Kekerasan Anak di Sekolah di NAD dan Nia
Hasil Riset
Kekerasan
Anak
di Sekolah
Judul
Makalah
di NAD dan Nias
1. Retno S, dkk
Peneliti
UNS Solo
2. Sri Walny Rahayu dkk
Peneliti Unsyiah,
For Every Child
Health, Education, Equality, Protection
ADVANCE HUMANITY
Latar Belakang
• Pada umumnya masyarakat termasuk anak-anak menganggap
bahwa kekerasan dianggap wajar dan diperlukan sebagai bagian dari
proses belajar untuk mengajarkan kedisiplinan dan kepatuhan pada
anak-anak.
• Kekerasan terhadap anak merupakan bagian dari konstruksi sosial
dan berkaitan dengan kebiasaan yang berlaku di masyarakat dan
telah membudaya. Sehingga tanpa disadari bahwa konstruksi sosial
tersebut justru menumbuhsuburkan perilaku kekerasan anak.
• Berdasarkan hasil tabulasi data melalui kuesioner tentang masalah
perlindungan anak terhadap 350 responden anak di Aceh Besar
dalam penjaringan aspirasi untuk drafting Qanun Perlindungan
Anak, Plan Aceh, Desember 2006 70 % dari 350 responden anak
di 7 Kabupaten di Nangroe Aceh Darussalam mengatakan bahwa
mereka pernah mengalami kekerasan di sekolah
For Every Child
Health, Education, Equality, Protection
ADVANCE HUMANITY
• Pasal 54 Undang-undang Perlindungan Anak no 23 tahun 2002
menegaskan :
”anak-anak di dalam sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan
yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman-temannya,
didalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga pendidikan
lainnya”.
• Tercantum dalam UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
no 23 tahun 2003
”Anak-anak sebagai bagian dari lingkup rumah tangga juga
mendapatkan perlindungan hukum dari tindak kekerasan “
• Pada dasarnya semua bentuk kekerasan tidak bisa ditolerir apalagi
kekerasan yang terjadi di sekolah. Institusi sekolah adalah lingkungan
terdekat anak dimana hampir sepanjang usia anak akan dihabiskan di
sana sehingga bisa dikatakan bahwa lingkungan tersebut paling
berpengaruh terhadap hidup anak khususnya pembentukan watak
dan perilaku mereka.
For Every Child
Health, Education, Equality, Protection
ADVANCE HUMANITY
Guru merupakan elemen penting pada pendidikan formal
secara ideal dituntut memiliki
Kemampuan Pedagogis:
kemampuan menguasai materi ajar, kemampuan memanage kelas
dengan baik
Kemampuan Andragogis:
kemampuan psikologis dan sosial, dalam menghadapi bebagai siswa
dengan kemampuan daya serap dan nalar yang bervariasi dan latar
belakang siswa seperti sosial, ekonomi dan budaya yang bervariasi
Pendidikan yang baik tidak hanya menekankan pada
peningkatan dan pengembangan di ranah
IQ(Intelektual Quatient), tetapi juga meliputi ranah EQ(Emotional
Quatient) kecerdasan Emosi dan Sosial, juga
SQ(Spiritual Quatient)
Tujuan Pendidikan Nasional: Mengasah kecerdasan intelektual, emosi dan spiritual
siswa agar tumbuh dan berkembang secara seimbang untuk itu pendidikan harus
diarahkan kepada proses emansipasi para mitra didik, agar anak memiliki bekal untuk
mengatasi dan memecahkan persoalan hidup yang dihadapi di masyarakat
Fenomena Model Pendidikan yang membelenggu inisiatif dan kreativitas anak bagi
pengembangan potensi dan daya imajinasinya digambarkan Paulo Freire(1985)
seorang Pembela Hak Anak dalam bidang Pendidikan dengan Teori Pendidikan Gaya
Bank:
1. Guru mengajar, murid diajar
2. Guru mengetahui segalanya, murid tidak tahu apa-apa
3. Guru Berfikir, murid difikirkan
4. Guru Bercerita, murid patuh mendengarkan
5. Guru menentukan Peraturan, Murid Diatur
6. Guru Memilih dan Memaksakan pilihannya, murid menyetujui
7. Guru Berbuat, murid membayangkan dirinya juga akan berbuat seperti
perbuatan gurunya
8. Guru memilih bahan dan isi pelajaran
9. Guru mencampur adukkan kewenangan ilmu pengetahuan dan
kewenangan jabatannya yang ia lakukan untuk menghalangi kebebasan
berfikir murid
10.Guru adalah subyek dalam proses belajar dan murid adalah obyek belaka
Tujuan Penelitian
Diperlukan kajian yang bertujuan :
1)Mendapatkan data tentang kekerasan terhadap anak di sekolah
(kekerasan fisik, psikis, seksual dan ekonomi).
