SASTRA DUNIA SASTRA DUNIA SASTRA DUNIA
TUGAS MATA KULIAH SASTRA DUNIA
Sastra Bandingan dan Alih Wahana 10 buku fiksi
Oleh:
Fita Nurul Inayah
13010217410003
PROGRAM MAGISTER ILMU SUSASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
Judul
: Perempuan di Titik Nol
Penulis
: Nawal El-Saadawi
Penerbit
: Yayasan Obor Indonesia
Tahun cetakan : 2006
Novel ini banyak menceritakan tentang kisah betapa budaya kekerasan dalam rumah
tangga dan pelecehan terhadap perempuan seolah menjadi hal yang wajar. Penggambaran
feminisme juga terlihat karena novel ini menggambarkan bagaimana selama ini masyarakat
patriarki memandang dan menganggap perempuan sebagai manusia kelas dua. Dari segi isi
cerita, kelebihan dari novel ini yaitu membangkitkan semangat bagi para perempuan untuk
tidak terjerumus akan hal negatif duniawi. Namun selaras dengan kekurangan novel ini
karena di dalam novel Perempuan di Titik Nol yang menceritakan tentang kebobrokan lelaki,
seakan-akan lelaki adalah makhluk jahat yang hanya mau merampas harga diri wanita saja
padahal dalam faktanya tidak semuanya para lelaki bersikap demikian.
Hal lain yang menjadi kekurangan dalam novel ini yaitu kebanyakan ceritanya
bersifat fulgar dan seringkali berbau seks, sehingga banyak memungkinkan timbul
pertentangan dari berbagai pihak. Oleh karena itu untuk segi sasaran yang dituju hanya
diperuntukkan bagi orang-orang yang sudah dewasa karena akan berdampak negatif jika
pembaca belum dewasa atau belum cukup umur seperti anak yang baru bisa membaca atau
sebagainya membaca novel ini. Menurut saya, ada banyak pemilihan kata yang terasa aneh
dalam novel ini serta banyak penggunaan repetisi yang alih-alih memberikan penegasan,
seringkali justru membuat kesal.
Judul Buku
: Pangeran yang Selalu Bahagia
Penulis
: Oscar Wilde
Penerbit
: Yayasan Obor Indonesia
Tahun Cetakan : 2001
Buku bertajuk Pangeran yang selalu Bahagia ini disajikan dalam berbagai bentuk
seperti fabel, Sage, dan Mite. Gaya yang jenaka dan konyol lewat dialog-dialog antar tokoh
dalam buku ini mengandung banyak sindiran tajam terhadap moralitas tatanan masyarakat
kelas atas. Berbanding terbalik dengan kebanyakan dongeng yang berujung kebahagiaan,
kisah dalam buku ini terlalu menyedihkan dan penuh ironi, mempertentangkan antara
bagaimana sulitnya memperoleh kebahagiaan, namun juga betapa mudahnya menyepelekan
kebahagiaan. Kebahagiaan adalah sesuatu yang rapuh, ia sulit didapat namun begitu mudah
hilang begitu saja hingga harus memikirkan ulang definisi sebuah kebahagian.
Ditulis dengan gaya klasik dan bahasa yang sederhana namun puitis, Wilde
mengeksploitasi kesedihan begitu dalam. Meski kisah yang dihadirkan kelam dan suram,
namun dongeng-dongeng ini tetap menghadirkan pesan moral seperti mengasihi orang yang
lemah, berbagi dengan sesama, ketulusan, kerendahhatian, rela berkorban, persahabatan, atau
kejujuran. Beberapa konten yang terlalu muram dan berdarah-darah atau pemaknaan cinta
yang mendalam buku ini mungkin akan sukar dicerna oleh anak-anak, termasuk memahami
lelucon-lelucon yang terkadang kasar dalam cerpen-cerpen yang lain. Untuk itu, diperlukan
bimbingan dari orang tua agar pesan moral tersampaikan dan tidak disalahartikan.
Judul
: Catatan Harian Orang Gila
Pengarang
: Lu Xun
Penerbit
: Jalasutra
Tahun
: 2007
Buku Lu Xun ini adalah salah satu sastra realis yang melanggar tradisi masyarakat
Cina dan secara jelas menggambarkan kondisi sosial politik rakyat Cina yang begitu porakporanda. Kekuasaan para pemimpin feodal yang tak manusiawi juga tergambar dalam novel
ini. Isinya jg merupakan kritik dan kecaman atas masyarakat yang terlalu lembek dan
mengidap berbagai sindiran kepada intelektual yang menyandang status sebagai kaum
revolusioner yang ternyata adalah manusia serakah. Karakter “aku” memiliki gangguan
mental dan melihat apapun di sekitarnya menjadi sesuatu yang benar-benar aneh. Sikapnya
adalah bentuk nyata yang menunjukkan bahwa ia benar-benar gila.
