerakkan lengan klien menjauh dari tubuh nya kearah perawat d.
Kembalikan ke posisi semula e. Catat perubahan yang terjadi
Kerja (Rotasi Bahu) a.
Atur posisi lengan menjauh dari tubuh dengan siku menekuk b.
Letakkan satu tangan dilengan atas klien dengan siku dan pegang tangan klien dengan tangan yang lain c.
Gerakkan lengan ke bawah sampai menyentuh tempat
14 tidur,telapak tangan menyentuh ke bawah d.
Kembalikan ke posisi semula e. Gerakkan lengan kebawah sampai menyentuh tempat tidur,telapak tangan menghadap ke atas f.
Kembalikan ke posisi semula g.
Obsrvasi perubahan yang terjadi Kerja (Fleksi dan Ekstensi Jari-jari) a.
Pegang jari-jari pasien dengan satu tangan sementara tangan yang lainnya memegang kaki 15 b.
Bengkokkan jari-jari kaki ke bawah c. Luruskan jari-jari kemudian dorongkan ke kebelakang d.
Kembalikan ke posisi semula e. Observasi perubahan yang terjadi
Kerja (Infersi dan Efersi Kaki) a.
Pegang separuh bagian atas dengan satu tangan dan pegang pergelangan kaki dengan tangan lain b.
Puter kaki ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki lainnya 16 c.
Kembalikan ke posisi semula d.
Putar kaki keluar sehingga telapak kaki menjauhi kaki lainnya e.
Kembalikan ke posisi semula f. Observasi perubahan yang terjadi
Kerja (Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Kaki) a.
Letakkan satu tangan pada telapak kaki klien dan satu tangan yang lain diatas pergelangan kaki,jaga kaki 17 lurus dan rileks b.
Tekuk pergelangan kaki,arahkan jari-jari kearah dada c.
Kembalikan ke posisi semula d.
Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien e. Observasi perubahan yang terjadi
Kerja (Fleksi dan Ekstensi Lutut) a.
Letakkan satu tangan dibawah lutut klien dan pegang tumit klien dengan tangan yang lain b.
Angkat kaki,tekuk pada lutut dan pangkal paha
18 c.
Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin d.
Ke bahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki ke atas e.
Kembalikan ke posisi semula f. Observasi perubahan yang terjadi
Kerja (Rotasi Pangkal Paha) a.
Letakkan satu tangan pda pergelangan kaki dan satu tangan lainnya diatas lutut 19 b.
Putar kaki menjauhi perawat c. Putar kaki mengarah perawat d.
Kembalikan ke posisi semula e. Observasi perubahan yang terjadi
Kerja (Abduksi dan Adduksi Pangkal Paha) a.
Letakkan satu tangan dibawah lutut klien dan satu tangan pada tumit b.
Jaga posisi klien lurus,angkat kaki kurang lebih 8 cm
20 dari tempat tidur. Gerakkan kaki menjauhi badan perawat c. Kembalikan ke posisi semula d.
Observasi perubahan yang terjadi Terminasi a.
Penanyakan perasaan klien setelah kegiatan,kalau perlu kognitif,afektif,dan psikomotor b.
Meyimpulkan hasil kegiatan c.
21 Bereskan alat d.
Cuci tangan e. Melakukan kontrak selanjutnya (waktu,topic,dan tempat) f.
Berikan reinforcement sesuai kemampuan pasien g.
Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik/pamitan
22 Rapikan pasien kembali, cuci tangan
Evaluasi
23 Evaluasi tindakan
24 Kontrak waktu untuk pertemuan selajutnya
25 Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
26 Dokumentasikan tindakan Jumlah:
PENGGUNAAN ALAT BANTU JALAN KRUK A. DASAR TEORI a. Pengertian Alat Bantu Berjalan (Kruk)
Kruk yaitu tongkat atau alat bantu untuk berjalan, biasanya digunakan secara berpasangan yang di ciptakan untuk mengatur keseimbangan pada saat akan berjalan.
b. Tujuan Penggunaan Kruk
- - Menurunkan resiko komplikasi dari mobilisasi -
Meningkatkan kekuatan otot, pergerakan sendi dan kemampuan mobilisasi
Menurunkan ketergantungan pasien dan orang lain
- - c. Fungsi Kruk
Sebagai alat bantu berjalan
- - Mengatur atau memberi keseimbangan waktu berjalan -
Membantu menyokong sebagian berat badan - d.
