Korelasi Sains dan Agama pada Abad Perte
Nama
: Asri Lesta Ferdiani
No. Mahasiswa
: 4415133847
Kelas
: Pend. Sejarah B 2013
Korelasi Sains dan Agama :
Perkembangan dan Interaksi Sains Abad Pertengahan
Abstrak
Abad pertengahan merupakan abad kebangkitan religi di Eropa dan sains yang
telah berkembang di zaman klasik dipinggirkan sehingga sering
digeneralisasikan sebagai abad kegelapan. Namun, artikel ini mengajukan
pandangan bahwa agama pada abad pertengahan bukan saja sebagai suatu hal
yang bersifat negatif, yaitu pengekang berkembangnya sains, tapi agama pun
mendorong perkembangan sains karena pada hakekatnya, kehadiran biara yang
berfungsi menyalin injil dan kitab kuno manjadikannya akses pengembangan
ilmu. Bahkan pada akhir abad pertengahan terjadi kebangkitan sains dengan
munculnya universitas-universitas dan penemuan-penemuan besar. Artinya,
sains dan agama berkorelasi membangun suatu peradaban intelektual. Konteks
sosial yang mendukung perkembangan ini tidak terlepas dari kegairahan
kembali dalam mempelajari filsafat dan pengetahuan Yunani oleh rumpun
bangsa Eropa terutama Perancis dan Italia dengan tokoh besarnya, yaitu
Thomas Aquinas yang tidak lain disebabkan oleh kemajuan ekonomi sekitar
abad 11 dan 12 dan hubungan-hubungan dengan peradaban Arab melalui
perdagangan dan Perang Salib.
Kata kunci : Abad pertengahan, sains, agama, penemuan-penemuan, filsafat,
Thomas Aquinas
1. Pendahuluan
Abad pertengahan adalah periode sejarah di Eropa sekitar abad 5 hingga
abad 151 dengan ciri religiusitas yang tinggi serta gaya hidup yang terarah kepada
dunia akhirat akibat pengaruh dominasi pandangan dunia dari agama kristen
Romawi. Pada masa ini agama berkembang dan memengaruhi hampir seluruh
kegiatan manusia, termasuk pemerintahan. Sebagai konsekuensinya, sains yang
1http://en.wikipedia.org/wiki/Middle_Ages (diakses 9/6/2014)
1
telah berkembang di masa zaman klasik dipinggirkan dan dianggap tidak lebih
sebagai ilmu sihir yang mengalihkan perhatian manusia dari ketuhanan2. Segala
sendi yang bersifat keagamaan adalah cerminan dari sikap-sikap hidup orangorang kristen yang pada dasarnya mengarah pada dunia sesudah mati dan
meninggalkan kehidupan dunia fana untuk mencari kepastian tentang surga di
alam baka nanti. Agama mengajarkan seperangkat gagasan khusus atau dogma
yang diterima sebagai kebenaran dan menerangkan tuntutan perilaku manusia dan
alasan untuk berjuang keras demi suatu keyakinan serta petunjuk perilaku yang
baik dan jahat.
Tentang sains abad pertengahan, tidak terlepas dari pemikiran filsafat yang
merupakan suatu sistem pemikiran yang tersisihkan. Sekitar abad 9, filsafat abad
pertengahan bersifat keagamaan, ditempatkan dalam satu bingkai oleh gereja 3.
dimana iman dianggap sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang dapat
dipercaya. Orang berbalik dari berpikir yang intelektualis ke berpikir secara
religius. Baru pada abad ke 13 terjadi perubahan, yang merupakan kontribusi
besar seorang tokoh filsafat, yaitu Thomas Aquinas yang mempercayai bahwa
kepercayaan dan akal terpisah satu sama lain dan memiliki tampatnya masingmasing. Pada hakekatnya memang berdiri sendiri, namun tidak menutup
kemungkinan keduanya saling berhubungan dan tidak bertentangan bahkan
kontribusi agama adalah pendukung berkembangnya sains atau sebagai pondasi
berdirinya sains modern. Abad pertengahan adalah periode pengecambahan dan
pertumbuhan. Sistem sekolah dikembangkan, sekolah katedral didirikan sekitar
tahun 1200, universitas pertama didirikan dan subyek-subyek yang diajarkan
dikelompokkan ke dalam berbagai “fakultas” seperti sekarang. Pada hakekatnya,
bagaimana manusia mengembangkan sains dibawah kekangan agama adalah tidak
lain karena gereja yang pada masa itu adalah lembaga negara merupakan gerbang
utama menuju perkembangan sains.
2. Agama Kristen dan Peradaban Barat
Agama kristen merupakan sebuah ajaran yang berdasar pada ajaran hidup
yang mengarah pada dunia setelah kematian. Pada abad pertengahan, agama
kristen menguasai hampir segala segi hidup kebudayaan karena gereja disusun
sangat baik, lebih baik dari negara. Gereja sejak semula adalah manyarakat
otonom, dengan organisasi, hirarki, susunan kepengurusan dan peraturanperaturannya sendiri. Bahkan ketika Kerajaan Romawi Barat yang beribukota di
Roma tenggelam akibat perpecahan dari dalam, peperangan dan kebobrokan
ekonomi menuju ke arah keruntuhan, Gereja adalah satu-satunya lembaga yang
dapat menyatukan rakyat dan memberikan kebebasan, perlindungan dan
pertolongan. Meskipun pada masa sebelumnya gereja sempat mengalami
2http://en.wikipedia.org/wiki/Middle_Ages (diakses 9/6/2014)
3 Gereja adalah suatu masyarakat para pemeluk, berasal dari tertib alam-atas dengan tujuan yang
dikodrati. Lihat Sartono Kartodirjo, Ungkapan-ungkapan Barat dan Timur (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1986), 16.