Melalui penggambaran karakter dalam cerita pendek ini, Lu xun memiliki tujuan
tertentu yang ingin disampaikan. Jika dihubungkan dengan kondisi masyarakat Tionghoa
pada saat itu. Sebagian besar kisah dalam kumpulan ini ditulis dengan gaya realis,
menceritakan orang-orang yang malang, kemiskinan, korban revolusi, selain mengejek
beberapa jenis karakter yang terdapat pada masa itu. Kata “gila” di sini dapat dilihat dari
beberapa sudut pandang yang berbeda. Asumsi-asumsi yang timbul dari kata “gila” begitu
banyak, menurut saya kata “gila” pada judul buku ini berartikan tidak memiliki batasan dan
aturan, kebebasan dalam melakukan apa saja terutama memberikan komentar terhadap
kondisi sosial politik pada masa itu. Kekurangan pada buku ini yaitu beberapa kesalahan
cetak berupa salah penulisan kata dan pengulangan penulisan kata yang sama.
Judul
: Tikus dan Manusia
Pengarang : John Steinbeck
Buku ini bisa anggap cukup kontroversial karena gaya bahasa dalam bukunya yang
cukup vulgar dan cenderung kasar. beberapa isu sensitif seperti rasisme juga disinggung
dalam kisahnya. Akhir ceritanya pun membuat bertanya-tanya dan membuat kita memikirkan
kembali
tentang apa
itu
yang
benar dan apa
itu
yang
salah.
Alih-alih
ditutup
dengan akhir yang menguras air mata, ini ditutup dengan ending yang membuat kita terdiam
dan terpana. Plot pada novel ini diramu dengan baik, menyuguhkan cerita yang sebenarnya
ringan, tapi sarat makna. Cerita ini begitu relevan dengan keadaan sekarang, memberikan
pesan sosial yang begitu mendalam. Apalagi, karakternya yang mampu mencuri perhatian
sejak awal.
Buku yang tergolong literatur klasik menggunakan gaya deskripsi situasi
digambarkan dengan detail, serta memasukkan unsur-unsur “emosi” manusia, bagimana
manusia menangis, sedih, tertawa dan mengungkapkan pikiran. Tema persahabatan serta
kondisi sosial pada masa-masa depresi Amerika Serikat. Lewat novel ini tergambar relasirelasi yang terjadi melibatkan kenyataan palsu yang ditanamkan penguasa (kapitalis), agar
para pekerja terpaksa menjalankan apa yang diinginkan penguasa. Dalam Tikus dan
Manusia George dan Lennie digambarkan bertolak belakang, dan karenanya, saling
melengkapi. Mereka pas untuk diajak bekerja dan dihitung hanya sebagai satu manusia,
berdua, tapi dibayar satu, hal itu akan menguntungkan penguasa.
Judul
: Oidipus di Kolonus
Penulis
: Sophokles
Oidipus di Kolonus merupakan studi kompleks tentang karakter heroik dan tragis,
sebuah dakwaan terhadap orang-orang Athena. Ceritanya merupakan akulturasi tekstual
dengan gaya puitis, menghasilkan teks yang mudah resapi dan menyenangkan untuk dibaca
dan dilakukan. Pada novel ini terdapat unsur moral, politik, agama, dan karyanya diolah
dengan harmonis dan seimbang. Isi cerita yang tragis dan mengharukan yang menceritakan
tragedi karyanya ini tidak hanya bercerita mengenai urusan kekuasaan dan cinta, tetapi juga
bagaimana menempatkan keberanian menerima takdir, keberanian menanggung kata dengan
akibat. Melalui cerita ini Sophokles berusaha untuk mengajarkan kita agar ikhlas dan
berlapang dada untuk menerima nasib yang kita miliki.
Berdasarkan permasalahan yang ada dalam drama karakter Oidipus dan hiruk pikuk
politik sesungguhnya yang mengguncang Athena pada saat Sophocles menulis cerita tersebut.
Oidipus mengangkat tema tanggung jawab moral seseorang untuk takdir mereka, dan apakah
mungkin memberontak melawan takdir, Oidipus di Kolonus adalah satu-satunya yang
mengatasinya secara eksplisit. Oidipus dengan berapi-api menyatakan bahwa dia tidak
bertanggung jawab atas tindakan yang ditakdirkannya untuk dia lakukan. Oidipus di Kolonus
mengemukakan bahwa, dalam melanggar hukum ilahi, pemahaman terbatas penguasa bisa
membuat dia percaya bahwa dirinya sama sekali tidak bersalah. Namun, kurangnya
kesadarannya tidak mengubah fakta obyektif dari kesalahannya.
