MENGIDENTIFIKASI KETERAMPILAN BAWAHAN bahasa an
MENGIDENTIFIKASI
KETERAMPILAN BAWAHAN & PERILAKU AWAL SISWA
A. PENDAHULUAN
Salah satu langkah dalam proses analisis instruksional, adalah mengidentifikasi
keterampilan bawahan dan perilaku awal. Langkah ini akan memberikan analisis
yang
lebih
lengkap
dari
tujuan
instruksional. Hal
ini
dilakukan
untuk
memutuskan keterampilan mana dan sikap apa yang peserta didik harus sudah
miliki sebelum proses pembelajaran.
Kendala
yang biasanya
ditemukan dalam
langkah ini
adalah mengenali
perangkat yang tepat dari keterampilan-ketrampilan bawahan tersebut. Jika
ketrampilan yang perlu dikuasai tidak diberikan, maka banyak siswa tidak akan
memiliki latar belakang yang diperlukan untuk mencapai tujuan, sehingga
pembelajaran menjadi tidak efektif. Sebaliknya jika diberikan ketrampilan yang
berlebihan, pembelajaran akan memakan waktu yang lama, dan keterampilanketrampilan yang tidak perlu diberikan tersebut bisa mengganggu siswa dalam
belajar mengusai ketrampilan yang diperlukan.
B. ANALISIS KETERAMPILAN BAWAHAN
Keterampilan subordinat/ bawahan adalah keterampilan yang harus dikuasai
oleh siswa agar dapat belajar secara efisien seperti yang dimaksud dalam
rumusan tujuan akhir pembelajaran.
Keterampilan
bawahan
adalah
semua
keterampilan
yang
mendukung
tercapainya keterampilan-keterampilan pada langkah-langkah hasil analisa
tujuan.
Analisis keterampilan bawahan melibatkan setiap langkah tujuan dan bagian
langkah-langkah
pengetahuan
untuk
yang
menentukan
diperlukan
untuk
apa
prasyarat
dapat
keterampilan
melakukan
atau
langkah
yang
memadai. Keterampilan dan pengetahuan yang disebut sebagai keterampilan
bawahan
1
Keterampilan
bawahan
seringkali
melibatkan
beberapa
domain
belajar,
identifikasi keterampilan bawahan sampai pada keterampilan paling bawah dan
murni. Keterampilan bawahan tersebut bisa berbentuk konsep, teori, aturan,
pengertian, definisi, hukum, atau fakta. Terkadang secara sendiri keterampilan
bawahan tidak begitu berarti tetapi dalam rangka mendukung tercapainya
keterampilan diatas (super-ordinat) sangatlah berfungsi. Tanpa keterampilan itu
mungkin tujuan Instruksional tidak akan tercapai.
Ada beberapa pendekatan yang berbeda yang bisa dilakukan saat melakukan
analisis
keterampilan
bawahan. Keputusan
untuk
menggunakan
prosedur
tertentu biasanya bertumpu pada jenis tujuan yang dituju. Untuk tujuan
intelektual atau psikomotor mungkin akan menggunakan analisis hirarkis. Untuk
tujuan lisan, sebagai cluster analisis dianjurkan.Akhirnya, untuk tujuan sikap
kombinasi pendekatan yang digunakan.
Keterampilan bawahan dalam peta analisis ditempatkan pada kotak-kotak di
bawah kotak-kotak langkah-langkah analisis tujuan.
Gambar 1.1 Analisis Ketrampilan Bawahan
2
Gambar 1.2. Analisis Ketrampilan Bawahan
Bagan 1.1 menggambar posisi keterampilan bawahan dalam peta analisa.
Keterampilan pada langkah 1, langkah 2, langkah 3, langkah 4 dan langkah 5
merupakan keterampilan super-ordinat. Keterampilan bawahan pada langkah 1
merupakan hasil analisis hierarki. Keterampilan bawahan pada langkah 2
merupakan hasil analisis rumpun. Dan Keterampilan bawahan pada langkah 3
merupakan hasil analisa prosedural. Analisa keterampilan bawahan ini akan
dibahas berikut.
1. Analisis Hierarki
Analisa hierarkis digunakan untuk menganalisis langkah-langkah individu dalam
analisis tujuan intelektual atau psikomotorik. Setelah kita mengidentifikasi
seluruh
keterampilan-keterampilan
tercapainya
tujuan..
bawahan
yang
mendukung
untuk
Kemudian keterampilan-keterampilan bawahan ditulis
dalam kotak-kotak untuk memudahkan dalam penyusunan peta konsep yang
akan dibuat.
Pendekatan dengan analisa hierarki adalah sebuah analisa yang memperhatikan
bahwa keterampilan-keterampilan disusun dari keterampilan tertinggi sampai
pada titik keterampilan terendah. Ada satu hal yang harus dipertimbangkan
3
bahwa keterampilan bawahan merupakan syarat untuk keterampilan di atas. Hal
ini yang merupakan ciri dari analisa hierarki.
Setelah mengidentifikasikan semua sub-keterampilan yang diperlukan siswa
untuk dapat menguasai tujuan instruksional, kemudian memeriksa hasil analisa,
dan menuangkannya dalam satu peta analisa.
