Pengaruh Perubahan Suhu Panas Media Air

LAPORAN PRAKTIKUM
“Pengaruh Perubahan Suhu Panas Media Air
Terhadap Membuka dan Menutup Operkulum
Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio)”

Kelompok 7
Asri Astuti

230110140072

Ayunani Agustina

230110140095

Alif Rizki M

230110140118

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN

JATINANGOR

2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan praktikum ini dengan judul “Pengaruh Perubahan
Suhu Panas Media Air Terhadap Membuka dan Menutup Operkulum Benih Ikan
Mas (Cyprinus Carpio)”. Tujuan penulisan laporan praktikum ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas praktikum mata kuliah Fisiologi Hewan Air.
Laporan ini membahas mengenai perubahan suhu panas pada media air
terhadap membuka dan menutupnya operkulum benih ikan mas sehingga
diketahui laju pernafasan ikan..
Pada kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen mata kuliah Fisiologi Hewan Air ;
2. Asisten Laboratorium mata kuliah Fisiologi Hewan Air ;
3. Seluruh anggota kelompok 7 ;
4. Pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Demikianlah harapan kami, semoga laporan praktikum ini dapat

bermanfaat bagi kami dan juga pembaca tentunya. Adanya saran yang
membangun dari pembaca untuk perbaikan laporan praktikum selanjutya sangat
dihargai, kami ucapkan terima kasih.

Jatinangor, Oktober 2015

Penyusun

2

DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR .............................................................................................i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan...........................................................................................................2
1.3 Manfaat........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Mas.............................................................3
2.2 Morfologi Ikan Mas.....................................................................................4
2.3 Sistem Pernafasan Ikan................................................................................5
2.4 Suhu..............................................................................................................8
BAB III METODOLOGI....................................................................................11
3.1 Waktu dan Tempat......................................................................................11
3.2 Alat dan Bahan...........................................................................................11
3.3 Prosedur Praktikum....................................................................................11
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN................................13
4.1 Hasil Pengamatan.......................................................................................13
4.2 Pembahasan................................................................................................15
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................18
5.1 Kesimpulan................................................................................................18
5.2 Saran...........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
LAMPIRAN..........................................................................................................20

3


DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Benih Ikan Mas......................................................................................3
Gambar 2. Ikan Mas.................................................................................................3
Gambar 3. Morfologi Ikan Mas...............................................................................4
Gambar 4. Mekanisme Pernafasan Ikan Bertulang Sejati........................................5

DAFTAR TABEL

4

Tabel 1. Banyaknya bukaan operkulum benih ikan mas pada suhu 26±0,5oC.......13
Tabel 2. Banyaknya bukaan operkulum benih ikan mas pada suhu 23±0,5oC.......13
Tabel 3. Banyaknya bukaan operkulum benih ikan mas pada suhu 29±0,5oC.......14
Tabel 4. Data kelas pengamatan bukaan operkulum benih ikan mas.....................14

5

BAB I
PENDAHULUAN


1.1

Latar Belakang
Sebagian besar wilayah dunia terdiri atas air yang luas. Ikan
merupakan organisme akuatik yang memiliki organ yang kompleks dan
terdiri atas beberapa organ yang saling bekerja sama melakukan aktivitas
hidup. Ikan adalah salah satu hewan yang hidup di daerah perairan dan
tergolong hewan berdarah dingin, artinya temperatur tubuhnya mengikuti
temperatur air dimana ia berada. Umumnya ikan bernafas dengan
menghirup udara dari air dengan menggunakan insang. Ikan mengambil
udara dari permukaan air, bila didalam air kekurangan udara kecuali pada
beberapa genus yang mempunyai kantung udara untuk menghisap oksigen
apabila tempat hidupnya di dalam lumpur. Ikan merupakan kelompok
vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari
27.000 di seluruh dunia.
Insang dimiliki oleh jenis ikan (pisces). Insang berbentuk
lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian
terluar dari insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam
berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang
terdiri dari sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan

tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki
banyak kapiler sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2
berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup
insang yang disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang
rawan tidak ditutupi oleh operkulum.
Dari masing-masing karakteristik yang dimiliki ikan, ditemukan
satu pemikiran bahwa suhu berpengaruh dalam proses hidup ikan. Suhu
adalah faktor pembatas terpenting dalam suatu lingkungan perairan.
Organisme air sangat rentan terhadap perubahan suhu. Suhu juga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan laju

