pengaruh siaran televisi terhadap pola p
1
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ada satu di antara masalah penting yang bakal dihadapi oleh bangsa
Indonesia di masa mendatang, yaitu makin luasnya pengaruh globalisasi
komunikasi dan informasi. Semua bidang kehidupan disentuhnya, sehingga
pengaruhnya kian bersifat kompleks.
Semua sistem, baik itu sosial, nilai, budaya, politik, ekonomi, hukum
maupun pandangan hidup tersentuh keras tidak memandang batas bangsa dan
negara. Semua aspek itu akan berubah dan menjadi fenomena-fenomena aktual
yang menonjol. Hal itu dikuatkan oleh Alfin Toffler (1988:104-106) yang
menyatakan bahwa, “ Sebuah bom informasi sedang meledak di tengah-tengah
kita dengan pecahan-pecahan imajinasi yang secara drastis mengubah cara
pemahaman serta prilaku dalam kehidupan ini.”.
Hidup di zaman teknologi memang penuh dengan tantangan terutama bagi
remaja. Gempuran gelombang kebudayaan asing yang masuk lewat TV dan
internet. Menimbulkan banyak dampak spesifik terhadap perkembangan pola
pikir. Hal ini bisa jelas terlihat pada tingkah laku, model pakaian, dan gaya hidup.
Remaja yang gelisah dan selalu menginginkan hasil instan akan jauh lebih mudah
menyerap nilai-nilai yang ia tonton. Remaja yang sedang berkembang tentunya
akan terus menantang dan memperbaharui pola pikir mereka. Salah satu informasi
yang bisa jadi rujukan adalah tayangan media massa.
Kehadiran informasi dalam beberapa bentuk dan jenis termasuk informasi
yang memiliki daya rangsang tinggi terhadap pendidikan sedang melanda kita dan
masuk secara tidak terkendali melalui film, tayangan televisi baik dalam maupun
luar negeri atau melalui kaset video. Fenomena tersebut menunjukan sistem global
telah terjadi. Jenis dan volume informasi atau berita-berita media menjadi seragam
di semua negara. Pilihan dan kegemaran media massa dalam meliput berbagai
peristiwa juga seragam. Begitu pula di pihak khalayak; terjadilah kegemaran yang
sama terhadap jenis informasi dan hiburan yang disebabkan oleh media massa.
2
Selanjutnya arus informasi internasional pun menjadi seragam karena prinsip
peliputan di semua negara menjadi seragam.
Globalisasi dan informasi yang dikonsumsi masyarakat kebanyakan
diperoleh dari siaran televisi. Apalagi, dewasa ini terdapat beraneka ragam
televisi, baik yang dimiliki pemerintah maupun swasta, serta siaran yang
diperoleh melalui antenna parabola.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kedudukan dan peranan televisi di dalam
kehidupan kita, baik sebagai perorangan, keluarga, maupun masyarakat sudah
menjadi sangat penting. Bahkan, dapat dikatakan sekarang ini kita seolah-olah
tidak dapat lagi hidup tanpa televisi, karena melalui televise kita memperoleh
hiburan dan informasi.
Sebelum teknologi berkembang pesat, televisi merupakan kebutuhan lux,
tetapi seiring perkembangan zaman, televisi sekarang boleh dikategorikan
kebutuhan primer. Rumah kita setiap saat dihadiri oleh berbagai macam informasi,
baik yang menyangkut ideologi, politik, ekonomi, social budaya maupun
pertahanan dan keamanan baik dari dalam maupun luar negeri. Kondisi yang
demikian, di satu pihak memang dapat menambah cakrawala pengetahuan para
remaja, tetapi di pihak lain tidak tertutup lebih kemungkinan adanya dampakdampak negatif.
2. Masalah
Menonton siaran televisi menjadi kegiatan paling favorit bagi anak dan
para remaja sekarang ini.
Penelitian menemukan bahwa para remaja
menghabiskan 7 jam sehari untuk mengkonsumsi media, mulai dari televisi,
komputer, videogame, dan sebagainya. Angka ini hampir serupa dengan penelitian
di Amerika Serikat bahwa remaja di negara tersebut menghabiskan waktu 6.5
jam/hari menggunakan media. Data dari berbagai sumber memperlihatkan hasil
yang konsisten: durasi menonton televisi yang tinggi pada remaja.