2
penganiayaan yang kejam dan baru pada masa Konstantin Agung (306-337)
mendapat pengakuan resmi dan menjadi agama negara. Akhirnya, agama kristen
pun berkontribusi dalam pembentukan peradaban barat yang dengan kebebasan
pribadi dapat mendorongnya ke arah penciptaam besar dewasa ini. Memang,
Eropa sendiri merupakan muara berbagai macam kebudayaan, yaitu Katolik Roma
di Barat, Bizantium di Timur dan Arab di Selatan yang dibawa oleh bangsa Arab
di Spanyol, interaksi antar kebudayaan ini terbentuk berkat adanya ekspansi
Kerajaan Romawi (Imperium Romanium) yang kesemuanya itu menyatu di Italia
Utara4.
Pada masa selanjutnya, yaitu masa keruntuhan Imperium Romanium yang
salah satu sebabnya ialah penyerbuan suku German yang semakin mengeruhkan
kondisi kerajaan yang telah lemah dan terpecah-pecah, adalah masa yang disebut
sebagai abad kegelapan dikarenakan situasi politik yang kacau balau dengan
organisasi kenegaraan yang lumpuh dan hanya terdapat kota-kota dibawah
pemerintahan uskup5. Dampak keruntuhan Imperium Romanium, memang tidak
hanya dibidang politik dimana kekuasaan negara tidak lagi absolut tetapi juga
menyebabkan kelumpuhan perdagangan dan kehidupan masyarakat, hanya tersisa
perdagangan dan pelayaran di Laut Tengah di sekitar kota-kota pantai di cekungan
(bekken) sebelah timur dengan Konstantinopel sebagai titik pusatnya 6. Namun,
ketika adanya ekspansi agama Islam, berakhirlah sisa-sisa perdagangan dan kotakota beserta penduduknya dan mengubah kebudayaan masyarakat menjadi
bersifat agraris dengan hasil tanah menjadi konsumsi desa, semua wujud
kemasyarakatan didasarkan atas pemilikan tanah. Wajah kerajaan besar menjadi
kerajaan Barbar yang berdiri atas asas kekerabatan atau kesukuan dan tidak atas
kewargakotaan. Akibatnya, tidak adanya keamanan milik perorangan dimana
terjadi pertentangan semua melawan semua, kerajaan yang diorganisir dengan
baik telah runtuh melahirkan masyarakat primitif yang berdiri sendiri dan
menimbulkan kekerasan dimana-mana, para petani berlindung kepada para tuan
tanah, orang-orang merdeka membayar kemerdekaannya dan makin lama makin
tergantung pada tuan tanah. Namun, gereja dalam masa ini masih memakai tradisi
Romawi dengan ibukota Roma sebagai tempat kedudukan paus dan juga sebagai
pusat agama kristen di Eropa bahkan dibawah Kaisar Theodosius (379-395.
Gereja diangkat sebagai lembaga dari negara. Pendukung besar bagi keberadaan
paus adalah biara7. Biara pada masa itu merupakan pusat kehidupan keagamaan
bahkan menguasai kehidupan intelektual, karena ilmu pengetahuan hanya
diperoleh oleh para rohaniawan dan sebagian kecil dari bangsawan yang kurang
memperhatikan soal-soal keduniawian. Biara sendiri adalah pusat pertanian dan
4 Jostein Gaarder, Dunia Sophie (Bandung: Mirza, 2013), 273.
5 Uskup adalah pimpinan gereja setempat yang bernama keuskupan dan merupakan bagian dari
hierarki Gereja Katolik Roma setelah Sri Paus dan Kardinal. Lihat en.m.wikipedia.org/wiki/bishop
(diakses 9/6/2014)
6 Sartono Kartodirjo, Ungkapan-ungkapan Barat dan Timur (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1986), 18.
7 Biara-biara merupakan prajurit-prajurit rohani yang harus mempertahankan Gereja dan menjaga
disiplin. Lihat Sartono Kartodirjo, Ungkapan-ungkapan Barat dan Timur (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1986), 20.
3
perdagangan dimana mereka dapat mendirikan pasar, mencetak uang dan
mengembangkan sistem perkreditan sehingga dengan sendirinya, sifat kegerejaan
menjalar keseluruh sendi peradaban. Cita kehidupan gereja sendiri adalah
penyucian diri dan menegakkan Kerajaan Allah di atas bumi.
Selama abad X dan XI, tumbuh perdagangan, kota-kota dan penduduk
kota yang luar biasa mengakibatkan kemajuan ekonomi dan lahirlah lembaga
kekotaan, semua didasarkan atas kebebasan dan diusahakan bersama sebagai
penduduk, seperti sekolah, pekerjaan umum dan gilde 8. Sains atau ilmu
pengetahuan yang terfokuskan dalam ilmu pengetahuan agama, yaitu teologi 9,
akhirnya menginjak kepada ilmu alam, seperti ilmu perbintangan, ilmu tumbuhtumbuhan, ilmu jiwa dan ilmu kimia. Dan pada masa ini didirikan pula
universitas-universitas pertama. Akhirnya, terjadi kegairahan pemuda untuk
belajar di sekolah-sekolah dan universitas bahkan dampak lebih besar adalah
hadirnya penemuan-penemuan penting sekitar akhir abad pertengahan.
3. Keterkaitan Sains dan Teknologi Akhir Abad Pertengahan
Abad pertengahan yang dianggap sebagai abad kegelapan, nyatanya
memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan sains, bahkan teknologi
dewasa ini. Bangsa Eropa Abad Pertengahan tidak hanya mewarisi metodemetode pembuatan alat-alat dan perlengkapan mekanis dari zaman klasik, tetapi
juga mampu mengembangkannya10.
