ANALISIS TERHADAP KASUS HUKUM PERDATA IN

ANALISIS TERHADAP KASUS HUKUM PERDATA INTERNASIONAL
STUDI KASUS H.M SOEHARTO DENGAN MAJALAH TIME
(Perkara No: 3215 K/ PDT/2001)
Bayu Wicaksono
Undergraduate At Faculty Of Law University Of Jenderal Soedirman
 Perkara

perdata mengenai perbuatan melawan hukum dengan nomor perkara No: 3215
K/ PDT/2001 yang diunduh dari direktori putusan Mahkamah Agung . Perkara ini adalah
perkara antara mantan Presiden Indonesia H.M. Soeharto Warga Negara Indonesia bertempat
tinggal di Jalan Cendana No. 8 Jakarta Pusat. melawan TIME INC. ASIA Badan Hukum yang
berkedudukan di 34/K Citicorp Center, 18 Whitfield Rd. Causeway Bay, Hong Kong
I.

FAKTA DALAM KASUS

Isu kunci dalam kasus ini adalah pertanggungjawaban perdata dalam hal perbuatan
melawan hukum dimana H.M. Soeharto yang adalah Pengguga mendalilkan bahwa TIME. INC
ASIA yang selanjutnya disebut Tergugat telah melakukan tindakan penghinaan dengan
melakukan pemberitaan tentang Penggugat pada majalah TIME edisi Asia tanggal 24 Mei 1999.
Akibat dari pemberitaan yang dilakukan oleh Tergugat maka penggugat merasa telah dirugikan

karena merasa nama baiknya sebagai mantan Presiden Republik Indonesia maka penggugat
melakukan gugatan perdata yaitu perbuatan melawan hukum berdasarkan pasal Pasal 1365 KUH
Perdata1
Sumber permasalahan dalam kasus ini adalah pada 24 Mei 1999 majalah Time edisi Asia
volume 153 Nomor 20, menurunkan laporan utama mengenai kekayaan keluarga Soeharto,
dengan judul sampul ”Suharto Inc.: How Indonesia’s Longtime Boss Built Family Fortune”.
Karena pemberitaan soal kekayaan keluarga Soeharto, keluarga Soeharto mengirim somasi
kepada majalah Time sebanyak dua kali. Inti surat peringatan itu, kuasa hukum Soeharto menilai
pemberitaan dan pernyataan Time bersifat tendensius, insinuatif, dan provokatif Karena somasi
tidak ditanggapi, kuasa hukum Soeharto mengadukan Time Asia, secara perdata, berdasar Pasal
1365 KUH Perdata ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 2 Juli 1999. Dalam gugatannya,

1 Putusan Mahkamah Agung Nomor 3215K/PDT/2001 Tahun 2001 H.M. Soeharto vs. Time Inc. Asia

pengacara Soeharto mengugat Time Asia telah melakukan perbuatan melawan hukum
sebagaimana diatur pasal 1365 KUH Perdata
II.

PERUMUSAN MASALAH
Dalam menganalisis kasus di atas ada beberapa masalah yang harus di jawab yaitu.

1. Hakim atau pengadilan manakah yang berwenang menyelesaikan persoalan
hukum tersebut ?
2. Hukum
manakah

yang harus

diberlakukan

untuk mengatur

dan/atau menyelesaikan persoalan hukum tersebut ?
3. Sejauh mana suatu pengadilan harus memperhatikan dan mengakui putusanputusan pengadilan asing

dan/atau

mengakui hak hak/kewajiban hukum

yang terbit berdasarkan hukum/putusan pengadilan asing ?


III.