2)Mengetahui faktor-faktor penyebab kekerasan terhadap anak yang
terjadi di sekolah.
3)Mengetahui potensi sumber daya yang ada di masyarakat dan
khususnya di sekolah untuk mencegah dan menghapuskan kekerasan
terhadap anak di sekolah.
4)Merumuskan rekomendasi dan tindakan-tindakan yang tepat bagi
institusi sekolah untuk mencegah dan menghapuskan kekerasan
terhadap anak di sekolah
For Every Child
Health, Education, Equality, Protection
ADVANCE HUMANITY
Metode Penelitian
• Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional research
atau survey berparadigma quasi kualitatif.
• 17 Sekolah SD, 598 partisipan anak NAD sebanyak 313 dan Nias
sebanyak 285 yang tersebar pada 5 kabupaten terpilih yang
melaksanakan Program CLCC di Kabupaten Nias, Bireun, Bener
Meriah, Aceh Jaya dan Aceh Selatan
• Sumber data :Data primer diperoleh melalui berbagai instrumen
kuesioner, body map, child story, surat curhat, Indepth Interview,
Focus Group Discussion (FGD), dan Wawancara Semi Terstruktur
(WST). Sementara data sekunder dimaksudkan untuk melihat
kondisi umum wilayah penelitian, data kekerasan anak yang dicatat
di kepolisian atau LSM.
For Every Child
Health, Education, Equality, Protection
ADVANCE HUMANITY
Hasil Penelitian
For Every Child
Health, Education, Equality, Protection
ADVANCE HUMANITY
Pemahaman mengenai anak
Anak Adalah....
(1)Titipan/berkat/karunia Tuhan Yang Maha Esa;
(2)Seseorang yang bersifat lemah sehingga memerlukan
perlindungan dan kasih sayang orang dewasa (orang tua, guru);
(3)Seseorang yang harus dipenuhi hak-haknya seperti : pendidikan;
kesehatan; keamanan; perlindungan; kesempatan mengeluarkan
ide, pendapat, dan gagasan; serta mendapatkan perlakuan yang
sama;
(4)Seperti kertas putih sehingga baik buruknya anak tergantung
pada orang dewasa.
For Every Child
Health, Education, Equality, Protection
ADVANCE HUMANITY
Pemahaman mengenai anak
Anak Adalah seseorang yang berusia.....
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
5-10 tahun;
0-12 tahun;
0-7 tahun;
< 10 tahun;
Kekerasan
Anak
di Sekolah
Judul
Makalah
di NAD dan Nias
1. Retno S, dkk
Peneliti
UNS Solo
2. Sri Walny Rahayu dkk
Peneliti Unsyiah,
For Every Child
Health, Education, Equality, Protection
ADVANCE HUMANITY
Latar Belakang
• Pada umumnya masyarakat termasuk anak-anak menganggap
bahwa kekerasan dianggap wajar dan diperlukan sebagai bagian dari
proses belajar untuk mengajarkan kedisiplinan dan kepatuhan pada
anak-anak.
• Kekerasan terhadap anak merupakan bagian dari konstruksi sosial
dan berkaitan dengan kebiasaan yang berlaku di masyarakat dan
telah membudaya. Sehingga tanpa disadari bahwa konstruksi sosial
tersebut justru menumbuhsuburkan perilaku kekerasan anak.
• Berdasarkan hasil tabulasi data melalui kuesioner tentang masalah
perlindungan anak terhadap 350 responden anak di Aceh Besar
dalam penjaringan aspirasi untuk drafting Qanun Perlindungan
Anak, Plan Aceh, Desember 2006 70 % dari 350 responden anak
di 7 Kabupaten di Nangroe Aceh Darussalam mengatakan bahwa
mereka pernah mengalami kekerasan di sekolah
For Every Child
Health, Education, Equality, Protection
ADVANCE HUMANITY
• Pasal 54 Undang-undang Perlindungan Anak no 23 tahun 2002
menegaskan :
”anak-anak di dalam sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan
yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman-temannya,
didalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga pendidikan
lainnya”.
• Tercantum dalam UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
no 23 tahun 2003
”Anak-anak sebagai bagian dari lingkup rumah tangga juga
mendapatkan perlindungan hukum dari tindak kekerasan “
• Pada dasarnya semua bentuk kekerasan tidak bisa ditolerir apalagi
kekerasan yang terjadi di sekolah. Institusi sekolah adalah lingkungan
terdekat anak dimana hampir sepanjang usia anak akan dihabiskan di
sana sehingga bisa dikatakan bahwa lingkungan tersebut paling
berpengaruh terhadap hidup anak khususnya pembentukan watak
dan perilaku mereka.