Tumbuhnya perdagangan, kota-kota, dan penduduk perkotaan selama abad
11 dan 12 pun berkontribusi pada pengembangan teknologi yang merupakan basis
bagi perkembangan teknologi modern. Penemuan penting pada akhir abad
pertengahan yang berpengaruh besar bagi peradaban manusia ialah percetakan
dengan sistem mekanis dan kertas. Puncak keberhasilan penemuan ini adalah
berhasil dicetaknya injil 36 baris pada tahun 1455, dengan demikian penemuan
mesin cetak ini berjasa besar dalam penyebaran ide-ide. Akhirnya, masyarakat
luas dapat dengan mudah menerima pemikiran sains dan penemuan ini pun
menunjang kebangkitan sains di akhir abad pertengahan. Penemuan mesin cetak
ini menandai akhir Abad Pertengahan dan awal Zaman Baru dalam sejarah
intelektual. Artinya, penemuan-penemuan abad pertengahan ini merangsang
penemuan baru lagi hingga tahap modern dewasa ini.
8 Gilde adalah sebuah ikatan sekerja yang unik Abad Pertengahan, bertujuan untuk menghindari
adanya tipu daya persaingan dan pemalsuan, juga untuk meninggikan kualitas. Lihat Sartono
Kartodirjo, Ungkapan-ungkapan Barat dan Timur (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1986), 22.
9 Teologi didefinisikan sebagai wacana berdasarkan nalar mengenai agama, spiritualitas dan
Tuhan. Lihat http://en.wikipedia.org/wiki/Theology
10 Henry S. Lucas, Sejarah Peradaban Barat Abad Pertengahan (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,
1993) 251.
4
4. Kebangkitan Kembali Aktivitas Sains
Perkembangan sains memang terhambat sekitar abad 6 dan 7 yang
merupakan abad yang kacau dimana Kerajaan Romawi runtuh akibat serangan
bangsa-bangsa yang belum beradab, yaitu bangsa Barbar. Baru setelah terjadi
ketenangan politik sekitar abad 9 dan kemajuan ekonomi abad 10 dan 11, sains
mulai bangkit dibawah pemikiran filsafat. Kemajuan ekonomi ini adalah dampak
tumbuhnya perdagangan, kota-kota dan penduduk perkotaan hingga mendorong
perubahan teknologis, pertambahan petani bebas yang tidak dalam pengekangan
tuan tanah dan peningkatan pengrajin, kemudian melahirkan kegairahan pemuda
belajar di sekolah-sekolah serta universitas-universitas.
Sains pada abad pertengahan memang tidak terlepas dari pengetahuan
Yunani yang diusahakan oleh sekolah-sekolah dan biara, seperti biara Gallia
Selatan (Perancis sekarang) tempat pengungsian ketika ada perpindahan bangsa.
Disitu tersimpan hasil karya para tokoh kuno dan para penulis kristiani yang
selanjutnya meluas sampai Irlandia, Nederland dan Jerman. Namun pengetahuan
Yunani ini menghilang karena masuknya agama kristem dengan segala batasannya
dalam agama. Melalui perantara Islam lah pengetahuan Yunani muncul kembali.
Bangkitnya sains di Eropa ini terjadi sebagai dampak hubungan-hubungan
dengan ilmu pengetahuan Arab yang meluas atas Eropa melalui masyarakat
Spanyol (711-1497) dan Sisilia (825-1091). Orang-orang Arab memang telah
beradab, dengan penerjemahan karya-karya filsafat Thales, Phytagoras, Socrates,
Plato, Aristoteles dan filsuf-filsuf Yunani lainnya 11. Interaksi langsung antara
Timur dan Barat ini adalah pengaruh Perang Salib serta hubungan dagang. Kedua
faktor ini memungkinkan adanya penerimaan pengetahuan Arab.
Kembali pada perkembangan sains abad pertengahan, memang dimulai
sejak berdirinya sekolah-sekolah yang mengajarkan 7 kesenian bebas yang dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu trivium meliputi tata bahasa, retorika dan dialektika dan
quadrivium meliputi ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan dan musik.
Trivium menduduki kedudukan yang lebih rendah daripada quadrivium. Baru
pada abad 11, terjadi perubahan dimana dialektika menonjolkan diri dan
rasionalitas menampakkan dirinya. Menjelang abad 12 filsafat memegang peranan
penting di sekolah-sekolah dan pada abad ini terjadilah revolusioner dibidang
sains dan pendidikan yaitu lahirnya universitas-universitas, akibat interaksi
dengan peradaban Arab yang membawa kegairahan filsafat diiringi kemajuan
ekonomi yang mendorong para pemuda untuk belajar di sekolah-sekolah sebelum
mereka masuk ke universitas. Bahkan ilmu kedokteran pun mengepakkan
sayapnya lagi akibat keterampilan dan sains yang diwarisi oleh para praktisi
kedokteran Arab dari bangsa Yunani12. Jelas, ini merupakan babakan awal dimana
sains bangkit diiringi pemberontakan ilmu kedokteran yang telah tidur panjang.
11 S.I. Poeradisastra, Sumbangan Islam Kepada Ilmu dan Peradaban Modern. (Depok: Komunitas
Bambu, 2008) 80.
12 Henry S. Lucas, Sejarah Peradaban Barat Abad Pertengahan (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,
1993) 202.
5
Dalam kebangkitan sains yang revolusioner ini sekiranya tidak dapat
terlepas dari kontribusi pemikiran filsafat, terlebih seorang Thomas Aquinas yang
dengan tegas meyakini bahwa iman dan sains berdiri sendiri. Filsafat pada masa
ini disebut dengan Filsafat Skolastik yang sumber pengetahuannya digali dari
buku, namun bukan dengan meneliti kebenarannya tapi dengan menanyakan
kepada para filsuf Yunani. Bahkan pada abad 12 dan 13, dunia intelektual
diwarnai dengan minat yang tinggi terhadap karya-karya Aristoteles tentang moral
dan filsafat. Karya-karya tersebut memang semula ditulis dengan bahasa Yunani,
tetapi kemudian diterjemahkan dalam bahasa Arab oleh para sarjana di Baghdad,
Damaskus dan pusat-pusat kehidupan intelektual Arab lainnya. Gerard Cremona
dan Adelard Bath meneruskan kembali pekerjaan sarjana Arab ke bahasa Latin.
