T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Melalui Akreditasi SDMI Pada Gugus Jenderal Sudirman Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang T2 BAB IV

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil Gugus Jenderal Sudirman

G ugus Jenderal Sudirman berada pada lokasi yang sangat srategis, beralamat di Jalan Klero-Semagu

KM 3 Desa Cukil, kelurahan Cukil, kecamatan Tengaran, kabupaten Semarang. Gugus Jenderal Sudirman beranggotakan SD/MI dari tiga desa yaitu Desa Cukil, Desa Regunung dan Desa Duren. Desa Cukil terdiri dari 2 sekolah yaitu SD N Cukil sebagai SD inti, SD ini merupakan penggabungan dari SD N Cukil

01 dan Cukil 02, dan MI Miftakhul Huda. Desa Regunung terdapat SD N Regunung 01, yang merupakan penggabungan dari SD N Regunung 01 dan SD N Regunung 02, SD N Regunung 03 dan MI Miftakhul Islamiah. Sekolah dasar yang di Desa Duren SD N Duren 01 yang merupakan penggabungan dari SD N Duren 01 dan SD N Duren 02, SD N Duren 03, MI Miftakhul Ulum dan MI Gading. Adapun alamat anggota Gugus Jenderal Sudirman seperti berikut :

Tabel 4.1 Daftar Alamat SD/MI Gugus Jenderal Sudirman

NO. Nama Sekolah Alamat JL Klero –Semagu KM 3 Desa

1 SDN Cukil 01

Cukil Dsn. Gumuk Rejo, RT 17 RW

2 SDN Regunung 01 05 Ds.Regunung

Dsn. Ngaduman RT 32,RW 14 3 SDN Regunung 03 Desa Regunung

Dsn. Miri RT 11 RW 2 Desa. 4 SDN Duren 01

Duren JL. Pendidikan Dsn. Babadan,

5 SDN Duren 03

Desa Duren Dsn.Banjari, RT 19 RW 07,Desa

6 MI Miftakhul Huda

Cukil

7 MI Miftakhul Islamiah Dsn. Gumuk, Desa Regunung 8 MI Gading

Dsn. Gading, Desa Duren 9 MI Miftahul Ulum

Dsn. Miri, Desa Duren Sumber: data sekolah

Visi yang dicanangkan Gugus Jenderal Sudirman adalah “Terwujudnya kompetensi guru yang bermutu, memiliki kemampuan dalam bentuk pengetahuan sikap dan keterampilan”, sedangkan Misi yang diemban untuk merealisasikan dari visi tersebut adalah :

1) Meningkatkan kompetensi guru yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam meng- gunakan berbagai metode mengajar; 2) Me- ningkatan kompetensi guru yang memiliki kecerdasan religius, sosial dan keterampilan untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari;

Meningkatkan kompetensi personal guru yang memiliki kepribadian yang mantap dan patut diteladani.

Tujuan Gugus Jenderal Sudirman terdiri dari tujuan umum yaitu “Meningkatkan profesionalitas guru Tujuan Gugus Jenderal Sudirman terdiri dari tujuan umum yaitu “Meningkatkan profesionalitas guru

1 ) Memberi kesempatan kepada angggota KKG untuk saling asah, asih, asuh (3A); 2) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan pendekatan dan metode pembelajaran yang lebih efektif dan efisien; 3) Memberdayakan dan membantu anggota KKG dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran di sekolah; 4) Meningkatkan kompetensi dan kinerja anggota KKG dalam mengembangkan profesionalisme guru ; 5) Mendorong guru untuk memiliki kemampuan menggunakan metode pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif , Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM); 6) Mendorong dan membantu guru untuk selalu berupaya mening- katkan karier.

4.1.1. Data Siswa

Penerimaan siswa baru hanya mengacu pada petunjuk teknis dari Dinas Pendidikan yaitu sesuai dalam akreditasi sekolah pertimbangan hanya menggunakan kriteria usia, dan tidak ada seleksi akademik lainnya. Ada anak yang berkebutuhan khususpun dalam penerimaan siswa juga diterima, jika kriteria usia telah memenuhi syarat, yaitu usia 7 tahun, atau telah lulus TK. Tiga tahun terakhir jumlah siswa mengalami penurunan namun relatif stabil, seperti pada Tabel 4.2. berikut, tahun 2013 sebanyak 1.030 siswa, tahun 2014 sebanyak 1015 siswa dan tahun 2015 sebanyak 1016 siswa.

Tabel 4.2. Jumlah Siswa 3 Tahun Terakhir

Nama Sekolah

I II III IV V VI 1 SDN Cukil 01

I II III IV V VI

I II III IV V VI

38 48 45 45 49 53 278 44 43 42 44 43 46 262 39 40 35 36 38 41 229 2 SDN Regunung 01

26 28 20 24 29 25 152 29 28 26 20 25 29 157 36 31 27 26 20 25 165 3 SDN Regunung 03

8 73 14 15 12 14 10 13 78 4 SDN Duren 01

35 22 31 36 30 45 199 33 22 20 31 36 30 172 29 35 22 19 31 36 172 5 SDN Duren 03

99 15 19 12 16 16 23 101 6 MI Miftakul Huda

2 10 4 11 60 7 MI Miftakul Islamiah

6 14 9 11 9 65 8 MI Gading

9 59 8 8 9 13 7 18 63 9 MI Miftakul Ulum

164 169 159 183 162 193 1030 195 153 159 160 188 160 1015 192 187 143 158 149 187 1016 Sumber : Data Sekolah, diolah

4.1.2. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Tabel 4.3. Kualifikasi Akademik Pendidik dan Tenaga Pendidikan Gugus Jenderal Sudirman

GTT/PTT NO

PNS

NAMA SEKOLAH SLA DII/DIII S1/S2 SLA DII/DIII S1

1 SDN Cukil 01 8 1 5 2 SDN Regunung 01

8 1 2 3 SDN Regunung 03

1 7 1 2 4 SDN Duren 01

7/1 1 5 5 SDN Duren 03

3 5 3 6 MI Miftahul Huda

1 1 3 3 7 MI Mif. Islamiyah

9 8 MI Gading

10 9 MI Miftahul Ulum

1 1 7 Jumlah

4 38 4 5 43 Sumber: Data Sekolah, diolah

Kualifikasi akademik pendidik dan tenaga kependidikan pada Tabel 4.3. tersebut Jumlah Pendidik PNS yang mengajar di Gugus Jenderal Sudirman sebanyak 42 orang (46,66 %), pendidik tidak tetap atau GTT sebanyak 48 orang (53,33 %), dan PTT sebanyak

4 orang. Jumlah pendidik yang memiliki kualifikasi pendidikan S1 sebanyak 80 orang (88,88%), S2 sebanyak 1 orang (1,1 %), dan DII/DIII sebanyak 9 orang (10 %).