Judul
: Belenggu
Penulis
: Armijn Pane
Buku ini membuat sebuah karya yang mampu membawa pembacanya seolah masuk
dalam perasaan emosional para pelakon dalam cerita. Meskipun inti dari cerita ini hanyalah
sebuah cinta segitiga, namun di dalamnya ada beberapa konflik kecil yang sebenarnya
mengandung makna yang sangat mendalam, terutama bagi negara Indonesia yang saat itu
masih dalam suasana pascakemerdekaan. Cerita yang diangkat sangat menarik dan berbeda
dari karya-karya sebelumnya, yang terbatas pada tema tradisional. Belenggu merupakan
novel psikologis Indonesia pertama yang mengutamakan konflik psikis tokoh.
Novel yang penggunaan bahasanya memperlihatkan isi dan kesatuan karya dari unsurunsur cerita menggunakan bahasa kuno dan masih bercampur dengan bahasa Belanda
menambah estetika dari novel ini. Maka tak heran banyak kata yang terdengar asing jika
diucapkan. Bagi pembaca yang tidak memahami kosa kata seperti bisa dipastikan akan sulit
juga untuk memahami beberapa bagian ceritanya. Penggunaan bahasa yang fungsional dan
bahasa kias, menjadikan novel ini sarat akan pesan dan amanat yang tersirat dalam
bahasanya. Selain itu terdapat pula pengalaman-pengalaman didalamnya, yang akan memberi
dampak bagi kejiwaan seseorang dan dapat sebagai bahan pembelajaran bagi pembaca karya
sastra ini. Makna mendalam di setiap konflik yang dimuculkan seperti kritik sosial yang
tajam dalam kisah ini bisa menjadi sebuah pembelajaran bagi para generasi muda dalam
menjalani kehidupan yang terhegemoni oleh sebuah sistem yang menindas.
Judul
: Sosok Seorang Pejuang
Penulis
: Chinua Achebe
Novelnya menggambarkan kehidupan dalam latar belakang sejarah tertentu, dan
menyampaikan rasa cema dan keresahan dalam masyarakat Nigeria, sebuah masyarakat yang
sudah mulai bermunculan dari 'Kompleks kolonial' yang disebabkan oleh pemborosan diri.
Sosok Seorang Pejuang ini menggambarkan Nigeria dalam fase pasca kemerdekaannya,
selama yang mana negara ini menjadi 'lumpur korupsi dan kelalaian' dalam konteks
pembangunan sosial dan ekonomi kolonial, situasi yang mengakibatkan konflik antara kelas
atas, kelas menengah dan kelas bawah. Isi novel ini
merupakan gambarang realistis,
ketidakberdayaan negaranya memiliki kekuatan untuk menginspirasi sebuah revolusi yang
diinformasikan oleh ideologi Afrika.
Karakter kuat dalam novel membangun argumen dan retorika persuasifn sekitar
kehidupan seperti pemerintahan, moralitas, hukum dan ketertiban. Penggambaran karakter
sebagai politisi praktis teralienasi realistis terhadap intinya membuktikan realisme yang
merupakan ciri khas rakyat. Karya yang membuktikan nilai Achebe sebagai penulis, orang
yang tidak hanya terlibat diagnosis kepalsuan negaranya sendiri tapi juga dalam analisis
budaya Hubungan Afrika dengan Eropa.
Judul buku
: Istri Untuk Putraku
Pengarang
: Ali Ghalem
Istri untuk Putraku menceritakan perjodohan antara Fatiha wanita kaum Proletar
ataurakyat kaum bawah dengan Husein pria kaum borjuis atau pengusaha. Segi bahasa yang
digunakan. Ali Ghalem untuk karyanya menggunakan bahasa bercorak syair khas sastra
Timur Tengah sehingga bila diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi seperti bahasa
Melayu yang indah. Gaya yang sederhana namun cukup memikat para pembacanya Novel
Istri Untuk Putraku karya Ali Ghalem mengangkat perjuangan perempuan melawan kaidahkaidah sosial, kultural dan agama yang membelenggunya dalam "peranan wanita." Namun
dalam novel ini juga terlihat penyampaian cerita yang terkesan hati-hati mengusung gagasan
perubahan dan modernisasi, yang lebih menunjukkan bentuk pembelaan terhadap laki-laki
dalam teks dimunculkan juga sebagai korban budaya.
