Perkembangan Masyarakat Indonesia menuju negara

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman dahulu. Namun dewasa
ini perubahan –perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepatnya, sehingga
membingungkan manusia yang menghadapinya. Perubahan-perubahan sering berjalan secara
konstan.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat dunia dewasa ini merupakan
gejala yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat kebagian-bagian dunia lain
berkat adanya komunikasi modern. Penemuan-penemuan baru di bidang teknologi yang
terjadi di suatu tempat, dengan cepat dapat diketahui oleh masyarakat lain yang berada jauh
dari tempat tersebut.
Perubahan akan selalu berlaku pada setiap manusia dan masyarakatnya, setiap saat
dimanapun mereka hidup dan berada. Untuk itu kami berusaha menjelaskan mengenai
perubahan sosial dan bentuk-bentuknya secara lebih lanjut.
B. RUMUSAN MASALAH
1
2
3

Apa yang dimaksud dengan perkembangan masyarakat Indonesia?

Apa yang dimaksud masyarakat Agraris dalam perkembangan masyarakat Indonesia?
Apa yang dimaksud masyarakat industrial dalam perkembangan masyarakat
Indonesia?

C. Tujuan Masalah.
1
2
3

Mengetahui secara jelas apa itu perkembangan masyarakat Indonesia
Mengetahui tentang masyarakat Agraris dalam perkembangan masyarakat Indonesia
Dan mengetahui tentang masyarakat Industrial dalam perkembangan masyarakat
Indonesi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Masyarakat Indonesia
Perkembangan pada masyarakat diaktualisasikan dengan adanya konsep, dan
mengikuti perubahan zaman.

Perkembangan masyarakat Indonesia Menurut Selo Soemardjan :
1. Masyarakat sederhana
Masyarakat ini dalam perkembangannya relatif lambat, karena ciri – ciri
masyarakat sederhana sebagai berikut :
 Hubungan kekeluargaan masih erat.
 Organisasi dalam hal tradisi masih diwariskan secara turun temurun.
 Percaya terhadap hal yang ghaib ( Animisme ).
 Belum ada lembaga khusus ( pendidikan )
 Angka buta huruf masih tinggi.
 Hukum mudah dipahami, karena masih bersifat konvensional ( tak tertulis )
 Kegiatan ekonomi masih berorientasi atas pemenuhan kebutuhan hidup sehari –
hari saja.
 Kegiatan ekonomi yang masih memerlukan banyak tenaga.
2. Masyarakat Madya
Dalam proses perkembangannya, masyarakat ini lebih cepat dari pada masyarakat
sederhana. Ciri – cirinya sebagai berikut :
 Kekeluargaan masih erat, tapi melihat untung dan rugi.
 Adat istiadat masih berlaku, tetapi menerima informasi dan teknologi dari luar.
 Timbulnya pemikiran yang rasional.
 Terdapat lembaga pendidikan.

 Adanya hukum tertulis.
 Ekonomi bersaing besar.
 Gotong royong masih berlaku untuk pembangunan fasilitas umum.

3. Masyarakat Pra Moderen

Mengakui kemajuan karena memiliki inisiatif untuk menerima teknologi dan
informasi.
Ciri – Ciri :
a.

Hubungan antar masyarakat berdasarkan kepentingan pribadi.

b.

Masyarakat percaya pada ilmu pengetahuan.

c.

Sarana dan prasarana sudah terpenuhi.


d.

Masyarakat terdiri dari beberapa macam profesi / pekerjaan.

e.

Tingkat pendidikan relatif rata.

f.

Ada hukum perdata dan pidana.

g.

Ekonomi yang berorientasi pada pasar.

4. Masyarakat Tradisional
 Berbentuk komunitas kecil.
 Pranata sosial berdasarkan kekerabatan.

 Peralatan dan teknologi sederhana.
 Tergantung terhadap lingkungan hidup
 Terpencil secara geografis.
 Terbatasnya akses pelayanan sosial.
5. Masyarakat Transisi
Yaitu masyarakat yang mengalami perubahan dari tradisional menuju
modern. Ciri – cirinya sebagai berikut :
 Adanya instansi pendidikan, seperti sekolah.
 Ada fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat , seperti puskesmas dan balai
pengobatan.
 Mulai tumbuhnya industri tingkat rumahan ( Rumah tangga ).
 Masuknya teknologi dan informasi , seperti internet yang sudah tersedia di Desa
desa.
-

Perubahan fungsi lahan.