Tabel: 4.4. Sertifikasi Pendidik PNS dan GTY Gugus Jenderal

Sudirman

No. Sekolah

PTT GTY/GTT D2/D3 S1/S2 Sert PLPG SLTA D2/D3 S1 Sert 1 SDN Cukil 01

PNS

8 7 1 1 5 2 SDN Regunung 01

8 6 2 3 SDN Regunung 03

1 7 6 1 1 1 2 4 SDN Duren 01

4 2 5 5 SDN Duren 03

3 5 7 1 1 3 6 MI Miftahul Huda

1 3 3 2 7 MI Miftahul Islamiah

9 5 8 MI Gading

10 4 9 MI Miftahul Ulum

1 1 6 7 Jumlah

4 38 34 4 4 5 43 18 Sumber : Data Sekolah, diolah

Pada Tabel 4.4 tersebut jumlah pendidik PNS yang telah sertifikasi sebanyak 34 orang atau sebesar 80% dari jumlah PNS sebanyak 42 orang, 4 Guru telah lulus PLPG, sedangkan yang belum sertifikasi sebanyak

4 Pendidik. Sertifikasi pendidik pada sekolah swasta sebanyak 18 atau sebesar 58,06 % dari jumlah Guru Tetap Yayasan 31 Guru yang bertugas di MI dan GTT di SD Negeri 19 orang.

4.1.3. Sarana dan Prasarana

1. Sarana

Hasil pengamatan dan studi dokumen pada empat Sekolah Dasar yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki sarana pembelajaran yang jauh dari sempurna. Sarana tersebut meliputi: buku teks pelajaran yang ada tidak memenuhi syarat, sedangkan jumlah buku yang layak tidak memenuhi syarat dengan Hasil pengamatan dan studi dokumen pada empat Sekolah Dasar yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki sarana pembelajaran yang jauh dari sempurna. Sarana tersebut meliputi: buku teks pelajaran yang ada tidak memenuhi syarat, sedangkan jumlah buku yang layak tidak memenuhi syarat dengan

2 unit. Sarana kegiatan ekstrakurikuler ada tetapi belum lengkap, yaitu alat drumband 3 SD yang memiliki, alat rebana 2 SD yang memiliki dan alat-alat olah raga yang ada diantaranya bola sepak, matras, alat senam, bola plastik, serta bola kasti.

2. Prasarana

Keadaan prasarana pendidikan yang ada, secara umum prasarana terpenuhi, perpustakaan belum memenuhi syarat, karena hanya menyekat dengan ruangan yang lain. Ruang Guru ada yang memenuhi syarat dan ruang ketrampilan belum ada untuk semua anggota Gugus ini. Adapun keadaan prasarana yang ada secara rinci terdapat pada Tabel 4.5

Adapun yang mendapat prioritas dari keadaan prasarana yaitu tentang kepemilikan atau hak guna dalam penggunaan lahan untuk sekolah. Sekolah yang diteliti ada yang sudah memiliki hak guna atas lahan yang diterbitkan oleh Pemda, sedangkan ada juga lahan sekolah yang dari tanah bengkok belum ada keterangan Adapun yang mendapat prioritas dari keadaan prasarana yaitu tentang kepemilikan atau hak guna dalam penggunaan lahan untuk sekolah. Sekolah yang diteliti ada yang sudah memiliki hak guna atas lahan yang diterbitkan oleh Pemda, sedangkan ada juga lahan sekolah yang dari tanah bengkok belum ada keterangan

Tabel 4.5 Keadaan Prasarana Pendidikan Gugus Jenderal Sudirman

No. Jenis Ruang

Keterangan 1 Kelas

Keadaan

Jumlah

60 Terpenuhi 2 Perpustakaan

Baik

5 Luas belum memenuhi syarat 3 Laboratorium

Baik

Belum ada 4 Ruang Kepala Sekolah

4 5 sekat dengan ruang guru 5 Ruang Guru

Baik

9 Luas belum memenuhi syarat 6 Ruang Kesenian

Baik

1 Belum memenuhi syarat 6 Ruang ketrampilan

Kurang

sekolah belum ada 7 Ruang TU

Gabung dengan ruang guru 8 Mushola

Kurang

1 3 sekolah gabung dengan Masjid 9 Kamar Kecil

30 4 SD memenuhi syarat 10 UKS

Baik

Kurang

9 Belum memenuhi syarat, ruangan sekat dengan ruang lain

11 Koperasi

1 Belum memenuhi syarat 12 Gudang

Kurang

5 Belum memenuhi syarat 13 Tempat bermain/ berolah

Kurang

9 3 sekolah yang luasnya raga

Baik

terpenuhi 14 Aula/ruang serbaguna

Baik

Ada sekat kelas di buka, pada 4 sekolah

15 Lahan Sekolah Hak atas tanah belum ada 3 SD, 2 SD hak pakai atas lahan.

16 Kantin Belum ada 17 Fasilitas pendukung

Parkir di halaman. Lainnya 18 Ruang KKG

Kurang

Ada di SD Inti 19 Ruang Rapat

Baik

Baik

Ada di SD Inti

Sumber: hasil observasi, 2014

4.2. Analisis Hasil Penelitian

4.2.1. Hasil Wawancara, Observasi dan Studi

Dokumen

Hasil penelitian yang telah diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi kemu- dian dianalisis sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk mengetahui potensi yang dimiliki sekolah secara internal sebagai kekuatan sekolah dan secara eksternal peluang bagi sekolah untuk mengembangkannya. Masalah-masalah sekolah secara internal adalah men- jadi kelemahan yang dihadapi sekolah dan masalah eksternal yang menjadi ancaman dalam meningkatkan mutu melalui akreditasi sekolah. Adapun hasil wawan- cara dengan 4 Kepala Sekolah, perwakilan guru dari 4 SD, perwakilan dari komite sekolah di Gugus Jenderal Sudirman tentang program yang dilaksanakan dalam peningkatan mutu rangka pemenuhan delapan Stan- dar Nasional Pendidikan. Kegiatan wawancara, obser- vasi dan studi dokumen terhadap pemenuhan 8 SNP Adapun hasil yang dicapai secara rinci dalam seperti pada lampiran 05.

Menurut penjelasan dari 4 Kepala Sekolah dalam pelaksanaan program dalam pemenuhan delapan SNP, ada yang sudah optimal hasilnya, namun ada juga yang belum optimal baik dari hasil maupun prosesnya.

Dalam kaitannya dalam program tersebut, salah satunya dalam pencapaian KKM di sekolah seperti dalam Tabel 4.6 tentang hubungan antara standar KKM di sekolah, standar KKM dalam akreditasi.

Tabel 4.6 Daftar KKM Sekolah dan KKM Standar Akreditasi

No Sekolah

KKM Mapel IPTEK SD

KKM Dalam Akreditasi

A B C D E 1 SDN Cukil

BI MAT IPA

IPS

70 70 70 70 >75 7-7,49 65-6,99 606,49 <60 2 SDN Regunung 01

70 70 70 70 >75 7-7,49 65-6,99 606,49 <60 3 SDN Regunung 03

71 65 65 65 >75 7-7,49 65-6,99 606,49 <60 4 SDN Duren 01

71 71 71 71 >75 7-7,49 65-6,99 606,49 <60 Sumber: data SD, diolah

Standar KKM di sekolah untuk kelompok mata pelajaran IPTEK yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan IPS. Acuan dari standar akreditasi SKL masing-masing sekolah masuk dalam peringkat B dan

C. Dari hasil wawancara penentuan KKM ditentukan oleh karakteristik siswa, mata pelajaran dan kondisi satuan pendidikan, dan pencapaian KKM sebesar 97 % pada tiap tingkat.

Analisa dari Tabel 4.7 di bawah ini dapat di- jelaskan, standar kelulusan minimum mata pelajaran yang dilaksanakan di sekolah masuk pada peringkat D yaitu antara 2,01-3,0 dalam standar akreditasi, sedang- kan standar rata-rata minimum mata pelajaran masuk pada peringkat E < 3,01 sedangkan perolehan angka akreditasi sekolah A dan B.

