Hukum Ekonomi Islam (1) subjek hukum ekonomi

A.

HUKUM EKONOMI ISLAM DALAM AGAMA ISLAM

Indikator lain tentang kepedulian Islam terhadap persoalan ekonomi dan
keuangan, ialah kenyataan yang menunjukkan bahwa di dalam al-Qur’an, yang menjadi
sumber utama dan pertama hukum Islam, terdapat sejumlah ayat yang mengatur
persoalan-persoalan hukum ekonomi dan keuangan (ayat al-iqtishadiyyah wa-almaliyyah ). Menurut kesimupulan Abdul Wahhab Khallaf, paling sedikit ada 10 ayat
hukum dalam al-Qur’an yang berisikan norma-norma dasar hukum ekonomi dan
keuangan.
Berbeda dengan Khallaf, yang melihat ayat-ayat ekonomi semata-mata dari
aspek hukumnya, Mahmud Syauqi al-Fanjari dalam konteks yang agak luas
memprakirakan ayat-ayat ekonomi dan keuangan dalam al-Qur’an berjumlah 21 ayat
yang secara langsung terkait erat dengan soal-soal ekonomi. Berlainan dengan Khallaf
yang sama sekali tidak menunjukkan ayat-ayat mana saja yang ia maksud dengan 10
ayat al-iqtishadiyyah wa-al-maliyyah di atas, al-Fanjari secara eksplisit menyebutkan
satu demi satu ke-21 ayat ekonomi yang dimaksudkannya, yaitu: al-Baqarah (2): 188,
275 dan 279; An-Nisa (4): 5 dan 32; Hud (11): 61 dan 116; Al-Isra’ (17): 27; An-Nur (24):
33; Al-Jatsiyah (45): 13; Adz-Dzariyat (51): 19; An-Najm (53): 31; Al-Hadid (57): 7; AlHasyr (59): 7; Al-Jumu`ah (62): 10; Al-Ma`arij (70): 24 dan 25; Al-Ma`un (107): 1-3.
Senafas dengan al-Qur’an, al-Hadits yang menjadi sumber hukum Islam penting
kedua setelah al-Qur’an, juga membincang persoalan ekonomi dan keuangan. Di dalam

buku-buku hadis yang ada, terutama buku-buku hadis hukum, selalu ditemukan kitab
atau bab yang secara khusus membahas persoalan-persoalan ekonomi dan keuangan.
Sebagai ilustrasi, perhatikan salah satu kitab hadis hukum yang paling masyhur dan
dikenal luas oleh para akademisi di seluruh dunia Islam dan bahkan perguruanperguruan tinggi non Islam yang mempelajari hukum Islam.
Kitab hadis yang dimaksudkan adalah Bulughul Maram min Adillatil Ahkam
(Kematangan yang Diidamkan Tentang Dalil-Dalil Hukum), karya Al-Hafizh Ibnu Hajar
Al-Asqalani (733 – 852 H). Dalam kitab Bulugh al-Maram, yang telah diterjemahkan ke
dalam beberapa bahasa (di antaranya Inggris dan Indonesia) dan telah disyarah
(dikomentari) oleh sejumlah pensyarah, ini terdapat kitabul-buyu` (kitab perdagangan)
yang memuat 192 hadis hukum tentang ihwal ekonomi dan bisnis yang dikemas ke
dalam beberapa bab. Selengkapnya adalah sebagai berikut:
1. Bab as-syuruth al-buyu` wa-ma nuhiya `anhu (bab tentang syarat-syarat jual-beli
dan hal-hal yang terlarang dari padanya),
2. Bab al-khiyar (bab tentang hak memilih pelaku akad untuk meneruskan atau
membatalkan akadnya),
3. Bab ar-riba (bab tentang riba),

4. Bab ar-rukhshah fil-`araya wa-bai`il-ushuli watstsimar (kelonggaran tentang
berbagai pinjaman dan jual-beli pepohonan dan buah-buahnya),
5. Bab as-salam wal-qardhi war-rahni (bab tentang jual-beli salam, pinjammeminjam dan gadai),