PENYELESAIAN

Menurut Sudargo Gautama mengenai definisi HPI, ia memiliki pendapat, yaitu2 :
“HPI adalah Keseluruhan peraturan dan keputusan hukum yang menunjukkan stelselstelsel hukum manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum, jika hubunganhubungan dan peristiwa-peristiwa antara warga (warga) negara pada satu waktu tertentu
memperlihatkan titik-titik pertalian dengan stelsel-stelsel dan kaidah-kaidah hukum dari dua
atau lebih negara, yang berbeda dalam lingkungan-lingkungan-kuasa-tempat, (pribadi-) dan
soal-soal”. Jadi disini yang ditekankan adalah perbedaan dalam lingkungan kuasa-tempat dan
soal-soal serta pembedaan dalam sistem satu negara dengan lain negara, artinya ada unsur
luar negerinya (foreign element, unsur asing)”.
Dari berbagai definisi tersebut mengenai Hukum Internasional dan HPI dapat disimpulkan
bahwa Hukum Internasional dan HPI sama-sama mengatur hubungan atau masalah yang
melintasi batas negara (ada unsur asingnya). maka dalam melihat di mana adanya unsur asing
maka kita harus melihat adanya titik pertalian.
2 Sudargo Gautama, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia, 1987, Binacipta. Bandung.,
hlm. 4.

III.1 Titik-titik Pertalian (Titik Taut)
Titik-titik pertalian terbagi atas Titik Pertalian Primer (TPP) dan Titik Pertalian Sekunder

(TPS). Definisi TPP adalah “hal-hal dan keadaankeadaan yang menyebabkan berlakunya sesuatu
stelsel hukum”. TPP adalah hal-hal dan keadaan-keadaan yang melahirkan atau menciptakan
hubungan HPI, karena terdapatnya TPP ini lahirlah hubungan-hubungan HPI. Apabila tidak ada
TPP maka hubungan hukum bersangkutan tidak merupakan hubungan HPI melainkan hubungan
intern belaka.3
III.1.1 Titik Pertalian Priemer (TPP) 4
(1) Kewarganegaran.
Kewarganegaraan para pihak dapat merupakan faktor TPP karena mana timbul HPI.
Dimana keewarganegaraan daripada pihak dalam suatu peristiwa hukum tertentu menjadi
sebab lainnya hubungan-hubungan HPI. Kewarganegaraan pihak-pihak bersangkutan
yang merupakan faktor bahwa stalsel-stalsel hukum Negara-negara tertentu di pertautkan.
Prinsip-prinsip umum kewarganegaraan:
Kebebasan suatu negara untuk melakukan siapa warga negaranya dibatasi oleh prinsip
umum (general principles) Hukum Internasional mengenai kewarganegaraan. Cara
menentukan kewarganegaraan:
.
(2) bendera kapal
Dapat diibaratkan sebagai kewarganegaraan seseorang. Bendera kapal menautkan
pada stelsel hukum tertentu, karenanya timbul persoalan-persoalan hukum yang
memperlihatkan unsur-unsur asing, maka terciptalah HPI.

(3) Domisili
Domisili yang merupakan suatu pengertian hukum yang baru lahir jika sudah
terpenuhi syarat-syarat tertentu5 Domisili termasuk titik pertautan yang didasarkan
pada prinsip teritorial.
(4) tempat kediaman.
3 Sudargo Gautama, Hukum Perdata Internasional Indonesia, Buku Kelima, Jilid Kedua Bagian
Pertama, Cetakan Ketiga, Bandung : PT Eresco, 1979, hlm. 26-27
4 Ibid., hlm. 27-61.
5 Sudargo Gautama, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia, Op.cit., hlm. 31.

Artinya bahwa secara de facto dimana seseorang berdiam sebagai tempat
kediamannya (residence). Tempat ini adalah tempat kediaman sehari-hari yang
bersangkutan, dimana ada rumahnya, dimana ia bekerja sehari-hari.
(5) Tempat kedudukan badan hukum.
Persoalan-persoalan HPI timbul karena badan-badan hukum yang bersangkutan
dalam suatu peristiwa hukum tertentu berkedudukan diluar negeri. Karena faktor
tempat turut berbicara pada ”tempat kedudukan” ini maka titik pertalian ini bersifat
terotorial..
(6) Pilihan Hukum
dalam hubungan intern. Pilihan hukum yang dikenal di bidang hukum harta-benda