Namun, pada abad 13, para sarjana Eropa mulai menerjemahkan beberapa karya
Aristoteles langsung ke dalam bahasa Latin. Salah satu sarjana yang telah mampu
menguasai karya-karya Aristoteles adalah Albertus Magnus yang menyatakan
“Tujuan ilmu pengetahuan alam bukan hanya untuk menerima pernyataanpernyataan yang ada, tetapi untuk menyelidiki sebab-sebab yang ada dalam alam
itu sendiri”13. Artinya, ia telah mampu memberi batasan tegas antara ilmu sihir
dan sains.
Thomas Aquinas sendiri adalah pemikir filsafat dibawah bimbingan
Albertus Magnus. Filsuf yang mengajar di Paris dan Italia ini secara tegas
mengasimilasikan pemikiran-pemikiran Aristoteles dengan ajaran Kristen,
menghasilkan karya besar yang berjudul Summa theologica14. Ia percaya bahwa
sains dan agama memiliki tempatnya sendiri-sendiri. Akhirnya, lahirlah sandaran
sains dengan metode eksperimen yang masih dalam tahapan awal sebagai akibat
pergumulannya dengan filsafat Aristoteles yang sempat menghilang ketika agama
menguasai seluruh sendi kehidupan di awal abad pertengahan. Artinya,
kebudayaan Yunani yang memerankan peran penting dalam perkembangan sains,
sempat menghilang akibat pengaruh agama kristen, namun sejak interaksi bangsa
Eropa dengan peradaban Arab, sains mulai bangkit.
Tentang Italia sendiri adalah perantara interaksi sains dunia Yunani yang
telah beradab dengan penduduk Barbar di Eropa yang diiringi dengan pergumulan
filsafat para tokoh besar disana, begitu pula Perancis dengan Universitas Parisnya
yang memikat para siswa untuk mendapatkan pengajaran tokoh Abelard. Italia dan
Perancis adalah pusat pembelajaran kaum intelektual, tidak terlepas sebagai
tempat penghasil pemikiran-pemikiran filsafat besar.
Jika dipahami, keberadaan universitas adalah suatu kelanjutan dari
keberadaan sekolah-sekolah yang telah dibangun sejak kekuasaan agama yang
kuat, bahkan biara-biara pun merupakan tonggak awal perkembangan intelektual
karena disana adalah pusat pembelajaran. Akhirnya, sistem kepercayaan yang
dicirikan dalam agama dan pemikiran akal yang mencirikan sains memiliki
13 Henry S. Lucas, Sejarah Peradaban Barat Abad Pertengahan (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,
1993) 194.
14 Summa Theologica adalah semacam ensiklopedi teologi. Lihat Henry S. Lucas, Sejarah
Peradaban Barat Abad Pertengahan (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1993) 197.
6
perbedaan yang mendasar tapi tidak menutup kemungkinan keduanya
berhubungan dan tidak saling bertentangan. Bahkan Biara menjadi pusat belajar
sejak awal abad pertengahan dan didirikan sekolah katedral adalah
pengecambahan kemunculan universitas-universitas. Artinya, agama adalah
penyokong keberadaan sains modern di abad selanjutnya bahkan dewasa ini.
Akhirnya, sains dan agama pada abad pertengahan membentuk suatu korelasi
yang saling berikatan, agama tanpa sains tidak dapat dipahami sebagai sesuatu
yang berkontribusi positif sedangkan sains tanpa agama tidak dapat lahir.
5. Kesimpulan
Abad pertengahan yang sering dikaitkan sebagai abad kegelapan,
sekiranya merupakan anggapan yang salah karena penemuan-penemuan penting
pun terjadi pada masa itu. Agama kristen memang memberikan batasan-batasan
dan menghambat ilmu pengetahuan tapi ia pun nyatanya berkontribusi bagi
peradaban sains, dengan kata lain adalah akses jalan menuju peradaban intelektual
pada abad 13 yang menjadi penting sebagai masa perkembangan sains menuju
berdirinya sains modern, diiringi beberapa faktor :
-
Kemajuan ekonomi yang melahirkan universitas-universitas.
-
Hubungan-hubungan baru dengan dunia pemikiran Yunani dan dunia
pemikiran Arab.
-
Kegairahan dalam penerjemahan karya-karya Aristoteles bahkan dampak
lebih lanjut adalah kebangkitan dalam mempelajari filsafat dan sains.
Pada hakekatnya, agama pada abad
perkembangan sains dan peradaban intelektual.
pertengahan
adalah
induk
Daftar Pustaka
Gaarder, Jostein. 2013. Dunia sophie. Bandung: Mizan
7
Hadiwijono, Harun.1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 1. Yogyakarta: Kanisius
http://en.wikipedia.org/wiki/Bishop (diakses 9/6/2014)
http://en.wikipedia.org/wiki/High_Middle_Ages (diakses 9/6/2014)
http://en.wikipedia.org/wiki/Middle_Ages (diakses 9/6/2014)
http://en.wikipedia.org/wiki/Theology (diakses 9/6/2014)
http://en.wikipedia.org/wiki/Thomas_Aquinas (diakses 9/6/2014)
Kartodirdjo, Sartono. 1986. Ungkapan-Ungkapan Filsafat Sejarah Barat dan
Timur. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Lucas, Henry. 1993. Sejarah Peradaban Barat Abad Pertengahan. Terjemahan
Sugihardjo Sumabroto dan Budiawan. Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya
Poeradisastra, S.I. 2008. Sumbangan Islam Kepada Ilmu dan Peradaban Modern.
