Perlindungan Hukum Konsumen Finance Tech
Perlindungan Hukum Konsumen Finance
Technology di Indonesia Perspektif Hukum Positif
dan Etika Bisnis Islam
Kutbuddin Aibak 1, Reni Dwi Puspitasari2, Fajrina Eka Wulandari 3, Afif Anikmatul Khoiriyah4, Eti Rohmawati5, Tito
Hadi Putra6
1
[email protected]
2
[email protected]
3,6
Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Hukum Ekonomi Syariah IAIN Tulungagung
4
3
[email protected]
Mahasiswa Pascasarjana Tadris Bahasa Inggris IAIN Tulungagung
5
Mahasiswa S3 Manajemen Pendidikan Islam IAIN Tulungagung
5
[email protected]
6
[email protected]
Intisari Kemajuan teknologi berperan penting bagi kehidupan manusia seiring dengan adanya perkembangan zaman. Konsep adanya
teknologi dalam bidang perbankan yang disebut sebagai finance technology mampu meningkatkan adanya investasi. Banyaknya finance
technology membuat pemerintah mulai berupaya untuk melakukan perlindungan hukum bagi konsumen finance technology. Hal ini untuk
menjaga kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan saat terjadinya transaksi. Metode penelitian yang digunakan adalah library
research dengan teknik analisis datanya content analysis dan critical analysis. Hasil penelitiannya menemukan bahwa pentingnya
perlindungan hukum konsumen finance technology berdasarkan filsafat hukum ekonomi sebagai salah satu pengendali kegiatan
perekonomian. Perlindungan hukum konsumen di Indonesia berdasarkan hukum positif memberikan aturan tentang bagaimana seharusnya
pelaku usaha memperlakukan konsumen sesuai dengan nilai yuridis normatif. Setiap transaksi yang dilakukan melalui finance technology
berdasarkan etika bisnis Islam harus melindungi agama, jiwa, akal, keturunan dan harta para pelakunya sebagai salah satu bentuk
pengendalian diri manusia terhadap tindakan yang dilarang oleh agama.
Kata Kunci finance technology, perlindungan hukum, konsumen, hukum positif, etika bisnis Islam
Abstract Technological progress play an important role for human life along with the development of the times. The concept of technology
in the field of banking which is called as the finance technology can increase the investment. The number of finance technology makes the
government began to seek legal protection for consumer finance technology. This is to keep the possibilities that are not in the desired moment
of the transaction. Research method used is library research with data analysis technique content analysis and critical analysis. The results of
his research determine that the importance of consumer protection law finance technology based on the philosophy of economic law as one of
the controlling of economic activities. Consumer protection law in Indonesia is based on positive law provide rules on how business actors
should treat consumers in accordance with the normative juridical value. Every transactions that is done through finance technology based on
Islamic Business Ethics must protect the religion, the soul, the mind, the descendants and the property of the perpetrators as one of the form of
human self-judgment again actions that are prohibited by religion.
Keywords finance technology, legal protection, consumer, positive law, Islamic Business Ethics
1
I. Introduction
tidak hanya secara offline saja melainkan juga sudah masuk
ranah online.[3] Perkembangan finance technology kini telah
menjamur dimana-mana. Sejalan dengan perkembangan
smartphone dan regulasi dari pembuat kebijakan worldwide.
Contoh di U.S. Federal Reserve System (Board of Governors
of the Federal Reserve System, 2015, 2016) atau di bidang
asuransi the Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC,
2016).
Indonesia sebagai negara berkembang ikut memanfaatkan
moment perkembangan teknologi keuangan ini. Banyak anak
negeri yang mulai membuka usaha yang berbasis finance
technology; mulai dari jasa pengelolaan asset, penggalangan
dana, e-money, payment gateway, p2p Lending, remittance,
saham maupun asuransi. Beberapa contoh startup di jasa
pengelolaan asset misalnya ada jojonomic, penggalangan
dana ada Kitabisa.com, e-money ada Doku, payment gateway
ada iPaymu, remittance ada SingX, saham ada bareksa
maupun asuransi ada HiOscar. Tak hanya di Indonesia
ternyata perkembangan finance technology juga telah masuk
India. Telah banyak juga jenis finance technology di India
yang tumbuh, antara lain Zerodha, Faircent.com, Airtel
Money, dan Idea MyCash. Banyak dari pelaku finance
technology yang memberi pengaruh besar dalam dunia ecomerce di India.[4] Guna memperlancar arus perkembangan
finance technology maka banyak dari pengusaha berbasis
teknologi melakukan kerja sama dengan pihak perbankan.
Nilai-nilai positif yang muncul dari adanya kerja sama ini
akan semakin meningkatkan omset dari usaha finance
technology.
Tak hanya perusahaan startup saja yang mulai membuat
produk baru, beberapa bank di Indonesia juga mulai
mengembangkan produk terbaru dalam bidang finance
technology. Bank BCA mengeluarkan produk Sakuku dan
BTPN dengan produk bernama Jenius. Kedua jenis finance
technology ini sudah mengeluarkan aplikasi mereka sejak
Oktober tahun 2016. Sejak dikeluarkannya produk ini mulai
diijinkan pengguna untuk menginstal aplikasi Sakuku dan
Jenius melalui google play store. Baik Sakuku maupun Jenius
nyatanya berkembang sangat pesat dan cepat. [5]
Perkembangan dalam bidang finance technology masih
terdapat persoalan untuk pengusaha yakni infrastruktur,
regulasi dan kolaborasi. Banyak yang tidak mampu
menyediakan proses tatap muka dengan pihak penyelanggara
jasa keuangan. Meski perusahaan finance technology mampu
mengoperasikan software mereka disisi lain lemah dalam
manajemen resiko, credit scoring dan collection. Hal ini
membuat banyak negara mulai berusaha memberikan regulasi
atau peraturan untuk membuat perlindungan hukum kepada
pelaku usaha juga konsumen. Tak hanya di Indonesia,
negara-negara lain pun juga merasa bahwa perlindungan
hukum penting untuk ditegakkan di samping banyaknya
pertumbuhan usaha dalam bidang finance technology ini.
Teknologi saat ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dalam kehidupan seseorang. Kemajuan teknologi kini
memiliki peranan yang penting bagi kehidupan. Banyak
orang menyadari bahwa ketika mereka gagap terhadap
teknologi maka akan terjadi suatu masalah yang besar.
Karena itu semua orang berusaha mati-matian untuk bisa
menguasai setiap kemajuan teknologi yang muncul
belakangan ini. Hampir semua transaksi baik keuangan
ataupun hubungan antar keluarga juga dilakukan melalui
teknologi. Survey dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII) menyebutkan bahwa jumlah pengguna
internet di Indonesia mencapai 143,26 juta penduduk atau
54,68% dari total populasi penduduk Indonesia sejumlah 262
juta penduduk. Artinya lebih dari ]separuh jumlah penduduk
Indonesia sudah menjadi pengguna internet. Dengan pesatnya
jumlah pengguna internet di Indonesia sangat memungkinkan
adanya potensi perkembangan e-commerce sejalan dengan
perkembangan tersebut.[1] Penggunaan handphone yang sudah
canggih mulai membuka kesempatan bagi para pedagang.
Pedagang mulai membuka usaha mereka secara online. Tidak
lagi hanya di pasar atau di toko. Banyak pengusaha yang
tidak perlu lagi toko fisik untuk mendagangkan produknya.
Tanpa toko fisik semua dagangan bisa ditunjukkan dan dijual
dengan harga yang bahkan lebih mahal dibandingkan jualan
pada toko fisik. Laba yang diperoleh pun semakin banyak
dan tidak tanggung-tanggung.
Keberadaan Smartphone yang menjamur di masyarakat
membuka kesempatan baru bagi penjual untuk menjadi lebih
dekat dengan pelanggan. Dulunya pelanggan memang belum
bisa terhubung dengan internet karena belum banyak yang
memiliki smartphone, namun dengan adanya smartphone
kesempatan baru mulai muncul. Akibat munculnya
kesempatan baru ini perkembangan media sebagai sarana jual
beli berkembang sangat pesat.[2] Perkembangan transaksi jual
beli yang kini berjalan secara online membuat banyak produk
kini tak lagi dijual di toko. Semua produk bisa dionlinekan
dan dijual dengan sangat cepat secara online. Smartphone
bisa membuat segala sesuatu yang tidak mungkin menjadi
suatu hal yang mungkin.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa adanya teknologi
sangat berpengaruh terhadap sistem ekonomi masyarakat.
Tidak hanya di Indonesia, berdasarkan penelitian di Poland
adanya teknologi berimplikasi pada suatu konsep yang baru.
Dalam bidang perbankan perkembangan smartphone mulai
memunculkan konsep finance technology dan e-commerce.
Secara natural finance technology merupakan salah satu
bentuk dari konsep startup. Fokus dari kedua konsep ini lebih
memusatkan konsentrasinya pada inovasi jasa keuangan
dengan perpaduan teknologi. Konsep ini tidak hanya
berpotensi untuk meningkatkan adanya investasi namun juga
dalam hal pembaharuan sistem perbankan. Kini perbankan
2
UK mulai mengembangkan sebuah institusi
sendiri yang menangani dan mengawasi
masalah finance technology. Institusi tersebut
bernama Financial Conduct Authority (FCA).
Fokus tugas dari institusi ini adalah mengawasi
para
pelaku
perbankan,
pelaku
kredit,
perkembangan finansial dan juga startup yang
berfokus pada finance technology.[6] Tak hanya
Indonesia dan UK saja yang mulai menyusun
regulasi mengenai finance technology. Romania
ternyata juga mulai merasa bahwa regulasi
mengenai usaha yang sedang naik daun ini
sangat penting. Memang jika dilihat secara
urgensinya regulasi hukum dalam suatu negara
memang sangat penting. Romania juga memiliki
institusi yang bergerak di bidang pengawasan
finance technology dalam bidang investasi.
Romanian Financial Supervisory Authority (ASF)
dan The National Securities Commision of
Romania (CVNM). Keduanya bertugas untuk
menjaga dan melindungi sistem informasi digital
dari finance technology.[7]
Awal mula perkembangan dari sebuah finance technology
dimulai sekitar tahun 1980. Sejak saat itu dimulailah
perubahan sistem perekaman data melalui komputer. Dulunya
semua ditaruh di dalam kertas dan dalam bentuk print out
sehingga semua bertumbuh di ruangan atau gudang. Maka
untuk meminimalisir hal itu dimulailah perekaman data
melalui sistem komputer yang lebih memudahkan dalam
urusan penyimpanan. Perkembangan layanan keuangan yang
didasarkan dari layanan dengan basis teknologi sangat cepat
dan pesat karena perkembangan teknologi sendiri berjalan
begitu cepat dan langsung ke arah yang drastis. Kini karena
permasalahan tersebut bank mulai membuka kesempatan
baru dengan melakukan layanan dengan melibatkan adanya
teknologi informasi. Jika tetap berpegang teguh pada suatu
usaha tanpa melibatkan teknologi maka bank akan
ketinggalan zaman dan mulai ditinggalkan oleh konsumen. [8]
Meskipun begitu perbankan memerlukan suatu kewaspadaan
tinggi akibat beberapa perkembangan teknologi yang
dikembangkan.
