Karakteristik Komunikasi Antar Pria Peng
KARAKTERISTIK KOMUNIKASI ANTAR PRIA
PENGUNJUNG SPA PLUS – PLUS DI DUNIA MAYA.
Analisis Semiotik Forum Diskusi Pengunjung Orchid Spa BSD City di
website Kaskus.co.id.
Oleh : Eddy Yansen ( www.eddyyansen.com )
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan ciri ‐ ciri dalam komunikasi antar pria
pengunjung spa plus – plus di dalam forum diskusi digital atau dunia maya.
Komunitas pria pengunjung spa plus – plus, yang lebih jelasnya sebagai komunitas
pengunjung tempat prostitusi ini menjadi menarik karena juga dapat memperluas
wawasan kita mengenai bagaimana topik yang tabu dibahas dalam ruang publik
dalam dunia maya.
Penelitian dilakukan dengan analisis semiotika untuk menemukan makna
sesungguhnya di balik percapakan yang dilakukan pada komunitas pria
pengunjung Orchid Spa BSD City, yang merupakan salah satu tempat spa plus –
plus atau spa dengan prostitusi. Peneliti menganalisa 6816 transkrip pembicaraan
di forum diskusi Kaskus.co.id dari bulan Mei 2014 hingga Desember 2014.
Hasil penelitian menunjukan bahwa komunikasi antar pria pengunjung spa plus –
plus memiliki 4 karakteristik seperti bahasa yang ditutup‐ tutupi dengan sensor,
bahasa penuh dengan istilah dengan makna tersirat, bahasa yang diatur dengan
tingkatan komando yang jelas serta saling menghormati, dan yang terakhir
memiliki karakteristik komunikasi yang bersahabat dan baik dalam bertukar
informasi.
Kata Kunci : Komunikasi, forum diskusi online, prostitusi, spa plus – plus
PENDAHULUAN
Kehidupan malam di Ibukota Jakarta memang dipenuhi dengan tempat – tempat
hiburan untuk pria berhidung belang. Pertumbuhan pembangunan disisi lain
menyisakan juga kehidupan warga yang masih berusaha untuk bertahan hidup
dibawah gempuran kapitalisme dan hidup dibawah garis kemiskinan.
Daripada menjadi pekerja seks komersil (PSK) di pinggiran jalan, banyak wanita
penghibur ini lebih memilih bergabung di tempat – tempat berkedok spa atau
panti pijat yang menawarkan praktik prostitusi di dalamnya. Tentu saja tempat –
tempat prostitusi ini juga menjadi benih permasalahan sosial lainnya yang lebih
luas seperti tindak – tindak kriminal, human trafficking dan transaksi obat –
obatan terlarang.
Bahkan menurut data Departemen Kesehatan, 129 ribu perempuan Indonesia
bekerja sebagai pekerja seks, bahkan 34% diantaranya berumur dibawah 18
tahun ( Tempo.co, 20 Juni 2003 ). Di seluruh wilayah DKI Jakarta sendiri terdapat
lebih dari 106 titik lokasi tempat prostitusi sesuai sensus yang dilakukan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 (Kompas.com, 15 Mei 2010 ).
Manisnya bisnis berkedok spa plus – plus, membuat bisnis ini berkembang
melewati batas kota megapolitan Jakarta sendiri hingga ke wilayah Tangerang
Selatan khususnya wilayah Bumi Serpong Damai (BSD) yang indentik dengan
kawasan berpenghasilan menengah ke atas di Kota Tangerang. Biaya yang
dikeluarkan untuk sekali datang di spa plus – plus wilayah Tangerang Selatan ini
tidaklah murah, pria hidung belang harus rela mengeluarkan Rp 500.000 hingga
jutaan rupiah untuk mendapatkan kenikmatan sesaatnya (Merdeka.com, 4 Maret
2014 ).
Tentu saja tempat seperti ini tidak akan dapat bertahan tanpa adanya
permintaan yang tinggi dari para pria yang mencari hubungan seks singkat
untuk memenuhi hawa nafsu nya. Sekitar 3,3 juta laki – laki di Indonesia adalah
pembeli seks rutin sesuai data yang dirilis oleh Komisi Penanggulangan AIDS
Nasional (Kompas.com, 28 Februari 2013). Lebih mencengangkan lagi, para
pengunjung tempat prostitusi seperti spa plus – plus sekitar 60% adalah pria
yang sudah menikah dan berkeluarga (inilah.com, 15 Februari 2013 ).
Alasan dalam perselingkuhan dengan pekerja seks komersial (PSK ) atau yang
lebih dikenal dengan istilah “jajan” pun beragam, beberapa faktor yang
memotivasi diantaranya keinginan untuk mencari sensasi, tantangan untuk tidak
ketahuan, kelainan seksual seperti hypersex, bahkan ketidakpercayaan diri pada
lelaki yang membuat mereka untuk menghindar berbicara terus terang dengan
pasangan mengenai keinginan seksual mereka. Apalagi hal – hal seputar seks
masih dikategorikan sebagai topik yang tabu di budaya Indonesia sendiri.
Kebiasaan “jajan” diluar ini, bahkan memiliki dampak psikologis yang jauh lebih
serius menurut Mira D. Amir, psikolog LPT Universitas Indonesia karena dapat
menyebabkan kecanduan, dan menimbulkan keinginan untuk selalu mencari
pasangan yang baru (Bisnis.com, 15 Februari 2014). Inilah alasan kenapa tempat
– tempat spa plus – plus tumbuh subur bahkan semakin ramai dari waktu ke
waktu. Jam operasionalnya pun tergolong unik, kebanyakan spa plus – plus
mulai beroperasi sejak jam 11.00 siang hingga jam 24.00 malam. Hal tersebut
mencerminkan kebanyakan pelanggannya adalah pria berkeluarga yang harus
pulang di malam hari.