(khususnya hukum ikatan) dapat merupakan pula TPP.Pilihan hukum ini bisanya telah
di tetukan oleh para fihak dalam suatu perjanjian.
III.1.2 Titik Pertalian Sekunder (TPS).
Titik pertalian sekunder menurut Dr. Sunarjati Hartono, S.H. adalah fakta – fakta yang
menentukan hukum manakah yang harus berlaku6 TPS merupakan faktor-faktor yang
menentukan hukum manakah yang harus dipilih dari stelsel-stelsel hukum yang dipertautkan.
TPP dapat diibaratkan seperti yang memberikan “kontrak” pertama. TPS dapat diibaratkan
seolaholah memberikan “extra contract”. Yang termasuk dalam TPS adalah :
(1) kewarganegaraan pun dapat merupakan faktor yang menentukan hukum yang harus
diberlakukan. Sudargo Gautama dalam bukunya menyebutkan contoh dalam hal TPS
kewarganegaraan ini, yaitu apabila misalnya seorang WNI yang berada di luar negeri
hendak menikah maka syarat-syarat materiil yang harus dipenuhinya untuk dapat
melangsungkan perkawinan tersebut menurut HPI Indonesia adalah hukum nasionalnya,.
(2) bendera kapal, termasuk didalamnya segala persoalan yang bersangkut-paut dengan
kontrak-kontrak yang diadakan dengan kapal tersebut.
(3) domisili. Dalam bukunya, Sudago Gautama memberikan contoh apabila seorang
warganegara Inggris hendak melangsungkan jual-beli dimana ia berdomisili, menurut
HPI Inggris kemampuannya untuk bertindak dalam hukum ini harus ditentukan dimana ia
berdomisili. Hal ini disebabkan karena contoh ini termasuk dalam bidang “status
personil” seseorang, dan menurut HPI Inggris, status personil seseorang ditentukan oleh

hukum yang berlaku pada domisilinya. Asas domisili yang digunakan dalam sistem HPI
6 Dr. Sunarjati Hartono. Dari Hukum Antar Golongan ke Hukum Antar Adat. 1986. Bandung : PT. Alumni. Hlm. 95

yang berlaku di negara-negara Anglo-Saxon ini. Dalam stelsel-stelsel HPI yang menganut
prinsip nasionaliteit, hukum domisili ini dapat pula merupakan TPS. Hal ini dapat dilihat
dalam hal misalnya jika kewarganegaraan pihak yang bersangkutan tidak ada atau tidak
dapat diketahui. Dalam hal prinisip kewarganegaraan tidak dapat digunakan maka perlu
dibantu oleh hukum domisili.
(4) tempat kediaman. Contoh : menurut sistem HPI yang berlaku di Indonesia bahwa
pewaisan ditentukan oleh hukumnasional dari si pewaris, namun bila kewarganegaraan si
pewaris tidak diketahui dengan pasti atau memang tidak ada (dalam hal ia seorang
apatride), maka yang menentukan hukum yang berlaku adalah hukum tepat kediaman si
pewaris pada waktu ia meninggal.
(5) tempat kedudukan. Menurut sistem HPI yang dianut berbagai negara maka tempat
kedudukan pusat adminsitrasi suatu badan hukum adalah yang menentukan hukum
personil dari badan hukum tersebut. Tempat kedudukan suatu badan hukum dipandang
umumnya sebagai tempat pusat administrasi. Menurut sistem HPI yang dianut negaranegara lain maka hukum personil suatu badan hukum adalah hukum tempat badan hukum
tersebut diciptakan (place of incorporation). Tempat dimana badan hukum ini telah
“incorporated” lazimnya dalam praktik merupakan pula tempat dimana badan hukum
bersangkutan berkedudukan.

(6) tempat letaknya benda (situs). Letaknya suatu benda (situs) merupakam titik
pertalian yang menentukan hukum yang harus diberlakukan (lex rei sitae). Untuk bendabenda tetap berlaku ketentuan bahwa hukum dari tempat letaknya benda itu adalah yang
dipakai untuk hubungan-hubungan hukum berkenaan dengan benda itu. Bukan saja untuk
benda-benda tetap berlaku asas lex rei sitae ini tapi juga untuk benda-benda bergerak di
bidang HPI yang diterima secara umum bahwa lex rei sitae-lah yang berlaku.
(7) tempat dilangsungkannya perbuatan hukum (lex loci actus, lex loci contractus).
Dalam pandangan kuno ini, suatu perjanjian/kontrak ditentukan oleh hukum dimana
tempat ia dibuat, dimana ia “diciptakan dan dilahirkan”. Beberapa negara yang menganut
lex loci contractus adalah Mesir, Iran, Italia, Jepang, Polandia, dan Thailand
(8) tempat dilaksanakan perjanjian (lex loci solutionis, lex loci executionis). Dalam
praktik perdagangan internasional, ditentukan tempat penyerahan barang-barang
bersangkutan atau dimana jasa-jasa yang harus diberikan akan diterima. Namun asas ini
hanya dapat dipertanggungjawabkan jika tempat pelaksanaan ini memang esensial untuk
hubungan hukum yang bersangkutan dan bahwa memang dapat dilakukannya pada