Indikasi Pengguna Kruk Pasien dengan fraktur ekstremitas bawah
- - Pasien dengan postop amputasi ekstremitas bawah -
Pasien dengan kelemahan kaki atau post stroke
- - e. Kontra Indikasi o
- - Penderita dalam keadaan bedrest - Penderita dengan post op. - f. Manfaat Penggunaan Kruk
- - Mencegah kelainan bentuk, seperti kaki menjadi bengkok -
- - B. TEKNIK PENGGUNAAN KRUK a.
- - Letakkan kruk pada anak tangga dan mulai untuk memindahkan berat badan -
- - Gerakkan kaki yang sakit kedepan -
- - Pindahkan berat badan pada kruk -
- - Pindahkan berat badan dari kruk ke tungkai yang tidak sakit -
- - Klien diposisi pada tengah depan kursi dengan aspek posterior kaki menyentuh
- - Memberi metode yang aman untuk duduk dan bangun dari kursi -
- - Bila kedua tungkai sakit, kruk ditahan, pegang pada tangan klien yang lebih
- - Langkahkan kruk sebelah kanan ke depan -
- - Langkahkan kruk sebelah kiri ke depan -
- - Kedua kruk dan kaki yang tidak boleh menyangga dimajukan, kemudian
- - Kedua kruk lalu segera dipindahkan ke muka lagi dan pola tadi di ulang lagi f.
- - Kruk sebelah kiri dan kaki kanan maju bersama-sama -
- - Langkahkan kedua kruk bersama-sama -
- -
Kedua kaki diangkat, diayunkan melewati garis yang menghubungkan kedua
- - pada dahi pipi dan dagu. Bandingkan kedua sisi.
- - tumpul secara bergantian.
- - dan tumpul.
- - tabung kecil yang berisi air panas atau dingin dan gunakan
- - dengan sebuah gumpalan kapas kecil di daerah temporal masing-masing kornea.
- - merupakan respons yang normal.
- - ke sisi.
- - Uji untuk lateralisasi (Weber) -
- - IX (glosofaringeus)
C
Penderita demam dengan suhu tubuh lebih dari 37
Memelihara, mengembalikan dan meningkatkan fungsi otot
Mencegah komplikasi, seperti otot mengecil dan kekakuan sendi
Teknik Turun Tangga
Pindahkan berat badan pada kaki yang tidak sakit
pada kruk
h.
Kedua kaki diangkat dan diayunkan maju sampai pada garis yang menghubungkan kedua tangan atau ujung kruk.
Swing To Gait
Kruk sebelah kanan dan kaki kiri maju bersama-sama g.
Gaya Berjalan 2 Titik
menyusul kaki yang sehat
Gaya Berjalan 3 Titik
Langkahkan kaki sebelah kanan kedepan e.
kuat d. Gaya Berjalan 4 Titik Tumpu
Langkahkan kaki sebelah kiri ke depan
sakit
Klien memegang kedua kruk dengan tangan berlawanan dengan tungkai yang
kursi
Teknik Duduk
Luruskan kaki yang tidak sakit pada anak tangga dengan kruk c.
Julurkan tungkai yang tidak sakit antara kruk dari anak tangga
Teknik Naik Tangga
Luruskan kaki yang tidak sakit pada anak tangga dengan kruk b.