Tabel 4.7

Analisa SKL Minimum Mapel dalam akreditasi, SKL Mapel di SD, SKL Rerata dalam akreditasi

dan Nilai dalam Akreditasi

Nilai Standar Kelulusan Min Akreditasi No.

Standar Kelulusan Min

Standar Kelulusan

Nama Sekolah

Mapel Dalam Akreditasi

Mapel di Sekolah

Re Rata UASBN/Akreditasi Sekolah

A B C D E 1 SDN Cukil 01

A B C D BI MAT IPA

>5 4,01-5 3,01-4 2,01-3 2,90 2,90 2,90 2,90 >6 5,01-6 4,01-5 3,01-4 <3,01 A 88 2 SDN Regunung 01

>5 4,01-5 3,01-4 2,01-3 3,00 2,50 3,00 2,83 >6 5,01-6 4,01-5 3,01-4 <3,01 B 83 3 SDN Regunung 03

>5 4,01-5 3,01-4 2,01-3 2,35 2,35 2,35 2,35 >6 5,01-6 4,01-5 3,01-4 <3,01 B 83 4 SDN Duren 01

>5 4,01-5 3,01-4 2,01-3 3,50 2,50 3,00 3,00 >6 5,01-6 4,01-5 3,01-4 <3,01 A 89

Sumber : Data Sekolah, diolah

Dari Tabel 4.8 di bawah hasil kelulusan Siswa berdasarkan Ujian Nasional untuk SD Negeri Cukil 01 rata-rata selama 3 tahun diperoleh sebesar 7,48 dan masuk dalam peringkat B dan nilai akreditasi sekolah

88 atau A. SD N Regunung 01 rata-rata UN 3 tahun terakhir sebesar 7, 39 , masuk pada peringkat B dalam akreditasi dengan nilai sebesar 83 atau B. SD N Regunung 03 rerata sebesar 7,08 masuk pada peringkat B pada akreditasi, dan akreditasi sekolah sebesar 83 atau B. SD N Duren 01 rerata 3 tahun terakhir sebesar 6,47 dan dalam akreditasi masuk pada peringkat C, padahal akreditasi sekolah dengan nilai 89 atau A.

Tabel 4.8 Analisa nilai kelulusan siswa UN, nilai standar prestasi UASBN dalam akreditasi dan nilai

akreditasi sekolah

Nilai Standar Prestasi

Akreditasi

Nilai Kelulusan Siswa (UN)

No. Nama Sekolah

Hasil UASBN dalam Akreditasi

Sekolah

A B C D E NA HH 1 SD N Cukil 01

2011-2012 2012-2013 2013-2014

> 8 7,01-8 6,01-7 5,01-6 < 5,01 88 A 2 SD N Regunung 01

> 8 7,01-8 6,01-7 5,01-6 < 5,01 83 B 3 SD N Regunung 03

> 8 7,01-8 6,01-7 5,01-6 < 5,01 83 B 4 SD N Duren 01

> 8 7,01-8 6,01-7 5,01-6 < 5,01 89 A

4.2.2. Tahapan Analisis Perencanaan Strategis

Proses penyusunan perencanaan strategis ini melalui tiga tahap analisis, tahap analisis yang pertama tahap pengumpulan data, data yang diperoleh dari FGD masing-masing SD, kemudian diklasi- fikasikan sebagai bahan untuk melakukan FGD di tingkat Gugus. Data dibedakan menjadi data internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan dan eksternal terdiri dari peluang dan ancaman. Data primer dari tahap pertama 2 matrik, yaitu matriks IFAS (Internal Factors Analysis Summary), matriks EFAS (External Factors Analysis Summary). Kemudian tahap kedua dengan tahap analisis dengan Matrik SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities, Threats), Matrik Internal External (IE), matrik SPACE (Strategic Position and Action Evaluation), matrik Grand Strategy dan tahap ketiga, tahap pengambilan keputusan dengan matrik perencanaan strategis kuantitatif (Quatitative Strategic Planning Matrix - QSPM).

Adapun tahapan perencanaan strategis ini dengan analisis tahap pertama berupa Matrik IFAS dan EFAS, analisis tahap kedua Matrik SWOT, Matrik IE, Matrik SPACE, dan Matrik Grand Strategy. Selanjutnya untuk pengambilan keputusan berdasarkan Matrik Pe- rencanaan Strategi Quantitatif (QSPM), dan dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Matrik IFAS (Internal Factors Analysis Summary)

Hasil dari analisis faktor-faktor dominan kekuatan dan kelemahan dalam pelaksanaan delapan SNP yang mengacu pada akreditasi serta pembobotan dan penskoran yang diperoleh seperti pada Tabel 4.9 Faktor-faktor kekuatan yang paling berpngaruh adalah pembelajaran PAIKEM dan pembelajaran dengan metode CTL (Contextual Teaching and Learning) khususnya metode problem Solving dan Kooperatif Learning dengan bobot 0,18 dengan skor 4. Guru mempunyai peran penting dalam PBM, karena tugas utama mengajar sehingga guru mempunyai peran dalam peningkatan mutu.

Kekuatan lain mendukung kinerja guru dengan dokumen kurikulum yang lengkap yang terdiri dari silabus, RPP dan bahan ajar dengan bobot 0,15 dengan skor 4. Dalam tugas utama guru dalam mencapai tujuan kurikulum guna mencapai visi, misi dan tujuan sekolah yang jelas dengan bobot 0,14 dan skor

4. Standar Kompetensi Lulusan yang jelas menjadi pedoman dalam pembinaan kepada siswa dalam menghadapi ujian nasional dan angka kelulusan 100 % mendapat bobot 0,12 dengan skor 4, walaupun prestasi belum optimal karena masih dibawah rata-rata kecamatan. Pedoman KKM yang jelas mempermudah 4. Standar Kompetensi Lulusan yang jelas menjadi pedoman dalam pembinaan kepada siswa dalam menghadapi ujian nasional dan angka kelulusan 100 % mendapat bobot 0,12 dengan skor 4, walaupun prestasi belum optimal karena masih dibawah rata-rata kecamatan. Pedoman KKM yang jelas mempermudah

3. Dukungan gaji guru dan GTT yang lancar, sertifikasi tingkat gugus sebesar 77 % serta tupoksi masing- masing sekolah yang jelas masing-masing dengan bobot 0,04 dan skor 3 akan mendukung dalam kinerja guru dalam peningkatan mutu sekolah.

Sekolah memiliki kekuatan-kekuatan yang di- andalkan, namun juga memiliki kelemahan-kelemahan yang membutuhkan penanganan oleh sekolah dalam rangka meminimalkan kelemahan guna meningkatkan mutu kinerja sekolah yang mengacu pada akreditasi. Lahan sekolah menjadi prioritas yang utama karena sekolah adalah milik masyarakat dan untuk kelangsungan jangka panjang maka diperlukan hak milik atau hak guna atas lahan yang dipergunakan untuk sekolah. Lahan sekolah ada yang wakaf dari warga masyarakat setempat namun belum di- sertifikatkan dan ada juga penggunaaan lahan bengkok desa, sedangkan dalam penggunaan bengkok untuk sekolah ada yang tukar guling dengan masyarakat

namun sampai saat ini belum ada bukti yang kuat untuk hak atas lahan sekolah. Ada juga desa yang sudah mengadministrasikan dengan baik hak atas lahan dari pemerintah daerah, adapun bobot hak atas lahan ini sebesar 0,18 dan skor 4. Sarana penunjang yang ada di sekolah kurang memadai seperti perpustakaan, kantin, Mushola Olah Raga dan Seni dengan bobot 0,16 dan skor 4. Dalam mengelola untuk mencapai tujuan sekolah dalam rangka pemenuhan 8 SNP, diperlukan program-program untuk mencapainya yang masing-masing standar minimum 4 program, namun program yang ada pelaksanaannya belum optimal dikarenakan belum adanya tim evaluasi program yang diperoleh dengan bobot 0,14 dan skor 3.