tempat yang bersangkutan saja, namun seringkali asas ini tidak mudah dikualifikasi
karena proses kualifikasinya dilakukan dengan cara yang berlainan oleh berbagai sistem
hukum. Asas ini dianut oleh beberapa Negara bagian Amerika Serikat (California,
Montana, North Dakota, South Dakota, Oklahoma).
(9) tempat terjadinya perbuatan melanggar hukum (lex loci delicti commissi, Tatort).

Asas ini merupakan teori klasik yang digunakan dalam perbuatan melanggar hukum,
namun saat ini timbul berbagi reaksi terhadap pemakaian asas ini karena dianggap terlalu
kaku dan rigorreus (hard and fast rule).
(10) maksud para pihak. Dalam Hukum Perjanjian, TPS ini berisikan “maksud dari para
pihak” yaitu faktor yang menentukan hukum apa yang berlaku, hukum apa yang
dikehendaki oleh para pihak, apa yang diingini oleh para pihak (partij autonomie).
III. 2. Hubungan Dengan Kasus Soeharto Vs Majalah TIME
dalam hubungannya dengan kasus yang penulis telah utarakan di atas maka penulis
melihat adanya titik taut priemer yaitu berupa:
(1) Kewarganegaran.
Dalam hal permasalah ini dikarenakan kasus antara orang dan badan hukum maka
TTP kewarganegaraan di kaitkan dengan orang dimana penggugat yaitu H.M.
Soeharto adalah warga Negara Indonesia. dan penggugat terikat pada hukum nasional
Indonesia
(2) . Domisili
Penggugat selain memiliki kewarganegaraan indonesia juga memiliki domisili
tinggal di wilayah Indonesia yaitu di Jalan Cendana No. 8 Jakarta Pusat.
(3) Tempat kedudukan badan hukum
Tergugat dalam hal ini TIME INC. ASIA merupakan badah hukum, dimana
badan hukum yang dimaksud memiliki tempat kedudukan dimana TIME INC ASIA

memiliki kedudukan di 34/K Citicorp Center, 18 Whitfield Rd. Causeway Bay, Hong
Kong. dimana jika melihat teori badan hukum maka seharusnya TIME INC ASIA
mempergunakan hukum nasional Hong Kong

Dari kedua titik pertalian priemer diatas maka dalam kasus ini terdapat pertemuan antara hukum
nasional Indonesia dan hukum nasional hong kong, yang mengakibatkan kasus tersebut termasuk
dalam kasus HPI

IV.

KUALIFIKASI
Kualifikasi adalah menata sekumpulan fakta yang terjadi dalam suatu permasalahan

hukum sehingga dapat di temukan dasar yuridis untuk menyelesaikannya. Dalam kasus ini
penggugat menggugat ke pengadilan di Indonesia maka hukum yang di gunakan adalah
hukum nya hakim dalam hal ini hukum nasional Indonesia. maka kualifikasi atas fakta yang
ada menggunakan pengaturan yuridis hukum nasional Indonesia.

