DUNIA KITA YANG SEBENARNYA yang

DUNIA KITA YANG SEBENARNYA

"Kita bukanlah manusia yang mencoba belajar menjadi makhluk spiritual melainkan kita
adalah makhluk spiritual yang mencoba belajar menjadi manusia."

MEMPERTANYAKAN MODEL
Seperti apa gambar Tata Surya menurut anda? Apakah anda akan menggambar sebuah
lingkaran sebagai matahari, lalu menggambar lingkaran lagi dengan bulatan kecil sebagai
merkurius, lalu menggambar lingkaran lagi dengan bulatan kecil sebagai venus, dan
seterusnya? Tampaknya seperti itulah gambaran umum tentang Tata Surya. Sebuah gambar
yang menggambarkan planet-planet mengorbit pada matahari. Namun bagaimana jika anda
diberitahu bahwa gambar Tata Surya seperti itu yang sering anda lihat di buku-buku pelajaran
di sekolah-sekolah itu sebenarnya sama sekali tidak mirip Tata Surya yang sebenarnya?
Gambar itu tidak mencerminkan skala jarak yang sebenarnya. Gambar Tata Surya yang anda
lihat selama ini hanyalah model Tata Surya. Bukan gambar Tata Surya dengan skala yang
tepat. Model Tata Surya yang demikian itu terpaksa dipilih karena sangat sulit
menggambarkan Tata Surya dengan skala yang tepat. Jadi, bagaimana menggambar Tata
Surya dengan skala yang tepat? Anda tak akan bisa. Paling tidak, anda tak bisa
menggambarnya dengan kertas ukuran biasa.
Sama dengan Tata Surya, Atom juga digambarkan sebagai model, bukan dengan skala yang
tepat. Jarak yang sebenarnya antara inti atom dengan elektron-elektron sangatlah jauh, dan

sulit digambarkan di kertas kecuali digambar tanpa skala alias model saja. Jarak antar planetplanet juga sangatlah jauh.
Untuk menggambarkan skala atom yang tepat, kita perlu membayangkan seandainya atom
tersebut diperbesar sebesar Bumi. Jika atom sebesar Bumi, maka inti atom kira-kira akan
sebesar bola golf dan elektron akan sebesar kelereng kecil. Itulah ukuran dengan skala yang
mendekati sebenarnya. Anda bisa membayangkan perbedaan ukurannya? Bumi, bola golf,
dan kelereng! Sekarang bayangkanlah bola golf itu ditaruh di pusat perut Bumi dan kelereng
kecil diletakkan di permukaan Bumi. Nah, jarak antara inti atom dengan elektron itu, jika
atomnya sendiri sebesar Bumi, akan sama dengan jarak antara inti Bumi dengan permukaan
Bumi. Bagaimana cara anda menyebut jarak yang memisahkan antara bola golf dan kelereng
dalam contoh di atas? Kita sepakat, ini adalah jarak yang sangat fantastis. Sekarang anda
mulai bertanya-tanya: apakah gerangan yang ada di dalam jarak yang fantastis tersebut?
Kosong! Yang ada di antara inti atom dan elektron adalah ruang kosong.
Jarak antara matahari dengan bintang-bintang yang lain juga terdapat ruang kosong, jarak
antara galaksi satu dengan galaksi yang lain juga ada ruang kosong. Bahkan seluruh alam
semesta yang di dalamnya berisi galaksi dan bintang-bintang, kita menyaksikan ruang kosong
mengisi jarak di antara semua benda-benda itu. Singkatnya, ruang kosong adalah bagian
terbesar dari alam semesta, termasuk atom.
Sampai di sini kita mendapati kenyataan bahwa bagian terbesar penyusun alam semesta, dari
atom hingga galaksi, ternyata adalah ruang kosong.
Tanpa adanya ruang kosong ini, materi tak akan terlihat sebagaimana adanya. Jika rentang

jarak ruang kosong itu berubah, maka akan berubah pula penampakan materi tersebut.
Misalnya, jika jarak antar planet-planet di tata surya diperpendek dan jarak antara tata surya
dengan sistem bintang yang lain juga diperpendek, sehingga secara keseluruhan benda-benda
langit anggota galaksi bimasakti saling mendekat; maka kita akan menyaksikan dimensi
galaksi bimasakti yang lebih kecil dari yang biasanya. Jika jarak antar atom penyusun tubuh
manusia saling didekatkan, maka kita tak akan lagi bisa melihat tubuh manusia itu.