6

metabolisme suatu organisme.
Biasanya suhu berperan penting terhadap adaptasi fisiologi.
Penyesuaian fungsi alat-alat tubuh terhadap keadaan lingkungan ini yang
kemudian menyangkutkan operkulum sebagai salah satu organ tubuh yang
ikut andil dalam adaptasi fisiologi. Operkulum ikan yang membuka dan
menutup sangat bergantung terhadap suhu air sebagai media hidup ikan.
Sebagai mahasiswa perikanan dan ilmu kelautan, kita diharuskan untuk

mengetahui hal-hal tersebut. Oleh karena itu, maka dilakukanlah
praktikum “Pengaruh Suhu Terhadap Membuka dan Menutupnya pada
Operkulum ikan” ini.
.
1.2

Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui perubahan
suhu panas media air terhadap membuka dan menutup operkulum benih
ikan mas (Cyprinus carpio) yang secara tidak langsung ingin mengetahui
laju pernafasan ikan tersebut.

1.3

Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengetahui
perubahan suhu panas media air terhadap membuka dan menutup
operkulum benih ikan mas (Cyprinus carpio) yang secara tidak langsung
praktikan dapat mengetahui laju pernafasan ikan tersebut.


7

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Mas

Gambar 1. Benih Ikan Mas

Ikan mas merupakan ikan konsumsi air tawar, berbadan
memanjang, sedikit pipih ke samping dan lunak. Ikan mas sudah
dipelihara sejak tahun 475 SM, di Cina. Di Indonesia ikan mas mulai
dipelihara tahun 1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan
ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan, dan Jepang (Susanto,
2007).


Gambar 2. Ikan Mas

9

Klasifikasi ikan mas menurut (Susanto, 2007) adalah sebagai
berikut:
Phylum

: Chordata

Class

: Pisces

Ordo

: Ostariophysi

Family


: Cyprinidae

Genus

: Cyprinus

Spesies

: Cyprinus carpio
Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang

airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di
pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan
ketinggian 150-600 meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu
25-30° C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang
ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas (kadar
garam) 25-30%.
Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat
memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan
maupun binatang renik. Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan

binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan.
2.2

Morfologi Ikan Mas

Gambar 3. Morfologi Ikan Mas

10

Ikan mas (Cyprinus carpio) adalah ikan air tawar yang bernilai
ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia. Ikan mas ini
memiliki bentuk tubuh yang panjang dan pipih atau biasa di sebut dengan
sebutan comprossed. Belahan mulutnya terdapat pada bagian depan
kepalanya atau lebih tepat nya berada pada bagian ujung hidungnya. Gigi
kerongkongannya terdapat pada ujung mulut bagian dalamnya. Terdapat
dua pasang sungut pada wilayah anteriornya.
Tubuh ikan mas digolongkan menjadi tiga bagian yaitu kepala,
badan, dan ekor. Pada seluruh bagian tubuh nya diselimuti oleh sisik. Sisik
ikan mas ini memiliki ukuran yang besar, jika dibandingkan dengan sisik
ikan yang lain akan sangat terlihat perbedaannya. Bentuk ekor ikan mas ini
memiliki bentuk yang berlekuk tunggal. Memiliki sirip punggung yang
memanjang. Letak sirip punggungnya berseberangan dengan letak sirip
perutnya. Letak sirip perutnya sangat dekat dengan sirip dadanya. Terdapat
operkulum dan properkulum pada sirip dadanya. Untuk menampung
makanan, ikan mas menggunakan lambung palsunya. Insang ikan mas
terdiri dari beberapa bagian seperti tulang lengkung insang, tapis insang,
dan lembaran daun insang.
2.3