Terlihat gambaran dari peran perempuan dalam sebuah sistem kebudayaan yang
didominasi oleh kaum laki-laki. Dari gambaran tersebut jelas bahwa peran perempuan dalam
kebudayaab Arab secara umum memang ada pada ranah domestik yang menyempitkan gerak
dan langkah perempuan untuk maju atau dapat mengembangkan kemampuan yang
dimilikinya. Kebudayaan pada dasarnya sifatnya dinamis, karena itu suatu saat bentuk nilai
yang kaku bukan tidak mungkin untuk diubah. Terutama bentuk nilai yang ortodoks
berkenaan dengan peran perempuan dalam budaya yang sempit harus diubah.
Judul buku
: Pohon Tanpa Akar
Pengarang
: Syed Waliullah
Pohon Tanpa Akar, suatu cermin yang amat jelas memantulkan wajah-wajah manusia
yang dilanda penderitaan dan kesengsaraan. Potret gambaran bagus tentang desa pedesaan
Bangladesh dari sudut pandang yang sangat artistik. Dalam novel ini, berfokus pada faktor
sosial vital, fundamentalisme agama, takhayul, dominasi masyarakat patriarki, tunduk pada
kerusakan alam. Kombinasi yang baik antara eksistensialisme dan pemikiran modern tentang
novelis. Pohon Tanpa Akar juga memberi gambaran tentang kota kelahirannya yang kekal,
tunduk pada kerusakan alam, badai dan banjir, siklon dan sungai yang sekarat.
Meski kritis terhadap eksploitasi agama, novel ini memandang dengan penuh simpati
pada Majeed karena agama berarti makanan dan tempat berlindung. Diceritakan dalam
Bahasa Inggris sederhana, idiomatik, dan kadang-kadang liris khas Syiah. Pohon Tanpa
Akar adalah bacaan penting bagi siapa saja yang tertarik untuk mengetahui pikiran orang
Bengali dan dampak agama dan takhayul pada penduduk pedesaan.
Kumpulan Cerpen Afrika “Kenapa Tidak Kau Pahat Binatang Lain”
Kenapa Tidak Kau Pahat Binatang Lain adalah judul yang dibangun dengan hati-hati
yang ketika membacanya akan meinmbulkan pertanyaan. Sebenarnya judulnya cukup
menuntut dan agresif, nyaris sarkastik. Adanya batas-batas masa lalu pada cerita dan dipaksa
untuk tidak melihat hubungan penulis dengan buku, identitas, dan kekuatan antara seksualitas
dan kekuasaan, dan ras dan kekuasaan. Ada banyak hal yang terjadi dalam cerita ini yang
berhubungan dengan identitas, peran gender, dan struktur kekuasaan.
Kenapa Tidak Kau Pahat Binatang Lain ceritanya kaya dengan citra dan metafora.
Ceritanya mengandung Strategi dan ideologi representasional yang merupakan alat penting
untuk menyesuaikan, membalikkan dan menantang cara representasi dan ideologi kolonial.
Gaya tulisannya dan juga penggunaan metafora imajinatifnya secara radikal, jauh lebih
tentatif dalam antologi cerita. Dalam cerita-cerita ini oleh seorang penulis yang jelas masih
dalam proses mengembangkan suaranya, pembaca dapat mengidentifikasi tema, antara lain,
batasan, represi dan pengasingan yang terus menjadi perhatian tematik.
Kesimpulan
Beberapa topik pada sepuluh buku fiksi memiliki kemiripan seperti kritikan terhap
keadaan sosial politik dan perjuang perempuan. Karya sastra sebagai kritik dan protes
masyarakat terhadap apa yang terjadi pada eranya. Melalui karya sastra memperlihatkan
kepada kita ekspresi estetis tentang manusia dan kebudayaan manusia itu sendiri. Di
dalamnya mencakup kompleksitas ideologi, politik, kritinisasi, norma hidup, etika, tradisi,
pandangan dunia luar, dan variasi-variasi tingkah laku manusia. Dengan kata lain, sastra
berbicara tentang tingkah laku manusia di dalam kebudayaannya, disoroti sebagai mahluk
sosial, mahluk politik, mahluk kebudayaan, dan mahluk ekonomi. karya sastra disebut
sebagai cerminan dari masyarakat dan zaman, yang secara antropologis merepresentasikan
usaha manusia menjawab tantangan hidup dalam suatu masa serta dalam suatu konteks
sejarah tertentu.
Persamaan pada ke sepuluh buku tersebut adalah penggunaan bahasa yang fungsional
dan bahasa kias, menjadikannya sarat akan pesan dan amanat yang tersirat dalam bahasanya.
Selain itu terdapat pula pengalaman-pengalaman didalamnya, yang akan memberi dampak
bagi kejiwaan seseorang dan dapat sebagai bahan pembelajaran bagi pembaca sepuluh karya
sastra ini.