6. Masyarakat Pedesaan
Ciri – ciri :
 Penerimaan dalam hal interaksi berdasarkan kepada afektifitas ( tata krama ).

 Rasa persatuan dalam hal kebersamaan masih kental ( Orientasi kolektif ).
 Interaksi masyarakat masih dalam lingkup keakraban yang kental.

7. Masyarakat Perkotaan
 Individual
 Pendidikan
 Berdaya saing tinggi., karena berorientasi kepada kesejahteraan masing – masing.
 Terdiri dari beragam profesi.
 Cenderung matrealistik.
 Masyarakat yang lebih terbuka menerima informasi dan perubahan.
8. Masyarakat Modern
 Alat – alat yang digunakan sudah mengalami modernisasi.
 Mulai meninggalkan kehidupan tradisional.
 Mulai berfikir rasional.
Faktor- faktor yang mempengaruhi masyarakat modern :
 Pendidikan
 Urbanisasi.
 Komunikasi
 Politik.
 Industrialisasi.


B. Masyarakat Agraris

Berbicara tentang masalah primitif, maka kita akan berbicara tentang
kehidupan masyarakat desa. Begitu pula, kehidupan desa selalu dikaitkan dengan kehidupan
agraris, yaitu kelompok masyarakat yang mayoritas bermata pencaharian di bidang pertanian.
Desa sebagai penghasil pangan utama, menjadi tumpuan bagi masyarakat kota.
Menurut Bintarto, desa mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :



Daerah, dalam arti tanah-tanah yang produktif dan yang tidak, serta penggunaannya.



Penduduk, meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan persebaran dan mata
pencaharian penduduk setempat.




Tata kehidupan, dalam hal ini pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan.

Maju mundurnya sebuah desa bergantung dari tiga unsur ini yang dalam
kenyataannya ditentukan oleh faktor usaha manusia (human efforts) dan tata geografi
(geographical setting). Adapun menurut Paul H. Landis, desa adalah daerah yang
penduduknya kurang dari 2.500 jiwa. Dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Mempunyai pergaulan yang saling mengenal antara beberapa ribu jiwa.

b.

Memiliki perhatian dan perasaan yang sama dan kuat tentang kesukaan terhadap adat
kebiasaan.

c.

Memiliki cara berusaha (dalam hal ekonomi), yaitu agraris pada umumnya, dan
sangat dipengaruhi oleh keadaan alam, seperti : iklim, kekayaan alam, sedangkan
pekerjaan yang bukan agraris bersifat sambilan.

Jadi yang dimaksud masyarakat pedesaan adalah sekelompok orang yang mendiami

suatu wilayah tertentu yang penghuninya mempunyai perasaan yang sama terhadap adat
kebiasaan yang ada, serta menunjukkan adanya kekeluargaan di dalam kelompok mereka,
seperti gotong royong dan tolong-menolong.
1. Ciri-ciri Masyarakat Agraris.
Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat
sesama anggota warga desa sehingga seseorang merasa dirinya merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari masyarakat tempat ia hidup, serta rela berkorban demi masyarakatnya,
saling menghormati, serta mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama di dalam
masyarakat terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama. Adapun ciri-ciri masyarakat
pedesaan antara lain; Setiap warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat
bila dibandingkan dengan warga masyarakat di luar batas-batas wilayahnya.
Sistem kehidupan pada umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan
Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian. Masyarakatnya homogen,
seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat istiadat dan sebagainya. Masyarakat itu
sering disankut pautkan dengan petani biasanya mereka menggunakan alat-alat manual
misalnya, menggunakan tenaga hewan untuk membajak sawah, cangkul, sabit dan
sebagainya. Adapun mode produksi dalam bidang ekonomi biasanya berupa Pertanian,
pertambangan, perikanan, peternakan dengan cara tradisional. Sumber daya alamnya berupa
angin, air, tanah, manusia,yang pada akhirnya mereka membutuhkan bahan mentah atau
alam sebagai penunjang kehidupan.