Sistem Pernafasan Ikan
Pernafasan adalah proses pengikatan oksigen dan pengeluaran
karbondioksida oleh darah melalui permukaan alat pernafasan. Proses
pengikatan oksigen tersebut dipengaruhi oleh struktur alat pernafasan, juga
dipengaruhi perbedaan tekanan parsial O2 antara perairan dengan darah.
Perbedaan tersebut menyebabkan gas-gas berdifusi ke dalam darah atau
keluar melalui alat pernafasan.
Ikan membutuhkan oksigen dalam proses metabolismenya dan
ikan membuang gas CO2 yang merupakan sisa metabolisme dalam sel.
Insang yang merupakan alat pernafasan utama ikan adalah tempat oksigen
terlarut dalam air masuk ke dalam tubuh dan gas CO2 meninggalkan tubuh.
Ikan bernapas menggunakan insang. Insang berbentuk lembaranlembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar
dari insang berhubungan dengan air, sedang bagian dalam berhubungan
11

erat dengan kapilerkapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari
sepasang filamen dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis
(lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak
kapiler, sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi
keluar.
Pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes) insangnya dilengkapi
dengan tutup insang (operkulum), sedangkan pada ikan bertulang rawan
(Chondrichthyes) insangnya tidak mempunyai tutup insang. Selain
bernapas dengan insang, ada pula kelompok ikan yang bernapas dengan
gelembung udara (pulmosis), yaitu ikan paru-paru (Dipnoi). Insang tidak
hanya berfungsi sebagai alat pernapasan, tetapi juga berfungsi sebagai alat
ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan
osmoregulator.
Ikan mas merupakan ikan bertulang sejati. Insang ikan mas
tersimpan dalam rongga insang yang terlindung oleh tutup insang
(operkulum). Insang ikan mas terdiri dari lengkung insang yang tersusun
atas tulang rawan berwarna putih, rigi-rigi insang yang berfungsi untuk
menyaring air pernapasan yang melalui insang, dan filamen atau lembaran
insang. Filamen insang tersusun atas jaringan lunak, berbentuk sisir dan
berwarna merah muda karena mempunyai banyak pembuluh kapiler darah
dan merupakan cabang dari arteri insang. Di tempat inilah pertukaran CO 2
dan O2 berlangsung.
Mekanisme pernafasan pada ikan secara umum sama, namun ada
perbedaan antara golongan Elasmobranchii dengan Teleostei.

Dalam

laporan ini hanya dibahas mekanisme pernafasan ikan Teleostei karena
ikan mas termasuk ke dalam golongan ikan Teleostei. Mekanisme
pernafasan kelompok ikan Teleostei berlangsung sebagai berikut :
Tahap inspirasi :
Tutup insang tertutup rapat, mulut membuka pada saat beberapa otot
berkontraksi. Termasuk dalam otot yang berkontraksi adalah sternohioid
dan elevator lengkung palatin. Pada saat yang sama jari-jari penyokong
keping tutup insang mengembang dan merendah, rongga bukofaring dan

12

rongga insang mengembang. Terjadi tekanan air yang rendah. Air dari luar
masuk melalui mulut menuju rongga mulut. Selanjutnya ruang antara
insang dan operkulum meluas ketika tutup insang mengembang ke arah
muka meskipun kulit penutup insang tertutup di bagian posterior oleh
tekanan air dari luar. Pada saat air dari rongga mulut bergerak melewati
insang, terjadi difusi dari lingkungan luar (media air) menuju lingkungan
dalam (kapiler darah) pada lamela sekunder.
Tahap Ekspirasi :
Mulut menutup, kemudian rongga bukofaring dan rongga insang mulai
menyempit, sementara katup mulut mencegah aliran air keluar melalui
mulut. Rongga mulut mulai berubah fungsi dari sebagai pompa penghisap
menjadi sebagai pompa penekan. Operkulum tetap tertutup, telah
mencapai kondisi yang lebih lanjut dari penyempitan dan air berkumpul di
luar insang. Pada kondisi ini celah insang terbuka. Air bergerak keluar
melalui celah insang.
Secara skematis mekanisme gerakan air yang terjadi pada proses
pernafasan dapat dilihat pada gambar.