Depok: Komunitas Bambu
8
: Asri Lesta Ferdiani
No. Mahasiswa
: 4415133847
Kelas
: Pend. Sejarah B 2013
Korelasi Sains dan Agama :
Perkembangan dan Interaksi Sains Abad Pertengahan
Abstrak
Abad pertengahan merupakan abad kebangkitan religi di Eropa dan sains yang
telah berkembang di zaman klasik dipinggirkan sehingga sering
digeneralisasikan sebagai abad kegelapan. Namun, artikel ini mengajukan
pandangan bahwa agama pada abad pertengahan bukan saja sebagai suatu hal
yang bersifat negatif, yaitu pengekang berkembangnya sains, tapi agama pun
mendorong perkembangan sains karena pada hakekatnya, kehadiran biara yang
berfungsi menyalin injil dan kitab kuno manjadikannya akses pengembangan
ilmu. Bahkan pada akhir abad pertengahan terjadi kebangkitan sains dengan
munculnya universitas-universitas dan penemuan-penemuan besar. Artinya,
sains dan agama berkorelasi membangun suatu peradaban intelektual. Konteks
sosial yang mendukung perkembangan ini tidak terlepas dari kegairahan
kembali dalam mempelajari filsafat dan pengetahuan Yunani oleh rumpun
bangsa Eropa terutama Perancis dan Italia dengan tokoh besarnya, yaitu
Thomas Aquinas yang tidak lain disebabkan oleh kemajuan ekonomi sekitar
abad 11 dan 12 dan hubungan-hubungan dengan peradaban Arab melalui
perdagangan dan Perang Salib.
Kata kunci : Abad pertengahan, sains, agama, penemuan-penemuan, filsafat,
Thomas Aquinas
1. Pendahuluan
Abad pertengahan adalah periode sejarah di Eropa sekitar abad 5 hingga
abad 151 dengan ciri religiusitas yang tinggi serta gaya hidup yang terarah kepada
dunia akhirat akibat pengaruh dominasi pandangan dunia dari agama kristen
Romawi. Pada masa ini agama berkembang dan memengaruhi hampir seluruh
kegiatan manusia, termasuk pemerintahan. Sebagai konsekuensinya, sains yang
1http://en.wikipedia.org/wiki/Middle_Ages (diakses 9/6/2014)
1
telah berkembang di masa zaman klasik dipinggirkan dan dianggap tidak lebih
sebagai ilmu sihir yang mengalihkan perhatian manusia dari ketuhanan2. Segala
sendi yang bersifat keagamaan adalah cerminan dari sikap-sikap hidup orangorang kristen yang pada dasarnya mengarah pada dunia sesudah mati dan
meninggalkan kehidupan dunia fana untuk mencari kepastian tentang surga di
alam baka nanti. Agama mengajarkan seperangkat gagasan khusus atau dogma
yang diterima sebagai kebenaran dan menerangkan tuntutan perilaku manusia dan
alasan untuk berjuang keras demi suatu keyakinan serta petunjuk perilaku yang
baik dan jahat.
Tentang sains abad pertengahan, tidak terlepas dari pemikiran filsafat yang
merupakan suatu sistem pemikiran yang tersisihkan. Sekitar abad 9, filsafat abad
pertengahan bersifat keagamaan, ditempatkan dalam satu bingkai oleh gereja 3.
dimana iman dianggap sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang dapat
dipercaya. Orang berbalik dari berpikir yang intelektualis ke berpikir secara
religius. Baru pada abad ke 13 terjadi perubahan, yang merupakan kontribusi
besar seorang tokoh filsafat, yaitu Thomas Aquinas yang mempercayai bahwa
kepercayaan dan akal terpisah satu sama lain dan memiliki tampatnya masingmasing. Pada hakekatnya memang berdiri sendiri, namun tidak menutup
kemungkinan keduanya saling berhubungan dan tidak bertentangan bahkan
kontribusi agama adalah pendukung berkembangnya sains atau sebagai pondasi
berdirinya sains modern. Abad pertengahan adalah periode pengecambahan dan
pertumbuhan. Sistem sekolah dikembangkan, sekolah katedral didirikan sekitar
tahun 1200, universitas pertama didirikan dan subyek-subyek yang diajarkan
dikelompokkan ke dalam berbagai “fakultas” seperti sekarang. Pada hakekatnya,
bagaimana manusia mengembangkan sains dibawah kekangan agama adalah tidak
lain karena gereja yang pada masa itu adalah lembaga negara merupakan gerbang
utama menuju perkembangan sains.
2. Agama Kristen dan Peradaban Barat
Agama kristen merupakan sebuah ajaran yang berdasar pada ajaran hidup
yang mengarah pada dunia setelah kematian. Pada abad pertengahan, agama
kristen menguasai hampir segala segi hidup kebudayaan karena gereja disusun
sangat baik, lebih baik dari negara. Gereja sejak semula adalah manyarakat
otonom, dengan organisasi, hirarki, susunan kepengurusan dan peraturanperaturannya sendiri. Bahkan ketika Kerajaan Romawi Barat yang beribukota di
Roma tenggelam akibat perpecahan dari dalam, peperangan dan kebobrokan
ekonomi menuju ke arah keruntuhan, Gereja adalah satu-satunya lembaga yang
dapat menyatukan rakyat dan memberikan kebebasan, perlindungan dan
pertolongan. Meskipun pada masa sebelumnya gereja sempat mengalami
2http://en.wikipedia.org/wiki/Middle_Ages (diakses 9/6/2014)
3 Gereja adalah suatu masyarakat para pemeluk, berasal dari tertib alam-atas dengan tujuan yang
dikodrati. Lihat Sartono Kartodirjo, Ungkapan-ungkapan Barat dan Timur (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1986), 16.