Swing through Gait
tangan atau ujung kruk
PENGGUNAAN KURSI RODA A. PENGERTIAN
Kursi roda adalah alat bantu yang digunakan oleh orang yang mengalami kesulitan berjalan menggunakan kaki, baik dikarenakan oleh penyakit, cidera, maupun cacat. Alat ini bisa digerakan dengan didorong oleh pihak lain, digerakan dengan menggunakan tangan, atau dengan menggunakan mesin otomatis.
B. JENIS KURSI RODA 1.
Kursi roda manual. Kursi roda manual adalah kursi roda yang digerakkan dengan tangan pasien, merupakan kursi roda yang biasa digunakan untuk semua kegiatan.
Kursi roda seperti ini tidak dapat digunakan oleh penderita cacat yang mempunyai kecacatan di tangan juga.
2. Kursi roda listrik. Kursi roda listrik merupakan kursi roday ang digerakkan dengan motor listrik biasanya digunakan untuk perjalanan jauh bagi pasien atau bagi pasien dengan cacat ganda sehingga tidak mampu untuk menjalankan sendiri kursi roda, untuk menjalankan kursi roda mereka cukup dengan menggunakan tuas seperti joy stick untuk menjalankan maju, mengubah arah kursi roda belok kiri atau belok kanan dan untum mengerem jalannya kursi roda. Biasanya kursi roda listrik dilengkapi dengan alat untuk mengecas atau mengisi ulang aki atau baterai yang dapat langsung dimasukkan dalam stop kontak di rumah atau bangunan yang dikunjungi.
C. PENGGUNAAN KURSI RODA
Perawat memiliki peran kunci dalam meningkatkan derajat mobilitas pasien melalui pemakaian kursi roda, sementara pada saat yang sama menjamin keamanan pasien. Berikut disajikan prinsip umum yang berkaitan dengan pemakaian kursi roda yang maan (fokusnya pada kursi roda manual tapi prinsip ini juga berlaku bagi kursi roda otomatis) 1.
Kursi rodda hanya digunakan jika kondisinya baik 2. Meletakkan beban di bagian belakang kursi roda manual dapat mengubah keseimbangan dan meningkatkan kemungkinan jatuh.
3. Waspadai bergetarnya lereng kursi (gerakan cepat ke samping dari lereng kursi), yang biasanya terjadi pada kecepatan tinggi (misalnya ketika jalan menurun) dan dapat membuat pasien terlempar dari kursinya.
4. Rem harus selalu dikunci seelum pasien duduk atau bangkit dari kursinya.
5. Hindari cedera dengan mengangkat tumpuan kaki pada kursi roda ke atas sebelum membantu pasien duduk atau bangkit dari kursinya.
6. Selalu arahkan lereng kursi dalam posisi ke depan sebelum mengubah posisi pasien (condong ke depan atau ke samping) dengan menggerakkan kursi roda ke depan dan kemudian membalikkannya dalam satu garis lurus.
7. Pastikan bahwa semua tumpuan lengan atau tungkai yang dapat dilepaskan terpasang dengan benar sebelum digunakan
8. Jangan melakukan penyesuaian atau modifikasi terhadap bantalan atau kursi roda yang telah diberikan.
9. Jauhkan benda atau tangan pasien menyetuh dari jari-jari roda 10.
Beri tahu pasien jangan menggerakkan bokong mereka (meskipun secara parsial) dari kursi untuk menggapai ke depan jika kaki mereka terletak di tumpuan kaki dan jelaskan kepada pasien agar jangan mencoba mengambil benda dari lantai dengan menggapai di antara lutut.
11. Periksa tekanan ban 12.
Ketika memindahkan pasien ke dan dari kursi roda, pasien harus diletakkan sedekat mungkin ke kursi atau tempat tidur tujuan. Arahkan lereng kursi sama dengan arah tempat duduk atau tempat tidur. Lepaskan atau lipat tumpuan lengan di sisi pemindahan dan posisikan tungkai sesuai arah kursi roda.