2. Kegiatam Masyarakat Agraris.

Salah satu ciri khas dalam kehidupan masyarakat desa adalah adanya semangat
gotong-royong yang tinggi. Misalnya pada saat mendirikan rumah, memperbaiki jalan desa,
membuat saluran air dan sebagainya. Gotong royong semacam ini lebih dikenal dengan
sebutan kerja bakti, terutama menangani hal-hal yang bersifat kepentingan umum. Ada juga
gotong-royong untuk kepentingan pribadi, misalnya mendirikan rumah, pesta perkawinan dan
kelahiran. Pekerjaan gotong royong terdiri atas dua macam, yaitu :



Kerja sama yang timbulnya dari inisiatif warga masyarakat itu sendiri (diistilahkan
dari bawah, tanpa ada paksaan dari luar)



Kerja sama dari masyarakat itu sendiri, tapi berasal dari luar (biasa berasal dari atas,
misalnya atas perintah aparat desa)
Ada banyak masyarakat Indonesia tinggal di pedesaan dengan mata pencaharian


agraris. Masyarakat pedesaan mempunyai penilaian yang tinggi terhadap mereka yang dapat
bekerja keras tanpa bantuan orang lain. Jadi, mereka bukanlah masyarakat yang senang
berdiam diri tanpa aktivitas, tanpa ada suatu kegiatan, tetapi sebaliknya. Pada umumnya
masyarakat desa sudah bekerja keras, namun mereka perlu diberikan pendorong yang dapat
menarik aktivitas mereka, sehingga cara dan irama bekerjanya menjadi efektif, efisien dan
berkelanjutan.
Di Indonesia, aktivitas gotong roypng biasanya tidak hanya menyangkut lapangan
bercocok tanam saja, tapi juga menyangkut lapangan kehidupan social lainnya seperti:
a. Dalma hal bencanya atau musibah, contohnya: kematian, sakit atau kecelakaan.

b. Dalam hal pekerjaan rumah tangga, contohnya: memperbaiki atap rumah, menggali

sumur, dll
c. Dalam hal pesta, contohnya: pernikahan, kitanan, dll.
d. Dalam hal kepentingan umum, misalnya: membuat irigasi, jembatan, jalan, dll.
3. Perkembangan Masyarakat Agraris.

Masyarakat agraris sebenarnya tidak stagnan; mereka berkembang dan berubah
seperti kita namun pada tingkatan laju yang lebih rendah. Perubahan lambat yang menjadi
nyata selama berpuluh-puluh atau beratus-ratus tahun dan selama periode yang demikian kita
dapat mencirikan kecenderungan jangka-panjang dari proses siklik dan kejutan acaknya.
Kecederungan untuk menjadi sederhana didalam kehidupan masyarakat agraris selalu saja
terjadi dan telah mengakar kuat. Masyarakat agraris mendapatkan pengetahuan tentang
bagaimana menjalin hubungannya dengan alam tempat mereka hidup secara turun-temurun.

C. Msyarakat Industri.
Masyarakat Industri adalah masyarakat yang menjalankan aktivitas dan memenuhi
kebutuhan hidupnya dari hasil teknologi modern, bentuk kongkrit masyarakat industri dapat
dilihat pada negara-negara maju, seperti Amerika, Jepang, Jerman, Perancis dan Inggris.
Manusia cenderung bersifat dinamis. Selalu ada perubahan yang terjadi pada
diri manusia. Semakin meningkatnya kebutuhan hidup sedangkan SDA yang tersedia
semakin menipis dan lahan kerja yang tidak memadai, keterbatasan lahan perkotaan untuk
migrasi, pemerataan pembangunan dan penghematan biya produksi menyebabkan munculnya
keinginan untuk menciptakan satu hal baru yang dapat meningkatkan taraf hidup menjadi
lebih baik dengan mengubah pola hidupnya. Perubahan paling sederhana yang tampak secara
spasial adalah alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan industri dan kawasan perumahan
yang tentu berdampak pada beralihnya profesi masyarakat petani ke profesi lain. Hal ini
mempunyai pengaruh pada pola hidup, mata pencaharian, perilaku maupun cara berpikir.
Masyarakat dan kebudayaan memang saling mempengaruhi, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pengaruh tersebut dimungkinkan karena kebudayaan merupakan
produk dari masyarakat. Pengaruh yang nantinya akan membuat perubahan umumnya terjadi
karena adanya tuntutan situasi sekitar yang berkembang. Sehingga, masyarakat yang awalnya
masyarakat pertanian lambat laun berubah menjadi masyarakat industri.
Perubahan sosial terjadi karena adanya kondisi-kondisi sosial primer, misalnya
kondisi ekonomi, teknologi, georafi dan biologi. Kondisi-kondisi inilah yang menyebabkan
terjadinya perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial lainnya.