IV.1 Perbuatan melawan hukum yang di lakukan Majalah Time
IV.1.1 Fakta

Majalah Time telah memuat tulisan dan gambar tentang Penggugat dalam "Time"
Magazine terbitan Edisi Asia tanggal 24 Mei 1999 Vol. 153 No. 20, mulai halaman 16 sampai
dengan halaman 28, khususnya halaman sampul, halaman 16, 17 dan 19, bahwa pada sampul
depan "Time" Magazine dimuat "SUHARTO INC. How Indonesia's longtime boss built a family
fortune" (Perusahaan SUHARTO "Bagaimana pimpinan Indonesia sekian lama membangun
kekayaan keluarga") namun dalam kenyataannya menurut hukum tidak ada dan tidak benar apa
yang disebut sebagai Suharto Inc.
lalu bahwa pada halaman 16 dan 17 terdapat gambar H.M. Soeharto sedang memeluk
antara lain gambar rumah mewah

Gambar tersebut bersifat tendensius, insinuatif, yang

menimbulkan kesan seakanakan Penggugat sebagai seorang yang serakah padahal rumah itu
bukan milik Penggugat, karenanya merupa- kan penghinaan dan pencemaran nama baik dan atau
perbuatan melawan hukum
bahwa pada halaman 16 memuat kata-kata "emerged that a staggering sum of money
linked to Indonesia had been shifted from a bank in Switzer- land to another in Austria, now
considered a safer haven for hush-hush deposits" ("terdapat laporan-laporan bahwa uang dalam
jumlah yang sangat besar yang terkait dengan Indonesia telah dialihkan dari sebuah bank di
Swiss ke bank lain di Austria, yang saat ini dianggap sebagai surga uang aman bagi depositodeposito rahasia")

uraian fakta inilah yang menjadi dasar penggugat dalam hal ini HM Soeharto menggugat
majalah Time karena telah merasa di rugikan atas muatan dan konten isi majalah tersebut
IV.1.2 Tinjauan yuridis Perbuatan melawan hukum
Pengertian perbuatan melawan hukum menjadi lebih luas dengan adanya keputusan Hoge
Raad tanggal 31 Januari 1919 dalam perkara Lindebaum lawan Cohen. Hoge Raad telah
memberikan pertimbangan yaitu : “bahwa dengan perbuatan melawan hukum (onrechmatige
daad) diartikan suatu perbuatan atau kealpaan, yang atau bertentangan dengan hak orang lain,
atau bertentangan dengan kewajiban hukum si

pelaku atau bertentangan, baik dengan

kesusilaan, baik pergaulan hidup terhadap orang lain atau benda, sedang barang siapa karena
salahnya sebagai akibat dari perbuatannya itu telah mendatangkan kerugian pada orang lain,
berkewajiban membayar ganti kerugian”7
Perbuatan melanggar hukum (PMH) adalah salah satu jenis kualifikasi gugatan dalam hukum
perdata berdasarkan Rangkuman Jurisprudensi Mahkamah Agung RI tentang hukum perdata,
secara materil PMH diatur dalam pasal 1365 Kitab Undang undang perdata yang berbunyi:
“Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti kerugian
tersebut”
Perbuatan melwan hukum dapat di buktikan dengan menganalisis kasus menggunakan
Unsur-unsur perbuatan melanggar hukum (PMH) yakni:
1.

Adanya suatu perbuatan dan perbuatan itu melawan hukum, yaitu Suatu
perbuatan melawan hukum diawali oleh perbuatan si pelakunya. Umumnya
diterima anggapan bahwa dengan perbuatan di sini dimaksudkan, baik berbuat
sesuatu (secara aktif) maupun tidak berbuat sesuatu (dalam arti pasif), dalam hal
kasus ini bahwa karena fihak majalah time dalam hal ini tidak dapat membuktikan
kebenaran tulisan dan gambar yang mengandung penghinaan dan pencemaran
nama baik terhadap Penggugat, maka terbukti Tergugat

telah melakukan

perbuatan melawan hukum seperti termaktub pada Pasal 1365 KUHPerdata
sehingga merugikan Penggugat.
Mencetak menulis dan mengedarkan disini dimaksudkan sebagai suatu perbuatan,
dimana di lakukan secara aktif oleh fihak majalah time, lalu unsur merugikan
7 M.A. Moegni Djojodirdjo, Perbuatan Melawan Hukum, cet.2, Jakarta : Pradnya Paramita,
1982, hal. 25-26

penggugat atas bahwa tulisan itu dianggap tidak benar hal ini memenuhi rumusan
adanya sifat melawan hukumnya.
2.