6. Bab at-taflis wa-al-hajr (bab tentang pailit dan penahanan harta seseorang),
7. Bab as-shuluh (bab tentang perdamaian),
8. Bab al-hawalah wad-dhaman (bab tentang pemindahan hutang dan
tanggungan/jaminan pembayaran hutang),
9. Bab as-syirkah wal-wakalah (bab tentang Persekutuan dan perwakilan),
10. Bab al-iqrar (bab tentang – pernyataan – pengakuan),
11. Bab al-`ariyah (bab tentang pinjaman),
12. Bab al-ghashb (bab tentang mengganggu hak orang lain),
13. Bab as-syuf`ah (bab tentang hak pilihan untuk membeli harta yang dimiliki
secara bersekutu),
14. Bab al-qiradh (bab tentang peminjaman modal kepada orang lain dengan motif
bagi untung antara pemilik modal dan yang menggunakan modal),
15. Bab al-masaqah wal-ijarah (bab tentang pemeliharaan kebun dan upah atau
gaji),
16. tanah tidak bertuan),
17. Bab al-waqf (bab tentang wakaf),
18. Bab al-hibah, wa-al-`umra, wa-ar-ruqba (bab tentang hibah, umra dan penjaga
upahan),
19. Bab al-luqathah bab tentang luqatah),
20. Bab al-fara’idh (bab tentang kewarisan),

21. Bab al-washaya (bab tentang wasiat),
22. Bab al-wadi`ah (bab tentang penitipan),
Di bawah sistem ekonomi Islam, penumpukan kekayaan oleh sekelompok orang
dihindarkan dan langkah-langkah dilakukan secara otomatis untuk memindahkan aliran
kekayaan kepada anggota masyarakat yang belum bernasib baik. Sistem ekonomi

Islam merupakan sistem yang adil dan seksama serta berupaya menjamin kekayaan
tidak terkumpul hanya kepada satu kalumpok saja, tetapi tersebar ke seluruh
masyarakat. Ciri-ciri penting sistem ekonomi Islam tersebut digambarkan dalam ayat AlQur’an Surah Al-Hasyr: 7: “Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara golongan
kaya saja di kalangan kamu“.

B. Eksistensi Hukum Ekonomi Islam di Indonesia dan berbagai Negara
(5Negara)
1. Indonesia

Secara konseptual, prinsip Syariah diyakini ideal sebagai cara berpikir yang
bersifat komprehensif dan universal . Hal ini terlihat dari filosofi dasar yang
membedakan antara aktivitas ekonomi konvensional dan syariah. Aktivitas
ekonomi konvensional mendudukkan uang sebagai komoditi, bukan alat tukar.
Sebaliknya, transaksi-transaksi keuangan konvensional didasarkan pada aksi

ingin cepat mendatangkan keuntungan, sehingga akhirnya menyebabkan
terjadinya bubble economic yang pada akhirnya menimbulkan berbagai
permasalahan yang tidak hanya berdampak negatif terhadap sektor finansial
tetapi juga merambat ke sektor riil. Implementasi sistem ekonomi konvensional
yang menempatkan uang sebagai komoditi inilah yang menjadi salah satu
penyebab timbulnya krisis global.
Indonesia sudah mengenal prinsip syariah ini dalam aktivitas perbankan sejak
tahun 1992 dengan munculnya Bank Muamalat Indonesia, namun demikian
gaungnya belum nyaring terdengar. Beberapa tahun belakangan ini, gaung
tersebut mulai bergema keras, dan puncaknya ditandai dengan munculnya
Undang –Undang No : 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan. Sebelumnya, telah
diterbitkan Undang-Undang no : 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah
Negara, dan diterbitkannya Sukuk sebagai surat berharga. Di samping
perbankan syariah, Pasar Modal sudah terlebih dahulu memperkenalkan
Reksadana Syariah dan Jakarta Islamic Indeks, yang secara parsial diatur dalam
keputusan
Pemahaman terhadap ekonomi syariah masih ditafsirkan secara beragam,
namun secara umum ekonomi syariah ini bersumber dari ekonomi Islam sebagai
sistem ekonomi yang mandiri, jadi bukan merupakan ekonomi liberal, komunis,
sosialis maupun sistem ekonomi campuran. Prinsip syariah yang berupa