1. Ciri-ciri Masyarakat Industri

a . Secara Umum
 Meluasnya produksi massa barang-barang industri dengan menggunakan mesin, yang

terpusat di kota-kota besar
 Migrasi massal dari pedesaan ke kota-kota (urbanisasi)
 Peralihan dari pekerjaan sektor pertanian kepada pekerjaan di sektor pabrik.
 Jumlah penduduk kota yang melek huruf seiring kebutuhan bidang pekerjaan yang
lebih komplek
 Munculnya surat kabar untuk kaum urban sebagai sarana untuk mengiklankan
produk-produk baru industri. Media massa mempunyai peranan penting dalam



masyarakat industri.
Penemuan teknologi baru seperti film, radio, dan televisi sebagai hiburan kaum
urban.

2. Secara Khusus
 Pertama
Mereka dalam menyambung kehidupan tidak melewati lahan pertanian seperti
masyarakat agraris atau mengandalkan hasil peternakan, seperti masyarakat padang pasir,
melainkan pada jalannya mesin-mesin pabrik, khususnya di daerah perkotaan, sedangkan
pertanian dikerjakan di daerah pedesaan dalam lokalisasi yang sangat kecil, karena dengan
hasil ilmu pengetahuan dan teknologi mampu menciptakan panen yang cukup besar, di
Amerika Serikat lokalisasi pertanian hanya 5% saja, sudah mampu memberikan kehidupan
pada masyarakat lain yang bekerja di luar sektor pertanian.
Ketergantungan masyarakat industri terhadap pabrik, sama halnya bergantung dengan
penguasa pabrik, tidak jarang dijumpai penguasa pabrik bersikap tidak etis atau tidak
manusiawi terhadap pekerja diantaranya melarang beribadah, membuka aurat, memaksa ikut
upacara agamanya, bila tidak bersedia akan dikeluarkan. Mereka yang tidak tahan

menghadapi kesulitan hidup mudah melepaskan kepercayaan agamanya. Berbeda dengan
masyarakat yang menggantungkan hidupnya dengan tanah pertanian, tanah tersebut tidak
mampu memaksakan orang berlaku dholim.
• Kedua
Potensi-potensi kehidupan terdapat pada sarana-sarana yang dapat menunjang
perkembangan pabrik diantaranya ialah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan gedung
misalnya pengetahuan arsitek atau sipil, yang berhubungan dengan pengaturan personalnya
terdapat pada pengetahuan personalia atau manajemen untuk pengembangan produksi
terdapat pada manajemen pemasaran, akuntansi untuk kegiatan administrasinya dan masih
banyak lagi pengetahuan untuk bekal hidup pada Masyarakat Industri.
Pengetahuan yang tidak berhubungan langsung untuk menunjang produksi kurang
mendapatkan perhatian, misalkan pengetahuan keguruan, lebih dijauhkan lagi apabila
bidangnya tidak berhubungan dengan produksi, misalkan bidang keagamaan, sejarah, bahasa,
atau filsafat. Secara alamiah akan terjadi klas ilmu pengetahuan, pengetahuan teknik
perusahaan lebih dominan daripada pengetahuan sosial. Akibatnya mereka akan cepat
mendapatkan kemajuan material akan tetapi sangat ketinggalan terhadap permasalahan nilainilai kemanusiaan, kehidupan dan ketuhanan.
• Ketiga
Kecintaan masyarakat industri terhadap kebahagiaan material sangat besar dibandingkan
dengan kebahagiaan immaterial, sebagaimana kebahagiaan masyarakat agraris, yang lebih
menekankan pada kerukunan, kasih sayang dan saling menghormati. Hal itu dapat dimaklumi
karena bentuk-bentuk kebahagiaan material pada masyarakat industri kuantitas dan
kualitasnya sangat banyak, variatif dan selalu mengalami perubahan, berkat dukungan
kemajuan pengetahuan teknologi. Mereka lebih baik mengorbankan kebahagiaan immaterial
yang ruang lingkupnya lebih kecil, demi kebahagiaan material. Sehingga masyarakat industri