Gambar 4. Mekanisme Pernafasan Ikan Bertulang Sejati

13

2.4

Suhu
Menurut Kangingan (2007:52-53) suhu merupakan besaran yang
menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda. Suhu
menunjukan derajat panas benda, sehingga semakin tinggi suhu suatu
benda maka semakin panas pula benda tersebut. Suhu juga disebut
temperatur. Benda yang panas memiliki suhu lebih tinggi dibandingkan
benda yang dingin. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah
termometer. Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu
(temperatur), ataupun perubahan suhu. Istilah termometer berasal dari
bahasa Latin thermo yang berarti bahang dan meter yang berarti untuk
mengukur. Prinsip kerja termometer ada bermacam-macam, yang paling
umum digunakan adalah termometer air raksa. Namun, dalam kehidupan
sehari-hari, untuk mengukur suhu masyarakat cenderung menggunakan
indera peraba.
Suhu merupakan salah satu faktor fisik lingkungan yang paling
jelas, mudah diukur, dan sangat beragam. Suhu tersebut mempunyai
peranan yang penting dalam mengatur aktivitas biologis organisme, baik
hewan maupun tumbuhan. Ini terutama disebabkan karena suhu
mempengaruhi kecepatan reaksi kimiawi dalam tubuh dan sekaligus
menentukan kegiatan metabolisme, misalnya dalam hal respirasi. Respirasi
sendiri merupakan proses pertukaran gas oleh makhluk hidup terhadap
lingkungan yang terjadi dengan dua cara yaitu ekspirasi (mengeluarkan
CO2) dan inspirasi (O2 masuk kedalam tubuh).
Suhu media berpengaruh terhadap aktivitas enzim yang terlibat
proses katabolisme dan anabolisme. Enzim metabolisme berpengaruh
terhadap proses katabolisme (menghasilkan energi) dan anabolisme
(sintesa nutrien menjadi senyawa baru yang dibutuhkan tubuh). Jika
aktivitas enzim metabolisme meningkat maka laju proses metabolisme
akan semakin cepat dan kadar metabolit dalam darah semakin tinggi.
Tingginya kadar metabolit dalam darah menyebabkan ikan cepat lapar dan
memiliki nafsu makan tinggi, sehingga tingkat konsumsi pakan
meningkat. Konsumsi pakan yang tinggi akan meningkatkan jumlah