2
penganiayaan yang kejam dan baru pada masa Konstantin Agung (306-337)
mendapat pengakuan resmi dan menjadi agama negara. Akhirnya, agama kristen
pun berkontribusi dalam pembentukan peradaban barat yang dengan kebebasan
pribadi dapat mendorongnya ke arah penciptaam besar dewasa ini. Memang,
Eropa sendiri merupakan muara berbagai macam kebudayaan, yaitu Katolik Roma
di Barat, Bizantium di Timur dan Arab di Selatan yang dibawa oleh bangsa Arab
di Spanyol, interaksi antar kebudayaan ini terbentuk berkat adanya ekspansi
Kerajaan Romawi (Imperium Romanium) yang kesemuanya itu menyatu di Italia
Utara4.
Pada masa selanjutnya, yaitu masa keruntuhan Imperium Romanium yang
salah satu sebabnya ialah penyerbuan suku German yang semakin mengeruhkan
kondisi kerajaan yang telah lemah dan terpecah-pecah, adalah masa yang disebut
sebagai abad kegelapan dikarenakan situasi politik yang kacau balau dengan
organisasi kenegaraan yang lumpuh dan hanya terdapat kota-kota dibawah
pemerintahan uskup5. Dampak keruntuhan Imperium Romanium, memang tidak
hanya dibidang politik dimana kekuasaan negara tidak lagi absolut tetapi juga
menyebabkan kelumpuhan perdagangan dan kehidupan masyarakat, hanya tersisa
perdagangan dan pelayaran di Laut Tengah di sekitar kota-kota pantai di cekungan
(bekken) sebelah timur dengan Konstantinopel sebagai titik pusatnya 6. Namun,
ketika adanya ekspansi agama Islam, berakhirlah sisa-sisa perdagangan dan kotakota beserta penduduknya dan mengubah kebudayaan masyarakat menjadi
bersifat agraris dengan hasil tanah menjadi konsumsi desa, semua wujud
kemasyarakatan didasarkan atas pemilikan tanah. Wajah kerajaan besar menjadi
kerajaan Barbar yang berdiri atas asas kekerabatan atau kesukuan dan tidak atas
kewargakotaan. Akibatnya, tidak adanya keamanan milik perorangan dimana
terjadi pertentangan semua melawan semua, kerajaan yang diorganisir dengan
baik telah runtuh melahirkan masyarakat primitif yang berdiri sendiri dan
menimbulkan kekerasan dimana-mana, para petani berlindung kepada para tuan
tanah, orang-orang merdeka membayar kemerdekaannya dan makin lama makin
tergantung pada tuan tanah. Namun, gereja dalam masa ini masih memakai tradisi
Romawi dengan ibukota Roma sebagai tempat kedudukan paus dan juga sebagai
pusat agama kristen di Eropa bahkan dibawah Kaisar Theodosius (379-395.
Gereja diangkat sebagai lembaga dari negara. Pendukung besar bagi keberadaan
paus adalah biara7. Biara pada masa itu merupakan pusat kehidupan keagamaan
bahkan menguasai kehidupan intelektual, karena ilmu pengetahuan hanya
diperoleh oleh para rohaniawan dan sebagian kecil dari bangsawan yang kurang
memperhatikan soal-soal keduniawian. Biara sendiri adalah pusat pertanian dan
4 Jostein Gaarder, Dunia Sophie (Bandung: Mirza, 2013), 273.
5 Uskup adalah pimpinan gereja setempat yang bernama keuskupan dan merupakan bagian dari
hierarki Gereja Katolik Roma setelah Sri Paus dan Kardinal. Lihat en.m.wikipedia.org/wiki/bishop
(diakses 9/6/2014)
6 Sartono Kartodirjo, Ungkapan-ungkapan Barat dan Timur (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1986), 18.
7 Biara-biara merupakan prajurit-prajurit rohani yang harus mempertahankan Gereja dan menjaga
disiplin. Lihat Sartono Kartodirjo, Ungkapan-ungkapan Barat dan Timur (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1986), 20.
3
perdagangan dimana mereka dapat mendirikan pasar, mencetak uang dan
mengembangkan sistem perkreditan sehingga dengan sendirinya, sifat kegerejaan
menjalar keseluruh sendi peradaban. Cita kehidupan gereja sendiri adalah
penyucian diri dan menegakkan Kerajaan Allah di atas bumi.
Selama abad X dan XI, tumbuh perdagangan, kota-kota dan penduduk
kota yang luar biasa mengakibatkan kemajuan ekonomi dan lahirlah lembaga
kekotaan, semua didasarkan atas kebebasan dan diusahakan bersama sebagai
penduduk, seperti sekolah, pekerjaan umum dan gilde 8. Sains atau ilmu
pengetahuan yang terfokuskan dalam ilmu pengetahuan agama, yaitu teologi 9,
akhirnya menginjak kepada ilmu alam, seperti ilmu perbintangan, ilmu tumbuhtumbuhan, ilmu jiwa dan ilmu kimia. Dan pada masa ini didirikan pula
universitas-universitas pertama. Akhirnya, terjadi kegairahan pemuda untuk
belajar di sekolah-sekolah dan universitas bahkan dampak lebih besar adalah
hadirnya penemuan-penemuan penting sekitar akhir abad pertengahan.
3. Keterkaitan Sains dan Teknologi Akhir Abad Pertengahan
Abad pertengahan yang dianggap sebagai abad kegelapan, nyatanya
memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan sains, bahkan teknologi
dewasa ini. Bangsa Eropa Abad Pertengahan tidak hanya mewarisi metodemetode pembuatan alat-alat dan perlengkapan mekanis dari zaman klasik, tetapi
juga mampu mengembangkannya10.