Senada juga diungkapkan oleh Prof. Kuncoro, selaku Guru Besar psikologi dari
Universitas Gajah Mada bahwa hubungan intim diluar istri sah semakin banyak
dilakukan pria yang dilanda tekanan kehidupan seperti kota Jakarta dan
sekitarnya. Bahkan hubungan itu lebih banyak dilakukan di siang hari, pada jam
– jam kerja (Detik.com, 5 Desember 2012).
Membahas spa plus – plus akan semakin menarik lagi, bila kita melihat betapa
mewahnya fasilitas – fasilitas yang ditawarkan. Bahkan banyak spa plus – plus
justru menjadi urat nadi bisnis perhotelan di kota besar. Karena investasi yang
dikeluarkan untuk membangun spa mewah plus – plus jauh lebih
menguntungkan dibandingkan sekedar melayani tamu yang menginap di kamar
hotel berbintang. Perijinan yang dikantongi para pengelola spa plus – plus pun
sebagian besar adalah perijinan untuk tempat hiburan dan penginapan.
Pengunjungnya pun sebagian besar adalah kaum eksekutif dan pekerja kantoran
yang memiliki kantong tebal. Selain memiliki kebebasan waktu untuk
mendapatkan kencan singkat, para pengunjung spa plus ini siap mengeluarkan
Rp 1,5 juta hingga Rp 3 juta untuk mendapatkan kesenangan dengan wanita
cantik muda bahkan tidak jarang berdarah asing seperti Uzbekistan, Tiongkok
dan Vietnam.
Penelitian ini menjadi menarik, ketika kita bertanya bagaimana pria yang
mayoritas memiliki pendidikan formal tinggi, memiliki karir yang baik, bahkan
tidak jarang memiliki status yang tinggi di masyarakat menjalani kehidupannya
penuh dengan kerahasiaan, dan menjadi pelanggan tetap tempat spa plus – plus
?. Serta bagaimana mereka membangun komunikasi antar pribadi dalam
kehidupan sehari – harinya dalam masyarakat dan keluarganya, dan juga
terutama bagaimana mereka membangun komunikasi antar sesama pengunjung
spa plus – plus ? dan bagaimana mereka memanfaatkan forum diskusi dunia
maya seperti www.kaskus.co.id untuk menjadi media komunikasi mereka yang
paling efektif karena dipercaya dapat menjaga kerahasiaan kehidupan malam
mereka.
Berdasarkan hal diatas maka fokus penelitian yang menarik dan juga layak
diajukan adalah apakah karakteristik dari komunikasi antar pria
pengunjung spa plus – plus di dalam dunia maya ?
KERANGKA TEORI
Karakteristik Komunikasi adalah suatu proses Komunikasi sebagai suatu proses
artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang
terjadi secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta berkaitan satu sama
lainnya dalam kurun waktu tertentu yang memiliki kekhususan tertentu (Little
John, 2008).
Untuk memahami karakteristik komunikasi antara pria pengunjung spa plus –
plus dalam dunia maya yang dipenuhi dengan simbol – simbol terstuktur
berbentuk kata (bahasa) dapat dijelaskan dengan Teori semiotika dari
Ferdinan d Saussure yang melihat bahasa sebagai terdiri dari imaji akustik (kata
dan bunyi) yang terkait dengan konsep (benda atau ide). Kaitan antara keduanya
merupakan hasil kesepakatan (convention). Hubungan antara penanda konsep
bersifat arbitrer (acak dan sewenang‐wenang). Ia mengklaim bahasa merupakan
sebuah sistem tanda (signs) yang terlibat dalam sebuah proses penandaan
(signification) yang kompleks. Bahasa ini berfunggsi sebagai pengontrasan
(difference). Misalnya, kata “anjing” memiliki makna karena kita dapat
membedakan “anjing” dari kucing, pohon, dan sebagainya. Dengan demikian,
kata ada sebagai bagian dari jaring penanda‐penanda (signifiers) yang disatukan
dalam sebuah struktur keberbedaan (structure of difference) (Alex Sobur, 2003 ).
Salah satu prinsip yang dikemukakan Saussure adalah prinsip struktural.
Saussure memandang relasi tanda sebagai relasi struktural, yang di dalamnya
tanda dilihat sebagai sebuah kesatuan antara sesuatu yang bersifat material,
yang oleh Roland Barthes disebut penanda (signifier) dan sesuatu yang bersifat
konseptual, yang disebut petanda (signified). Sesuai dengan pandangan prinsip
ini bahwa apa yang disebut makna tidak dapat ditemukan sebagai bagian
intrinsik dari sebuah unsur melainkan sebagai akibat dari relasi total yang ada
dengan unsur‐unsur lain secara total. Dimana setiap komunikasi dalam
komunitas khusus tertentu pastilah terdapat convention yang menentukan kode
– kode yang dipakai untuk memahami makna dari bahasa yang digunakan.
Peta Tanda Roland Barthes ( Sumber : Paul Cobbey & Litza Jansz, 1999 dalam Sobur ( 2008 )
Makna sebuah kata baru akan menjadi jelas tidak terlepas dari tanda denotatif
yang terkandung di dalamnya juga, seperti simbol berbentuk bunga mawar maka
persepsi petanda konotasi yang muncul adalah “cinta dan romantis” itu juga
karena adanya kesepakatan pada sebagian masyarakat tertentu (Roland Barthes,
1957).