Sekarang bayangkanlah anda sedang memecah sebuah atom. Setelah atom itu terpecah, maka
pecahkan lagi inti atomnya, setelah itu pecahkan lagi materi yang lebih kecil dari inti atom
yaitu Kuark, dan jika Kuark itu kita pecah lagi, dan lantas kita pecah terus berkali-kali, maka
ujung akhirnya akan benar-benar KOSONG.

SEMUA HANYALAH PENAMPAKAN
Ketika semua wujud materi kita lihat dalam ukuran sub-atomik ini, kita tak melihat apapun
lagi kecuali kekosongan. Dalam fisika quantum, kekosongan ini digambarkan mirip serpihan
gelombang. Di tingkat sub-atomik kita melihat serpihan gelombang namun di tingkat supermolekul kita melihat wujud materinya. Entah itu tubuh manusia, meja kursi, pesawat, planetplanet, semua yang kita lihat dengan mata itu pada tingkat sub-atomiknya hanyalah serpihan
gelombang di ruang Kosong.
Apa artinya? Ini berarti bahwa sejatinya materi tidaklah sematerial kenyataannya. Materi
bukan sesuatu yang nyata dalam arti hakikinya. Karena manusia bagian dari dunia materi,
maka wujud manusia itu sendiri tidak sematerial (baca=sepadat) yang kita kira alias tidak

sematerial kenyataannya. Apa yang kita anggap sebagai materi tubuh manusia, itu tak lain
hanyalah gelombang penampakan konstan, yang kita persepsikan sebagai materi tubuh.
Istilah 'penampakan' yang sering kita disandangkan untuk Jin, ternyata juga berlaku untuk
manusia. Jika jin tidak bisa dilihat oleh mata manusia, itu karena komposisi atom-atom
pembentuk materi Jin berbeda dengan atom-atom pembentuk materi manusia. Dalam hal ini,
jarak antar atom-atom penyusunnya berbeda. Jika atom-atom penyusun tubuh manusia
didekatkan satu sama lain jaraknya, maka tubuh manusia berangsur-angsur juga akan
mengecil hingga akan sampai transparan saking kecilnya. Sebuah materi yang jarak antar
atomnya berdekatan; maka materi ini akan sulit dilihat oleh materi lain yang rentang jarak
antar atom-nya relatif lebih jauh.
Dengan rentang jarak antar atom penyusun materi yang berbeda, materi tubuh Jin akan
menjadi 'ghoib' bagi manusia, meskipun ini bukan berarti Jin itu ghoib dalam arti sebenarnya.
Hanya karena manusia tidak bisa melihatnya, bukan berarti jin bisa dinisbikan kehadirannya.
Jin hidup di dunia yang sama dengan manusia, hanya saja manusia 'tak bisa' melihatnya.
Dengan dimensi mikro tersebut, akan sangat mudah bagi Jin untuk bisa menyusup masuk ke
dalam pembuluh darah manusia.
Saat ini Fisika Klasik Newton dan hukum-hukumnya masih relatif akurat untuk menerangkan
dunia materi berukuran besar. Namun kenapa hukum-hukum fisika klasik tidak bisa
menjawab untuk permasalahan materi yang lebih renik, mikro, atau sub-atomik? Misalnya,
kenapa fisika klasik tidak mampu menerangkan prediksi gerakan atom dan partikel cahaya?

Jawabannya adalah karena pada tingkat atomik, apalagi sub-atomik, materi sesungguhnya
tidak sematerial (=baca sepadat) kenyataannya. Pada dasarnya materi itu sendiri tidak benarbenar ada, melainkan hanya gelombang penampakan. Kini Fisika Quantum mungkin bisa
membantu, akan tetapi tetap saja masih banyak misteri yang belum terjawab. Sebab semua
sarana di alam dunia, semua alat bantu yang digunakan untuk merumuskan formulasi alam
dunia, berikut manusianya itu sendiri, tak lebih hanyalah sebuah penampakan.