Dengan menonton siaran televisi kita mendapatkan banyak informasi dari
dalam negeri maupun luar negeri. Namun, dalam segi yang lain tidak tertutup
3
kemungkinan adanya dampak-dampak negatif yang terwujud dalam pola pikir dan
tingkah laku remaja akibat siaran televisi tersebut. Sebab derasnya arus informasi
kalau tidak diimbangi dengan kesiapan dan pengetahuan justru berlawanan
dengan nilai-nilai yang dibutuhkan dalam perkembangan masyarakat dalam arti
luas, seperti pola hidup bermewah-mewahan dan penyerapan unsur-unsur
kebudayaan asing secara membabi buta.
4
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian dan Fungsi Televisi
a. Pengertian Televisi
Menurut Adi Badjuri (2010:39), “Televisi adalah media pandang sekaligus
media pendengar (audio-visual), yang dimana orang tidak hanya memandang
gambar yang ditayangkan televisi, tetapi sekaligus mendengar atau mencerna
narasi dari gambar tersebut”.Kata "televisi" merupakan gabungan dari
kata tele (τῆλε, "jauh") dari bahasa Yunani dan visio ("penglihatan") dari bahasa
Latin, sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang
menggunakan media visual/penglihatan.
b. Fungsi Televisi
1) Fungsi Informasi
Siaran televisi sejak pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat yakni
pada tahun 1946, yaitu ketika Dewan PBB mengadakan rapatnya yang pertama di
New York AS. Ini berarti bahwa televisi sudah melakukan fungsi informasi dalam
bentuk pemberitaan mengenai sidang yang amat penting itu.
2) Fungsi Pendidikan
Sebagai media komunikasi massa, jika dibandingkan dengan media massa
lainnya televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara
pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya tidak sedikit. Sesuai dengan makna
pendidikan, yaitu meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat yang
dapat diperoleh melalui televisi yang menyiarkan acara-acara yang berkaitan
dengan pendidikan seperti : pelajaran Bahasa, matematika, dan elektronika. Selain
acara TV juga menyiarkan beberapa acara yang secara implisit mengandung
pendidikan.
3) Fungsi Hiburan
Di kebanyakan negara, fungsi hiburan yang melekat pada televisi siaran
tampaknya dominan. Sebagian besar waktu siaran diisi oleh acara hiburan. Hal ini
dapat dimaklumi, karena acara-acara hiburan lebih banyak disenangi masyarakat
5
ketimbang sajian lainnya. Ini ditunjukan oleh kenyataan, bahwa acara-acara
unggulan menempati peringkat pertama, yang berarti paling banyak ditonton
masyarakat adalah acara hiburan. Acara-acara yang bersifat menghibur memang
selalu dijadikan andalan, dan ditempatkan pada tingkat pertama.
2. Pengaruh Siaran Televisi Terhadap Pola Pikir Remaja
Secara tidak sadar sebenarnya remaja selalu berpikir bahwa mereka sudah
punya segalanya: rumah, kendaraan, HP, dan uang jajan. Apa yang belum mereka
punya? Pasti tidak akan dijawab “Masa depan”. Karena filsafatnya yang berbunyi
“Hari ini untuk hari ini”. Maka, apapun yang bersifat kesenangan sesaat akan
senantiasa jadi prioritas.
Fenomena ini bukanya diredam malah dikuatkan oleh tayangan media.
Albert Bandura menyebut efek ini sebagai Inhibitory dan Disinhibitory Effects. Di
mana Inhibitory berarti perilaku tertentu yang dinilai memalukan sehingga enggan
diulangi oleh yang melihatnya. Sedangkan Disinhibitory merupakan efek yang
menyebabkan orang tidak malu melakukan perbuatan yang dilihatnya. Sinetron
menggambarkan keluar malam dengan laki-laki sebagai hal romantis dan tidak
melanggar adat. Maka, tentu saja perlahan akan terjadi pergeseran norma di
masyarakat. Dari yang tadinya hanya boleh mengobrol di teras. Menjadi boleh
keluar malam, asalkan pulang sebelum jam sembilan.