Dalam sebuah komunitas pengunjung spa plus – plus yang membahas hal
bersifat privat dan intim juga dapat dijelaskan sesuai teori pengaturan privasi
komunikasi / Communication Privacy Management ( Sandra Petronio, 2002 )
yang membahas tekanan antara keterbukaan dan rahasia pribadi, antara sesuatu
yang bersifat publik dan rahasia dalam hubungan. Petronio memandang
pengaturan batasan sebagai sebuah proses yang didasarkan pada aturan. Proses
ini bukan hanya sebuah keputusan individu “apakah harus saya katakan atau
tidak?” namun, ini merupakan sebuah negosiasi aturan yang olehnya informasi
akan dijaga dan diatur. Aturan‐aturan untuk pengaturan batasan sebagian
dikembangkan dengan semacam rasio resiko manfaat. Penilaian resiko (risk
assessment) berarti memikirkan biaya dan manfaat dari pengungkapan
informasi.
Persahabatan yang terjalin dalam semua komunitas online dapat dijelaskan
sebagai hubungan interpersonal di antara dua orang individu yang saling
bergantungan satu sama lain dimana di dalamnya terdapat sikap yang saling
produktif dan ditandai dengan sikap positif yang saling memperhartikan
(DeVito, 2007).
Menurut DeVito (2007), dalam hubungan ini terdapat nilai‐nilai persahabatan
yang meliputi utility, affirmation, ego support, stimulations, dan security. DeVito
juga mengungkapkan bahwa dalam hubungan persahabatan terdapat peraturan
peraturan untuk mempertahankan hubungan persahabatan. Peraturan‐
peraturan itu adalah membela sahabat dalam kekurangan, membagikan berita
dan perasaan mengenai kesuksesan, saling mempercayai, menolong teman
ketika mengalami kesusahan dan menghargai privasi sahabat.
Untuk memahami lebih jelas bagaimana interaksi antar unsur dalam semiotika
komunikasi khususnya yang menggunakan computer‐mediated dapat dilihat
pada gambar dibawah ini :
Gambar : Semiotic Research Framework termasuk Model Jakobson (John Mingers,2014)
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis semiotik
( semiotic analysis ). Semiotika merupakan ilmu tentang tanda (sign) dengan
segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungan dengan kata
lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang menggunakannya
(Van Zoest, 1996).
Subyek Penelitian
Subjek penelitian adalah anggota komunitas Orchid Spa BSD City di Forum
diskusi www.kaskus.co.id. Seluruh anggota komunitas ini adalah pria
pengunjung tetap dari Orchid Spa BSD City yang merupakan spa plus –plus,
namun diantaranya juga terdapat seorang pengelola Orchid Spa BSD City yang
menjadi seorang administrator forum dengan nama samaran di avatar
“butuhasbak”, serta bertugas untuk menerima pesanan ataupun booking dari
para pengunjung yang akan ke Orchid Spa BSD City.
Orchid Spa BSD City merupakan salah satu spa plus – plus kelas menengah
keatas yang terletak di kota Tangerang Selatan yang memiliki kebanyakan
pengunjung dari Jakarta dengan kapasitas yang tidak terlalu besar. Komunitas
pengunjungnya yang merupakan kaum eksekutif berpendidikan serta melek IT
(information technology) menjadi pilihan peneliti karena rata – rata pengunjung
disini telah saling mengenal satu sama lain dan menjalin persahabatan.
Selain itu setiap harinya di forum diskusi kaskus.co.id, administrator forum akan
memberikan informasi therapist ( wanita penghibur ) yang tersedia dan bekerja
malam hari tersebut kepada seluruh anggota komunitas. Dan masing – masing
anggota komunitas yang akan hadir biasanya akan melakukan booking secara
online, dan terlihat daftar nama samaran anggota yang akan hadir di malam hari
tersebut. Hal tersebut memberikan peluang bagi peneliti untuk mendapatkan
informasi yang lebih lengkap dan menyeluruh karena forum tersebut merupakan
salah satu sarana komunikasi antar anggota/ pengunjung yang penting dan
selalu ter‐update dengan baik.
Analisis Data
Penelitian ini dimulai dengan melakukan pengumpulan data, indentifikasi
hubungan antar pribadi, sosial dan material yang terjadi dalam transkrip forum
diskusi yang telah dikumpulkan dari posting pada forum diskusi
www.kaskus.co.id yang terdapat di alamat URL : http://bit.ly/1zvcC4b . Peneliti
mengambil posting selama 8 bulan dari tanggal 2 Mei 2014 hingga 2 Desember
2014. Dengan jumlah transkrip diskusi sebanyak 6816 posting dengan nomor
posting dari urutan #1 hingga #6816.
Kemudian peneliti melakukan analisis semiotika dari Ferdinan de Saussure yang
melakukan investigasi dan analisa mendalam pada pesan – pesan yang ada
dalam diskusi dan percapakan dalam forum diskusi online yang diteliti, dengan
berusaha menemukan kode, pesan dan makna dari komunikasi yang dilakukan
serta hubungan antara kode, pesan dan makna diantaranya. Khususnya dengan
memperhatikan makna umum dan makna khusus yang terbentuk dari sistem
kode, dan kesepakatan sosial tertentu dalam komunitas yang kemudian lebih
lanjut dilakukan analisa hubungan antara struktur sosial dan tanda yang muncul
dan makna yang terkandung didalamnya.
Dan dalam tahap penyajian hasil analisis penulis menggunakan penjelasan
naratif secara rinci dan terurai hasil analisis semiotik dari forum diskusi yang
diteliti.
TEMUAN
Dari hasil analisis semiotika pada 6816 posting pada forum diskusi Orchid Spa
BSA City di kaskus.co.id dapat ditemukan 4 karakteristik pada pola komunikasi
yang dilakukan anggota komunitas yang juga merupakan pengunjung spa plus –
plus ini diantaranya adalah :
1. Ditutup‐tutupi dengan sensor
Karakteristik pertama adalah bahasa yang ditutup‐tutupi, tidak ingin dituliskan
secara lengkap, tidak ingin menunjukan secara utuh. Sebagai salah satu kode
dalam memahami komunikasi antar pria pengunjung spa plus – plus ini adalah
kebiasaan komunikan untuk menyamarkan tulisan walaupun tidak mengurangi
kemudahan untuk dipahami sama sekali.
