Pola Pemanfaatan Limbah Pelepah Sawit Me (1)

Pola Pemanfaatan Limbah Pelepah Sawit
Menjadi Pakan Ternak Ruminansia
Disusun oleh:
Amatullah Mufidah
Elia Damayanti
Satria Julier Manpaki
SMA NEGERI 1 BENGKULU SELATAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Usaha peternakan sapi sebagaimana dikembangkan oleh PT Agricinal
di Bengkulu, Merupakan alternatif usaha cow-calf operation dan dapat
dijadikan model karena secara teknis, ekonomis, sosial dan lingkungan layak
untuk dikembangkan (BADAN LITBANG dan PT AGRICINAL, 2003).
Pengembangan Sistem integrasi sapi dengan kelapa sawit (SISKA)
untuk kawasan perkebunan lainnya dapat dimodifikasi dan disesuaikan
dengan kondisi agroekologi, sosial ekonomi masyarakat serta peluang
pengembangan dan pemasaran sapi. Integrasi usaha peternakan dengan
tanaman perkebunan kelapa sawit memberikan dampak yang sangat besar,
terutama dalam memperbaiki manajemen pengelolaan perkebunan kelapa
sawit dan pengelolaan sapi yang efektif bagi peningkatan produktivitas.

Melalui SISKA suplai tandan buah segar (TBS) untuk pabrik kelapa
sawit dan pakan ternak sapi dapat berkelanjutan, pendapatan pemanen
meningkat serta terjadi efisiensi biaya perusahaan (BPTP BENGKULU, 2003).
Disisi lain dengan adanya SISKA terbuka peluang pengembangan agribisnis
ternak sapi.
Perkebunan kelapa sawit dapat menjadi sentra bibit sapi dan industri
daging. Pengembangan SISKA juga akan memberikan peluang untuk
terciptanya lapangan kerja, meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD)
serta menjaga pelestarian lingkungan dengan cara pemanfaatan limbah

pabrik secara optimal (SOENTORO dan AZMI, 2003). Sejauh ini usaha
integrasi penerapannya masih terbatas di perusahaan besar swasta, padahal
SISKA juga memiliki prospek untuk dikembangkan pada lahan perkebunan
rakyat.
Bengkulu Selatan adalah salah satu kabupaten yang terletak di bagian
selatan

Provinsi Bengkulu. Sebagai

gambaran


hingga

saat

ini

luas

perkebunan di Kabupaten Bengkulu 94.940 hektare, terdiri dari perkebunan
rakyat 72.440 hektare dan perkebunan besar swasta 22.500 hektare.
Sedangkan jenis tanaman yang dikembangkan, karet, kopi, lada, sawit, dan
berbagai jenis tanaman keras lainnya.
Luas wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan 118.610 Ha terdiri dari
kawasan hutan seluas 46.177,60 ha. (38,93%) dan lahan budidaya di luar
kawasan hutan seluas 72.432,94 Ha (61,07%). Dari luas lahan budidaya
tersebut penggunaan untuk latihan sawah seluas 11.026 Ha (9,30%),
perkebunan seluas 22.245 Ha (18,75 %) dan penggunaan lainnya seluas
39.161,94 Ha ( 33,02%).


Bengkulu Selatan merupakan kabupaten yang memiliki perkebunan
kelapa sawit yang sangat luas. Hampir setiap jalan di daerah Bengkulu

Selatan, banyak dijumpai perkebunan kelapa sawit baik milik perseorangan
seperti Perkebunan Rakyat maupun proyek PTPN. Setiap kali panen, pelepah
kelapa sawit yang sudah tidak berguna hanya dibakar dan dibuang. Padahal
hewan ternak di daerah Bengkulu Selatan mengalami kekurangan pakan
karena ketidaktersediaan pakan hijauan yang semakin sulit dicari ditambah
lagi pakan konsentrat yang harganya cukup mahal bagi peternak kecil.
Karena itu, banyak masyarakat yang membiarkan hewan peliharaannya
untuk dilepas atau diliarkan.