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERSYARAFAN
A. DASAR TEORI Sistem ini terdiri dari jaringan saraf yang berada dibagian luar otak dan medulla spinalis.Sistem ini juga mencakup saraf kranial yang berasal dari otak, saraf spinal, yang berasal dari medulla spinalis dan ganglia serta reseptor sensorik yang berhubungan. Merupakan bagian dari sistem saraf sadar. Dari 12 pasang saraf, 3 pasang memiliki jenis sensori (saraf I, II, VIII), 5 pasang jenis motorik (saraf III, IV, VI, XI, XII) dan 4 pasang jenis gabungan (saraf V, VII, IX, X). Pasangan saraf-saraf ini diberi nomor sesuai urutan dari depan hingga belakang, Saraf-saraf ini terhubung utamanya dengan struktur yang ada di kepala dan leher manusia seperti mata, hidung, telinga, mulut dan lidah. Sistem saraf Kranial terdiri dari : 1.
Nervus Olfaktori (N. I): Fungsi: saraf sensorik, untuk penciuman 2. Nervus Optikus (N. II)
Fungsi: saraf sensorik, untuk penglihatan 3. Nervus Okulomotoris (N. III)
Fungsi: saraf motorik, untuk mengangkat kelopak mata keatas, kontriksi pupil, dan sebagian gerakan ekstraokuler
4. Nervus Trochlearis (N. IV) Fungsi: saraf motorik, gerakan mata kebawah dan kedalam 5. Nervus Trigeminus (N. V)
Fungsi: saraf motorik, gerakan mengunya, sensai wajah, lidah dan gigi, refleks kornea dan refleks kedip
6. Nervus Abdusen (N. VI) Fungsi: saraf motorik, deviasi mata ke lateral 7. Nervus Fasialis (N. VII)
Fungsi: saraf motorik, untuk ekspresi wajah 8. Nervus Verstibulocochlearis (N. VIII)
Fungsi: saraf sensorik, untuk pendengran dan keseimbangan 9. Nervus Glosofaringeus (N. IX)
Fungsi: saraf sensorik dan motorik, untuk sensasi rasa 10.
Fungsi: saraf sensorik dan motorik, refleks muntah dan menelan 11. Nervus Asesoris (N. XI)
Fungsi: saraf motorik, untuk menggerakan bahu 12. Nervus Hipoglosus 13. Fungsi: saraf motorik, untuk gerakan lidah B.
PERSIAPAN ALAT 1.
Kopi, teh Gula, garam, asam 2. Snelen chart 3. Kapas 4. Penligt 5. Garpu tala 6. Jam C.
LANGKAH KERJA
Dilakukan No. Aspek yang dinilai Ya Tidak Pre Interaksi
1 Cek catatan medik
2 Cuci tangan dan siapkan alat dan bahan
Orientasi
3 Ucapkan salam
4 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
5 Menjaga privacy Tanyakan keluhan utama dan beri kesempatan pasien untuk
6 bertanya
7 Dekatkan alat
8 Cuci tangan dan pakai sarung tangan
Kerja
9 Atur posisi pasien berbaring duduk Memulai pemeriksaan sistem syaraf: I (olfaktorius)
10 Sensasi terhadap bau-bauan Pemeriksaan : Dengan mata tertutup, pasien diperintahkan mengidentifikasi bau yang sudah dikenal (kopi, teh) masing-masing lubang hidung diuji secara terpisah
II (optikus) Ketajaman penglihatan
11 Pemeriksaan : Pemeriksaan dengan snelen chart, lapang pandang, pemeriksaan oftalmoskopi
III (okulomotorius)
IV(troklear)
VI (abdusen)
12 Pemeriksaan : Kaji rotasi ocular, mengkonjungsikan gerakan nistagmus kaji refleks pupil V (trigeminal) Sensasi pada wajah, reflek kornea, mengunyah Pemeriksaan :
Anjurkan pasien menutup kedua mata. Sentuhkan kapas
Lakukan pengujian dengan benda benda benda tajam dan
Catat masing masing gerakan dari tusukan benda tajam
13 Jika responnya tidak sesuai uji sensasi suhu dengan
saling bergantian
Pada saat pasien melihat ke atas, lakukan sentuhan ringan
Bila terjadi kedipan mata keluarnya air mata adalah
Pegang daerah rahang pasien dan rasakan gerakan dari sisi
VII (fasial) Gerakan otot wajah, ekspresi wajah sekresi air mata dan ludah, Rasa kecap dua pertiga anterior lidah Pemeriksaan : Observasi simetrisitas gerakan wajah saat tersenyum, bersiul,
14 mengangkat alismengerutkan dahi saat menutup mata rapat- rapat (juga saat membuka mata) observasi apakah wajah mengalami paralisis flaksid (lipatan dangkal nasolabial) Pasien mengeksensikan lidah kemampuan lidah membedakan rasa gula dan garam/asam.