Pertama tampak jelas dalam aturan posting yang disampaikan oleh
administrator forum yang menyebutkan untuk menyamarkan beberapa huruf
dengan penggunaan tanda * atau nomor yang berfungsi seperti sensor.
Sensor paling banyak dilakukan pada nama – nama therapist atau wanita
penghibur ( pekerja seks komersial ) tampak pola berulang – ulang dan pasti
seluruh sebutan nama menggunakan sensor * ( tanda bintang ), dengan harapan
agar nama tidak terungkap dengan jelas ataupun pasti. Disisi lain penggunaan
sensor ini juga tidak maksimal, karena harapan agar para pembaca yang
terutama adalah pengunjung Orchid Spa dapat langsung memahami dan
mengerti siapa yang dimaksud dalam kata – kata nama tersensor tersebut masih
ada.
Sensor tidak optimal juga terlihat dari penggunaan sensor yang sekedar adanya
dengan hanya mengganti 1 huruf “vokal” dengan tanda bintang (*) yang
membuatnya mudah untuk ditebak karena hanya terdapat 5 huruf vokal dalam
alfabet kita.
Sebut saja “R*a”, dengan mudah bisa kita tebak dengan “Ria”, “C*ndy” dengan
mudah juga bisa kita tebak dengan “Cindy”, “K*ki” juga dapat dipahami dengan
mudah sebagai “Kiki”. Dari sini dapat dilihat jelas tujuan sensor tersebut
bukanlah untuk menyamarkan maupun menutupi makna sesungguhnya dari
kata tersebut.
Berbeda halnya dengan kepolisian misalnya, dalam menyamarkan nama pelaku
kejahatan lebih efektif dengan hanya menyebutkan 1 initial huruf depan nama
pelaku, seperti “N”. Hal ini akan menyensor keseluruhan dan pembaca tidak
dapat menebak siapa nama pelaku sebenarnya selain hanya menangkap makna
simbol “N” sebagai pelaku dalam memahami sebuah berita di Kompas misalnya.
Penggunaan sensor ataupun bahasa yang ditutup‐tutupi ini juga terjadi pada
berbagai topik pembahasan yang membuatnya menjadi sebuah karakteristik
dalam komunikasi.
Seperti penulisan kata “Petronas” yang disensor menjadi “Petron*as”, kenapa
penulis menghindari menyebutkan kata Petronas ? padahal dalam konteks
diskusi hal ini adalah membahas lokasi Orchid Spa yang terletak di bawah logo
BSD City dan dibelakang pom bensin “Pertamina” baru ex “Petronas” yang mana
seharusnya kejelasan setiap kata menjadi penting, karena mengarahkan alamat
membutuhkan kepastian dan kejelasan bagi penerima informasi. Namun pada
penutupan nama merk seperti Pertamina, komunikan cenderung menutupi juga
lebih dari 1 huruf seperti “Pertamina” menjadi “P**tamina”.
Tampak juga dalam pembahasan pengalaman seseorang pengunjung, yang juga
akan melakukan sensor pada seluruh nama wanita penghiburnya seperti “Oli**a”
yang mana tetap mudah kita mengartikannya sebagai “Olivia”.
Tidak hanya sekedar untuk menutupi nama wanita penghiburnya, termasuk juga
nama sesama pengunjung juga ditutupi ataupun disensor. Namun pada saat
melakukan sensor pada nama sesama pengunjung, komunikan cenderung lebih
ketat dalam menutup‐nutupinya dengan menggunakan lebih dari 1 tanda
bintang sebagai sensor, juga menghilangkan lebih dari sekedar huruf vokal
sehingga maknanya sulit untuk ditebak. Selain itu juga menggunakan sistem
inisial untuk menutupinya. Contohnya :
•
“thanks to suhu p*a*s and suhu BA”.
•
“Confirm dari suhu BA...sepertinya suhu SG masih aman”.
•
“Tinggal sebut aja suhu AT”.
dari hasil analisis transkrip diatas kita dapat melihat fakta bahwa penggunaan
sensor untuk menutup – nutupi maksud memiliki beberapa tingkatan
diantaranya adalah :
•
Sensor Ringan, adalah sensor yang hanya menghilangkan 1 huruf vokal
dari keseluruhan kata yang dimaksud. Contohnya adalah yang terjadi
pada nama – nama wanita penghibur seperti T*ka, yang jelas dapat
ditebak sebagai “Tika”. Sensor ringan menunjukan komunikan tidak
bermaksud untuk menyembunyikan makna yang ingin disampaikan,
bahkan berusaha agar pembaca dapat menebak dan memahaminya.
Tujuan dari sensor ringan lebih dari sekedar memberikan rasa sopan dan
menghargai terhadap objek yang sedang dibicarakan. Yang mana dalam
hal ini banyak ditemuan penggunaannya untuk menyebutkan nama
wanita penghibur. Menjadi seolah – olah tabu untuk para pengunjung spa
ataupun anggota komunitas untuk menyebutkan nama wanita tersebut
dengan lugas dan jelas. Penutupan seperti ini memberikan rasa seolah –
olah para komunikan menghargai privasi dari objek yang sedang
didiskusikan.
•
Sensor Menengah, adalah sensor yang menghilangkan lebih dari 1 huruf
dengan tanda bintang *, contohnya adalah menyebutkan nama tempat
seperti “Pertamina” menjadi “P**tamina”. Sensor ini juga tidaklah
bermaksud mengaburkan makna asli dari objek yang sedang
didiskusikan. Melainkan justru penulis berusaha agar pembaca dapat
memahami apa yang dimaksudkan. Biasanya digunakan oleh sesama
anggota komunitas untuk menyebutkan nama – nama tempat, nama –
nama tokoh publik, nama – nama merk. Tujuannya adalah untuk tidak
mendiskriditkan merk ataupun objek tertentu dengan kegiatan “plus –
plus” yang sedang didiskusikan dalam forum ini. Bayangkan saja merk
seperti Pertamina, seperti Bir Bintang apabila diasosiasikan pembaca
dengan kegiatan “plus‐plus” atau prostitusi yang sedang dibahas dalam
forum ini dapat berlanjut menjadi masalah besar yang berusaha dihindari
oleh para penulis di forum ini.