Padahal dengan dilepasnya hewan-hewan

tersebut dapat menyebabkan berbagai kerugian karena banyak sapi turun
kejalan-jalan, memakan sayuran ataupun tanaman lain milik warga serta
kotoran yang mengganggu pemandangan.
1.2. Pembatasan masalah
Kami membatasi masalah tentang kandungan pelepah kelapa sawit
serta


pengolahannya

menjadi

pakan

hijauan

sebagai

pakan

ternak

ruminansia.
1.3. Perumusan Permasalahan
Ternak di Bengkulu Selatan mengalami kekurangan pakan berupa
hijauan. Seperti Rumput gajah yang semakin sulit dicari. Oleh karena itu
diadakan penggantian pakan hijauan berupa salah satu dari limbah kelapa

sawit yaitu pelepah kelapa sawit. Bagaimana cara pengolahan serta
perbandingan kandungan nutrisinya dengan pakan hijauan “lama” berupa
rumput ?
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah pelepah
kelapa sawit yang biasanya tidak berguna dan dapat dikatakan sebagai
limbah perkebunan dapat menjadi pakan ternak ruminansia di daerah
Bengkulu Selatan yang sekarang sedang mengalami krisis pakan karena
ketidaktersediaan pangan.
1.5. Metode Penelitian

Dalam metode penulisan ini, kami melakukan pengumpulan literature
mulai dari buku-buku, browsing internet, serta melakukan wawancara kepada
para petani sawit dan para peternak yang ada di Bengkulu Selatan ini.
1.6. Hipotesis Penelitian
Pelepah kelapa sawit sebagai limbah pabrik dapat menjadi pakan
ternak pengganti hijauan yang semakin lama semakin sulit ditemukan.
1.7. Manfaat Penelitian



Memanfaatkan limbah pabrik yaitu pelepah kelapa sawit, sebagai

pengganti pakan hijauan pada ternak.


Dapat menemukan alternative pakan ternak hijauan untuk ternak

ruminansia.


Dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah Bengkulu

Selatan dari limbah kelapa sawit yaitu pelepah.

BAB II
PENGOLAHAN PELEPAH KELAPA SAWIT
2.1. Keadaan Ternak di Bengkulu Selatan
Ternak-ternak
hasilnya


dengan

dipelihara
cara

untuk

dimanfaatkan

mengembangbiakkannya

tenaga atau diambil
sehingga

dapat

meningkatkan pendapatan para petani. Agar ternak peliharaan tumbuh
sehat dan kuat, sangat diperlukan pemberian pakan. Pakan memiliki peranan
penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk
mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta

tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara
daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang
diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan
dalam jumlah cukup. Pakan yang sering diberikan pada ternak kerja antara
lain berupa: hijauan dan konsentrat (makanan penguat).
2.2. Hijauan Segar

Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada
ternak dalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh
manusia) maupun yang tidak (disengut langsung oleh ternak). Hijauan segar
umumnya

terdiri

rumputan,

atas

daun-daunan


tanaman

yang

berasal

dari jenis rumput-

biji-bijian atau jenis

kacang-kacangan.

Beberapa hal-hal kunci yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Rumput-rumputan.
Rumput-rumputan merupakan hijauan segar yang sangat disukai
ternak, mudah diperoleh karena memiliki kemampuan tumbuh tinggi,
terutama di daerah tropis meskipun sering dipotong atau disengut langsung
oleh ternak sehingga menguntungkan para peternak atau pengelola
ternak. Hijauan


banyak

mengandung

karbohidrat

dalam

bentuk

gula

sederhana, Pati dan fruktosa yang sangat berperan dalam menghasilkan
energi. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), rumput Benggala (Penicum
maximum),

rumput

Setaria


(Setaria

sphacelata),

rumput

Brachiaria

(Brachiaria decumbens), rumput Mexico (Euchlena mexicana) dan rumput
lapangan yang tumbuh secara liar.
Ilustrasi Rumput Gajah

Ini adalah ilustrasi rumput gajah, banyak para peternak yang
membudidayakannya

sendiri

untuk

pakan

ternaknya.