VIII (vestibulokoklear) Keseimbangan dan pendengaran Pemeriksaan:
15 Uji bisikan suara dan bunyi detak jam
Uji untuk konduksi udara dan tulang (Rinne)
16
Pemeriksaan : Kaji kemampuan pasien untuk membedakan rasa gula dan garam pada sepertiga bagian posterior lidah X (vagus) Kontraksi taring, Gerakan simetris dari pita suara, Gerakan simetris palatum mole , Gerakan dan sekresi visera torakal dan
17 abdominal Pemeriksaan : Tekan spatel lidah pada lidah posterior atau menstimulasi faring posterior untuk menimbulkan reflex menelan
XI (aksesorius spinal) Gerakan otot sternokleidomastoid dan trapezius Pemeriksaan : Palpasi dan catat kekuatan otot trapazius pada saat pasien mengangkat bahu sambil dilakukan penekanan palpasi dan sternokleidomastoidpasien saat memutar kepala sambil dilakukan penahanan dengan tangan penguji ke arah berlawanan
XII (hipoglosus) Gerakan lidah Pemeriksaan :
18 Bila pasien menjulurkan lidah keluar, terdapat deviasi atau tremor, kekuatan lidah dikaji dengan cara pasien menjulirkan lidah dan menggerakan ke kiri/kanan sambil diberi tahanan
19 Rapikan pasien
20 Bereskan alat-alat
Evaluasi
21 Evaluasi tindakan
22 Kontrak waktu untuk pertemuan selajutnya
23 Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
24 Dokumentasikan tindakan Jumlah:
PERAWATAN LUKA BAKAR A. PENGERTIAN
Suatu tindakan perawatan pada luka bakar yang bertujuan untuk mencegah infeksi pada luka dan mempercepat penyembuhan luka
B. ALAT YANG DIBUTUHKAN 1.
1 set balutan steril (2 piset anatomis, 2 pinset cirurgis, 2 kom, gunting jaringan) 2. Kassa steril 3. Sarung tangan steril 4. NaCl 0,9% 5. Spuit 3cc 6. Korentang 7. Bengkok 8. Plester 9. Gunting plester 10.
Verban gulung 11. Obat luka/salep sesuai indikasi C.