MANUSIA TERHIJAB OLEH PENAMPAKAN DUNIA
Karena semua unsur alam semesta adalah penampakan, maka konsekuensinya: tangan, kaki,
mata, bahkan otak manusia adalah penampakan juga. Tak ada satu alatpun di dunia yang bisa
membuktikan bahwa dunia benar-benar ada. Fisika Quantum justru membuktikan sebaliknya,
bahwa dunia adalah variasi dari berbagai spektrum gelombang yang tampak. Lebih tepatnya,
sengaja ditampakkan! Siapa yang menampakkannya? Tuhanlah yang menampakkan semua

wujud ini. Manusia bukan berada di dalam dunia, sebaliknya, dunialah yang ”berada” di
dalam ”benak” manusia. Kepada siapa Tuhan menampakkannya? Wujud yang solid dan tak
bisa diurai adalah Ruh. Kepada Ruh-lah Tuhan menampakkan pengalaman dunia. Ruh-lah
yang mengalami pemandangan dunia. Ruh tidak kemana-mana, Ruh tak bisa lepas dari
'genggaman' Tuhan, Ruh bukanlah materi yang sifat nyatanya hanyalah penampakan.
Kita sering bertanya: Kenapa Tuhan disebut Yang Maha Ada? Jawabannya adalah: karena
selain Tuhan sebenarnya tidak ada apa-apa lagi. Dalam artian, tidak benar-benar ada dalam

arti yang sebenarnya. Selain Tuhan, semuanya hanyalah penampakan, tidak ”benar-benar
ada” dalam arti hakikinya. Dan karena semua wujud materi hanyalah penampakan, maka
yang terdekat dengan anda saat ini bukanlah layar monitor smartphone anda, juga bukan jari
tangan anda sendiri, juga bukan urat leher anda. Yang terdekat dengan anda saat ini adalah
Tuhan. Karena urat leher anda hanyalah penampakan. Yang benar-benar ada adalah Tuhan.
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan
oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya.” (QS. 50:16)
Keberadaan Tuhan dan ‘keberadaan’ kita tidak berjarak, karena sesuatu Yang Maha Ada
tidaklah berjarak dengan sesuatu yang tidak benar-benar ada dalam arti yang sebenarnya.
Yang Maha Ada meliputi yang tidak benar-benar ada. Yang tidak benar-benar ada tidak bisa
lepas dari Yang Maha Ada. Yang Maha Ada tidak mungkin diserupakan dengan yang tidak
benar-benar ada. Dan yang tidak benar-benar ada tidak mungkin menjadi Yang Maha Ada.
Penampakan ini, selain membuat manusia menyadari ‘keberadaan’-nya, yang membuatnya
menjadi ‘entitas’ baru yang membedakannya dengan Tuhan, sekaligus juga menjadi tabir
penghalang untuk menyadari keberadaan Tuhan. Penampakan ini bagaikan hijab terbesar
antara manusia dengan Tuhan. Meskipun secara hakiki hijab materi ini sendiri hanyalah
persepsi indera manusia, namun nyaris seluruh manusia akan sulit terbebas dari persepsi ini.
Paham filsafat materialisme memperparah kondisi ini. Tak heran jika nyaris seluruh manusia
akan tertipu dengan dunia penampakan ini. Nyaris tak ada manusia yang menyadari bahwa
dirinya saat ini terhijab oleh penampakan dunia.


UJIAN ITU BERNAMA: “MENGALAMI DUNIA”
Semua hanyalah penampakan. Manusia bertemu dengan manusia lainnya, berkomunikasi,
bersosialisasi, dan saling terhubung satu sama lain, adalah dalam tataran penampakan.
Realitas ini mirip dengan ketika anda dan teman anda terhubung secara online di sosmed.
Misalnya di facebook anda terhubung dengan teman anda, saat itu anda merasa telah
”bertemu” dengan teman anda itu. Secara online anda bertukar pikiran, berkomunikasi, tetapi
akun facebook anda itu bukanlah anda yang sesungguhnya. Anda yang sejati mungkin sedang
duduk di kursi di depan komputer dan tak kemana-mana. Begitu pula materi manusia satu
bertemu dengan materi manusia yang lain, itu bukan pertemuan yang sebenarnya. Fisik
materi tubuh manusia hanyalah alat Ruh untuk saling berkomunikasi. Ruh-ruh manusia
seluruh jagat tetap saja di satu 'lokasi'. Ruh itu tak lepas dari 'genggaman' Tuhan, dan tak
pernah sedetikpun terpisah dari 'genggaman'-Nya.
Untuk bisa mengalami dunia, Ruh butuh tubuh. Penampakan materi tubuh hanyalah sarana
Ruh untuk mengalami dunia. Dalam salah satu surat-Nya (Al-Mulk), Tuhan menyatakan
bahwa kehidupan dunia adalah untuk menguji manusia, menguji mana yang berbuat baik dan
mana yang tidak. Tepatnya, menguji pilihan kita, apakah kita memilih pilihan untuk berbuat
baik atau sebaliknya. Dunia adalah ujian keimanan. Dunia bukanlah habitat asli manusia.
Dunia bukanlah “final destination”, bukan tujuan akhir.