Sastra Bandingan dan Alih Wahana 10 buku fiksi
Oleh:
Fita Nurul Inayah
13010217410003
PROGRAM MAGISTER ILMU SUSASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
Judul
: Perempuan di Titik Nol
Penulis
: Nawal El-Saadawi
Penerbit
: Yayasan Obor Indonesia
Tahun cetakan : 2006
Novel ini banyak menceritakan tentang kisah betapa budaya kekerasan dalam rumah
tangga dan pelecehan terhadap perempuan seolah menjadi hal yang wajar. Penggambaran
feminisme juga terlihat karena novel ini menggambarkan bagaimana selama ini masyarakat
patriarki memandang dan menganggap perempuan sebagai manusia kelas dua. Dari segi isi
cerita, kelebihan dari novel ini yaitu membangkitkan semangat bagi para perempuan untuk
tidak terjerumus akan hal negatif duniawi. Namun selaras dengan kekurangan novel ini
karena di dalam novel Perempuan di Titik Nol yang menceritakan tentang kebobrokan lelaki,
seakan-akan lelaki adalah makhluk jahat yang hanya mau merampas harga diri wanita saja
padahal dalam faktanya tidak semuanya para lelaki bersikap demikian.
Hal lain yang menjadi kekurangan dalam novel ini yaitu kebanyakan ceritanya
bersifat fulgar dan seringkali berbau seks, sehingga banyak memungkinkan timbul
pertentangan dari berbagai pihak. Oleh karena itu untuk segi sasaran yang dituju hanya
diperuntukkan bagi orang-orang yang sudah dewasa karena akan berdampak negatif jika
pembaca belum dewasa atau belum cukup umur seperti anak yang baru bisa membaca atau
sebagainya membaca novel ini. Menurut saya, ada banyak pemilihan kata yang terasa aneh
dalam novel ini serta banyak penggunaan repetisi yang alih-alih memberikan penegasan,
seringkali justru membuat kesal.
Judul Buku
: Pangeran yang Selalu Bahagia
Penulis
: Oscar Wilde
Penerbit
: Yayasan Obor Indonesia
Tahun Cetakan : 2001
Buku bertajuk Pangeran yang selalu Bahagia ini disajikan dalam berbagai bentuk
seperti fabel, Sage, dan Mite. Gaya yang jenaka dan konyol lewat dialog-dialog antar tokoh
dalam buku ini mengandung banyak sindiran tajam terhadap moralitas tatanan masyarakat
kelas atas. Berbanding terbalik dengan kebanyakan dongeng yang berujung kebahagiaan,
kisah dalam buku ini terlalu menyedihkan dan penuh ironi, mempertentangkan antara
bagaimana sulitnya memperoleh kebahagiaan, namun juga betapa mudahnya menyepelekan
kebahagiaan. Kebahagiaan adalah sesuatu yang rapuh, ia sulit didapat namun begitu mudah
hilang begitu saja hingga harus memikirkan ulang definisi sebuah kebahagian.
Ditulis dengan gaya klasik dan bahasa yang sederhana namun puitis, Wilde
mengeksploitasi kesedihan begitu dalam. Meski kisah yang dihadirkan kelam dan suram,
namun dongeng-dongeng ini tetap menghadirkan pesan moral seperti mengasihi orang yang
lemah, berbagi dengan sesama, ketulusan, kerendahhatian, rela berkorban, persahabatan, atau
kejujuran. Beberapa konten yang terlalu muram dan berdarah-darah atau pemaknaan cinta
yang mendalam buku ini mungkin akan sukar dicerna oleh anak-anak, termasuk memahami
lelucon-lelucon yang terkadang kasar dalam cerpen-cerpen yang lain. Untuk itu, diperlukan
bimbingan dari orang tua agar pesan moral tersampaikan dan tidak disalahartikan.
Judul
: Catatan Harian Orang Gila
Pengarang
: Lu Xun
Penerbit
: Jalasutra
Tahun
: 2007
Buku Lu Xun ini adalah salah satu sastra realis yang melanggar tradisi masyarakat
Cina dan secara jelas menggambarkan kondisi sosial politik rakyat Cina yang begitu porakporanda. Kekuasaan para pemimpin feodal yang tak manusiawi juga tergambar dalam novel
ini. Isinya jg merupakan kritik dan kecaman atas masyarakat yang terlalu lembek dan
mengidap berbagai sindiran kepada intelektual yang menyandang status sebagai kaum
revolusioner yang ternyata adalah manusia serakah. Karakter “aku” memiliki gangguan
mental dan melihat apapun di sekitarnya menjadi sesuatu yang benar-benar aneh. Sikapnya
adalah bentuk nyata yang menunjukkan bahwa ia benar-benar gila.