Sinetron juga mengampanyekan bahwa hidup susah itu memalukan.
Akibatnya para remaja pun terdorong untuk bermewah-mewahan. Ada yang
mencoba menjadi sosialita, menuntut minta dibelikan motor sport, selalu gontaganti gadget, serta ada pula yang gila barang bermerk. Semua dilakukan demi
status sosial. Mereka tidak sadar bahwa selepas SMA teman-teman mereka akan
bubar. Semua citra yang dibangun akan hilang. Inilah yang tidak dijelaskan dalam
episode sinetron.
6
3. Pengaruh Siaran Televisi Terhadap Tingkah Laku Remaja
a. Peniruan Tingkah Laku Remaja dalam Kehidupan Nyata
Masyarakat tentu sudah tahu bahwa sinetron hanya fiksi belaka. Tapi, apa
yang tidak disadari adalah efek imitasi/peniruan yang bisa ditimbulkanya.
Sekalipun memang kepribadian tiap individu berbeda. Tapi, pada kenyataanya
reaksi yang ditimbulkan media cenderung seragam. Serupa dengan sinetron yang
mempertontonkan murid SMA yang pergi ke sekolah dengan mobil mewah.
Saya tidak tahu tujuan pasti mereka membawa mobil mewah ke sekolah.
Namun selain mobil mewah, fenomena lain yang persis sama dengan yang ada di
sinetron adalah westernisasi. Di mana hal berbau barat, seperti bahasa, kuliner,
dan pakainya jadi tren di kalangan remaja.
Bandingkan dengan dunia nyata. Pernahkah anda merasa tidak mungkin
menjadi MVP basket, jago break dance, punya nilai tinggi, atau dikerumuni cewek
cantik? Desakan yang makin besar pada anak untuk mengungguli teman
sebayanya, menyulut eskalasi kasus bullying. Murid yang merasa tidak punya
kelebihan berusaha mendominasi anak lain dengan kekerasan. Mereka memukuli
para kutu buku, memalak murid-murid kaya, dan mengeroyok jagoan basket. Itu
semua berasal dari tingkah laku remaja dalam siaran televisi yang diterapkan
dalam kehidupan nyata oleh pera remaja sekarang ini.
b. Percobaan Semasa Sekolah
Perilaku khas remaja ditimbulkan oleh faktor internal dan eksternal. Emosi
tinggi, dorongan seksual yang kuat, tuntutan untuk memenuhi tugas
perkembangan, kebutuhan untuk diterima teman sebaya, pengaruh pergaulan, dan
hasil pola asuhan. Semua berpadu membentuk pribadi dan pola pikir remaja. Pada
awalnya anak muda memandang dunia sesuai kebutuhan dan keinginanya. Lalu
sejalan dengan kedewasaan, persepsi itu makin realistis.
7
Pola asuhan adalah modal awal individu untuk menapaki dunia. Orang
yang di masa kecilnya selalu dimanjakan, akan sering frustasi karena ternyata
dunia tidak bisa dirubah seenaknya.
Pada masa remaja, individu menolak campur tangan orang lain dalam
penyelsaian masalah. Mereka hanya butuh masukan seperti yang dilakukan teman
sebaya dan bukan intervensi. Anak muda tidak memiliki pengalaman dalam
menyelsaikan masalah. Sebab sewaktu kecil semua masalah mereka diatasi oleh
orang tua. Remaja cenderung mengandalkan emosi yang labil dan pendapat
lingkungan dalam menyelsaikan masalah.
Anak kecil akan berani mengeksplorasi sekitar hanya bila diawasi orang
tua. Sering terlihat pada anak yang dibawa orang tuanya ke suatu tempat baru.
Mereka hanya berani main di sekitar atau tidak jauh dari pengawasnya. Inilah
yang (kemungkinan) menyebabkan banyak ABG membawa teman saat mereka
pacaran. Karena secara tidak sadar sebenarnya mereka masih bergantung pada
orang tua. Tapi, tidak ingin melibatkan mereka karena takut diintervensi.