14

energi yang masuk ke dalam tubuh. Energi ini akan digunakan untuk
proses-proses maintenance dan selanjutnya digunakan untuk pertumbuhan
(Anonim, 2010). Sebagaimana halnya dengan faktor lingkungan lainnya,
suhu mempunyai rentang yang dapat ditolerir oleh setiap jenis organisme.
Suhu Ruang
Suhu ruang atau suhu kamar, dalam penggunaan ilmiah merupakan satu
rentang suhu yang dianggap biasa atau nyaman oleh makhluk hidup. Suhu
ini kurang lebih antara (20º - 25º C), (68º - 77° F), (528º - 537 ° R), atau
(293º - 298º K), walaupun nilai tersebut bukanlah suatu nilai yang
ditentukan secara persis. Untuk fasilitas perhitungan, sering digunakan
angka 20° C atau 300º K. Suhu kamar ini merupakan suhu yang dapat
diukur dengan termometer yang diambil dari udara di sekitarnya, sehingga
jika diambil dari berbagai titik di suatu daerah pada suatu waktu mungkin
bervariasi. Untuk perhitungan ilmiah, suhu kamar biasanya diambil
sebagai 25º Celcius (293º atau 298º Kelvin, 68º atau 77º Fahrenheit).
Suhu Rendah
Suhu rendah merupakan suhu yang lebih kecil derajatnya dari pada suhu
kamar. Suhu merupakan faktor lingkungan yang utama pada perairan
karena merupakan faktor pembatas terhadap pertumbuhan dan penyebaran
hewan, termasuk dari jenis ikan. Respon yang diperlihatkan oleh ikan
biasanya berupa perubahan tingkah laku maupun pergerakan ikan. Suhu
menurun maka semakin jarang pula ikan itu membuka serta menutup
mulutnya karena semakin rendah suhu air maka semakin menurun jumlah
gerakan operkulum. Hal ini disebabkan ikan mengalami batas stres
minimum dengan penurunan suhu. Jika air semakin dingin maka oksigen
yang terlarut di dalam air semakin sedikit, gerak operkulum semakin
lambat dan tingkah laku ikan semakin pasif.
Suhu Tinggi
Suhu tinggi merupakan suhu yang lebih besar derajatnya dari pada suhu
kamar. Maka dari itu suhu menunjukkan derajat panas benda. Kenaikan
temperatur akan meningkatkan aktivitas fisiologis organisme. Kenaikan
temperature juga akan mengakibatkan kelarutan oksigen menjadi

15

berkurang. Suhu juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap kelarutan
oksigen dalam air, apabila suhu naik maka kelarutan oksigen di dalam air
menurun. Semakin panas air maka oksigen yang terlarut di dalam air lebih
rendah, maka gerakan operkulum semakin cepat dan tingkah laku ikan
semakin aktif.

16

BAB III
METODOLOGI

3.1

Waktu dan Tempat
Waktu

: 09.50 – 11.30 WIB

Hari/Tanggal : Senin, 12 Oktober 2015
Tempat: Laboratorium Akuakultur
3.2

Alat dan Bahan
Dalam praktikum ini digunakan alat-alat sebagai berikut :



Beaker glass sebagai tempat ikan yang akan diamati



Toples sebagai tempat ikan sebelum dan setelah diamati



Water bath sebagai penangas air



Termometer Hg / alcohol untuk mengukur suhu air



Hand counter untuk menghitung bukaan operkulum



Timer / stopwatch untuk mengamati waktu
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

3.3



Benih ikan mas sebanyak 5 ekor



Stok air panas untuk mengubah suhu air sesuai perlakuan

Prosedur Penelitian
Dalam praktikum ini langkah-langkah yang harus dilakukan antara lain :
1. Sebuah beaker glass 500 ml disiapkan sebagai wadah perlakuan dan
dua wadah plastik sebagai tempat ikan yang belum dan yang sudah
diamati.
2. Sebanyak 5 ekor benih ikan Nila diambil dari akuarium stok, lalu
dimasukkan ke dalam salah satu wadah plastik yang telah diberi media
air.
3. Beaker glass diisi dengan air secukupnya ( ± ½ volumenya ), lalu
diukur suhunya dengan termometer dan dicatat hasilnya.