LANGKAH KERJA No. Aspek Yang Dinilai Dilakukan Ya Tidak Pre Interaksi
1 Cek catatan medik
2 Cuci tangan dan siapkan alat dan bahan
Orientasi
3 Ucapkan salam
4 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
5 Menjaga privacy
6 Tanyakan keluhan utama dan beri kesempatan klien untuk bertanya
7 Dekatkan alat
8 Cuci tangan
Kerja
9 Memasang perlak
10 Membuka set balutan dengan prinsip steril dan menyiapkan cairan yang dibutuhkan
11 Memakai sarung tangan steril
12 Membuka balutan dengan perlahan-lahan
13 Membersihkan luka dengan menggunakan kassa lembab, bila terdapat bulae keluarkan cairan didalam bulae dengan menggunakan spuit 3 cc
14 Membersihkan kembali luka dengan kassa lembab
15 Memberikan obat topical/salep sesuai indikasi
16 Menutup luka dengan kassa steril lalu dibalut perban dan diplester
17 Merapikan alat-alat
18 Melepas sarung tangan
19 Mencuci tangan
Evaluasi
20 Evaluasi tindakan
21 Kontrak waktu untuk pertemuan selajutnya
22 Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
23 Dokumentasikan tindakan Jumlah:
PENGANGKATAN JAHITAN LUKA
A. PENGERTIANPengangkatan jahitan adalah tindakan untuk mengangkat atau membuka jahitan pada luka yang dijahit untuk mencegah timbulnya infeksi silang dan mempercepat proses penyembuhan luka.
B. ALAT YANG DIBUTUHKAN 1.
Sarung tangan steril 2. Masker 3. Barak skort 4. Perlak 5. 1 set balutan steril (2 kom, 2 pinset anatomis, 2 pinset cirurgis) 6. Kassa steril 7. Bengkok berisi cairan desinfektan 8. Larutan NaCl 0,9% 9. Korentang 10.
Plester C.
LANGKAH KERJA
NO ASPEK YANG DINILAI ya tidak
Pre Interaksi
1 Cek catatan medik
2 Cuci tangan dan siapkan alat dan bahan
Orientasi
3 Ucapkan salam
4 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
5 Menjaga privacy
6 Tanyakan keluhan utama dan beri kesempatan klien untuk bertanya
7 Dekatkan alat
8 Cuci tangan
Kerja
9 Memasang pengalas dibawah area luka
10 Membuka set balutan dengan memperhatikan teknik aseptic
11 Pakai sarung tangan steril
12 Membuka balutan dengan pinset
13 Mengobservasi kondisi luka (drainase, integritas jahitan, tanda-tanda infeksi)
14 Membuang balutan kotor ke bengkok
15 Membersihkan luka dengan kassa lembab, gunakan satu kassa untuk sekali usapan lalu keringkan dengan kassa kering
16 Mengangkat jahitan secara perlahan
17 Membersihkan luka dengan kassa lembab, gunakan satu kassa untuk sekali usapan
18 Keringkan luka menggunakan kassa kering
19 Tutup luka dengan kassa steril dan plester
20 Bereskan alat-alat
21 Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
Evaluasi
22 Evaluasi tindakan
23 Kontrak waktu untuk pertemuan selajutnya
24 Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
25 Dokumentasikan tindakan Jumlah:
MONITORING POST OPERASI A. PENGERTIAN
Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre dan intra operatif yang dimulai saat klien diterima di ruang pemulihan / pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya yang bertujuan agar keadaan pasien pulih kembali seperti semula.
B. ALAT YANG DIBUTUHKAN 1.
Stetoskop 2. Spigmomanometer 3. Termometer 4. Sarung tangan 5. Bengkok C.
LANGKAH KERJA NO ASPEK YANG DINILAI ya tidak Pre Interaksi
1 Cek catatan medik
2 Cuci tangan dan siapkan alat dan bahan
Orientasi
3 Ucapkan salam
4 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
5 Menjaga privacy
6 Tanyakan keluhan utama dan beri kesempatan klien untuk bertanya
7 Dekatkan alat
8 Cuci tangan
Kerja
9 Memakai sarung tangan
10 Monitoring tanda-tanda vital klien setiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam selanjutnya
11 Mengkaji status neurologis, pernapasan, dan kardiovaskuler klien
12 Mengkaji kenyamanan klien: respon nyeri, mual, dan muntah
13 Memastikan bed plang klien terpasang
14 Memastikan peralatan (infus, oksigen, drainase) klien berfungsi dengan baik
Evaluasi
14 Evaluasi tindakan
15 Kontrak waktu untuk pertemuan selajutnya
16 Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
17 Dokumentasikan tindakan Jumlah:
IRIGASI MATA A. PENGERTIAN
Irigasi mata adalah suatu cara untuk membersihkan dan atau mengeluarkan benda asing dari mata. Irigasi mata diberikan untuk mengaluarkan sekret atau kotoran dan benda asing dan zat kimia dari mata. Larutan garam fisiologi biasa dipergunakan karena merupakan larutan isotonik yang tidak merubah komposisi elektrolit yang diperlukan mata.