Sinetron menunjukan bahwa punya pacar itu mudah. Setiap hari bertemu
di sekolah, obrolannya hidup, dan kisahnya mengasyikan. Bandingkan dengan
dunia nyata. Ketimbang jalan setiap malam dan bertemu setiap hari. Kita lebih
banyak berkubang di SMS dan telepon. Tapi jika memang sudah tahu begitu,
kenapa cara pacaran masih saja meniru sinetron? Ada beberapa kemungkinan: (1)
Kurangnya pengetahuan tentang lawan jenis sudah dianggap tercukupi oleh
tayangan sinetron. Ini dikuatkan oleh penelitian yang mengatakan bahwa televisi
menguasai 94% masuknya informasi ke otak. Secara umum manusia akan ingat
85% apa yang ditonton setelah tiga jam dan seterusnya jadi 65% setelah tiga hari
kemudian. Lalu bagaimana jika sinetron tayang tiap hari? Berapa banyak hal yang
diingat oleh masyarakat? Ditambah lagi banyak sinetron yang tidak melalui sensor
dengan alasan kejar tayang; (2) Karena cowok tidak mau dicap pengecut. Butuh
keberanian untuk mendekati cewek apalagi menjadikanya pacar. Namun, desakan
8
tadi tidak diikuti oleh pengetahuan yang memadai. Ketimbang bertanya teman dan
ditertawakan. Laki-laki lebih memilih meniru sinetron.
9
C. SIMPULAN
Sebagai salah satu sarana komunikasi, kehadiran televisi tidak mungkin
dihindari karena selain menjadi bagian ukuran prestise sebuah rumah tangga, juga
telah menjadi kebutuhan dalam memperoleh informasi.
Televisi mempunyai dampak positif dan negatif. Beberapa pengaruh
positif dapat dikemukakan sebagai berikut. Siaran televise sesuai fungsinya
sebagai media informasi, pendidikan, dan hiburan telah mampu menambah
wawasan remaja untuk mengetahui perkembangan dunia, disamping menstimulir
remaja untuk selalu meraih hal yang terbaik dalam kehidupan ini.
Ibarat dua sisi mata uang, siaran televisi juga mempunyai pengaruh negatif
terhadap kehidupan remaja. Yang paling mencolok sekali dari pengaruh tersebut
ialah pola piker dan tingkah laku remaja.
Pengaruh negatif lainnya adalah kemungkinan remaja untuk menganut
pola hidup komsumtif. Semaraknya sinetron yang menanyangkan para remaja
memakai barang mewah, memicu para remaja sekarang ini untuk memilikinya.
Bila ini berlaku terus menerus maka remaja tersebut akan terjebak dalam pola
hidup konsumtif. Ia akan berusaha mendapatkan apa yang ia inginkan bukan yang
ia perlukan.
Di sini sangat diperlukan peran orang tua. Orang tua harus senantiasa
menyediakan waktu untuk anak-anak mereka jika kelompok usia anak-anak dan
remaja cukup rentan atas keterpengaruhan oleh tayangan televisi. Orang tua harus
menjadi semacam lembaga sensor yang diharapkan rekomendasinya bagi keluarga
untuk menentukan materi tertentu layak atau tidak untuk ditonton. Institusi orang
tua ini mutlak perlu, karena untuk mengurangi kemungkinan yang hanya bisa
menuding siaran televisi sebagai biang kesalahan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Umum. Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Esram, Juramadi, dkk. 1996. Pengaruh Siaran Televisi Terhadap Tingkah Laku
Remaja di Kota Tanjungpinang. Riau: Proyek Pengkajian Dan Pembinaan
Nilai-Nilai Budaya Riau
Jauhari, Heri. 2010. PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH. Bandung: CV
PUSTAKA SETIA
Prasojo, Edo. Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Pola Pikir Remaja.
