Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sek

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah
Untuk memenuhi tugas mata kuliah:
Pendidikan Luar Sekolah
Dosen pengampu:
Al-ustadz Taufik Riski Sista, M.Pd.I

Oleh:
Asri Mukti Kusuma
Aryna Izza Fitriani
Amelia Alfa
Herlina Arum Kusuma

Pendidikan Agama Islam 4
Fakultas Tarbiyah
Universitas Darussalam Gontor
Mantingan Ngawi Jawa Timur Indonesia
2018/ 1439

1

2


BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan
pendidikan yang baik. Hal ini disebabkan pendidikan luar sekolah
melakukan pendidikan yang berlangsung sepanjang hayat dan berkelanjutan
sehingga potensi yang dimiliki seseorang dapat dikembangkan secara
maksimal. Pendidikan Luar Sekolah (PLS) adalah setiap usaha pelayanan
pendidikan yang diselenggarakan di luar sistem sekolah, berlangsung
seumur hidup, dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana yang
bertujuan untuk mengaktualisasi potensi manusia (sikap, tindak dan karya)
sehingga dapat terwujud manusia seutuhnya yang gemar belajar-mengajar
dan mampu meningkatkan taraf hidupnya. 1
Setiap pendidikan tentu memiliki program yang tersusun dan
terencana secara mandiri ataupun bagian dari pendidikan yang lebih luas.
Oleh karenanya terdapat sejarah untuk melalui proses atau tahap- tahap
program yang terencana tersebut. Dalam pembahasan makalah ini maka
akan menjelaskan berbagai macam hal yang bersangkutan mengenai
“Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah”

2. Rumusan masalah
a. Bagaimana sejarah perkembangan Pendidikan Luar Sekolah?
b. Bagaimana faktor pendukung perkembangannya?
3. Tujuan pembahasan
a. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Pendidikan Luar Sekolah
b. Untuk mengetahui faktor pendukung perkembangannya

1

Djudju Sudjana, Pendidikan Luar Sekolah; Wawasan, Sejarah Perkembangan,
Falasafah, Teori Pendukung, Asas (Bandung: Penerbit Falah Production, 2010) hal: 53

3

BAB 2
PEMBAHASAN
A. Sejarah perkembangan pendidikan luar sekolah
Pendidikan luar sekolah adalah terjemahan dari kata social
education. Kegiatan pendidikan luar sekolah atau nonformal telah hadir
didunia ini sama satunya dengan kehadiran manusia yang berinteraksi

dengan lingkungannya. Setelah jumlah manusia makin berkembang, situasi
pendidikan ini muncul dalam kehidupan kelompok dan masyarakat.
Kegiatan pendidikan dalam kelompok dan masyarakat telah dilakukan oleh
umat manusia jauh sebelum pendidikan formal lahir didalam kehidupan
masyarakat. Adapun yang mempengaruhi perkembangan pendidikan luar
sekolah, diantaranya ialah2:
1. Pengaruh pendidikan informal
Pada waktu kehadirannnya, pendidikan luar sekolah dipengaruhi
oleh pendidikan informal, yaitu kegiatan yang terutama berlangsung
dalam keluarga. Dalam kehidupan keluarga terjadi interaksi antara
orang tua dengan anak atau sebaliknya. Pada dasarnya kegiatan tersebut
menjadi akar tumbuhnya perbuatan mendidik yang dikenal dewasa ini.
2. Pengaruh tradisi masyarakat
Dalam masyarakat terdapat tradisi dan adat istiadat yang
mendorong penduduk untuk belajar, berusaha, dan bekerja sama.
Kegiatan pembelajaran dilakukan untuk melestarikan dan mewariskan
kebudayaan secara turun temurun. Kegiatan pembelajaran yang asli
inilah yang termasuk kedalam kategori pendidikan tradisional yang
kemudian menjadi akar pertumbuhan pendidikan nonformal.
3. Pengaruh agama


2

Yapandi, Pendidikan Luar Sekolah (Pls)Mendidik Untuk Membangun Karakter Bangsa,
(Pontianak, IAIN Pontianak Press, 2015) hal: 8