banyak mengalami gangguan psikis, rasa ketegangan, persaingan, ketakutan terhadap
ketertinggalan dan konflik, perjudian, wanita dan minuman keras sering dijadikan tempat
hiburan untuk menghilangkan ketegangan.
3. Perilaku Masyarakat Industri

 Masyarakat industri pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa tergantung
pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu.
 Kesempatan kerja lebih banyak diperoleh warga kota karena sistem pembagian kerja
yang tegas dan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya (prfesionalisme)
 Pola pemikiran yang raional, sistematis dan objektif yang pada umumnya dianut
masyarakat perkotaan menyebabkan interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan
pada faktor kepentingan dari pada faktor pribadi.
 Faktor waktu lebih penting dan berharga, sehingga pembagian waktu yang sangat
teliti sangat penting untuk mengejar kepentingan individu.
 para pengelola industri akan menciptakan aturan-aturan yang berlaku sesuai tuntutan
dalam dunia industri yang jauh berbeda dengan aturan masyarakat agraris.
 aktivitas yang dilakukan masyarakat industri pun berbeda dengan masyarakat agraris.
Mereka cenderung lebih menghargai waktu, hidup serba cepat, jam kerja mereka lebih
jelas, kerja tersistematisasi, persaingan ketat di berbagai aspek, dan sebagainya.
 Perubahan sosial sangat nampak dengan nyata, karena kota-kota biasanya terbuka
dalam menerima pengaruh dari luar.
4. Kebudayaan Masyarakat Industri
Industri memberikan input kepada masyarakat sehingga membentuk sikap dan
tingkah laku yang mencerminkan cara bersikap dalam bekerja. Dengan berkembangnya aspek
ekonomi yaitu industrialisasi jelas akan membawa perubahan dalam dalam kehidupan
masyarakat walaupun secara perlahan. Masyarakat secara bertahap menerima adanya zaman
baru, yaitu modernisasi.

Mereka mulai belajar menerima budaya yang ditularkan negara luar karena adanya
kerjasama satu sama lain dan hal itu tidak bisa dihindarkan. Mereka harus bisa menyesuaikan
diri, namun hal itu tidak lantas mengharuskan masyarakat meninggalkan budaya sendiri.
Secara ekonomis kini masyarakat industrialis semakin bertambah kaya, baik secar
kuantitas maupun kualitas. Namun kondisi yang membaik ini menurut Mercuse adalah
keadaan yang terlihat hanya dari kulit luarnya saja. Sesuatu yang menipu karena pada
kenyataanya peningkatan kualitas dan kuantitas kesejahteraan manusia hanya dirasakan
secara lahiriah saja. Manusia pada masyarakat industri adalah manusia yang tidah utuh nilainilai kemanusiaannya. Mereka terjebak dalam budaya konsumeristik hedonisme yang dipacu
oleh faktor-faktor produksi. Kemajuan dibidang material justru berbading terbalik dengan
merosotnya nilai-nilai moral, kebudayaan dan agama. Kemajuan teknologi dengan sokongan
kapitalilsme hadir untuk membantu manusia mengisi kekosongan dalam kehidupan pribadi
manusia. Alih-alih melepas lelah setelah habis bekerja seharian, orang-orang kemudian
mengabiskan uang dari hasil kerjanya ditempat-tempat yang telah disiapkan untuk
mengilangkan kepenatan, baik itu tempat rekreasi, game zone, shooping dengan aneka barang
pilihan dan yang pasti gelaran itu akan serta-merta mendorong masyarakat pada posisi
konsumen dari apa yang mereka produksi sendiri. Mereka terjebak dalam gaya hidup (life
style) konsumtif dan hedonis, sehingga secara tidak sadar mereka menjadi obyek pasar.