Konsep finance technology dan e-commerce merupakan
bentuk startup kolaborasi dari perkembangan teknologi dan
keuangan. Finance technology merupakan salah satu bentuk
dari konsep startup yang lebih memusatkan konsentrasinya
pada inovasi jasa keuangan dengan perpaduan teknologi yang
dipadukan dengan bidang perbankan. Dengan adanya
perkembangan ini diharapkan bisa memfasilitasi proses
transaksi keuangan yang lebih efisien dan efektif jika
dibandingkan dengan transaksi keuangan tradisional. [9]
“
Layanan yang dilakukan meliputi payment channel system,
digital banking, online digital insurance, Peer to Peer (P2P)
Lending serta layanan crowfunding.”[10] Layanan jasa yang
dilakukan oleh finance techonology jenisnya ada banyak. Ada
yang berupa investasi online, ada yang berupa pinjaman
online, ataupun juga berupa penggalangan dana online secara
penuh. Ketiga sistemnya berbeda satu sama lain.
Baru-baru ini bahkan tidak hanya berupa finance
technology yang biasa namun juga secara syariah. Sekalipun
belum ada aturan huku yang membahas mengenai finance
technology secara syariah namun sudah mulai muncul
finance technology. Meskipun begitu masih banyak konsep
finance technology yang menerapkan adanya penggunaan
dana yang diperoleh dari banyak orang baik berupa
sumbangan dari individu atau dari sebuah organisasi yang
dilakukan
dengan
prinsip-prinsip
sesuai
syariah.
Pengumpulan dana yang dilakukan pun juga melalui website
online yang disesuaikan dengan konsep syariah. Banyak
tantangan yang harus dihadapi dalam perkembangan finance
technology yang masih dalam tahap berkembang. [11] Tidak
hanya
berupa
pedoman
mengenai
proses
penyelenggaraannya, namun juga proses dalam masalah
perlindungan hukumnya.
Kelebihan adanya finance technology dibandingkan
dengan perbankan tanpa teknologi ada banyak. Beberapa
kelebihan tersebut antara lain adalah kemudahan dalam akses
data dalam masalah layanan keuangan, mudahnya
menjangkau masyarakat yang berada di kawasan terpencil
dan juga peningkatan pengetahuan mengenai peningkatan
literasi keuangan dalam pemerintahan.[12] Finance technology
sekalipun memiliki banyak kelebihan namun juga memiliki
beberapa kendala. Kendala dalam melakukan pengembangan
keilmuan ini banyak sekali salah satunya datang dari adanya
konsumen.
Kepercayaan pelanggan ternyata tidak hanya berkaitan
tentang informasi mengenai situs e-commerce dan masalah
perlindungan keamanan, melainkan pelanggan lebih tertarik
dengan situs e-commerce yang memiliki reputasi yang tinggi
serta sikap dari pelaku dalam memperlakukan pelanggan
sangat penting. Sekalipun tidak bisa bertatap langsung
dengan pelanggan namun nyatanya hal tersebut lebih utama
dibandingkan hal lainnya untuk meningkatkan kepercayaan
pelanggan.[13] Kepercayaan pelanggan menjadi suatu hal yang
penting ketika usaha finance technology dijalankan. Bisnis
dunia maya ini tanpa adanya kepercayaan dari pelanggan
tidak bisa berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan dan
pastinya tidak akan berjalan lama. Maka dari itu dalam
menjalankan bisnis finance technology dibutuhkan suatu
kepercayaan tinggi dari para pelanggan mereka.
Bentuk persaingan usaha yang tercipta dari beberapa
finance technology memicu munculnya permasalahan baru.
Banyaknya finance technology membuat pemerintah mulai
berupaya untuk melakukan perlindungan hukum. Hal ini
3
untuk menjaga kemungkinan-kemungkinan yang tidak
diinginkan. Yang perlu dikaji saat ini adalah bagaimana
sebenarnya perlindungan hukum bagi konsumen finance
technology dalam kacamata hukum positif di Indonesia serta
etika bisnis Islam. Tujuan adanya perlindungan hukum bagi
konsumen finance technology tidak lain adalah untuk
melindungi kedudukan mereka sebagai konsumen yang
seringkali berada di posisi yang lemah.
mengenai agama, moralitas serta etika. Aspek tersebut perlu
dipahami secara sempurna dan tidak bisa dipahami secara
sepihak.[17] Inilah yang dinamakan filasafat hukum ekonomi,
dinama setiap pengambilan keputusan dala hal ekonomi harus
didasarkan atas beberapa aspek penting dalam kehidupan.
Tidak bisa memang mengambil suatu kebijakan yang dinilai
secara hukum tanpa pertimbangan yang matang. Semua
aspek harus masuk dalam pertimbangan dalam pengambilan
keputusan yang ada. Adanya regulasi yang tepat akan
memperkecil upaya monopoli sebuah korporasi. Karena
adanya filsafat hukum ekonomi maka keberadaan konsumen
dan pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan transaksi
perekonomian bisa berjalan sesuai dengan regulasi dan
perkembangan kehidupan masyarakatnya sehingga bisa
menciptakan nilai yuridis normatif dalam setiap
kebijakannya.
II. Method
Jenis penelitian yang digunakan adalah library research.
Penggunaan jenis penelitian ini diharapkan bisa digunakan
untuk mendapatkan data-data literer yang lengkap, bermakna
dan lebih kredibel serta lebih mendalam.[14] Sumber data yang
digunakan peneliti sesuai dengan jenis penelitian yakni literer
atau studi kepustakaan (library research) maka berupa
literatur dari buku, dokumen, jurnal ataupun karya ilmiah.
Data primer diperoleh dari buku-buku mengenai
perlindungan hukum konsumen, finance technology dan Etika
Bisnis Islam, sedangkan data sekunder didapat dari bukubuku dan jurnal lainnya yang masih berkaitan dengan
perlindungan hukum konsumen, finance technology dan Etika
Bisnis Islam.
Metode pengumpulan data dalam penelitian literer dengan
cara menggali informasi literer berupa dokumen, undangundang dan juga mengenai jurnal dan buku dengan
menggunakan teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi
dalam penelitian literer mempelajari berbagai informasi yang
diperoleh dari dalam dokumen hasil suatu peristiwa atau
berisi informasi, fakta dan data sesuai dengan judul penelitian
peneliti.Informasi literer yang digunakan peneliti adalah
informasi mengenai perlindungan hukum konsumen, finance
technology dan Etika Bisnis Islam. Pada penelitian ini
analisis data yang digunakan analisis isi (content analysis)
dan analisis kritis (critical analysis). Analisis isi merupakan
suatu bentuk analisis terhadap isi dari buku-buku, jurnal
ataupun dokumen eletronik yang membahas mengenai
perlindungan hukum konsumen, finance technology dan Etika
Bisnis Islam.[15] Analisis kritis digunakan untuk mengupas
secara mendalam mengenai aturan pemerintah mengenai
finance technology dan etika bisnis Islam.[16] Analisis kritis
digunakan untuk mengungkap sisi lain dari sebuah data yang
berasal dari buku-buku, jurnal ataupun dokumen eletronik
yang membahas mengenai perlindungan hukum konsumen,
finance technology dan Etika Bisnis Islam secara lebih
mendalam.
A. Perlindungan Hukum Konsumen Finance technology
Perspektif Undang-undang Persaingan Usaha
Konsumen merupakan pihak yang sering dirugikan ketika
terjadi persaingan usaha yang tidak sehat. Efek dari adanya
persaingan usaha yang tidak sehat seringkali membuat
konsumen mengalami kerugian terlebih dalam hal materi.
Terkadang terjadi persaingan berupa harga murah namun
kualitas buruk. Ada juga kasus mengenai persaingan yang
membuat konsumen rugi dalam hal materi lain seperti garansi
maupun keaslian produk. Pelaku usaha melakukan berbagai
hal untuk memperlancar usahanya tanpa mempertimbangkan
posisi konsumen. Kalau pelaku usaha semacam ini tidak
segera ditindak maka yang terjadi adalah masyarakat akan
mengalami kerugian massal. Tak hanya kerugian yang
diderita konsumen saja, peredaran barang di pelaku usaha
bisa saja menjadi lebih mahal dibandingkan sebelumnya.
Tentunya akan berpengaruh terhadap kelangsungan usaha
yang dilakukan oleh pelaku usaha. Tidak dipungkiri bahwa
ada pelaku usaha yang memang melakukan persaingan usaha
secara sehat namun ada juga yang tidak.
Undang-undang yang membahas mengenai persaingan
usaha sangat diperlukan guna menghindari beberapa praktik
persaingan usaha yang dapat merugikan masyarakat. Secara
garis besar undang-undang ini membahas mengenai apa saja
tindakan yang dilarang untuk dilakukan pelaku usaha kepada
konsumen. Adanya Komisi Pengawas Persaingan Usaha
(KPPU) merupakan salah satu bentuk adanya implementasi
nyata adanya undang-undang ini. Permasalahan tentang
bagaimana sebenarnya persaingan usaha di Indonesia telah
membuat banyak pihak terutama konsumen akan merasa
dirugikan.[18] Karenanya adanya KPPU diharapkan bisa
mengurangi beban konsumen ketika menemui adanya
persaingan usaha yang tidak sehat. Umumnya undang-undang
ini dijadikan sebagai pedoman bagi pelaku usaha ataupun
konsumen tentang bagaimana sebenarnya cara melakukan
persaingan usaha.
III. Discussion
Pembangunan ekonomi nasional di Indonesia memang
harus menggunakan landasan berupa paradigma transedental
dalam setiap pengambilan kebijakannya. Adanya dimensi
transedental yang termasuk dalam nilai postmodernisme
mencakup beberapa hal secara luas. Cakupannya meliputi
4
Persaingan usaha di dalam sebuah usaha finance
technology tidak bisa dihindari. Seringkali persaingan usaha
terjadi karena banyaknya pelaku usaha yang hadir dengan
konsentrasi penjualan produk jasa perbankan yang sama.
Tidak menutup kemungkinan bahwa adanya usaha finance
technology memang tidak terfokus pada jasa yang sama
melainkan juga jasa yang berbeda. Ada juga yang memang
sedari awal menciptakan produk jasa perbankan yang
berbeda. Namun karena pengguna jasa finance technology
masih belum begitu besar persaingan pun mulai terjadi.
Undang-undang ini berusaha untuk menunjukkan bagaimana
nilai-nilai persaingan usaha yang seharusnya dilakukan oleh
pelaku usaha. Pelaku usaha setidaknya harus berpedoman
pada beberapa nilai yang terdapat di dalam undang-undang
ini yang mengarah pada persaingan usaha yang sehat. Setiap
usaha yang dijalankan oleh pelaku usaha tidak boleh
menjatuhkan pelaku usaha lainnya atau melakukan tindakan
yang bisa membuat pelaku usaha lainnya merugi. Kerugian
yang diderita oleh pelaku usaha tidak hanya kerugian dalam
hal materi tetapi juga kerugian nonmateri.
pertanggungjawaban yang harus dilakukan oleh pelaku usaha
finance technology.. Pertanggungjawaban tersebut misalnya
mengenai adanya pergantian ganti rugi yang harus dilakukan
oleh pelaku usaha apabila melakukan kegiatan yang tidak
sesuai dengan apa yang telah dikatakan sebelumnya. Apabila
pelaku usaha mendalilkan bahwa apa yang dilakukannya
adalah suatu hal yang benar maka harus dibuktikan bahwa hal
tersebut memang benar. Namun apabila apa yang dilakukan
oleh pelaku usaha adalah suatu hal yang salah maka pelaku
usaha juga harus memberikan ganti rugi yang sesuai dengan
apa yang telah dilakukan sebelumnya. Apabila memang suatu
permasalahan tidak bisa diselesaikan dengan alternatif
penyelesaian sengketa maka harus dilakukan melalui jalur
hukum. Hukum sebaiknya memang langkah terakhir yang
harus ditempuh ketika terjadi suatu permasalahan karena efek
dari adanya penegakan hukum seringkali membuat beberapa
pihak merasakan suatu kekecewaan yang mendalam dan juga
kerugian yang lebih besar dibandingkan dengan penyelesaian
sengketa dengan melalui musyawarah mufakat.