(http://ucihasantoso.wordpress.com/2012/08/05/pengaruh-tayangantelevisi-terhadap-pola-pikir-remaja/) (28-12-14)
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ada satu di antara masalah penting yang bakal dihadapi oleh bangsa
Indonesia di masa mendatang, yaitu makin luasnya pengaruh globalisasi
komunikasi dan informasi. Semua bidang kehidupan disentuhnya, sehingga
pengaruhnya kian bersifat kompleks.
Semua sistem, baik itu sosial, nilai, budaya, politik, ekonomi, hukum
maupun pandangan hidup tersentuh keras tidak memandang batas bangsa dan
negara. Semua aspek itu akan berubah dan menjadi fenomena-fenomena aktual
yang menonjol. Hal itu dikuatkan oleh Alfin Toffler (1988:104-106) yang
menyatakan bahwa, “ Sebuah bom informasi sedang meledak di tengah-tengah
kita dengan pecahan-pecahan imajinasi yang secara drastis mengubah cara
pemahaman serta prilaku dalam kehidupan ini.”.
Hidup di zaman teknologi memang penuh dengan tantangan terutama bagi
remaja. Gempuran gelombang kebudayaan asing yang masuk lewat TV dan
internet. Menimbulkan banyak dampak spesifik terhadap perkembangan pola
pikir. Hal ini bisa jelas terlihat pada tingkah laku, model pakaian, dan gaya hidup.
Remaja yang gelisah dan selalu menginginkan hasil instan akan jauh lebih mudah
menyerap nilai-nilai yang ia tonton. Remaja yang sedang berkembang tentunya
akan terus menantang dan memperbaharui pola pikir mereka. Salah satu informasi
yang bisa jadi rujukan adalah tayangan media massa.
Kehadiran informasi dalam beberapa bentuk dan jenis termasuk informasi
yang memiliki daya rangsang tinggi terhadap pendidikan sedang melanda kita dan
masuk secara tidak terkendali melalui film, tayangan televisi baik dalam maupun
luar negeri atau melalui kaset video. Fenomena tersebut menunjukan sistem global
telah terjadi. Jenis dan volume informasi atau berita-berita media menjadi seragam
di semua negara. Pilihan dan kegemaran media massa dalam meliput berbagai
peristiwa juga seragam. Begitu pula di pihak khalayak; terjadilah kegemaran yang
sama terhadap jenis informasi dan hiburan yang disebabkan oleh media massa.
2
Selanjutnya arus informasi internasional pun menjadi seragam karena prinsip
peliputan di semua negara menjadi seragam.
Globalisasi dan informasi yang dikonsumsi masyarakat kebanyakan
diperoleh dari siaran televisi. Apalagi, dewasa ini terdapat beraneka ragam
televisi, baik yang dimiliki pemerintah maupun swasta, serta siaran yang
diperoleh melalui antenna parabola.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kedudukan dan peranan televisi di dalam
kehidupan kita, baik sebagai perorangan, keluarga, maupun masyarakat sudah
menjadi sangat penting. Bahkan, dapat dikatakan sekarang ini kita seolah-olah
tidak dapat lagi hidup tanpa televisi, karena melalui televise kita memperoleh
hiburan dan informasi.
Sebelum teknologi berkembang pesat, televisi merupakan kebutuhan lux,
tetapi seiring perkembangan zaman, televisi sekarang boleh dikategorikan
kebutuhan primer. Rumah kita setiap saat dihadiri oleh berbagai macam informasi,
baik yang menyangkut ideologi, politik, ekonomi, social budaya maupun
pertahanan dan keamanan baik dari dalam maupun luar negeri. Kondisi yang
demikian, di satu pihak memang dapat menambah cakrawala pengetahuan para
remaja, tetapi di pihak lain tidak tertutup lebih kemungkinan adanya dampakdampak negatif.
2. Masalah
Menonton siaran televisi menjadi kegiatan paling favorit bagi anak dan
para remaja sekarang ini.
Penelitian menemukan bahwa para remaja
menghabiskan 7 jam sehari untuk mengkonsumsi media, mulai dari televisi,
komputer, videogame, dan sebagainya. Angka ini hampir serupa dengan penelitian
di Amerika Serikat bahwa remaja di negara tersebut menghabiskan waktu 6.5
jam/hari menggunakan media. Data dari berbagai sumber memperlihatkan hasil
yang konsisten: durasi menonton televisi yang tinggi pada remaja.