Namun

seiring

berjalannya waktu tanah-tanah pertanian mulai tergeser dengan lahan
perkebunan kelapa sawit yang semakin banyak. Itu menyebabkan tumbuhan

rumput gajah jumlahnya semakin sedikit. Padahal kebutuhan pakan ternaka
akan hijauan seperti rumput gajah, meningkat.
b. Kacang-kacangan
lamtoro (Leucaena leucocephala), stylo (Sty-losantes guyanensis),
centro

(Centrocema

pubescens), Pueraria

phaseoloides, Calopogonium

muconoides dan jenis kacang-kacangan lain. Namun di Bengkulu Selatan
masih jarang peternak menggunakannya dikarenakan keterbatasan sumber
daya.
c. Daun-daunan
daun nangka, daun pisang, daun turi, daun petai cina dll. Silase adalah
hijauan pakan ternak yang disimpan dalam bentuk segar biasanya berasal
dari tanaman sebangsa padi-padian dan rumput-rumputan. Jerami dan
hijauan

kering

Termasuk kedalam kelompok ini adalah semua jenis jerami dan hijauan
pakan ternak yang sudah dipotong dan dikeringkan. Kandungan serat
kasarnya lebih dari 18% (jerami, hay dan kulit biji kacang-kacangan).
Hijauan makanan ternak (hmt) merupakan salah satu bahan makanan
ternak yang sangat diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan
kelangsungan populasi ternak. Oleh karenanya, hijauan makanan ternak
sebagai salah satu bahan makanan merupakan dasar utama untuk
mendukung terutama bagi peternak sapi yang setiap harinya membutuhkan
cukup banyak hijauan..
Kebutuhan akan hijauan pakan akan semakin banyak sesuai dengan
bertambahnya jumlah populasi ternak sapi yang dimiliki. Kendala utama di
dalam penyediaan pakan hijauan adalah produksinya tidak dapat tetap
sepanjang tahun. Pada saat musim penghujan, produksi hijauan makanan
ternak akan melimpah, sebaliknya pada saat musim kemarau tingkat
produsinya akan rendah, atau bahkan dapat berkurang sama sekali.
Demi ketersediaan hijauan makan ternak yang tetap sepanjang tahun,
maka diperlukan budidaya hijauan pakan, baik dengan usaha perbaikan

manajemen tanaman keras atau penggalakan cara pengelolaan penanaman
rumput

unggul.

Dengan

cara

itu

kekurangan

akan

hijauan

pakan

dapat diatasi, sehingga nantinya dapat mendukung pengembangan usaha
ternak sapi yang akan dilakukan. Namun dalam budidaya pakan hijauan di
Bengkulu Selatan ini cenderung tidak ada sama sekali. Kecuali para peternak
bekerja sama dengan pemilik perkebunan sawit untuk mengelolanya. Tetapi
itu akan mengalami kesulitan karena kurangnya tenaga kerja. Apalagi ternak
di

Bengkulu

Selatan

kebanyakan

perorangan

dan

dikelola

sendiri-

sendiri. Usaha peternakannnya juga mayoritas masih dengan pola tradisional
dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika
dilakukan secara besar dan modern, dengan skala usaha kecilpun akan
mendapatkan keuntungan yang baik jika dilakukan dengan prinsip budidaya
modern.
Konsentrat (pakan penguat)
Sumber tenaga : dedak, bekatul, tetes, onggok, ketela pohon,
gaplek.Sumber protein : bungkil kelapa, kleci, bungkil kacang tanah, bungkil
kedelai, bungkil biji kapuk.Konsentrat, atau pakan penguat dapat juga
diLimbah industri : ampas tahu, onggok, bungkil kelapa dan bungkil biji
kapuk
Peternak di Bengkulu selatan kebanyakan memakai ampas tahu
sebagai kosentrat dikarenakan banyaknya bahan ini. Dan juga harganya
yang relatif murah yaitu sekitar Rp.10.000 per-karung. Mereka banyak
membelinya di pabrik pembuatan tahu yang berada tak jauh dari tempat
mereka.
Pakan tambahan berupa