C. Perlindungan Hukum Konsumen Finance technology
Berdasarkan POJK Nomor 77/POJK.01/2016
B. Perlindungan Hukum Konsumen Finance technology
Perspektif
Undang-undang
Perlindungan
Konsumen
Menurut peraturan ini pengusaha di bidang finance
technology harus bisa menyelenggarakan usahanya tidak
seorang diri. Artinya dalam usaha ini bentuk penyelenggara
jasanya merupakan perseroan terbatas atau merupakan
koperasi. Penyelenggara finance technology dikategorikan
dalam Lembaga Jasa Keuangan Lainnya. Sebagai badan
usaha, penyelenggara finance technology harus memenuhi
beberapa syarat sebelum bisa mendapatkan izin dari Otoritas
Jasa Keuangan. Finance technology tidak harus didirikan
oleh Warga Negara Indonesia melainkan juga bisa didirikan
oleh Warga Negara Asing, meskipun demikian warga negara
asing maksimal hanya boleh memiliki keseluruhan saham
melainkan hanya sebesar 85% saja tidak boleh lebih. Selain
itu juga ada syarat minimum jumlah modal yang harus
dimiliki yakni Rp. 2,5 milyar. Pembatasan pinjaman yang
diberikan oleh Lembaga Jasa Keuangan Lainnya yang
dijalankan dengan basis teknologi dibatasi sebesar Rp. 2
milyar.[20]
Pinjaman dibatasi nilainya dikarenakan untuk menjaga
keamanan dari penyelenggara finance technology.
Perlindungan hukum yang dilakukan negara tidak saja untuk
penerima pinjaman namun juga pemberi pinjaman dalam
finance technology. Bentuk perlindungan hukum lainnya
yang diberikan oleh Negara kepada rakyat atas usaha finance
technology adalah melalui adanya dokumen eletronik.
Dokumen elektronik yang dimaksud merupakan perjanjian
atas penyelenggaraan layanan jasa pinjam meminjam uang
berbasis teknologi informasi yang dilakukan antara
penyelenggara dengan pemberi pinjaman serta antara
pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman. Isi dari
dokumen elektronik tersebut sama dengan isi perjanjian pada
umumnya. Dokumen elektronik yang dimiliki oleh
Wujud perlindungan konsumen berdasarakan Undangundang Perlindungan Konsumen diwujudkan dalam
pemenuhan hak konsumen. Hak konsumen merupakan
kewajiban yang harus diberikan atau dilakukan kepada
konsumen oleh pelaku usaha. Banyak hak konsumen yang
harus dipenuhi oleh pelaku usaha. Tak hanya memberikan
kenyamanan dalam pelayanan saja namun pelaku usaha
finance technology harus memberikan data informasi yang
benar, jelas dan jujur mengenai informasi penyediaan jasa
yang akan diberikan kepada konsumen. Selain itu juga harus
diberitahukan kepada konsumen mengenai kompensasi
berupa ganti kerugian atau hal lainnya yang bisa konsumen
terima jika terjadi permasalahan. [19] Selain memperhatikan
tentang hak yang harus diberikan kepada konsumen maka
pelaku usaha finance technology harus memperhatikan juga
tentang perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pelaku usaha.
Perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pelaku usaha antara
lain melakukan kegiatan yang dilarang oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Urusan
mengenai finance technology sangat bergantung pada adanya
informasi elektronik yang harus disampaikan secara lengkap
dalam website yang dijadikan sebagai tempat usaha.
Informasi elektronik merupakan item penting yang dijadikan
sebagai media informasi sehingga harus benar-benar
diperhatikan. Apalagi informasi elektronik merupakan
informasi yang bisa direkam dan dijadikan sebagai barang
bukti jika terjadi suatu permasalahan.
Perlindungan hukum lainnya yang diatur dalam Undangundang Perlindungan Konsumen berkaitan dengan
5
penyelenggara harus dijaga baik-baik dengan menggunakan
tata kelola informasi elektronik yang benar dan disesuaikan
dengan prosedur yang ada. Pengelolaan tersebut antara lain
dengan menggunakan pusat data dan pusat pemulihan
bencana. Tak hanya itu saja harus diperhatikan mengenai
bagaimana standart minimum sistem teknologi informasi dan
risiko teknologi lainnya yang mungkin saja terjadi di masa
yang akan datang. Apalagi kerahasiaan suatu dokumen
elektronik juga harus dijaga benar-benar agar tidak ada
satupun rahasia dari para penerima pinjaman yang keluar.
Meskipun begitu penyelenggara diperbolehkan untuk
melakukan pertukaran informasi dengan pihak-pihak yang
diajak bekerja sama dengan penyelenggara. Perlindungan
hukum konsumen yang ada dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan tidak hanya digunakan untuk konsumen tetapi juga
untuk pelaku usaha finance technology.
Seluruh aspek perbankan baik dari sektor perbankan
secara langsung ataupun pemerintah harus bekerja sama
secara penuh. Tidak bisa kalau hanya mengandalkan salah
satu pihak saja, semua harus bekerja sama secara penuh. Tak
hanya dari sektor keuangan atau perbankan saja, melainkan
perguruan tinggi yang mencetak calon pelaku usaha finance
technology juga harus menyumbang perubahan penting
dalam sektor perbankan. Peraturan ini membuka peluang
perlindungan kepada konsumen agar lebih merasa aman dan
nyaman ketika melakukan transaksi keuangan bagi semua
pihak. Tidak bisa dipungkiri bahwa adanya Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan sangat membantu pelaku usaha dalam bidang
finance technology menjalankan bisnis dalam bidang
perbankan. Selain melindungi konsumen juga melindungi
pelaku usaha karena aturan ini dikeluarkan untuk melakukan
perlindungan antara kedua belah pihak.
“Jiwa seseorang yang jujur itu di dalamnya terdapat
komponen nilai ruhani yang memantulkan berbagai sikap
yang selalu mengandung kebenaran dan suatu dikap yang
terpuji secara moral.”[21] Kejujuran merupakan nilai utama
yang harus dilakukan oleh pelaku usaha. Allah SWT sangat
menyukai orang-orang jujur. Sifat langka yang nyaris hilang
dalam sebuah usaha adalah kejujuran. Kejujuran dalam
perniagaan menjadi sesuatu yang sangat asing. Islam sangat
menganjurkan untuk melakukan kegiatan usaha dengan
kejujuran sekalipun berat. Allah SWT sangat menyukai usaha
yang dilakukan dengan jujur dan sangat membenci orang
yang tidak jujur dalam melakukan usaha. Keberkahan atas
usaha yang jujur akan mendatangkan suatu keridloan Allah
SWT. Selain mendapatkan keberkahan juga mendapatkan
tambahan pelanggan. Sedangkan apabila pedagang yang
curang maka tidak akan mendapatkan keberkahan dan akan
mengurangi pelanggan.
Islam melakukan perlindungan hukum konsumen finance
technology melalui nilai kejujuran. Karena Indonesia belum
menerapkan hukum Islam maka Islam hanya sekedar sebagai
pedoman bagi pelaku usaha Muslim yang melakukan usaha.
Apabila seseorang menerapkan hukum agama secara
keseseluruhan maka ia akan tahu cara menempatkan diri
dengan baik dalam usahanya. Sifat amanah sangat berkaitan
dengan sifat kejujuran. Amanah merupakan refleksi dari
sebuah tindakan kejujuran yang dilakukan oleh manusia.
“Sifat amanah seseorang didapatkan dari adanya pendidikan
syariah yang diperoleh, kalau seseorang mendapatkan
pendidikan syariah maka ia akan selalu berlaku amana saat
diberikan titipan”.[22]
Perlindungan hukum konsumen finance technology
selanjutnya adalah dalam prinsip amanah. Dengan adanya
prinsip amanah diharapkan baik pelaku usaha ataupun
konsumen sama-sama saling menjaga kepercayan dan tidak
berbohong satu sama lain. Sehingga bisa terwujud suatu
bentuk kerja sama yang bagus dan saling menguntungkan
tanpa adanya pikiran untuk saling merugikan satu sama lain.
Amanah adalah salah satu sifat nubuwwah. Amanah akan
melahirkan jiwa professional yang prestatif. Tidak akan ada
distorsi baik pihak konsumen ataupun produsen. Dan
pemerintah menyediakan kepengawasan dalam hal interaksi
antar natizennya. Amanah akan membentuk iklim ekonomi
dan persaingan yang sehat.
Prinsip Keadilan merupakan prinsip ketiga yang harus
dilakukan dalam kehidupan. “Keadilan dalam Islam bukanlah
prinsip sekunder saja, melainkan sebuah cikal bakal dan
fondasi kokoh yang melandasi setiap instrumen
kehidupan.”[23] Keadilan meminta manusia untuk menerapkan
aspek kesamaan dan keseimbangan antara hak dan
kewajiban. Islam juga menggunakan nilai kebebasan terikat
sebagai bentuk bahwa sebuah usaha sangat menjunjung tinggi
nilai keadilan. Prinsip keseimbangan yang dianut dalam
prinsip keadilan merupakan keseimbangan dalam penerapan
hak dan kewajiban.Perlindungan hukum konsumen finance
D. Perlindungan Hukum Konsumen Finance technology
Perspektif Etika Bisnis Islam
Islam adalah agama yang sempurna dalam masalah
mengatur bagaimana hubungan manusia dengan Allah SWT
maupun hubungan dengan sesama manusia. Kegiatan yang
dilakukan oleh sesama manusia diatur sedemikian rupa
hingga oleh Islam terutama dalam hal ekonomi dan bisnis.
Bisnis merupakan salah satu item yang bisa membuat
manusia saling berselisih. Karena itulah Islam memberikan
pedoman untuk para umatnya dalam melakukan kegiatan
bisnis yang baik. Melakukan kegiatan bisnis dengan cara
yang baik dan benar dalam Islam sangat penting. Selain
berimplikasi dalam hubungan dengan manusia juga
berpengaruh terhadap hubungan manusia dengan Allah SWT.
Kelihatannya memang sepele namun kalau dicermati dengan
seksama maka akan didapatkan efek yang sangat besar dalam
kegiatan bisnis. Apalagi kalau dalam jangka panjang akan
sangat terlihat efeknya, kalau jangka pendek masih belum.
Oleh karena itulah umat Muslim harus melakukan pedoman
bisnis dengan benar agar mendapatkan berkah dalam
bisnisnya juga dalam ibadahnya kepada Allah SWT.
6
technology selanjutnya adalah melalui prinsip keadilan. Allah
SWT menganjurkan dalam melakukan usaha harus dengan
adil sehingga tidak akan merugikan konsumen. Begitu juga
pelaku usaha juga tidak akan dirugikan oleh konsumen akibat
konsumen tidak melakukan kewajibannya.
Konsep adanya finance technology yang ada di Indonesia
harus bisa mengimplementasikan nilai-nilai maqashid
syariah. Hal ini bisa diimplementasikan melalui adanya
manajemen operasional dari pengelolaan finance technology.