Dengan menonton siaran televisi kita mendapatkan banyak informasi dari
dalam negeri maupun luar negeri. Namun, dalam segi yang lain tidak tertutup
3
kemungkinan adanya dampak-dampak negatif yang terwujud dalam pola pikir dan
tingkah laku remaja akibat siaran televisi tersebut. Sebab derasnya arus informasi
kalau tidak diimbangi dengan kesiapan dan pengetahuan justru berlawanan
dengan nilai-nilai yang dibutuhkan dalam perkembangan masyarakat dalam arti
luas, seperti pola hidup bermewah-mewahan dan penyerapan unsur-unsur
kebudayaan asing secara membabi buta.
4
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian dan Fungsi Televisi
a. Pengertian Televisi
Menurut Adi Badjuri (2010:39), “Televisi adalah media pandang sekaligus
media pendengar (audio-visual), yang dimana orang tidak hanya memandang
gambar yang ditayangkan televisi, tetapi sekaligus mendengar atau mencerna
narasi dari gambar tersebut”.Kata "televisi" merupakan gabungan dari
kata tele (τῆλε, "jauh") dari bahasa Yunani dan visio ("penglihatan") dari bahasa
Latin, sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang
menggunakan media visual/penglihatan.
b. Fungsi Televisi
1) Fungsi Informasi
Siaran televisi sejak pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat yakni
pada tahun 1946, yaitu ketika Dewan PBB mengadakan rapatnya yang pertama di
New York AS. Ini berarti bahwa televisi sudah melakukan fungsi informasi dalam
bentuk pemberitaan mengenai sidang yang amat penting itu.
2) Fungsi Pendidikan
Sebagai media komunikasi massa, jika dibandingkan dengan media massa
lainnya televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara
pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya tidak sedikit. Sesuai dengan makna
pendidikan, yaitu meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat yang
dapat diperoleh melalui televisi yang menyiarkan acara-acara yang berkaitan
dengan pendidikan seperti : pelajaran Bahasa, matematika, dan elektronika. Selain
acara TV juga menyiarkan beberapa acara yang secara implisit mengandung
pendidikan.
3) Fungsi Hiburan
Di kebanyakan negara, fungsi hiburan yang melekat pada televisi siaran
tampaknya dominan. Sebagian besar waktu siaran diisi oleh acara hiburan. Hal ini
dapat dimaklumi, karena acara-acara hiburan lebih banyak disenangi masyarakat
5
ketimbang sajian lainnya. Ini ditunjukan oleh kenyataan, bahwa acara-acara
unggulan menempati peringkat pertama, yang berarti paling banyak ditonton
masyarakat adalah acara hiburan. Acara-acara yang bersifat menghibur memang
selalu dijadikan andalan, dan ditempatkan pada tingkat pertama.
2. Pengaruh Siaran Televisi Terhadap Pola Pikir Remaja
Secara tidak sadar sebenarnya remaja selalu berpikir bahwa mereka sudah
punya segalanya: rumah, kendaraan, HP, dan uang jajan. Apa yang belum mereka
punya? Pasti tidak akan dijawab “Masa depan”. Karena filsafatnya yang berbunyi
“Hari ini untuk hari ini”. Maka, apapun yang bersifat kesenangan sesaat akan
senantiasa jadi prioritas.
Fenomena ini bukanya diredam malah dikuatkan oleh tayangan media.
Albert Bandura menyebut efek ini sebagai Inhibitory dan Disinhibitory Effects. Di
mana Inhibitory berarti perilaku tertentu yang dinilai memalukan sehingga enggan
diulangi oleh yang melihatnya. Sedangkan Disinhibitory merupakan efek yang
menyebabkan orang tidak malu melakukan perbuatan yang dilihatnya. Sinetron
menggambarkan keluar malam dengan laki-laki sebagai hal romantis dan tidak
melanggar adat. Maka, tentu saja perlahan akan terjadi pergeseran norma di
masyarakat. Dari yang tadinya hanya boleh mengobrol di teras. Menjadi boleh
keluar malam, asalkan pulang sebelum jam sembilan.