muamalat atau hubungan antara sesama manusia pada prinsipnya

membolehkan semua kecuali ada larangannya. Oleh karena itu, dalam prinsip
syariah, yang harus dihindari adalah larangan-larangan yang tidak boleh ada
dalam hubungan antar manusia. . selanjutnya larangan tersebut meliputi : Riba;
maysir, gharar, haram dan zalim
Politik hukum Indonesia yang mengarah pada sebanyak-banyaknya kodifikasi
parsial dan sistem ekonomi yang terbuka, serta hukum ekonomi yang bersifat netral
(tidak sensitif), menyebabkan bidang hukum ekonomi mudah menyerap sistem-sistem
hukum yang berlaku di negara lain sepanjang tidak bertentangan dengan filosofi
bangsa Indonesia
Di sisi lain, eksistensi sistem perbankan dan keuangan Islam (Islamic syariah),
sebagai tuntutan global terkini, mengharuskan Indonesia melakukan reformasi di
bidang hukum ekonomi. Berbagai undang-Undang seperti Undang-Undang No :
21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, Undang-Undang No : 19 Tahun
2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara, peraturan Bapepam-LK yang
mengatur tentang Indeks Syariah, Pereaturan Menteri Keuangan Tentang
Asuransi Syariah, penerbitan sukuk, Reksadana syariah, merupakan bentuk
antisipasi terhadap perkembangan aktivitas ekonomi dengan sistem syariah di
Indonesia. Eksistensi Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Fatwa Majelis Ulama

Indonesia dalam ranah hukum positif Indonesia mengubah peta regulasi hukum
Ekonomi Indonesia.
Berdasarkan fakta tersebut, dapat dikatakan bahwa di bidang hukum ekonomi,
hukum positif yang mengatur aktivitas ekonomi terjadi dualisme hukum, yakni berlaku
lebih dari satu sistem hukum, yakni hukum Barat atau hukum yang berasal baik dari
civil law syatem maupun common law system , dan hukum Islam (prinsip syariah).
2. Inggris
Inggris adalah negara Barat pertama yang menerapkan sistem ekonomi Islam ini,
kenyataannya data-data menunjukkan bahwa Inggris telah memberikan layanan
keuangan Islam selama 20 tahun dan telah berkontribusi besar untuk menjadi
pusat penyediaan keuangan Islam di negara-negara Barat. Dukungan kebijakan
pemerintah dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Financial Services
Authority (FSA) telah membuat situasi semakin kondusif bagi investor dalam
negeri maupun luar negeri untuk mendorong bank-bank Islam beroperasi di
Inggris.
Selain itu, berbagai tuntutan (menanggulangi financial exclusion) dan dukungan
dari berbagai organisasi non-profit muslim seperti Muslim Council of British,
Islamic Sharia Council, dan Islamic Finance Council serta kebijakan pemerintah
mampu bersinergis dalam membentuk kerangka ekonomi Islam yang kuat di
Inggris. Artinya, ada titik temu antara kepentingan kaum muslim minoritas di

Inggris yang tereksklusi secara finansial (sebelum 2004) akibat tidak adanya
produk perbankan yang sesuai dengan azas-azas Islam, dengan kebijakan
pemerintah yang mendukung berdirinya bank Islam pertama di tanah Eropa,
yakni IBB.
Pembentukan kerangka fiskal dan peraturan yang memungkinkan ekonomi Islam
memasuki Inggris sejak tahun 2004 oleh FSA telah menghasilkan dua
keuntungan utama: 1) penghapusan pajak ganda dan perpanjangan keringanan
pajak untuk perusahaan serta individu, 2) Reformasi pengaturan utang sesuai