Melalui penggambaran karakter dalam cerita pendek ini, Lu xun memiliki tujuan
tertentu yang ingin disampaikan. Jika dihubungkan dengan kondisi masyarakat Tionghoa
pada saat itu. Sebagian besar kisah dalam kumpulan ini ditulis dengan gaya realis,
menceritakan orang-orang yang malang, kemiskinan, korban revolusi, selain mengejek
beberapa jenis karakter yang terdapat pada masa itu. Kata “gila” di sini dapat dilihat dari
beberapa sudut pandang yang berbeda. Asumsi-asumsi yang timbul dari kata “gila” begitu
banyak, menurut saya kata “gila” pada judul buku ini berartikan tidak memiliki batasan dan
aturan, kebebasan dalam melakukan apa saja terutama memberikan komentar terhadap
kondisi sosial politik pada masa itu. Kekurangan pada buku ini yaitu beberapa kesalahan
cetak berupa salah penulisan kata dan pengulangan penulisan kata yang sama.
Judul
: Tikus dan Manusia
Pengarang : John Steinbeck
Buku ini bisa anggap cukup kontroversial karena gaya bahasa dalam bukunya yang
cukup vulgar dan cenderung kasar. beberapa isu sensitif seperti rasisme juga disinggung
dalam kisahnya. Akhir ceritanya pun membuat bertanya-tanya dan membuat kita memikirkan
kembali
tentang apa
itu
yang
benar dan apa
itu
yang
salah.
Alih-alih
ditutup
dengan akhir yang menguras air mata, ini ditutup dengan ending yang membuat kita terdiam
dan terpana. Plot pada novel ini diramu dengan baik, menyuguhkan cerita yang sebenarnya
ringan, tapi sarat makna. Cerita ini begitu relevan dengan keadaan sekarang, memberikan
pesan sosial yang begitu mendalam. Apalagi, karakternya yang mampu mencuri perhatian
sejak awal.
Buku yang tergolong literatur klasik menggunakan gaya deskripsi situasi
digambarkan dengan detail, serta memasukkan unsur-unsur “emosi” manusia, bagimana
manusia menangis, sedih, tertawa dan mengungkapkan pikiran. Tema persahabatan serta
kondisi sosial pada masa-masa depresi Amerika Serikat. Lewat novel ini tergambar relasirelasi yang terjadi melibatkan kenyataan palsu yang ditanamkan penguasa (kapitalis), agar
para pekerja terpaksa menjalankan apa yang diinginkan penguasa. Dalam Tikus dan
Manusia George dan Lennie digambarkan bertolak belakang, dan karenanya, saling
melengkapi. Mereka pas untuk diajak bekerja dan dihitung hanya sebagai satu manusia,
berdua, tapi dibayar satu, hal itu akan menguntungkan penguasa.
Judul
: Oidipus di Kolonus
Penulis
: Sophokles
Oidipus di Kolonus merupakan studi kompleks tentang karakter heroik dan tragis,
sebuah dakwaan terhadap orang-orang Athena. Ceritanya merupakan akulturasi tekstual
dengan gaya puitis, menghasilkan teks yang mudah resapi dan menyenangkan untuk dibaca
dan dilakukan. Pada novel ini terdapat unsur moral, politik, agama, dan karyanya diolah
dengan harmonis dan seimbang. Isi cerita yang tragis dan mengharukan yang menceritakan
tragedi karyanya ini tidak hanya bercerita mengenai urusan kekuasaan dan cinta, tetapi juga
bagaimana menempatkan keberanian menerima takdir, keberanian menanggung kata dengan
akibat. Melalui cerita ini Sophokles berusaha untuk mengajarkan kita agar ikhlas dan
berlapang dada untuk menerima nasib yang kita miliki.
Berdasarkan permasalahan yang ada dalam drama karakter Oidipus dan hiruk pikuk
politik sesungguhnya yang mengguncang Athena pada saat Sophocles menulis cerita tersebut.
Oidipus mengangkat tema tanggung jawab moral seseorang untuk takdir mereka, dan apakah
mungkin memberontak melawan takdir, Oidipus di Kolonus adalah satu-satunya yang
mengatasinya secara eksplisit. Oidipus dengan berapi-api menyatakan bahwa dia tidak
bertanggung jawab atas tindakan yang ditakdirkannya untuk dia lakukan. Oidipus di Kolonus
mengemukakan bahwa, dalam melanggar hukum ilahi, pemahaman terbatas penguasa bisa
membuat dia percaya bahwa dirinya sama sekali tidak bersalah. Namun, kurangnya
kesadarannya tidak mengubah fakta obyektif dari kesalahannya.
