Prosedur Analisa Air Limbah docx

Prosedur Analisa Air Limbah
1.1 Dasar Prinsip
Prinsip analisa ini adalah menentukan kadar padatan tersuspensi didalam
sampel air dengan menggunakan metode gravimetri. Metode ini dilakukan dengan
menyaring sampel air menggunakan kertas saring kemudian padatan yang tersaring
beserta kertas saringnya dikeringkan pada suhu 105 ℃ sehingga dapat diperoleh
kadar zat padat tersuspensi (dalam ppm) dengan selisih antara berat kertas saring
dan resid setelah pemanasan dengan berat kertas saring setelah pemanasan dibagi
dengan volume total sampel air yang digunakan. Sedangakan untuk penentukan
padatan terlarut dilakukan dengan menggunakan metode yang sama, yaitu
gravimetri. Filtrat hasil penyaringan digunakan untuk padatan terlarut dengan
menguapkan filtrat tersebut didalam oven dengan suhu 105 ℃
dengan
menggunakan cawan porselin hingga filtrate kering dan didapatkan padatan. Dari
padatan tersebut didapatkan kadar zat padat terlarut (dalam ppm) dengan selisih
antara cawan porselin dan residu setelah penguapan dengan berat konstan dibagi
dengan volume total sampel air yang digunakan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pemeriksaan TDS ( Total Dissolved Solid ) adalah mengetahui zat
padat terlarut (residu) pada sampel yang dapat melewati filter dengan ukuran 10µm.


1.3 Pereaksi
1.3.1TDS/EC Standard solution
1.3.2Pada percobaan ini dilakukan reaksi antara padatan CaCO3 dengan CH3COOH
dan reaksi antara CaCO3 dan HCl. Berdasarkan percobaan reaksi yang terjadi
dari dua reaksi tersebut adalah :
 Reaksi CaCO3 dan CH3COOH 6M :
CaCO3(s) + 2CH3COOH(aq)  Ca(CH3COO)2(aq)
 Reaksi antara CaCO3 dan HCl 6M :
CaCO3(s) + HCl(aq)  CaCl2(aq) + H2CO3
Pengaruh reaksi kimia dalam hal ini adalah terletak pada pereaksi yang
digunakan yaitu pereaksi yang memiliki konsentrasi yang pekat (6M). Pada saat

1.

CaCO3 direaksikan dengan CH3COOH 6M atau larutan asam asetat pekat, maka
asam asetat yang pekat ini dapat mendesak CaCO3 yang mengakibatkan CaCO3
terurai menjadi

2+¿

¿
Ca dan ion

2−¿
¿
CO 3 sehingga mengahasilkan konduktivitas

sebesar 5,7.
Sedangkan reaksi antara CaCO3 dengan HCl yang merupakan eletrolit kuat,
pereaksi yang digunakan adalah asam kuat yang pekat sehingga reaksi
untuk mendesak CaCO3

2+¿

2−¿

menajadi Ca¿ dan CO 3¿ pun lebih besar.
Berdasarkan percobaan konduktivitas pada reaksi ini tidak terbaca, hal ini
dikarenakan konduktivita yang dihasilkan terlalu besar sehingga tidak dapat
terbaca oleh konduktometer. Berdasarkan percobaan, reaksi antara CaCO3

dengan HCl konduktivitasnya lebih besar dari reaksi CaCO3 dengan asam
asetat, hal ini dikarenakan reaksi anata CaC03 dengan HCl merupakan reaksi
dengan pereaksi asam kuat yang pekat, nilai konduktivitas HCl sendiripun
sudah sangat besar sehingga bila direaksikan dengan CaCO3 nilai
konduktivitasnya akan lebih besar.

1.4 Alat dan Bahan
1.4.1 EC/TDS meter
1.4.2 Beaker glass
1.4.3 Botol semprot
1.4.4 Aquadest
1.4.5 Tisu

1.5 kaliberasi Alat (TDS/EC meter Merk: HANNA Instruments)
1.5.1 Bilas Elektroda TDS/EC meter dengan menggunakan aquadest.
1.5.2 Keringkan elektroda dengan menggunakan tisu
1.5.3 Celupkan elektroda kedalam Larutan standard TDS Solution (1413µS/cm)
1.5.4 tepatkan nilainya hingga 1413µS/cm dengan cara memutar-mutar tombol
kaliberasi TDS/Ecmeter.
1.5.5 Alat siap digunakan


2.

1.6 Prosedur kerja
1.6.1
1.6.2
1.6.3
1.6.4
1.6.5
1.6.6
1.6.7

Tempatkan sampel dalam wadah
Cuci Elektroda dengan aquadest, keringkan dengan tisu
celupkan Elektroda kedalam sampel yang akan diukur
Tekan tombol ON, tunggu samapi muncul angka
Tekan tombol ppm untuk pengukuran TDS
Tunggu beberapa menit hingga pembacaan stabil
Baca hasil pengukuran (satuan ppm)


1.7 Hasil percobaan TDS dan Perhitungan
1.7.1
TDS = ( b-a ) X 1000/50
Keterangan
A = berat cawan sebelum diisi sampel
B = berat cawan setelah diisi sampel
1.7.2
Lokasi
Masa Sampel + Cawan (gram)
I . kota
A. Tepi
43,598
B. Tengah
43,593
C. Dalam
43,596

Masa Cawan (gram)
43,577
43,578

43,579

(a−b)× 106
Kadar Zat Padat Terlarut (ppm)=
c

Dimana :
a = berat cawan dan residu sesudah pemanasan 105 ℃ (gram)
b = berat cawan kosong (gram)
c = volume sampel (mL)
Kota :
( 43,598-43,577 ) gram × 106
IIA=
= 420 ppm
50 mL
( 43,593-43,578 ) gram × 106
IIB =
=300 ppm
50 mL
( 43,596-43,579 ) gram × 106

II C =
= 340 ppm
50 mL

3.

1.8 Landasan Teori
TDS ( Total Dissolve Solid ), yaitu konsentrasi jumlah ion kation(bermuatan
positif)
dan anion (bermuatan negatif) didalam air (baik itu zat organik maupun
anorgantik, misalnya: garam. TDS meter menggambarkan jumlah zat terlarut
dalam Part Per Million (ppm) atau sama dengan miligram per Liter(mg/L). Total
Dissolve Solid atau padatan terlarut adalah padatan yang mempunyai ukuran
lebih dari padatan tersuspensi. Bahan- bahan terlarut pada parairan alami tidak
bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan dapat meningkatkan nilai kekeruhan
yang selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolam air dan
akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis diperairan. Sumber utama
untuk TDS dalam perairan adalah limpahan dari pertanian, limbah rumah
tangga, dan industri. Unsur kimia yang paling umum adalam kalsium, fosfat,
nitrat, natrium, kalium, dan klorida. Bahan kimia dapat berupa kation, anion,

molekul atau aglomerasi dari ribuan molekul. Kandungan TDS yang berbahaya
adalah pestisida yang timbul dari airan permukaan.

4.

TUGAS KIMIA AMAMI
Tentang “ Total Zat Padat “ ( TDS )

D
I
S
U
S
U
N
Oleh ... 
Kelompok 03 
1.
Risna Y. karapa
2.

Jack R. Suebu
3.
Willem Binen

SMK NEGERI 3 MIMIKA
2014