Tumbuhnya perdagangan, kota-kota, dan penduduk perkotaan selama abad
11 dan 12 pun berkontribusi pada pengembangan teknologi yang merupakan basis
bagi perkembangan teknologi modern. Penemuan penting pada akhir abad
pertengahan yang berpengaruh besar bagi peradaban manusia ialah percetakan
dengan sistem mekanis dan kertas. Puncak keberhasilan penemuan ini adalah
berhasil dicetaknya injil 36 baris pada tahun 1455, dengan demikian penemuan
mesin cetak ini berjasa besar dalam penyebaran ide-ide. Akhirnya, masyarakat
luas dapat dengan mudah menerima pemikiran sains dan penemuan ini pun
menunjang kebangkitan sains di akhir abad pertengahan. Penemuan mesin cetak
ini menandai akhir Abad Pertengahan dan awal Zaman Baru dalam sejarah
intelektual. Artinya, penemuan-penemuan abad pertengahan ini merangsang
penemuan baru lagi hingga tahap modern dewasa ini.
8 Gilde adalah sebuah ikatan sekerja yang unik Abad Pertengahan, bertujuan untuk menghindari
adanya tipu daya persaingan dan pemalsuan, juga untuk meninggikan kualitas. Lihat Sartono
Kartodirjo, Ungkapan-ungkapan Barat dan Timur (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1986), 22.
9 Teologi didefinisikan sebagai wacana berdasarkan nalar mengenai agama, spiritualitas dan
Tuhan. Lihat http://en.wikipedia.org/wiki/Theology
10 Henry S. Lucas, Sejarah Peradaban Barat Abad Pertengahan (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,
1993) 251.
4
4. Kebangkitan Kembali Aktivitas Sains
Perkembangan sains memang terhambat sekitar abad 6 dan 7 yang
merupakan abad yang kacau dimana Kerajaan Romawi runtuh akibat serangan
bangsa-bangsa yang belum beradab, yaitu bangsa Barbar. Baru setelah terjadi
ketenangan politik sekitar abad 9 dan kemajuan ekonomi abad 10 dan 11, sains
mulai bangkit dibawah pemikiran filsafat. Kemajuan ekonomi ini adalah dampak
tumbuhnya perdagangan, kota-kota dan penduduk perkotaan hingga mendorong
perubahan teknologis, pertambahan petani bebas yang tidak dalam pengekangan
tuan tanah dan peningkatan pengrajin, kemudian melahirkan kegairahan pemuda
belajar di sekolah-sekolah serta universitas-universitas.
Sains pada abad pertengahan memang tidak terlepas dari pengetahuan
Yunani yang diusahakan oleh sekolah-sekolah dan biara, seperti biara Gallia
Selatan (Perancis sekarang) tempat pengungsian ketika ada perpindahan bangsa.
Disitu tersimpan hasil karya para tokoh kuno dan para penulis kristiani yang
selanjutnya meluas sampai Irlandia, Nederland dan Jerman. Namun pengetahuan
Yunani ini menghilang karena masuknya agama kristem dengan segala batasannya
dalam agama. Melalui perantara Islam lah pengetahuan Yunani muncul kembali.
Bangkitnya sains di Eropa ini terjadi sebagai dampak hubungan-hubungan
dengan ilmu pengetahuan Arab yang meluas atas Eropa melalui masyarakat
Spanyol (711-1497) dan Sisilia (825-1091). Orang-orang Arab memang telah
beradab, dengan penerjemahan karya-karya filsafat Thales, Phytagoras, Socrates,
Plato, Aristoteles dan filsuf-filsuf Yunani lainnya 11. Interaksi langsung antara
Timur dan Barat ini adalah pengaruh Perang Salib serta hubungan dagang. Kedua
faktor ini memungkinkan adanya penerimaan pengetahuan Arab.
Kembali pada perkembangan sains abad pertengahan, memang dimulai
sejak berdirinya sekolah-sekolah yang mengajarkan 7 kesenian bebas yang dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu trivium meliputi tata bahasa, retorika dan dialektika dan
quadrivium meliputi ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan dan musik.
Trivium menduduki kedudukan yang lebih rendah daripada quadrivium. Baru
pada abad 11, terjadi perubahan dimana dialektika menonjolkan diri dan
rasionalitas menampakkan dirinya. Menjelang abad 12 filsafat memegang peranan
penting di sekolah-sekolah dan pada abad ini terjadilah revolusioner dibidang
sains dan pendidikan yaitu lahirnya universitas-universitas, akibat interaksi
dengan peradaban Arab yang membawa kegairahan filsafat diiringi kemajuan
ekonomi yang mendorong para pemuda untuk belajar di sekolah-sekolah sebelum
mereka masuk ke universitas. Bahkan ilmu kedokteran pun mengepakkan
sayapnya lagi akibat keterampilan dan sains yang diwarisi oleh para praktisi
kedokteran Arab dari bangsa Yunani12. Jelas, ini merupakan babakan awal dimana
sains bangkit diiringi pemberontakan ilmu kedokteran yang telah tidur panjang.
11 S.I. Poeradisastra, Sumbangan Islam Kepada Ilmu dan Peradaban Modern. (Depok: Komunitas
Bambu, 2008) 80.
12 Henry S. Lucas, Sejarah Peradaban Barat Abad Pertengahan (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,
1993) 202.
5
Dalam kebangkitan sains yang revolusioner ini sekiranya tidak dapat
terlepas dari kontribusi pemikiran filsafat, terlebih seorang Thomas Aquinas yang
dengan tegas meyakini bahwa iman dan sains berdiri sendiri. Filsafat pada masa
ini disebut dengan Filsafat Skolastik yang sumber pengetahuannya digali dari
buku, namun bukan dengan meneliti kebenarannya tapi dengan menanyakan
kepada para filsuf Yunani. Bahkan pada abad 12 dan 13, dunia intelektual
diwarnai dengan minat yang tinggi terhadap karya-karya Aristoteles tentang moral
dan filsafat. Karya-karya tersebut memang semula ditulis dengan bahasa Yunani,
tetapi kemudian diterjemahkan dalam bahasa Arab oleh para sarjana di Baghdad,
Damaskus dan pusat-pusat kehidupan intelektual Arab lainnya. Gerard Cremona
dan Adelard Bath meneruskan kembali pekerjaan sarjana Arab ke bahasa Latin.