•
Sensor Berat, adalah sensor yang menghilang lebih dari 2 huruf dengan
tanda bintang bahkan dengan menyingkatnya menjadi 1 ataupun 2 huruf
saja dari keseluruhan kata yang dimaksudkan. Contohnya yang digunakan
untuk nama – nama sesama pengunjung seperti “BA”, “TS”, “P*R*T, “S**S”.
Sensor berat ini memiliki tujuan untuk benar – benar menyamarkan dan
menghilangkan kesempatan pembaca untuk dapat menebak makna
sesungguhnya. Dalam hal ini juga dapat diketahui bahwa privasi sesama
pengunjung dan anggota komunitas adalah salah satu hal yang sangat
penting disini, karena ketakutan rusaknya citra diri sesama pengunjung
spa plus‐plus yang di Indonesia adalah hal yang sangat memalukan.
2. Penuh dengan istilah dan singkatan bermakna tersirat.
Bagi seorang yang baru pertama kali membaca dan mengikuti Forum Orchid Spa
BSD City ini pastilah dibuat kebingungan dengan puluhan singkatan dan istilah
yang digunakan sesama komunikan di dalamnya. Memahami bahwa forum
diskusi ini adalah ruang publik yang bebas dibaca oleh siapapun, sedangkan
topik yang dibahas disini adalah praktik prostitusi dari sudut pandang penyedia
dan pengguna langsung membuat sesama komunikan membentuk sekumpulan
kode dalam berkomunikasi. Yang mana maknanya telah disepakati bersama
sebelumnya melalui convention bersama dalam komunitas.
Hal ini menjadi semakin menarik, karena pada forum diskusi Orchid Spa BSD
City ini membahas sebuah topik yang tabu untuk didiskusikan di masyarakat
yaitu sebuah komunikasi antara penyedia dan pelanggan prostitusi. Melihat
bagaimana sebuah topik privat dibahas di ruang publik, dan bagaimana proses
komunikasi terjadi dengan batasan – batasan untuk menjaga privasi dan
kerahasiaan komunikan yang terlibat di dalamnya.
Uniknya lagi kode – kode yang disepakati dalam komunitas ini tidak hanya
digunakan dalam komunitas Orchid Spa BSD City ini, namun sebagian besar
adalah bahasa yang dicirikan dengan istilah yang tidak saling terkait dan
singkatan yang telah disepakati bersama di dunia maya. Sebut saja singkatan
seperti : FJ adalah singkatan “Fuck Job” yang lebih detailnya diartikan sebagai
kegiatan bersetubuh. ML adalah singkatan dari “Make Love” yang lebih detailnya
diartikan sebagai kegiatan bersetubuh juga.
Seperti yang ditemukan oleh peneliti pada forum diskusi kaskus.co.id dengan
topik diskusi utama berjudul “Kamus Besar Singkatan dunia SPA”, menjadi
referensi yang baik dalam memahami kode – kode komunikasi antar komunikan
di dalam forum yang diteliti.
Peneliti juga menemukan adanya penggunaan istilah ataupun singkatan yang
hanya digunakan dalam forum Orchid Spa BSD City, yaitu istilah – istilah
penerbangan (aviation) dan juga mobil – mobil mewah seperti “airlines”,
“touchdown”, “bandara”, “ferrari” yang banyak sekali digunakan berulang.
Berdasarkan analisis semiotik yang dilakukan oleh peneliti, menemukan bahwa
ada beberapa jenis kategori istilah dan singkatan yang digunakan berdasarkan
tujuan penyampaian makna dan tujuan pengaburan makna sebenarnya.
1. Istilah denotatif berfungsi sebagai sandi yang memperhalus .
Istilah dan singkatan yang memiliki makna denotatif ( sesungguhnya ) sesuai
dengan kata – kata yang digunakan, namun dibuat dalam bentuk singkatan untuk
menjadi sandi diantara komunikan. Adapun tujuannya untuk memperhalus
bahasa yang digunakan agar tidak menjadi terlalu kasar dan tidak sopan di
dalam ruang publik.
Contoh pertama adalah “FR” yang merupakan singkatan dari “Fuck Report” yang
merupakan gabungan dari 2 kata dalam bahasa inggris yang masing – masing
memiliki pengertian denotatif : “Fuck” ( bersetubuh ) dan “Report” ( Laporan).
Ketika digabungkan berarti “Laporan pengalaman dalam bersetubuh dengan
pihak tertentu”.
Terlihat dalam posting diatas dituliskan “FR dulu biar tidur tenang 2 hari ke
depan, dilanjutkan dengan penjelasan seperti “doi jebolan blok A yang nyari
service dijamin gak bakal mengecewakan”, dan juga menyampaikan penilaian
seperti “Face 8, sekilas mirip penampakan Fly Emirates. Body : 7,5 ( slim dan full
body‐art” ) serta overall 8,99 ( klo BJ no‐caps dan skill masas ditingkatkan bisa
9).”