Dalam mendiagramkan analisa hierarki dapat digunakan cara berikut:
a) Tujuan akhir instruksional diletakkan di dalam kotak di puncak susunan
hierarki.
b) Semua keterampilan intelek subordinat diperlihatkan di dalam kotakkotak yang dihubungkan dengan garis-garis yang berasal dari kotak-kotak
atas dan bawahnya.
c) Keterampilan-keterampilan
informasi
verbal
dan
sikap
dihubungkan
dengan garis-garis mendatar, sebagaimana juga diperlihatkan dalam.
bagian-bagian berikutnya.
d) Anak-anak panah harus menunjukkan bahwa alur keterampilan arahnya
ke atas menuju ke tujuan akhir.
e) Rumusan semua keterampilan subordinat harus menggunakan kata kerja
yang menunjukkan apa yang pebelajar harus mampu lakukan. Hindari
rumusan yang hanya menggunakan kata benda.
f) Dalam kenyataan sebenarnya, hierarki tidak perlu simetri. Bentuknya bisa
segala macam. Tidak ada “satu” wujud penampakan hierarki yang benar.
Penting untuk memeriksa kembali analisa beberapa kali, untuk memastikan
bahwa kita telah mengenali semua keterampilan bawahan yang diperlukan siswa
untuk menguasai tujuan instruksional. Pada tahap ini kita harus kembali
menempuh prosedur langkah mundur, dari keterampilan yang tertinggi, paling
kompleks dalam hierarki ke keterampilan yang terendah, paling sederhana yang
diperlukan oleh para siswa. Ini akan memungkinkan untuk menentukan apakah
kita sudah memasukkan semua keterampilan bawahan yang perlu.
4
Gambar 2. Analisis Hierarki
Menurut Gagne, keterampilan intelektual adalah keterampilan yang diperlukan
siswa untuk melakukan beberapa aktivitas kognitif yang unik. Gagne membagi
keterampilan
intelektual
ke
dalam
subkategori
berikut,
tergantung
pada
kompleksitas dari proses mental yang terlibat. Berikut daftar kategori tersebut:
• Diskriminasi
Kemampuan untuk membedakan satu fitur dari sebuah objek dari yang
lain berbasis pada satu atau lebih dimensi fisik. Diskriminasi adalah
tingkat keterampilan yang sangat rendah. Ini tidak termasuk kemampuan
untuk objek nama kelas , jika peserta didik dapat melakukan itu, mereka
telah memiliki konsep.
Contoh:
-
Mendengar perbedaan antara dua catatan dimainkan pada piano.
-
Membedakan antara warna kaus kaki di laci dengan menarik keluar
sepasang yang cocok.
-
Membedakan antara simbol-simbol.
• Konsep dasar
Dasar konsep pembelajaran mencakup belajar untuk mengidentifikasi
stimulus sebagai anggota kelas memiliki beberapa karakteristik yang
sama.
Contoh:
-
Mengidentifikasi titk tengah sekelompok objek.
-
Mengatur sekelompok ukuran sedotan yang berbeda dari terbesar ke
terkecil.
-
Menandai semua segiempat pada kertas yang menunjukkan lingkaran,
segitiga, dan kotak.
5
• Ditetapkan Konsep
Konsep yang tidak dapat diidentifikasi dengan menunjuk mereka keluar
dan harus didefinisikan. Contoh
- Keluarga.
- Kehakiman.
- Energi.
• Aturan
Aturan memungkinkan kita untuk melakukan sesuatu, menggunakan
simbol-simbol, dan bagi kami untuk menanggapi kelas berbagai hal
dengan kelas pertunjukan.
Contoh:
- Menerapkan hukum Ohm, E = I x R (tidak hanya menyatakan itu).
- Menampilkan kekuatan yang sama dengan percepatan kali massa.
- Membuat kalimat seperti, "Anak itu pergi ke toko."
• Urutan aturan paling tinggi
Termasuk menerapkan kombinasi kompleks dari aturan sederhana untuk
memecahkan
masalah,
melakukan
tugas,
atau
menjelaskan,
menggambarkan, dan memprediksi fenomena atau peristiwa. Contoh:
-
Perencanaan anggaran yang seimbang, mengingat pendapatan tetap
dan biaya tetap.
-
Perencanaan rencana pelajaran, mengingat tujuan kelas tertentu,
kegiatan, waktu, dan keterbatasan sumber daya.
Kategorisasi keterampilan intelektual adalah hirarki, yang berarti bahwa setiap
keterampilan tingkat tinggi memerlukan keterampilan lebih rendah sebagai
prasyarat. Karena itu, jika kita mencoba untuk menganalisis keterampilan
tingkat tinggi, keterampilan bawahan mungkin akan lebih rendah dari urutan
keterampilan intelektual. Setelah semua, jika kita melihat apa aturan tingkat
tinggi,
kita
melihat
bahwa
mereka
adalah
kombinasi
dari
aturan
sederhana.Karena aturan terdiri dari konsep dan diskriminasi, keterampilan
bawahan untuk kegiatan pemecahan masalah bisa jatuh ke dalam salah satu
sub-kategori.
6
Dalam proses penentuan keterampilan bawahan, kita menemukan bahwa
beberapa pengetahuan yang diperlukan untuk belajar langkah tujuan tertentu
tidak
merupakan
keterampilan
intelektual
tetapi
informasi
bukan
hanya
verbal. Bahkan, dengan tujuan apa pun kita mungkin memiliki keterampilan
bawahan yang mewakili beberapa domain Gagne tentang belajar, bahkan jika
tujuan asli jatuh hanya ke satu domain. Jika relevan untuk mencapai langkah
tujuan tertentu maka harus memasukkannya dalam analisa.
