Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Seha
MAKALAH
“MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT”
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah aspek hukum pebankan syariah
Dosen Pengampu :
Dr.Rosdalina, S.Ag.M.Hum
Di susun oleh kelompok 14
Dudung Heryana (15.4.2.031)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO
FAKULTAS EKONOMI SYARIAH DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
MANADO TAHUN 2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, banyak dari kita yang tidak paham betul dengan praktik
monopoli yang sebenarnya. Kata monopoli sering kali diperdebatkan sebagai
pasar yang tidak sehat. Alasan yang paling tepat ialah kajian dari para ekonom
islam yang menganggap bahwa pasar monopoli merupakan praktik pasar yang
menguntungkan sepihak. Namun pada praktiknya monopoli kadang terjadi
karena disebabkan oleh tidak adanya pesaing dari perusahaan lain yang
menyediakan jasa atau produk yang sama, bahkan ada beberapa perusahaan
monopoli yang dipegang oleh Negara sendiri. Perusahaan monopoli mampu
menetapkan outputnya dalam jumlah yang dibawah titik keseimbangan
sehingga permintaan menjadi sangat tinggi dan perusahaan memperoleh
kelebihan keuntungan dengan menetapkan harga yang jauh diatas kurva
persediaan dan dibawah harga keseimbangan.1
Untuk mengetahui apa itu pasar monopoli, perjanjian apa saja yang
dilarang, mengapa terjadinya pasar monopoli bahkan sampai kegiatan apa saja
yang dilakukan oleh pasar monopoli dan sebagainya, maka semuanya akan
dibahas dalam makalah ini, dengan pembahasan yang ada dalam makalah ini
diharapkan agar kita dapat mengetahui dan lebih paham lagi mengenai pasar
monopoli. Kita juga dapat mengetahui sistem pasar monopoli dinegara kita
sendiri.
1 Budi Untung, Hukum dan Etika Bisnis, (Yogyakarta: CV. Andi, 2012) Hal. 82
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian monopoli dan persaingan usaha tidak sehat?
2. Apa asas dan tujuan?
3. Apa kegiatan yang dilarang?
4. Apa perjanjian yang dilarang?
5. Apa saja hal-hal yang dikecualikan dalam UU Monopoli?
6. Apa tugas dan wewenang Komisi Pengawas Persaingan Usaha?
7. Apa Sanksi monopoli?
BAB II
3
PEMBAHASAN
A. Pengertian Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
Pasar monopoli dari Bahasa Yunani: monos, satu + polein, menjual.
Pasar monopoli adalah pasar dimana hanya ada satu penjual dan penjual lain
tidak bisa masuk. Penjual di pasar monopoli dengan demikian mampu
mengendalikan harga atas barang-barang yang tersedia.2
Sebagai penentu harga (price-maker), seorang monopolis dapat
menaikan atau mengurangi harga dengan cara menentukan jumlah barang
yang akan diproduksi, semakin sedikit barang yang diproduksi, semakin
mahal harga barang tersebut, begitu pula sebaliknya. Walaupun demikian,
penjual juga memiliki suatu keterbatasan dalam penetapan harga. Apabila
penetapan harga terlalu mahal, maka orang akan menunda pembelian atau
berusaha mencari atau membuat barang subtitusi (pengganti) produk tersebut
atau lebih buruk lagi mencarinya di pasar gelap (black market).3
Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha
dalam menjalankan kegiatan produksi pemasaran barang dan jasa yang
dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum dan menghambat
persaingan usaha.4 Salah satu kegiatan yang dilarang salah satunya yaitu
monopoli karena pada prakteknya monopoli melakukan penguasaan atas
produksi dan pemasaran atas barang dan jasa yang dapat mengakibatkan
persaingan usaha tidak sehat.
Adapun Ciri-ciri pasar monopoli adalah sebagai berikut5:
1. Dalam industri hanya terdapat sebuah perusahaan
2. Produk yang dihasilkan tidak memiliki pengganti yang sempurna
3. Perusahaan baru sulit memasuki industri
2 Budi Untung, Hukum dan Etika Bisnis, (Yogyakarta: CV. Andi, 2012) Hal. 82
3 https://id.wikipedia.org/wiki/Pasar_monopoli di unduh pada hari Minggu, 26 November
2017 Pukul 09.20
4 http://www.gresnews.com/berita/tips/80146-persaingan-usaha-tidak-sehat/0/ di unduh pada
hari Minggu, 26 November 2017 Pukul 09.40
5 https://www.scribd.com/doc/24697819/Definisi-pasar-monopoli di unduh pada hari Selasa,
19 Desember 2017 pada pukul 18.30
4
4.
5.
Perusahaan memiliki kemampuan menentukan harga (pricemaker)
Promosi iklan kurang diperlukan
Praktik monopoli mengakibatkan ketidak setabilan ekonomi secara
nasional, yang merugikan kepentingan masyarakat dan Negara yang pada
demikian pada tanggal 5 Maret 1999 Pemerintah dan DPR Republik
Indonesia telah memberikan Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha yang Tidak Sehat.
Akan tetapi peraturan yang telah diundangkan tersebut berjalan lambat
dan baru berlaku efektif pada satu tahun kemudian atau tanggal 5 September
2000.6
Monopoli
dapat
terjadi
dalam
suatu
sistem
ekonomi.
Sistem
perekonomian kapitalisme dan liberalisme, dengan adanya instrumen
mengakibatkan kebebasan dalam perdagangan, berdasarkan keluar masuk
tanpa restriksi, serta informasi dalam pasar yang akomistik monopolistik
yang telah melahirkan monopoli sebagai anak kandungnya. Adanya
persaingan tersebut mengakibatkan lahirnya perusahaan-perusahaan yang
secara naluriah dan mengalahkan pesaing-pesaingnya yang demikian
ini
mengakibatkan monopolis sebagai seseorang atau sekelompok orang yang
paling besar, paling hebat, paling kuat serta paling kaya.7
Persaingan usaha yang tidak terkendali akan menumbuhkan terjadinya
praktek monopoli sebagai suatu sistem yang berlawanan dengan prinsipprinsip persaingan usaha itu sendiri. Eksistensi monopoli dalam suatu kegiatan
ekonomi dapat terjadi dalam berbagai jenis, ada yang merugikan dan ada yang
menguntungkan perekonomian masyarakatnya. Oleh karena itu, pengertian
masing-masing jenis monopoli perlu dijelaskan untuk membedakan mana
6 Yani Ahmad & Wijaya Gunawan, Seri Hukum dan Bisnis: Anti Monopoli, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2000) hal 2
7 Suherman, Ade Maman, Aspek Hukum dalam Ekonomi Global, (Bogor: Ghalia, 2005)
hal87
5
monopoli yang dilarang karena merugikan masyarakat dan mana yang
memberikan kontribusi positif bagi kesejahteran masyarakat.8
Oleh karena itu ada beberapa bentuk monopoli:
1. Monopoli terjadi sebagai akibat dari superior skil, yang salah satunya
dapat terwujud dari pemberian hak paten secara ekslusif oleh negara.
2. Monopoli terjadi karena amanah Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945 pasal 33 menghendaki negara untuk menguasai
bumi dan air berikut kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, serta
cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak yang
termaktub dalam pasal 51 UU nomor tahun 1999.
3. Monopoli karena historical accident dikatakan demikian, monopoli terjadi
secara alamiah, tidak sengaja dan berlangsung karena proses alamiah.9
Persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan aktifitas baik produksi
maupun pemasaran atau penjualan barang dan jasa yang dilakukan dengan
cara mengabaikan nilai-nilai kejujuran, melawan hukum dan penetapan harga
dengan cara yang dzalim, ini merupakan bagian gejala pasar yang tidak sehat.
Pasar yang sempurna adalah produsen maupun konsumen mempunyai
pengetahuan yang mapan terhadap harga dari berbagai aspek antara lain
utilitas, kualitas, dan metode produksi dari barang yang ada di pasar tersebut.
Dalam praktiknya pasar monopoli juga memiliki kelebihan dan
kekurangannya:10
1. Kelebihan pasar persaingan monopolistik:
a. Banyaknya produsen di pasar memberikan
keuntungan
bagi
konsumenuntuk dapat memilih produk yang terbaik baginya.
b. Kebebasan keluar masuk bagi produsen, mendorong produsen untuk
selalu melakukan ino,asi dalam menghasilkan produknya.
8 Johnny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha Filosofi, Teorodan Implikasi penerapannya di
Indonesia, (Bayumedia: Malang, 2009) hal. 40
9 Ibid, hal. 40
10 https://www.academia.edu/18926249/Pasar_Monopolistik?auto=download di unduh pada
hari Selasa, 19 Desember 2017 pada pukul 08.35
6
c. Diferensiasi produk mendorong konsumen untuk selekti' dalam
menentukan produk yang akan dibelinya dan dapat membuat
konsumen loyal terhadap produk yang dipilihnya.
d. Pasar ini relatif mudah dijumpai oleh konsumen, karena sebagian besar
kebutuhan sehari-hari tersedia dalam pasar monopolistik.
