DISKUSI. Desain Kota Layak Anak di DKI

https://www.hrcindonesia.org/catatan-diskusi-dengan-bpk-oswar-mungkas-cj2k
Desain Kota Layak Anak di DKI Jakarta
Rabu, 06/12/2017 14:00 WIB
Indikator keberhasilan sebuah kota bukan hanya seberapa maju perekonomian
dan pembangunan fisiknya, melainkan juga seberapa mampu kota tersebut
menjamin kualitas masa depan anak-anak yang tumbuh di dalamnya. Kota Layak
Anak (KLA) adalah kota yang memperhatikan kebutuhan dasar anak sebagai
pendekatan untuk merancang kota, karena kota yang layak bagi anak-anak
berarti layak pula untuk semua orang. Penyelenggaraan diskusi ini bertujuan
untuk memberikan pemahaman yang menyeluruh tentang konsep KLA dan
pengembangannya di DKI Jakarta.

Catatan Diskusi dengan Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP.
Profil Pembicara
Dr. Ir. Oswar Muadzin Mungkasa, MURP adalah Deputi Gubernur DKI Jakarta
Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup sejak tahun 2015. Ia menempuh
pendidikan Sarjana pada tahun 1988 di Institut Teknologi Bandung dengan
jurusan Teknik Planologi. Master of Urban and Regional Planning di University of
Pittsburgh, Amerika Serikat, menjadi pilihannya untuk melanjutkan studi Magister
pada tahun 1998. Pada tahun 2006, ia melanjutkan studi Doktor di Universitas
Indonesia dengan jurusan Ekonomi Publik. Ia juga aktif dalam mengikuti kegiatan

pelatihan, seminar dan konferensi serta menulis karya ilmiah, buku, dan artikel.
Materi Inti
Grand Design Jakarta Menuju Kota Layak Anak 2018-2022, disampaikan
oleh Dr. Ir. Oswar Muadzin Mungkasa, MURP
Rabu, 06/12/2017 14:00 WIB
Catatan Diskusi dengan Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP.

Kabupaten/Kota Layak Anak terdiri dari:



Sistem pembangunan berbasis hak anak.



Komitmen, berupa kebijakan atau regulasi dari pemerintah.



Sumber daya, berupa upaya dalam penyediaan infrastruktur pendukung

kabupaten/kota ramah anak.



Bersifat menyeluruh dan keberlanjutan, berupa pelibatan seluruh lapisan
masyarakat dan pemangku kepentingan terkait, serta memiliki lingkup
yang menyeluruh.



Menjamin pemenuhan hak dan perlindungan khusus anak.

Dalam melakukan penilaian terhadap penerapan konsep ramah anak di suatu
wilayah, perlu ditentukan terlebih dahulu tentang sudut pandang aspek apa yang
digunakan dalam penilaian, misalnya dinilai dari aspek perencanaan kota.

Konsep layak anak mencakup semua tingkat lingkungan. Tingkat yang paling
tinggi adalah Dunia Layak Anak. Dalam rangka mewujudkan Dunia Layak Anak,
Indonesia sebagai bagian dunia memiliki target Indonesia Layak Anak (IDOLA).
Untuk itu, tingkat lingkungan di dalamnya juga perlu menerapkan konsep layak

anak, meliputi Provinsi Layak Anak (PROVILA), Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA),
Kecamatan Layak Anak (KELANA), Desa/Kelurahan Layak Anak (DEKELA), RW, RT,
hingga lingkungan terkecil berupa keluarga. Di lingkungan pemerintahan,
pengembangan konsep layak anak di Indonesia menjadi tanggung jawab yang
tersebar di 24 kementerian/lembaga dan 117 Eselon II.

Indikator KLA merupakan variabel yang membantu dalam evaluasi, mengukur
dan memberikan nilai terhadap pemerintah daerah dalam mengupayakan
terpenuhinya hak anak untuk mewujudkan Kabupaten/Kota Layak Anak. Indikator
KLA terdiri dari Kelembagaan, Hak Sipil dan Kebebasan (Klaster 1), Lingkungan
Keluarga dan Pengasuhan Alternatif (Klaster 2), Kesehatan Dasar dan
Kesejahteraan (Klaster 3), Pendidikan, Pemanfaatan Waktu Luang dan Kegiatan
Budaya (Klaster 4), dan Perlindungan Khusus (Klaster 5). Kelima klaster tersebut
kemudian dirincikan dalam 24 indikator.