17

4. Dilakukan pengamatan dengan tiga perlakuan yaitu :
a. T1 = untuk suhu kamar ( …. ± 0,5 ºC)
b. T2 = untuk suhu 3 ºC di bawah suhu kamar
c. T3 = untuk suhu 3 ºC di atas suhu kamar
5. Satu persatu ikan uji dimasukkan ke dalam beaker glass yang sudah
diketahui suhunya (perlakuan a) kemudian dihitung banyaknya bukaan
operkulum ikan tersebut selama satu menit dengan hand counter dan
stopwatch sebagai penunjuk waktu dan diulang perlakuan tersebut
sebanyak tiga kali untuk masing-masing ikan. Dicatat data yang
diperoleh pada kertas lembar kerja yang telah tersedia.
6. Setelah selesai dengan ikan uji pertama, dilanjutkan penghitungan
bukaan operkulum dengan ikan uji berikutnya sampai lima ikan
teramati. Ikan yang telah diamati dimasukkan ke dalam wadah plastik
lain yang telah disediakan
7. Setelah selesai dengan perlakuan a, dilanjutkan penghitungan bukaan
operkulum dengan perlakuan b dengan suhu air pada beaker glass
yang diatur agar sesuai dengan suhu yang diinginkan dengan cara
ditambahkan air es sedikit demi sedikit. Usahakan saat pengamatan
berlangsung suhu air turun pada kisaran toleransi ± 0,5 ºC.
Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5.
8. Setelah selesai dengan perlakuan b, dilanjutkan penghitungan bukaan
operkulum dengan perlakuan b dengan suhu air pada beaker glass
yang diatur agar sesuai dengan suhu yang diinginkan dengan cara
ditambahkan air panas dari water bath sedikit demi sedikit. Usahakan
saat pengamatan berlangsung suhu air turun pada kisaran toleransi ±
0,5 ºC. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5.
9. Hasil pengamatan ditulis pada tabel.

18

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1

Hasil Pengamatan
4.1.1 Data Kelompok
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data hasil
pengamatan bukaan operkulum benih ikan mas sebagai berikut :
Tabel 1. Banyaknya bukaan operkulum benih ikan mas
pada suhu kamar (26±0,5oC)
Ikan ke :
1
2
3
4
5
Rata-Rata

I
112
114
96
98
106
105

Menit
II
108
117
110
104
100
108

III
108
109
106
105
109
107

Rata-Rata
109
113
104
102
105
107

Tabel 2. Banyaknya bukaan operkulum benih ikan mas
pada suhu 3oC di bawah suhu kamar (23±0,5oC)
Ikan ke :
1
2
3
4
5
Rata-Rata

I
84
71
92
85
89
84

Menit
II
64
82
94
87
86
83

III
90
92
89
78
90
88

Rata-Rata
79
83
92
83
88
85

Tabel 3. Banyaknya bukaan operkulum benih ikan mas
pada suhu 3oC di atas suhu kamar (29±0,5oC)
Ikan ke :
1
2
3

I
94
98
128

Menit
II
104
106
125

19

III
88
106
125

Rata-Rata
95
103
126

4
5
Rata-Rata

4.1.2

129
112
112

115
104
111

122
104
109

122
107
111

Data Kelas
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data hasil
pengamatan (data seluruh kelompok) bukaan operkulum benih ikan
mas sebagai berikut :
Tabel 4. Data kelas pengamatan bukaan operkulum
benih ikan mas pada tiga perlakuan suhu

Kelompo
k
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

4.2

Kamar

Suhu
Kamar – 30C

Kamar + 30C

(26±0,50C)

(23±0,50 C)

(29±0,50C)

117
140
120
169
139
151
106
123
117
134
144
134
134
155
113
153
129
130
162
173
170
126
169

140
153
96
138
151
142
85
90
95
158
126
112
117
124
116
139
111
138
116
164
175
127
178

216
161
116
138
227
195
111
184
141
176
169
124
151
133
142
190
153
150
188
203
183
162
207

Pembahasan
Berdasarkan data hasil pengamatan dari praktikum yang telah
dilakukan, maka diperoleh hasil mengenai pengaruh suhu terhadap
20