hukum Islam. Dengan kebijakan pemerintah Inggris yang akomodatif terhadap
keuangan Islam, data menunjukkan bahwa kekuatan utama keuangan Islam di
Inggris adalah: 1) Sejak 2008, London menawarkan pasar sekunder sukuk
senilai 5 miliar US$, 2) Didukung oleh pajak dan regulasi yang kondusif (revisi
dan penyesuaian UU Keuangan 2003, 2004, 2005, 2007, dan 2008), 3)
Permintaan pasar telah mendorong pertumbuhan produk-produk inovatif seperti
produk Islam di sektor properti (Islamic home financing), 4) Islamic Bank of
Britain, yang berkantor pusat di Birmingham telah menyebarluaskan pangsa
pasar hingga ke Midlands, Manchester, dan Wales
Secara global, permintaan layanan ekonomi Islam diperkirakan telah tumbuh
lebih dari tiga kali lipat selama dekade terakhir, dari sekitar 150 miliar US$ pada

pertengahan 1990-an menjadi 500 miliar US$ pada tahun 2006. Hingga tahun
2006, jumlah sukuk meningkat empat kali lipat menjadi 24 miliar US$, dana
ekuitas dan investasi lainnya juga meningkat empat kali lipat menjadi 14 miliar
US$, dan asuransi takaful dua kali lipat menjadi 3 miliar US$.Dengan semua
faktor tersebut, potensi pertumbuhan jasa keuangan berbasis Islam di Inggris
menjadi semakin masif.
Sebanyak 10 bank Islam global seperti Al-Baraka Bank (Bahrain) dan ABC
International Bank (Arab Saudi) yang beroperasi di Inggris telah mendirikan
kantor cabang untuk menyediakan produk maupun layanan ekonomi Islam di
Inggris. Meskipun begitu, penulis menduga bahwa penerapan ekonomi Islam ini
sarat dengan kepentingan ekonomi politik Inggris di bidang SWF, FDI, maupun
petrodollar terhadap negara-negara GCC (Gulf Cooperation Council) yang kaya
akan minyak bumi, bukan hanya upaya Inggris mencari sistem ekonomi alternatif
atau pun menyediakan produk finansial terhadap kaum minoritas muslim Inggris.

Singapura

Perkembangan ekonomi Islam di Singapura ditandai dengan peluncuran sukuk
Singapura yang pertama kali. Program keuangan Islam itu sebenarnya telah
direncanakan sejak lama dan ditujukan untuk mempromosikan perbankan Islam

sekaligus menjadikan Singapura sebagai titik jaringan keuangan Islam baru di
wilayah Asia.
Pemerintah Singapura berusaha meyakinkan dunia atau pengusaha bahwa
Sukuk yang dijalankan Singapura berdasarkan struktur Al-Ijarah dan telah dikaji
secara mendalam dan seksama oleh para ulama terkenal. Dalam hal ini merujuk
pada Bank Islam Asia dan Standrad Chartered Bank untuk mendapatkan aturan
main sebagai pedoman agar perbankan berjalan dengan prinsip-prinsip Syariah.
Program bernilai total 134 juta dolar (setara lebih dari 1,5 triliun rupiah dengan
kurs 1 dolar = Rp. 11.730), memungkinkan bank central menerbitkan ikatan
transaksi Islami jika ada invenstor yang menginginkan. Singapura sendiri yang
memiliki mata di pasar minyak Timur Tengah kini mau tak mau juga mengalami
peningkatan tuntutan terhadap investasi beretika syariah
Tapi Singapura sendiri mengakui mereka akan menghadapi tantangan besar dari
tetangga terdekat, Malaysia yang sudah menjadi titik pusat jaringan keuangan
dan perbankan Islami. Keuangan Islami memang telah menjadi salah satu sektor
dengan pertumbuhan tercepat dalam industri keuangan global.
Perancis