Pengelolaan sekolah perlu adanya Sistem Informasi Manajemen (SIM) guna mendukung dalam pembinaan akademik dan non akademik dengan bobot 0,12 dan skor 2, sehingga prestasi akademik dan non akademik yang belum optimal dengan bobot 0,10 dan skor 2 dapat ditingkatkan. Pengalaman belajar yang diperoleh melalui pembinaan pendidikan kecakapan hidup yang dilakukan di sekolah belum optimal yaitu dengan bobot 0,05 dan skor 3. Lingkungan yang kondusif kurang memenuhi karena area sekolah kurang hijau dan kebersihan kurang dengan bobot 0,09 dan skor 2. Pendidikan kecakapan hidup yang kurang

optimal dengan bobot 0,05 dan skor 3 karena pengembangan bahan ajar berdasarkan keunggulan lokal guna meningkatkan pendidikan kecakapan hidup yang di sesuaikan dengan keunggulan lokal diperlukan, namun belum optimalnya pengembangan bahan ajar berbasis keunggulan lokal menjadi tantangan sendiri bagi sekolah untuk mengembangkannya adapun bobotnya 0,07 dan skor 2. Lemahnya dukungan administrasi yang mendukung untuk pelaksanaan 8 standar akan mempengaruhi mutu pendidikan, karena tugas Guru juga melakukan pekerjaan administrasi dengan bobot 0,04 dan skor 3. Oleh karena itu bahwa tugas guru dalam membantu administrasi diperlukan penguasaan ICT baik untuk administrasi maupun PBM dengan bobot 0.05 dan skor 2.

Dari hasil analisis faktor internal diperoleh jumlah kekuatan tersebut sebesar 3,69, sedangkan kelemahan yang ada sebesar 2,75 dan selisih keduanya sebesar 0,94. Dari hasil ini diketahui banyak kekuatan-kekuatan yang ada untuk meminimalkan kelemahan yang dihadapi sekolah dalam rangka peningkatan mutu melalui akreditasi sekolah.

Tabel 4.9 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFAS)

No Faktor-Faktor Internal Dominan Bobot Skor Bobot x

Kekuatan : Skor 1 Dokumen kurikulum lengkap

0,15 4 0,60 2 Pembelajaran PAIKEM dan metode CTL

0,18 4 0,72 3 KKM setiap mapel jelas.

0,10 4 0,40 4 Standar kelulusan minimum jelas dan angka kelulusan

5 Kualifikasi guru tingkat gugus S1 97% 0,11 3 0,33 6 Setifikasi guru tingkat gugus 77%

0,04 3 0,12 7 Guru mengajar sesuai bidang studi 97%

0,08 3 0,24 8 Gaji guru dan GTT lancer

0,04 3 0,12 9 Visi, misi dan tujuan sekolah jelas

0,14 4 0,56 10 Tupoksi masing-masing sekolah jelas.

0,04 3 0,12 Total kekuatan :

Kelemahan : 1 Administrasi sekolah belum optimal.

0,04 3 0,12 2 Pendidikan kecakapan hidup belum optimal

0,05 3 0,15 3 Penguasaan ICT dalam PBM masih kurang

0,05 2 0,10 4 Pembinaan prestasi akademik dan non akademik belum

0,10 2 0,20 optimal.

5 Sarana penunjang, perpustakaan, kantin, Mushola, OR 0,16 3 0,48 dan seni dll kurang memadahi.

6 Hak atas lahan sekolah 0,18 4 0,72 7 Area sekolah kurang hijau dan kebersihan sekolah

0,09 2 0,18 kurang.

8 Belum adanya tim evaluasi program, maka program 8 0,14 3 0,42 standar belum optimal.

9 Belum optimal SIM (Sistem Informasi Manajemen) 0,12 2 0,24 10 Pengembangan bahan ajar berbasis keunggulan lokal

0,07 2 0,14 belum optimal.

Total kelemahan 1 2,75 Total IFAS

0,94 Sumber : Hasil FGD , 2014

2) Matriks EFAS (Matriks External Factor Analysis Summary )

Hasil analisis faktor peluang dan ancaman dapat dilihat pada Tabel 4.10. Perhitungan yang diperoleh hasil pembobotan dan penskoran. Ada beberapa hal yang menjadi peluang dalam peningkatan mutu yang mengacu pada akreditasi. Menurut hasil FGD tingkat gugus yang memiliki bobot peluang paling tinggi masa transisi kurikulum yaitu dari KTSP ke kurikulum 2013, dengan bobot 0,20 dan skor 4. Untuk menangkap peluang berkaitan dengan kurikulum sangat dibutuh- kan untuk meningkatkan mutu sekolah yaitu pemahaman terhadap implementasi kurikulum 2013. Dukungan dalam pelaksanaan tugas seperti gaji guru, honor GTT dan usulan kenaikan pangkat yang lancar memotivasi

untuk meningkatkan kompetensi profesional guru dengan bobot 0,20 dan skor 4.

Pengelolaan sekolah dengan dukungan dana dari pemerintah yang lancar, sehingga dapat dipakai untuk biaya operasional pemerintah dengan bobot yang diperoleh 0,12 dan skor 4. Peluang untuk buku teks guru dan siswa akan membantu dalam pembelajaran yaitu bobot yang diperoleh 0,15 dan skor 3. Guna kemajuan dari sekolah perlu membangun kemitraan dengan alumni, masyarakat, tokoh masyarakat, orang Pengelolaan sekolah dengan dukungan dana dari pemerintah yang lancar, sehingga dapat dipakai untuk biaya operasional pemerintah dengan bobot yang diperoleh 0,12 dan skor 4. Peluang untuk buku teks guru dan siswa akan membantu dalam pembelajaran yaitu bobot yang diperoleh 0,15 dan skor 3. Guna kemajuan dari sekolah perlu membangun kemitraan dengan alumni, masyarakat, tokoh masyarakat, orang

Harapan orang tua terhadap peluang yang mana orang tua memiliki harapan dalam meningkatkan mutu baik akademik maupun non akademik dan dalam mendidik untuk taat beribadah dengan bobot 0.06 dan skor 4. Berkat perkembangan IPTEK memudahkan dalam pengembangan, sehingga memudahkan dalam mencari bahan ajar yang kontektual, dengan bobot 0,05 dan skor 4. Potensi daerah sebagai wilayah pertanian atau hutan rakyat gugus Jenderal Sudirman peluang ini ditangkap sebagai pengembangan bahan ajar yang kontektual, adapun bobot yang diperoleh 0,05 dan skor 3. Pelaksanaan akreditasi sekolah menjadi peluang yang tidak hanya sesaat, namun sebagai pedoman dalam melaksanakan kinerja sekolah yang bermutu dengan bobot 0,05 dan skor 3. Dalam rangka meningkatkan kecakapan hidup dukungan dari kebijakan pemerintah bahwa wilayah kecamatan Tengaran sebagai kawasan industri, dengan bobot 0.02 skor 3.