Bila kita berpikir telah mengidentifikasi semua keterampilan bawahan yang
relevan (subskills) untuk setiap langkah tujuan, kita ingin menambahkan untuk
diagram analisis instruksional. Setiap keterampilan bawahan harus diwakili oleh
kotak sendiri, dan harus terhubung ke langkah tujuan mendukung.Selain itu,
harus menyatakan keterampilan yang pelajar harus dapat melakukan pada
tahap
tersebut. Juga,
perhatikan
bahwa
tanda
panah
pada
garis
yang
menghubungkan setiap kotak keterampilan bawahan langkah-langkah dan
keterampilan di atas menunjuk naik dari keterampilan bawahan terhadap
keterampilan yang lebih tinggi. Dalam analisis hirarkis, adalah tradisi untuk
menempatkan keterampilan superordinat atas keterampilan atas mana mereka
bergantung
agar
pembaca
untuk
secara
otomatis
mengenali
hubungan
pembelajaran tersirat dari subskills. Ini berarti bahwa semakin rendah urutan
keterampilan akan berakhir di bagian dasar. Ketika bekerja dengan keterampilan
ini, mungkin berguna untuk bekerja dengan cara anda dari dasar, dimulai
dengan keterampilan yang sangat dasar atau dasar dan kemudian bekerja
dengan cara kita sampai dengan keterampilan yang paling berhubungan erat ke
langkah tujuan pendukung mereka .
Jika tujuan intelektual atau psikomotor memiliki keterampilan bawahan yang
melibatkan informasi verbal, kita masih dapat memasukkannya dalam flowchart
hirarkis, bahkan meskipun itu informasi verbal bukan bagian dari hirarki
intelektual. Disarankan bahwa keterampilan ini dihubungkan dengan analisis
hirarkis utama menggunakan konektor seperti ini:
7
Gambar 3. Konektor
2. Analisis Prosedural
Analisa prosedural ialah satu teknik yang digunakan untuk mengenali langkahlangkah keterampilan bawahan dalam analisis untuk tujuan intelektual atau
keterampilan psikomotorik. Setelah keterampilan bawahan atau lebih pas
mungkin
rincian
keterampilan
untuk
mencapai
keterampilan
di
atas.
Keterampilan ini lebih merupakan rincian langkah untuk mencapai tujuan di
atasnya, setiap langkah di bawahnya bukan merupakan syarat untuk langkah
selanjutnya. Analisa prosedural merupakan jenis analisis subskills seperti terlihat
di bawah ini:
Gambar 4. Analisis Prosedural
Langkah 1 sampai 5 adalah langkah-langkah asli dalam analisis instruksional.
Langkah 2.1 adalah langkah bawahan dari langkah 2 seperti halnya dalam
hubungan hierarki khas. Langkah 4.1, 4.2, dan 4.3 adalah subskills dari langkah
4 dan merupakan langkah prosedural dari langkah 4. Langkah 4.2.1 adalah
langkah hierarkis dari langkah 4.2. Kotak-kotak keterampilan bawahan dalam
analisa
prosedural
disusun
sejajar
dimulai
dari
sebelah
kanan
sebagai
keterampilan paling bawah atau prosedur pertama.
8
3. Analisis Cluster/ Rumpun
Analisa rumpun (cluster analysis) biasa digunakan pada tujuan informasi verbal.
Analisa rumpun lebih berfungsi mengidentifikasi kategori atau komponenkomponen utama dari tujuan informasi verbal yang akan dicapai. Setiap kategori
dalam informasi verbal tersebut hampir tidak memiliki hubungan baik secara
hierarki maupun prosedural, tetapi mungkin hanya memiliki kemiripan atau
memiliki fungsi sama dalam pencapaian tujuan yang dianalisa. Contohnya :
tujuan menuliskan nama-nama profinsi di pulau sumatra
Gambar 5. Analisis Cluster
Langkah yang harus dilakukan dalam analisa rumpun adalah menempatkan
kotak-kotak keterampilan bawahan hasil identifikasi pada posisi yang sama
seperti
pada
analisis
prosedural
tetapi
bukan,
hubungannya
dengan
keterampilan super-ordinat seperti dalam analisis hierarki tetapi bukan.
4. Kombinasi pendekatan untuk tujuan sikap
Tujuan sikap juga memerlukan pendekatan yang sedikit berbeda. Hal ini
biasanya melibatkan menanyakan dua pertanyaan berikut:
1. Apa yang harus dilakukan ketika siswa menunjukkan sikap ini?
2. Mengapa mereka menunjukkan sikap ini?
Pertama
kita
harus
mengidentifikasi
perilaku
yang
akan
dicari
untuk
menentukan apakah sikap sedang ditunjukkan. Apa yang akan orang lakukan
jika mereka menunjukkan bahwa mereka mengikuti sikap yang diinginkan? Ini
kemungkinan besar akan menjadi keterampilan intelektual atau keterampilan
motorik. Dari
sini
kita
harus
menentukan
langkah-langkah
tujuan
dan
keterampilan bawahan yang menyertainya seperti yang dilakukan untuk tujuan
intelektual atau psikomotor lainnya. Kemudian akan berakhir dengan analisis
9
hirarki keterampilan yang mewakili apa yang peserta didik akan lakukan jika
mereka memilih untuk menunjukkan sikap yang diinginkan.