Sinetron juga mengampanyekan bahwa hidup susah itu memalukan.
Akibatnya para remaja pun terdorong untuk bermewah-mewahan. Ada yang
mencoba menjadi sosialita, menuntut minta dibelikan motor sport, selalu gontaganti gadget, serta ada pula yang gila barang bermerk. Semua dilakukan demi
status sosial. Mereka tidak sadar bahwa selepas SMA teman-teman mereka akan
bubar. Semua citra yang dibangun akan hilang. Inilah yang tidak dijelaskan dalam
episode sinetron.
6
3. Pengaruh Siaran Televisi Terhadap Tingkah Laku Remaja
a. Peniruan Tingkah Laku Remaja dalam Kehidupan Nyata
Masyarakat tentu sudah tahu bahwa sinetron hanya fiksi belaka. Tapi, apa
yang tidak disadari adalah efek imitasi/peniruan yang bisa ditimbulkanya.
Sekalipun memang kepribadian tiap individu berbeda. Tapi, pada kenyataanya
reaksi yang ditimbulkan media cenderung seragam. Serupa dengan sinetron yang
mempertontonkan murid SMA yang pergi ke sekolah dengan mobil mewah.
Saya tidak tahu tujuan pasti mereka membawa mobil mewah ke sekolah.
Namun selain mobil mewah, fenomena lain yang persis sama dengan yang ada di
sinetron adalah westernisasi. Di mana hal berbau barat, seperti bahasa, kuliner,
dan pakainya jadi tren di kalangan remaja.
Bandingkan dengan dunia nyata. Pernahkah anda merasa tidak mungkin
menjadi MVP basket, jago break dance, punya nilai tinggi, atau dikerumuni cewek
cantik? Desakan yang makin besar pada anak untuk mengungguli teman
sebayanya, menyulut eskalasi kasus bullying. Murid yang merasa tidak punya
kelebihan berusaha mendominasi anak lain dengan kekerasan. Mereka memukuli
para kutu buku, memalak murid-murid kaya, dan mengeroyok jagoan basket. Itu
semua berasal dari tingkah laku remaja dalam siaran televisi yang diterapkan
dalam kehidupan nyata oleh pera remaja sekarang ini.
b. Percobaan Semasa Sekolah
Perilaku khas remaja ditimbulkan oleh faktor internal dan eksternal. Emosi
tinggi, dorongan seksual yang kuat, tuntutan untuk memenuhi tugas
perkembangan, kebutuhan untuk diterima teman sebaya, pengaruh pergaulan, dan
hasil pola asuhan. Semua berpadu membentuk pribadi dan pola pikir remaja. Pada
awalnya anak muda memandang dunia sesuai kebutuhan dan keinginanya. Lalu
sejalan dengan kedewasaan, persepsi itu makin realistis.
7
Pola asuhan adalah modal awal individu untuk menapaki dunia. Orang
yang di masa kecilnya selalu dimanjakan, akan sering frustasi karena ternyata
dunia tidak bisa dirubah seenaknya.
Pada masa remaja, individu menolak campur tangan orang lain dalam
penyelsaian masalah. Mereka hanya butuh masukan seperti yang dilakukan teman
sebaya dan bukan intervensi. Anak muda tidak memiliki pengalaman dalam
menyelsaikan masalah. Sebab sewaktu kecil semua masalah mereka diatasi oleh
orang tua. Remaja cenderung mengandalkan emosi yang labil dan pendapat
lingkungan dalam menyelsaikan masalah.
Anak kecil akan berani mengeksplorasi sekitar hanya bila diawasi orang
tua. Sering terlihat pada anak yang dibawa orang tuanya ke suatu tempat baru.
Mereka hanya berani main di sekitar atau tidak jauh dari pengawasnya. Inilah
yang (kemungkinan) menyebabkan banyak ABG membawa teman saat mereka
pacaran. Karena secara tidak sadar sebenarnya mereka masih bergantung pada
orang tua. Tapi, tidak ingin melibatkan mereka karena takut diintervensi.