Selain peluang yang ada sekolah memiliki ancaman dalam pemenuhan terhadap delapan standar nasional pendidikan, antara lain keadaan ekonomi orangtua dengan bobot 0,16 dan skor 2 sebagai ancaman karena 40% orang tua siswa sebagai TKW

dengan bobot 0,15 dan skor 2 dan anak dititpkan kepada kakek dan neneknya atau hanya ayahnya yang merawat. Kondisi ekonomi menengah kebawah ini tepat sasaran dalam kebijakan biaya pendidikan gratis dengan bobot 0,15 dan skor 2. Pemahaman orangtua siswa terhadap hasil belajar belum menekankan pada penilaian proses, hal ini bagi sekolah perlu mensosialisasikan kepada orangtua siswa, adapun bobot sebesar 0,11 dan skor 2. Dampak negatif dari internet dengan bobot 0,10 dan skor 2 karena rendahnya kepedulian orang tua terhadap belajar dan sekolah dengan bobot 0,16 dan skor 1.

Ancaman yang lain peran serta orangtua siswa yang rendah secara otomatis peran serta masyarakat terhadap kemajuan sekolah juga rendah dengan bobot 0,05 dan skor 2. Begitupula keamanan dan lingkungan masyarakat kurang mendukung dalam belajar bobot yang diperoleh 0,08 dan skor 1, karena area sekolah yang belum memiliki pagar sekolah dijadikan jalan terabasan bagi masyarakat dan keamanan sekolah yang kurang kondusif. Guru yang berpotensi untuk promosi, sekolah merasa kehilangan bobot sebesar 0,02 dan skor 3. Semangat untuk bersaing dengan sekolah lain dalam meningkatkan prestasi siswa lemah, maka prestasi yang diperoleh belum maksimal, yaitu dengan bobot 0,02 dan skor 2.

Tabel 4.10 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFAS)

No Faktor-Faktor Enternal Dominan Bobot Skor Bobot x

Skor 1 Masa transisi KTSP ke kurikulum 2013

Peluang :

0,20 4 0,80 2 Kebijakan Pemerintah Daerah, Kecamatan Tengaran

0,02 3 0,06 sebagai kawasan Industri

3 Potensi daerah pertanian, Desa Regunung memperoleh 0,05 3 0,15 kejuaraan Tingkat Nasional I dan II bidang Kehutanan Rakyat.

4 Buku teks untuk siswa dan guru 0,15 3 0,45 5 Perkembangan IPTEKS semakin mudah untuk bahan

0,05 4 0,20 pelajaran.

6 Harapan orangtua untuk meningkatkan mutu sekolah 0,06 4 0,24 dengan akademik, non akademik dan dalam mendidik untuk taat beribadah.

7 Dana operasional dari pemerintah lancer 0,12 4 0,48 8 Gaji guru, honor GTT dan usulan kenaikan pangkat guru

0,20 4 0,80 lancar

9 Pelaksanaan akreditasi sekolah 0,05 3 0,15 10 Membangun kemitraan dengan alumni, masyarakat, tokoh

0,10 3 0,30 masyarakat, orangtua siswa melalui komite.

Total Peluang : 1 3,63

Ancaman :

1 Persaingan dengan sekolah lain. 0,02 2 0,04 2 Kepedulian orangtua terhadap belajar dan sekolah rendah

0,16 1 0,16 3 Orang tua siswa bekerja sebagai TKW 40 %

0,15 2 0,30 4 Dampak negatif internet

0,10 2 0,20 5 Guru yang berpotensi untuk promosi sebagai Kepala

0,02 3 0,06 Sekolah, sehingga sekolah merasa kehilangan.

6 Kebijakan pemerintah biaya pendidikan gratis 0,15 2 0,30 7 Keadaan ekonomi orangtua siswa

0,16 2 0,32 8 Pemahaman penilaian orangtua hanya dari hasil belajar

0,11 2 0,22 belum menekankan penilaian proses belajar

9 Keamanan dan lingkungan masyarakat kurang mendukung 0,08 1 0,08 dalam belajar.

10 Peran masyarakat terhadap sekolah 0,05 2 0,10 Total Ancaman

1 1,78 Total EFAS

1,85 Sumber: hasil FGD 2014

Dari hasil analisis faktor eksternal, jumlah dari faktor-faktor eksternal yang dominan dari Peluang

3,63 dan ancaman 1,78 dan selisih peluang dengan ancaman sebesar 1,85. Dari jumlah ini diketahui bahwa SD/MI di Gugus Jenderal Sudirman mempunyai banyak peluang yang bisa dimanfaatkan, guna mengantisipasi ancaman yang timbul.

3) Diagram Analisis Strategi SWOT

Berdasarkan hasil analisis lingkungan intern (IFAS) dan Ekstern (EFAS) Gugus Jenderal Sudirman diperoleh hasil skor akhir IFAS (Kekuatan-Kelemahan) adalah 3,69 – 2,75 = 0,94. Dan EFAS (Peluang - Ancaman) adalah 3,63 – 1,78 = 1,85. Hasil analisis ini dapat dilihat dari gambar 4.1 menunjukkan bahwa strategi berada pada no 1 yaitu mendukung strategi agresif (SO) menggunakan kekuatan-kekuatan internal guna menangkap peluang-peluang eksternal dalam rangka meningkatkan mutu sekolah yang mengacu pada akreditasi sekolah. Hasil analisis ini dapat dilihat dalam Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Diagram Analisa Strategi SWOT

Peluang (O)

3. Mendukung Strategi 1. Mendukung

Turn Arount Strategi Agresif(SO)

Kelemahan (W) Kekuatan (S)

4. Mendukung Mendukung Strategi Strategi Devensive

Diversifikasi

Ancaman ( T )

4) Matriks Internal Eksternal ( IE)

Pada matriks IE menggunakan parameter kekuatan internal dan pengaruh eksternal yang dihadapi, yang tujuannya untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail, pada matrik ini terdiri dari 9 sel. Adapun hasil yang diperoleh jumlah IFAS dan EFAS sebagai berikut :

Tabel : 4.11 Skor Akhir IFAS dan EFAS

IFAS

EFAS

Total Skor Kekuatan (S)

Kategori

Total Skor

Kategori

3,63 Kelemahan(W)

Peluang (O)

1,78 Total ( S+W)

Ancaman (T)

5,41 (S+W) : 2

2,70 Sumber : hasil FGD, 2014

Tabel 4.12

Matriks Internal Eksternal (IE) Total Skor Faktor Internal (IFAS )

4,0 Kuat 3,0 Rata-rata 2,0 Lemah 1,0

To I. Pertumbuhan

ta III. Penciutan l Sko

II. Pertumbuhan

3,0 (EF rF

AS) akt IV. Stabilitas

VI. Penciutan or

V. Pertumbuhan

Stabilitas

Eks te 2,0

rn VII. Pertumbuhan

al IX. Likuiditas

VIII. Pertumbuhan

Hasil analisis matriks IE ini diperoleh posisi SD Gugus Jenderal Sudirman pada sel 1 strategi per- tumbuhan (Growth strategy) dan sel 4 Stability strategy. Pada sel 1 ini pertumbuhan dengan konsentrasi melalui integrasi vertikal yaitu dengan backward integration dan forward integration. Dan sel ke 4 untuk mencapai pertumbuhan yang baik perlu Hasil analisis matriks IE ini diperoleh posisi SD Gugus Jenderal Sudirman pada sel 1 strategi per- tumbuhan (Growth strategy) dan sel 4 Stability strategy. Pada sel 1 ini pertumbuhan dengan konsentrasi melalui integrasi vertikal yaitu dengan backward integration dan forward integration. Dan sel ke 4 untuk mencapai pertumbuhan yang baik perlu