vitamin, mineral, kapur, garam, kalsit,

molases/tetes, probiotik .Pakan tambahan yang sering digunakan oleh para
peternak adalah vitamin yang diberikan atau dibeli oleh dinas peternakan.
Jadi pada kenyataannya, para peternak di daerah Bengkulu Selatan tidak
memperhatikan makanan yang lengkap dan baik seperti yang dikatakan di

atas. Dikarenakan ketersediaan sumber daya dan harga yang tak terjangkau
oleh para peternak kecil yang kebanyakan hanya sebagai usaha tambahan.
Menurut Bapak Milyan Yunir, salah satu pemelihara sapi di Gunung
Mesir mengatakan bahwa banyak pemilik sapi di Gunung Mesir memberi
makan ternaknya dengan rumput gajah dan rumput lapangan sebagai
hijauan, ampas tahu, dan dedak. Namun, sekarang ketersediaan pakan
hijauan

berupa

rumput

gajah

semakin

sedikit

karena

jarang

orang

membudidayakannya. Itu membuat para pemilik sapi lebih memilih sapinya
dilepas ke lapangan dan hanya memakan rumput liar. Akibatnya sapi-sapi
peliharaan mereka kurus-kurus dan rentan terhadap penyakit.
Dinas Peternakan di Selali, kondisi sapinya sangat memprihatinkan.
Sapi-sapinya kurus dan kurang pakan. Pak Yoyo, selaku pengurus sapi
mengatakan

bahwa

pakan

sapi-sapi

cenderung

berkurang

karena

keterbatasan dana. Kini, sapi-sapi itu diberi makan rumput gajah, rumput
lapangan, ampas tahu, dan dedak. Namun saat ini ketersediaan rumput
gajah semakin sedikit karena lahan sempit dan ketidaksediaan pakan dari
pihak lain membuat pakan semakin sedikit.
Perkebunan
Kabupaten Bengkulu Selatan memiliki beragam tanaman pertanian
(padi, jagung, kedelai, dan lain-lain) dan perkebunan (kelapa sawit, tebu,
karet, kakao, teh, dan lain-lain).
Kelapa sawit sesuai ditanam di kawasan tanah yang gembur, tanah liat
gembur dan tanah gambut (kurang dari satu meter dalam).Tanah gambut
(lebih satu meter dalam), tanah masam dan tanah payau adalah tanah yang
kurang sesuai bagi tanaman kelapa sawit. Meski begitu dengan pengurusan
sistem pengairan dan pembajaan yang sempurna, jenis-jenis tanah ini boleh
juga ditanami dengan kelapa sawit. Bengkulu selatan adalah tempat yang
cocok untuk menanam kelapa sawit.
Dapat disimpulkan



Luas areal (Ha ) pada tahun 2007 sebesar 11.420,00 Ha dan pada

tahun 2008 sebesar 11,695,75 HA .


Produksinya pada tahun 2007 sebesar 73,632 ton dan pada tahun

2008 sebesar 82,523 ton.


Produktivitas pada tahun 2007 sebesar 15,160 kg/ha dan pada tahun

2008 sebesar 14,379 kg/ha.


Jumlah petani pada tahun 2007 sebesar 6,173 dan pada tahun 2008

sebesar 7,240.


Daerah penghasil komoditi ini paling banyak adalah pino raya. TBMnya

pada tahun 2007 sebesar 1,652.00 dan pada tahun 2008 sebesar 957.50.
TMnya pada tahun 2007 sebesar 2.557.00 dan pada tahun 2008 sebesar
3.251,950. Dan nyaris pada tahun 2007 dan 2008 ini tidak ada tanaman
yang tidak menghasilkan atau TTMnya.
2.3. Kelapa Sawit
Ilustrasi Kebun kelapa sawit

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil
minyak

masak,

minyak

industri,

(biodiesel). Perkebunannya menghasilkan

maupun
keuntungan

bahan
besar

bakar
sehingga

banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa
sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia
setelah Malaysia.