Prinsip yang harus diemban dalam kegiatan yang dijalankan
dalam finance technology antara lain adalah harus bisa
menciptakan kesejahteraan (falah) serta bisa saling
membantu dalam kebaikan bagi para pelakunya. Lebih
utamanya peran finance technology harus bisa memberikan
kemalahatan bersama bagi seluruh umat Islam. [24]
Implementasi dari maqashid syariah memang harus
diterapkan dalam segala praktek perekonomian yang
dijalankan oleh manusia. Nilai-nilai maqashid syariah telah
mencakup berbagai aspek yang ada dalam kehidupan
manusia.
Penggunaan konsep maqashid syariah mencakup
mengenai pemeliharaan dan pengayaan agama, diri, akal,
keturunan dan harta telah menjadi fokus utama manusia
dalam menjalankan kehidupannya selama di dunia. Kelima
aspek di atas telah menjadi perhatian utama bagi keseluruhan
manusia yang ada di dunia terutama umat Islam. Agama
menempati tempat paling utama sebagai aspek yang menjadi
pengayaan dan pemeliharaan dibandingkan keempat aspek
lainnya. Akan tetapi keempat aspek lainnya tidak boleh
diabaikan juga, melainkan harus juga diperhatikan, dipelihara
dan dijadikan sebagai landasan dalam ekonomi. [25] Inilah yang
membedakan antara ekonomi Islam dengan ekonomi
konvensional, dimana ekonomi Islam menjadikan banyak
landasan dalam pengambilan keputusan dalam masalah
ekonomi.
Pertimbangan manusia dalam penentuan kebijakan
ekonomi berdasarkan kelima maqashid syariah telah cukup
untuk mencegah banyaknya kemudharatan baik dalam segi
muamalah ataupun aspek moralitas. Konsep maqashid
syariah
apabila
benar-benar
diperlakukan
dalam
pemerintahan bisa membuat terciptanya kemaslahatan dalam
kehidupan manusia dan berdampak luas dalam masyarakat
majemuk.[26] Islam merupakan agama yang mencakup segala
aspek dan bisa merangkul semua kalangan. Jika prinsip
ekonomi Islam menurut Islam bisa dijalankan sepenuhnya
maka bisa dipastikan bahwa sistem ekonomi yang sedang
anda jalankan akan membawa anda pada sebuah
kesejahteraan yang bersifat luas.
menciptakan nilai yuridis normatif bagi keseluruhan pelaku
finance technology dan juga konsumen yang terlibat dalam
transaksi tersebut. Hukum positif yang mengatur tentang
perlindungan hukum konsumen finance technology
mencakup Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 1999 tentang Persaingan Usaha, Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen dan Peraturan OJK Nomor
77/POJK.01/2016. Perlindungan hukum konsumen dalam UU
Persaingan usaha membahas mengenai persaingan usaha
yang dilakukan oleh pelaku usaha tidak boleh sampai
merugikan konsumen atau masyarakat. UU Perlindungan
Konsumen mengatur masalah perlindungan hukum konsumen
melalui adanya pemenuhan hak konsumen dan kewajiban
pelaku usaha, jika merugikan konsumen maka pelaku usaha
harus siap untuk memberikan ganti rugi. Sedangkan dalam
POJK Nomor 77/POJK.01/2016 diatur mengenai bagaimana
kriteria dari pelaku usaha finance technology, hal ini untuk
menghindari adanya penyalahgunaan usaha dari pelaku usaha
kepada konsumen. Etika bisnis Islam jika digunakan untuk
menjadi pedoman penyelenggaran transaksi finance
technology bisa menghasilkan suatu usaha yang bisa memberi
manfaat bagi orang banyak. Setiap transaksi yang dilakukan
dengan dasar etika bisnis Islam selalu mengedepankan
perlindungan terhadap agama, jiwa, akal, keturunan dan harta
setiap manusia. Penerapan etika bisnis Islam dengan prinsip
prinsip kejujuran, amanah dan keadilan dalam melakukan
usaha bisa bernilai ibadah menuju kepada nilai nilai universal
yakni transedental dan kesempurnaan akhlak, sekalipun
prakteknya berinteraksi dengan sesama manusia.
References
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
IV. Conclusion
[6]
Perlindungan hukum bagi konsumen finance technology
di Indonesia mencakup hukum positif dan etika bisnis Islam.
Filsafat hukum ekonomi berpengaruh dalam pengambilan
kebijakan dalam bidang regulasi hukum positif untuk
[7]
7
Rudianto, Sunarya, and Sulistiyah. Rancang Bangun Aplikasi Online
Shop Bahan Baku Plastik Berbasis Web Pada Cv. Nadhifa Raya
Tangerang." Jurnal Akrab Juara 3.2 (2018): 175-185, diakses melalui
http://akrabjuara.com/tanggal 26 Mei 2018.
Song Yee Leng, Ameen Talib dan Ardi Gunardi, “Financial
Technologies: A Note on Mobile Payment, Jurnal Keuangan dan
Perbankan,
22(1):
51–62,
2018,
diakses
melalui
http://jurnal.unmer.ac.id/, 21 April 2018, 55.
Marcin Kotarba, “New Factors Inducing Changes in the Retail
Banking Customer Relationship Management (CRM) and Their
Exploration by the Fintech Industry”, in Foundations of Management
Journal, Vol. 8, 2016, accessed on http://www.degruyter.ac.id/, 21
April 2018, 75.
Reena Agrawal, “Disruption in Banking in Emerging Market
Economy: An Empirical Study of India”, Journal of Economic
Analysis (2017, Vol. 50, No. 3-4, 20-31), accessed on
http://www.doaj.org/ at 21 April 2018, 24.
Adrian Teja, “Indonesian Fintech Business: New Innovations or Foster
and Collaborate in Business Ecosystem?”, in the The Asian Journal of
Technology Management Journal, Vol. 10, No. 1, 2017, accessed on
http://journal.sbm.itb.ac.id/, 21 April 2018, 16.
Ekaterina Kalmykova dan Anna Ryabova, “FinTech Market
Development Perspectives”, in the SSH Web of Conferences Journal,
2016, accessed on http://www.shs-conference.org/ at 21 April 2018, 3.
Ion dan Alexandra, “Financial Technology (Fintech) And Its
Implementation on the Romanian Non-Banking Capital Market”, in
[8]
[9]
[10]
[11]
[12]
[13]
[14]
[15]
[16]
the SEA: Practical Application of Science Journal, 2016, accessed on
http://www.doaj.org/ at 21 April 2018, 382.
Kholis, Nur. "Perbankan dalam Era Baru Digital." Economicus 9.1
(2018): 80-88. diakses pada www.ejournal.dewantara.ac.id pada
tanggal 05 Juli 2018.
Setyawati, I., Suroso, S., Suryanto, T., Nurjannah, S.D. 2017. Does
Financial Performance of Islamic Banking is better? Panel Data
Estimation. European Research Studies Journal, 20(2A), 592-606.
Immanuel Adhitya Wulanata Chrismantianto, “Analisis SWOT
Implementasi Teknologi Finansial Terhadap Kualitas Layanan
Perbankan di Indonesia”, dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 20,
No. 1, April 2017, diakses melalui http://ejournal.uksw.edu/ pada
tanggal 21 April 2018, 134.
Djawahir, Abdillah Ubaidi. "Teknologi-Layanan Keuangan, LiterasiInklusi Keuangan, dan Value pada Fintech Syariah di Indonesia:
Perspektif
SOR
(Stimulus-Organism-Response)
Model." PROCEEDINGS: Annual Conference for Muslim Scholars.
No.
Series
1.
2018.
Diakses
melalui
www.proceedings.kopertais4.or.id. pada tanggal 5 Juli 2018.
Basuki, Ferry Hendro, and Hartina Husein. "Analisis Swot Financial
Technology Pada Dunia Perbankan di Kota Ambon." Manajemen dan
Bisnis 2.1 (2018). diakses melalui www.ojs.unpatti.ac.id pada tanggal
5 Juli 2018.
Putra, I. Made Endra Wiartika, Gede Rasben Dantes, and I. Made
Candiasa. "Model Pengukuran Tingkat Kepercayaan Pelanggan
(Online Trust) Terhadap Situs E-Commerce (Studi Kasus pada
Pelanggan E-Commerce di Provinsi Bali)." International Journal of
Natural Science and Engineering 1.3 (2018): 100-109, diakses melalui
website http://ejournal.undiksha.ac.id/ tanggal 23 Mei 2018.
Dwi Putra Syahrul Muharom, “Visualisasi Amsal Pada Metode
Pengajaran”, dalam JurnalAntologi Studi Islam, Seri 15, 2017, 33-34.
Hakim, Dhikrul, and Ahmad Nur Kholis. "Analisis Kompetensi dalam
Pembelajaran Mata Kuliah Alternatif Public Speaking di Universitas
Pesantren Tinggi Darul Ulum Tahun 2017." Jurnal Pendidikan
Islam 1.2
(2018):
144-159.,
diakses
melalui
http://journal.unipdu.ac.id/ pada tanggal 29 Mei 2018.
Septi Wulan Sari, “Perkembangan dan Pemikiran Uang Dari Masa Ke
Masa”, dalam An-Nisbah: Jurnal Ekonomi Syariah 3.1, (2016): 39-58.
[17] Yunianto, Catur, and Arie Purnomosidi. "Paradigma Transendental
Perdagangan Bebas Dalam Perspektif Sistem Hukum Pancasila."
Prosiding Seminar Nasional & Call for Papers Hukum Transendental,
2018
diakses
tanggal
25
juni
2018
melalui
http://www.publikasiilmiah.ums.ac.id/.
[18] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
[19] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen.
[20] Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 Tentang
Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.
[21] Sono, Nanda Hidayan, Lukman Hakim, and Lusi Oktaviani, "Etos
Kerja Islam Sebagai Upaya Meningkatkan Kinerja," dalam UNEJ eProceeding (2018): 411-420, diakses melalui https://jurnal.unej.ac.id/
pada tanggal 3 Juni 2018.
[22] Rahma, Nadia, Rahmani Timorita Yulianti, and Hafiez Sofyani.
"Perilaku Etis Individu Dalam Pelaporan Keuangan: Peran Pendidikan
Berbasis Syariah dan Komitmen Religiusitas." dalam Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Islam 6.1 (2018): 57-83, diakses melalui
http://jurnal.sebi.ac.id/ pada tanggal 3 Juni 2018.
[23] Suripto, Teguh, and Abdullah Salam. "Analisa Penerapan Prinsip
Syariah dalam Asuransi." JESI (Jurnal Ekonomi Syariah
Indonesia) 7.2
(2018):
128-137,
diakses
melalui
http://ejournal.almaata.ac.id/ pada tangal 03 Juni 2018.
[24] Ghulam, Zainil. "Implementasi Maqashid Syariah dalam Koperasi
Syariah." Iqtishoduna: Jurnal Ekonomi Islam 5.1 (2016): 90-112.
Diakses dihttp://ejournal.iaisyarifuddin.ac.id/pada tanggal 25 Juni
2018.
[25] Andriyaldi, Andriyaldi. "Prinsip Dasar Filosofi Ekonomi Islam Dalam
Konteks Modern (Perspektif Maqashid Syariah)." Proceeding IAIN
Batusangkar
1.1
(2018):
87-98.
Diakses
melalui
websitehttp://ecampus.iainbatusangkar.ac.idpada tanggal 25 Juni
2018.
[26] Amalia, Novi Rizka. "Penerapan Konsep Maqashid Syariah untuk
Realisasi Identitas Politik Islam di Indonesia." Dauliyah Journal of
Islamic and International Affairs 2.1 (2017): 31-50. Diakses melalui
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/tanggal 25 Juni 2018.