2. Kekurangan pasar monopolistik:
a. Pasar monopolistik memiliki tingkat persaingan yang tinggi, baik dari
segiharga, kualitas maupun pelayanan. Sehingga produsen yang tidak
memiliki modal dan pengalaman yang cukup akan cepat keluar dari
pasar.
b. Dibutuhkan modal yang cukup besar untuk masuk ke dalam pasar
monopolistk karena pemain pasar di dalamnya memiliki skala
ekonomis yang cukup tinggi.
c. Pasar ini mendorong produsen untuk selalu berinovasi, sehingga akan
meningkatkan biaya produksi yang akan berimbas pada harga
produkyang harus dibayar oleh konsumen.
B. Asas dan Tujuan11
1. Asas
Dalam melakukan kegiatan usaha di Indonesia, pelaku usaha harus
berasaskan demokrasi ekonomi dalam menjalankan kegiatan usahanya
dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan
kepentingan umum.
2. Tujuan
Tujuan yang terkandung di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999, adalah sebagai berikut:
11 Elsi Kartika Sari dan Advendi Simangunsong, Hukum Dalam Ekonomi, (Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2007) hal 172
7
a. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi
nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat.
b. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan
usaha yang sehat, sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan
berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah,
dan pelaku usaha kecil.
c. Mencegah praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha.
d. Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.
C. Kegiatan yang Dilarang
Lahirnya Undang-Undang
Nomor
05
Tahun
1999
tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat, tidak
terlepas
dari
tekanan International Monetery Fund, kepada pemerintah
Indonesia agar pemerintah Indonesia segera memberantas praktek-praktek
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yang terjadi
Dengan cara segera
memberlakukan
di
Indonesia.
undang-undang yang mengatur hal
tersebut. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat, mengacu pada Sherman Act,
karena ketentuan Amerika Serikat ini oleh dunia internasional dianggap
sebagai pelopor praktek usaha yang sehat (fair
competition), sehingga
banyak negara yang mengadopsi ketentuan dari Sherman Anti Trust Act.12
Tujuan utama dari pembentukan UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat, yaitu:13
12 Elyta R. Ginting, Hukum Anti Monopoli Indonesia (Analisis & Perbandingan UU No. 5
Tahun 1999), (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001) hal.23
13 Lihat Pasal 3 UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha tidak Sehat
8
1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan
usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan
berusaha yang sama bagi pelaku usaha kecil.
3. Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
yang ditimbulkan oleh pelaku usaha, dan
4. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.
Tujuan tersebut dicapai dengan memberikan ketentuan mengenai
larangan terhadap beberapa hal yang dilakukan oleh para pelaku usaha.
Larangan yang ditentukan oleh undang- undang tersebut ialah mengenai
hal-hal sebagai berikut:
1. Larangan mengadakan perjanjian dengan pelaku usaha lain yang dapat
mengakibatkan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat.14
2. Larangan melakukan kegiatan-kegiatan tertentu yang dapat mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan tidak sehat.15
Sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 05 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat, bahwa
yang merupakan perjanjian yang dilarang adalah:16
1. Perjanjian-perjanjian tertentu yang berdampak tidak baik untuk persaingan
pasar, yang terdiri dari:
14 Lihat ketentuan Pasal 4 sampai dengan Pasal 16 UU No. 5/1999 Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat
15 Lihat ketentuan Pasal 17 sampai dengan Pasal 29 UU No. 5/1999 Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat
16 Akumulasi ketentuan UU No.5/1999 dan Chatamarrasjid, “UU Larangan Praktik
Monopoli (Magna Charta bagi kebebasan berusaha)”, Jurnal Hukum Bisnis, Vol.7, (Jakarta:Yayasan
Pengembangan Hukum Bisnis, 1999) Hal.43
9
a. Oligopoli
b. Penetapan harga
c. Pembagian wilayah
d. Pemboikotan
e. Kartel
f. Trust
g. Oligopsoni
h. Integrasi vertical
i. Perjanjian tertutup
j. Perjanjian dengan pihak luar negeri.
2. Kegiatan-kegiatan tertentu yang berdampak tidak baik untuk persaingan
pasar yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Monopoli
b. Monopsoni
c. Penguasaan pasar
d. Persekongkolan
e. Posisi dominan, yang meliputi:
1.) Pencegahan konsumen untuk memperoleh barang atau jasa yang
bersaing
2.) Pembatasan pasar dan pengembangan teknologi
3.) Menghambat pesaing untuk bisa masuk pasar
4.) Jabatan rangkap
5.) Pemilikan saham
6.) Merger, akuisisi, konsolidasi.
Kegiatan yang dilarang dan perjanjian yang dilarang pernah diperiksa
dan diselesaikan melalui Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yakni
diantara beberapa operator (Telkomsel, XL, Mobile-8, Telkom, Bakrie). 17
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) membuktikan dan meyakinkan
17 http/www/jawapos/Jawa di unduh pada hari Selasa, 19 Desember 2017 pada pukul 09.45
10
bahwasannya ada tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh beberapa
operator tentang adanya perjanjian yang mengakibatkan terjadinya kartel
SMS dan ini masuk dalam kategori UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat.
D. Perjanjian yang Dilarang
Pengertian perjanjian ditentukan dalam Pasal 1 Huruf g UU
Persaingan Usaha yang menentukan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan
satu atau lebih pelaku usaha untuk mengikatkan diri terhadap satu atau
lebih pelaku usaha lain dengan nama apapun, baik tertulis maupun tidak
tertulis. Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka dapat disimpulkan
melalui unsur-unsur perjanjian yang diatur dalam UU Persaingan Usaha
meliputi:
1. Adanya karena suatu perbuatan
2. Adanya pelaku usaha sebagai pihak dalam perjanjian
3. Berbentuk tertulis atau tidak tertulis.
Perjanjian dalam teori persaingan usaha adalah upaya dua pelaku
usaha atau lebih dalam konteks strategi pasar, maka esensi perjanjian adalah
saling bersepakatnya antar pesaing tentang tingkah laku pasar mereka, baik
seluruhnya ataupun menyepakati tingkah laku bagian tertentu
dari
keseluruhan tingkah laku pasar.18 Akibatnya pelaku usaha tidak lagi tampil
terpisah dan tidak lagi mandiri di pasar. Setiap perjanjian mensyaratkan
minimal dua pihak yang saling bersepakat tentang prilaku di pasar. Latar
belakang kesepakatan tidak diutamakan untuk diperhatikan, karena perjanjian
dalam persaingan usaha hanya didasarkan pada pandangan ekonomi untuk
menyamakan
harga
dan
mengikuti
pola
pesaing
lainya,
sehingga
perjanjian juga dapat terjalin tanpa memperhatikan apakah pihak yang
18 Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha
Indonesia), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet-2, 2012) hal. 86
11
(teori
dan
praktiknya
di
menjalin perjanjian melakukanya
dengan sukarela atau tidak. Hal tersebut
yang membedakan perjanjian dalam pengertian Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUHPdt) dan dengan perjanjian dalam hukum Persaingan
Usaha. Hal pokok dari perjanjian dalam hukum anti monopoli adalah
ikatan. Pihak yang terikat perjanjian tidak harus melibatkan semua pihak, jika
hanya satu pihak yang terikat juga sudah cukup. UU Persaingan Usaha
mengatur bentuk-bentuk perjanjian yang dilarang, yaitu:19
1. Oligopoli keadaan pasar dengan produsen dan pembeli barang hanya
berjumlah sedikit,sehingga mereka atau seseorang dari mereka dapat
mempengaruhi harga pasar.20 Diatur dalam Pasal 4 Ayat (1) dan (2)
2. Penetapan harga, perjanjian pelaku usaha untuk bersama menentukan
harga suatu barang/jasa di pasar untuk keuntungan pelaku usaha. Pasal 5
Ayat (1).
3. Pembagian
Wilayah, perjanjian
pelaku
usaha
untuk
bersama
membagi wilayah/alokasi terhadap barang dan atau jasa sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat. Pasal 9
4. Pemboikotan, perjanjian pelaku usaha untuk bersama menghalangi pelaku
usaha lain untuk melakukan usaha yang sama, baik untuk tujuan pasar
dalam negeri maupun pasar luar negeri. Pasal 10 Ayat (1) dan Ayat (2)
5. Kartel, perjanjian pelaku usaha untuk bersama mempengaruhi harga
dengan mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa,
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat. Pasal 11 f.