“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu
yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. 67:1-2)
Sesungguhnya manusia berasal dari Tuhan dan sesungguhnya kepada Tuhan akan kembali.

SEMUA SELAIN TUHAN HANYALAH PENAMPAKAN
Bagaimana dengan akhirat itu sendiri, apakah juga penampakan? Prinsipnya adalah hanya
Tuhan yang Maha Ada, selain Dia sejatinya tidak benar-benar ada. Maksudnya, entitas selain
Tuhan sesungguhnya tidak benar-benar ada dalam arti hakikinya, alias hanya penampakan.
Dengan demikian, sebagai konsekuensi, alam akhirat juga hanyalah penampakan.
Perumpamaan pergantian penampakan alam dunia dengan penampakan alam akhirat, bagi
Tuhan, itu akan sama mudahnya seperti misalnya ketika anda mengganti satu saluran TV ke
saluran TV yang lain. Jika kepada Ruh bisa ditampakkan dunia dan mengalaminya, maka
kepada Ruh juga bisa ditampakkan akhirat dan mengalaminya. Dengan mengubah
‘salurannya’, penampakan alam dunia dengan mudah menjadi penampakan alam akhirat.
Sampai titik ini, yang perlu dipahami adalah, bahwa hanya karena alam akhirat sebuah
penampakan bukan berarti di alam akhirat seseorang tidak akan merasakan sensasi apa-apa.
Di alam dunia saja, meskipun saat ini anda sudah menyadari bahwa dunia hanyalah
penampakan, anda akan tetap bisa merasakan sensasi di pipi anda ketika tangan seseorang
menampar pipi anda. Meskipun saat ini anda sudah menyadari bahwa dunia hanyalah

penampakan, bukan berarti anda terbebas dari rasa sakit saat jatuh dari tempat tinggi. Setiap
penampakan sebuah alam akan dilengkapi dengan hukum-hukum alam yang ada di dalamnya.
Hanya karena anda menyadari fakta penampakan ini, bukan berarti anda terbebas dari hukum
gravitasi yang berlaku di alam dunia ini. Tamparan tangan seseorang tetap akan bisa anda
rasakan sakitnya di pipi anda. Meskipun anda menyadari bahwa darah hanya penampakan,
rasa sakit saat darah itu keluar dari tubuh anda tetap anda rasakan sensasinya. Bagaimana
dengan dahsyatnya siksa di alam neraka dan kenikmatan di alam surga? Tentu saja semua
sensasi tetap akan bisa anda rasakan. Konsekuensi dari penampakan ini adalah anda akan
dibikinkan indera khusus untuk mengalami dampak alam akhirat. Meskipun anda tahu semua
adalah penampakan, jangan berani-berani punya cita-cita ingin merasakan pengalaman
neraka. Adzab di sana akan sama ”nyata”-nya dengan misalnya ketika anda tiba-tiba
kesetrum sengatan listrik bertegangan tinggi.

LA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAH
Tipuan terbesar dari dunia penampakan ini adalah mitos tentang daya dan kekuatan. Nyaris
seluruh manusia meyakini bahwa mereka merasa memiliki daya dan kekuatan untuk
melakukan sebuah perbuatan. Sesungguhnya, manusia sebagai materi tidak memiliki sebenarbenar daya dan kekuatan untuk melakukan apapun.
Bahkan untuk menggerakkan satu jari pun manusia sebenarnya tak bisa. Selama ini kita
berpikir bahwa semua gerakan kita adalah kita sendiri yang menciptakan. Anda akan
menyangkal jika diberi tahu bahwa semua aspek peristiwa di dunia ini sebenarnya sudah

DISEDIAKAN untuk anda pilih. Tuhanlah yang menyediakan alternatif pilihan tersebut, dan
anda hanyalah memilih. Bukan anda yang menciptakannya. Ketika anda menggerakkan leher
anda, sebenarnya anda MEMILIH untuk menggerakkannya, tetapi gerakan itu bukan anda
yang menciptakan. Tuhan MENYEDIAKAN alternatif gerakan itu untuk anda. Semua
gerakan, ucapan, tindakan anda hanyalah sebatas pilihan-pilihan anda, tetapi anda sendiri tak
punya daya dan kuasa untuk menciptakannya.