aktivitas membuka dan menutupnya operkulum pada benih ikan mas.
Dimana aktivitas membuka dan menutupnya operkulum merupakan
bagian dari metabolisme tubuh khususnya respirasi. Pengaruh suhu panas,
dingin, dan suhu ruang mempengaruhi laju metabolisme.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, diperolah data pada
suhu kamar (26±0,5oC) rata-rata bukaan operkulum benih ikan mas
sebanyak 107 kali per menit, pada suhu 3oC di bawah suhu kamar
(23±0,5oC) rata-rata bukaan operkulumnya sebanyak 85 kali per menit,
dan rata-rata sebanyak 111 kali per menit pada suhu 3 oC di atas suhu
kamar (29±0,5oC). Meskipun setiap benih ikan mempunyai massa dan
ukuran yang berbeda serta banyaknya bukaan operkulum yang berbeda,
namun setelah dirata-ratakan diketahui bahwa aktivitas ikan berjalan
dengan normal pada suhu optimum yaitu pada suhu ruangan sekitar
26±0,5oC.
Pada suhu di bawah suhu kamar maka tingkat frekuensi membuka
dan menutupnya operkulum ikan lebih lambat daripada pada saat suhu
kamar. Dengan adanya penurunan suhu, maka terjadi penurunan
metabolisme pada ikan yang mengakibatkan kebutuhan O₂ menurun,
sehingga gerakannya melambat. Penurun O₂ juga dapat menyebabkan
kelarutan O₂ di lingkungannya meningkat. Maka dari itu, perubahan yang
mendadak dari suhu lingkungan akan sangat berpengaruh pada ikan itu
sendiri. Kemudian ukuran ikan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu
ikan ukuran benih yang sangat rentan dan juga mudah stress sehingga sulit
untuk melihat mekanisme membuka serta menutupnya operkulum ikan
tersebut.
Dari data yang kami peroleh juga menunjukan bahwa frekuensi
membuka dan menutupnya operkulum lebih sering terjadi pada suhu
29±0,5oC atau 3oC di atas suhu kamar. Hal ini menunjukan bahwa ketika
suhu meningkat maka laju metabolisme pada tubuh ikan juga ikut
meningkat sehingga menyebabkan laju membuka dan menutup operkulum
pada ikan juga semakin cepat bila dibandingkan dengan suhu kamar. Laju
metabolisme ikan yang meningkat membuat ikan membutuhkan oksigen
yang cukup banyak untuk mengoptimalkan kerja organ dalam tubuhnya

21

agar kembali normal. Pada suhu tinggi, kelarutan oksigen menjadi rendah
oleh karena itu ikan akan meningkatkan laju respirasinya yaitu dengan
cara meningkatkan volume aliran air kedalam tubuh sebanyak-banyaknya
untuk memenuhi oksigen pada tubuhnya. Hal inilah yang menyebabkan
membuka dan menutupnya operkulum pada ikan meningkat pada suhu
tinggi.
Jika dilihat dari data kelas, terdapat perbedaan pada rata-rata
membuka dan menutupnya operkulum pada benih ikan mas dengan
kelompok kami. Pada kelompok 1, 2, 10, 11, 15, 18, 21, 22, dan 23 ratarata bukaan operkulum benih ikan mas pada suhu 3oC di bawah suhu
kamar justru lebih banyak dibandingkan dengan suhu kamar. Kemudian
pada kelompok 3, 12, dan 14 diketahui bahwa rata-rata bukaan operkulum
benih ikan mas lebih banyak pada suhu kamar dibanding pada suhu 3 oC di
atas suhu kamar. Selain itu, pada kelompok 4 rata-rata bukaan operkulum
pada suhu di bawah suhu kamar sama dengan suhu di atas suhu kamar.
Perbedaan tersebut menyimpang dari hal yang seharusnya terjadi yaitu
rata-rata bukaan operkulum di bawah suhu kamar seharusnya lebih sedikit
dibanding pada saat suhu kamar dan rata-rata bukaan operkulum di atas
suhu kamar seharusnya lebih banyak dibandingkan dengan pada saat suhu
kamar. Hal ini terjadi kemungkinan karena adanya kesalahan pada
praktikan atau human error. Mungkin pada saat pengukuran suhu,
pemegangan termometer salah, sehingga panas dari suhu tubuh praktikan
ikut terukur sehingga suhu yang terbaca salah. Pengukuran suhu yang
tidak tepat juga dapat terjadi ketika suhu masih naik pada termometer tapi
sudah diangkat, sehingga skala yang terbaca salah. Selain itu, ikan yang
kita pakai sebagai bahan uji dalam praktikum sudah dipakai oleh kelas lain
sehingga ikan sudah mengalami stress terlebih dahulu. Ukuran ikan yang
digunakan pada saat praktikum juga berbeda, semakin besar benih ikan
mas yang kita gunakan, maka membuka dan menutupnya operkulum akan
semakin lambat bila dibandingkan dengan benih ikan mas ynag ukurannya
lebih kecil. Dalam hal ini praktikan juga dapat melakukan kesalahan
karena kurangnya ketelitian dalam melihat mekanisme membuka serta
menutup operkulum benih ikan tersebut.
22