For Every Child
Health, Education, Equality, Protection
ADVANCE HUMANITY
Guru merupakan elemen penting pada pendidikan formal
secara ideal dituntut memiliki
Kemampuan Pedagogis:
kemampuan menguasai materi ajar, kemampuan memanage kelas
dengan baik
Kemampuan Andragogis:
kemampuan psikologis dan sosial, dalam menghadapi bebagai siswa
dengan kemampuan daya serap dan nalar yang bervariasi dan latar
belakang siswa seperti sosial, ekonomi dan budaya yang bervariasi
Pendidikan yang baik tidak hanya menekankan pada
peningkatan dan pengembangan di ranah
IQ(Intelektual Quatient), tetapi juga meliputi ranah EQ(Emotional
Quatient) kecerdasan Emosi dan Sosial, juga
SQ(Spiritual Quatient)
Tujuan Pendidikan Nasional: Mengasah kecerdasan intelektual, emosi dan spiritual
siswa agar tumbuh dan berkembang secara seimbang untuk itu pendidikan harus
diarahkan kepada proses emansipasi para mitra didik, agar anak memiliki bekal untuk
mengatasi dan memecahkan persoalan hidup yang dihadapi di masyarakat
Fenomena Model Pendidikan yang membelenggu inisiatif dan kreativitas anak bagi
pengembangan potensi dan daya imajinasinya digambarkan Paulo Freire(1985)
seorang Pembela Hak Anak dalam bidang Pendidikan dengan Teori Pendidikan Gaya
Bank:
1. Guru mengajar, murid diajar
2. Guru mengetahui segalanya, murid tidak tahu apa-apa
3. Guru Berfikir, murid difikirkan
4. Guru Bercerita, murid patuh mendengarkan
5. Guru menentukan Peraturan, Murid Diatur
6. Guru Memilih dan Memaksakan pilihannya, murid menyetujui
7. Guru Berbuat, murid membayangkan dirinya juga akan berbuat seperti
perbuatan gurunya
8. Guru memilih bahan dan isi pelajaran
9. Guru mencampur adukkan kewenangan ilmu pengetahuan dan
kewenangan jabatannya yang ia lakukan untuk menghalangi kebebasan
berfikir murid
10.Guru adalah subyek dalam proses belajar dan murid adalah obyek belaka
Tujuan Penelitian
Diperlukan kajian yang bertujuan :
1)Mendapatkan data tentang kekerasan terhadap anak di sekolah
(kekerasan fisik, psikis, seksual dan ekonomi).
2)Mengetahui faktor-faktor penyebab kekerasan terhadap anak yang
terjadi di sekolah.
3)Mengetahui potensi sumber daya yang ada di masyarakat dan
khususnya di sekolah untuk mencegah dan menghapuskan kekerasan
terhadap anak di sekolah.
4)Merumuskan rekomendasi dan tindakan-tindakan yang tepat bagi
institusi sekolah untuk mencegah dan menghapuskan kekerasan
terhadap anak di sekolah
For Every Child
Health, Education, Equality, Protection
ADVANCE HUMANITY
Metode Penelitian
• Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional research
atau survey berparadigma quasi kualitatif.
• 17 Sekolah SD, 598 partisipan anak NAD sebanyak 313 dan Nias
sebanyak 285 yang tersebar pada 5 kabupaten terpilih yang
melaksanakan Program CLCC di Kabupaten Nias, Bireun, Bener
Meriah, Aceh Jaya dan Aceh Selatan
• Sumber data :Data primer diperoleh melalui berbagai instrumen
kuesioner, body map, child story, surat curhat, Indepth Interview,
Focus Group Discussion (FGD), dan Wawancara Semi Terstruktur
(WST). Sementara data sekunder dimaksudkan untuk melihat
kondisi umum wilayah penelitian, data kekerasan anak yang dicatat
di kepolisian atau LSM.
For Every Child
Health, Education, Equality, Protection
ADVANCE HUMANITY
Hasil Penelitian
For Every Child
Health, Education, Equality, Protection
ADVANCE HUMANITY
Pemahaman mengenai anak
Anak Adalah....
(1)Titipan/berkat/karunia Tuhan Yang Maha Esa;
(2)Seseorang yang bersifat lemah sehingga memerlukan
perlindungan dan kasih sayang orang dewasa (orang tua, guru);
(3)Seseorang yang harus dipenuhi hak-haknya seperti : pendidikan;
kesehatan; keamanan; perlindungan; kesempatan mengeluarkan
ide, pendapat, dan gagasan; serta mendapatkan perlakuan yang
sama;
(4)Seperti kertas putih sehingga baik buruknya anak tergantung
pada orang dewasa.
For Every Child
Health, Education, Equality, Protection
ADVANCE HUMANITY
Pemahaman mengenai anak
Anak Adalah seseorang yang berusia.....
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
5-10 tahun;
0-12 tahun;
0-7 tahun;
< 10 tahun;