Namun, pada abad 13, para sarjana Eropa mulai menerjemahkan beberapa karya
Aristoteles langsung ke dalam bahasa Latin. Salah satu sarjana yang telah mampu
menguasai karya-karya Aristoteles adalah Albertus Magnus yang menyatakan
“Tujuan ilmu pengetahuan alam bukan hanya untuk menerima pernyataanpernyataan yang ada, tetapi untuk menyelidiki sebab-sebab yang ada dalam alam
itu sendiri”13. Artinya, ia telah mampu memberi batasan tegas antara ilmu sihir
dan sains.
Thomas Aquinas sendiri adalah pemikir filsafat dibawah bimbingan
Albertus Magnus. Filsuf yang mengajar di Paris dan Italia ini secara tegas
mengasimilasikan pemikiran-pemikiran Aristoteles dengan ajaran Kristen,
menghasilkan karya besar yang berjudul Summa theologica14. Ia percaya bahwa
sains dan agama memiliki tempatnya sendiri-sendiri. Akhirnya, lahirlah sandaran
sains dengan metode eksperimen yang masih dalam tahapan awal sebagai akibat
pergumulannya dengan filsafat Aristoteles yang sempat menghilang ketika agama
menguasai seluruh sendi kehidupan di awal abad pertengahan. Artinya,
kebudayaan Yunani yang memerankan peran penting dalam perkembangan sains,
sempat menghilang akibat pengaruh agama kristen, namun sejak interaksi bangsa
Eropa dengan peradaban Arab, sains mulai bangkit.
Tentang Italia sendiri adalah perantara interaksi sains dunia Yunani yang
telah beradab dengan penduduk Barbar di Eropa yang diiringi dengan pergumulan
filsafat para tokoh besar disana, begitu pula Perancis dengan Universitas Parisnya
yang memikat para siswa untuk mendapatkan pengajaran tokoh Abelard. Italia dan
Perancis adalah pusat pembelajaran kaum intelektual, tidak terlepas sebagai
tempat penghasil pemikiran-pemikiran filsafat besar.
Jika dipahami, keberadaan universitas adalah suatu kelanjutan dari
keberadaan sekolah-sekolah yang telah dibangun sejak kekuasaan agama yang
kuat, bahkan biara-biara pun merupakan tonggak awal perkembangan intelektual
karena disana adalah pusat pembelajaran. Akhirnya, sistem kepercayaan yang
dicirikan dalam agama dan pemikiran akal yang mencirikan sains memiliki
13 Henry S. Lucas, Sejarah Peradaban Barat Abad Pertengahan (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,
1993) 194.
14 Summa Theologica adalah semacam ensiklopedi teologi. Lihat Henry S. Lucas, Sejarah
Peradaban Barat Abad Pertengahan (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1993) 197.
6
perbedaan yang mendasar tapi tidak menutup kemungkinan keduanya
berhubungan dan tidak saling bertentangan. Bahkan Biara menjadi pusat belajar
sejak awal abad pertengahan dan didirikan sekolah katedral adalah
pengecambahan kemunculan universitas-universitas. Artinya, agama adalah
penyokong keberadaan sains modern di abad selanjutnya bahkan dewasa ini.
Akhirnya, sains dan agama pada abad pertengahan membentuk suatu korelasi
yang saling berikatan, agama tanpa sains tidak dapat dipahami sebagai sesuatu
yang berkontribusi positif sedangkan sains tanpa agama tidak dapat lahir.
5. Kesimpulan
Abad pertengahan yang sering dikaitkan sebagai abad kegelapan,
sekiranya merupakan anggapan yang salah karena penemuan-penemuan penting
pun terjadi pada masa itu. Agama kristen memang memberikan batasan-batasan
dan menghambat ilmu pengetahuan tapi ia pun nyatanya berkontribusi bagi
peradaban sains, dengan kata lain adalah akses jalan menuju peradaban intelektual
pada abad 13 yang menjadi penting sebagai masa perkembangan sains menuju
berdirinya sains modern, diiringi beberapa faktor :
-
Kemajuan ekonomi yang melahirkan universitas-universitas.
-
Hubungan-hubungan baru dengan dunia pemikiran Yunani dan dunia
pemikiran Arab.
-
Kegairahan dalam penerjemahan karya-karya Aristoteles bahkan dampak
lebih lanjut adalah kebangkitan dalam mempelajari filsafat dan sains.
Pada hakekatnya, agama pada abad
perkembangan sains dan peradaban intelektual.
pertengahan
adalah
induk
Daftar Pustaka
Gaarder, Jostein. 2013. Dunia sophie. Bandung: Mizan
7
Hadiwijono, Harun.1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 1. Yogyakarta: Kanisius
http://en.wikipedia.org/wiki/Bishop (diakses 9/6/2014)
http://en.wikipedia.org/wiki/High_Middle_Ages (diakses 9/6/2014)
http://en.wikipedia.org/wiki/Middle_Ages (diakses 9/6/2014)
http://en.wikipedia.org/wiki/Theology (diakses 9/6/2014)
http://en.wikipedia.org/wiki/Thomas_Aquinas (diakses 9/6/2014)
Kartodirdjo, Sartono. 1986. Ungkapan-Ungkapan Filsafat Sejarah Barat dan
Timur. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Lucas, Henry. 1993. Sejarah Peradaban Barat Abad Pertengahan. Terjemahan
Sugihardjo Sumabroto dan Budiawan. Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya
Poeradisastra, S.I. 2008. Sumbangan Islam Kepada Ilmu dan Peradaban Modern.
Depok: Komunitas Bambu
8