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan
Pada praktikum kali ini kita dapat menyimpulkan bahwa suhu
optimal yang sesuai dengan aktivitas ikan terutama metabolisme ikan yaitu
pada suhu 26±0,5oC. Apabila suhu meningkat, maka laju metabolisme ikan
akan meningkat sehingga gerakan membuka dan menutupnya operkulum
ikan akan lebih cepat dari pada suhu kamar, serta sebaliknya pula jika suhu
menurun maka semakin jarang pula ikan itu membuka serta menutup
operkulumnya. Faktor yang berpengaruh terhadap membuka dan
menutupnya operkulum ikan yaitu kelarutan oksigen, dimana apabila suhu
tinggi maka kelarutan oksigen rendah dan begitu juga sebaliknya. Hal
inilah yang menyebabkan tingkat metabolisme pada tubuh ikan meningkat
ataupun menurun sehingga konsumsi oksigennya pun berbeda.

5.2

Saran
Di dalam melakukan praktikum pengaruh perubahan suhu panas
media air terhadap membuka dan menutup operkulum benih ikan mas
(cyprinus carpio), penulis menyarankan agar untuk praktikum kedepannya
semua praktikan dapat melakukan praktikum dengan lebih serius terlebih

23

dalam mengamati hewan yang dijadikan bahan uji pada saat praktikum
dan juga para praktikan harus memperhatikan asisten ketika menjelaskan
cara kerja dalam menjalankan praktikum agar tidak terjadi kesalahan
dalam melakukan praktikum dan akhirnya dapat memperoleh informasi
yang akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Rahardjo, M.F., dkk. 2011. IKTIOLOGY. Bandung: Lubuk Agung.
Affandi, Dr. Ir. Ridwan., dan Dr. Ir. Usman Muhammad Tang, MS. 2002.
FISIOLOGI HEWAN AIR. Pekanbaru: Unri Press.
Febnikayani, Suci. 2014. PENGARUH PERUBAHAN SUHU PANAS DAN SUHU
DINGIN MEDIA AIR TERHADAP MEMBUKA DAN MENUTUP
OPERKULUM BENIH IKAN MAS.
https://www.academia.edu/9725211/PENGARUH_PERUBAHAN_SUHU
_PANAS_DAN_SUHU_DINGIN_MEDIA_AIR_TERHADAP_MEMBU
KA_DAN_MENUTUP_OPERKULUM_BENIH_IKAN_MAS diakses
pada 13 Oktober 2015.
http://karyatulisilmiah.com/klasifikasi-dan-biologi-ikan-mas-cyprinus-carpio-I/
diakses pada 13 Oktober 2015
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23998/4/Chapter%20II.pdf
diakses pada 18 Oktober 2015

24

LAMPIRAN

Dokumentasi Kegiatan Praktikum

Beaker glass

Alat-alat yang digunakan dalam
kegiatan praktikum (beaker glass,
toples, termometer, hand counter)

Toples (wadah plasktik)
Hand counter

25

Benih ikan mas yang diamati
Benih ikan mas yang sedang
dihitung bukaan operkulumnya di
dalam gelas beaker

Praktikan sedang menghitung bukaan operkulum
salah satu benih ikan mas

26