Bagian kedua melibatkan menjelaskan kepada peserta didik "mengapa" mereka
harus membuat pilihan untuk menunjukkan sikap itu. Jawaban untuk ini
biasanya melibatkan informasi verbal. Untuk tujuan sikap, itu tidak cukup bahwa
Anda mengajarkan pelajar bagaimana melakukannya, mereka harus memilih
untuk melakukannya, dan ini adalah informasi yang akan membantu mereka
dalam membuat pilihan itu.Informasi verbal yang dapat diatur dalam cluster
analisis terpisah sendiri, atau terintegrasi ke dalam analisis hirarki secara
keseluruhan.
Pada sebuah diagram alur analisis instruksional, tujuan sikap diwakili dengan
melampirkan kotak sikap untuk keterampilan intelektual atau psikomotorik
peserta
didik
akan
memilih
untuk
menunjukkan. Ini
dilakukan
dengan
menggunakan "A" konektor. Dari sini kemudian daftar langkah yang diperlukan
dan
keterampilan
diinginkan. Untuk
yang
diperlukan
informasi
verbal
untuk
mencapai
pendukung
keterampilan
("mengapa"),
kita
yang
dapat
memberikan cluster analisis yang terpisah, atau mengintegrasikannya ke dalam
analisis hirarkis dengan melampirkan masing-masing "keterampilan" verbal
dalam kotak di samping keterampilan psikomotor atau intelektual yang
mendukung. Hal ini dilakukan dengan menggunakan segitiga "V" konektor
dijelaskan sebelumnya.
Teknik-teknik yang dijelaskan di bagian sebelumnya harus memungkinkan kita
untuk memastikan dan mengatur keterampilan bawahan untuk setiap kategori
tujuan. Pada akhirnya, penting untuk meninjau analisis beberapa kali untuk
memastikan telah teridentifikasi semua keterampilan bawahan diperlukan bagi
siswa untuk menguasai tujuan instruksional utama. Dilakukan juga dengan
mencari keterampilan yang dapat diklasifikasikan sebagai "baik untuk tahu",
tetapi tidak selalu diperlukan bagi peserta didik untuk belajar tujuan. Ini
mungkin yang terbaik untuk membiarkan para analisis.
10
C. PERILAKU MASUKAN
Proses
analisis
instruksional
juga
berfungsi
membantu
perancang
mengidentifikasi instruksional tentang apa yang sudah harus tahu atau mampu
peserta didik lakukan
sebelum mereka mulai belajar, keahlian ini disebut
sebagai perilaku masukan.
Prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi perilaku masukan secara
langsung berkaitan dengan proses analisis keterampilan bawahan. Seperti yang
kita ketahui bahwa dengan analisis hirarkis bertanya, “Apa yang siswa perlu
tahu dalam rangka untuk mempelajari keterampilan ini?” Jawaban atas
pertanyaan ini adalah satu atau lebih keterampilan bawahan. Jika kita
melanjutkan proses ini dengan masing-masing berturut-turut set keterampilan
bawahan, bagian bawah hirarki akan berisi keterampilan yang sangat dasar.
Asumsikan kita memiliki peta analisis instruksional yang begitu lengkap. Ini
mewakili berbagai keahlian yang dibutuhkan untuk mengambil pelajar dari
tingkat yang paling dasar pemahaman sampai tujuan instruksional. Jika
mayoritas peserta didik sudah menguasai beberapa keterampilan dasar yang
ada pada peta analisis sebelum memulai instruksional maka, maka diatas
keterampilan tersebut dibuat garis putus-putus.
Gambar 6. Analisis Instruksional dengan Entry Behavior
11
Garis putus-putus tersebut adalah garis entry behaviors (perilaku masukan).
Semua keterampilan dalam peta analisis adalah bagian yang akan kita
belajarkan sedangkan yang dibawah garis disebut perilaku masukan tidak perlu
di belajarkan, karena sudah dikuasai oleh siswa.
Sifat Kesementaraan
Menentukan perilaku awal memerlukan beberapa asumsi pada bagian dari
perancang. Namun, sangat penting untuk proses analisis instruksional karena
membantu desainer mengidentifikasi dengan tepat apa yang sudah harus tahu
atau
mampu
lakukan
sebelum
mereka
mulai
instruksi. Hal
ini
juga
mengidentifikasi apa yang kita, sebagai desainer, akan mencakup dalam
instruksi kita. Jika "menarik garis" terlalu rendah maka kita akan mengajar halhal
yang
yang
sudah
diketahui,
sehingga
banyak
membuang
waktu
pengembangan dan bisa saja peserta didik mungkin akan merasa bosan dan
kaku. Di sisi lain, jika menarik garis terlalu tinggi, maka peserta didik tidak akan
memiliki keterampilan prasyarat yang diperlukan untuk dapat mencapai tujuan,
dan mungkin hanya duduk di sana dengan tatapan "dikategorikan-out". Dalam
hal ini bahan ajar tidak akan efektif. Apa semua ini berarti bahwa harus
meletakkan beberapa pemikiran
ke peserta didik anda dan apa yang mereka
mungkin sudah tahu.