4

Agama dapat memberikan motivasi kepada masyarakat bahwa
belajar merupakan kewajiban yang ditetapkan Allah SWT untuk
dilakukan oleh setiap orang. Syarat utama yang perlu dimiliki oleh
setiap individu untuk melakukan kegiatan belajar adalah kemampuan
membaca. Oleh sebab itulah, wahyu pertama yang diturunkan Allah
SWT Kepada Rasul-Nya, untuk disampaikan kepada manusia adalah
perintah untuk membaca. “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah
menjadikan?” (Qs. Al-Alaq: ayat 1).
Adapun beberapa alasan timbulnya pendidikan luar sekolah menurut
Soelaiman Joesoef ada lima, yaitu kesejahteraan, kebutuhan pendidikan,
keterbatasan sistem persekolahan, potensi sumber belajar dan keterlantaran
pendidikan luar sekolah3. Terbentuknya pendidikan luar sekolah ditentukan

oleh beberapa aspek diantaranya4:
1. Aspek pelestarian budaya
Pendidikan yang pertama dan utama adalah pendidikan yang
terjadi dan berlangsung di lingkungan keluarga dimana (melalui
berbagai perintah, tindakan dan perkataan) ayah dan ibunya bertindak
sebagai pendidik. Dengan demikian pendidikan luar sekolah pada
permulaan kehadirannya sangat dipengaruhi oleh pendidikan atau
kegiatan yang berlangsung di dalam keluarga. Di dalam keluarga terjadi
interaksi antara orang tua dengan anak, atau antar anak dengan anak.
Pola-pola transmisi pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai dan
kebiasaan melalui asuhan, suruhan, larangan dan bimbingan. Pada
dasarnya semua bentuk kegiatan ini menjadi akar untuk tumbuhnya
perbuatan mendidik. Semua bentuk kegiatan yang berlangsung di
lingkungan keluarga dilakukan untuk melestarikan dan mewariskan
kebudayaan secara turun temurun.
2. Aspek teoritis

3
4


Soelaiman Joesoef, Pendidikan Luar Sekolah (Surabaya: Usaha Nasional, 1981) hal: 71
Yapandi, Op cit, hal: 6-8

5

Salah satu dasar pijakan teoritis keberadaan PLS adalah teori
yang diketengahkan Philip H. Cooms, tidak satupun lembaga
pendidikan: formal, informal maupun nonformal yang mampu secara
sendiri-sendiri memenuhi semua kebutuhan belajar minimum yang
esensial5. Atas dasar teori di atas dapat dikemukakan bahwa,
keberadaan pendidikan tidak hanya penting bagi segelintir masyarakat
tapi mutlak diperlukan keberadaannya bagi masyarakat lemah (yang
tidak mampu memasukan anak-anaknya ke lembaga pendidikan
sekolah) dalam upaya pemerataan kesempatan belajar, meningkatkan
kualitas hasil belajar dan mencapai tujuan pembelajaran yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa.
3. Aspek dasar pijakan
Ada tiga dasar pijakan bagi PLS sehingga memperoleh
legitimasi dan berkembang di tengah-tengah masyarakat yaitu: UUD
1945, Undang-Undang RI Nomor 2 tahun 1989 dan peraturan

pemerintah RI No.73 tahun 1991 tentang pendidikan luar sekolah6.
Melalui ketiga dasar di atas dapat dikemukakan bahwa, PLS adalah
kumpulan individu yang menghimpun dari dalam kelompok dan
memiliki ikatan satu sama lain untuk mengikuti program pendidikan
yang diselenggarkan di luar sekolah dalam rangka mencapai tujuan
belajar.
Adapun bentuk-bentuk satuan PLS, sebagaimana diundangkan
di dalam UUSPN (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional) tahun
1989 pasal 9:3, meliputi: pendidikan keluarga, kelompok belajar, kursus
dan satuan pendidikan sejenis. Satuan PLS sejenis dapat dibentuk
kelompok bermain, penitipan anak, padepokan persilatan dan pondok
pesantren tradisional.