5. Mata Pencaharian.

kemajuan masyarakat industri di Indonesia, tidak mungkin lepas dari daya kreativitas dan
inovasi pelaku industri masyarakat pengguna produk industri. Karena itu, daya kreativitas
dan inovasi yang menjadi sumber mata air kemajuan dan perkembangan masyarakat industri
di Indonesia.

Dalam masyarakat industri biasanya terdapat spesialisasi pekerjaan. Terbentuknya
spesialisasi pekerjaan tersebut disebabkan oleh semakin kompleks dan rumitnya bidangbidang pekerjaan dalam masyarakat industri. Proses perubahan yang terjadi dalam
diferensiasi pekerjaan ini mengakibatkan terjadinya hierarki prestise dan penghasilan yang
kemudian menimbulkan adanya stratifikasi dalam masyarakat yang biasanya berbentuk
piramida. Stratifikasi sosial inilah yang menentukan strata anggota masyarakat yang
ditentukan berdasarkan sikap dan karakteristik masing-masing anggota kelompok.
Di wilayah Industri sudah banyak tedapat industri. Ini menyebabkan mata pencaharian
masyarakat setempat sebagai karyawan atau buruh pabrik. Hal ini disebabkan lahan pertanian
sekitar desa industri telah menjadi lahan industri, menjadikan kebanyakan warga menjadikan
mata pencaharian utama adalah sebagai karyawan pabrik atau sebagai buruh. Selain itu akibat
wilayah mereka menjadi industri, menyebabkan dari masyarakat menjadi pedagang, baik
kecil maupun menengah.
Dalam masyarakat Industri, mata pencaharian masyarakatnya secara umum dapat
diklasifikasikan sebagai pengolah dan pembuat barang-barang industri. Bercocok tanam tidak
lagi menjadi pekerjaan tetap mereka,karena lahan- lahan pertanian telah berubah fungsi
menjadi home industri dan pabrik pabrik. Perlu digarisbawahi bahwa perubahan mata
pencaharian tadi, juga sangat berpengaruh pada kemajuan perdagangan. Sehingga berdagang
juga merupakan salah satu ciri mata pencaharian masyarakat industri.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimulan Dan Saran
Bentuk dari perubahan sosialita adalah perubahan sosial yang lambat (evolusi)
danperubahansosial yang cepat (revolusi), perubahankecil, contohnyasepertiadanyaperubahan
model pakaian dan perubahan besar, yaitu terjadinya industrialisasi dimana masyarakat
agraris yang semula mata pencahariannya dari bertani berubah menjadi tenaga buruh, serta
perubahan yang direncanakan dan tidak direncanakan
Perubahan yang terjadi pada masyarakat Indonesia adalah industrialisme bukan
industrialisasi karena dapat kita lihat dari munculnya urbanisasi secara besar-besaran dan
tersingkirnya tenaga kerja tradisional karena telah diganti dengan tenaga mesin. Lain halnya
dengan proses industrialisasi, karena dalam proses ini sangat memperhatikan keterampilan
dan kesempatan masyarakat untuk menikmati hasil teknologi baru. Dan juga masyarakat
Indonesia belum termasuk ke dalam masyarakat pos industri sekalipun indikasi mengarah
kepada masyarakat pos industri itu sudah nampak.
Hal ini dapat kita lihat dengan bermunculannya layanan-layanan jasa, seperti layanan
jasa bank, jasa transportasi, jasa informasi, jasa komunikasi, jasa pos, jasa bimbingan belajar
dan sebagainya. Perubahan sosial yang muncul di masa kini dalam masyarakat
Indonesia seperti hilangnya atau menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap
institusi-institusi sosial yang sudah mapan (terutama institusi politik dan ekonomi), misalnya
menurunnya

kepercayaan

masyarakat

terhadap

partai

politik,

terhadap

terhadappemerintah, terhadap bank, dansebagainya.

Saran
Karena masyarakat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya

DPR,

perubahan sosial, maka:


Sebaiknya masyarakat mendukung perubahan kearah kemajuan dan juga ikut



berperan aktif untuk mewujudkan masyarakat yang berkembang untuk lebih maju.
Walaupun sudah terjadi perubahan (perkembangan zaman), sebaiknya warga
masyarakat tidak melupakan kebudayaaan peninggalan nenek moyang dan sebaiknya
melestarikan kebudayaan tersebut.