Dalam perancangan sebuah material kurikulum terkadang hanya diperuntukkan
bagi para siswa yang tercerdas dalam populasi sasaran. Keadaan ini tercermin
dalam
analisa
instruksional
garis
entry
behaviors
terlalu
tinggi,
yang
menunjukkan bahwa para siswa populasi sasaran sudah memiliki sebagian besar
keterampilan yang ada pada peta. Kalau tingkah laku masukan yang dianggap
sudah ada itu ternyata belum dikuasai oleh sebagian besar populasi sasaran,
maka material instruksional itu kehilangan fungsinya bagi banyak siswa. Tanpa
persiapan yang memadai untuk menguasai keterampilan masukan, usaha-usaha
para pebelajar menjadi tidak berdaya guna dan materialnya tidak berhasil guna.
Kesalahan kedua terjadi apabila garis putus-putus itu ditarik terlalu rendah pada
bagan analisa instruksional. Dalam keadaan ini praduganya ialah pebelajarpebelajar sedikit saja atau sama sekali tidak memiliki keterampilan-keterampilan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan Instruksional. Kesalahan seperti ini bisa
12
berakibat
fatal
dari
sudut
pengembangan
material
Instruksional
yang
sebenarnya tidak diperlukan para pebelajar, dan dari sudut waktu yang
diperlukan bagi para pebelajar untuk mempelajari hal-hal guna mencapai tujuan
yang sebenarnya sudah mereka kuasai.
Akhir dari analisis ini sampai dihasilkan sebuah peta analisis atau peta konsep
seperti pada gambar:
Gambar 7. Analisis Instruksional dengan Peta Konsep
13
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Gafur. 1981. Pengembangan Sistem dan Desain Instruksional. Yoyakarta:
FKIS IKIP.
http://t4mimy.blogspot.com/2012/04/makalah-model-pembelajaran-dickand.html
diakses pada 16142012
http://kuliahemka.wordpress.com/2010/02/24/langkah-kedua-dick-carey/
diakses pada 16032012
Mukminan. 2006. Desain Pembelajaran. Yogyakarta: PPs UNY.
Munandir. 1987. Rancangan Sistem Pengajaran. Jakarta: Depdikbud.
Robert M Gagne & Leslie Briggs. 1979. Principles of Instructional Design. New
York: holt, Rinehart and Winston.
Walter Dick & James Carey. 2009. The Systematic Design of Instruction. Ohio:
Pearson, Allyn, and Bacon.
14
KETERAMPILAN BAWAHAN & PERILAKU AWAL SISWA
A. PENDAHULUAN
Salah satu langkah dalam proses analisis instruksional, adalah mengidentifikasi
keterampilan bawahan dan perilaku awal. Langkah ini akan memberikan analisis
yang
lebih
lengkap
dari
tujuan
instruksional. Hal
ini
dilakukan
untuk
memutuskan keterampilan mana dan sikap apa yang peserta didik harus sudah
miliki sebelum proses pembelajaran.
Kendala
yang biasanya
ditemukan dalam
langkah ini
adalah mengenali
perangkat yang tepat dari keterampilan-ketrampilan bawahan tersebut. Jika
ketrampilan yang perlu dikuasai tidak diberikan, maka banyak siswa tidak akan
memiliki latar belakang yang diperlukan untuk mencapai tujuan, sehingga
pembelajaran menjadi tidak efektif. Sebaliknya jika diberikan ketrampilan yang
berlebihan, pembelajaran akan memakan waktu yang lama, dan keterampilanketrampilan yang tidak perlu diberikan tersebut bisa mengganggu siswa dalam
belajar mengusai ketrampilan yang diperlukan.
B. ANALISIS KETERAMPILAN BAWAHAN
Keterampilan subordinat/ bawahan adalah keterampilan yang harus dikuasai
oleh siswa agar dapat belajar secara efisien seperti yang dimaksud dalam
rumusan tujuan akhir pembelajaran.
Keterampilan
bawahan
adalah
semua
keterampilan
yang
mendukung
tercapainya keterampilan-keterampilan pada langkah-langkah hasil analisa
tujuan.
Analisis keterampilan bawahan melibatkan setiap langkah tujuan dan bagian
langkah-langkah
pengetahuan
untuk
yang
menentukan
diperlukan
untuk
apa
prasyarat
dapat
keterampilan
melakukan
atau
langkah
yang
memadai. Keterampilan dan pengetahuan yang disebut sebagai keterampilan
bawahan
1
Keterampilan
bawahan
seringkali
melibatkan
beberapa
domain
belajar,
identifikasi keterampilan bawahan sampai pada keterampilan paling bawah dan
murni. Keterampilan bawahan tersebut bisa berbentuk konsep, teori, aturan,
pengertian, definisi, hukum, atau fakta. Terkadang secara sendiri keterampilan
bawahan tidak begitu berarti tetapi dalam rangka mendukung tercapainya
keterampilan diatas (super-ordinat) sangatlah berfungsi. Tanpa keterampilan itu
mungkin tujuan Instruksional tidak akan tercapai.