5

Prof. H.M. Saleh Marzuki, Metode dan Teknik Pembelajaran Dalam Pendidikan Luar
Sekolah (Bandung: Nusantara Press, 1993) hal: 63
6
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Undang-Undang dan
Peraturan pemerintahan RI Tentang Pendidikan (Jakarta: Ikhlas Beramal, 2006)


6

4. Aspek kebutuhan terhadap pendidikan
Kesadaran masyarakat terhadap pendidikan tidak hanya pada
masyarakat daerah perkotaan, melainkan masyarakat daerah pedesaan
juga semakin meluas. Kesadaran ini timbul terutama karena
perkembangan ekonomi, kemajuan iptek dan perkembangan politik.
Kesadaran juga tumbuh pada seseorang yang merasa tertekan akibat
kebodohan, keterbelakangan atau kekalahan dari kompetisi pergaulan
dunia yang menghendaki suatu keterampilan dan keahlian tertentu. Atas
dasar kesadaran dan kebutuhan inilah sehingga terwujudlah bentukbentuk kegiatan kependidikan baik yang bersifat persekolahan ataupun
di luar persekolahan7.
5. Aspek keterbatasan lembaga pendidikan sekolah
Lembaga pendidikan sekolah yang jumlahnya semakin banyak
bersifat formal atau resmi yang dibatasi oleh ruang dan waktu serta
kurikulum yang baku dan kaku serta berbagai keterbatasan lainnya.
Sehingga tidak semua lembaga pendidikan sekolah yang ada di daerah
terpencilpun yang mampu memenuhi semua harapan masyarakat
setempat, apalagi memenuhi semua harapan masyarakat daerah lain.

Akibat dari kekurangan atau keterbatasan itulah yang memungkinkan
suatu kegiatan kependidikan yang bersifat informal atau nonformal
diselenggarakan, sehingga melalui kedua bentuk pendidikan itu
kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi8.
B. Faktor pendukung perkembangan pendidikan luar sekolah
Dalam dunia pendidikan terjadi beberapa perkembangan yang
disebabkan oleh era globalisasi dan teknologi, banyak sekolah era sekarang
ini yang berbasis teknologi. Namun dengan demikian masih banyak
ditemukan beberapa daerah yang masih belum mendapatkan pendidikan
7

Djuju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010) hal: 79
8
Umberto Sihombing, Pendidikan Luar Sekolah Kini dan Masa Depan, (Jakarta: Mahkota,
1999) hal: 36

7

yang mencukupi seperti daerah terpencil atau dari masyarakat kalangan

bawah9. Maka PLS sangatlah penting adanya untuk solusi terhadap anakanak yang kurang mampu, putus sekolah, ataupun yang harus bekerja
membantu orang tuanya. Sedangkan PLS ditopang oleh tiga faktor yaitu:
1. Para praktisi masyarakat
Penyelenggaraan pendidikan di masyarakat yang dilakukan oleh
para praktisi di dorong oleh hasrat dan rasa pengabdian mereka untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dan bangsa terhadap pendidikan. Para
praktisi dalam masyarakat adalah para pemuda terdidik, pemuka
masyarakat, pemimpin organisasi, guru-guru sekolah dan tenaga
sukarela lainnya. Pendekatan yang dilakukan oleh para praktisi
didasarkan atas suatu pandangan bahwa pendidikan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat itu merupakan bagian penting dan sebagai
pendekatan dasar dalam pembangunan, PLS mempunyai fungsi untuk
mengembangkan sumber daya manusia yang jadi pelaku utama dalam
berbagai sektor pembangunan10.
PLS mempunyai peranan untuk membantu sekolah dan
masyarakat dalam upaya pemecahan masalah, PLS adalah sebagai
pelengkap, penambah, dan pengganti pendidikan sekolah.
2. Berkembangnya kritik terhadap pendidikan sekolah
Faktor kedua yang mendorong perkembangan pendidikan luar
sekolah adalah munculnya berbagai kritik terhadap kelemahan

pendidikan sekolah serta akibat lain yang ditimbulkan oleh jalur
pendidikan itu. Kritik terhadap pendidikan sekolah ini mulai
berkembang dalam dunia pendidikan pada tahun 1960.

9

Prof. H.M. Saleh Marzuki, Pendidikan Nonformal dimensi dalam keaksaraan fungsional,
pelatihan, dan andragogi, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2010) hal: 23
10
Djudju Sudjana, Op.Cit, hal: 82