5) Matriks SPACE

Untuk mempertajam dari posisi dalam matriks internal eksternal tersebut maka peneliti mengguna- kan matriks SPACE pada Tabel 4.13 agar dapat melihat posisi sekolah dan arah perkembangan sekolah tersebut. Posisi keuangan yang kuat, karena dana operasional dari pemerintah dan lancar. Untuk Sekolah Dasar Negeri dana operasional lancar, dengan mengintensifkan dana yang ada, pengelolaan keuangan sesuai dengan standar pembiayaan, dan pertanggung- jawaban kepada warga sekolah. Gaji Pendidik dan Tenaga Pendidikan yang lancar, karena sebagai PNS lancar. Keadaan ekonomi orangtua siswa tidak berpengaruh karena biaya pendidikan gratis, sesuai anjuran pemerintah.

Dari keuangan yang cukup kuat ini dapat men- dayagunakan secara optimal keuntungan kompetitif dengan cara melaksanakan tindakan yang lebih agresif tanggap terhadap posisi eksternal yang strategis, sehingga dapat meningkatkan jumlah siswa yang akhirnya dapat meningkatkan prestasi siswa.

Tabel 4.13 Matriks Strategi dan Evaluasi Tindakan (SPACE)

Posisi Strategis Eksternal Skor Financial Strength (FS)

Posisi Strategis Internal

Skor

Environmental Stability (ES)

1. Dana operasional dari 4 1. Tingkat persaingan -3 Pemerintah lancar.

sekolah semakin tinggi. 2. Gaji pendidik dan tenaga

4 2. Perkembangan teknologi -2 pendidik lancar 3. Keadaan ekonomi

2 3. Motivasi belajar siswa -2 orangtua 4. Kebijakan Pemerintah

daerah

-8 Competitive Advantage (CA)

Total FS

10 Total ES

Industry Strength (IS) 1. Standar kompetensi

1. Standar sarana dan 3 kelulusan

prasarana 2. Fasilitas sekolah

2. Standar tenaga pendidik 4 dan kependidikan 3. Buku paket untuk guru

3. Standar pembiayaan 4 dan siswa 4. Pelaksanaan akreditasi

sekolah 5. Program-program

sekolah Total CA

11 Sumber : hasil FGD, 2014

Total IS

FS = 10/3 = 3,33 ES = -8/4 = -2 CA = -10/5 = -2

IS = 11/3 = 3,66 FS + ES = 3,33 + (-2) = 1,33 CA + IS = (-2) + 3,66 = 1,66

Gambar 4.2 Diagram SPACE

Defensive Competitive

ES

Berdasarkan Gambar 4.2 tersebut terlihat garis vektor bersifat positif, sehingga keuangan pada pada SD Negeri Gugus Jenderal Sudirman relatif kuat, fasilitas sekolah, buku paket untuk guru dan siswa, akreditasi sekolah dan program-program yang ada sehingga dapat mengoptimalkan keuntungan kompetitif dengan cara melaksanakan tindakan internal yang lebih agresif, sebagai contoh dengan mengintensifkan metode problem solving kepada siswa atau dengan tambahan jam berupa les, mengintensifkan program- program yang dilaksanakan.

6) Matriks Strategi Besar (Grand Strategy Matrix )

Perhitungan Matriks Strategi Besar, sebagai tehnik untuk merumuskan strategi alternatif yang terdiri dari dua dimensi, yaitu dimensi posisi per- saingan seperti pada atribut standar kompetensi lulusan dengan bobot kali skor tertinggi yaitu 0,50, selanjutnya program-program yang dilaksanakan di sekolah dengan hasil 0,40, fasilitas sekolah sebesar

0.30, buku panduan guru dan siswa dengan hasil 0,25 dan pelaksanaan akreditasi sekolah sebesar 0,15.

Dimensi pertumbuhan pasar seperti pada atribut dana dari Pemerintah dengan perolehan bobot kali skor 0,60, pertumbuhan standar isi atau kurikulum 0,60, standar proses, pertumbuhan untuk peningkatan Proses Belajar Mengajar dengan perolehan 0,60, selanjutnya pengelolaan sekolah dengan hasil 0,50 dan pendidik dan tenaga kependidikan 0,45, yang di- jabarkan sebagai berikut :

Tabel 4.14 Competitive Position Grand Strategy Matrix

No Atribut Bobot Skor Bobot x Skor 1 Standar kompetensi

2 0,50 lulusan

2 Buku panduan untuk guru

1 0,25 dan siswa

1 0,15 sekolah

3 Pelaksanaan akreditasi

4 Fasilitas sekolah lain/

2 0,30 sarana

5 Program-program sekolah

Sumber, hasil FGD, 2014

Tabel 4.15 Market Growth Grand Strategy Matrix

No Atribut Bobot Skor Bobot x Skor 1 Dana operasional dari

3 0,60 Pemerintah

2 Pendidik dan tenaga

3 0,45 kependidikan

3 Pengelolaan sekolah

2 0,50 4 Standar isi

3 0,60 5 Standar proses

Sumber : hasil FGD 2014

Gambar 4.3 Diagram Grand Strategy Matrik

Pertumbuhan

yang cepat

Kuadran II Kuadran I

Persaingan lemah Persaingan kuat

Kuadran III Kuadran IV

Pertumbuhan lambat

Dari Gambar diagram tersebut Grand Strategy Matrix posisi sekolah Jenderal Sudirman berada pada kuadran I yaitu posisi strategi sempurna, pada sekolah yang memiliki sumber daya yang lebih, dan diper- hadapkan dengan tingginya kompetitif, maka strategi integrasi menjadi pilihan utama, yaitu dengan strategi backward, forward, atau horizontal integration. Pada kuadran ini sekolah berpeluang untuk sukses dengan memanfaatkan peluang-peluang yang ada.

7) Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning- QSPM)

Strategis Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning - QSPM) merupakan tahapan ketiga yaitu tahapan pengambilan keputusan. Matriks analisis keputusan ini di dalam mengevaluasi berbagai strategi alternatif yang secara objektif menjadi rekomendasi dalam pengambilan keputusan. Kepu- tusan strategi yang diperoleh dari Matriks SWOT diperoleh strategi SO, Matriks SPACE diperoleh strategi Agresif, dan Matriks Grand Strategy diperoleh strategi integrasi yaitu backward, forward dan horizontal integration, Selanjutnya akan dianalisis untuk menentukan strategi yang terbaik berdasarkan analisa keputusan Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif. Adapun perhitungan-nya dalam Tabel 4.16

Matriks

Perencanaan

Tabel 4.16 Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM)

Strategi Strategi Strategi FAKTOR-FAKTOR DOMINAN

Aggresif Integrasi AS TAS AS TAS AS TAS PELUANG:

Bobot

SO

1. Masa transisi KTSP ke kurikulum 2013

4 0,80 3 0,60 4 0,80 2. Kebijakan Pemerintah Daerah,Kecamatan

3 0,06 4 0,08 4 0,08 Tengaran sebagai kawasan industri

3 0,15 3 0,15 4 0,20 Regunung memperoleh kejuaraan Tingkat Nasional I dan II bidang Kehutanan Rakyat.