Ada beberapa pendekatan yang berbeda yang bisa dilakukan saat melakukan
analisis
keterampilan
bawahan. Keputusan
untuk
menggunakan
prosedur
tertentu biasanya bertumpu pada jenis tujuan yang dituju. Untuk tujuan
intelektual atau psikomotor mungkin akan menggunakan analisis hirarkis. Untuk
tujuan lisan, sebagai cluster analisis dianjurkan.Akhirnya, untuk tujuan sikap
kombinasi pendekatan yang digunakan.
Keterampilan bawahan dalam peta analisis ditempatkan pada kotak-kotak di
bawah kotak-kotak langkah-langkah analisis tujuan.
Gambar 1.1 Analisis Ketrampilan Bawahan
2
Gambar 1.2. Analisis Ketrampilan Bawahan
Bagan 1.1 menggambar posisi keterampilan bawahan dalam peta analisa.
Keterampilan pada langkah 1, langkah 2, langkah 3, langkah 4 dan langkah 5
merupakan keterampilan super-ordinat. Keterampilan bawahan pada langkah 1
merupakan hasil analisis hierarki. Keterampilan bawahan pada langkah 2
merupakan hasil analisis rumpun. Dan Keterampilan bawahan pada langkah 3
merupakan hasil analisa prosedural. Analisa keterampilan bawahan ini akan
dibahas berikut.
1. Analisis Hierarki
Analisa hierarkis digunakan untuk menganalisis langkah-langkah individu dalam
analisis tujuan intelektual atau psikomotorik. Setelah kita mengidentifikasi
seluruh
keterampilan-keterampilan
tercapainya
tujuan..
bawahan
yang
mendukung
untuk
Kemudian keterampilan-keterampilan bawahan ditulis
dalam kotak-kotak untuk memudahkan dalam penyusunan peta konsep yang
akan dibuat.
Pendekatan dengan analisa hierarki adalah sebuah analisa yang memperhatikan
bahwa keterampilan-keterampilan disusun dari keterampilan tertinggi sampai
pada titik keterampilan terendah. Ada satu hal yang harus dipertimbangkan
3
bahwa keterampilan bawahan merupakan syarat untuk keterampilan di atas. Hal
ini yang merupakan ciri dari analisa hierarki.
Setelah mengidentifikasikan semua sub-keterampilan yang diperlukan siswa
untuk dapat menguasai tujuan instruksional, kemudian memeriksa hasil analisa,
dan menuangkannya dalam satu peta analisa.
Dalam mendiagramkan analisa hierarki dapat digunakan cara berikut:
a) Tujuan akhir instruksional diletakkan di dalam kotak di puncak susunan
hierarki.
b) Semua keterampilan intelek subordinat diperlihatkan di dalam kotakkotak yang dihubungkan dengan garis-garis yang berasal dari kotak-kotak
atas dan bawahnya.
c) Keterampilan-keterampilan
informasi
verbal
dan
sikap
dihubungkan
dengan garis-garis mendatar, sebagaimana juga diperlihatkan dalam.
bagian-bagian berikutnya.
d) Anak-anak panah harus menunjukkan bahwa alur keterampilan arahnya
ke atas menuju ke tujuan akhir.
e) Rumusan semua keterampilan subordinat harus menggunakan kata kerja
yang menunjukkan apa yang pebelajar harus mampu lakukan. Hindari
rumusan yang hanya menggunakan kata benda.
f) Dalam kenyataan sebenarnya, hierarki tidak perlu simetri. Bentuknya bisa
segala macam. Tidak ada “satu” wujud penampakan hierarki yang benar.
Penting untuk memeriksa kembali analisa beberapa kali, untuk memastikan
bahwa kita telah mengenali semua keterampilan bawahan yang diperlukan siswa
untuk menguasai tujuan instruksional. Pada tahap ini kita harus kembali
menempuh prosedur langkah mundur, dari keterampilan yang tertinggi, paling
kompleks dalam hierarki ke keterampilan yang terendah, paling sederhana yang
diperlukan oleh para siswa. Ini akan memungkinkan untuk menentukan apakah
kita sudah memasukkan semua keterampilan bawahan yang perlu.
4
Gambar 2. Analisis Hierarki
Menurut Gagne, keterampilan intelektual adalah keterampilan yang diperlukan
siswa untuk melakukan beberapa aktivitas kognitif yang unik. Gagne membagi
keterampilan
intelektual
ke
dalam
subkategori
berikut,
tergantung
pada
kompleksitas dari proses mental yang terlibat. Berikut daftar kategori tersebut:
• Diskriminasi
Kemampuan untuk membedakan satu fitur dari sebuah objek dari yang
lain berbasis pada satu atau lebih dimensi fisik. Diskriminasi adalah
tingkat keterampilan yang sangat rendah. Ini tidak termasuk kemampuan
untuk objek nama kelas , jika peserta didik dapat melakukan itu, mereka
telah memiliki konsep.
Contoh:
-
Mendengar perbedaan antara dua catatan dimainkan pada piano.
-
Membedakan antara warna kaus kaki di laci dengan menarik keluar
sepasang yang cocok.
-
Membedakan antara simbol-simbol.
• Konsep dasar
Dasar konsep pembelajaran mencakup belajar untuk mengidentifikasi
stimulus sebagai anggota kelas memiliki beberapa karakteristik yang
sama.
Contoh:
-
Mengidentifikasi titk tengah sekelompok objek.