Sementara itu, komponen indikator KLA terdiri dari:


Peraturan perundang-undangan daerah;




Anggaran;



Upaya yang dilakukan;



SDM terlatih;



Peran serta forum anak/remaja;



Peran serta mitra OPD lainnya, masyarakat, dunia usaha, dan media
massa; dan




Inovasi (konsep, model, dan teknologi).

Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) merupakan salah satu fasilitas yang
harus tersedia dalam pengembangan KLA. Fasilitas RPTRA memenuhi 18
indikator dari 24 indikator KLA. Target ketersediaan RPTRA di DKI Jakarta adalah
minimal 1.000 RPTRA. Meskipun demikian, idealnya DKI Jakarta memiliki 4.000
RPTRA jika berdasarkan jumlah penduduk yang dilayani.
Saat ini, RPTRA yang sudah ada memiliki kualitas yang berbeda-beda karena
belum adanya pedoman teknis yang mengatur tentang penyediaan RPTRA.
Harapannya, terdapat grand design RPTRA yang dijadikan acuan supaya semua
RPTRA memiliki kualitas dan fasilitas minimal yang sama. Adanya standar
minimal RPTRA juga akan lebih memudahkan pemantauan terhadap
ketercapaian pengembangan KLA.
Provinsi DKI Jakarta sudah menerima beberapa penghargaan terkait dengan
capaian KLA. Penghargaan Menuju Kota Layak Anak tingkat Pratama sudah
diperoleh oleh Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan
Jakarta Timur. Provinsi DKI Jakarta memperoleh penghargaan Pembina Kota

Layak Anak untuk tingkat Provinsi. Penghargaan Sekolah Ramah Anak diperoleh
oleh SMAN 30 Jakarta Selatan.
Provinsi DKI Jakarta juga memperoleh penghargaan Cakupan Akta Kelahiran
tingkat Madya. Akta kelahiran merupakan salah satu hak anak yang wajib untuk
dipenuhi sehingga Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berupaya mempercepat
proses penerbitannya. Dalam waktu maksimal 3 hari, akta kelahiran sudah
diterima oleh warga.
Penghargaan Puskesmas Ramah Anak diperoleh oleh Kelurahan Petojo Selatan.
Akan tetapi, indikator penilaian yang terpenuhi di Puskesmas Ramah Anak masih
terkait aspek fisik, seperti penyediaan fasilitas bermain anak di puskesmas.
Padahal, konsep layak anak di puskesmas lebih kepada dokter-dokter yang
memahami hak-hak anak.

Beberapa kendala pencapaian KLA di Provinsi DKI Jakarta terkait dengan
koordinasi, perencanaan, dan inisiatif. Untuk mengatasi kendala tersebut,
disusunlah Grand Design Jakarta Menuju Kota Layak Anak 2018–2022.

Studi Kasus Pencapaian KLA di Jakarta Utara
Jakarta Utara merupakan wilayah dengan pelaksanaan program KLA yang paling
maju dibandingkan wilayah lainnya di Provinsi DKI Jakarta. Pencapaian KLA di

Jakarta Utara merupakan upaya kolaborasi antara Pemerintah Kota Administratif
Jakarta Utara dengan Yayasan Sayangi Tunas Cilik (YSTC).
Beberapa program yang dilaksanakan di Jakarta Utara adalah:


Peningkatan mutu layanan pendidikan dasar, antara lain melalui
pengembangan sekolah model literasi, Festival Literasi, dan peluncuran
Pos Baca Awards.



Replikasi Pos Baca di 14 RPTRA Jakarta Utara; dan



Program pengurangan risiko bencana di sekolah.

Saat ini, Jakarta Utara belum mempunyai kerangka besar program terkait dengan
pengembangan KLA. Hal tersebut membuat pelaksanaan pengembangan KLA
terjadi secara sporadis pada masing-masing SKPD, karena kegiatan masih

terfokus pada masing-masing aspek.



Proses Penyusunan Grand Design Jakarta Menuju KLA 2018 - 2022

Grand Design Jakarta Menuju KLA 2018-2022 menggunakan pendekatan
kolaboratif yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan terkait, meliputi
unsur Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, organisasi non pemerintah, kelompok
anak/remaja, media massa dan dunia usaha. Pendekatan kolaboratif
diumpamakan seperti semua peserta dalam pertemuan pembahasan rencana
kerja melepas baju SKPD masing-masing, sehingga rencana kerja dapat disusun
berdasarkan isu-isu yang terjadi. Baru setelah rencana kerja tersusun,
pembagian tanggung jawab didasarkan pada TUPOKSI masing-masing SKPD.
Dalam forum KLA, para pemangku kepentingan dikelompokkan berdasarkan
klaster yang sesuai dengan fokus keahlian masing-masing.