Jika anda susah menerima realitas ini, dan anda pasti bukan satu-satunya di dunia ini, maka
perhatikanlah padanan realitas ini yang mirip dengan ketika anda main game di PS atau di
internet. Pada saat anda main game, sesungguhnya semua gerakan tokoh game yang anda
mainkan sudah DISEDIAKAN oleh sang programmer game tersebut. Dalam game tersebut,
peran anda hanyalah MEMILIH gerakannya, memilih salah satu alternatif gerakan yang telah
tersedia sebelumnya, anda memilih menendang, memilih melompat, memilih berlari, ataupun
memilih menggerakkan leher anda. Mustahil anda memilih gerakan di arena game tersebut
yang gerakan itu sendiri tidak disediakan alternatifnya oleh sang progammer game. Sebuah
gerakan di dalam game hanya bisa terjadi dalam dua syarat, yaitu gerakan itu sudah tersedia
dalam programnya, dan gerakan itu dipilih oleh pemain gamenya.
“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu."(QS. 37:96)
Sebagai umat islam, saat kita mendengar seruan adzan, "Hayya ala Sholah” (Ayolah Sholat),
maka kita akan menjawab: ”La Haula Wala Quwwata Illa Billah” (Tak ada daya dan tak ada

kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Alasan redaksi jawaban itu adalah karena bukan
kita yang PUNYA gerakannya. Allah-lah yang memiliki daya dan kekuatan.

MANUSIA BUKAN WAYANG TANPA PILIHAN
Di dalam setiap pilihan yang tersedia, kita berperan dalam memilih. Di setiap pilihan kita,
ada niat kita dalam memilihnya, dan itulah peran kita, atau “kehendak” kita. Peran manusia
berada di dalam niatnya saat memilih setiap pilihan yang tersedia. Setiap perbuatan dinilai
bergantung pada niatnya. Karena setiap manusia bisa memilih, maka Tuhan tidak bisa
dituntut atas kejahatan yang telah dipilih oleh manusia oleh manusia itu sendiri melalui niat
sang manusia tersebut.
“maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” (QS. 91:8 )

SEGALA PUJI HANYA UNTUK ALLAH
Pada titik ini, kita perlu bersyukur apabila kita masih diberi kesempatan untuk dipertemukan
dengan berbagai pilihan yang baik-baik. Kita perlu bersyukur apabila kita masih dilimpahi
daya dan kemampuan oleh Tuhan untuk bisa memilih pilihan yang baik di antara banyak
pilihan. Pujian hanyalah untuk Allah dikarenakan Dialah yang menciptakan semua pilihan itu
untuk kita pilih. Dan setelah kita menyelesaikan perbuatan baik itu, maka berharaplah untuk
mendapatkan ridho-Nya. Sesungguhnya yang menyelamatkan kita kelak bukanlah amal dan
perbuatan kita melainkan ridho Allah atas pilihan perbuatan kita.

Pada titik ini, ketika seseorang telah melakukan perbuatan baik, maka tidaklah layak dia
berpikir bahwa dengan perbuatan baiknya itu dia telah merasa pantas untuk mendapatkan
pahala dari Tuhan. Karena perbuatan itu adalah Tuhan yang menciptakan. Pahala dari Tuhan
adalah bentuk kemurahan Tuhan atas niat kita atau atas pilihan yang kita pilih, bukan lantaran
karena perbuatan kita itu sendiri, sebab sejatinya kita tak punya daya untuk menciptakan
perbuatan itu, melainkan kita hanya bisa memilih gerakan itu setelah kita diberi kekuatan
Tuhan untuk memilihnya. Manusia, tubuhnya, bahkan gerakan tubuhnya; hanyalah
penampakan.
Itulah kenapa sifat Riya’ (membanggakan amal perbuatan) adalah perbuatan yang sangat
dibenci oleh Tuhan. Sampai-sampai, pada tingkat tertentu, sifat ini bisa menjatuhkan
seseorang dalam jurang kesyirikan. Karena yang patut bangga atas perbuatan itu adalah Sang
Pencipta perbuatan yaitu Allah. Kepada Allah-lah kembalinya segala pujian. Segala puji
hanyalah untuk Allah.
“Segala puji bagi (hanya untuk) Allah, Tuhan semesta alam.” (QS.1:2)

Allahu a'lam