-
Mengatur sekelompok ukuran sedotan yang berbeda dari terbesar ke
terkecil.
-
Menandai semua segiempat pada kertas yang menunjukkan lingkaran,
segitiga, dan kotak.
5
• Ditetapkan Konsep
Konsep yang tidak dapat diidentifikasi dengan menunjuk mereka keluar
dan harus didefinisikan. Contoh
- Keluarga.
- Kehakiman.
- Energi.
• Aturan
Aturan memungkinkan kita untuk melakukan sesuatu, menggunakan
simbol-simbol, dan bagi kami untuk menanggapi kelas berbagai hal
dengan kelas pertunjukan.
Contoh:
- Menerapkan hukum Ohm, E = I x R (tidak hanya menyatakan itu).
- Menampilkan kekuatan yang sama dengan percepatan kali massa.
- Membuat kalimat seperti, "Anak itu pergi ke toko."
• Urutan aturan paling tinggi
Termasuk menerapkan kombinasi kompleks dari aturan sederhana untuk
memecahkan
masalah,
melakukan
tugas,
atau
menjelaskan,
menggambarkan, dan memprediksi fenomena atau peristiwa. Contoh:
-
Perencanaan anggaran yang seimbang, mengingat pendapatan tetap
dan biaya tetap.
-
Perencanaan rencana pelajaran, mengingat tujuan kelas tertentu,
kegiatan, waktu, dan keterbatasan sumber daya.
Kategorisasi keterampilan intelektual adalah hirarki, yang berarti bahwa setiap
keterampilan tingkat tinggi memerlukan keterampilan lebih rendah sebagai
prasyarat. Karena itu, jika kita mencoba untuk menganalisis keterampilan
tingkat tinggi, keterampilan bawahan mungkin akan lebih rendah dari urutan
keterampilan intelektual. Setelah semua, jika kita melihat apa aturan tingkat
tinggi,
kita
melihat
bahwa
mereka
adalah
kombinasi
dari
aturan
sederhana.Karena aturan terdiri dari konsep dan diskriminasi, keterampilan
bawahan untuk kegiatan pemecahan masalah bisa jatuh ke dalam salah satu
sub-kategori.
6
Dalam proses penentuan keterampilan bawahan, kita menemukan bahwa
beberapa pengetahuan yang diperlukan untuk belajar langkah tujuan tertentu
tidak
merupakan
keterampilan
intelektual
tetapi
informasi
bukan
hanya
verbal. Bahkan, dengan tujuan apa pun kita mungkin memiliki keterampilan
bawahan yang mewakili beberapa domain Gagne tentang belajar, bahkan jika
tujuan asli jatuh hanya ke satu domain. Jika relevan untuk mencapai langkah
tujuan tertentu maka harus memasukkannya dalam analisa.
Bila kita berpikir telah mengidentifikasi semua keterampilan bawahan yang
relevan (subskills) untuk setiap langkah tujuan, kita ingin menambahkan untuk
diagram analisis instruksional. Setiap keterampilan bawahan harus diwakili oleh
kotak sendiri, dan harus terhubung ke langkah tujuan mendukung.Selain itu,
harus menyatakan keterampilan yang pelajar harus dapat melakukan pada
tahap
tersebut. Juga,
perhatikan
bahwa
tanda
panah
pada
garis
yang
menghubungkan setiap kotak keterampilan bawahan langkah-langkah dan
keterampilan di atas menunjuk naik dari keterampilan bawahan terhadap
keterampilan yang lebih tinggi. Dalam analisis hirarkis, adalah tradisi untuk
menempatkan keterampilan superordinat atas keterampilan atas mana mereka
bergantung
agar
pembaca
untuk
secara
otomatis
mengenali
hubungan
pembelajaran tersirat dari subskills. Ini berarti bahwa semakin rendah urutan
keterampilan akan berakhir di bagian dasar. Ketika bekerja dengan keterampilan
ini, mungkin berguna untuk bekerja dengan cara anda dari dasar, dimulai
dengan keterampilan yang sangat dasar atau dasar dan kemudian bekerja
dengan cara kita sampai dengan keterampilan yang paling berhubungan erat ke
langkah tujuan pendukung mereka .
Jika tujuan intelektual atau psikomotor memiliki keterampilan bawahan yang
melibatkan informasi verbal, kita masih dapat memasukkannya dalam flowchart
hirarkis, bahkan meskipun itu informasi verbal bukan bagian dari hirarki
intelektual. Disarankan bahwa keterampilan ini dihubungkan dengan analisis
hirarkis utama menggunakan konektor seperti ini:
7
Gambar 3. Konektor
2. Analisis Prosedural
Analisa prosedural ialah satu teknik yang digunakan untuk mengenali langkahlangkah keterampilan bawahan dalam analisis untuk tujuan intelektual atau
keterampilan psikomotorik. Setelah keterampilan bawahan atau lebih pas
mungkin
rincian
keterampilan
untuk
mencapai
keterampilan
di
atas.
Keterampilan ini lebih merupakan rincian langkah untuk mencapai tujuan di
atasnya, setiap langkah di bawahnya bukan merupakan syarat untuk langkah
selanjutnya. Analisa prosedural merupakan jenis analisis subskills seperti terlihat
di bawah ini:
Gambar 4. Analisis Prosedural
Langkah 1 sampai 5 adalah langkah-langkah asli dalam analisis instruksional.