Kegiatan-kegiatan kolaboratif dalam pelaksanaan program KLA terdiri dari:




Kegiatan Seminar dan Lokakarya (Semiloka) yang bertujuan untuk
pemetaan awal pelaksanaan program KLA.



Kegiatan FGD khusus dengan Forum Anak Jakarta yang bertujuan untuk
mendapatkan masukan dari sudut pandang anak-anak terhadap
pengembangan kawasan dan fasilitas yang dibutuhkan anak-anak.



Kegiatan Lokakarya II yang bertujuan untuk mengkonfirmasi usulan-usulan
yang masuk dan memastikan usulan tersebut dapat dilaksanakan oleh
pemangku kepentingan yang bertanggung jawab.

Semua usulan yang muncul pada saat lokakarya disusun dalam bentuk matriks
berdasarkan klaster/indikator. Pada matriks tersebut akan terlihat informasi
ukuran, tingkat pelaksanaan (RW, Kelurahan, Kecamatan, Kota, Provinsi),
penanggung jawab kegiatan, lembaga mitra, peran, dan tahun target.


Grand Design Jakarta Menuju KLA 2018-2022

Visi DKI Jakarta menuju KLA adalah “DKI Jakarta sebagai Center of Excellence
Kota Layak Anak”. Visi tersebut juga dimaksudkan sebagai branding agar wilayah
lain mencari pembelajaran KLA dari DKI Jakarta. Sementara itu, misi Jakarta
menuju Kota Layak Anak digolongkan pada setiap klaster berdasarkan
kesesuaian misi dengan topik klaster/indikator KLA.

Strategi Jakarta menuju Kota Layak Anak meliputi branding, kampiun, knowledge
management, inovasi, dan internalisasi. Knowledge management merupakan
proses mencari, menganalisis informasi, dan mendistribusikan dokumentasi
pengetahuan dan informasi agar setiap orang dapat belajar dan memahami data
pengetahuan yang ada.

Forum Kota Layak Anak menyepakati bahwa setiap tingkatan wilayah (RW,
Kelurahan, Kecamatan, Kota/Kabupaten, dan Provinsi) memiliki jumlah indikator
layak anak yang berbeda-beda. RW Layak Anak memiliki 11 indikator, Kelurahan
Layak Anak memiliki 14 indikator, Kecamatan Layak Anak memiliki 19 indikator,
Kabupaten/Kota Layak Anak memiliki 22 indikator, sementara Provinsi Layak

Anak memiliki 24 indikator.
Dalam road map Jakarta menuju Kota Layak Anak 2018-2022 di bawah ini,
terlihat bagaimana tahapan dalam pencapaian Provinsi DKI Jakarta Layak Anak
yang dimulai dari tingkat RW.

Muatan rencana aksi DKI Jakarta dalam pengembangan KLA terdiri dari:


Klaster dan indikator masing-masing klaster;



Ukuran/target pencapaian masing-masing indikator dalam pemenuhan hak
dan perlindungan anak;



Pelaksanaan masing-masing indikator di tingkatan pemerintahan mulai
dari tingkat RW hingga tingkat provinsi;



Penanggung jawab pencapaian indikator;



Lembaga mitra dari penanggung jawab;



Peranan masing-masing penanggung jawab dan lembaga mitra dalam
pencapaian masing-masing indikator; dan



Tahun yang ditargetkan untuk mencapai masing-masing indikator.

Tabel matriks klaster IV di bawah ini merupakan salah satu contoh penyusunan
rencana aksi pengembangan KLA di Jakarta.

Beberapa usulan kegiatan di atas terkait dengan pengembangan KLA dari sudut
pandang anak-anak yang disampaikan oleh Forum Anak Jakarta.