8
Technology di Indonesia Perspektif Hukum Positif
dan Etika Bisnis Islam
Kutbuddin Aibak 1, Reni Dwi Puspitasari2, Fajrina Eka Wulandari 3, Afif Anikmatul Khoiriyah4, Eti Rohmawati5, Tito
Hadi Putra6
1
[email protected]
2
[email protected]
3,6
Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Hukum Ekonomi Syariah IAIN Tulungagung
4
3
[email protected]
Mahasiswa Pascasarjana Tadris Bahasa Inggris IAIN Tulungagung
5
Mahasiswa S3 Manajemen Pendidikan Islam IAIN Tulungagung
5
[email protected]
6
[email protected]
Intisari Kemajuan teknologi berperan penting bagi kehidupan manusia seiring dengan adanya perkembangan zaman. Konsep adanya
teknologi dalam bidang perbankan yang disebut sebagai finance technology mampu meningkatkan adanya investasi. Banyaknya finance
technology membuat pemerintah mulai berupaya untuk melakukan perlindungan hukum bagi konsumen finance technology. Hal ini untuk
menjaga kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan saat terjadinya transaksi. Metode penelitian yang digunakan adalah library
research dengan teknik analisis datanya content analysis dan critical analysis. Hasil penelitiannya menemukan bahwa pentingnya
perlindungan hukum konsumen finance technology berdasarkan filsafat hukum ekonomi sebagai salah satu pengendali kegiatan
perekonomian. Perlindungan hukum konsumen di Indonesia berdasarkan hukum positif memberikan aturan tentang bagaimana seharusnya
pelaku usaha memperlakukan konsumen sesuai dengan nilai yuridis normatif. Setiap transaksi yang dilakukan melalui finance technology
berdasarkan etika bisnis Islam harus melindungi agama, jiwa, akal, keturunan dan harta para pelakunya sebagai salah satu bentuk
pengendalian diri manusia terhadap tindakan yang dilarang oleh agama.
Kata Kunci finance technology, perlindungan hukum, konsumen, hukum positif, etika bisnis Islam
Abstract Technological progress play an important role for human life along with the development of the times. The concept of technology
in the field of banking which is called as the finance technology can increase the investment. The number of finance technology makes the
government began to seek legal protection for consumer finance technology. This is to keep the possibilities that are not in the desired moment
of the transaction. Research method used is library research with data analysis technique content analysis and critical analysis. The results of
his research determine that the importance of consumer protection law finance technology based on the philosophy of economic law as one of
the controlling of economic activities. Consumer protection law in Indonesia is based on positive law provide rules on how business actors
should treat consumers in accordance with the normative juridical value. Every transactions that is done through finance technology based on
Islamic Business Ethics must protect the religion, the soul, the mind, the descendants and the property of the perpetrators as one of the form of
human self-judgment again actions that are prohibited by religion.
Keywords finance technology, legal protection, consumer, positive law, Islamic Business Ethics
1
I. Introduction
tidak hanya secara offline saja melainkan juga sudah masuk
ranah online.[3] Perkembangan finance technology kini telah
menjamur dimana-mana. Sejalan dengan perkembangan
smartphone dan regulasi dari pembuat kebijakan worldwide.
Contoh di U.S. Federal Reserve System (Board of Governors
of the Federal Reserve System, 2015, 2016) atau di bidang
asuransi the Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC,
2016).
Indonesia sebagai negara berkembang ikut memanfaatkan
moment perkembangan teknologi keuangan ini. Banyak anak
negeri yang mulai membuka usaha yang berbasis finance
technology; mulai dari jasa pengelolaan asset, penggalangan
dana, e-money, payment gateway, p2p Lending, remittance,
saham maupun asuransi. Beberapa contoh startup di jasa
pengelolaan asset misalnya ada jojonomic, penggalangan
dana ada Kitabisa.com, e-money ada Doku, payment gateway
ada iPaymu, remittance ada SingX, saham ada bareksa
maupun asuransi ada HiOscar. Tak hanya di Indonesia
ternyata perkembangan finance technology juga telah masuk
India. Telah banyak juga jenis finance technology di India
yang tumbuh, antara lain Zerodha, Faircent.com, Airtel
Money, dan Idea MyCash. Banyak dari pelaku finance
technology yang memberi pengaruh besar dalam dunia ecomerce di India.[4] Guna memperlancar arus perkembangan
finance technology maka banyak dari pengusaha berbasis
teknologi melakukan kerja sama dengan pihak perbankan.
Nilai-nilai positif yang muncul dari adanya kerja sama ini
akan semakin meningkatkan omset dari usaha finance
technology.
Tak hanya perusahaan startup saja yang mulai membuat
produk baru, beberapa bank di Indonesia juga mulai
mengembangkan produk terbaru dalam bidang finance
technology. Bank BCA mengeluarkan produk Sakuku dan
BTPN dengan produk bernama Jenius. Kedua jenis finance
technology ini sudah mengeluarkan aplikasi mereka sejak
Oktober tahun 2016. Sejak dikeluarkannya produk ini mulai
diijinkan pengguna untuk menginstal aplikasi Sakuku dan
Jenius melalui google play store. Baik Sakuku maupun Jenius
nyatanya berkembang sangat pesat dan cepat. [5]
Perkembangan dalam bidang finance technology masih
terdapat persoalan untuk pengusaha yakni infrastruktur,
regulasi dan kolaborasi. Banyak yang tidak mampu
menyediakan proses tatap muka dengan pihak penyelanggara
jasa keuangan. Meski perusahaan finance technology mampu
mengoperasikan software mereka disisi lain lemah dalam
manajemen resiko, credit scoring dan collection. Hal ini
membuat banyak negara mulai berusaha memberikan regulasi
atau peraturan untuk membuat perlindungan hukum kepada
pelaku usaha juga konsumen. Tak hanya di Indonesia,
negara-negara lain pun juga merasa bahwa perlindungan
hukum penting untuk ditegakkan di samping banyaknya
pertumbuhan usaha dalam bidang finance technology ini.
Teknologi saat ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dalam kehidupan seseorang. Kemajuan teknologi kini
memiliki peranan yang penting bagi kehidupan. Banyak
orang menyadari bahwa ketika mereka gagap terhadap
teknologi maka akan terjadi suatu masalah yang besar.
Karena itu semua orang berusaha mati-matian untuk bisa
menguasai setiap kemajuan teknologi yang muncul
belakangan ini. Hampir semua transaksi baik keuangan
ataupun hubungan antar keluarga juga dilakukan melalui
teknologi. Survey dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII) menyebutkan bahwa jumlah pengguna
internet di Indonesia mencapai 143,26 juta penduduk atau
54,68% dari total populasi penduduk Indonesia sejumlah 262
juta penduduk. Artinya lebih dari ]separuh jumlah penduduk
Indonesia sudah menjadi pengguna internet. Dengan pesatnya
jumlah pengguna internet di Indonesia sangat memungkinkan
adanya potensi perkembangan e-commerce sejalan dengan
perkembangan tersebut.[1] Penggunaan handphone yang sudah
canggih mulai membuka kesempatan bagi para pedagang.
Pedagang mulai membuka usaha mereka secara online. Tidak
lagi hanya di pasar atau di toko. Banyak pengusaha yang
tidak perlu lagi toko fisik untuk mendagangkan produknya.
Tanpa toko fisik semua dagangan bisa ditunjukkan dan dijual
dengan harga yang bahkan lebih mahal dibandingkan jualan
pada toko fisik. Laba yang diperoleh pun semakin banyak
dan tidak tanggung-tanggung.
Keberadaan Smartphone yang menjamur di masyarakat
membuka kesempatan baru bagi penjual untuk menjadi lebih
dekat dengan pelanggan. Dulunya pelanggan memang belum
bisa terhubung dengan internet karena belum banyak yang
memiliki smartphone, namun dengan adanya smartphone
kesempatan baru mulai muncul. Akibat munculnya
kesempatan baru ini perkembangan media sebagai sarana jual
beli berkembang sangat pesat.[2] Perkembangan transaksi jual
beli yang kini berjalan secara online membuat banyak produk
kini tak lagi dijual di toko. Semua produk bisa dionlinekan
dan dijual dengan sangat cepat secara online. Smartphone
bisa membuat segala sesuatu yang tidak mungkin menjadi
suatu hal yang mungkin.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa adanya teknologi
sangat berpengaruh terhadap sistem ekonomi masyarakat.
Tidak hanya di Indonesia, berdasarkan penelitian di Poland
adanya teknologi berimplikasi pada suatu konsep yang baru.
Dalam bidang perbankan perkembangan smartphone mulai
memunculkan konsep finance technology dan e-commerce.
Secara natural finance technology merupakan salah satu
bentuk dari konsep startup. Fokus dari kedua konsep ini lebih
memusatkan konsentrasinya pada inovasi jasa keuangan
dengan perpaduan teknologi. Konsep ini tidak hanya
berpotensi untuk meningkatkan adanya investasi namun juga
dalam hal pembaharuan sistem perbankan. Kini perbankan
2
UK mulai mengembangkan sebuah institusi
sendiri yang menangani dan mengawasi
masalah finance technology. Institusi tersebut
bernama Financial Conduct Authority (FCA).
Fokus tugas dari institusi ini adalah mengawasi
para
pelaku
perbankan,
pelaku
kredit,
perkembangan finansial dan juga startup yang
berfokus pada finance technology.[6] Tak hanya
Indonesia dan UK saja yang mulai menyusun
regulasi mengenai finance technology. Romania
ternyata juga mulai merasa bahwa regulasi
mengenai usaha yang sedang naik daun ini
sangat penting. Memang jika dilihat secara
urgensinya regulasi hukum dalam suatu negara
memang sangat penting. Romania juga memiliki
institusi yang bergerak di bidang pengawasan
finance technology dalam bidang investasi.
Romanian Financial Supervisory Authority (ASF)
dan The National Securities Commision of
Romania (CVNM). Keduanya bertugas untuk
menjaga dan melindungi sistem informasi digital
dari finance technology.[7]
Awal mula perkembangan dari sebuah finance technology
dimulai sekitar tahun 1980. Sejak saat itu dimulailah
perubahan sistem perekaman data melalui komputer. Dulunya
semua ditaruh di dalam kertas dan dalam bentuk print out
sehingga semua bertumbuh di ruangan atau gudang. Maka
untuk meminimalisir hal itu dimulailah perekaman data
melalui sistem komputer yang lebih memudahkan dalam
urusan penyimpanan. Perkembangan layanan keuangan yang
didasarkan dari layanan dengan basis teknologi sangat cepat
dan pesat karena perkembangan teknologi sendiri berjalan
begitu cepat dan langsung ke arah yang drastis. Kini karena
permasalahan tersebut bank mulai membuka kesempatan
baru dengan melakukan layanan dengan melibatkan adanya
teknologi informasi. Jika tetap berpegang teguh pada suatu
usaha tanpa melibatkan teknologi maka bank akan
ketinggalan zaman dan mulai ditinggalkan oleh konsumen. [8]
Meskipun begitu perbankan memerlukan suatu kewaspadaan
tinggi akibat beberapa perkembangan teknologi yang
dikembangkan.