Sebagai pembanding pada posting lain, terdapat juga penggunaan singkatan FR
yang berfungsi sama yaitu menyampaikan proses pengalaman kunjungan ke
Orchid Spa hingga proses bersetubuh selesai seperti terlihat dibawah ini :
Contoh lain adalah singkatan “CIM” yang banyak ditemukan dalam posting
forum ini, “CIM” sendiri adalah singkatan dari “Cum in Mouth” yang merupakan
gabungan dari 2 kata dalam bahasa inggris yang masing – masing berarti “Cum”
dalam bahasa Indonesia disebut “onani”, dan “Mouth” dalam bahasa Indonesia
disebut “mulut”, artinya secara gabungan menjadi proses onani yang dilakukan
di dalam mulut.
Seperti bila dibaca pada posting ke #69 diatas, secara konteks dapat kita
temukan makna “CIM” sebagai apa adanya bila diartikan dalam Bahasa
Indonesia. Tertulis “ga sempat panjang niat mo CIM doang”, dapat diterjemahkan
dalam pengertian “tidak sempat panjang niat mau onani di dalam mulut saja”.
Secara konteks pesan dapat kita temukan makna laporan dalam pengalaman
bersetubuh yang di‐istilahkan dengan FR dan CIM adalah sesuai dengan makna
sesungguhnya yang digunakan untuk memperhalus kata – kata yang digunakan.
2. Istilah konotatif berfungsi sebagai sandi.
Adalah istilah ataupun singkatan yang memiliki makna konotatif yang berfungsi
sebagai sandi – sandi untuk menunjukan makna lain yang telah disepakati
bersama sebelumnya. Adapun fungsinya adalah untuk mengaburkan makna
sesungguhnya untuk menjaga kerahasiaan antara komunikan.
Contoh adalah penggunaan istilah “Bandara”, dalam forum yang diteliti yang
merujuk pada “Orchid Spa BSD City” sendiri. Kode ini terlihat jelas pada awal
forum yang menyebutkan dengan lugas “Orchid Spa BSD City a.k.a (also known as
) Bandara”.
Dalam keseluruhan posting, bandara dengan mudah dapat kita temukan makna
denotatifnya sebagai sebuah tempat yang menjadi fasilitas pesawat terbang
untuk lepas landas dan mendarat. Namun karena adanya kode – kode yang telah
disepakati sebelumnya, maka kita dapat mengartikan “bandara” dalam berbagai
konteks diskusi dalam forum yang diteliti sebagai “Orchid Spa BSD City”,
contohnya “Bandara emang bikin kangen deh pokoknya” diartikan sebagai
“Orchid Spa BSD City emang bikin kangen deh pokoknya”.
Istilah – istilah yang berhubungan dengan dunia penerbangan lainnya menjadi
banyak sekali digunakan disini, sebagai contoh lainnya diantarnya :
Istilah
Pengertian Umum
Pengertian Sebenarnya
“Touchdown”
Pesawat berhasil
Pengunjung telah tiba di lokasi
mendarat dengan baik.
Orchid Spa BSD City.
“Airlines”
Maskapai Penerbangan, Wanita Penghibur, penyedia jasa
penyedia jasa di dalam
di dalam Orchid Spa.
bandara.
“Penerbangan”
Perjalanan yang
Hiburan yang diberikan ( seks )
menggunakan pesawat
oleh wanita penghibur.
terbang.
“Pilot”
Pengemudi pesawat
Pihak yang memegang kendali
terbang. Orang yang
dalam hubungan intim yang
memegang kendali
dilakukan.
pesawat.
Dari contoh – contoh diatas, dapat ditemukan bahwa istilah – istilah ini memiliki
makna yang mendekati secara fungsional, namun sengaja digunakan untuk
mengaburkan makna sebenarnya bukan sekedar untuk memperhalus bahasa
yang digunakan namun lebih untuk menjaga kerahasiaan antara pengunjung.
3. Istilah konotatif berfungsi menunjukan kualitas dalam denotatifnya.
Adalah istilah ataupun singkatan yang digunakan untuk menggambarkan
kualitas yang sesungguhnya namun mengaburkan makna objek yang
sebenarnya. Contoh yang paling jelas adalah penggunaan nama – nama merk
mobil di dalamnya diantaranya seperti : “Ferarri” yang merupakan merk mobil
terkenal yang memiliki kualitas tinggi, di dalam berbagai diskusi dalam forum
yang diteliti digunakan untuk menggambarkan kualitas wanita penghiburnya.
Termasuk juga penggunaan berbagai nama maskapai yang mencerminkan
kualitas wanita penghiburnya seperti “Sriwijaya Air”, “Japan Airlines”,
“Singapore Airlines”.
Dimana masing – masing istilah ini menunjukan tingkatan dalam kualitas sesuai
dengan makna denotatif sesungguhnya dari masing – masing perusahaan /
produk yang disebutkan.
Istilah
Makna Umum
Makna Sebenarnya
“Singapore
Layanan pesawat yang
Wanita penghibur yang disiplin,
Airlines”
terkenal on‐time,
tekun dan memberikan layanan
disiplin, layanan prima.
prima.
Maskapai penerbangan
Wanita penghibur yang mirip
milik negara Jepang,
dengan warga negara Jepang.
“Japan Airlines”
yang pramugarinya
terkenal cantik.
“Sriwijaya Air”
Maskapai nasional yang Wanita penghibur yang kurang
memiliki kualitas
berkualitas.
layanan kurang.
“Ferarri”
“Mercedes”
Mobil berkecepatan
Wanita penghibur yang cantik
tinggi yang juga
dan juga mampu melayani dengan
memiliki desain indah.
baik.
Mobil yang menunjukan Wanitap enghibur yang berparas
kualitas baik namun
cantik namun pelayanan kurang
dibawah Ferarri.
dibandingkan yang lain.
3. Diatur dengan tingkatan komando dan saling menghormati.
Karakteristik berikutnya adalah di dalam forum yang diteliti dapat terlihat jelas
antara pengunjung spa plus – plus ini memiliki tingkatan komando berdasarkan
senioritas ataupun jumlah kunjungan ke spa tersebut.