3. Potensi daerah pertanian, Desa

4. Buku teks untuk siswa dan guru 0,15 3 0,45 3 0,45 4 0,60 5. Perkembangan IPTEKS semakin mudah

4 0,20 4 0,20 4 0,20 untuk bahan pelajaran.

4 0,24 4 0,24 4 0,24 mutu sekolah dalam akademik, non akademik dan dalam mendidik untuk taat beribadah

6. Harapan orangtua untuk meningkatkan

7. Dana operasional dari Pemerintah lancar.

4 0,48 4 0,48 4 0,48 8. Gaji guru, honor GTT dan usulan

4 0,80 4 0,80 3 0,60 kenaikan pangkat guru lancar.

9. Pelaksanaan akreditasi sekolah.

3 0,15 1 0,05 3 0,15 10. Membangun kemitraan dengan alumni,

3 0,30 3 0,30 4 0,40 masyarakat, tokoh masyarakat, orang- tua melalui komite.

Total Peluang 1 3,63 3,35 3,75 ANCAMAN : 1. Persaingan dengan sekolah lain

2 0,04 4 0,08 2 0,04 2. Kepedulian orangtua terhadap belajar dan

2 0,32 2 0,32 2 0,32 sekolah rendah

3. Peran Instansi lain terhadap pendidikan

2 0,30 1 0,15 1 0,15 4. Dampak negatif Internet

2 0,20 4 0,40 4 0,40 5. Guru yang berpotensi untuk promosi

3 0,06 2 0,06 2 0,06 sebagai Kepala Sekolah, sehingga sekolah merasa kehilangan

2 0,30 2 0,30 3 0,45 gratis

6. Kebijakan pemerintah biaya pendidikan

7. Keadaan ekonomi orangtua siswa

2 0,32 1 0,16 1 0,16 8. Pemahaman penilaian orangtua hanya

2 0,22 2 0,22 3 0,33 dari hasil belajar belum menekankan penilaian proses belajar

4 0,32 4 0,32 3 0,24 kurang mendukung dalam belajar

9. Keamanan dan lingkungan masyarakat

10. Partisipasi masyarakat terhadap sekolah 0,05 3 0,15 4 0,20 3 0,15 Total Ancaman

Strategi Strategi Strategi FAKTOR-FAKTOR DOMINAN

Bobot

Aggresif Integrasi AS TAS AS TAS AS TAS

SO

KEKUATAN : 1. Dokumen kurikulum lengkap

4 0,60 4 0,60 4 0,60 2. Pembelajaran PAIKEM dan metode CTL

4 0,72 4 0,72 4 0,72 3. KKM setiap mapel jelas

4 0,40 3 0,30 4 0,40 4. Standar kelulusan minimum jelas dan

4 0,48 4 0,48 4 0,48 angka kelulusan 100%

3 0,33 2 0,22 2 0,22 6. Sertifikasi guru tingkat gugus 77%

5. Kualifikasi guru tingkat gugus S1 97%

3 0,12 4 0,16 4 0,16 7. Guru mengajar sesuai bidang studi 97%

3 0,24 2 0,16 2 0,16 8. Gaji guru dan GTT lancar

3 0,12 3 0,12 4 0,16 9. Visi,misi dan tujuan sekolah jelas

4 0,56 4 0,56 4 0,56 10. Tupoksi masing-masing sekolah jelas.

3 0,12 4 0,16 4 0,16 Total Kekuatan

1 3,69 3,48 3,62 KELEMAHAN : 1. Administrasi sekolah belum optimal

2 0,08 3 0,12 2 0,08 2. Pendidikan kecakapan hidup belum

3. Penguasaan ICT dalam PBM belum

3 0,30 3 0,30 4 0,40 akademik belum optimal

4. Pembinaan prestasi akademik dan non

2 0,32 3 0,48 3 0,48 kantin, mushola, OR dan seni dll kurang memadahi.

5. Sarana penunjang, perpustakaan,

4 0,72 3 0,54 4 0,54 7. Area sekolah kurang hijau dan

6. Hak atas lahan sekolah

3 0,27 3 0,27 3 0,27 kebersihan sekolah kurang

4 0,56 4 0,56 4 0,56 maka 8 SNP belum optimal

8. Belum adanya tim evaluasi program

3 0,36 3 0,36 3 0,36 manajemen) 10. Pengembangan bahan ajar berbasis

9. Belum optimal SIM (sistem informasi

3 0,21 3 0,21 3 0,21 keunggulan lokal belum optimal.

Total Kelemahan 1 3,07 3,09 3,20 Total QSPM

12.62 12,13 12,87 Sumber : hasil FGD 2014.

Catatan : AS = Skor Daya Tarik : 1= tidak memiliki daya tarik, 2= daya tarik rendah, 3= daya tarik sedang, 4= daya tarik tinggi. Dan TAS adalah Total Skor Daya Tarik ( Perkalian Bobot dengan AS)

Dari hasil strategi alternatif matriks QSPM, dihasilkan nilai TAS tertinggi yaitu 12,87 adalah pada strategi integrasi, sehingga strategi yang sesuai dengan dengan kondisi sekolah gugus Jenderal Sudirman adalah Strategi Integrasi atau strategi integrasi vertikal, yang terdiri dari tiga strategi utama yaitu strategi integrasi ke depan (Forward Integration Strategy), Strategi integrasi ke belakang (Backward Integration Strategy), dan strategi integrasi horisontal (Horizontal Integration Strategy).

8) Matriks SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities, Threats)

Berdasarkan Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM) kemudian matriks SWOT pada Tabel 4.17. tersebut maka rencana strategis yang mengacu pada akreditasi SD/MI yang perlu dibuat sebagai upaya untuk peningkatan mutu sekolah dalam rangka pemenuhan delapan Standar Nasional Pen- didikan di Gugus Jenderal Sudirman adalah: (1) Pe- mahaman kurikulum berdasarkan SNP dan pelatihan untuk implementasi kurikulum 2013, (2) Meng- intensifkan pembelajaran PAIKEM dan Metode CTL (3) Meningkatkan GAIN Skor rata-rata UN + 0,4 (4) Me- ningkatkan SKL minimum 3-4 dan standar KKM menjadi 75 untuk mapel Iptek (5) Meningkatkan klub- klub belajar siswa. (6) Mengintensifkan profesionalisme guru (7) Menggalang partisipasi masyarakat (8) Berdasarkan Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM) kemudian matriks SWOT pada Tabel 4.17. tersebut maka rencana strategis yang mengacu pada akreditasi SD/MI yang perlu dibuat sebagai upaya untuk peningkatan mutu sekolah dalam rangka pemenuhan delapan Standar Nasional Pen- didikan di Gugus Jenderal Sudirman adalah: (1) Pe- mahaman kurikulum berdasarkan SNP dan pelatihan untuk implementasi kurikulum 2013, (2) Meng- intensifkan pembelajaran PAIKEM dan Metode CTL (3) Meningkatkan GAIN Skor rata-rata UN + 0,4 (4) Me- ningkatkan SKL minimum 3-4 dan standar KKM menjadi 75 untuk mapel Iptek (5) Meningkatkan klub- klub belajar siswa. (6) Mengintensifkan profesionalisme guru (7) Menggalang partisipasi masyarakat (8)