8

Gejala-gejala yang menunjukan adanya krisis pendidikan
sekolah adalah11:
a. Ketidakcocokan antara kurikulum dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan kebutuhan nyata peserta didik.
b. Ketidaksesuaian

antara

pendidikan

dengan

perkembangan

kebutuhan masyarakat.
c. Ketidak seimbangan yang terus menerus anatra pendidikan dan
dunia kerja.
d. Ketidakmapanan lembaga pendidikan sekolah untuk memberi
kesempatan pemerataan pendidikan bagi segi semua kelompok di
masyarakat.
e. Meningkatkan biaya penyelenggaraan pendidikan yang tidak
diimbangi oleh kemampuan negara terutama negara berkembang
untuk membiayainya.
3. Para perencana pendidikan untuk pembangunan
Para

perencana

pendidikan

untuk

pembangunan

sangat

dipengaruhi oleh sejumlah laporan penelitia dan karya ilmiah lainnya
yang dihasilkan oleh berbagai lembaga atau badan-badan internasional.
Pada tahun 1972 Seers menitikberatkan tujuan pembangunan pada 3 hal
yaitu12:
a. Untuk mengurangi kemiskinan
b. Menanggulangi pengangguran
c. Mengatasi ketidakadilan dalam pemerataan pembangunan dan
hasil-hasilnya.
Para perencana telah meneliti ruang lingkup PLS dan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan nonformal bagi

11

Trisnamansyah Sutaryat, Pendidikan Luar Sekolah (Universitas Terbuka),(Jakarta:
Karunia, 1986) hal: 48
12
Djuju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006) hal: 56

9

pembangunan. Dari hasil penelitian ditingkat regional memberikan
informasi dan akhirnya memberi masukan bagi para perencana
pendidikan untuk pembangunan dalam mengembangkan upaya
kordinasi semua program pendidikan luar sekolah ditingkat lokal,
regional dan nasional dalam konteks pembangunan di daerah masingmasing.13

13

Ibid, hal: 57

10

BAB 3
KESIMPULAN
A. Sejarah perkembangan pendidikan luar sekolah
Kegiatan pendidikan luar sekolah atau nonformal telah hadir didunia
ini sama satunya dengan kehadiran manusia yang berinteraksi dengan
lingkungannya. Setelah jumlah manusia makin berkembang, situasi
pendidikan ini muncul dalam kehidupan kelompok dan masyarakat.
Kegiatan pendidikan dalam kelompok dan masyarakat telah dilakukan oleh
umat manusia jauh sebelum pendidikan formal lahir didalam kehidupan
masyarakat.
B. Faktor pendukung perkembangan pendidikan luar sekolah
Pendidikan Luar Sekolah sangatlah penting adanya untuk solusi
terhadap anak-anak yang kurang mampu, putus sekolah, ataupun yang harus
bekerja membantu orang tuanya. Sedangkan Pendidikan Luar Sekolah
ditopang oleh tiga faktor yaitu para praktisi masyarakat, berkembangnya
kritik terhadap pendidikan sekolah, dan para perencana pendidikan untuk
pembangunan. Maka PLS sangatlah penting adanya untuk solusi terhadap
anak-anak yang kurang mampu, putus sekolah, ataupun yang harus bekerja
membantu orang tuanya.

11

DAFTAR PUSTAKA
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Undang-Undang dan
Peraturan pemerintahan RI Tentang Pendidikan, Jakarta: Ikhlas Beramal,
2006
Joesoef , Soelaiman, Pendidikan Luar Sekolah, Surabaya: Usaha Nasional, 1981
Marzuki, Saleh, Pendidikan Nonformal dimensi dalam keaksaraan fungsional,
pelatihan, dan andragogi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010
Marzuki, Saleh, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2010
Sihombing, Umberto, Pendidikan Luar Sekolah Kini dan Masa Depan, Jakarta:
Mahkota, 1999
Sudjana, Djudju, Pendidikan Luar Sekolah; Wawasan, Sejarah Perkembangan,
Falasafah, Teori Pendukung, Asas, Bandung: Penerbit Falah Production,
2001
Sudjana, Djudju, Metode dan Teknik Pembelajaran Dalam Pendidikan Luar
Sekolah, Bandung: Nusantara Press, 1993
Sudjana, Djuju, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006
Suryadi, Ace, Pendidikan, Investasi Sumberdaya Manusia dan Pembangunan,
Jakarta: Balai Pustaka, 2002
Sutaryat, Trisnamansyah, Pendidikan Luar Sekolah (Universitas Terbuka),
(Jakarta: Karunia, 1986
Yapandi, Pendidikan Luar Sekolah (Pls)Mendidik Untuk Membangun Karakter
Bangsa, Pontianak: IAIN Pontianak Press, 2015