Di Indonesia

penyebarannya

timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi.

di

daerah Aceh,

pantai

Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh
dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh
sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban
80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500
mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak
kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan memperngaruhi perilaku
pembungaan dan produksi buah sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk ke dalam
famili Palmae dan subkelas Monocotyledoneae. Spesies lain dari genus Elaeis
adalah E. melanococca yang dikenal sebagai kelapa sawit Amerika Latin.
Beberapa varietas unggul yang ditanam adalah : Dura, Pisifera dan Tenera.
Morfologi
Morfologi kelapa sawit adalah sebagai berikut:
1.Akar
Akar berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan
respirasi tanaman. Akar tanaman kelapa sawit tidak berbuku-buku, ujungnya
runcing dan berwarna putih atau kekuningan. Tanaman kelapa sawit berakar
serabut.
2.Batang
Batangnya tidak memiliki kambium dan umumnya tidak bercabang,,
karena kelapa sawit adalah tumbuhan monokotil.Batang kelapa sawit
berbentuk silinder dengan diameter sekitar 20–75 cm. Tinggi batang
bertambah sekitar 45 cm per tahun. Dalam kondisi lingkungan yang sesuai
pertambahan tinggi dapat mencapai 100 cm per tahun. Selain itu Batang
berfungsi sebagai penyangga tajuk serta menyimpan dan mengangkut
bahan makanan. pertumbuhan batan tergantung
kesuburan

lahan

dan

pada jenis tanaman,

iklim

setempat.

3. Daun
Daunnya tersusun majemuk menyirip bersirip genap, dan bertulang
sejajar.. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih

muda. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Daun-daun
membentuk pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5-9m. Jumlah
anak daun di tiap pelepah berkisar anatar 250-400 helai.Penampilannya
agak mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu
keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12
tahun. Setelah umur 12 tahun pelepah yang mengering akan terlepas
sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa. Susunan daun kelapa
sawit membentuk susunan daun majemuk. Susunan ini menyerupai susunan
daun pada tanaman kelapa. Produksi pelepah daun selama satu tahun
mencapai 20–30 pelepah. Pada tanah subur daun semakin membuka
sehingga

semakin

efektif

melakukan

fungsinya

sebagai

tempat

berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Daun kelapa sawit
yang sehat berwarna hijau tua. (Ir. Yan Fauzi, 2008)
Jumlah pelepah, panjang pelepah dan jumlah anak daun tergantung
pada umur tanaman. Tanaman yang berumur tua, jumlah pelepah dan anak
daun lebih banyak. Begitu pula pelepahnya akan lebih panjang dibandingkan
dengan tanaman yang masih muda. Berat kering satu pelepah dapat
mencapai 4,5 kg. Pada tanaman dewasa ditemukan sekitar 40-50 pelepah.
Saat tanaman berumur sekitar 10-13 tahun dapat ditemukan daun yang luas
permukaannya mencapai 10-15m2. luas permukaan daun akan berinteraksi
dengan tingkat produktivitas tanaman, semakin luas permukaan atau
semakin banyak jumlah daun maka produksi akan meningkat karena proses
fotosintesis akan berjalan dengan baik. Proses fotosintesis akan optimal jika
luas

permukaan

daunnya

mencapai

11m 2.

(Lubis,

1992).

4. Bunga
Tanaman

kelapa

sawit

merupakan

tanaman

berumah

satu (monoecious). Artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam
satu tanaman dan masing-masing terangkai dalam satu tandan Rangkaian
bunga jantan terpisah dengan rangkaian bunga betina. Umumnya tanaman
kelapa sawit melakukan penyerbukan silang.