Tabel 4.17 Matrik SWOT

Faktor Eksternal

T aera

ta pero

t, Faktor Internal

ik

Kekuatan 1. Dokumen kurikulum lengkap

1. Pemahaman kurikulum berdasarkan SNP dan Pelatihan untuk implementasi kurikulum 2013

2. Pembelajaran PAIKEM dan 2. Mengintensifkan dan mengembangkan pembelajaran metode CTL

PAIKEM dan metode CTL

3. KKM setiap mapel jelas. 3. Meningkatkan Gain Skor UN + 0,4 4. Standar kelulusan minimum

4. Meningkatkan SKL Minimum 3-4 dan standar KKM jelas dan angka kelulusan

menjadi 75 untuk mapel Iptek

100%. 5. Kualifikasi guru tingkat gugus

5. Meningkatkan klub-klub belajar siswa S1 97% 6. Setifikasi guru tingkat gugus

6. Mengintensifkan profesionalisme guru 77% 7. Guru mengajar sesuai bidang

7. Menggalang partisipasi masyarakat studi 97% 8. Gaji guru dan GTT lancer

8. Mengembangkan pendidikan karakter 9. Visi, misi dan tujuan sekolah

9. Membentuk tim evaluasi program jelas 10.Tupoksi masing-masing

10. Mengintensifkan dan mengembangkan program 8 SNP sekolah jelas.

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.1. Tahapan Analisis Perencanaan Strategis

Pada bagian ini pembahasan mengenai hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi dokumen yang telah dipaparkan sebelumnya dan FGD. Pembahasan ini sebagai upaya untuk menjelaskan hasil analisis dan jawaban terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai dasar untuk jawaban faktor-faktor apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam meningkatkan mutu kinerja sekolah melalui akreditasi SD/MI Gugus Jenderal Sudirman Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, dan bagaimana rencana strategis SD/MI Gugus Jenderal Sudirman dalam peningkatan mutu kinerja sekolah melalui akreditasi.

Dalam pembahasan tahap analisis perencanaan strategi melalui tiga tahap analisis, tahap pertama dengan IFAS dan EFAS. Dalam tahap ini berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap sektor lingkungan internal, diperoleh jumlah kekuatan sebesar 3,69 dan kelemahan sebesar 2,75 dan hasil skor akhir (kekuatan-kelemahan) adalah 0,94. Angka ini menunjukkan bahwa faktor-faktor kekuatan lebih dominan dari faktor-faktor kelemahan sehingga seko- lah dapat memanfaatkan kekuatan untuk meminimal- Dalam pembahasan tahap analisis perencanaan strategi melalui tiga tahap analisis, tahap pertama dengan IFAS dan EFAS. Dalam tahap ini berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap sektor lingkungan internal, diperoleh jumlah kekuatan sebesar 3,69 dan kelemahan sebesar 2,75 dan hasil skor akhir (kekuatan-kelemahan) adalah 0,94. Angka ini menunjukkan bahwa faktor-faktor kekuatan lebih dominan dari faktor-faktor kelemahan sehingga seko- lah dapat memanfaatkan kekuatan untuk meminimal-

Dari hasil analisis faktor eksternal (EFAS), faktor- faktor yang dominan dari peluang sebesar 3,63 dan ancaman 1,78, dengan skor akhir (peluang-ancaman) adalah sebesar 1,85. Peluang yang dominan bagi SD/MI di Gugus Jenderal Sudirman dapat dimanfaat- kan dalam mengantisipasi ancaman yang timbul.

Pembahasan tahap kedua, berdasarkan hasil analisis lingkungan internal (IFAS) dan eksternal (EFAS), dari hasil dapat disimpulkan posisi SD Gugus Jenderal Sudirman pada diagram analisis SWOT berada pada titik (0,94 : 1,85), adalah strategi SO (Strength – Oppotunities) , hasil ini menunjukkan bahwa kekuatan 0.94 lebih kecil dari peluang 1,85 yang ada di SD Gugus Jenderal Sudirman. Dengan strategi SO ini kekuatan-kekuatan internal sekolah digunakan untuk meraih peluang-peluang yang ada diluar sekolah. Oleh karena itu sekolah berusaha mengatasi kelemahan- kelemahan agar menjadi lebih kuat, dan berusaha untuk menghindari ancaman dengan berkonsentrasi pada peluang yang ada.

Kekuatan internal dan pengaruh eksternal yang dihadapi sekolah sebagai parameter bagi sekolah untuk memperoleh strategi yang lebih detail. Hasil analisis matrik IE, (3,22 : 2,70) yang menunjukkan pertum-

buhan kekuatan internal yang kuat sebesar 3,22 dan pengaruh eksternal yang medium sebesar 2,70 diperoleh posisi SD Gugus Jenderal Sudirman sebagai Grow dan Build, dan pada sel 1 yaitu strategi pertumbuhan (Growth Strategy) dan sel 4 strategi stabilitas (Stability Strategy). Pertumbuhan dapat dicapai melalui integrasi vertikal dengan cara backward integration atau dengan forward integration. Dan untuk mencapai pertumbuhan strategi stabilitas yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi tapi harus dengan hati-hati, yaitu dengan meminimalkan faktor- faktor kelemahan yang ada di sekolah.

Untuk mempertajam dari posisi dalam matriks internal eksternal tersebut maka selanjutnya dengan menggunakan matriks SPACE. Berdasarkan Diagram SPACE , terlihat garis vektor bersifat positif.(1,66 : 1,33) menunjukkan strategi aggresive sehingga keuangan pada pada SD Negeri Gugus Jenderal Sudirman relatif kuat dan mendominasi untuk aktivitas pengelolaan sekolah, fasilitas sekolah, buku paket untuk guru dan siswa, akreditasi sekolah dan program-program yang ada sehingga dapat mengoptimalkan keunggulan bersaing dengan cara melaksanakan tindakan internal yang

contoh dengan mengintensifkan metode problem solving kepada siswa,

lebih agresif,

sebagai sebagai

Berdasarkan hasil perhitungan Grand Strategy Matrix posisi sekolah Gugus Jenderal Sudirman pada (1,60 : 2,75) menunjukkan pada kuadran I yaitu posisi strategi sempurna, pada sekolah yang memiiki sumber daya yang lebih, dan diperhadapkan dengan tingginya kompetitif, maka strategi integrasi menjadi pilihan utama, yaitu dengan strategi backward, forward, atau horizontal integration. Pada kuadran ini sekolah ber- peluang untuk sukses dengan memanfaatkan peluang- peluang yang ada.

Pada pembahasan analisis tahap ketiga, dari hasil kerja pada tahap kedua (matching Stage) yang menggunakan matriks tersebut dan beberapa alternatif strategi yang direkomendasikan :

Tabel : 4.18 Alternatif Strategi

Jenis Matriks Strategi Rekomendasi Matriks TOWS/SWOT

Strategi SO (Strength-Opportunities) Matriks IE

Grow and Build

Matriks SPACE

Strategi Agresif

Matriks Grand Strategi Integrasi Vertikal Strategy

Matriks QSPM Strategi Integrasi Vertikal : Strategi Integrasi ke Depan Strategi Integrasi ke Belakang Strategi Integrasi Horisontal

Sumber : Hasil Analisis, 2014

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45