Judul
: Belenggu
Penulis
: Armijn Pane
Buku ini membuat sebuah karya yang mampu membawa pembacanya seolah masuk
dalam perasaan emosional para pelakon dalam cerita. Meskipun inti dari cerita ini hanyalah
sebuah cinta segitiga, namun di dalamnya ada beberapa konflik kecil yang sebenarnya
mengandung makna yang sangat mendalam, terutama bagi negara Indonesia yang saat itu
masih dalam suasana pascakemerdekaan. Cerita yang diangkat sangat menarik dan berbeda
dari karya-karya sebelumnya, yang terbatas pada tema tradisional. Belenggu merupakan
novel psikologis Indonesia pertama yang mengutamakan konflik psikis tokoh.
Novel yang penggunaan bahasanya memperlihatkan isi dan kesatuan karya dari unsurunsur cerita menggunakan bahasa kuno dan masih bercampur dengan bahasa Belanda
menambah estetika dari novel ini. Maka tak heran banyak kata yang terdengar asing jika
diucapkan. Bagi pembaca yang tidak memahami kosa kata seperti bisa dipastikan akan sulit
juga untuk memahami beberapa bagian ceritanya. Penggunaan bahasa yang fungsional dan
bahasa kias, menjadikan novel ini sarat akan pesan dan amanat yang tersirat dalam
bahasanya. Selain itu terdapat pula pengalaman-pengalaman didalamnya, yang akan memberi
dampak bagi kejiwaan seseorang dan dapat sebagai bahan pembelajaran bagi pembaca karya
sastra ini. Makna mendalam di setiap konflik yang dimuculkan seperti kritik sosial yang
tajam dalam kisah ini bisa menjadi sebuah pembelajaran bagi para generasi muda dalam
menjalani kehidupan yang terhegemoni oleh sebuah sistem yang menindas.
Judul
: Sosok Seorang Pejuang
Penulis
: Chinua Achebe
Novelnya menggambarkan kehidupan dalam latar belakang sejarah tertentu, dan
menyampaikan rasa cema dan keresahan dalam masyarakat Nigeria, sebuah masyarakat yang
sudah mulai bermunculan dari 'Kompleks kolonial' yang disebabkan oleh pemborosan diri.
Sosok Seorang Pejuang ini menggambarkan Nigeria dalam fase pasca kemerdekaannya,
selama yang mana negara ini menjadi 'lumpur korupsi dan kelalaian' dalam konteks
pembangunan sosial dan ekonomi kolonial, situasi yang mengakibatkan konflik antara kelas
atas, kelas menengah dan kelas bawah. Isi novel ini
merupakan gambarang realistis,
ketidakberdayaan negaranya memiliki kekuatan untuk menginspirasi sebuah revolusi yang
diinformasikan oleh ideologi Afrika.
Karakter kuat dalam novel membangun argumen dan retorika persuasifn sekitar
kehidupan seperti pemerintahan, moralitas, hukum dan ketertiban. Penggambaran karakter
sebagai politisi praktis teralienasi realistis terhadap intinya membuktikan realisme yang
merupakan ciri khas rakyat. Karya yang membuktikan nilai Achebe sebagai penulis, orang
yang tidak hanya terlibat diagnosis kepalsuan negaranya sendiri tapi juga dalam analisis
budaya Hubungan Afrika dengan Eropa.
Judul buku
: Istri Untuk Putraku
Pengarang
: Ali Ghalem
Istri untuk Putraku menceritakan perjodohan antara Fatiha wanita kaum Proletar
ataurakyat kaum bawah dengan Husein pria kaum borjuis atau pengusaha. Segi bahasa yang
digunakan. Ali Ghalem untuk karyanya menggunakan bahasa bercorak syair khas sastra
Timur Tengah sehingga bila diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi seperti bahasa
Melayu yang indah. Gaya yang sederhana namun cukup memikat para pembacanya Novel
Istri Untuk Putraku karya Ali Ghalem mengangkat perjuangan perempuan melawan kaidahkaidah sosial, kultural dan agama yang membelenggunya dalam "peranan wanita." Namun
dalam novel ini juga terlihat penyampaian cerita yang terkesan hati-hati mengusung gagasan
perubahan dan modernisasi, yang lebih menunjukkan bentuk pembelaan terhadap laki-laki
dalam teks dimunculkan juga sebagai korban budaya.
Terlihat gambaran dari peran perempuan dalam sebuah sistem kebudayaan yang
didominasi oleh kaum laki-laki. Dari gambaran tersebut jelas bahwa peran perempuan dalam
kebudayaab Arab secara umum memang ada pada ranah domestik yang menyempitkan gerak
dan langkah perempuan untuk maju atau dapat mengembangkan kemampuan yang
dimilikinya. Kebudayaan pada dasarnya sifatnya dinamis, karena itu suatu saat bentuk nilai
yang kaku bukan tidak mungkin untuk diubah. Terutama bentuk nilai yang ortodoks
berkenaan dengan peran perempuan dalam budaya yang sempit harus diubah.
Judul buku
: Pohon Tanpa Akar
Pengarang
: Syed Waliullah
Pohon Tanpa Akar, suatu cermin yang amat jelas memantulkan wajah-wajah manusia
yang dilanda penderitaan dan kesengsaraan. Potret gambaran bagus tentang desa pedesaan
Bangladesh dari sudut pandang yang sangat artistik. Dalam novel ini, berfokus pada faktor
sosial vital, fundamentalisme agama, takhayul, dominasi masyarakat patriarki, tunduk pada
kerusakan alam. Kombinasi yang baik antara eksistensialisme dan pemikiran modern tentang
novelis. Pohon Tanpa Akar juga memberi gambaran tentang kota kelahirannya yang kekal,
tunduk pada kerusakan alam, badai dan banjir, siklon dan sungai yang sekarat.
Meski kritis terhadap eksploitasi agama, novel ini memandang dengan penuh simpati
pada Majeed karena agama berarti makanan dan tempat berlindung. Diceritakan dalam
Bahasa Inggris sederhana, idiomatik, dan kadang-kadang liris khas Syiah. Pohon Tanpa
Akar adalah bacaan penting bagi siapa saja yang tertarik untuk mengetahui pikiran orang
Bengali dan dampak agama dan takhayul pada penduduk pedesaan.
Kumpulan Cerpen Afrika “Kenapa Tidak Kau Pahat Binatang Lain”
Kenapa Tidak Kau Pahat Binatang Lain adalah judul yang dibangun dengan hati-hati
yang ketika membacanya akan meinmbulkan pertanyaan. Sebenarnya judulnya cukup
menuntut dan agresif, nyaris sarkastik. Adanya batas-batas masa lalu pada cerita dan dipaksa
untuk tidak melihat hubungan penulis dengan buku, identitas, dan kekuatan antara seksualitas
dan kekuasaan, dan ras dan kekuasaan. Ada banyak hal yang terjadi dalam cerita ini yang
berhubungan dengan identitas, peran gender, dan struktur kekuasaan.
Kenapa Tidak Kau Pahat Binatang Lain ceritanya kaya dengan citra dan metafora.
Ceritanya mengandung Strategi dan ideologi representasional yang merupakan alat penting
untuk menyesuaikan, membalikkan dan menantang cara representasi dan ideologi kolonial.
Gaya tulisannya dan juga penggunaan metafora imajinatifnya secara radikal, jauh lebih
tentatif dalam antologi cerita. Dalam cerita-cerita ini oleh seorang penulis yang jelas masih
dalam proses mengembangkan suaranya, pembaca dapat mengidentifikasi tema, antara lain,
batasan, represi dan pengasingan yang terus menjadi perhatian tematik.
Kesimpulan
Beberapa topik pada sepuluh buku fiksi memiliki kemiripan seperti kritikan terhap
keadaan sosial politik dan perjuang perempuan. Karya sastra sebagai kritik dan protes
masyarakat terhadap apa yang terjadi pada eranya. Melalui karya sastra memperlihatkan
kepada kita ekspresi estetis tentang manusia dan kebudayaan manusia itu sendiri. Di
dalamnya mencakup kompleksitas ideologi, politik, kritinisasi, norma hidup, etika, tradisi,
pandangan dunia luar, dan variasi-variasi tingkah laku manusia. Dengan kata lain, sastra
berbicara tentang tingkah laku manusia di dalam kebudayaannya, disoroti sebagai mahluk
sosial, mahluk politik, mahluk kebudayaan, dan mahluk ekonomi. karya sastra disebut
sebagai cerminan dari masyarakat dan zaman, yang secara antropologis merepresentasikan
usaha manusia menjawab tantangan hidup dalam suatu masa serta dalam suatu konteks
sejarah tertentu.
Persamaan pada ke sepuluh buku tersebut adalah penggunaan bahasa yang fungsional
dan bahasa kias, menjadikannya sarat akan pesan dan amanat yang tersirat dalam bahasanya.
Selain itu terdapat pula pengalaman-pengalaman didalamnya, yang akan memberi dampak
bagi kejiwaan seseorang dan dapat sebagai bahan pembelajaran bagi pembaca sepuluh karya
sastra ini.