Konsep finance technology dan e-commerce merupakan
bentuk startup kolaborasi dari perkembangan teknologi dan
keuangan. Finance technology merupakan salah satu bentuk
dari konsep startup yang lebih memusatkan konsentrasinya
pada inovasi jasa keuangan dengan perpaduan teknologi yang
dipadukan dengan bidang perbankan. Dengan adanya
perkembangan ini diharapkan bisa memfasilitasi proses
transaksi keuangan yang lebih efisien dan efektif jika
dibandingkan dengan transaksi keuangan tradisional. [9]
“
Layanan yang dilakukan meliputi payment channel system,
digital banking, online digital insurance, Peer to Peer (P2P)
Lending serta layanan crowfunding.”[10] Layanan jasa yang
dilakukan oleh finance techonology jenisnya ada banyak. Ada
yang berupa investasi online, ada yang berupa pinjaman
online, ataupun juga berupa penggalangan dana online secara
penuh. Ketiga sistemnya berbeda satu sama lain.
Baru-baru ini bahkan tidak hanya berupa finance
technology yang biasa namun juga secara syariah. Sekalipun
belum ada aturan huku yang membahas mengenai finance
technology secara syariah namun sudah mulai muncul
finance technology. Meskipun begitu masih banyak konsep
finance technology yang menerapkan adanya penggunaan
dana yang diperoleh dari banyak orang baik berupa
sumbangan dari individu atau dari sebuah organisasi yang
dilakukan
dengan
prinsip-prinsip
sesuai
syariah.
Pengumpulan dana yang dilakukan pun juga melalui website
online yang disesuaikan dengan konsep syariah. Banyak
tantangan yang harus dihadapi dalam perkembangan finance
technology yang masih dalam tahap berkembang. [11] Tidak
hanya
berupa
pedoman
mengenai
proses
penyelenggaraannya, namun juga proses dalam masalah
perlindungan hukumnya.
Kelebihan adanya finance technology dibandingkan
dengan perbankan tanpa teknologi ada banyak. Beberapa
kelebihan tersebut antara lain adalah kemudahan dalam akses
data dalam masalah layanan keuangan, mudahnya
menjangkau masyarakat yang berada di kawasan terpencil
dan juga peningkatan pengetahuan mengenai peningkatan
literasi keuangan dalam pemerintahan.[12] Finance technology
sekalipun memiliki banyak kelebihan namun juga memiliki
beberapa kendala. Kendala dalam melakukan pengembangan
keilmuan ini banyak sekali salah satunya datang dari adanya
konsumen.
Kepercayaan pelanggan ternyata tidak hanya berkaitan
tentang informasi mengenai situs e-commerce dan masalah
perlindungan keamanan, melainkan pelanggan lebih tertarik
dengan situs e-commerce yang memiliki reputasi yang tinggi
serta sikap dari pelaku dalam memperlakukan pelanggan
sangat penting. Sekalipun tidak bisa bertatap langsung
dengan pelanggan namun nyatanya hal tersebut lebih utama
dibandingkan hal lainnya untuk meningkatkan kepercayaan
pelanggan.[13] Kepercayaan pelanggan menjadi suatu hal yang
penting ketika usaha finance technology dijalankan. Bisnis
dunia maya ini tanpa adanya kepercayaan dari pelanggan
tidak bisa berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan dan
pastinya tidak akan berjalan lama. Maka dari itu dalam
menjalankan bisnis finance technology dibutuhkan suatu
kepercayaan tinggi dari para pelanggan mereka.
Bentuk persaingan usaha yang tercipta dari beberapa
finance technology memicu munculnya permasalahan baru.
Banyaknya finance technology membuat pemerintah mulai
berupaya untuk melakukan perlindungan hukum. Hal ini
3
untuk menjaga kemungkinan-kemungkinan yang tidak
diinginkan. Yang perlu dikaji saat ini adalah bagaimana
sebenarnya perlindungan hukum bagi konsumen finance
technology dalam kacamata hukum positif di Indonesia serta
etika bisnis Islam. Tujuan adanya perlindungan hukum bagi
konsumen finance technology tidak lain adalah untuk
melindungi kedudukan mereka sebagai konsumen yang
seringkali berada di posisi yang lemah.
mengenai agama, moralitas serta etika. Aspek tersebut perlu
dipahami secara sempurna dan tidak bisa dipahami secara
sepihak.[17] Inilah yang dinamakan filasafat hukum ekonomi,
dinama setiap pengambilan keputusan dala hal ekonomi harus
didasarkan atas beberapa aspek penting dalam kehidupan.
Tidak bisa memang mengambil suatu kebijakan yang dinilai
secara hukum tanpa pertimbangan yang matang. Semua
aspek harus masuk dalam pertimbangan dalam pengambilan
keputusan yang ada. Adanya regulasi yang tepat akan
memperkecil upaya monopoli sebuah korporasi. Karena
adanya filsafat hukum ekonomi maka keberadaan konsumen
dan pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan transaksi
perekonomian bisa berjalan sesuai dengan regulasi dan
perkembangan kehidupan masyarakatnya sehingga bisa
menciptakan nilai yuridis normatif dalam setiap
kebijakannya.
II. Method
Jenis penelitian yang digunakan adalah library research.
Penggunaan jenis penelitian ini diharapkan bisa digunakan
untuk mendapatkan data-data literer yang lengkap, bermakna
dan lebih kredibel serta lebih mendalam.[14] Sumber data yang
digunakan peneliti sesuai dengan jenis penelitian yakni literer
atau studi kepustakaan (library research) maka berupa
literatur dari buku, dokumen, jurnal ataupun karya ilmiah.
Data primer diperoleh dari buku-buku mengenai
perlindungan hukum konsumen, finance technology dan Etika
Bisnis Islam, sedangkan data sekunder didapat dari bukubuku dan jurnal lainnya yang masih berkaitan dengan
perlindungan hukum konsumen, finance technology dan Etika
Bisnis Islam.
Metode pengumpulan data dalam penelitian literer dengan
cara menggali informasi literer berupa dokumen, undangundang dan juga mengenai jurnal dan buku dengan
menggunakan teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi
dalam penelitian literer mempelajari berbagai informasi yang
diperoleh dari dalam dokumen hasil suatu peristiwa atau
berisi informasi, fakta dan data sesuai dengan judul penelitian
peneliti.Informasi literer yang digunakan peneliti adalah
informasi mengenai perlindungan hukum konsumen, finance
technology dan Etika Bisnis Islam. Pada penelitian ini
analisis data yang digunakan analisis isi (content analysis)
dan analisis kritis (critical analysis). Analisis isi merupakan
suatu bentuk analisis terhadap isi dari buku-buku, jurnal
ataupun dokumen eletronik yang membahas mengenai
perlindungan hukum konsumen, finance technology dan Etika
Bisnis Islam.[15] Analisis kritis digunakan untuk mengupas
secara mendalam mengenai aturan pemerintah mengenai
finance technology dan etika bisnis Islam.[16] Analisis kritis
digunakan untuk mengungkap sisi lain dari sebuah data yang
berasal dari buku-buku, jurnal ataupun dokumen eletronik
yang membahas mengenai perlindungan hukum konsumen,
finance technology dan Etika Bisnis Islam secara lebih
mendalam.
A. Perlindungan Hukum Konsumen Finance technology
Perspektif Undang-undang Persaingan Usaha
Konsumen merupakan pihak yang sering dirugikan ketika
terjadi persaingan usaha yang tidak sehat. Efek dari adanya
persaingan usaha yang tidak sehat seringkali membuat
konsumen mengalami kerugian terlebih dalam hal materi.
Terkadang terjadi persaingan berupa harga murah namun
kualitas buruk. Ada juga kasus mengenai persaingan yang
membuat konsumen rugi dalam hal materi lain seperti garansi
maupun keaslian produk. Pelaku usaha melakukan berbagai
hal untuk memperlancar usahanya tanpa mempertimbangkan
posisi konsumen. Kalau pelaku usaha semacam ini tidak
segera ditindak maka yang terjadi adalah masyarakat akan
mengalami kerugian massal. Tak hanya kerugian yang
diderita konsumen saja, peredaran barang di pelaku usaha
bisa saja menjadi lebih mahal dibandingkan sebelumnya.
Tentunya akan berpengaruh terhadap kelangsungan usaha
yang dilakukan oleh pelaku usaha. Tidak dipungkiri bahwa
ada pelaku usaha yang memang melakukan persaingan usaha
secara sehat namun ada juga yang tidak.
Undang-undang yang membahas mengenai persaingan
usaha sangat diperlukan guna menghindari beberapa praktik
persaingan usaha yang dapat merugikan masyarakat. Secara
garis besar undang-undang ini membahas mengenai apa saja
tindakan yang dilarang untuk dilakukan pelaku usaha kepada
konsumen. Adanya Komisi Pengawas Persaingan Usaha
(KPPU) merupakan salah satu bentuk adanya implementasi
nyata adanya undang-undang ini. Permasalahan tentang
bagaimana sebenarnya persaingan usaha di Indonesia telah
membuat banyak pihak terutama konsumen akan merasa
dirugikan.[18] Karenanya adanya KPPU diharapkan bisa
mengurangi beban konsumen ketika menemui adanya
persaingan usaha yang tidak sehat. Umumnya undang-undang
ini dijadikan sebagai pedoman bagi pelaku usaha ataupun
konsumen tentang bagaimana sebenarnya cara melakukan
persaingan usaha.
III. Discussion
Pembangunan ekonomi nasional di Indonesia memang
harus menggunakan landasan berupa paradigma transedental
dalam setiap pengambilan kebijakannya. Adanya dimensi
transedental yang termasuk dalam nilai postmodernisme
mencakup beberapa hal secara luas. Cakupannya meliputi
4
Persaingan usaha di dalam sebuah usaha finance
technology tidak bisa dihindari. Seringkali persaingan usaha
terjadi karena banyaknya pelaku usaha yang hadir dengan
konsentrasi penjualan produk jasa perbankan yang sama.
Tidak menutup kemungkinan bahwa adanya usaha finance
technology memang tidak terfokus pada jasa yang sama
melainkan juga jasa yang berbeda. Ada juga yang memang
sedari awal menciptakan produk jasa perbankan yang
berbeda. Namun karena pengguna jasa finance technology
masih belum begitu besar persaingan pun mulai terjadi.
Undang-undang ini berusaha untuk menunjukkan bagaimana
nilai-nilai persaingan usaha yang seharusnya dilakukan oleh
pelaku usaha. Pelaku usaha setidaknya harus berpedoman
pada beberapa nilai yang terdapat di dalam undang-undang
ini yang mengarah pada persaingan usaha yang sehat. Setiap
usaha yang dijalankan oleh pelaku usaha tidak boleh
menjatuhkan pelaku usaha lainnya atau melakukan tindakan
yang bisa membuat pelaku usaha lainnya merugi. Kerugian
yang diderita oleh pelaku usaha tidak hanya kerugian dalam
hal materi tetapi juga kerugian nonmateri.
pertanggungjawaban yang harus dilakukan oleh pelaku usaha
finance technology.. Pertanggungjawaban tersebut misalnya
mengenai adanya pergantian ganti rugi yang harus dilakukan
oleh pelaku usaha apabila melakukan kegiatan yang tidak
sesuai dengan apa yang telah dikatakan sebelumnya. Apabila
pelaku usaha mendalilkan bahwa apa yang dilakukannya
adalah suatu hal yang benar maka harus dibuktikan bahwa hal
tersebut memang benar. Namun apabila apa yang dilakukan
oleh pelaku usaha adalah suatu hal yang salah maka pelaku
usaha juga harus memberikan ganti rugi yang sesuai dengan
apa yang telah dilakukan sebelumnya. Apabila memang suatu
permasalahan tidak bisa diselesaikan dengan alternatif
penyelesaian sengketa maka harus dilakukan melalui jalur
hukum. Hukum sebaiknya memang langkah terakhir yang
harus ditempuh ketika terjadi suatu permasalahan karena efek
dari adanya penegakan hukum seringkali membuat beberapa
pihak merasakan suatu kekecewaan yang mendalam dan juga
kerugian yang lebih besar dibandingkan dengan penyelesaian
sengketa dengan melalui musyawarah mufakat.