5.Buah
Bagian buah atau disebut juga dengan fructus. Buah terkumpul di
dalam tandan. Dalam satu tandan terdapat sekitar 1.600 buah. Tanaman
normal akan menghasilkan 20–22 tandan per tahun. Jumlah tandan buah
pada tanaman tua sekitar 12–14 tandan per tahun. Berat setiap tandan
sekitar 25–35 kg. Umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh baik dan
subur sudah dapat menghasilkan buah serta siap dipanen pertama pada
umur sekitar 2,5 atau 3,5 tahun. Waktu yang diperlukan mulai dari
penyerbukan sampai buah matang dan siap panen kurang lebih 5-6 bulan.
Warna buah tergantung varietas dan umurnya.
Varietas
Varietas yang banyak diusahakan umumnya merupakan varietas
jenis Tenera (persilangan varietas jenis Dura dan Pisifera). Varietas ini
mewarisi sifat-sifat unggul seperti inti kecil, cangkang tipis, daging buah
tebal (60–90 % dari buah) serta kandungan minyak yang tinggi. Beberapa
contoh varietas unggul kelapa sawit, yaitu:
1. Deli Dura x Pisifera Dolok Sinumbah
2. Deli Dura x Pisifera Bah Jambi
3. Deli Dura x Pisifera Marihat
4. Deli Dura x Pisifera lame
5. Deli Dura x Pisifera Yangabi
6. Deli Dura x Pisifera AVROS
Sebagian besar usaha perkebunan di Kabupaten Bengkulu Selatan
dilakukan melalui pola

kemitraan dengan Perusahaan Besar Swasta.

Tanaman perkebunan unggulan yang banyak diusahakan

di Kabupaten

Selatan adalah Kelapa sawit. Sejak tahun 2002, pemerintah kabupaten
Bengkulu Selatan telah memberikan bantuan berupa bibit sawit yang dijual
murah kepada warga. Dan sekarang, Bengkulu Selatan adalah salah satu

kabupaten yang hasil perkebunannya sebagian besar kelapa sawit. Komoditi
unggulan kelapa sawit menempati urutan pertama terluas yaitu 11.834 Ha.
Jika dilihat dari dari pemanfaatan lahan sawit merupakan komiditi yang
paling

dihandalkan sebagai

peningkatan

pendapatan

masyarakat. Pola

tanaman kelapa sawit dengan jarak tanam antar pohon 9 x 9 m dapat
menampung 145 tanaman setiap hektar. Apabila panen, setiap batang ratarata dipotong 3 pelapah sawit. Artinya per hektar.pelepah sawit yang
dihasilkan per panen ; 145 x 3 = 435 dengan dalam setiap panennya
memiliki jangka waktu 20 hari sekali.
Produk samping industri kelapa sawit yang tersedia dalam jumlah yang
banyak dan belum dimanfaatkan secara optimal adalah pelepah daun,
lumpur sawit, dan bungkil inti kelapa sawit (MOHAMED et al., 1986),
khususnya sebagai bahan dasar ransum ternak ruminansia (JALALUDIN et al.,
1991). Dengan pola integrasi ataupun diversifikasi tanaman dan ternak
(khususnya ternak ruminansia) diharapkan dapat merupakan bagian integral
dari usaha perkebunan. Oleh karena itu, pemanfaatan produk samping
industri kelapa sawit (pelepah) pada wilayah perkebunan sebagai penadaan
bahan pakan ternak, khususnya ruminansia diharapkan banyak memberikan
nilai

tambah,

baik

secara

langsung

maupun

tidak

langsung.

Sebagaimana pada produk samping industri pertanian lainnya,
tingginya kandungan serat kasar produk samping industri kelapa sawit,
khususnya pelepah, daun, serat perasan, perlu diberi perlakukan khusus
agar dapat dimanfaatkan secara optimal. Perlakuankan ini dapat dilakukan
dengan ketersediaan teknologi, baik secara fisik, kimia, biologis maupun
kombinasi

diantaranya.

Pendekatan

dengan

perlakukan

kimia

patut

dipertimbangkan kembali sehubungan dengan isu lingkungan, biaya dan
mudah tidaknya diterapkan di lapang.
Salah satu produk samping industri pertanian atau perkebunan adalah
yang dapat menyediakan bahan baku pakan yang berkesinambungan dan

dapat dimanfaatkan sebagai basis pengembangan ternak ruminansia adalah
perkebunan kelapa sawit