Sesi Diskusi

Pengembangan Kota Layak Anak (KLA) penting untuk diterapkan pada setiap
wilayah di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sekitar 30% penduduk Indonesia
merupakan anak-anak, yang kelak akan menjadi 70% penduduk dewasa (orang
tua). Sudah seharusnya hak anak-anak dapat terpenuhi melalui pengembangan
kawasan tempat tinggalnya. Dapat dibayangkan apabila tidak terdapat Ruang
Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA), anak-anak akan mengalami rasa jenuh
karena tidak adanya ruang bermain dan bersosialiasi. Tidak terpenuhinya hak
anak, nantinya akan berdampak pada psikologis anak setelah menjadi orang tua
yang dapat menjadikannya orang tua tidak layak anak. Oleh sebab itu, jika 20
tahun ke depan menginginkan terciptanya orang tua yang layak anak, maka hakhak anak saat ini harus dipenuhi dengan baik, salah satunya melalui penerapan
konsep KLA.

Salah satu kota di Indonesia yang mengembangkan konsep KLA adalah Jakarta.
Bentuk komitmen DKI Jakarta dalam mengimplementasikan KLA adalah melalui
penyusunan Grand Design Jakarta Menuju Kota Layak Anak 2018-2022, dengan
visi “DKI Jakarta sebagai Center of Excellence Kota Layak Anak”. Dalam
mengimplementasikan KLA, dibutuhkan komitmen dari pemerintah daerah dan
pemangku kepentingan terkait. Adanya pemimpin yang memahami konsep KLA
dengan baik, dapat memudahkan dalam kegiatan implementasi. Jika pemimpin
belum paham, dapat dilakukan kegiatan forum sosialisasi agar semua pihak
memahami konsep KLA dan bersama-sama berkomitmen dalam
implementasinya.

Terkait dengan pembiayaan, di DKI Jakarta, pembangunan kawasan dan
infrastrukur seringkali melibatkan pihak swasta. Hal tersebut dapat dilakukan
melalui kerja sama program Corporate Social Responsibility (CSR). Selain itu,
kontribusi pihak swasta dalam pembangunan infrastruktur juga terdapat dalam
regulasi atau peraturan, misalnya keharusan menyediakan Ruang Terbuka Hijau
(RTH) saat melakukan pembangunan gedung. Cara lainnya yaitu dengan
menciptakan kisah sukses. Jika terdapat satu kegiatan atau program yang
sukses, hal tersebut dapat menarik para investor.

Pengembangan KLA yang dilihat dari konteks perencanaan kota dapat merujuk
pada dokumen perencanaan, seperti Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Dari dokumen tersebut dapat terlihat apakah
rencana tata ruang suatu wilayah sudah atau belum mendukung pengembangan
konsep KLA. Untuk lebih detail, sebaiknya terdapat regulasi khusus dalam
pengembangan KLA, seperti misalnya panduan atau pedoman penataan
bangunan dan lain sebagainya, yang mendukung KLA.

Saat ini, DKI Jakarta tidak memiliki data tentang seberapa layak DKI Jakarta
sebagai KLA. Selain RPTRA yang menjadi salah satu fasilitas KLA, juga terdapat
fasilitas non-RPTRA, seperti puskesmas layak anak, penyediaan ruang laktasi di
perkantoran, dan lain sebagainya. Beberapa gedung perkantoran di DKI Jakarta
sudah menyiapkan ruang anak dan ruang laktasi, tetapi tidak semuanya gratis
untuk penggunaannya. Belum terdapat regulasi yang mengatur penyediaan
ruang laktasi dan ruang anak di gedung perkantoran, saat ini penyediaannya
masih bergantung pada permintaan pasar.

Dalam penyediaan RPTRA, satu RPTRA melayani 2.500 penduduk sehingga
idealnya DKI Jakarta membutuhkan sekitar 4.000 buah RPTRA. Saat ini, DKI
Jakarta menargetkan terdapat minimal 1.000 buah RPTRA. Penyediaan RPTRA
harus memenuhi indikator-indikator RPTRA yang layak. Penyelenggaraan RTPRA
pun perlu direncanakan dengan baik melalui proses lokakarya.
Perpustakaan merupakan salah satu fasilitas yang wajib ada di RPTRA. Adapun
fasilitas lainnya yang mendukung kelengkapan RPTRA antara lain pusat layanan
kesehatan dan tempat parkir mobil ambulans. Untuk daerah dengan kepadatan
tinggi, apabila tidak semua indikator RPTRA dapat terpenuhi karena keterbatasan
lahan, hal tersebut dapat didukung dengan adanya sarana prasarana yang sudah
ada, seperti sekolah, lapangan, puskesmas, dan lain sebagainya.