Krisis Finansial yang melanda dunia belakangan ini telah banyak mengguncang
bank-bank konvensional, baik itu bank-bank dari negara maju maupun bank-bank dari

negara berkembang. Hal ini tentunya sangat meresahkan semua pihak, terutama ahli
ekonomi yang mengkhawatirkan nasib perekonomian negaranya.
Di tengah bank-bank konvensional yang banyak terpuruk, bank syariah yang
menganut sistem ekonomi syariah tetap jaya berdiri dan memancarkan cahayanya. Hal
ini disebabkan dari keunggulan sistem ekonomi syariah yang tidak menggunakan
instumen derivatif seperti sistem bank konvensional. Ekonomi syariah memberlakukan
perjanjian yang pasti, artinya jika suatu perjanjian jual beli tidak transparan dan tidak
pasti maka perjanjian tersebut tidak berlaku. Oleh sebab itu, ekonomi syariah jauh dari
ketidakpastian. Jika terkena risiko, maka keuangan syariah akan berbagi risiko tersebut.
Sedangkan pada bank konvensional, nasabah dan bank membagi risiko dari segala
investasi sesuai dengan peraturan yang telah disetujui. Nilai-nilai Islam yang melarang
transaksi perbankan syariah dari hal-hal berbau ribawi, maksiat, perjudian dan
ketidakpastian menjadi keunggulan perbankan syariah.
Perancis saat ini juga akan mengembangkan ekononomi syariah. Hadirnya
sejumlah investor dari negara-negara Teluk dan Qatar Islamic Bank (QIB) menandai
dimulainya investasi bank syariah di negeri ini. Bank-bank tersebut diantaranya ialah
Qatar Islamic Bank, Kuwait Finance House dan Al Baraka Islamic Bank of Bahrain. Hal
ini juga tidak terlepas dari peran pemerintah Perancis yang sangat menyetujui bahkan
bersedia untuk membuat penyesuaian peraturan hukum untuk perbankan syariah.


3. Amerika

Krisis keuangan yang terjadi tahun ini dan bermula di Amerika Serikat
mengakibatkan serta mempengaruhi semua keadaan ekonomi negara-negara didunia
khususnya bursa saham dan dunia perbankan, tanpa terkecuali negara kita Indonesia
juga mengalami dampaknya walaupun belum sampai memporak-porandakan sendisendi perekonomian negara kita.
Pemerintah Amerika serikat seperti yang dikabarkan banyak media bahwa telah
mengeluarkan program 700 milyar US Dollar untuk menyelamatkan krisis yang terjadi di
negaranya. Para pakar dan ekonom Amerika bahkan dunia memperkirakan program
yang dikeluarkan Pemerintah Amerika tidak akan mampu menyelesaikan masalah yang
sekarang dihadapi oleh Amerika, karena program pemerintah Amerika tersebut
memberikan terapi bukan pada akar permasalahannya.

Krisis yang terjadi di Amerika sebagaimana diberitakan berawal dari krisis kredit
property. Hutang kredit property yang semakin melebar sedangkan para kreditur tidak
mampu untuk membayar dan menyicil hutangnya kembali yang berakibat bank dan
institusi keuangan bangkrut dan kolaps, Setelah mengetahui keunggulan dari Bank
Syariah juga mulai melirik prinsip kerja dari sistem keuangan Islam ini. Penerapan
prinsip syariah ini diterapkan di sebuah bank kecil di Michigan, AS bernama University
Islamic Financial. University Islamic Financial memiliki dua tipe pembiayaan, yaitu
penjualan dengan cicilan dan sewa. Upah yang didapat dari pembiayaan tersebut
sebanding dengan pembayaran bunga pada pinjaman tradisional.

C. PROFIL LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
1. Eksistensi Pasar Modal Syariah di Indonesia
Sampai tahun 1970, sejumlah besar masyarakat muslim tidak dapat terlibat
dalam investasi pasar modal. Hal ini disebabkan karena larangan Islam pada aktivitasaktivitas

bisnis

tertentu.

Untuk

memenuhi

kepentingan

pemodal

yang

ingin

mendasarkan kegiatan investasinya berdasarkan kepada prinsip-prinsip syariah, maka
di sejumlah bursa Efek dunia telah disusun indeks yang secara khusus terdiri dari
komponen saham-saham yang tergolong kegiatan usahanya tidak bertentangan
dengan prinsip syariah.
Sejarah Pasar Modal Syariah juga dapat ditelusuri dari perkembangan
institusional

yang

terlibat

dalam

pengaturan

Pasar

Modal

Syariah

tersebut.