Istilah – istilah seperti “Mentri”, “Haji”, “Suhu” yang memiliki ciri khas makna
sebagai orang yang dihormati, dijunjung tinggi dalam masyarakat digunakan
dalam forum ini untuk menunjuk kepada pengunjung yang senior dan sudah
berpengalaman banyak dalam menggunakan jasa wanita penghibur khususnya
di spa. Sedangkan mereka yang baru dan kurang berpengalaman menyebut diri
dengan istilah “newbie”, “pemula” yang menunjukan kepada ciri khas makna
sebagai orang yang kurang berpengalaman dan masih belajar dalam masyarakat
dalam forum ini untuk menunjuk kepada pengunjung yang lebih junior yang
baru mulai belajar memilih dan menggunakan jasa wanita penghibur.
Namun bila kita mendalami lagi, pola komunikasi yang memiliki Power‐Distance
yang tinggi seperti ini juga untuk menunjukan rasa hormat antar pengunjung.
Dimana jarang terjadi keributan antara pengunjung, karena setiap pihak dalam
komunikasi menjaga posisi masing – masing sebagai junior dan senior dengan
baik.
Biasanya pihak yang senior akan mengajak dan mengadakan pertemuan –
pertemuan di Orchid Spa bersama dengan para pengunjung lain yang lebih
junior untuk bertukar informasi dan juga berkenalan.
4. Bersahabat dengan baik dalam bertukar informasi
Karakteristik keempat dalam komunikasi sesama pengunjung spa plus – plus
adalah keinginan yang tinggi untuk saling berbagi informasi dimulai dari kualitas
layanan, bentuk wajah dan tubuh wanita penghibur, harga hingga rasa makanan
dan minuman dan suasana tempat spa.
Hal ini diperoleh dari hasil analisis yang menunjukan sebagian besar informasi
yang dibagikan dan diskusi yang dilakukan adalah seputar hal yang disebutkan
diatas.
Hal menarik lainnya adalah walaupun tidak saling mengenal secara langsung
pun, para anggota komunitas menjalin persahabatan melalui dunia maya. Hal
tersebut diketahui dari kebiasaan saling mencela tanpa pihak yang menerimanya
merasa tersinggung. Kedekatan untuk saling bergurau antar anggota komunitas
dan juga berbagi informasi menguatkan mereka sebagai satu kesatuan
komunitas yang memiliki kesamaan dalam prinsip hidup seperti open minded
person. Hal – hal tersebut dapat terlihat dibawah ini :
Pada 3 posting diatas terlihat bagaimana pengunjung melakukan konfirmasi
betapa pentingnya dan rasa penghargaan terhadap yang berbagi informasi.
Sedangkan dibawah ini terlihat keakraban dalam komunikasi dengan saling
mengejek dalam konteks bergurau.
KESIMPULAN
Empat karakteristik yang ditemukan dalam komunikasi antar pria pengunjung
spa plus – plus di dunia maya meliputi :
1. Penggunaan bahasa yang ditutup – tutupi dengan sensor
Karakteristik komunikasi pertama yang ditunjukan adalah penggunaan sensor
untuk menutup – nutupi kata – kata yang digunakan agar tidak terlihat dengan
jelas dan mempersulit pembaca / penerimanya untuk memahami maksudnya.
Dimana tingkat sensor dibagi lagi menjadi 3 yaitu : sensor ringan, sensor
menengah dan sensor berat.
Sensor ringan adalah komunikasi yang menunjukan usaha untuk menutup‐
nutupi sesuatu bukan untuk mengaburkan maknanya, melainkan hanya untuk
menunjukan rasa sopan dan hormat kepada objek yang sedang
dikomunikasikan.
Sensor menengah adalah komunikasi yang menunjukan usaha untuk menutup‐
nutupi sesuatu bukan untuk mengaburkan maknanya, melainkan untuk
menghindari menunjuk sesuatu dengan jelas. Agar objek yang dikomunikasikan
tidak secara langsung dipahami maknanya oleh penerima.
Sensor berat adalah komunikasi yang menunjukan usaha untuk menutup‐
nutupi sesuatu dengan tujuan mengaburkan maknanya, agar tidak mudah
diketahui secara jelas dan pasti objek yang ditunjuk. Selain dalam konteks
komunikasi secara utuh, objek yang ditunjuk dapat memiliki makna. Namun bila
berdiri sendiri menjadi tidak bermakna sama sekali.
Penggunaan 3 sensor ini menjadi salah satu ciri khas dalam komunikasi topik
yang bersifat tabu, rahasia dan yang dapat melemahkan citra diri seseorang di
dalam ruang publik yang dapat dilihat dan diakses siapa saja seperti halnya
pengunjung spa plus‐plus
2. Penggunaan bahasa yang penuh dengan istilah dan singkatan
dengan makna tersirat.
Karakteristik komunikasi kedua yang ditunjukan adalah banyaknya penggunaan
istilah – istilah dan singkatan yang tidak dapat dipahami secara langsung makna
sesungguhnya. Dan hanya dengan memiliki sistem kode yang sama seperti yang
telah disepakati bersama dalam komunitas tertentu, seseorang dapat memahami
makna yang sesungguhnya. Terdapat 3 macam istilah bahasa yang muncul :
1. Istilah denotatif berfungsi sebagai sandi yang memperhalus .
Adalah istilah – istilah, singkatan, bahasa dan sandi yang digunakan dengan
makna sesuai objeknya, namun hanya merubah susunan dan struktur yang
digunakan untuk memperhalus makna yang terkandung di dalamnya. Biasanya
karena makna sesuai objeknya bersifat kasar, tidak sopan, tidak layak untuk
diceritakan di ruang publik.