C. Perlindungan Hukum Konsumen Finance technology
Berdasarkan POJK Nomor 77/POJK.01/2016
B. Perlindungan Hukum Konsumen Finance technology
Perspektif
Undang-undang
Perlindungan
Konsumen
Menurut peraturan ini pengusaha di bidang finance
technology harus bisa menyelenggarakan usahanya tidak
seorang diri. Artinya dalam usaha ini bentuk penyelenggara
jasanya merupakan perseroan terbatas atau merupakan
koperasi. Penyelenggara finance technology dikategorikan
dalam Lembaga Jasa Keuangan Lainnya. Sebagai badan
usaha, penyelenggara finance technology harus memenuhi
beberapa syarat sebelum bisa mendapatkan izin dari Otoritas
Jasa Keuangan. Finance technology tidak harus didirikan
oleh Warga Negara Indonesia melainkan juga bisa didirikan
oleh Warga Negara Asing, meskipun demikian warga negara
asing maksimal hanya boleh memiliki keseluruhan saham
melainkan hanya sebesar 85% saja tidak boleh lebih. Selain
itu juga ada syarat minimum jumlah modal yang harus
dimiliki yakni Rp. 2,5 milyar. Pembatasan pinjaman yang
diberikan oleh Lembaga Jasa Keuangan Lainnya yang
dijalankan dengan basis teknologi dibatasi sebesar Rp. 2
milyar.[20]
Pinjaman dibatasi nilainya dikarenakan untuk menjaga
keamanan dari penyelenggara finance technology.
Perlindungan hukum yang dilakukan negara tidak saja untuk
penerima pinjaman namun juga pemberi pinjaman dalam
finance technology. Bentuk perlindungan hukum lainnya
yang diberikan oleh Negara kepada rakyat atas usaha finance
technology adalah melalui adanya dokumen eletronik.
Dokumen elektronik yang dimaksud merupakan perjanjian
atas penyelenggaraan layanan jasa pinjam meminjam uang
berbasis teknologi informasi yang dilakukan antara
penyelenggara dengan pemberi pinjaman serta antara
pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman. Isi dari
dokumen elektronik tersebut sama dengan isi perjanjian pada
umumnya. Dokumen elektronik yang dimiliki oleh
Wujud perlindungan konsumen berdasarakan Undangundang Perlindungan Konsumen diwujudkan dalam
pemenuhan hak konsumen. Hak konsumen merupakan
kewajiban yang harus diberikan atau dilakukan kepada
konsumen oleh pelaku usaha. Banyak hak konsumen yang
harus dipenuhi oleh pelaku usaha. Tak hanya memberikan
kenyamanan dalam pelayanan saja namun pelaku usaha
finance technology harus memberikan data informasi yang
benar, jelas dan jujur mengenai informasi penyediaan jasa
yang akan diberikan kepada konsumen. Selain itu juga harus
diberitahukan kepada konsumen mengenai kompensasi
berupa ganti kerugian atau hal lainnya yang bisa konsumen
terima jika terjadi permasalahan. [19] Selain memperhatikan
tentang hak yang harus diberikan kepada konsumen maka
pelaku usaha finance technology harus memperhatikan juga
tentang perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pelaku usaha.
Perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pelaku usaha antara
lain melakukan kegiatan yang dilarang oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Urusan
mengenai finance technology sangat bergantung pada adanya
informasi elektronik yang harus disampaikan secara lengkap
dalam website yang dijadikan sebagai tempat usaha.
Informasi elektronik merupakan item penting yang dijadikan
sebagai media informasi sehingga harus benar-benar
diperhatikan. Apalagi informasi elektronik merupakan
informasi yang bisa direkam dan dijadikan sebagai barang
bukti jika terjadi suatu permasalahan.
Perlindungan hukum lainnya yang diatur dalam Undangundang Perlindungan Konsumen berkaitan dengan
5
penyelenggara harus dijaga baik-baik dengan menggunakan
tata kelola informasi elektronik yang benar dan disesuaikan
dengan prosedur yang ada. Pengelolaan tersebut antara lain
dengan menggunakan pusat data dan pusat pemulihan
bencana. Tak hanya itu saja harus diperhatikan mengenai
bagaimana standart minimum sistem teknologi informasi dan
risiko teknologi lainnya yang mungkin saja terjadi di masa
yang akan datang. Apalagi kerahasiaan suatu dokumen
elektronik juga harus dijaga benar-benar agar tidak ada
satupun rahasia dari para penerima pinjaman yang keluar.
Meskipun begitu penyelenggara diperbolehkan untuk
melakukan pertukaran informasi dengan pihak-pihak yang
diajak bekerja sama dengan penyelenggara. Perlindungan
hukum konsumen yang ada dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan tidak hanya digunakan untuk konsumen tetapi juga
untuk pelaku usaha finance technology.
Seluruh aspek perbankan baik dari sektor perbankan
secara langsung ataupun pemerintah harus bekerja sama
secara penuh. Tidak bisa kalau hanya mengandalkan salah
satu pihak saja, semua harus bekerja sama secara penuh. Tak
hanya dari sektor keuangan atau perbankan saja, melainkan
perguruan tinggi yang mencetak calon pelaku usaha finance
technology juga harus menyumbang perubahan penting
dalam sektor perbankan. Peraturan ini membuka peluang
perlindungan kepada konsumen agar lebih merasa aman dan
nyaman ketika melakukan transaksi keuangan bagi semua
pihak. Tidak bisa dipungkiri bahwa adanya Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan sangat membantu pelaku usaha dalam bidang
finance technology menjalankan bisnis dalam bidang
perbankan. Selain melindungi konsumen juga melindungi
pelaku usaha karena aturan ini dikeluarkan untuk melakukan
perlindungan antara kedua belah pihak.
“Jiwa seseorang yang jujur itu di dalamnya terdapat
komponen nilai ruhani yang memantulkan berbagai sikap
yang selalu mengandung kebenaran dan suatu dikap yang
terpuji secara moral.”[21] Kejujuran merupakan nilai utama
yang harus dilakukan oleh pelaku usaha. Allah SWT sangat
menyukai orang-orang jujur. Sifat langka yang nyaris hilang
dalam sebuah usaha adalah kejujuran. Kejujuran dalam
perniagaan menjadi sesuatu yang sangat asing. Islam sangat
menganjurkan untuk melakukan kegiatan usaha dengan
kejujuran sekalipun berat. Allah SWT sangat menyukai usaha
yang dilakukan dengan jujur dan sangat membenci orang
yang tidak jujur dalam melakukan usaha. Keberkahan atas
usaha yang jujur akan mendatangkan suatu keridloan Allah
SWT. Selain mendapatkan keberkahan juga mendapatkan
tambahan pelanggan. Sedangkan apabila pedagang yang
curang maka tidak akan mendapatkan keberkahan dan akan
mengurangi pelanggan.
Islam melakukan perlindungan hukum konsumen finance
technology melalui nilai kejujuran. Karena Indonesia belum
menerapkan hukum Islam maka Islam hanya sekedar sebagai
pedoman bagi pelaku usaha Muslim yang melakukan usaha.
Apabila seseorang menerapkan hukum agama secara
keseseluruhan maka ia akan tahu cara menempatkan diri
dengan baik dalam usahanya. Sifat amanah sangat berkaitan
dengan sifat kejujuran. Amanah merupakan refleksi dari
sebuah tindakan kejujuran yang dilakukan oleh manusia.
“Sifat amanah seseorang didapatkan dari adanya pendidikan
syariah yang diperoleh, kalau seseorang mendapatkan
pendidikan syariah maka ia akan selalu berlaku amana saat
diberikan titipan”.[22]
Perlindungan hukum konsumen finance technology
selanjutnya adalah dalam prinsip amanah. Dengan adanya
prinsip amanah diharapkan baik pelaku usaha ataupun
konsumen sama-sama saling menjaga kepercayan dan tidak
berbohong satu sama lain. Sehingga bisa terwujud suatu
bentuk kerja sama yang bagus dan saling menguntungkan
tanpa adanya pikiran untuk saling merugikan satu sama lain.
Amanah adalah salah satu sifat nubuwwah. Amanah akan
melahirkan jiwa professional yang prestatif. Tidak akan ada
distorsi baik pihak konsumen ataupun produsen. Dan
pemerintah menyediakan kepengawasan dalam hal interaksi
antar natizennya. Amanah akan membentuk iklim ekonomi
dan persaingan yang sehat.
Prinsip Keadilan merupakan prinsip ketiga yang harus
dilakukan dalam kehidupan. “Keadilan dalam Islam bukanlah
prinsip sekunder saja, melainkan sebuah cikal bakal dan
fondasi kokoh yang melandasi setiap instrumen
kehidupan.”[23] Keadilan meminta manusia untuk menerapkan
aspek kesamaan dan keseimbangan antara hak dan
kewajiban. Islam juga menggunakan nilai kebebasan terikat
sebagai bentuk bahwa sebuah usaha sangat menjunjung tinggi
nilai keadilan. Prinsip keseimbangan yang dianut dalam
prinsip keadilan merupakan keseimbangan dalam penerapan
hak dan kewajiban.Perlindungan hukum konsumen finance
D. Perlindungan Hukum Konsumen Finance technology
Perspektif Etika Bisnis Islam
Islam adalah agama yang sempurna dalam masalah
mengatur bagaimana hubungan manusia dengan Allah SWT
maupun hubungan dengan sesama manusia. Kegiatan yang
dilakukan oleh sesama manusia diatur sedemikian rupa
hingga oleh Islam terutama dalam hal ekonomi dan bisnis.
Bisnis merupakan salah satu item yang bisa membuat
manusia saling berselisih. Karena itulah Islam memberikan
pedoman untuk para umatnya dalam melakukan kegiatan
bisnis yang baik. Melakukan kegiatan bisnis dengan cara
yang baik dan benar dalam Islam sangat penting. Selain
berimplikasi dalam hubungan dengan manusia juga
berpengaruh terhadap hubungan manusia dengan Allah SWT.
Kelihatannya memang sepele namun kalau dicermati dengan
seksama maka akan didapatkan efek yang sangat besar dalam
kegiatan bisnis. Apalagi kalau dalam jangka panjang akan
sangat terlihat efeknya, kalau jangka pendek masih belum.
Oleh karena itulah umat Muslim harus melakukan pedoman
bisnis dengan benar agar mendapatkan berkah dalam
bisnisnya juga dalam ibadahnya kepada Allah SWT.
6
technology selanjutnya adalah melalui prinsip keadilan. Allah
SWT menganjurkan dalam melakukan usaha harus dengan
adil sehingga tidak akan merugikan konsumen. Begitu juga
pelaku usaha juga tidak akan dirugikan oleh konsumen akibat
konsumen tidak melakukan kewajibannya.
Konsep adanya finance technology yang ada di Indonesia
harus bisa mengimplementasikan nilai-nilai maqashid
syariah. Hal ini bisa diimplementasikan melalui adanya
manajemen operasional dari pengelolaan finance technology.