19 Feardinan Zulkarnain, 2016, Pelanggaran Perjanjian Yang Dilarang Oleh Hukum
Persaingan Usaha Dalam Pemasaran Ban Di Indonesia(Studi Putusan Kppu Nomor 08/Kppu-I/2014)
http://digilib.unila.ac.id/24948/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf
20 Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Anti Monopoli, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2006) hal.53
12
6. Trust adalah perjanjian pelaku usaha untuk bersama melakukan kerja
sama dengan membentuk gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih
besar, dengan tetap menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup
masing-masing perusahaan atau perseroan anggotanya, yang bertujuan
untuk mengontrol produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa,
diatur dalam Pasal 12
7. Oligopsoni diatur pada Pasal 14
8. Perjanjian tertutup, Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima
barang dan atau jasa hanya akan memasok atau tidak memasok kembali
barang dan atau jasa tersebut kepada pihak tertentu dan atau pada
tempat tertentu. Pasal 15 Ayat (1) sampai (3)
9. Perjanjian dengan pihak luar negeri, Pelaku usaha dilarang
membuat
perjanjian dengan pihak lain di luar negeri yang memuat ketentuan yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat. Pasal 16 UU Persaingan Usaha.
E. Hal-hal yang dikecualikan dalam UU Monopoli
Di dalam Undang-Undang Anti Monopoli Nomor 5 Tahun
1999,terdapat hal-hal yang dikecualikan, yaitu:21
1. Pasal 50
a. perbuatan dan atau perjanjian yang bertujuan melaksanakan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. perjanjian yang berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual seperti
lisensi, paten, merek dagang, hak cipta, desain produk industri,
rangkaian elektronik terpadu, dan rahasia dagang, serta perjanjian yang
berkaitan dengan waralaba.
21 Elsi Kartika Sari dan Advendi Simangunsong, Hukum Dalam Ekonomi, (Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2007) hal 180
13
c. perjanjian penetapan standar teknis produk barang dan atau jasa yang
tidak mengekang dan atau menghalangi persaingan.
d. perjanjian dalam rangka keagenan yang isinya tidak memuat ketentuan
untuk memasok kembali barang dan atau jasa dengan harga yang lebih
rendah daripada harga yang telah diperjanjikan.
e. perjanjian kerja sama penelitian untuk peningkatan atau perbaikan
standar hidup masyarakat luas
f. perjanjian internasional yang telah diratifikasi oleh Pemerintah
Republik Indonesia.
g. perjanjian dan atau perbuatan yang bertujuan untuk ekspor yang tidak
mengganggu kebutuhan dan atau pasokan pasar dalam negeri
h. pelaku usaha yang tergolong dalam usaha kecil.
i. kegiatan usaha koperasi yang secara khusus bertujuan untuk melayani
anggotanya.
2. Pasal 51
Monopoli dan atau pemusatan kegiatan yang berkaitan dengan
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang menguasai hajat
hidup orang banyak serta cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara diatur dengan undang-undang dan diselenggarakan oleh Badan
Usaha Milik Negara dan atau badan atau lembaga yang dibentuk atau
ditunjuk oleh Pemerintah.22
F. Komisi Pengawas
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) adalah sebuah lembaga
independen di Indonesia yang dibentuk untuk memenuhi amanat UndangUndang no. 5 tahun 1999 tentang larangan praktik monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat.23
22 Elsi Kartika Sari dan Advendi Simangunsong, Hukum Dalam Ekonomi, (Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2007) hal 180
23http://kumpulan-jurnal-dunia-q.andrafarm.com/id1/2906-2783/Komisi-PengawasPersaingan-Usaha_23999_malang_kumpulan-jurnal-dunia-q-andrafarm.html di unduh pada hari
Selasa, 19 Desember 2017 pada pukul 19.30
14
Undang-undang No 5 Tahun 1999 menjelaskan bahwa tugas dan
wewenang Komisi Pengawas Persaingan Usaha adalah sebagai berikut:24
1. Tugas
a. Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
b. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku
usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat
c. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan
posisi dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
d. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenangnya
e. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap komisi kebijakan
pemerintahan yang berkaitan dengan praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat
f. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan undangundang ini
g. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi kepada
Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat.
2. Wewenang25
a. Menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang
dugaan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat.
b. Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau
tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
c. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
24 http://www.kppu.go.id/id/tentang-kppu/tugas-dan-wewenang/ di unduh pada hari Selasa,
19 Desember 2017 pada pukul 20.05
25 http://www.kppu.go.id/id/tentang-kppu/tugas-dan-wewenang/ di unduh pada hari Selasa,
19 Desember 2017 pada pukul 20.10
15
dilaporkan oleh masyarakat atau oleh pelaku usaha atau yang
ditemukan oleh komisi sebagai hasil penelitiannya
d. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada
atau tidak adanya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat
e. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan undang-undang ini
f. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang
dianggap mengetahuipelanggaran terhadap ketentuan undang-undang
ini
g. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi,
saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud huruf e dan huruf
f, yang tidak bersedia memenuhi panggilan komisi
h. Meminta keterangan dari instansi pemerintah dalam kaitannya dengan
penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang
melanggar ketentuan undang-undang ini
i. Mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen, atau alat
bukti lain guna penyelidikan dan atau pemeriksaan
j. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak
pelaku usaha lain atau masyarakat
k. Memberitahukan putusan komisi kepada pelaku usaha yang diduga
melakukan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
l. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku
usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini.
3. Visi Dan Misi KPPU
Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya memerlukan adanya arah pandang yang jelas, sehingga apa
yang menjadi tujuannya dapat dirumuskan dengan seksama dan
pencapaiannya dapat direncanakan dengan tepat dan terinci. Adapun arah
16
pandang KPPU tersebut kemudian dirumuskan dalam suatu visi dan misi
KPPU sebagai berikut:26
a. Visi KPPU
Visi KPPU sebagai lembaga independen yang mengemban
amanat UU No. 5 Tahun 1999 adalah: “Terwujud Ekonomi Nasional
yang Efisien dan Berkeadilan untuk Kesejahteraan Rakyat”.
b. Misi KPPU
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka dirumuskan
misi KPPU sebagai berikut:27
1.) Pencegahan dan Penindakan
2.) Internalisasi Nilai-nilai Persaingan Usaha
3.) Penguatan Kelembagaan
4. Nilai – Nilai Dasar28
a. Profesional
Profesional adalah sikap pegawai yang bekerja sesuai dengan
standar moral dan etika yang ditentukan oleh pekerjaan tersebut.
Implementasi nilai dasar adalah dengan membangun nilai-nilai
profesionalisme dengan menerapkan asas kehati-hatian,kecermatan
dan ketelitian, berdasarkan kepada standar moral dan etika yang
berlaku.
b. Independen
Independen adalah posisi yang mandiri dan bebas dari sikap
intervensi atau tekanan dari pihak lain. Implementasi nilai dasar adalah
dengan
menjunjung
tinggi
independensi
secara
kelembagaan,
organisasi, maupun individu, yang berkaitan dengan tugas dan
26 http://www.kppu.go.id/id/tentang-kppu/visi-dan-misi/ di unduh pada hari Selasa, 19
Desember 2017 pada pukul 20.15
27 http://www.kppu.go.id/id/tentang-kppu/visi-dan-misi/ di unduh pada hari Selasa, 19
Desember 2017 pada pukul 20.16
28 http://www.kppu.go.id/id/tentang-kppu/visi-dan-misi/ di unduh pada hari Selasa, 19
Desember 2017 pada pukul 20.18
17
tanggungjawab sesuai dengan amanah Undang-undang Nomor 5
Tahun 1999.
c. Kredibel
Kredibel adalah kualitas, kemampuan Pegawai atau KPPU
untuk dapat menimbulkan kepercayaan dari pemangku kepentingan.
d. Transparan
Transparan adalah prinsip keterbukaan dalam mekanisme kerja
KPPU untuk menjalankan tugas dan wewenangnya. Implementasi nilai
dasar adalah dengan menerapkan keterbukaan, obyektif, tegas dan
menjunjung tinggi nilai keadilan dalam setiap keputusan sesuai dengan
amanah Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.
e. Bertanggungjawab
Bertanggungjawab adalah kesadaran untuk menanggung akibat
yang ditimbulkan. Nilai dasar tersebut diimplementasikan dalam
menjalankan tugas dan tanggungjawab yang diemban oleh setiap
penyelenggara kegiatan di KPPU dengan selalu memegang teguh pada
peraturan dan ketentuan yang berlaku, sehingga dapat dipertanggung
jawabkan kepada pemangku kepentingan.
G. Sanksi
Pasal 36 Undang- Undang No 5 Tahun 1999 mengatur tentang
kewenangan KPPU mulai dari menerima laporan dari masyarakat atau pelaku
usaha tentang dugaan pelanggaran undang-undang hingga menjatuhkan
sanksi administratif bagi pelanggar ketentuan undang-undang.29
Secara rinci mengenai kewenangan KPPU diatur di dalam Pasal
36 Undang-Undang No 5 Tahun 1999 adalah sebagai berikut:30
29 Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002) hal. 94
30 I Ketut Karmi Nurjaya, Peranan KPPU dalam Menegakkan Undang-Undang No.5 Tahun
1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,
http://fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/fileku/dokumen/JDHvol92009/VOL9J2009%20I%20KETUT
%20KARMI%20NURJAYA.pdf
18
1. meminta keterangan dari instansi Pemerintah dalam kaitannya dengan
penyelidikan dan/atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang
melanggar ketentuan undang-undang ini.
2. menerima laporan dari masyarakat dan atau pelaku usaha tentang
dugaan terjadinya praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat.
3. melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan
atau tidakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha yang tidak sehat.
4. melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus
dugaan praktek monopoli dan atau persaingan usaha yang tidak
sehat yang dilaporkan oleh masyarakat atau pelaku
usaha
atau
yang ditemukan oleh KPPU sebagai hasil dari penelitiannya.
5. Menyimpulkan hasil penyelidikan ada atau tidaknya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha yang tidak sehat.
6. memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran
tehadap ketentuan undang-undang ini.
7. memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang
yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap ketentuan undangundang ini.
8. meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan, pelaku usaha, saksi,
saksi ahli,
9. mendapatkan, meneliti dan atau menilai surat dokumen atau alat
bukti lain guna penyelidikan dan atau pemeriksaan.
19
10. memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak
pelaku usaha lain atau masyarakat
11. memberitahukan putusan Komisi kepada pelaku usaha yang diduga
melakukan praktek monopoli dan atau persaingan usaha yang tidak
sehat;
12. menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku
usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenang yang diberikan Undangundang No.5 Tahun 1999 terebut, dan sesuai dengan ketentuan pasal 35
huruf f, KPPU diberikan wewenang untuk menyusun Pedoman ataupun
publikasi yang berkaitan dengan Undang-undang No. 5 Tahun 1999. Atas
dasar
ketentuan
ini
KPPU diberi wewenang pula untuk membuat dan
menentukan hukum acara dalam proses penanganan perkara pelanggaran
terhadap Undang-Undang Anti monopoli tersebut. KPPU kemudian
menerbitkan Keputusan KPPU No. 05/Kep/IX/2000, Tentang Tatacara
Penyampaian Laporan dan Penanganan Dugaan Pelanggaran terhadap
Undang undang No. 5 Tahun 1999. Kemudian pada tanggal 18 April
Tahun 2006 KPPU menetapkan Peraturan Komisi Pengawas
Persangan
Usaha Nomor 1 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penanganan Perkara di Komisi
Pengawas Persaingan Usaha. Berdasarkan pasal 74 dari peraturan ini
keputusan Komisi Nomor 05/KPPU/ Kep/IX/2000 dinyatakan tidak berlaku
sejak anggal 18 Nopember 2006. Baik Keputusan KPPU No. 5 Tahun 2000
maupun Peraturan KPPU No.1 Tahun 2006 sebagai penggantinya adalah
merupakan
hukum
acara
dan juga
melaksanakan fungsi penyelidikan
dan
pedoman
bagi
KPPU untuk
pemeriksaan
sebagaimana
diamanatkan oleh ketentuan pasal 36 Undang-Undang Antimopoli.Sebagai
20
badan yang bertugas mengawasi pelaksanaan
Undang-Undang
Antimonopoli, KPPU berwenang mengadakan pemeriksaan dan penyelidikan
kepada pelaku usaha yang diduga melakukan praktik monopoli dan/atau
persaingan usaha yang tidak sehat.31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Monopoli adalah suatu situasi dalam pasar dimana hanya ada satu atau
segelintir perusahaan yang menjual produk atau komoditas tertentu yang tidak
punya pengganti yang mirip dan ada hambatan bagi perusahaan atau
pengusaha lain untuk masuk dalam bidan industri atau bisnis tersebut. Dengan
kata lain, pasar dikuasai oleh satu atau segelintir perusahaan, sementara pihak
lain sulit masuk didalamnya. Karena itu, hampir tidak ada persaingan berarti.
Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha
dalam menjalankan kegiatan produksi pemasaran barang dan jasa yang
dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum dan menghambat
persaingan usaha.
Asas dan Tujuan:
A. Asas
Dalam melakukan kegiatan usaha di Indonesia, pelaku usaha harus
berasaskan demokrasi ekonomi dalam menjalankan kegiatan usahanya
dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan
kepentingan umum.
B. Tujuan
31 I Ketut Karmi Nurjaya, Peranan KPPU dalam Menegakkan Undang-Undang No.5 Tahun
1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,
http://fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/fileku/dokumen/JDHvol92009/VOL9J2009%20I%20KETUT
%20KARMI%20NURJAYA.pdf
21
Tujuan yang terkandung di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999, adalah sebagai berikut:
1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi
nasional
sebagai
salah
satu
upaya
untuk
meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan
persaingan usaha yang sehat, sehingga menjamin adanya kepastian
kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku
usaha menengah, dan pelaku usaha kecil.
3. Mencegah praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
yang ditimbulkan oleh pelaku usaha.
4. Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 05 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat, tidak terlepas dari
tekanan International Monetery Fund, kepada pemerintah Indonesia agar
pemerintah Indonesia segera memberantas praktek-praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat yang terjadi di Indonesia.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka dapat disimpulkan
melalui unsur-unsur perjanjian yang diatur dalam UU Persaingan Usaha
meliputi:
a. Adanya karena suatu perbuatan
b. Adanya pelaku usaha sebagai pihak dalam perjanjian
c. Berbentuk tertulis atau tidak tertulis.
22
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Yani. Wijaya Gunawan. 2000. Seri Hukum dan Bisnis: Anti Monopoli.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Ginting, Elyta R. 2001. Hukum Anti Monopoli Indonesia (Analisis & Perbandingan
UU No. 5 Tahun 1999). Bandung: Citra Aditya Bakti
Ibrahim, Johnny. 2009. Hukum Persaingan Usaha Filosofi, teorodan Implikasi
penerapannya di Indonesia. Malang: Bayumedia
Maman, Suherman Ade. 2005. Aspek Hukum dalam Ekonomi Global. Bogor:
Ghalia
Rokan, Mustafa Kamal. 2012. Hukum Persaingan Usaha (Teori dan Praktiknya
Di Indonesia). Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sari, Elsi Kartika. Advendi Simangunsong. 2007. Hukum Dalam Ekonomi, Jakarta:
PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Siswanto, Arie. 2002. Hukum Persaingan Usaha. Bogor: Ghalia Indonesia
Untung, Budi. Hukum dan Etika Bisnis. 2012. Yogyakarta: CV. Andi
Yani, Ahmad. Gunawan Widjaja. 2006. Seri Hukum Bisnis Anti Monopoli, Jakarta:
Raja Grafindo Persada
23
Chatamarrasjid, UU Larangan Praktik Monopoli (Magna Charta bagi kebebasan
berusaha), Jurnal Hukum Bisnis, Vol.7, (Jakarta:Yayasan Pengembangan
Hukum Bisnis, 1999)
Feardinan, Zulkarnain. 2016, Pelanggaran Perjanjian Yang Dilarang Oleh Hukum
Persaingan Usaha Dalam Pemasaran Ban Di Indonesia(Studi Putusan Kppu
Nomor08/KppuI/2014)http://digilib.unila.ac.id/24948/3/SKRIPSI%20TANPA
%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf
I Ketut Karmi Nurjaya, Peranan KPPU dalam Menegakkan Undang-Undang No.5
Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak
Sehat,
http://fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/fileku/dokumen/JDHvol92009/VOL9J
2009%20I%20KETUT%20KARMI%20NURJAYA.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Pasar_monopoli
https://www.scribd.com/doc/24697819/Definisi-pasar-monopoli
http://www.kppu.go.id/id/tentang-kppu/tugas-dan-wewenang/
http://www.kppu.go.id/id/tentang-kppu/visi-dan-misi/
https://www.academia.edu/18926249/Pasar_Monopolistik?auto=download
http/www/jawapos/Jawa
http://www.gresnews.com/berita/tips/80146-persaingan-usaha-tidak-sehat/0/
http://kumpulan-jurnal-dunia-q.andrafarm.com/id1/2906-2783/Komisi-PengawasPersaingan-Usaha_23999_malang_kumpulan-jurnal-dunia-q-andrafarm.html
24
“MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT”
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah aspek hukum pebankan syariah
Dosen Pengampu :
Dr.Rosdalina, S.Ag.M.Hum
Di susun oleh kelompok 14
Dudung Heryana (15.4.2.031)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO
FAKULTAS EKONOMI SYARIAH DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
MANADO TAHUN 2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, banyak dari kita yang tidak paham betul dengan praktik
monopoli yang sebenarnya. Kata monopoli sering kali diperdebatkan sebagai
pasar yang tidak sehat. Alasan yang paling tepat ialah kajian dari para ekonom
islam yang menganggap bahwa pasar monopoli merupakan praktik pasar yang
menguntungkan sepihak. Namun pada praktiknya monopoli kadang terjadi
karena disebabkan oleh tidak adanya pesaing dari perusahaan lain yang
menyediakan jasa atau produk yang sama, bahkan ada beberapa perusahaan
monopoli yang dipegang oleh Negara sendiri. Perusahaan monopoli mampu
menetapkan outputnya dalam jumlah yang dibawah titik keseimbangan
sehingga permintaan menjadi sangat tinggi dan perusahaan memperoleh
kelebihan keuntungan dengan menetapkan harga yang jauh diatas kurva
persediaan dan dibawah harga keseimbangan.1
Untuk mengetahui apa itu pasar monopoli, perjanjian apa saja yang
dilarang, mengapa terjadinya pasar monopoli bahkan sampai kegiatan apa saja
yang dilakukan oleh pasar monopoli dan sebagainya, maka semuanya akan
dibahas dalam makalah ini, dengan pembahasan yang ada dalam makalah ini
diharapkan agar kita dapat mengetahui dan lebih paham lagi mengenai pasar
monopoli. Kita juga dapat mengetahui sistem pasar monopoli dinegara kita
sendiri.
1 Budi Untung, Hukum dan Etika Bisnis, (Yogyakarta: CV. Andi, 2012) Hal. 82
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian monopoli dan persaingan usaha tidak sehat?
2. Apa asas dan tujuan?
3. Apa kegiatan yang dilarang?
4. Apa perjanjian yang dilarang?
5. Apa saja hal-hal yang dikecualikan dalam UU Monopoli?
6. Apa tugas dan wewenang Komisi Pengawas Persaingan Usaha?
7. Apa Sanksi monopoli?
BAB II
3
PEMBAHASAN
A. Pengertian Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
Pasar monopoli dari Bahasa Yunani: monos, satu + polein, menjual.
Pasar monopoli adalah pasar dimana hanya ada satu penjual dan penjual lain
tidak bisa masuk. Penjual di pasar monopoli dengan demikian mampu
mengendalikan harga atas barang-barang yang tersedia.2
Sebagai penentu harga (price-maker), seorang monopolis dapat
menaikan atau mengurangi harga dengan cara menentukan jumlah barang
yang akan diproduksi, semakin sedikit barang yang diproduksi, semakin
mahal harga barang tersebut, begitu pula sebaliknya. Walaupun demikian,
penjual juga memiliki suatu keterbatasan dalam penetapan harga. Apabila
penetapan harga terlalu mahal, maka orang akan menunda pembelian atau
berusaha mencari atau membuat barang subtitusi (pengganti) produk tersebut
atau lebih buruk lagi mencarinya di pasar gelap (black market).3
Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha
dalam menjalankan kegiatan produksi pemasaran barang dan jasa yang
dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum dan menghambat
persaingan usaha.4 Salah satu kegiatan yang dilarang salah satunya yaitu
monopoli karena pada prakteknya monopoli melakukan penguasaan atas
produksi dan pemasaran atas barang dan jasa yang dapat mengakibatkan
persaingan usaha tidak sehat.
Adapun Ciri-ciri pasar monopoli adalah sebagai berikut5:
1. Dalam industri hanya terdapat sebuah perusahaan
2. Produk yang dihasilkan tidak memiliki pengganti yang sempurna
3. Perusahaan baru sulit memasuki industri
2 Budi Untung, Hukum dan Etika Bisnis, (Yogyakarta: CV. Andi, 2012) Hal. 82
3 https://id.wikipedia.org/wiki/Pasar_monopoli di unduh pada hari Minggu, 26 November
2017 Pukul 09.20
4 http://www.gresnews.com/berita/tips/80146-persaingan-usaha-tidak-sehat/0/ di unduh pada
hari Minggu, 26 November 2017 Pukul 09.40
5 https://www.scribd.com/doc/24697819/Definisi-pasar-monopoli di unduh pada hari Selasa,
19 Desember 2017 pada pukul 18.30
4
4.
5.
Perusahaan memiliki kemampuan menentukan harga (pricemaker)
Promosi iklan kurang diperlukan
Praktik monopoli mengakibatkan ketidak setabilan ekonomi secara
nasional, yang merugikan kepentingan masyarakat dan Negara yang pada
demikian pada tanggal 5 Maret 1999 Pemerintah dan DPR Republik
Indonesia telah memberikan Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha yang Tidak Sehat.
Akan tetapi peraturan yang telah diundangkan tersebut berjalan lambat
dan baru berlaku efektif pada satu tahun kemudian atau tanggal 5 September
2000.6
Monopoli
dapat
terjadi
dalam
suatu
sistem
ekonomi.
Sistem
perekonomian kapitalisme dan liberalisme, dengan adanya instrumen
mengakibatkan kebebasan dalam perdagangan, berdasarkan keluar masuk
tanpa restriksi, serta informasi dalam pasar yang akomistik monopolistik
yang telah melahirkan monopoli sebagai anak kandungnya. Adanya
persaingan tersebut mengakibatkan lahirnya perusahaan-perusahaan yang
secara naluriah dan mengalahkan pesaing-pesaingnya yang demikian
ini
mengakibatkan monopolis sebagai seseorang atau sekelompok orang yang
paling besar, paling hebat, paling kuat serta paling kaya.7
Persaingan usaha yang tidak terkendali akan menumbuhkan terjadinya
praktek monopoli sebagai suatu sistem yang berlawanan dengan prinsipprinsip persaingan usaha itu sendiri. Eksistensi monopoli dalam suatu kegiatan
ekonomi dapat terjadi dalam berbagai jenis, ada yang merugikan dan ada yang
menguntungkan perekonomian masyarakatnya. Oleh karena itu, pengertian
masing-masing jenis monopoli perlu dijelaskan untuk membedakan mana
6 Yani Ahmad & Wijaya Gunawan, Seri Hukum dan Bisnis: Anti Monopoli, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2000) hal 2
7 Suherman, Ade Maman, Aspek Hukum dalam Ekonomi Global, (Bogor: Ghalia, 2005)
hal87
5
monopoli yang dilarang karena merugikan masyarakat dan mana yang
memberikan kontribusi positif bagi kesejahteran masyarakat.8
Oleh karena itu ada beberapa bentuk monopoli:
1. Monopoli terjadi sebagai akibat dari superior skil, yang salah satunya
dapat terwujud dari pemberian hak paten secara ekslusif oleh negara.
2. Monopoli terjadi karena amanah Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945 pasal 33 menghendaki negara untuk menguasai
bumi dan air berikut kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, serta
cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak yang
termaktub dalam pasal 51 UU nomor tahun 1999.
3. Monopoli karena historical accident dikatakan demikian, monopoli terjadi
secara alamiah, tidak sengaja dan berlangsung karena proses alamiah.9
Persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan aktifitas baik produksi
maupun pemasaran atau penjualan barang dan jasa yang dilakukan dengan
cara mengabaikan nilai-nilai kejujuran, melawan hukum dan penetapan harga
dengan cara yang dzalim, ini merupakan bagian gejala pasar yang tidak sehat.
Pasar yang sempurna adalah produsen maupun konsumen mempunyai
pengetahuan yang mapan terhadap harga dari berbagai aspek antara lain
utilitas, kualitas, dan metode produksi dari barang yang ada di pasar tersebut.
Dalam praktiknya pasar monopoli juga memiliki kelebihan dan
kekurangannya:10
1. Kelebihan pasar persaingan monopolistik:
a. Banyaknya produsen di pasar memberikan
keuntungan
bagi
konsumenuntuk dapat memilih produk yang terbaik baginya.
b. Kebebasan keluar masuk bagi produsen, mendorong produsen untuk
selalu melakukan ino,asi dalam menghasilkan produknya.
8 Johnny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha Filosofi, Teorodan Implikasi penerapannya di
Indonesia, (Bayumedia: Malang, 2009) hal. 40
9 Ibid, hal. 40
10 https://www.academia.edu/18926249/Pasar_Monopolistik?auto=download di unduh pada
hari Selasa, 19 Desember 2017 pada pukul 08.35
6
c. Diferensiasi produk mendorong konsumen untuk selekti' dalam
menentukan produk yang akan dibelinya dan dapat membuat
konsumen loyal terhadap produk yang dipilihnya.
d. Pasar ini relatif mudah dijumpai oleh konsumen, karena sebagian besar
kebutuhan sehari-hari tersedia dalam pasar monopolistik.
2. Kekurangan pasar monopolistik:
a. Pasar monopolistik memiliki tingkat persaingan yang tinggi, baik dari
segiharga, kualitas maupun pelayanan. Sehingga produsen yang tidak
memiliki modal dan pengalaman yang cukup akan cepat keluar dari
pasar.
b. Dibutuhkan modal yang cukup besar untuk masuk ke dalam pasar
monopolistk karena pemain pasar di dalamnya memiliki skala
ekonomis yang cukup tinggi.
c. Pasar ini mendorong produsen untuk selalu berinovasi, sehingga akan
meningkatkan biaya produksi yang akan berimbas pada harga
produkyang harus dibayar oleh konsumen.
B. Asas dan Tujuan11
1. Asas
Dalam melakukan kegiatan usaha di Indonesia, pelaku usaha harus
berasaskan demokrasi ekonomi dalam menjalankan kegiatan usahanya
dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan
kepentingan umum.
2. Tujuan
Tujuan yang terkandung di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999, adalah sebagai berikut:
11 Elsi Kartika Sari dan Advendi Simangunsong, Hukum Dalam Ekonomi, (Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2007) hal 172
7
a. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi
nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat.
b. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan
usaha yang sehat, sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan
berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah,
dan pelaku usaha kecil.
c. Mencegah praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha.
d. Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.
C. Kegiatan yang Dilarang
Lahirnya Undang-Undang
Nomor
05
Tahun
1999
tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat, tidak
terlepas
dari
tekanan International Monetery Fund, kepada pemerintah
Indonesia agar pemerintah Indonesia segera memberantas praktek-praktek
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yang terjadi
Dengan cara segera
memberlakukan
di
Indonesia.
undang-undang yang mengatur hal
tersebut. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat, mengacu pada Sherman Act,
karena ketentuan Amerika Serikat ini oleh dunia internasional dianggap
sebagai pelopor praktek usaha yang sehat (fair
competition), sehingga
banyak negara yang mengadopsi ketentuan dari Sherman Anti Trust Act.12
Tujuan utama dari pembentukan UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat, yaitu:13
12 Elyta R. Ginting, Hukum Anti Monopoli Indonesia (Analisis & Perbandingan UU No. 5
Tahun 1999), (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001) hal.23
13 Lihat Pasal 3 UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha tidak Sehat
8
1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan
usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan
berusaha yang sama bagi pelaku usaha kecil.
3. Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
yang ditimbulkan oleh pelaku usaha, dan
4. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.
Tujuan tersebut dicapai dengan memberikan ketentuan mengenai
larangan terhadap beberapa hal yang dilakukan oleh para pelaku usaha.
Larangan yang ditentukan oleh undang- undang tersebut ialah mengenai
hal-hal sebagai berikut:
1. Larangan mengadakan perjanjian dengan pelaku usaha lain yang dapat
mengakibatkan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat.14
2. Larangan melakukan kegiatan-kegiatan tertentu yang dapat mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan tidak sehat.15
Sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 05 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat, bahwa
yang merupakan perjanjian yang dilarang adalah:16
1. Perjanjian-perjanjian tertentu yang berdampak tidak baik untuk persaingan
pasar, yang terdiri dari:
14 Lihat ketentuan Pasal 4 sampai dengan Pasal 16 UU No. 5/1999 Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat
15 Lihat ketentuan Pasal 17 sampai dengan Pasal 29 UU No. 5/1999 Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat
16 Akumulasi ketentuan UU No.5/1999 dan Chatamarrasjid, “UU Larangan Praktik
Monopoli (Magna Charta bagi kebebasan berusaha)”, Jurnal Hukum Bisnis, Vol.7, (Jakarta:Yayasan
Pengembangan Hukum Bisnis, 1999) Hal.43
9
a. Oligopoli
b. Penetapan harga
c. Pembagian wilayah
d. Pemboikotan
e. Kartel
f. Trust
g. Oligopsoni
h. Integrasi vertical
i. Perjanjian tertutup
j. Perjanjian dengan pihak luar negeri.
2. Kegiatan-kegiatan tertentu yang berdampak tidak baik untuk persaingan
pasar yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Monopoli
b. Monopsoni
c. Penguasaan pasar
d. Persekongkolan
e. Posisi dominan, yang meliputi:
1.) Pencegahan konsumen untuk memperoleh barang atau jasa yang
bersaing
2.) Pembatasan pasar dan pengembangan teknologi
3.) Menghambat pesaing untuk bisa masuk pasar
4.) Jabatan rangkap
5.) Pemilikan saham
6.) Merger, akuisisi, konsolidasi.
Kegiatan yang dilarang dan perjanjian yang dilarang pernah diperiksa
dan diselesaikan melalui Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yakni
diantara beberapa operator (Telkomsel, XL, Mobile-8, Telkom, Bakrie). 17
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) membuktikan dan meyakinkan
17 http/www/jawapos/Jawa di unduh pada hari Selasa, 19 Desember 2017 pada pukul 09.45
10
bahwasannya ada tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh beberapa
operator tentang adanya perjanjian yang mengakibatkan terjadinya kartel
SMS dan ini masuk dalam kategori UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat.
D. Perjanjian yang Dilarang
Pengertian perjanjian ditentukan dalam Pasal 1 Huruf g UU
Persaingan Usaha yang menentukan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan
satu atau lebih pelaku usaha untuk mengikatkan diri terhadap satu atau
lebih pelaku usaha lain dengan nama apapun, baik tertulis maupun tidak
tertulis. Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka dapat disimpulkan
melalui unsur-unsur perjanjian yang diatur dalam UU Persaingan Usaha
meliputi:
1. Adanya karena suatu perbuatan
2. Adanya pelaku usaha sebagai pihak dalam perjanjian
3. Berbentuk tertulis atau tidak tertulis.
Perjanjian dalam teori persaingan usaha adalah upaya dua pelaku
usaha atau lebih dalam konteks strategi pasar, maka esensi perjanjian adalah
saling bersepakatnya antar pesaing tentang tingkah laku pasar mereka, baik
seluruhnya ataupun menyepakati tingkah laku bagian tertentu
dari
keseluruhan tingkah laku pasar.18 Akibatnya pelaku usaha tidak lagi tampil
terpisah dan tidak lagi mandiri di pasar. Setiap perjanjian mensyaratkan
minimal dua pihak yang saling bersepakat tentang prilaku di pasar. Latar
belakang kesepakatan tidak diutamakan untuk diperhatikan, karena perjanjian
dalam persaingan usaha hanya didasarkan pada pandangan ekonomi untuk
menyamakan
harga
dan
mengikuti
pola
pesaing
lainya,
sehingga
perjanjian juga dapat terjalin tanpa memperhatikan apakah pihak yang
18 Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha
Indonesia), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet-2, 2012) hal. 86
11
(teori
dan
praktiknya
di
menjalin perjanjian melakukanya
dengan sukarela atau tidak. Hal tersebut
yang membedakan perjanjian dalam pengertian Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUHPdt) dan dengan perjanjian dalam hukum Persaingan
Usaha. Hal pokok dari perjanjian dalam hukum anti monopoli adalah
ikatan. Pihak yang terikat perjanjian tidak harus melibatkan semua pihak, jika
hanya satu pihak yang terikat juga sudah cukup. UU Persaingan Usaha
mengatur bentuk-bentuk perjanjian yang dilarang, yaitu:19
1. Oligopoli keadaan pasar dengan produsen dan pembeli barang hanya
berjumlah sedikit,sehingga mereka atau seseorang dari mereka dapat
mempengaruhi harga pasar.20 Diatur dalam Pasal 4 Ayat (1) dan (2)
2. Penetapan harga, perjanjian pelaku usaha untuk bersama menentukan
harga suatu barang/jasa di pasar untuk keuntungan pelaku usaha. Pasal 5
Ayat (1).
3. Pembagian
Wilayah, perjanjian
pelaku
usaha
untuk
bersama
membagi wilayah/alokasi terhadap barang dan atau jasa sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat. Pasal 9
4. Pemboikotan, perjanjian pelaku usaha untuk bersama menghalangi pelaku
usaha lain untuk melakukan usaha yang sama, baik untuk tujuan pasar
dalam negeri maupun pasar luar negeri. Pasal 10 Ayat (1) dan Ayat (2)
5. Kartel, perjanjian pelaku usaha untuk bersama mempengaruhi harga
dengan mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa,
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat. Pasal 11 f.
19 Feardinan Zulkarnain, 2016, Pelanggaran Perjanjian Yang Dilarang Oleh Hukum
Persaingan Usaha Dalam Pemasaran Ban Di Indonesia(Studi Putusan Kppu Nomor 08/Kppu-I/2014)
http://digilib.unila.ac.id/24948/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf
20 Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Anti Monopoli, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2006) hal.53
12
6. Trust adalah perjanjian pelaku usaha untuk bersama melakukan kerja
sama dengan membentuk gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih
besar, dengan tetap menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup
masing-masing perusahaan atau perseroan anggotanya, yang bertujuan
untuk mengontrol produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa,
diatur dalam Pasal 12
7. Oligopsoni diatur pada Pasal 14
8. Perjanjian tertutup, Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima
barang dan atau jasa hanya akan memasok atau tidak memasok kembali
barang dan atau jasa tersebut kepada pihak tertentu dan atau pada
tempat tertentu. Pasal 15 Ayat (1) sampai (3)
9. Perjanjian dengan pihak luar negeri, Pelaku usaha dilarang
membuat
perjanjian dengan pihak lain di luar negeri yang memuat ketentuan yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat. Pasal 16 UU Persaingan Usaha.
E. Hal-hal yang dikecualikan dalam UU Monopoli
Di dalam Undang-Undang Anti Monopoli Nomor 5 Tahun
1999,terdapat hal-hal yang dikecualikan, yaitu:21
1. Pasal 50
a. perbuatan dan atau perjanjian yang bertujuan melaksanakan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. perjanjian yang berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual seperti
lisensi, paten, merek dagang, hak cipta, desain produk industri,
rangkaian elektronik terpadu, dan rahasia dagang, serta perjanjian yang
berkaitan dengan waralaba.
21 Elsi Kartika Sari dan Advendi Simangunsong, Hukum Dalam Ekonomi, (Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2007) hal 180
13
c. perjanjian penetapan standar teknis produk barang dan atau jasa yang
tidak mengekang dan atau menghalangi persaingan.
d. perjanjian dalam rangka keagenan yang isinya tidak memuat ketentuan
untuk memasok kembali barang dan atau jasa dengan harga yang lebih
rendah daripada harga yang telah diperjanjikan.
e. perjanjian kerja sama penelitian untuk peningkatan atau perbaikan
standar hidup masyarakat luas
f. perjanjian internasional yang telah diratifikasi oleh Pemerintah
Republik Indonesia.
g. perjanjian dan atau perbuatan yang bertujuan untuk ekspor yang tidak
mengganggu kebutuhan dan atau pasokan pasar dalam negeri
h. pelaku usaha yang tergolong dalam usaha kecil.
i. kegiatan usaha koperasi yang secara khusus bertujuan untuk melayani
anggotanya.
2. Pasal 51
Monopoli dan atau pemusatan kegiatan yang berkaitan dengan
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang menguasai hajat
hidup orang banyak serta cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara diatur dengan undang-undang dan diselenggarakan oleh Badan
Usaha Milik Negara dan atau badan atau lembaga yang dibentuk atau
ditunjuk oleh Pemerintah.22
F. Komisi Pengawas
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) adalah sebuah lembaga
independen di Indonesia yang dibentuk untuk memenuhi amanat UndangUndang no. 5 tahun 1999 tentang larangan praktik monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat.23
22 Elsi Kartika Sari dan Advendi Simangunsong, Hukum Dalam Ekonomi, (Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2007) hal 180
23http://kumpulan-jurnal-dunia-q.andrafarm.com/id1/2906-2783/Komisi-PengawasPersaingan-Usaha_23999_malang_kumpulan-jurnal-dunia-q-andrafarm.html di unduh pada hari
Selasa, 19 Desember 2017 pada pukul 19.30
14
Undang-undang No 5 Tahun 1999 menjelaskan bahwa tugas dan
wewenang Komisi Pengawas Persaingan Usaha adalah sebagai berikut:24
1. Tugas
a. Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
b. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku
usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat
c. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan
posisi dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
d. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenangnya
e. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap komisi kebijakan
pemerintahan yang berkaitan dengan praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat
f. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan undangundang ini
g. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi kepada
Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat.
2. Wewenang25
a. Menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang
dugaan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat.
b. Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau
tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
c. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
24 http://www.kppu.go.id/id/tentang-kppu/tugas-dan-wewenang/ di unduh pada hari Selasa,
19 Desember 2017 pada pukul 20.05
25 http://www.kppu.go.id/id/tentang-kppu/tugas-dan-wewenang/ di unduh pada hari Selasa,
19 Desember 2017 pada pukul 20.10
15
dilaporkan oleh masyarakat atau oleh pelaku usaha atau yang
ditemukan oleh komisi sebagai hasil penelitiannya
d. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada
atau tidak adanya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat
e. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan undang-undang ini
f. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang
dianggap mengetahuipelanggaran terhadap ketentuan undang-undang
ini
g. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi,
saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud huruf e dan huruf
f, yang tidak bersedia memenuhi panggilan komisi
h. Meminta keterangan dari instansi pemerintah dalam kaitannya dengan
penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang
melanggar ketentuan undang-undang ini
i. Mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen, atau alat
bukti lain guna penyelidikan dan atau pemeriksaan
j. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak
pelaku usaha lain atau masyarakat
k. Memberitahukan putusan komisi kepada pelaku usaha yang diduga
melakukan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
l. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku
usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini.
3. Visi Dan Misi KPPU
Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya memerlukan adanya arah pandang yang jelas, sehingga apa
yang menjadi tujuannya dapat dirumuskan dengan seksama dan
pencapaiannya dapat direncanakan dengan tepat dan terinci. Adapun arah
16
pandang KPPU tersebut kemudian dirumuskan dalam suatu visi dan misi
KPPU sebagai berikut:26
a. Visi KPPU
Visi KPPU sebagai lembaga independen yang mengemban
amanat UU No. 5 Tahun 1999 adalah: “Terwujud Ekonomi Nasional
yang Efisien dan Berkeadilan untuk Kesejahteraan Rakyat”.
b. Misi KPPU
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka dirumuskan
misi KPPU sebagai berikut:27
1.) Pencegahan dan Penindakan
2.) Internalisasi Nilai-nilai Persaingan Usaha
3.) Penguatan Kelembagaan
4. Nilai – Nilai Dasar28
a. Profesional
Profesional adalah sikap pegawai yang bekerja sesuai dengan
standar moral dan etika yang ditentukan oleh pekerjaan tersebut.
Implementasi nilai dasar adalah dengan membangun nilai-nilai
profesionalisme dengan menerapkan asas kehati-hatian,kecermatan
dan ketelitian, berdasarkan kepada standar moral dan etika yang
berlaku.
b. Independen
Independen adalah posisi yang mandiri dan bebas dari sikap
intervensi atau tekanan dari pihak lain. Implementasi nilai dasar adalah
dengan
menjunjung
tinggi
independensi
secara
kelembagaan,
organisasi, maupun individu, yang berkaitan dengan tugas dan
26 http://www.kppu.go.id/id/tentang-kppu/visi-dan-misi/ di unduh pada hari Selasa, 19
Desember 2017 pada pukul 20.15
27 http://www.kppu.go.id/id/tentang-kppu/visi-dan-misi/ di unduh pada hari Selasa, 19
Desember 2017 pada pukul 20.16
28 http://www.kppu.go.id/id/tentang-kppu/visi-dan-misi/ di unduh pada hari Selasa, 19
Desember 2017 pada pukul 20.18
17
tanggungjawab sesuai dengan amanah Undang-undang Nomor 5
Tahun 1999.
c. Kredibel
Kredibel adalah kualitas, kemampuan Pegawai atau KPPU
untuk dapat menimbulkan kepercayaan dari pemangku kepentingan.
d. Transparan
Transparan adalah prinsip keterbukaan dalam mekanisme kerja
KPPU untuk menjalankan tugas dan wewenangnya. Implementasi nilai
dasar adalah dengan menerapkan keterbukaan, obyektif, tegas dan
menjunjung tinggi nilai keadilan dalam setiap keputusan sesuai dengan
amanah Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.
e. Bertanggungjawab
Bertanggungjawab adalah kesadaran untuk menanggung akibat
yang ditimbulkan. Nilai dasar tersebut diimplementasikan dalam
menjalankan tugas dan tanggungjawab yang diemban oleh setiap
penyelenggara kegiatan di KPPU dengan selalu memegang teguh pada
peraturan dan ketentuan yang berlaku, sehingga dapat dipertanggung
jawabkan kepada pemangku kepentingan.
