LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN DETEKSI DINI MA

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN
DETEKSI DINI MASALAH GIZI BURUK
DI POSYANDU GETAK WILAYAH KERJA PUSKESMAS GRABAG
II KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

Disusun Oleh:
1. Sri Puji Lestari
2. Harfi Gatra Wicaksono
3. Nurfitriani FaraLiana

P07131215078
P07131215084
P07131215086

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
PROGRAM STUDI DIV ALIH JENJANG JURUSAN GIZI
2015

i


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan Laporan Praktik Lapangan
Deteksi Dini Gizi Buruk dapat diselesaian dengan baik.
Penulisan Laporan Praktik Lapangan ini dapat diselesaikan dengan baik
berkat bantuan, dorongan dan bimbingan kepada penulis selama ini. Pada
kesempatan ini penulis menyatakan penghargaan dan mengucapkan terima
kasih kepada.
1. Tjarono Sari, SKM, M.Kes selaku ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta.
2. Ir. Herawati M.Kes selaku koordinator dosen pengampu mata kuliah Deteksi
Dini Gizi Makro dan Mikro Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
3. Th. Ninuk Sri Hartini, MS, Ph.D selaku dosen pengampu mata kuliah Deteksi
Dini Gizi Makro dan Mikro Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
4. DR. Waryana, SKM, M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah Deteksi
Dini Gizi Makro dan Mikro Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
5. Petugas Gizi Puskesmas Grabag II yang telah memberikan informasi untuk
mendukung penyusunan Laporan Praktik Lapangan.
Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Praktik Lapangan Deteksi
Dini Gizi Buruk ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran kami

harapkan untuk penyempurnaan selanjutnya. Penulis berharap, semoga Karya
Tulis Ilmiah ini bermanfaan bagi pihak-pihak yang memerlukan.
Yogyakarta, 29 Desember 2015
Penulis,

DAFTAR ISI

ii

Kata Pengantar................................................................................
Daftar Isi ......................................................................................
Daftar Tabel......................................................................................
Daftar Gambar.................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................
A. Latar Belakang ....................................................................
B. Tujuan...................................................................................
C. Manfaat................................................................................
BAB II METODE..............................................................................
A. Lokasi dan Waktu ................................................................
B. Sasaran................................................................................

C. Metode Deteksi di Posyandu................................................
D. Jenis Data............................................................................
E. Cara Pengumpulan Data......................................................
F. Instrumen.............................................................................
G. Pengolahan dan Analisis Data..............................................
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................
A. Karakteristik Balita di Posyandu Getak.................................
B. Cakupan Penimbangan di Posyandu Getak.........................
C. Deteksi Dini Balita................................................................
BAB IV KESIMPULAN....................................................................
Daftar Pustaka................................................................................
Lampiran ......................................................................................

ii
iii
iv
v
1
3
3

3
4
4
4
4
5
5
6
6
7
7
8
9
20
21
22

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Karakteristik Balita di Posandu Getak.................................
Tabel 2. Cakupan Penimbangan di Posyandu Getak.......................

Tabel 3. Identitas Balita....................................................................
Tabel 4. Identitas Orangtua Balita....................................................
Tabel 5. Pengamatan Tanda Fisik Balita..........................................
Tabel 6. Riwayat Penyakit Balita......................................................

iii

7
8
10
10
12
13

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pemantauan Antropometri..............................................
Gambar 2. Nilai Z-Score Antripometri...............................................
Gambar 3. Asupan Energi................................................................
Gambar 4. Asupan Protein...............................................................
Gambar 5. Asupan Lemak...............................................................

Gambar 6. Asupan Karbohidrat........................................................
Gambar 7. Kondisi Rumah Balita 1..................................................
Gambar 8. Kondisi Rumah Balita 2..................................................

iv

11
12
13
14
14
15
16
16

v

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Masalah gizi utama di Indonesia saat ini adalah Kurang Energi Protein
(KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI), dan
Anemia Gizi Besi (AGB) (Almatsier, 2007). Kurang Energi Protein dapat
diderita oleh siapa saja, baik bayi, anak-anak, maupun dewasa (Arisman,
2004). KEP pada anak balita merupakan keadaan kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan
sehari-hari dalam waktu yang cukup lama dan atau karena gangguan
penyakit tertentu (Supariasa, 2001). Bayi dan anak usia bawah lima tahun
sangat rentan terserang KEP karena sedang mengalami masa tumbuh
kembang (Arisman, 2004). Masalah gizi disebabkan oleh banyak faktor, oleh
sebab itu dalam penanggulangannya harus melibatkan berbagai faktor yang
terkait ( Supariasa, 2002 ).
Menurut Riskesdas (2013), prevalensi berat-kurang balita rata- rata
nasional menurut indeks BB/U sebesar 19,6%, terdiri dari 5,7% gizi buruk
dan 13,9% gizi kurang. Jika dibandingkan dengan tahun 2007 (18,4%) dan
tahun 2010 (17,9 %). Hal ini berarti terjadi peningkatan prevalensi beratkurang menurut indeks BB/U

pada tahun 2013 dari tahun sebelumnya.

Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4 persen tahun

2007, 4,9 persen pada tahun 2010, dan 5,7 persen tahun 2013. Sedangkan
prevalensi gizi kurang naik sebesar 0,9 persen dari 2007 dan 2013.
Hasil data status gizi anak balita menurut Riskesdas 2010 dengan
indikator status gizi menurut indeks BB/TB menunjukkan prevalensi sangat
kurus secara nasional tahun 2013 masih cukup tinggi yaitu 5,3%, terdapat
penurunan dibandingkan tahun 2010

(6,0%) dan tahun 2007

(6,2%).

Demikian pula halnya dengan prevalensi kurus sebesar 6,8% juga
menunjukkan adanya penurunan dari 7,3% (tahun 2010) dan 7,4% (tahun
2007). Secara keseluruhan prevalensi anak balita kurus dan sangat kurus
menurun dari 13,6% pada tahun 2007 menjadi 12,1% pada tahun 2013
Dampak masalah gizi buruk sangat merugikan, dimana kekurangan
gizi merupakan salah satu penyebab tingginya kematian pada bayi dan
anak. Apabila anak kekurangan gizi dalam hal zat karbohidrat (zat tenaga)

1


dan protein (zat pembangun) akan mengakibatkan anak menderita
kekurangan gizi yang disebut Kurang Energi dan Protein (KEP) tingkat
ringan dan sedang, apabila hal ini berlanjut lama maka akan berakibat
terganggunya pertumbuhan, terganggunya perkembangan mental dan
terganggunya sistem pertahanan tubuh sehingga dapat menjadikan
penderita KEP tingkat berat dan sangat mudah terserang penyakit (Moehji,
2005).
Dalam rangka mencegah agar tidak terjadi masalah gizi yang lebih
parah maka diperlukan deteksi dini. Deteksi dini gizi buruk adalah kegiatan
untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang
pada balita sebelum terjadinya kasus gizi buruk, Posyandu adalah salah
satu ujung tombak masyarakat untuk mendeteksi gizi buruk balita secara
dini.

posyandu untuk mengetahui pertumbuhan balita apakah terdapat

penyimpangan atau tidak dengan cara menimbang anak setiap bulannya.
Berdasarkan Depkes RI (2012), Indonesia masih mengalami
permasalahan gizi pada anak-anak, maka usaha deteksi dini penting untuk

dilakukan. Perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat sensitif
untuk memantau pertumbuhan anak. Bila kenaikan berat badan anak lebih
rendah dari yang seharusnya pertumbuhan anak terganggu dan anak
beresiko akan mengalami kekurangan gizi.
Ahli

gizi merupakan salah satu tenaga kesehatan yang bertugas

membina kesehatan pada masyarakat harus mendapat bekal pengetahuan
dan ketrampilan yang cukup dalam melakukan deteksi dini masalah gizi yang
ada di masyarakat. Salah satu peran Ahli Gizi adalah sebagai pengelola
program gizi masyarakat. Salah satu aspek dalam pengeloolaan program gizi
masyarakat adalah mendeteksi masalah gizi yang ada di masyarakat. Peran
tersebut dapat dicapai setelah Ahli Gizi memperoleh bekal ketrampilan
(kompetensi) yang appropriate selama mengikuti pendidikan
Untuk memperoleh pengalaman dalam melakukan deteksi dini
masalah gizi buruk, maka mahasiswa Program Studi D-IV Gizi perlu
mendapatkan pengalaman dan ketrampilan yang diperoleh dari praktek
langsung di masysrakat. Untuk itu maka perlu kegiatan kunjungan lapangan ,
praktek di masyarakat untuk melakukan deteksi dini masalah gizi buruk

yang ada di masyarakat.

2

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah melakukan praktek kunjungan lapangan diharapkan
mahasiswa termpil melakukan deteksi dini masalah gizi buruk yang ada
di masyarakat.
2. Tujuan khusus
Setelah melakukan kunjungan lapangan diharapkan mahasiswa:
a. Mampu melakukan pengukuran berat badan
b. Mampu melakukan tinggi badan/panjang badan
c. Mampu menentukan menetukan z scor
d. Mengetahui umur
e. Mengetahui jenis kelamin
f.

Mampu mengenal tanda fisik

g. Mampu menentukan asupan energi
h. Mampu menetukan asupan protein
i.

Mampu melakukan FFQ

j.

Mampu melakukan penyelidikan epidemiologi

C. Manfaat
Menambah

wawasan,

pengetahuan

dan

melaksanakan praktek kerja lapangan di posyandu

pengalaman
Grabag

dalam
II

Kabupaten Magelang mengenai deteksi dini masalah gizi makro kurang
energi protein (KEP) dan intervensi untuk mengatasi masalah tersebut.
Bahan masukan dalam menentukan program perbaikan gizi sehingga
tidak terjadi akibat yang lebih buruk.

BAB II
METODE
A. Lokasi dan Waktu
Lokasi yang digunakan sebagai lahan praktek kunjungan lapangan
mata kuliah deteksi dini ini di Posyandu X wilayah kerja Puskesmas Grabag
II Kabupaten Magelang

3

B. Sasaran
Anak balita yang berada di Posyandu X wilayah kerja Puskesmas
Grabag II Kabupaten Magelang
C. Metode Deteksi Di Posyandu
1. Antropmetri
Antropometri digunakan untuk melihat ketidak seimbangan asupan
protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan
fisik dan jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.
Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan adalah berat badan
menurut umur (BB/U), panjang badan atau tinggi badan menurut umur
(PB/U atau TB/U), dan berat badan menurut panjang badan atau tinggi
badan (BB/PB atau BB/TB).
2. Biofisik
Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan
struktur jaringan yang dapat digunakan dalam keadaan tertentu, seperti
kejadian buta senja (Supariasa, 2002).
3. Recall
Metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan
makanan yang dikonsumsi pada masa lalu. Wawancara yang dilakukan
sedalam mungkin agar responden dapat mengungkapkan jenis bahan
makanan dan perkiraan jumlah bahan makanan yang dikonsumsinya
beberapa hari yang lalu.
4. FFQ
FFQ

merupakan

kuesioner

yang

menggambarkan

frekuensi

responden dalam mengonsumsi beberapa jenis makanan dan minuman.
Frekuensi konsumsi makanan dilihat dalam satu hari, atau minggu, atau
bulan, atau dalam waktu satu tahun. Kuesioner terdiri dari list jenis
makanan dan minuman
D. Jenis Data
1. Data primer
a. Data identitas balita meliputi nama, tempat/tanggal lahir, usia, alamat.
b. Data identitas orang tua (ayah dan ibu) meliputi nama, usia, alamat.
c. Data Berat Badan dan Tinggi Badan
d. Data asupan energi dan proein

4

e. Pola konsumsi
f. Data sosial ekonomi

keluarga

meliputi

pendidikan,

pekerjaan,

pendapatan, pengetahuan.
g. Data riwayat penyakit balita.
h. Data pola asuh balita.
i. Data kondisi rumah keluarga balita
2. Data sekunder
a. Data di posyandu
b. Data BGM (melihat KMS).
E. Cara pengumpulan data
1. Data identitas balita, identitas orang tua, sosial ekonomi keluarga, riwayat
penyakit balita, pola asuh balita dan kondisi rumah keluarga balita
diperoleh dengan cara wawancara dan pengisian kuesioner.
2. Data antropometri diperoleh dengan pengukuran berat badan dan tinggi
atau panjang badan.
3. Data asupan gizi diperoleh dengan recall, sedangkan data kebiasaan
makan diperoleh dengan menggunakan form food frekuensi.
4. Data gambaran umum lokasi diperoleh dari menyalin dokumentasi

F.

posyandu, dengan cara mencatat.
5. Data biofisik diperoleh dengan observasi
Instrumen
1. Microtoice
2. Dacin/ baby scale
3. Infantometer
4. Kuesioner
5. Form food recall
6. Form food frekuensi
7. Form pelacakan gizi buruk.

G. Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data adalah

metode

untuk

mendeskripsikan

dan

menginterpretasikan data yang telah diolah sehingga hasil akhir penelitian
dapat disimpulkan (Notoatmodjo, 2010). Analisis yang digunakan adalah
analisis univariat. Analisis univariat dilakukan pada setiap variabel dari hasil
penelitian. Analisis ini menghasilkan distribusi dari tiap variabel

5

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.

Karakteristik Balita di Posyandu Getak

Tabel 1. Karakteristik Balita
Variabel
Usia (bulan)