Prinsip yang harus diemban dalam kegiatan yang dijalankan
dalam finance technology antara lain adalah harus bisa
menciptakan kesejahteraan (falah) serta bisa saling
membantu dalam kebaikan bagi para pelakunya. Lebih
utamanya peran finance technology harus bisa memberikan
kemalahatan bersama bagi seluruh umat Islam. [24]
Implementasi dari maqashid syariah memang harus
diterapkan dalam segala praktek perekonomian yang
dijalankan oleh manusia. Nilai-nilai maqashid syariah telah
mencakup berbagai aspek yang ada dalam kehidupan
manusia.
Penggunaan konsep maqashid syariah mencakup
mengenai pemeliharaan dan pengayaan agama, diri, akal,
keturunan dan harta telah menjadi fokus utama manusia
dalam menjalankan kehidupannya selama di dunia. Kelima
aspek di atas telah menjadi perhatian utama bagi keseluruhan
manusia yang ada di dunia terutama umat Islam. Agama
menempati tempat paling utama sebagai aspek yang menjadi
pengayaan dan pemeliharaan dibandingkan keempat aspek
lainnya. Akan tetapi keempat aspek lainnya tidak boleh
diabaikan juga, melainkan harus juga diperhatikan, dipelihara
dan dijadikan sebagai landasan dalam ekonomi. [25] Inilah yang
membedakan antara ekonomi Islam dengan ekonomi
konvensional, dimana ekonomi Islam menjadikan banyak
landasan dalam pengambilan keputusan dalam masalah
ekonomi.
Pertimbangan manusia dalam penentuan kebijakan
ekonomi berdasarkan kelima maqashid syariah telah cukup
untuk mencegah banyaknya kemudharatan baik dalam segi
muamalah ataupun aspek moralitas. Konsep maqashid
syariah
apabila
benar-benar
diperlakukan
dalam
pemerintahan bisa membuat terciptanya kemaslahatan dalam
kehidupan manusia dan berdampak luas dalam masyarakat
majemuk.[26] Islam merupakan agama yang mencakup segala
aspek dan bisa merangkul semua kalangan. Jika prinsip
ekonomi Islam menurut Islam bisa dijalankan sepenuhnya
maka bisa dipastikan bahwa sistem ekonomi yang sedang
anda jalankan akan membawa anda pada sebuah
kesejahteraan yang bersifat luas.
menciptakan nilai yuridis normatif bagi keseluruhan pelaku
finance technology dan juga konsumen yang terlibat dalam
transaksi tersebut. Hukum positif yang mengatur tentang
perlindungan hukum konsumen finance technology
mencakup Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 1999 tentang Persaingan Usaha, Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen dan Peraturan OJK Nomor
77/POJK.01/2016. Perlindungan hukum konsumen dalam UU
Persaingan usaha membahas mengenai persaingan usaha
yang dilakukan oleh pelaku usaha tidak boleh sampai
merugikan konsumen atau masyarakat. UU Perlindungan
Konsumen mengatur masalah perlindungan hukum konsumen
melalui adanya pemenuhan hak konsumen dan kewajiban
pelaku usaha, jika merugikan konsumen maka pelaku usaha
harus siap untuk memberikan ganti rugi. Sedangkan dalam
POJK Nomor 77/POJK.01/2016 diatur mengenai bagaimana
kriteria dari pelaku usaha finance technology, hal ini untuk
menghindari adanya penyalahgunaan usaha dari pelaku usaha
kepada konsumen. Etika bisnis Islam jika digunakan untuk
menjadi pedoman penyelenggaran transaksi finance
technology bisa menghasilkan suatu usaha yang bisa memberi
manfaat bagi orang banyak. Setiap transaksi yang dilakukan
dengan dasar etika bisnis Islam selalu mengedepankan
perlindungan terhadap agama, jiwa, akal, keturunan dan harta
setiap manusia. Penerapan etika bisnis Islam dengan prinsip
prinsip kejujuran, amanah dan keadilan dalam melakukan
usaha bisa bernilai ibadah menuju kepada nilai nilai universal
yakni transedental dan kesempurnaan akhlak, sekalipun
prakteknya berinteraksi dengan sesama manusia.
References
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
IV. Conclusion
[6]
Perlindungan hukum bagi konsumen finance technology
di Indonesia mencakup hukum positif dan etika bisnis Islam.
Filsafat hukum ekonomi berpengaruh dalam pengambilan
kebijakan dalam bidang regulasi hukum positif untuk
[7]
7
Rudianto, Sunarya, and Sulistiyah. Rancang Bangun Aplikasi Online
Shop Bahan Baku Plastik Berbasis Web Pada Cv. Nadhifa Raya
Tangerang." Jurnal Akrab Juara 3.2 (2018): 175-185, diakses melalui
http://akrabjuara.com/tanggal 26 Mei 2018.
Song Yee Leng, Ameen Talib dan Ardi Gunardi, “Financial
Technologies: A Note on Mobile Payment, Jurnal Keuangan dan
Perbankan,
22(1):
51–62,
2018,
diakses
melalui
http://jurnal.unmer.ac.id/, 21 April 2018, 55.
Marcin Kotarba, “New Factors Inducing Changes in the Retail
Banking Customer Relationship Management (CRM) and Their
Exploration by the Fintech Industry”, in Foundations of Management
Journal, Vol. 8, 2016, accessed on http://www.degruyter.ac.id/, 21
April 2018, 75.
Reena Agrawal, “Disruption in Banking in Emerging Market
Economy: An Empirical Study of India”, Journal of Economic
Analysis (2017, Vol. 50, No. 3-4, 20-31), accessed on
http://www.doaj.org/ at 21 April 2018, 24.
Adrian Teja, “Indonesian Fintech Business: New Innovations or Foster
and Collaborate in Business Ecosystem?”, in the The Asian Journal of
Technology Management Journal, Vol. 10, No. 1, 2017, accessed on
http://journal.sbm.itb.ac.id/, 21 April 2018, 16.
Ekaterina Kalmykova dan Anna Ryabova, “FinTech Market
Development Perspectives”, in the SSH Web of Conferences Journal,
2016, accessed on http://www.shs-conference.org/ at 21 April 2018, 3.
Ion dan Alexandra, “Financial Technology (Fintech) And Its
Implementation on the Romanian Non-Banking Capital Market”, in
[8]
[9]
[10]
[11]
[12]
[13]
[14]
[15]
[16]
the SEA: Practical Application of Science Journal, 2016, accessed on
http://www.doaj.org/ at 21 April 2018, 382.
Kholis, Nur. "Perbankan dalam Era Baru Digital." Economicus 9.1
(2018): 80-88. diakses pada www.ejournal.dewantara.ac.id pada
tanggal 05 Juli 2018.
Setyawati, I., Suroso, S., Suryanto, T., Nurjannah, S.D. 2017. Does
Financial Performance of Islamic Banking is better? Panel Data
Estimation. European Research Studies Journal, 20(2A), 592-606.
Immanuel Adhitya Wulanata Chrismantianto, “Analisis SWOT
Implementasi Teknologi Finansial Terhadap Kualitas Layanan
Perbankan di Indonesia”, dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 20,
No. 1, April 2017, diakses melalui http://ejournal.uksw.edu/ pada
tanggal 21 April 2018, 134.
Djawahir, Abdillah Ubaidi. "Teknologi-Layanan Keuangan, LiterasiInklusi Keuangan, dan Value pada Fintech Syariah di Indonesia:
Perspektif
SOR
(Stimulus-Organism-Response)
Model." PROCEEDINGS: Annual Conference for Muslim Scholars.
No.
Series
1.
2018.
Diakses
melalui
www.proceedings.kopertais4.or.id. pada tanggal 5 Juli 2018.
Basuki, Ferry Hendro, and Hartina Husein. "Analisis Swot Financial
Technology Pada Dunia Perbankan di Kota Ambon." Manajemen dan
Bisnis 2.1 (2018). diakses melalui www.ojs.unpatti.ac.id pada tanggal
5 Juli 2018.
Putra, I. Made Endra Wiartika, Gede Rasben Dantes, and I. Made
Candiasa. "Model Pengukuran Tingkat Kepercayaan Pelanggan
(Online Trust) Terhadap Situs E-Commerce (Studi Kasus pada
Pelanggan E-Commerce di Provinsi Bali)." International Journal of
Natural Science and Engineering 1.3 (2018): 100-109, diakses melalui
website http://ejournal.undiksha.ac.id/ tanggal 23 Mei 2018.
Dwi Putra Syahrul Muharom, “Visualisasi Amsal Pada Metode
Pengajaran”, dalam JurnalAntologi Studi Islam, Seri 15, 2017, 33-34.
Hakim, Dhikrul, and Ahmad Nur Kholis. "Analisis Kompetensi dalam
Pembelajaran Mata Kuliah Alternatif Public Speaking di Universitas
Pesantren Tinggi Darul Ulum Tahun 2017." Jurnal Pendidikan
Islam 1.2
(2018):
144-159.,
diakses
melalui
http://journal.unipdu.ac.id/ pada tanggal 29 Mei 2018.
Septi Wulan Sari, “Perkembangan dan Pemikiran Uang Dari Masa Ke
Masa”, dalam An-Nisbah: Jurnal Ekonomi Syariah 3.1, (2016): 39-58.
[17] Yunianto, Catur, and Arie Purnomosidi. "Paradigma Transendental
Perdagangan Bebas Dalam Perspektif Sistem Hukum Pancasila."
Prosiding Seminar Nasional & Call for Papers Hukum Transendental,
2018
diakses
tanggal
25
juni
2018
melalui
http://www.publikasiilmiah.ums.ac.id/.
[18] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
[19] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen.
[20] Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 Tentang
Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.
[21] Sono, Nanda Hidayan, Lukman Hakim, and Lusi Oktaviani, "Etos
Kerja Islam Sebagai Upaya Meningkatkan Kinerja," dalam UNEJ eProceeding (2018): 411-420, diakses melalui https://jurnal.unej.ac.id/
pada tanggal 3 Juni 2018.
[22] Rahma, Nadia, Rahmani Timorita Yulianti, and Hafiez Sofyani.
"Perilaku Etis Individu Dalam Pelaporan Keuangan: Peran Pendidikan
Berbasis Syariah dan Komitmen Religiusitas." dalam Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Islam 6.1 (2018): 57-83, diakses melalui
http://jurnal.sebi.ac.id/ pada tanggal 3 Juni 2018.
[23] Suripto, Teguh, and Abdullah Salam. "Analisa Penerapan Prinsip
Syariah dalam Asuransi." JESI (Jurnal Ekonomi Syariah
Indonesia) 7.2
(2018):
128-137,
diakses
melalui
http://ejournal.almaata.ac.id/ pada tangal 03 Juni 2018.
[24] Ghulam, Zainil. "Implementasi Maqashid Syariah dalam Koperasi
Syariah." Iqtishoduna: Jurnal Ekonomi Islam 5.1 (2016): 90-112.
Diakses dihttp://ejournal.iaisyarifuddin.ac.id/pada tanggal 25 Juni
2018.
[25] Andriyaldi, Andriyaldi. "Prinsip Dasar Filosofi Ekonomi Islam Dalam
Konteks Modern (Perspektif Maqashid Syariah)." Proceeding IAIN
Batusangkar
1.1
(2018):
87-98.
Diakses
melalui
websitehttp://ecampus.iainbatusangkar.ac.idpada tanggal 25 Juni
2018.
[26] Amalia, Novi Rizka. "Penerapan Konsep Maqashid Syariah untuk
Realisasi Identitas Politik Islam di Indonesia." Dauliyah Journal of
Islamic and International Affairs 2.1 (2017): 31-50. Diakses melalui
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/tanggal 25 Juni 2018.
8