B. ALAT YANG DIBUTUHKAN 1.
Cairan irigasi (NaCl) 2. Irigator 3. Perlak 4. Sarung tangan steril 5. Kassa steril 6. Kapas steril 7. Bengkok 8. Handuk/laken untuk menutupi pakaian pasien C.
LANGKAH KERJA No. Aspek Yang Dinilai Dilakukan Ya Tidak Pre Interaksi
1 Cek catatan medik
2 Cuci tangan dan siapkan alat dan bahan
Orientasi
3 Ucapkan salam
4 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
5 Menjaga privacy
6 Tanyakan keluhan utama dan beri kesempatan klien untuk bertanya
7 Dekatkan alat
8 Cuci tangan
Kerja
9 Atur posisi pasien duduk atau berbaring, mirik ke arah mata yang sakit
10 Tutup pakaian pasien dengan handuk, pasang perlak dibawah kepala pasien
11 Pasang bengkok dibawah mata yang sakit
12 Pakai sarung tangan steril
13 Bersihkan kelopak mata dengan kapas yang telah dibasahi cairan irigasi
14 Dengan perlahan, retraksi kelopak mata dengan telunjuk dan ibu jari tangan non dominan
15 Mulai alirkan irigan melalui irigator, pegang bagian distal irigator dengan tangan dominan, umumnya 2,5 cm diatas mata.
Aliran harus mengalr dengan kecepatan sesuai kenyamanan pasien
16 Bila sudah selesai bersihkan sekitar mata dengan cara mengusapdari arah dalam keluar
17 Tutup mata dengan kassa dan plester bila diperlukan
18 Melepas sarung tangan
19 Mencuci tangan
Evaluasi
20 Evaluasi tindakan
21 Kontrak waktu untuk pertemuan selajutnya
22 Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
23 Dokumentasikan tindakan Jumlah:
TINDAKAN PRE OPERASI
A. PENGERTIANTindakan pre operasi adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat di kamar operasi sebelum operasi dimulai yang bertujuan untuk memudahkan pelaksanaan operasi.
B. ALAT YANG DIBUTUHKAN 1.
LANGKAH KERJA No. Aspek Yang Dinilai Dilakukan Ya Tidak Pre Interaksi
8 Cuci tangan
13 Periksa apakah pasien mempunyai alergi obat atau tidak
12 Memeriksa area pemasangan infus, kateter, dan NGT
11 Mengecek TTV pasien
10 Memeriksa dan melepaskan gigi palsu, perhiasan, kontak lensa, dan menghapus kosmetik di wajah
9 Perawat mengecek identitas pasien, kelengkapan status rekam medik, administrasi, hasil pemeriksaan diagnostik
Kerja
7 Dekatkan alat
1 Cek catatan medik
Stetoskop 2. Spigmomanometer 3. Sarung tangan 4. Jam tangan C.
5 Menjaga privacy
4 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
3 Ucapkan salam
Orientasi
2 Cuci tangan dan siapkan alat dan bahan
6 Tanyakan keluhan utama dan beri kesempatan klien untuk bertanya
14 Pastikan pasien dalam keadaan puasa
15 Periksa persiapan fisik dan mental pasien, kurangi kecemasan pasien
16 Memberikan penjelasan ke pasien tahap-tahap anestesi dan fasilitas yang ada di kamar operasi
Evaluasi
17 Evaluasi tindakan
18 Kontrak waktu untuk pertemuan selajutnya
19 Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
20 Dokumentasikan tindakan Jumlah: