komunikasi umum surakarta sebagai pewujudan

GEREJA (EKKLESIOLOGI)

Pengajaran tentang Gereja (Ekklesiologi) merupakan hal penting dalam melandasi
pelayanan berjemaat. Siapaun umat Kristen yang tidak memahami tentang
pengajaran tentang gereja, maka bagaimana ia dapat melayani dan mengajar
dengan benar. Dalam tulisan ini, penulis memaparkan wacana pemahaman tentang
doktrin Gereja menurut perspektif Donald Guthrie, yang ditulisnya dalam buku
Teologi Perjanjian Baru.'

1. Kitab-kitab Injil Sinoptik.

Penyelidikaii sepintas terhadap kitab-kitab Injil ini akan membawa penyelidik pada
kesimpulan bahwa Yesus tidak tertarik terhadap Jemaat. Memang, jika kita hanya
meniperhatikan penggunaan kata ekklesia (Jemaat) saja, maka kita akan terkejut
karena istilah ini jarang terdapat dan bahkan hanya muncul dalam satu kitab Injil
saja (Mat 16:18 dst.; 18:17-18). Meskipun demikian, untuk memperlihatkan baliwa
pandangan Yesus tentang Jemaat tidak semata-mata tergantung pada kedua
ucapan dalam Injil Matius tersebut, pertama-tama kita akan memikirkan bukti
mengenai gagasan adanya suatu Jemaat Kristen, dan kemudian kita akan
menyelidiki secara teliti arti yang khusus dari Matius 16:18. Sebagai langkah awal
dalam penyelidikan, kita akan membahas hubungan antara Kerajaan Allah dengan

Jemaat.
Guthrie mengatakan, menurut pengajaran Yesus, Kerajaan Allah bersifat "masa
sekarang" dan juga "masa yang akan datang". Hubungan antara Jemaat dengan
Kerajaan Allah, Pertama-tama kita harus memperhatikan bahwa tidak semua
pernyataan mengenai Kerajaan Allah dapat ditujukan pada Jemaat. Kerajaan Allah
berpusat pada Kristus dan bukan pada niurid-murid. Jemaat memperoleh dasarnya
dalam Kerajaan Allah. Karena itu keadaan Kerajaan Allah yang sekarang tidak dapat
disamakan dengan Jemaat yang murni, tetapi jelas bahwa jemaat murni itu berasal
dari Kerajaan Allah. Paling baik bila menganggap bahwa semua yang tennasuk
dalam Kerajaan Allah tennasuk dalam Jemaat yang sempurna, tetapi bahwa semua
yang termasuk dalam Jemaat yang kelihatan belum tentu termasuk dalam Kerajaan
Allah.
Jemaat merupakan perwujudan yang tidak lengkap dari Kerajaan Allah, Kita harus
menyimpulkan bahwa Kerajaan Allah tidak ditetapkan secara penuh dalam
pelayanan Yesus di dunia, atau pun secara penuh akan ditetapkan nanti pada akhir
zaman. Jemaat masa kini mempunyai tugas untuk membenkan kesaksian mengenai
Kerajaan Allah, tetapi perwujudannya yang sepenuhnya tidak akan terjadi pada
zaman ini. Pengaruh teori-teori yang bersifat eskatologis;

(1) Pandangan bahwa Kerajaan Allah merupakan pemerintahan Allah yang

diwujudkan dalam kehidupan pribadi; pandangan ini mengesampingkan semua
gagasan tentang jemaat dari pengajaran Yesus.
(2) Pandangan baliwa Kerajaan Allah dimaksudkan untuk memulai tata
kemasyarakatan yang baru dan Jemaat akan melebur ke dalam masyarakat secara
terpadu, dengan berftingsi sebagai katalisator untuk pembaruan masyarakat itu.
(3) Pandangan bahwa Kerajaan Allah bersifat "akan" saja dan sepenuhnya
merupakan pekerjaan Allah, karena itu Kerajaan dan Jemaat tidak berhubungan dan
Kerajaan hadir hanya dalam pikiran Yesus.
(4) Pandangan bahwa Kerajaan Allah adalah urusan masa yang akan datang saja
dan tidak hadir dalam pengalaman Yesus; dengan demikian jemaat tidak memiliki
dasar dalam pemikiran maupun pengajaran Yesus.
(5) Pandangan bahwa Kerajaan Allah betul-betul termasuk perkara-perkara masa
yang akan datang, tetapi telah meluap ke dalam masa sekarang dalam bentuk
Jemaat Kristen.
(6) Pandangan bahwa Kerajaan Allah sudah terwujud pada masa sekarang (atau
sedang dalam proses untuk perwujudan), yang sebenamya menyamakan Kerajaan
Allah dengan Jemaat, tetapi mengesampingkan atau menghilangkan segi-segi
keakanannya.
(7) Pandangan bahwa Kerajaan Kristus, yang ada sekarang ini berbeda dengan
Kerajaan Allah, yang berhubungan dengan masa yang akan datang.

Pengertian yang benar dari pengajaran Yesus mengenai Kerajaan Allah tidaklah
menghilangkan kemungkinan bahwa la memikirkan adanya sebuah perhimpunan
yang terdiri dari pengikut-pengikut-Nya yang akan hidup selama masa antara
kebangkitan-Nya dan kedatangan-Nya yang kedua kali.

Gagasan mengenai jemaat dalam pengajaran Yesus.
Oleh karena misi Yesus diperhadapkan dengan latar belakang pemikiran PL, maka
terdapat beberapa pertimbangan penting yang timbul dari adanya kesinambungan
antara nusi itu dan hubungan Allah dengan umat-Nya, Israel. Jemaat Kristen
sebagai umat Israel yang sejati, murid-murid sebagai inti jemaat yang baru,
tuntutan etis terhadap murid-mund mengisyaratkan suatu Jemaat.

Ucapan-ucapan ekklesia dalam Injil Matius.
Karena hanya ada dua pemyataan dalam seluruh kitab Injil yang menggunakan kata
ekklesia dan keduanya terdapat dalam Injil Matius (Mat 16:18; 18:17). Mengingat
penggunaan yang tuas dari kata itii dalam LXX untuk Jemaat Israel, haruslah
diperhatikan bahwa ekklesia menerjemahkan kata Ibrani qahal, bukan eda. Kedua
kata ini digunakan untuk "perhimpunan umat Allah". Jika kata yang Yesus pakai

mempunyai arti dari gahai dalam LXX, maka ekklesia berarti umat Allah dengan

pengertian suatu himpunan yang baru yang secara khusus memiliki hubungan
dengan Mesias (karena itu Yesus berkata "JemaatKu").
Pendapat lain tnengatakan bahwa ekklesia menerjemahkan kata Aram kenisyta, dan
bahwa Yesus mengarah pada suatu rumah sembahyang (sinagoge) Karena itu, kits
menarik kesimpulan bahwa yang dimaksudkan oleh Yesus dengan ekklesia bukanlah
suatu organisasi, tetapi sekelompok orang yang dianggap-Nya sebagai milik-Nya
dan yang diwakili oleh murid-murid-Nya. Ini merupakan suatu gagasan yang lebih
longgar daripada perkembangan yang muncul kemudian dalam sejarah Kristen
mula-mula. Tidak ada alasan untuk menduga bahwa ekklesia yang dimaksudkan
Yesus tidak membentuk inti dari Jemaat yang digambarkan dalam Kisah Para Rasul
dan dalam surat-surat PB. Haruslah diperhatikan lebih lanjut bahwa kata ekklesia
dapat berani suatu kelompok orang-orang tertentu, selain seluruh umat Allah
secara umum. Dengan demikian istilah itu akan mudah dikenal sebagai istilah yang
sesuai untuk perhimpunan mula-mula dalam Kisah Para Rasul yang menjadi dasar
dari jemaat PB.

Sakramen Baptisan.
Pada masa Yesus hidup di dunia, terdapat tiga segi baptisan yang perlu
diperhatikan: baptisan yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis dan hubungannya
dengan Yesus sendiri; baptisan yang dilakukan oleh Yesus sendiri melalui muridmurid-Nya; dan perintah Yesus kepada muridmurid-Nya untuk membaptiskan. Kita

akan memeriksa segj-segi ini secara terpisah untuk memperoleh suatu gambaran
yang benar mengenai pentingnya upacara ini dalam pemikiran Yesus.

Sakramen Perjamuan Kudus.
Tidak satu pun dari kitab-kitab Injil Sinoptik menjelaskan bahwa Tuhan Yesus
memberikan perintah khusus tentang pengulangan upacara perjamuan pada masa
depan. Hanya dalam catatan Paulus mengenai sakramen ini ditulis, "Perbuatlah ini,
setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku" (1 Kor 11:25).
Agaknya setelah Pentakosta murid-murid mengakui kepentingan teologis dari katakata penetapan itu dan bukan hanya mencatat kata-kata yang sudah dipakai Tuhan
Yesus, tetapi juga mengulangi perjamuan karena kata-kata itu tclah diucapkan
dengan bobot dan kekuasaan yang khusus. Ada satu pertimbangan lain yang tidak
boleh diabaikan. Menurut Lukas 24:30, Kristus yang bangkit memecahmecahkan
roti, lalu mengucap berkat dan memberikannya kepada kedua orang yang telah
berjalan bersama deiigan-Nya menuju ke Emaus. Peristiwa ini mungkin sekali
mendorong murid-murid untuk terus mengulangi perbuatan itu. Tentu saja tidak
pasti bahwa perbuatan Kristus yang bangkit ini dapat dihubungkan dengan
Perjamuan Kudus. Tetapi mengingat penggunaan istilah "memecah¬mecahkan roti"
dalam Kisah Para Rasul 2:42,46; 20:7, ada kemungkinan besar bahwa Perjamuan

Kudus sekurang-kurangnya sedang dipikirkan, khususnya karena di Emaus hal

pemecahan roti itu dimengerti dalam suasana persekutuan dengan Yesus dan
kesadaran akan kehadiran-Nya.

2. Injil Yohanes.
Gagasan tentang perhimpunan ini didukung lebih lanjut oleh dua kiasan yang
terdapat dalam Injil Yohanes. Kiasan tentang gembala dalam Yohanes 10 didasarkan
alas penggambaran umat Allah, Israel, yang terkenal dalam PL (bnd. Yer 23:1; Yen
34:11; Yes 40:11; Man 23). Kiasan tentang pokok anggur secara lebih jelas lagi
memberi kesan tentang sifat Jemaat yang akan datang sebrfgai satu lembaga.

3. Surat-surat Yohanes.
Dalam Surai I Yohanes Jemaat hampir tidak disebut dari sudut pandang ciri-cirinya
maupun pemerintahannya. Kelihatannya surat ini ditujukan kepada pribadi-pribadi
Kristen yang kemungkinan tertarik, dan bukan ditujukan, pada suatu Jemaat Kristen.
Walaupun surat ini tidak dialamatkan secara khusus serta tidak menyebutkan nama
atau jabatan tertentu, namun dengan jelas penulis memikirkan sekelompok orang
yang mungkin dipengaruni oleh dosetisme. Tentu saja dapat dikatakan bahwa Surat
I Yohanes membangkitkan semangat perhimpunan. Para pembaca sering didorong
untuk saling mengasihi dan berulang-ulang dinasihatkan untuk tinggal di dalam
Kristus; kedua terra ini menyumbangkan rasa kesatuan yang erat dan teguh. Hal ini

didukung oleh penggunaan istilah "saudara-saudara" yang serirjg dipakai dalam
surat ini.
Apabila Surat II Yohanes ditujukan pada scbuah Jemaat, maka surat ini mungkin
memberikan beberapa petunjuk mengenai sikap yang harus diambil oleh Jemaatjemaat Kristen terhadap orang-orang yang diketahui telah mengajarkan ajaran yang
menyesatkan. Dalam Surat III Yohanes kita dihadapkan dengan apa yang
kelihatannya merupakan suatu perselisihan pribadi di dalam Jemaat atau antara
dua Jemaat.

4. Kisah Para Rasul
Kitab Kisah Para Rasul merupakan pcnghubung yang penting antara kitab-kitab Injil
dan surat-surat rasuli bila kita membahas ajaran tentang Jemaat dalam PB. Dalam
surat-surat itu terdapat bermacam-macam contoh mengenai cara orang-orang
Kristen mula-mula menafsirkan Jemaat yang telah mulai ada, terutama dengan
menggunakan kiasan-kiasan yang memberikan kesan tertentu. Dalam menyelidiki
bukti dalam Kisah Para Rasul kita akan mempertimbangkan tiga segi berikut ini:
timbulnya. Jemaat, misi Jemaat, dan kepemimpinan Jemaat. Dalam tahap-tahap
awal ini kita hanya akan menemukan beberapa kecenderungan, yang dijelaskan
khususnya dalam surat-surat Paulus.

JEMAAT YANG BERKEMBANG : PAULUS.

Guthrie mengatakan, karena itu jelaslah bahwa kata "jemaat" digunakan dalam
pengertian sekelompok orang-orang percaya dalam suatu daerah setempat. Suatu
bentuk organisasi tidak disebut. Ternyata, hanya dalam Filipi 1:1 disebutkan
pejabat-pejabat gerejawi, dan mereka pun hanya disebutkan setelah menyebutkan
"orang-orang kudus". Pengertian kedua yang dimaksudkan Paulus ialah Jemaat yang
bersifat universal. Pengertian ini dinyatakan secara tidak langsung dalam beberapa
kiasan yang dipakainya, tetapi baru menjadi jelas dalam surat Efesus dan Kolose,
yang menguraikan kedudukan Kristus sebagai Kepala Jemaat (Ef 1:22; Kol 1:18).
Dalam surat-surat Paulus terdapat petunjuk-petunjuk tertentu mengenai ciri dari
perhimpunan-perhimpunan lokal tersebut. Istilah en ekklesia (dalam atau sebagai
Jemaat) digunakan beberapa kali dalam Surat I Korintus (1 Kor 11:18; 14:19,28,35)
dengan arti suatu perhim punan orang-orang percaya, Sifat ini didukung dengan
kuat oleh kiasan kiasan yang dipakai Paulus, misalnya Jemaat sebagai satu tuhuh,
pengantin perempuan, bangunan, umat Allah yang sejati. Sakramen yang Paulus
bahas antara lain: Ibadah yang berupa nyanyian pujian, pelayanan firman,
pengakuan iman dan Doa; Sakramen Baptisan dan Perjamuan Kudus; Paulus juga
membahas; Pemimpin-pemimpin Jemaat juga peranan perempuan dalam Jemaat.

JEMAAT YANG BERKEMBANG II BAGIAN-BAGIAN LAIN DARI PERJANJIAN BARU


1. Surat Ibrani
Dalam Surat Ibrani, Jemaat Kristen hampir seluruhnya dipandang sebagai umat
Allah yang sedang mengembara. Dalam Ibrani 3:6 penulis mengidentifikasikan para
pembacanya sebagai rumah Allah.1 Karena itu temanya ini diterapkan kepada
sekelompok orang, bukan kepada perseorangan.

2. Surat Yakobus

Surat ini dialamatkan "kepada kedua belas suku di peranta (Yak 1:1), hal ini
langsung memperlihatkan ciri Yahudi dalam pandangan pengarang tentang Jemaat.
Sebutan kedua belas suku itu memberi kesan bahwa yang dimaksudkan ialah
orang-orang Kristen Yahudi. Dalam hal itu, istilah "perantauan" (diaspora) yang
digunakan di agaknya dipahami dalam pengertian yang sama dengan perant orangorang Yahudi, yaitu suatu istilah yang mengarah pada orangYahudi yang tinggal di
daerah orang-orang bukan Yahudi. Dalam surat ini terdapat dua gagasan tentang
Jemaat. Istilah "kumpulan" (sunagoge) disebutkan dalam Yakobus 2:2, dan para
penatua "jemaat" (ekklesia) disebutkan dalam Yakobus 5:14. Adanya gabungan kala
Yahudi untuk "kumpulan" dengan istilah yang nanti digunakan untuk perhimpunan

orang Yahudi maupun bukan Yahudi, menunjukkan bahwa surat Yakobus barasal dari
tingkat perkembangan gereja yang paling awal.


3. Surat-surat Petrus
Karena kata "jemaat" tidak terdapat dalam kedua Surat Petnis, pembahasan kita
terbatas pada beberapa keterangan saja. Surat I Petrus ini ditujukan kepada "orangorang pendatang", hal ini langsung me berikan petunjuk bahwa orang-orang Kristen
dianggap sebagai sekelompok orang yang tidak mempunyai tempat berlabuh yang
tetap dal dunia ini. Kiasan tentang bangunan juga terdapat dalam I Petrus 2:4-8, d'
dikatakan bahwa orang-orang percaya seumpama batu-batu hidup dipergunakan
untuk pembangunan suatu rumah rohani.
Gagasan lain yang menonjol ialah gagasan umat Allah. Mereka yang dahulu "bukan
umat Allah" sekarang telah menjadi umat Allah (I Ptr 2:10). Dari gambarangambaran yang dikemukakan di atas diperoleh pengertian Jemaat Kristen sebagai
umat Israel yang rohani.

4. Kitab Wahyu
Kitab Wahyu ditujukan kepada sekelompok Jemaat di Asia. Walaupun pesan yang
ditujukan kepada Jemaat-jem itu disampaikan secara terpisah-pisah dalam Wahyu 2
dan 3, Jemaat-jemaat tersebut dianggap sebagai satu tubuh. Tangan kanan Kristus
yang dimuliakan memegang bintang-bintang yang melamban Jemaat-jemaat itu
(Why 1:16). Dikatakan juga bahwa Kristus berada di tengah-tengah tujuh kaki dian
yang merupakan lambang lain untuk kelompok jemaat-jemaat tersebut, walaupun
keadaan masing-masing Jemaat itu berbeda-beda, namun mereka dipersatukan

menjadi tubuh Ktristus oleh beberapa hal. Kiasan lain yang digunakan - untuk
Jemaat ialah "pengantin perempuan". Kiasan ini pertama-tama terdapat dalam
Wahyu 19:7-8, dihubungkan dengan • perjamuan kawin Anak Domba.

Dogmatika 4 Ekklesiologi dan Eskatologi

Dogmatika

Ekklesiologi dan Eskatologi

Ekklesiologi

( Doktrin Gereja )

I.

Definisi Gereja

II. Pemimpin Di Gereja

III. Ordinasi – Ordinasi Gereja

IV. Tujuan Dari Gereja

I. Definisi Gereja

A. Pengertian Gereja

Kata Inggris untuk church berhubungan dengan kata Scottish kirk dan kirche
dalam bahasa Jerman. Semua istilah ini berasal dari kata Yunani kuriakon. Bentuk
ajektif netral dari kurios ( “Lord” ), berarti ‘milik dari Tuhan’. Kata Inggris Church
juga merupakan terjemahan dari kata Yunani ekklesia, yang berasal dari kata ek,
berarti “keluar dari”, dan kaleo yang berarti “memanggil”. Jadi gereja adalah “suatu
kelompok yang dipanggil keluar.” Ekklesia muncul 114 kali di Perjanjian Baru, 3 kali
di Injil, dan 111 kali di surat - surat. Di Kitab Injil hanya muncul di Matius 16 : 18 dan
18 : 17 ( dua kali ). Pemunculan dua kali yang terakhir itu kemungkinan besar
digunakan dalam pengertian non - teknis dari suatu jemaat Yahudi. Jadi, dalam

pengertian teknis, ekklesia digunakan hanya sekali dalam kitab Injil dan dalam
bagian itu berkaitan dengan referensi profetik pada gereja. Hal ini menolong untuk
menyatakan bahwa gereja dimulai setelah peristiwa kenaikan sebagaimana yang
dicatat di KPR dan secara khusus dalam doktrin tulisan Paulus.

Namun demikian, kata ekklesia tidak mengindentifikasikan natur dari
kelompok yang dipanggil keluar; kata itu dapat digunakan dalam suatu pengertian
teknis dari gereja PB, atau kata itu dapat digunakan dalam pengertian yang non
teknis dari grup manapun. Misalnya di Kis. 7 : 38, kata itu menunjuk pada jemaat
yang terdiri dari orang Israel sebagai ekklesia ( diterjemahkan “jemaat” ). Di Kis.
19 : 32, kata itu menunjuk pada gerakan di Efesus yang marah pada Paulus ( di sini
diterjemahkan “jemaat ). Namun demikian, kebanyakan kata itu digunakan dalam
pengertian teknis yang ditujukan pada gereja PB, yaitu suatu kelompok orang
percaya yang dipanggil keluar dalam Yesus Kristus.

B. Aspek – Aspek Dari Gereja

Gereja Lokal.

Penggunaan yang paling umum dari kata gereja di PB ditujukan pada
sekelompok orang percaya yang diidentifikasi sebagai jemaat lokal. Jadi, ada gereja
di Yerusalem ( Kis. 8 : 1; 11 : 22 ), di Asia Kecil ( Kis. 16 : 5 ), di Roma ( Rm. 16 : 5 ),
di Korintus ( I Kor. 1:2; 2 Kor. 1:1), di Galatia ( Gal. 1 : 2 ), di Tesalonika ( I Tesalonika
1 : 1 ) dan di rumah Filemon ( Fil. 2 ). Orang percaya yang mula - mula ini tidak
memiliki gedung khusus untuk bertemu; oleh karena itu mereka berkumpul di
rumah - rumah ( Rm. 16 : 5; Fil. 2 ). Orang percaya mula - mula berkumpul untuk
beribadah ( I Kor. 11 : 18 ), persekutuan ( Kis. 2 : 45 - 46; 4 : 31 ), instruksi atau
pengajaran ( Kis. 2 : 42, 11 : 26, I Kor. 4 : 17 ), dan untuk pelayanan seperti
mengutus misionari ( Kis. 13 : 2, 15 : 3 ). Akibatnya banyak orang terus menerus
diselamatkan ( Kis. 2 : 47 ).

1. Gereja universal.

Gereja lokal melihat gereja sebagai orang percaya yang berkumpul di lokasi
tertentu, sedangkan gereja universal dipandang sebagai “keduanya, pada zaman
ini, dilahirkan dari Roh Allah dan oleh Roh yang sama telah dibaptis ke dalam Tubuh
Kristus ( I Kor. 12 : 13; I Pet. 1 : 3, 22 – 25 ). Kumpulan orang percaya inilah yang
dijanjikan oleh Kristus untuk dibangun ( Mat. 16 : 18 ); untuk Tubuh inilah Kristus
telah mati ( Ef. 5 : 25 ), dan Dia adalah Kepala atasnya, dan memberikan arah
kepadanya. ( Ef. 1 : 22 - 23; Kol. 1 : 18 ). Di Ef. 1 : 23, gereja disebut sebagai
“Tubuh-Nya”. Hal itu tidak dapat disebut sebagai jemaat lokal, tapi merupakan
badan universal dari orang percaya ( lihat Kol. 1 : 18 ). Penekanan khusus dari
gereja universal adalah kesatuannya, baik Yahudi atau Non Yahudi, semuanya
membentuk suatu tubuh, dalam kesatuan yang dihasilkan oleh Roh Kudus ( Gal. 3 :
28; Ef. 4 : 4 ).

Gereja universal kadang - kadang disebut sebagai gereja yang tidak kelihatan dan
gereja lokal sebagai gereja yang kelihatan ( meskipun sebagian orang menyangkali
kesetaraan ini ). Orang seperti Augustine, Luther dan Calvin semua mengajarkan
perbedaan ini, yang mengatakan bahwa gereja yang tidak kelihatan menekankan
natur yang sempurna, benar dan rohani dari sebuah gereja. Sedangkan gereja yang
kelihatan dikenali sebagai jemaat lokal dan orang - orang yang percaya dengan
ketidaksempurnaannya dan bahkan orang yang tidak percaya dapat menjadi
anggota gereja lokal. Istilah tidak kelihatan juga digunakan untuk
mengidentifikasikan bahwa keanggotaan pastinya tidak dapat diketahui, Dalam
realitasnya, para anggotanya secara keseluruhan dapat dilihat.

C. Formasi Gereja ( Inagurasi Gereja ) = Dimulainya gereja di dunia

Bilamana gereja dimulai ? Meskipun sebagian akan mengusulkan bahwa
gereja ada di PL, suatu penyelidikan dari PB mengidentifikasikan gereja adalah
suatu lembaga tertentu di PB yang tadinya belum ada. Di Mat. 16 : 18, Yesus
mendeklarasikan ( menubuatkan ), “Aku akan mendirikan jemaat-Ku.”
Mengidentifikasikan pembangunan gereja itu adalah di waktu yang akan datang.
Hal ini penting. Hal itu menekankan bahwa gereja belum ada pada waktu Yesus
mengatakan kata - kata itu. Ia membuat suatu prediksi tentang pembangunan di
gereja-Nya di masa yang akan datang.

I Kor. 12 : 13 mengidentifikasikan bagaimana cara gereja itu dibangun. Hal itu
adalah pekerjaan Roh Kudus dalam membaptis orang percaya ke dalam satu Tubuh
Kristus. Pada saat regenerasi, Roh Kudus menempatkan orang percaya ke dalam
satu kesatuan dengan Kristus. Ef. 1 : 22 - 23 mengidentifikasikan gereja sebagai
Tubuh Kristus, menekankan kesatuan ini dengan Kristus bahwa semua orang
percaya dimasukan ke dalam pada saat pertobatan.

Di KPR 1 : 5, Yesus mengatakan, “Tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan
Roh Kudus.” Ini mengindentifikasikan pekerjaan Roh Kudus dalam menempatkan
orang percaya ke dalam kesatuan dengan Kristus belum terjadi, tetapi diantisipasi
secepatnya. Konteks menjelaskan peristiwa dan mengidentifikasikan itu dimulai
pada saat pentakosta dengan turunnya Roh Kudus ( Kis. 2 : 1 – 4 ). Pada waktu
Petrus melaporkan apa yang telah terjadi di rumah Kornelius di Kaisarea, ia
mengidentifikasikan kepada orang Yahudi di Yerusalem bahwa Roh Kudus turun
atas orang non Yahudi sebagaimana juga turun pada orang Yahudi “pada mulanya”
( Kis. 11 : 15 ). Frasa yang kemudian ini menyebutkan titik awal dari karya
pembaptisan oleh Roh Kudus dan kemudian mengidentifikasi awal dari formasi
gereja Perjanjian Baru. Gereja dimulai pada saat Pentakosta ( KPR 2 ).

D. Profil Gereja ( Sebutan / Julukan / Relasi )

Pada waktu Yesus mengatakan : “Aku akan mendirikan jemaat-Ku” ( Mat.
16 : 18 ). Ia tidak berbicara tentang gereja lokal, tetapi tentang gereja universal,
sekumpulan orang percaya pada masa kini. Sejumlah figure digunakan di Kitab Suci
untuk menjabarkan atau menggambarkan gereja sebagai suatu organisme yang
hidup.

1. Gereja adalah Tubuh ( Tubuh Kristus )

Kristus adalah Kepala

Suatu metafora yang menggambarkan kesatuan dan universalitas dari
gereja adalah kata tubuh. Sebagaimana kepala memiliki otoritas atas tubuh fisik
dan memberikan arah kepadanya, demikian pula Kristus sebagai kepala gereja,
memiliki otoritas atasnya dan memberikan arah padanya ( Ef. 1 : 22 - 23, Kol. 1 : 8 ).
Ilustrasi tubuh juga menekankan kesatuan dari semua orang percaya pada zaman
gereja karena gereja merekonsiliasi orang Yahudi dan Non Yahudi ke dalam satu
tubuh. Tidak ada perbedaan, mereka semua dalam Kristus ( I Kor. 12 : 13; Ef. 2 : 16,
4 : 4 ). Selanjutnya, Kristus memelihara gereja dengan memberikan pemimpinpemimpin yang berkarunia bagi gereja sehingga ia bisa tumbuh pada kedewasaan
dan dibangun sebagai satu tubuh dalam Kristus ( Ef. 4 : 12, 16; Kol. 2 : 19 ).
Partisipasi dalam unsur - unsur perjamuan Tuhan menggambarkan kesatuan dari
gereja sebagai Tubuh Kristus ( I Kor. 10 : 16 - 17 ).

2. Gereja adalah Pengantin Perempuan.

Kristus adalah pengantin Pria

Gambaran dari gereja sebagai pengantin perempuan Kristus terlihat di Efesus 5 :
23, dimana suatu analogi diambil untuk membandingkan hubungan suami isteri
dalam pernikahan dengan Kristus dan pengantin perempuan-Nya yaitu gereja.
Ilustrasi ini penting karena menyatakan kebesaran dan kasih Kristus bagi gereja
( Efesus 5 : 2, 25 ). Penekanan kedua dari ilustrasi ini adalah meninggikan posisi
dari pengantin perempuan. Sebagaimana halnya dalam budaya pernikahan oriental,
pada saat pertunangan, pengantin perempuan menerima janji akan berkat di masa
yang akan datang bersama suaminya.

Demikian pula, gereja sekarang adalah pengantin perempuan yang menantikan
suaminya kembali dari kemuliaan ( 1 Tes. 5 : 23 ). Tahap kedua dari pernikahan
oriental adalah pernikahan itu sendiri, pada waktu suami datang untuk menjemput
pengantin perempuan untuk pergi bersamanya . Dalam suatu figure analogi, gereja
menunggu kembalinya Kristus, di mana ia akan disatukan dengan suaminya ( Yoh.
14 : 1 - 3; I Tes. 4 : 16 – 17 ). Dalam pernikahan oriental, akan dilanjutkan dengan
pesta pernikahan; demikian pula dengan gereja sebagai pengantin perempuan
Kristus menunggu kembalinya sang suami ( Why. 19 : 7 – 9 ) dan selanjutnya
kemuliaan dari kerajaan milenial.

3. Gereja adalah Bangunan Allah.

Yesus adalah batu penjuru ( Ef. 2 : 20 )

Paulus menekankan bahwa Yahudi dan non - Yahudi sama - sama adalah
satu dalam Kristus karena Allah telah menghapuskan dinding yang memisahkan
Yahudi dan non - Yahudi ( Ef. 2 : 11 – 18 ). Sekarang Paulus menjabarkan kesatuan
dari gereja berdasarkan figure dari suatu bangunan. Gereja, suatu kesatuan dari
Yahudi dan non - Yahudi dibangun atas “dasar Para Rasul dan Para Nabi.” ( Ef. 2 :
20 ). “Para Rasul” secara kolektif merupakan salah satu dari karunia fondasional,
ditujukan untuk memperlengkapi orang percaya ( Ef. 4 : 12 ) dan membawa gereja
pada kedewasaan ( Ef. 4 : 13 ).

Dalam gambaran bangunan, Yesus Kristus adalah batu penjuru ( Ef. 2 : 20; lihat I
Kor. 3 : 9, 11 ) yang dapat disebut sebagai “dasar batu utama pada sudut struktur
dimana arsitek menetapkan suatu standar untuk tumpuan bagi seluruh dinding.
Dalam Kristus semua bangunan gereja dibangun “menjadi bangunan yang pas satu

dengan yang lain” [ Yunani sunarmologoumene, ( Ef. 2 : 21 ) ], menekankan karya
Kristus dalam membangun gereja-Nya. Sebagai suatu bangunan “tumbuh” waktu
pembangunan, demikian juga gereja, sebagai suatu organisme yang hidup
bertumbuh sebagai orang percaya baru yang ditambahkan pada “bangunan” itu
( lihat I Pet. 2 : 5 ).

4. Gereja adalah Keimaman. (Yang memberi persembahan korban).

Allah adalah yang menerima persembahan dari imam

Dalam I Pet. 2 : 5, rasul mengkombinasikan figur suatu bangunan dan
seorang imam, menyatakan, “kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk
pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus.” Pernyataan itu
berhubungan dengan Kel. 19 : 5 - 6, dimana Allah menyatakan bahwa Israel “suatu
kerajaan keimaman”. Namun demikian, dalam bangsa Israel, hanya suku Lewi yang
boleh melayani sebagai imam, sedangkan di gereja, setiap orang percaya adalah
seorang imam. Petrus mengidentifikasikan semua orang percaya adalah imam
dengan tujuan untuk mempersembahkan persembahan rohani bukan persembahan
binatang.

Keunikan dari keimaman PB dapat dilihat lebih jauh di I Pet. 2 : 9, dimana
Petrus menyebut tentang “imamat yang rajani”. Pada zaman gereja, orang percaya
adalah raja dan imam ( lihat Why. 1 : 6). Di PL adalah tidak mungkin untuk

mengkombinasikan kedua jabatan itu, karena seseorang hanya bisa menjadi salah
satu, yaitu ada di garis keturunan keimaman yaitu Lewi atau garis keturunan raja,
yaitu Yehuda. Keseluruhan gereja berfungsi sebagai imam, sedangkan di Israel,
hanya keturunan Lewi yang mendapatkan hak itu.

Semua orang percaya di zaman gereja memiliki akses kepada Allah melalui Kristus,
sebagai imam besar pada bangsa Israel, setiap orang percaya dapat menghadap
Allah hanya melalui imam Lewi. Pada zaman gereja, semua orang percaya dapat
menghadap Allah selama persembahan tertentu saja ( Im. 1 : 7 ). Kontras ini
mengidentifikasikan bahwa meskipun gereja dan Israel disebut imam, namun Israel
dan gereja memiliki perbedaan.

Dalam Kamus Alkitab, arti Imam adalah mempersembahkan korban dan
mengadakan doa syafaat dan membei berkati.

5. Gereja adalah Kawanan Domba.

Yesus Kristus adalah Gembala ( Yohanes 10 : 11 )

Gambaran yang indah dan lembut yang menjelaskan tentang relasi orang percaya
dengan Tuhan dapat ditemukan dalam Yoh. 10 : 16 dimana gereja disebut sebagai
kawanan domba ( lihat Kis. 20 : 28; I Pet. 5 : 3 ). Israel memiliki relasi dengan Tuhan
sebagai domba dengan gembala ( Mzm. 23 ) dan disebut kawanan domba ( Mzm.
80 : 1; Yer. 13 : 17 ) tetapi di PL gambaran itu terbatas hanya pada Israel. Keunikan
tentang gereja sebagai kawanan domba ini terdiri dari orang Yahudi dan non Yahudi.
Yesus menyatakan “ Ada lagi pada-Ku domba - domba lain ( non Yahudi ), yang
bukan dari kandang ini ( Yahudi ), domba - domba itu harus Kutuntun juga dan
mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan
domba ( gereja yang terdiri dari bangsa Yahudi dan non Yahudi ) dengan satu
gembala.” ( Yoh. 10 : 6 ).

Gambaran itu menekankan bahwa anggota gereja sebagai domba dari Kristus
adalah milik-Nya. Yesus menekankan bahwa kawanan domba adalah “domba-Ku”
( Yoh. 10 : 26, 27 ) dan bahwa mereka aman di tangan-Nya. Selanjutnya dikatakan
bahwa domba mengenali suara gembala. Ada keintiman, dimana gembala
mengenali setiap dombanya, dan mereka mengenali suara-Nya dan memberikan
respons terhadap-Nya.

6. Gereja adalah Ranting dari Pokok Anggur.

Kristus adalah Pokok Anggur yang benar ( Yoh. 15 : 1 )

Di dalam Yoh. 15 Yesus menjabarkan relasi yang dekat pada masa gereja, dimana
orang percaya menikmati persekutuan dengan Dia sebagai suatu ranting
berhubungan dengan pokok anggur yang benar ( Yoh. 15 : 1 ), sedangkan bapa
adalah petani yang merawat tanah itu supaya ranting - ranting itu menghasilkan
buah ( Yoh. 15 : 1 ). Orang percaya di zaman gereja adalah ranting - ranting yang
hidupnya bergantung pada pokok anggur karena mereka ada “ di dalam Dia” ( Yoh.
15 : 4, 5 ).

Ranting - ranting itu menerima makanan yang menghidupkan mereka dengan
melekat pada pokok anggur itu; selama mereka tetap tinggal pada pokok anggur
itu, maka mereka dapat tumbuh dan berbuah. Relasi ini menjelaskan tentang
kesatuan dan persekutuan orang percaya di zaman gereja dengan Kristus. Nasihat
Kristus pada gereja adalah untuk “tinggal di dalam Aku”. “Tinggal” ( Yunani neon )
secara esensial berarti “tinggal”, “diam”, atau “hidup” dalam konteks ini, kata itu
berarti tetap atau terus menerus dalam wilayah mana ia menemukan dirinya
sendiri. Nasihat untuk tetap tinggal di dalam Kristus adalah nasihat untuk terus
percaya kepada-Nya ( lihat I Yoh. 2 : 22, 24, 28 ). Tujuan dari ranting untuk melekat
pada pokok anggur adalah untuk menghasilkan buah. Setiap ranting yang tidak
berbuah akan “dibersihkan” agar ia berbuah. Ranting yang tetap melekat pada
Kristus akan menghasilkan buah ( Yoh. 15 : 2 ). Gambaran dari pokok anggur itu
mendemonstrasikan relasi vital antara anggota gereja dengan Kristus.

E.

Keunikan Gereja

Dalam relasi dengan Israel. Gereja adalah kesatuan yang terpisah dari Israel
dan tetap dibedakan dari Israel. Bukti untuk hal itu adalah sebagai berikut. Israel
selalu berarti keturunan secara fisik dari Yakub. Suatu studi sederhana dari
konkordansi tentang penggunaan istilah Israel akan memperlihatkan hal itu. Dalam
pemunculannya sebanyak enampuluh enam kali di Perjanjian Baru, istilah itu
menunjuk pada bangsa Yahudi. Istilah Israel baru yang diidentifikasikan dengan
gereja adalah tidak akurat; Israel selalu berarti orang Yahudi.

Paulus tetap membedakan antara Israel dengan gereja. Dalam
memperingatkan orang percaya untuk tidak menyinggung orang lain, ia menyebut
Yahudi, Yunani ( non Yahudi ), dan gereja ( I Kor. 10 : 32 ). Setelah gereja didirikan,

Israel terus dikenali sebagai orang yang dibedakan dengan non Yahudi dan dengan
gereja ( Kis. 3 : 12, 4 : 8, 10 ; 5 : 21, 31, 35; 21 : 19 ).

Penjelasan sampai di sini saja.

Dalam relasi dengan kerajaan. Sebagian orang Kristen percaya bahwa gereja
sinonim dengan kerajaan dan bahwa gereja merupakan awal dari kerajaan. Ini
adalah kesalahan pengertian dari kata kerajaan, yang sebenarnya berarti “tempat
tinggal raja, juga berarti kuasa ( Ezr. 4 : 5 ) dan bentuk dari suatu pemerintahan.
Khususnya, para penulis yang terakhir, mengartikannya sebagai wilayah dan
pemerintahan, raja dan kerajaan.” Jadi arti dasar dari kerajaan meliputi tiga hal,
yaitu seorang penguasa, rakyat yang diperintah, dan suatu wilayah yang dikuasai.

Ada dua bentuk kerajaan:

1. Kerajaan Universal.

Bentuk dari kerajaan ini ada sepanjang waktu ( Rat. 5 : 19 ), termasuk dalam semua
ruang dan waktu ( Mzm. 103 : 19; 139 : 7 – 10 ) dan meliputi kontrol ilahi dalam
sejarah ( Yes. 44 : 26 – 45 : 4 ). Kerajaan universal adalah pemerintahan Allah yang
berdaulat dari kekal sampai kekal.

2. Kerajaan Mediatoral.

Ini adalah:

a. Pemerintahan Allah melalui pemilihan ilahi atas seorang wakil, yang tidak
hanya berbicara dan bertindak atas nama Allah tetapi juga menyajikan orang-orang
itu di hadapan Allah;

b. Suatu penguasa yang khususnya atas bumi ini.

c. Dengan memiliki penguasa mediatorial, yang selalu merupakan anggota dari
umat manusia.

Jadi, Allah menyatakan kehendak-Nya di atas bumi melalui mediator yang
ditetapkan oleh-Nya: Adam, Nuh, Abraham, Musa dan yang lain. Tetapi para
mediator ini semua menerima atas bumi di akhir zaman. Malaikat Gabriel berjanji
pada Maria tentang putranya : “Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya tahta
Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub
sampai selama - lamanya dan kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” ( Luk. 1 : 32
– 33 ). Ini merupakan Mesias akan memerintah atasnya. Gereja bukanlah kerajaan.
Gereja ada dalam masa sekarang, sedangkan kerajaan yang akan datang, akan
dimulai dengan kedatangan Kristus yang kedua.

Ada beberapa perbedaan antara gereja dan kerajaan. Istilah gereja dan kerajaan
tidak pernah digunakan saling bergantian di Kitab Suci. Dari ke - 114 pemunculan
kata gereja ( Yunani ekklesia ), kata itu tidak pernah disamakan dengan kerajaan.
Yesus datang untuk menawarkan kerajaan pada bangsa Yahudi, jadi proklamasi itu,
“Bertobatlah, sebab kerajaan Surga sudah dekat.” ( Mat. 4 : 17 ). Pada waktu
kerajaan itu ditolak, hal itu mengalami penundaan, dan akan diperkenalkan pada
kedatangan-Nya yang kedua ( Mat. 13 ). Yesus mengumumkan bahwa Ia akan
membangun gereja-Nya setelah penawaran kerajaan ditolak ( Mat. 16 : 18 ).

F.

Fungsi / Kriteria Dari Suatu Gereja Lokal

Apa yang disebut dengan gereja lokal ? Bilamana mulainya menjadi suatu
gereja ? Apakah sekelompok orang - orang yang berkumpul dan mendengarkan
kaset seorang pemimpin Kristen, lalu kelompok itu dapat disebut gereja ? Apakah
suatu kelompok yang berkumpul untuk mendengarkan pembicara di pertemuan
Alkitab yang berbeda di setiap minggu dapat disebut gereja ?

Beberapa gambaran penting untuk mengidentifikasi gereja lokal yang Alkitabiah di
PB.

1. Ibadah.

Ada beberapa kata Yunani di PB yang berbicara tentang ibadah. Proskuneo, yang
berarti “tunduk menyembah” atau “tak berdaya”, digunakan banyak kali dalam Injil,
tetapi dalam surat Para Rasul, hanya di I Kor. 14 : 24 - 25 dalam hubungan dengan
orang tidak percaya. Sikap tunduk secara fisik harus mencerminkan sikap dari
dalam hati, yang tunduk kepada Allah. Latreuo memiliki arti dasar “pelayanan
keimaman” jadi Paulus melayani Allah melalui pemberitaan ( Rm. 19 ). Orang
percaya di Perjanjian Baru, bukan membawa binatang mati dalam ibadah,
melainkan tubuh yang hidup, yang telah dikhususkan bagi Allah, untuk
dipersembahkan pada Allah, sebagai suatu sikap ibadah ( Rm. 12 : 1 ). Sebomai,
berarti “menghormati atau takut pada Allah” ( I Tim. 2 : 10; 5 : 4; II Pet. 1 : 3; 3 :
11 ).

Ibadah yang sejati harus memiliki natur atau wilayah spiritual, dan ibadah yang
sejati harus sesuai dengan kebenaran sebagaimana yang telah dinyatakan oleh
Allah ( Yoh. 4 : 24 ). Hal itu melibatkan presentasi yang berasal dari suatu keputusan
yang pasti dari keseluruhan diri orang percaya kepada Allah ( Rm. 12 : 1 - 2 ).

Sebagaimana orang percaya di PL berkumpul pada hari Sabat untuk beribadah,
maka KPR menelusuri transisi di mana orang Kristen mulai beribadah pada hari
Minggu, yaitu hari pertama dari seminggu, dalam rangka memperingati
kebangkitan Kristus ( Yoh. 20 : 1, 19, 26 ). Mereka memperingati ketetapan
Perjamuan Tuhan pada hari pertama dari seminggu ( Kisah 20 : 7 ) dan mengambil
persembahan pada hari pertama dari seminggu ( I Kor. 16 : 2 ). Menyanyikan himne
juga merupakan bagian dari ibadah bersama di gereja mula - mula ( I Kor. 14 : 26;
Ef. 5 : 19; Kol. 3 : 16 ).

2. Instruksi ( Pengajaran / khotbah )

Instruksi merupakan unsur vital dalam kehidupan dari gereja mula - mula. Allah
memberikan Kitab Suci dengan tujuan untuk mengajar jemaat dan memimpin

mereka pada kedewasaan ( II Tim. 3 : 16 – 17 ). Pengajaran merupakan penangkal
terhadap doktrin palsu ( I Tim. 1 : 3 ); pengajaran menghasilkan kasih di antara
orang percaya, menghasilkan makanan rohani yang sehat ( I Tim. 4 : 6 ); kesalehan
( I Tim. 4 : 6 - 16 ); ketaatan ( I Tim. 5 : 17; 6 : 2 ) dan fokus yang tepat dari
kehidupan seseorang ( I Tim. 6 : 17 ). Paulus memberikan instruksi pada Timotius
untuk mengajar yang lain supaya bertumbuh ( II Tim. 2 : 2; lihat I Tim. 4 : 14, 16; 6 :
20 ).

Pada awalnya, gereja tekun mempelajari pengajaran dari para rasul ( Kis. 2 : 42 ),
dan kemudian memenuhi kota dengan doktrin Kristen ( Kis. 5 : 28 ). Paulus
memerintahkan gereja di Roma untuk mengikuti pelajaran yang telah mereka
terima. Selama perjalanan misinya, Paulus mengajar gereja - gereja ( Kis. 20 : 20 ).
Pada faktanya, kitab - kitab Para Rasul diakhiri dengan pengajaran Paulus kepada
mereka yang mengunjunginya di Roma ( Kis. 28 : 31 ). Kepentingan dari pengajaran
sebagai fungsi utama dari gereja tidak dapat disangkali.

3. Persekutuan ( membangun hubungan kasih antar anggota jemaat ) = KOMSEL

Saling mengenal, saling mendoakan, saling menguatkan, saling mengasihi, saling
membekati, saling menasehati ( Ibr. 10 : 23 – 25 ).

Kata persekutuan ( Yunani Koinonia ) berarti “berbagi” dan menekankan kesatuan
dari gereja.

Persekutuan terjadi dengan berbagai cara. Gereja mula - mula berkumpul untuk
bersekutu dan memecahkan roti dan berdoa ( Kis. 2 : 42 ). Pemecahan roti terdiri
dari makan dalam persekutuan, yang disebut perjamuan kasih, yang diikuti dengan
perjamuan Tuhan. Gereja mula -mula memberikan penekanan yang besar pada
persekutuan doa ( lihat Kis. 4 : 24 - 31; 12 : 5, 12 ; Flp. 1 : 3 – 4 ). Persekutuan juga
dapat melibatkan hal materi dalam menolong penyebaran Injil ( Rm. 15 : 26; II Kor.

9 : 13; Flp. 1 : 5 ) atau berbagi penolakan melalui identifikasi dengan Kristus ( Flp.
3 : 10 ).

Persekutuan juga menekankan fakta bahwa orang percaya saling memiliki. Paulus
menekankan hal ini melalui penggunaan dari “satu sama lain”. Karena persekutuan
mereka dalam Kristus, Paulus memerintahkan orang percaya untuk menerima satu
sama lain ( Rm. 15 : 7 ), saling mengasihi ( Ef. 4: 2, 15, 16; 5 : 2 ) menahan diri
untuk saling menghakimi ( Rm. 14 : 3, 13) saling membangun ( Rm. 14 : 19 ),
dipersatukan ( Rm. 15 : 5 ) dan saling mengingatkan ( Rm. 15 : 14 ). Relasi satu
dengan yang lain ini adalah penting untuk menjaga kesatuan iman yang Kristus
doakan ( Yoh. 17 ).

4. Pelayanan ( Pelayanan karunia dan pelayanan diakonia )

Gereja lokal juga terlibat dalam pelayanan. Hal itu melibatkan penginjilan kepada
orang percaya di dunia ( Kis. 8 : 4; 11 : 19 - 20; 16 : 31; 17 : 2 ) dan bermacam macam pelayanan terhadap orang percaya dan persekutuan gerejawi. Hal itu
melibatkan penerapan karunia - karunia rohani dalam pelayanan terhadap satu
sama lain ( Rm. 12 : 3 - 4; I Kor. 12; Ef. 4 : 8 – 13 ) dan dengan tanda itu melayani
orang lain ( Rm. 12 : 7 ), memberikan apa yang dibutuhkan orang lain ( Rm. 12 : 8 ),
memperlihatkan kemurahan ( Rm. 12 : 8 ) dan menolong orang lain ( I Kor. 12 : 28 ).
Pelayanan juga melibatkan penerapan disiplin gerejawi. Penerapan disiplin gerejawi
adalah penting ( eksklusi dari persekutuan ) karena imoralitas ( I Kor. 5 : 1 - 13 ) dan
doktrin yang salah ( II Tes. 3 : 14; II Yoh. 10 ). Gal. 6 : 1 - 2 memberikan prinsip yang
penting dalam melaksanakan disiplin gerejawi. Pelayanan juga harus melibatkan
pelayanan kepada orang-orang yan membutuhkan pertolongan di gereja khususnya
para janda ( Yak. 1 : 27 ). I Tim. 5 : 1 - 8 memberikan rincian tentang kepentingan
pelayanan kepada para janda.

5. Organisasi ( Manajemen dan Administrasi Gereja )

Setelah gereja didirikan, penatua dan diaken dipilih untuk mengelola pelayanan
gereja ( Kis. 14 : 23; Tit. 1 : 5 ).

6. Ordinansi ( Sakramen )

Gereja melaksanakan ordinansi baptisan dan perjamuan Tuhan ( Kis. 2 : 41; I Kor. 11
: 23 – 24 ).

Pertanyaan :

1. Alasan, mengapa Tuhan memilih suku Lewi menjadi Imam ?

2. Kalau Lewi tidak kembali dari pembuangan, siapakah yang menjadi imam
setelah pembuangan.

II. Pemimpin Di Gereja

Ibr. 13 : 7 menyebut tentang pemimpin gereja di gereja lokal yang mengurus hal
spiritual dari jemaat, orang percaya harus tunduk pada mereka yang memerintah
atas mereka. Beberapa jabatan dari pemimpin gereja disebutkan dalam kitab suci.

A. Penatua

Penunjukan. Ada dua istilah dasar yang mengidenifikasi jabatan untuk
penatua.

1. Presbuteros

Istilah pertama adalah penatua ( Yunani presbuteros ), yang menunjuk pada
seorang Kristen yang lebih tua. Hal itu dapat digunakan dalam pengertian harfiah
untuk laki - laki yang tua ( 1 Tim. 5 : 1 ) atau wanita yang lebih tua ( 1 Tim. 5 : 2 ).
Hal itu juga dapat digunakan secara figurative untuk penatua, seperti anggota
Sanhedrin ( Kis. 4 : 5 ) dan penatua gereja ( Kis. 14 : 23; 15 : 2, 4, 6 ).

Presbuteros juga menekankan wibawa dan dan kematangan dari jabatan itu,
Penatua memiliki otoritas untuk membagikan uang ( Kis. 11 : 30 ); mereka
berotoritas untuk membuat keputusan tentang apa yang dimasukan dalam doktrin
ortodoksi ( Kis. 15 : 2, 4, 6, 22; 16 : 2 ); mereka menerima laporan tentang
pekerjaan misionari ( Kis 20 : 17; 21 : 18 ); mereka harus dihormati ( 1 Tim. 5 : 17 ),
namun mereka tidak boleh menjadi seorang diktator ( 1 Petrus 5 : 1 – 3 ); mereka
harus mengunjungi orang sakit dan berdoa bagi mereka, memberikan nasihat dan
dorongan - dorongan ( Yak. 5 : 14 ).

2. Episkopos ( Penilik Jemaat ).

Istilah kedua yang berhubungan dengan jabatan penatua adalah overseer
( “bishop” dalam KJV; Yunani episkopos ). Istilah ini berartikan “memperhatikan
atas” seperti gembala. Kata itu menekankan pada pekerjaan atau fungsi dari
penatua. Tugasnya untuk memberi makan dan merawat kawanan domba Allah yang
dipercayakan kepadanya ( lihat Kis. 20 : 28; 1 Tim. 3 : 2; Tit. 1 : 7 ). Sebagai
perbandingan lihat Kis. 20 : 17, 28 dan Titus 1 : 5 yang memperlihatkan bahwa
elder dan overseer digunakan secara bergantian, menunjuk pada jabatan yang
sama. Perbedaan yang penting adalah bahwa presbuteros menekankan pada
wibawa dari jabatan itu, sedangkan episkopos menekankan pada pekerjaannya.

a.

Kualifikasi.

Kualifikasi bagi penatua dinyatakan di 1 Tim 3 : 1 - 7 dan Titus 1 : 5 - 9. Penatua
ditandai dengan lima belas karakteristik berikut ini. Tidak bercacat. Ia adalah
seorang yang “tidak disensor”, tidak ada sesuatupun dari hidupnya yang dapat
dijadikan alasan untuk menuduh dia. Suami dari satu isteri, hal itu tidak berarti
“satu demi satu” ( poligami tidak dikenal di tengah orang Yunani dan Romawi ), ia
tidak pernah bercerai dan menikah kembali. Dapat menahan diri: ia waras dalam
penilaian. Bijaksana : ia sopan dan sehat dalam pemikirannya. Sopan: ia seimbang,
tidak kasar. Suka memberi tumpangan : Ia mengasihi dan memberikan tumpangan

pada orang asing. Dapat mengajar: ia dapat menganalisa dan mengkomunikasikan
doktrin yang benar.

Bukan peminum: ia tidak selalu duduk di tepi meja dan minum anggur. Bukan
Pemarah : ia bukan tukang berkelahi. Peramah : Pikirannya masuk akal. Pendamai :
ia menghindari pertikaian. Bukan hamba uang : ia tidak tamak dan tidak
bertanggungjawab dalam hal uang. Kepala keluarga yang baik : ia memperhatikan
keluarganya sendiri sehingga mereka menjadi percaya dan hidup tertib. Bukan
orang yang baru bertobat : supaya ia tidak berkepala besar. Memiliki nama baik di
luar jemaat : ia dihormati di tengah masyarakat luas.

b.

Tugas.

Tugas penatua meliputi penggembalaan kawanan domba ( Kis. 20 : 28 ), mengajar
( 1 Tim. 3 : 2 ), memerintah atau memimpin secara umum ( 1 Tim. 5 : 17 ) dan
menjaga diri dari kesalahan ( Tit. 1 : 9 ).

c.

Jumlah.

Pluralitas dari penatua sering disebutkan ( Kis 14 : 23; Flp 1 : 1; Tit 1 : 5 ).

B. Diaken

1. Penunjukan.

Kata deacon ( Yunani diakonos ) merupakan kata umum yang berarti “pelayan” dan
digunakan banyak kali di PB dalam pengertian non - teknis ( Mat. 20 : 26; Mrk. 9 :
35 )

2. Jabatan.

Meskipun tidak jelas dinyatakan, namun kelihatan asal mula dari jabatan itu dimulai
dalam Kis. 6 : 1 - 6 dimana tujuh orang dipilih untuk mengurus kebutuhan materi
dari para janda dan jemaat. Hal itu memberikan keleluasaan bagi para rasuk untuk
mendedikasikan waktu mereka bagi doa dan pelayanan firman. Hal itu

mengindikasikan fungsi dari diaken yang berada di bawah penatua. Penatua
bertugas mengajar jemaat, sedangkan diaken mengurus kebutuhan materi dari
jemaat. Istilah “bercabang lidah” berkaitan dengan pekerjaan diaken yang
mengunjungi rumah - rumah ( 1 Tim. 3 : 8 )

3. Kualifikasi.

Kualifikasi bagi diaken diberikan di 1 Tim. 3 : 8 - 13. Diaken ditandai dengan delapan
karakteristik berikut ini. Orang yang terhormat : mereka orang yang serius, patut
mendapat penghormatan dari orang lain. Tidak bercabang lidah : tidak
menyebarkan berita yang berlawanan di tengah jemaat. Bukan pemabuk : mereka
menunjukkan sikap yang pantas pada makanan dan minuman. Jangan Serakah :
mereka tidak tamak pada uang dan tidak menggunakan posisi mereka untuk
keuntungan financial. Memelihara rahasia: mereka melakukan apa yang mereka
beritakan. Harus diuji dahulu : Mereka telah diamati dan ditemukan teruji.

Memiliki satu isteri: Mereka berkualifikasi untuk mengurus urusan gerejawi karena
mereka dapat mengelola urusan rumah tangga mereka.

C.

Diaken Perempuan

Jabatan diaken perempuan merupakan suatu pertanyaan yang dapat
diperdebatkan. Ada dua bagian dalam Firman Tuhan yang dipertimbangkan
sehubungan dengan jabatan ini. Roma 16 : 1 menyebutkan Febe sebagai seorang
“pelayan” ( Yunani diakonon ) dari gereja. Diakonon dapat diterjemahkan diaken
perempuan. Pertanyaannya adalah apakah istilah itu digunkakan dalam arti teknis
dari jabatan gereja atau dalam arti non teknis, yaitu pelayan Kristen yang
seharusnya. Meskipun sukar untuk memberikan jawaban yang tegas bagi
pertanyaan itu, namun kelihatannya Paulus menggunakan istilah dalam arti non
teknis, di mana hal itu konsisten dengan salam informalnya pada akhir surat itu ( 1
Kor. 16 : 15 ). Paulus menggunakan istilah itu secara non teknis di bagian lain ( Ef.
3 : 7; Kol. 1 : 25; 1 Tim. 4 : 6 ).

Bagian kedua di 1 Tim. 3 : 11, yang menyebutkan “perempuan” ( Yunani gunaikas ).
Pertanyaannya adalah apakah perempuan menunjuk pada arti isteri seorang diaken
atau apakah kata itu menunjuk pada jabatan terpisah, yaitu untuk diaken
perempuan. Konteksnya tidak cocok apabila itu ditujukan pada diaken perempuan,
karena akan merupakan pemotongan yang aneh. Apabila kata itu menunjuk pada
diaken perempuan, maka diaken yang disebut di ayat 8 - 10 dan 12 – 13, akan
menjadi janggal. Homer A. kent. Jr., dipihak lain, sangat yakin bahwa 3 : 11

menunjuk pada jabatan diaken perempuan. Namun demikian, tidak dikatakan
bahwa itu merupakan pelayanan diaken perempuan.

D. Tipe – Tipe / Bentuk Pemeritahan Gereja

Gereja sebagai Tubuh Kristus adalah organisme yang hidup, sama halnya dengan
tubuh manusia dengan kepala yang memberikan pengarahan, demikian pula Kristus
sebagai Kepala gereja memberikan pengarahan pada gereja. Demikian pula ada
organisasi yang mengelola fungsi dari gereja. Secara historis, ada tiga tipe
pemerintahan gereja yang muncul.

Cukup Jelaskan yang di table di bawah

1. Episkopal.

Nama episkopal berasal dari kata Yunani episkopos, yang berarti “penilik” ( Kata itu
juga diterjemahkan “bishop” di KJV ), dan menunjuk pada pemerintahan gereja di
bawah otoritas bishop - bishop. Perbedaan denominasi dapat dilihat dari
pemerintahan episkopal, bentuk yang paling sederhana adalah gereja Methodis.
Struktur yang lebih kompleks adalah gereja Episkopal ( Anglikan ). Dan yang paling
kompleks dalam struktur episkopal adalah gereja Roma Katolik, di mana otoritas
tertinggi terletak pada bishop di Roma, yaitu Paus. Gereja Lutheran juga mengikut
bentuk episkopal.

Dalam bentuk pemerintahan gereja episkopal, otoritas terletak pada bishop - bishop
yang bukan menilik hanya satu gereja, tetapi suatu grup gereja - gereja. Seorang
bishop diwariskan otoritas untuk menahbiskan pendeta atau imam. Roma Katolik
berpendapat bahwa otoritas ini berasal dari rasul, yaitu para rasul yang mula mula. Mereka mengklaim otoritas berdasar pada Matius 16 : 18 - 19. Sedangkan
yang lain, yaitu Methodis tidak mengakui otoritas dari para rasul ini.

Bentuk pemerintahan ini bangkit di abad kedua, namun para penganutnya akan
mengklaim dukungan Alkitab dari posisi Yakobus di gereja Yerusalem, demikian pula
posisi Timotius dan Titus.

2. Presbiterian.

Nama presbiterian berasal dari kata Yunani prebuteros, yang berarti “penatua”, dan
mengandung pengertian adanya wibawa, kedewasaan, dan usia dari pemimpin pemimpin gereja. Presbiterian ( kadang-kadang disebut federal ) menunjuk pada
pemerintahan gereja yang dikelola oleh penatua - penatua sebagaimana dalam
gereja Presbiterian dan Reform. Sebagai kontras dengan bentuk pemerintahan
kongregasional adalah dimana bentuk presbiterian menekankan pemerintah
perwakilan oleh penatua-penatua yang memerintah ( penatua pengajar
mengetuainya ), mengelola gereja lokal. Di atas sidang adalah presbiteri, termasuk
di dalamnya adalah semua pendeta yang telah ditahbiskan oleh penatua pengajar,
demikian pula penatua yang memerintah di setiap gereja lokal dalam suatu wilayah.
Di atas presbiteri adalah sinode, dan di atas sinode adalah sinode am, yang
merupakan badaan tertinggi. Kedua lembaga ini dengan berimbang terdiri dari
pendeta, jemaat atau penatua pengelola. Pendeta melayani sebagai salah satu dari
penatua itu.

Dukungan Alkitab untuk pemerintahan ini adalah seringnya penatua disebutkan di
PB; ada penatua di Yerusalem ( Kis. 11 : 30; 15 : 2, 4 ) dan di Efesus ( Kis. 20 : 17 );
penatua-penatua dipilih dalam setiap gereja ( Kis. 14 : 23; Tit. 1 : 5 ); penatua
bertanggungjawab untuk memberi makanan kawanan domba ( 1 Pet. 5 : 1, 2 ); ada
juga penatua yang memerintah ( 1 Tim. 5 : 17 ).

3. Kongregasional.

Dalam pemerintahan gereja kongregasional, otoritas bukan pada perwakilan secara
individu, tetapi pada seluruh jemaat. Dua hal yang ditekankan dalam pemerintahan
gereja kongregasional adalah otonomi dan demokrasi. Gereja kongregasional adalah
otonomi, artinya tidak ada otoritas di luar gereja lokal yang memiliki otoritas atas
gereja local. Sebagai tambahan, gereja kongregasional pemerintahannya
demokrasi; semua anggota gereja dari jemaat local membuat keputusan dan
memimpin serta mengelola gereja. Pendapat ini bertumpuk pada

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Strategi komunikasi politik dalam perolehan suara Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada pemilu legislatif 2009 di Kabupaten Tegald

1 48 115

Perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar siswa di perpustakaan SMP Negeri Ciputat Tangerang-Banten

2 44 99

Perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung : (studi deksriptif mengenai perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung)

9 116 145

EFEKTIVITAS siaran dialog interaktif di Radio Maraghita sebaga media komunikasi bagi pelanggan PT.PLN (persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten di Kelurahan Lebakgede Bandung

2 83 1

Perancangan media katalog sebagai sarana meningkatkan penjualan Bananpaper : laporan kerja praktek

8 71 19

Pembangunan aplikasi e-learning sebagai sarana penunjang proses belajar mengajar di SMA Negeri 3 Karawang

8 89 291

Peranan bunga kredit sebagai sumber dana bagi PT.Bank Jabar Cabang Soreang Bandung : laporan kerja praktek

2 62 68

Uji Efektivitas Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl) sebagai Larvasida terhadap Larva Aedes aegypti Instar III

17 90 58