G. Sanksi
Pasal 36 Undang- Undang No 5 Tahun 1999 mengatur tentang
kewenangan KPPU mulai dari menerima laporan dari masyarakat atau pelaku
usaha tentang dugaan pelanggaran undang-undang hingga menjatuhkan
sanksi administratif bagi pelanggar ketentuan undang-undang.29
Secara rinci mengenai kewenangan KPPU diatur di dalam Pasal
36 Undang-Undang No 5 Tahun 1999 adalah sebagai berikut:30
29 Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002) hal. 94
30 I Ketut Karmi Nurjaya, Peranan KPPU dalam Menegakkan Undang-Undang No.5 Tahun
1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,
http://fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/fileku/dokumen/JDHvol92009/VOL9J2009%20I%20KETUT
%20KARMI%20NURJAYA.pdf
18
1. meminta keterangan dari instansi Pemerintah dalam kaitannya dengan
penyelidikan dan/atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang
melanggar ketentuan undang-undang ini.
2. menerima laporan dari masyarakat dan atau pelaku usaha tentang
dugaan terjadinya praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat.
3. melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan
atau tidakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha yang tidak sehat.
4. melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus
dugaan praktek monopoli dan atau persaingan usaha yang tidak
sehat yang dilaporkan oleh masyarakat atau pelaku
usaha
atau
yang ditemukan oleh KPPU sebagai hasil dari penelitiannya.
5. Menyimpulkan hasil penyelidikan ada atau tidaknya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha yang tidak sehat.
6. memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran
tehadap ketentuan undang-undang ini.
7. memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang
yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap ketentuan undangundang ini.
8. meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan, pelaku usaha, saksi,
saksi ahli,
9. mendapatkan, meneliti dan atau menilai surat dokumen atau alat
bukti lain guna penyelidikan dan atau pemeriksaan.
19
10. memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak
pelaku usaha lain atau masyarakat
11. memberitahukan putusan Komisi kepada pelaku usaha yang diduga
melakukan praktek monopoli dan atau persaingan usaha yang tidak
sehat;
12. menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku
usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenang yang diberikan Undangundang No.5 Tahun 1999 terebut, dan sesuai dengan ketentuan pasal 35
huruf f, KPPU diberikan wewenang untuk menyusun Pedoman ataupun
publikasi yang berkaitan dengan Undang-undang No. 5 Tahun 1999. Atas
dasar
ketentuan
ini
KPPU diberi wewenang pula untuk membuat dan
menentukan hukum acara dalam proses penanganan perkara pelanggaran
terhadap Undang-Undang Anti monopoli tersebut. KPPU kemudian
menerbitkan Keputusan KPPU No. 05/Kep/IX/2000, Tentang Tatacara
Penyampaian Laporan dan Penanganan Dugaan Pelanggaran terhadap
Undang undang No. 5 Tahun 1999. Kemudian pada tanggal 18 April
Tahun 2006 KPPU menetapkan Peraturan Komisi Pengawas
Persangan
Usaha Nomor 1 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penanganan Perkara di Komisi
Pengawas Persaingan Usaha. Berdasarkan pasal 74 dari peraturan ini
keputusan Komisi Nomor 05/KPPU/ Kep/IX/2000 dinyatakan tidak berlaku
sejak anggal 18 Nopember 2006. Baik Keputusan KPPU No. 5 Tahun 2000
maupun Peraturan KPPU No.1 Tahun 2006 sebagai penggantinya adalah
merupakan
hukum
acara
dan juga
melaksanakan fungsi penyelidikan
dan
pedoman
bagi
KPPU untuk
pemeriksaan
sebagaimana
diamanatkan oleh ketentuan pasal 36 Undang-Undang Antimopoli.Sebagai
20
badan yang bertugas mengawasi pelaksanaan
Undang-Undang
Antimonopoli, KPPU berwenang mengadakan pemeriksaan dan penyelidikan
kepada pelaku usaha yang diduga melakukan praktik monopoli dan/atau
persaingan usaha yang tidak sehat.31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Monopoli adalah suatu situasi dalam pasar dimana hanya ada satu atau
segelintir perusahaan yang menjual produk atau komoditas tertentu yang tidak
punya pengganti yang mirip dan ada hambatan bagi perusahaan atau
pengusaha lain untuk masuk dalam bidan industri atau bisnis tersebut. Dengan
kata lain, pasar dikuasai oleh satu atau segelintir perusahaan, sementara pihak
lain sulit masuk didalamnya. Karena itu, hampir tidak ada persaingan berarti.
Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha
dalam menjalankan kegiatan produksi pemasaran barang dan jasa yang
dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum dan menghambat
persaingan usaha.
Asas dan Tujuan:
A. Asas
Dalam melakukan kegiatan usaha di Indonesia, pelaku usaha harus
berasaskan demokrasi ekonomi dalam menjalankan kegiatan usahanya
dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan
kepentingan umum.
B. Tujuan
31 I Ketut Karmi Nurjaya, Peranan KPPU dalam Menegakkan Undang-Undang No.5 Tahun
1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,
http://fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/fileku/dokumen/JDHvol92009/VOL9J2009%20I%20KETUT
%20KARMI%20NURJAYA.pdf
21
Tujuan yang terkandung di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999, adalah sebagai berikut:
1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi
nasional
sebagai
salah
satu
upaya
untuk
meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan
persaingan usaha yang sehat, sehingga menjamin adanya kepastian
kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku
usaha menengah, dan pelaku usaha kecil.
3. Mencegah praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
yang ditimbulkan oleh pelaku usaha.
4. Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 05 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat, tidak terlepas dari
tekanan International Monetery Fund, kepada pemerintah Indonesia agar
pemerintah Indonesia segera memberantas praktek-praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat yang terjadi di Indonesia.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka dapat disimpulkan
melalui unsur-unsur perjanjian yang diatur dalam UU Persaingan Usaha
meliputi:
a. Adanya karena suatu perbuatan
b. Adanya pelaku usaha sebagai pihak dalam perjanjian
c. Berbentuk tertulis atau tidak tertulis.
22
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Yani. Wijaya Gunawan. 2000. Seri Hukum dan Bisnis: Anti Monopoli.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Ginting, Elyta R. 2001. Hukum Anti Monopoli Indonesia (Analisis & Perbandingan
UU No. 5 Tahun 1999). Bandung: Citra Aditya Bakti
Ibrahim, Johnny. 2009. Hukum Persaingan Usaha Filosofi, teorodan Implikasi
penerapannya di Indonesia. Malang: Bayumedia
Maman, Suherman Ade. 2005. Aspek Hukum dalam Ekonomi Global. Bogor:
Ghalia
Rokan, Mustafa Kamal. 2012. Hukum Persaingan Usaha (Teori dan Praktiknya
Di Indonesia). Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sari, Elsi Kartika. Advendi Simangunsong. 2007. Hukum Dalam Ekonomi, Jakarta:
PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Siswanto, Arie. 2002. Hukum Persaingan Usaha. Bogor: Ghalia Indonesia
Untung, Budi. Hukum dan Etika Bisnis. 2012. Yogyakarta: CV. Andi
Yani, Ahmad. Gunawan Widjaja. 2006. Seri Hukum Bisnis Anti Monopoli, Jakarta:
Raja Grafindo Persada
23
Chatamarrasjid, UU Larangan Praktik Monopoli (Magna Charta bagi kebebasan
berusaha), Jurnal Hukum Bisnis, Vol.7, (Jakarta:Yayasan Pengembangan
Hukum Bisnis, 1999)
Feardinan, Zulkarnain. 2016, Pelanggaran Perjanjian Yang Dilarang Oleh Hukum
Persaingan Usaha Dalam Pemasaran Ban Di Indonesia(Studi Putusan Kppu
Nomor08/KppuI/2014)http://digilib.unila.ac.id/24948/3/SKRIPSI%20TANPA
%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf
I Ketut Karmi Nurjaya, Peranan KPPU dalam Menegakkan Undang-Undang No.5
Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak
Sehat,
http://fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/fileku/dokumen/JDHvol92009/VOL9J
2009%20I%20KETUT%20KARMI%20NURJAYA.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Pasar_monopoli
https://www.scribd.com/doc/24697819/Definisi-pasar-monopoli
http://www.kppu.go.id/id/tentang-kppu/tugas-dan-wewenang/
http://www.kppu.go.id/id/tentang-kppu/visi-dan-misi/
https://www.academia.edu/18926249/Pasar_Monopolistik?auto=download
http/www/jawapos/Jawa
http://www.gresnews.com/berita/tips/80146-persaingan-usaha-tidak-sehat/0/
http://kumpulan-jurnal-dunia-q.andrafarm.com/id1/2906-2783/Komisi-PengawasPersaingan-Usaha_23999_malang_kumpulan-jurnal-dunia-q-andrafarm.html
24