Adanya Kerugian kerena perbutan melawan hukum. Harus ada kerugian yang
ditimbulkan. Kerugian yang disebabkan oleh perbuatan melawan hukum dapat
berupa8 :
1) Kerugian materiil, dimana kerugian materiil dapat terdiri dari kerugian
yang nyata-nyata diderita dan keuntungan yang seharunya diperoleh.
Jadi pada umumnya diterima bahwa si pembuat perbuatan melawan
hukum harus mengganti kerugian tidak hanya untuk kerugian yang
nyata-nyata diderita, juga keuntungan yang seharusnya diperoleh.
2) Kerugian idiil, dimana perbuatan melawan hukum pun dapat
menimbulkan kerugian yang bersifat idiil seperti ketakutan, sakit dan
kehilangan kesenangan hidup, hilangnya kehormatan dan nama baik

Dalam kasus ini penggugat merasa di rugikan atas perbuatan tergugat
karena gambar dan tulisan dalam majalah TIME Edisi Asia tanggal 24 Mei 1999
Vol. 153 No. 20 tersebut yang dibuat oleh para Tergugat telah tersiar secara luas,
dan telah ternyata melampaui batas kepatutan, ketelitian dan sikap hati-hati,
sehingga sebagai perbuatan melawan hukum yang mengakibatkan kerugian
berupa mencemarkan nama baik dan kehormatan Penggugat sebagai Jenderal
Besar TNI (Purnawirawan) dan mantan Presiden RI
3. Harus ada kesalahan, syarat kesalahan ini dapat diukur secara :
1) Objektif, yaitu dengan dibuktikan bahwa dalam keadaan seperti itu
manusia yang normal dapat menduga kemungkinan akan timbulnya
akibat dan kemungkinan ini akan mencegah manusia yang baik untuk
berbuat atau tidak berbuat.
2) Subyektif, yaitu dengan dibuktikan bahwa apakah si pembuat
berdasarkan keahlian yang ia miliki dapat menduga akan akibat dari
perbuatannya.
8 Ibid, hlm. 186

Dalam hal kasus ini maka majalah time sebagai sebuah perusahaan media
seharusnya dapat memberitakan berita secara realita sedangkan dalam hal pemberitaan
pada 24 Mei 1999 Vol. 153 No. 20 tersebut hanya di tampilka opini opini yang di
akumulasikan seakan akan sebagai fakta yang ada. maka unsur kesalahan atas majalah
time telah terbukti.
4. Adanya hubungan causal antara perbuatan dan kerugian. Untuk memecahkan
hubungan causal antara perbuatan melawan hukum dengan kerugian, terdapat dua teori
yaitu9 :


Condition sine qua non, dimana menurut teori ini orang atau badan hukum yang
melakukan

perbuatan

melawan

hukum

selalu

bertanggung

jawab

jika

perbuatannya menimbulkan kerugian (yang dianggap sebagai sebab dari pada
suatu perubahan adalah semua syarat-syarat yang harus ada untuk timbulnya
akibat).


Adequate veroorzaking, dimana menurut teori ini si pembuat hanya bertanggung
jawab untuk kerugian yang selayaknya dapat diharapkan sebagai akibat dari pada
perbuatan melawan hukum. Terdapat hubungan causal jika kerugian menurut
aturan pengalaman secara layak merupakan akibat yang dapat diharapkan akan
timbul dari perbuatan melawan hukum

Dalam kasus soeharto vs majalah time kali ini kita dapat memahami keterkaitan
hubungan causal antara perbuatan dan kerugian menurut teori Condition sine qua non.
hal ini di lihat dari bahwa majalah time adalah suatu badan hukum yang menjalankan
usaha media cetak, sebuah media umumnya di dalam masyarakat secara langsung
bertanggung jawab atas setiap muatan dalam media yang di keluarkan.
Unsur-unsur perbuatan melawan hukum tersebut berlaku kumulatif, artinya harus
terpenuhi seluruhnya. Apabila unsur-unsur di atas tidak terpenuhi seluruhnya, maka suatu
perbuatan tidak dapat dikatakan sebagai perbuatan melawan hukum sebagaimana telah diatur
dalam Pasal 1365 KUH Perdata. Perbuatan melawan hukum dianggap terjadi dengan melihat
adanya perbuatan dari pelaku yang diperkirakan memang melanggar undang-undang,
bertentangan dengan hak orang lain, beretentangan dengan kewajiban hukum pelaku,
9 Ibid, hlm. 187

bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum, atau bertentangan dengan kepatutan
dalam masyarakat baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, namun demikian suatu
perbuatan yang dianggap sebagai perbuatan melawan hukum ini tetap harus dapat
dipertanggungjawabkan apakah mengandung unsur kesalahan atau tidak.
V.