Perkembangan tersebut dimulai dari MoU antara Bapepam dan DSN-MUI pada tanggal
14 Maret 2003. MoU menunjukkan adanya kesepahaman antara Bapepam dan DSNMUI untuk mengembangkan pasar modal berbasis syariah di Indonesia.
Di Indonesia, perkembangan instrumen syariah di pasar modal sudah terjadi
sejak tahun 1997. Diawali dengan lahirnya Reksa Dana syariah yang diprakarsai dana
reksa. Selanjutnya, PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) bersama dengan PT Dana Reksa
Invesment Management(DIM) meluncurkan jakarta islamic index(JII) yang mencakup 30
jenis saham dari emiten-emiten yang kegiatan usahanya memenuhi ketentuan tentang
hukum syariah. Penentuan kriteria dari komponen JII tersebut disusun berdasarkan
persetujuan dari Dewan Pengawas Syariah DIM.

2. Posisi Dewan Pengawas Pasar Modal Syariah

Dalam rangka mengembangkan pasar modal syariah, PT Bursa Efek Jakarta
(BEJ) bersama dengan PT Danareksa Investment Management (DIM) meluncurkan
indeks saham yang dibuat berdasarkan syariah Islam, yaitu Jakarta Islamic Index (JII).
Jakarta Islamic Index terdiri atas 30 jenis saham yang dipilih dari saham-saham yang
sesuai dengan syariah Islam.
Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok ukur
(benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah.
Melalui

indeks

diharapkan

dapat

meningkatkan

kepercayaan

investor

untuk

mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah.
Penentuan kriteria pemilihan saham dalam Jakarta Islamic Index melibatkan
pihak Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Invesment Management. Sedangkan
untuk menetapkan saham-saham yang akan masuk dalam perhitungan JII dilakukan
dengan urutan seleksi sebagai berikut:


Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan
(kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar).



Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah
tahun berakhir yang memiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva maksimal
sebesar 90%.



Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan ratarata kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir.



Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata
nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir.

3. Fatwa tentang Pasar Modal syariah
Fatwa DSN-MUI
DSN-MUI sebagai dewan yang dibentuk oleh MUI mempunyai tugas dan wewenang
antara lain mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan keuangan dan produk dan
jasa keuangan. Sampai dengan saat ini, DSN-MUI telah mengeluarkan fatwa terkait
industri keuangan syariah termasuk fatwa tentang pasar modal syariah, sebagai
berikut:
1. Fatwa Nomor: 80/DSN-MUI/III/2011 Penerapan Prinsip Syariah dalam

Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas Di Pasar Reguler Bursa Efek
2. Fatwa Nomor: 76/DSN-MUI/VI/2010 SBSN Ijarah Asset To Be Leased
3. Fatwa Nomor: 72/DSN-MUI/VI/2008 Surat Berharga Syariah Negara Ijarah Sale

and Lease Back
4. Fatwa Nomor: 71/DSN-MUI/VI/2008 Sale and Lease Back

5. Fatwa Nomor: 70/DSN-MUI/VI/2008 Metode Penerbitan Surat Berharga Syariah

Negara
6. Fatwa Nomor: 69/DSN-MUI/VI/2008 Surat Berharga Syariah Negara
7. Fatwa Nomor: 66/DSN-MUI/III/2008 Waran Syariah
8. Fatwa Nomor: 65/DSN-MUI/III/2008 Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu Syariah

(HMETD Syariah)
9. Fatwa Nomor: 59/DSN-MUI/V/2007 Obligasi Syariah Mudharabah Konversi
10. Fatwa Nomor: 50/DSN-MUI/III/2006 Akad Mudharabah Musytarakah
11. Fatwa Nomor: 41/DSN-MUI/III/2004 Obligasi Syariah Ijarah
12. Fatwa Nomor: 40/DSN-MUI/X/2003 Pasar Modal dan Pedoman Umum

Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal
13. Fatwa Nomor: 33/DSN-MUI/IX/2002 Obligasi Syariah Mudharabah
14. Fatwa Nomor: 32/DSN-MUI/IX/2002 Obligasi Syariah
15. Fatwa Nomor: 20/DSN-MUI/IV/2001 Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk

Reksa Dana Syariah
16. Fatwa Nomor: 11/DSN-MUI/IV/2000 Kafalah
17. Fatwa Nomor: 10/DSN-MUI/IV/2000 Wakalah
18. Fatwa Nomor: 09/DSN-MUI/IV/2000 Pembiayaan Ijarah
19. Fatwa Nomor: 08/DSN-MUI/IV/2000 Pembiayaan Musyarakah
20. Fatwa Nomor: 07/DSN-MUI/IV/2000 Pembiayaan Mudharabah (Qiradh)

4. Regulasi terkait Pasar Modal Syariah


Terdapat 3 (tiga) Peraturan Bapepam & LK yang mengatur tentang efek
syariah sejak tahun 2006, yaitu:
1. Peraturan Bapepam & LK No IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah
2. Peraturan Bapepam & LK No IX.A.14 tentang Akad-akad Yang Digunakan
Dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal
3. Peraturan Bapepam & LK No II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar
Efek Syariah



Terdapat 1 Undang-Undang yang mengatur tentang SBSN (Surat Berharga
Syariah Negara) yaitu:
1.

UU No. 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara

5. Analisis tentang fatwa dengan regulasi Pasar Modal Syariah

Dalam perkembangannya, antara fatwa dan regulasi ini sudah terakomodasi dengan
baik, karena dengan dikeluarkannya fatwa-fatwa DSN-MUI yang mengatur mengenai
pasar modal Syariah, maka Bapepam sebgai pihak regulator dalam pasar modal di
Indonesia juga mengeluarkan beberapa peraturan-peraturan yang menjadikan fatwa
DSN-MUI sebagai landasan untuk menetapkan regulasi terkait pasar modal di
Indonesia.Sampai pada Perkembangan pasar modal Syariah mencapai tonggak
sejarah baru dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN) pada tanggal 7 Mei 2008. Undang-undang ini
diperlukan sebagai landasan hukum untuk penerbitan Surat Berharga Syariah Negara
atau Sukuk Negara, dimana tanggal 26 Agustus 2008 untuk pertama kalinya
Pemerintah Indonesia menerbitkan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).
D. Materi apa yang ada atau yang ditambahkan dalam muatan Hukum
Ekonomi Islam
Menurut saya, materi yang perlu ditambahkan dalam Hukum Ekonomi Islam, antara
lain:
1. Bank Syariah (Lembaga Keuangan Syariah)
2. Zakat dan Wakaf
3. Kelembagaan Regulator di Ekonomi Syariah (DSN MUI)
4. Penyelesaian Perselisihan Syariah

E. Sistem Pengajaran yang efektif pada Hukum Ekonomi Islam
Menurut saya sistemnya menggunakan system “Presentasi dan Simulasi”, karena
dengan menggunakan kedua system tersebut, kontal visual pada waktu terjadi Simulasi
akan terus diingat .Berbeda dengan apabila tidak ada dilakukan “Simulasi” , maka
menurut saya akan setelah keluar dari perkuliahan hilanglah pelajaran yang telah
diajarkan para dosen. Disini saya menuntut adanya simulasi / praktek dalam Hukum
Ekonomi Islam.
Kemungkinan keterlibatan & perhatian mahasiswa mungkin lebih kondusif dan lebih
efektif karena akibat refleksi kontak visual pada proses belajar mengajar dan terlebih
lagi pengkondisian lingkungan kelas yang telah sangat baik dari Fakultas Hukum Undip.

HUKUM EKONOMI ISLAM
TEMA: PASAR MODAL

OLEH:
ALI ZAENAL ABIDIN
11010111130425
14 JULI 2014

PROGRAM SARJANA STRATA 1
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014