2. Istilah konotatif berfungsi sebagai sandi.
Adalah istilah – istilah, singkatan, bahasa dan sandi yang digunakan dengan
makna sesungguhnya yang berbeda dengan makna sesuai objeknya. Namun
hanya dapat dipahami dalam konteks dan pengalaman yang sama, dengan sistem
kode yang sama dalam komunitas atau bagian masyarakat tertentu. Fungsi
utamanya adalah untuk merahasiakan sesuatu, menjaga privasi bersama dan
menjadikan sesuatu rahasia.
3. Istilah konotatif berfungsi menunjukan kualitas dalam denotatifnya.
Adalah istilah – istilah, singkatan, bahasa dan sandi yang digunakan dengan
makna sesungguhnya sesuai dengan makna pendukung seperti kualitas dan sifat
– sifat pada objek yang disebutkan. Biasanya untuk membandingkan sesuatu
secara rahasia, namun tetap dapat menunjukan perbedaan tingkatan sifat – sifat
yang terkandung di dalamnya dengan jelas.
Komunikasi topik yang bersifat tabu dan rahasia pada ruang publik seperti
halnya pengunjung spa plus‐plus akan penuh dengan istilah – istilah seperti yang
disebutkan diatas.
3. Diatur dengan tingkatan komando dan saling menghormati.
Karakteristik komunikasi ketiga adalah memiliki tingkatan senioritas yang jelas
dengan rasa saling menghormati yang tinggi yang dicirikan dengan penggunaan
kata – kata yang sopan, penuh dengan usaha untuk memperoleh persetujuan
agar diterima di dalam komunitas, kebiasaan untuk menunjukan diri lebih
rendah dibandingkan yang lain, menjaga hubungan antara sesama komunikan
dengan baik.
Walaupun sesungguhnya dalam kehidupan masyarakat, seseorang memiliki
kuasa dan status yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Namun
tingkatan yang dimiliki seseorang dalam komunitas tertentu ini ditentukan oleh
lama waktu dan banyaknya pengalaman yang dimiliki seseorang dalam hal
khusus yang dilakukan setiap individu dalam komunitas ini. Tingkatan komando
ini terbentuk dari pola – pola komunikasi yang ada.
Artinya dalam komunitas yang membahas hal penuh rahasia, privat dan intim
dalam ruang publik seperti halnya para pengunjung spa plus – plus, akan
terbentuk pula tingkatan komando tersendiri yang berakibat bentuk komunikasi
yang sesuai dengan tingkat atau statusnya. Dan rasa saling menghormati sesuai
dengan tingkat atau statusnya dalam komunitas tersebut.
4. Bersahabat dengan baik dalam bertukar informasi.
Karakteristik keempat yang ditunjukan adalah pola komunikasi yang terbuka
untuk saling memberikan informasi secara luas terutama dalam hal yang
dilakukan bersama dan menjadi rahasia bersama dengan hubungan
persahabatan antar individu yang baik terjalin di dalamnya. Rasa memiliki
persamaan dalam hal kerahasiaan bersama menumbuhkan rasa persahabatan
yang baik, serta keterbukaan yang luas untuk saling bertukar informasi hingga
hal – hal yang intim sekalipun.
Komunikasi yang penuh dengan kerahasiaan, tabu dan privasi di ruang publik
seperti halnya antar pengunjung spa plus‐plus akan terlihat tingkat intimasi
yang lebih tinggi antara satu dengan yang lainnya, dan keterbukaan informasi
yang lebih luas terutama dalam hal yang dirahasiakan bersama.
Implikasi penelitian ini memberikan sumbangan dalam memperkaya wawasan
kita dalam memahami karakteristik yang ada dalam komunikasi hal – hal yang
bersifat tabu, dirahasiakan, yang dianggap mampu merusak citra diri seseorang
dalam ruang publik yang dapat dilihat oleh seluruh orang. Karakteristik yang
sama mungkin juga dapat ditemukan dalam komunikasi topik – topik tabu lain
selain prostitusi, sebagai contoh topik kriminal/ kejahatan, dimana komunitas
terorisme mungkin saja dapat memiliki ciri – ciri komunikasi yang sama, yang
dapat menjadi indikasi awal dari hal – hal lainnya bagi pihak berwenang untuk
mampu mengenali komunikasi mereka di ruang publik terutama dunia maya
(internet).
KETERBATASAN PENELITIAN
Penelitian ini hanya dilakukan pada 1 komunitas pengunjung spa plus‐plus yang
berlokasi di Tangerang Selatan saja. Dan juga penelitian hanya dilakukan dengan
menganalisa transkrip yang diperoleh dari forum diskusi online tanpa melalui
proses konfirmasi kepada key informant yang terlibat di dalamnya. Hal tersebut
menciptakan keterbatasan dalam penelitian ini karena masih ada faktor ‐ faktor
lain seperti kebudayaan, tingkat pendidikan agama dan formal, pekerjaan dan
lain sebagainya yang erat dapat mempengaruhi karakteristik komunikasi yang
terjadi di dalamnya.
Peneliti membuka luas kesempatan untuk peneliti lain untuk dapat menambah
dan memperkaya wawasan kita bersama melalui penelitian lanjutan lainnya
yang mengungkap lebih banyak karakteristik lain dalam komunikasi antar pria
pengunjung spa plus‐plus lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Barthes, Roland (1957). Mythologies. Les lettres Nouvelles.
Devito, Joseph A (2007). The Interpersonal Communication Book. Pearson International.
Littlejohn, Stephen W. Foss, Karen A (2008). Theories of Human Communication.
Cengage Learning.
Mingers, John (2014). Guidelines for Conductuing Semiotic Research in Information
Systems. Kent Business School.
Neuman. W. Laurence (1997). Social Research Methods :Qualitative and Quantitative
Approaches, thrid edition. Allyn and Bacon.
Petrinio, Sandra (2002). Boundaries of Privacy. SUNY Press.
Sobur, Alex (2003). Semiotika Komunikasi. Remaja Rosdakarya.