Sinetron menunjukan bahwa punya pacar itu mudah. Setiap hari bertemu
di sekolah, obrolannya hidup, dan kisahnya mengasyikan. Bandingkan dengan
dunia nyata. Ketimbang jalan setiap malam dan bertemu setiap hari. Kita lebih
banyak berkubang di SMS dan telepon. Tapi jika memang sudah tahu begitu,
kenapa cara pacaran masih saja meniru sinetron? Ada beberapa kemungkinan: (1)
Kurangnya pengetahuan tentang lawan jenis sudah dianggap tercukupi oleh
tayangan sinetron. Ini dikuatkan oleh penelitian yang mengatakan bahwa televisi
menguasai 94% masuknya informasi ke otak. Secara umum manusia akan ingat
85% apa yang ditonton setelah tiga jam dan seterusnya jadi 65% setelah tiga hari
kemudian. Lalu bagaimana jika sinetron tayang tiap hari? Berapa banyak hal yang
diingat oleh masyarakat? Ditambah lagi banyak sinetron yang tidak melalui sensor
dengan alasan kejar tayang; (2) Karena cowok tidak mau dicap pengecut. Butuh
keberanian untuk mendekati cewek apalagi menjadikanya pacar. Namun, desakan
8
tadi tidak diikuti oleh pengetahuan yang memadai. Ketimbang bertanya teman dan
ditertawakan. Laki-laki lebih memilih meniru sinetron.
9
C. SIMPULAN
Sebagai salah satu sarana komunikasi, kehadiran televisi tidak mungkin
dihindari karena selain menjadi bagian ukuran prestise sebuah rumah tangga, juga
telah menjadi kebutuhan dalam memperoleh informasi.
Televisi mempunyai dampak positif dan negatif. Beberapa pengaruh
positif dapat dikemukakan sebagai berikut. Siaran televise sesuai fungsinya
sebagai media informasi, pendidikan, dan hiburan telah mampu menambah
wawasan remaja untuk mengetahui perkembangan dunia, disamping menstimulir
remaja untuk selalu meraih hal yang terbaik dalam kehidupan ini.
Ibarat dua sisi mata uang, siaran televisi juga mempunyai pengaruh negatif
terhadap kehidupan remaja. Yang paling mencolok sekali dari pengaruh tersebut
ialah pola piker dan tingkah laku remaja.
Pengaruh negatif lainnya adalah kemungkinan remaja untuk menganut
pola hidup komsumtif. Semaraknya sinetron yang menanyangkan para remaja
memakai barang mewah, memicu para remaja sekarang ini untuk memilikinya.
Bila ini berlaku terus menerus maka remaja tersebut akan terjebak dalam pola
hidup konsumtif. Ia akan berusaha mendapatkan apa yang ia inginkan bukan yang
ia perlukan.
Di sini sangat diperlukan peran orang tua. Orang tua harus senantiasa
menyediakan waktu untuk anak-anak mereka jika kelompok usia anak-anak dan
remaja cukup rentan atas keterpengaruhan oleh tayangan televisi. Orang tua harus
menjadi semacam lembaga sensor yang diharapkan rekomendasinya bagi keluarga
untuk menentukan materi tertentu layak atau tidak untuk ditonton. Institusi orang
tua ini mutlak perlu, karena untuk mengurangi kemungkinan yang hanya bisa
menuding siaran televisi sebagai biang kesalahan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Umum. Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Esram, Juramadi, dkk. 1996. Pengaruh Siaran Televisi Terhadap Tingkah Laku
Remaja di Kota Tanjungpinang. Riau: Proyek Pengkajian Dan Pembinaan
Nilai-Nilai Budaya Riau
Jauhari, Heri. 2010. PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH. Bandung: CV
PUSTAKA SETIA
Prasojo, Edo. Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Pola Pikir Remaja.
(http://ucihasantoso.wordpress.com/2012/08/05/pengaruh-tayangantelevisi-terhadap-pola-pikir-remaja/) (28-12-14)