Hasil Kualifikasi & Kesimpulan
Setelah dianalilis mempergunakan system kualifikasi yang berdasarkan fakta fakta dalam

permasalahan yang ada antara mantan Presiden Indonesia H.M. Soeharto melawan TIME INC.
ASIA. maka telah jelas bahwa majalah TIME telah melakukan perbuatan melawan hukum
berdasarkan unsure yang di isyaratkan pasal 1365 kitab undang undang hukum perdata Indonesia
dan karenannya tergugat di hukum untuk meminta maaf kepada Penggugat atas pemuatan tulisan
dan gambar tentang Penggugat dalam Time Magazine terbitan Edisi Asia tanggal 24 Mei 1999
Vo. 153 No. 20 tersebut melalui media cetak : - Surat Kabar Kompas, Surat Kabar Suara Pembaruan, Surat Kabar Media Indonesia, Surat Kabar Republika, Surat Kabar Suara Karya ; - Time
Magazine Edisi Asia, Eropa, Atlanta (Amerika Serikat), Majalah Tempo, Majalah Forum
Keadilan, Majalah Gatra, Majalah Gamma, Majalah Sinar ; dalam 3 kali penerbitan berturutturut ; 4. Menghukum membayar ganti rugi (kerugian immateriil) kepada Penggugat sebesar Rp
1.000.000.000.000,- (satu trilyun rupiah)10
Dari hasil analis kualifikasi yang di sebutkan di atas kita dapat simpulkan bahwa dalam
kasus HPI ini memiliki titik taut Sekunder TPS berupa domisili dan kewargaraan pengguggat
yang mengakibatkan di gunakannya hukum nasional Indonesia untuk menangani perkara gugatan
ini. sehingga gugatan di lakukan di wilayah Indonesia dengan system peradilan Indonesia serta
menggunakan hukum yang berlaku di wilayah indonesia.
Ada pun pengakuan hukum asing dalam hal ini hukum nasional Hong kong ( tempat
kedudukan TIME INC sebagai badan hukum ) tidak dipergunakan/ di berlakukan oleh hakim
Indonesia karena alasan, 1. Melihat masalah PMH telah di atur dalam hukum Indonesia di dalam
KUH Perdata sehingga tidak terjadinya kekosongan hukum , 2. Gugatan di layangkan oleh WNI
yang berdomisili di Indonesia kepada pengadilan di Indonesia, sehingga Indonesia lebih dominan
untuk menyelesaikan permasalahan ini.
10 Amar putusan pada tingat kasasi perkara Nomor : 3215 K/PDT/2001 Mahkamah Agung
republik Indonesia

DAFTAR PUSTAKA
Djojodirdjo Moegni, 1982, Perbuatan Melawan Hukum, cet.2, Jakarta, Pradnya Paramita.

Gautama Sudargo, 1987, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia, Bandung,
Binacipta.
_______, 1979, Hukum Perdata Internasional Indonesia, Buku Kelima, Jilid Kedua
Bagian Pertama, Cetakan Ketiga, Bandung : PT Eresco.

Hartono Sunarjati, 1986, Dari Hukum Antar Golongan ke Hukum Antar Adat. . Bandung :
PT. Alumni.
PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN
Kitab Undang Undang Hukum Perdata

PUTUSAN PENGADILAN
Putusan Mahkamah Agung Nomor 3215K/PDT/2001 Tahun 2001 H.M. Soeharto vs.
Time Inc. Asia

Dokumen yang terkait

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

AN ANALYSIS OF GRAMMATICAL ERRORS IN WRITING DESCRIPTIVE PARAGRAPH MADE BY THE SECOND YEAR STUDENTS OF SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU MALANG

44 306 18

ANALISIS ISI LIRIK LAGU-LAGU BIP DALAM ALBUM TURUN DARI LANGIT

22 212 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26