Langkah 2.1 adalah langkah bawahan dari langkah 2 seperti halnya dalam
hubungan hierarki khas. Langkah 4.1, 4.2, dan 4.3 adalah subskills dari langkah
4 dan merupakan langkah prosedural dari langkah 4. Langkah 4.2.1 adalah
langkah hierarkis dari langkah 4.2. Kotak-kotak keterampilan bawahan dalam
analisa
prosedural
disusun
sejajar
dimulai
dari
sebelah
kanan
sebagai
keterampilan paling bawah atau prosedur pertama.
8
3. Analisis Cluster/ Rumpun
Analisa rumpun (cluster analysis) biasa digunakan pada tujuan informasi verbal.
Analisa rumpun lebih berfungsi mengidentifikasi kategori atau komponenkomponen utama dari tujuan informasi verbal yang akan dicapai. Setiap kategori
dalam informasi verbal tersebut hampir tidak memiliki hubungan baik secara
hierarki maupun prosedural, tetapi mungkin hanya memiliki kemiripan atau
memiliki fungsi sama dalam pencapaian tujuan yang dianalisa. Contohnya :
tujuan menuliskan nama-nama profinsi di pulau sumatra
Gambar 5. Analisis Cluster
Langkah yang harus dilakukan dalam analisa rumpun adalah menempatkan
kotak-kotak keterampilan bawahan hasil identifikasi pada posisi yang sama
seperti
pada
analisis
prosedural
tetapi
bukan,
hubungannya
dengan
keterampilan super-ordinat seperti dalam analisis hierarki tetapi bukan.
4. Kombinasi pendekatan untuk tujuan sikap
Tujuan sikap juga memerlukan pendekatan yang sedikit berbeda. Hal ini
biasanya melibatkan menanyakan dua pertanyaan berikut:
1. Apa yang harus dilakukan ketika siswa menunjukkan sikap ini?
2. Mengapa mereka menunjukkan sikap ini?
Pertama
kita
harus
mengidentifikasi
perilaku
yang
akan
dicari
untuk
menentukan apakah sikap sedang ditunjukkan. Apa yang akan orang lakukan
jika mereka menunjukkan bahwa mereka mengikuti sikap yang diinginkan? Ini
kemungkinan besar akan menjadi keterampilan intelektual atau keterampilan
motorik. Dari
sini
kita
harus
menentukan
langkah-langkah
tujuan
dan
keterampilan bawahan yang menyertainya seperti yang dilakukan untuk tujuan
intelektual atau psikomotor lainnya. Kemudian akan berakhir dengan analisis
9
hirarki keterampilan yang mewakili apa yang peserta didik akan lakukan jika
mereka memilih untuk menunjukkan sikap yang diinginkan.
Bagian kedua melibatkan menjelaskan kepada peserta didik "mengapa" mereka
harus membuat pilihan untuk menunjukkan sikap itu. Jawaban untuk ini
biasanya melibatkan informasi verbal. Untuk tujuan sikap, itu tidak cukup bahwa
Anda mengajarkan pelajar bagaimana melakukannya, mereka harus memilih
untuk melakukannya, dan ini adalah informasi yang akan membantu mereka
dalam membuat pilihan itu.Informasi verbal yang dapat diatur dalam cluster
analisis terpisah sendiri, atau terintegrasi ke dalam analisis hirarki secara
keseluruhan.
Pada sebuah diagram alur analisis instruksional, tujuan sikap diwakili dengan
melampirkan kotak sikap untuk keterampilan intelektual atau psikomotorik
peserta
didik
akan
memilih
untuk
menunjukkan. Ini
dilakukan
dengan
menggunakan "A" konektor. Dari sini kemudian daftar langkah yang diperlukan
dan
keterampilan
diinginkan. Untuk
yang
diperlukan
informasi
verbal
untuk
mencapai
pendukung
keterampilan
("mengapa"),
kita
yang
dapat
memberikan cluster analisis yang terpisah, atau mengintegrasikannya ke dalam
analisis hirarkis dengan melampirkan masing-masing "keterampilan" verbal
dalam kotak di samping keterampilan psikomotor atau intelektual yang
mendukung. Hal ini dilakukan dengan menggunakan segitiga "V" konektor
dijelaskan sebelumnya.
Teknik-teknik yang dijelaskan di bagian sebelumnya harus memungkinkan kita
untuk memastikan dan mengatur keterampilan bawahan untuk setiap kategori
tujuan. Pada akhirnya, penting untuk meninjau analisis beberapa kali untuk
memastikan telah teridentifikasi semua keterampilan bawahan diperlukan bagi
siswa untuk menguasai tujuan instruksional utama. Dilakukan juga dengan
mencari keterampilan yang dapat diklasifikasikan sebagai "baik untuk tahu",
tetapi tidak selalu diperlukan bagi peserta didik untuk belajar tujuan. Ini
mungkin yang terbaik untuk membiarkan para analisis.
10
C. PERILAKU MASUKAN
Proses
analisis
instruksional
juga
berfungsi
membantu
perancang
mengidentifikasi instruksional tentang apa yang sudah harus tahu atau mampu
peserta didik lakukan
sebelum mereka mulai belajar, keahlian ini disebut
sebagai perilaku masukan.
Prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi perilaku masukan secara
langsung berkaitan dengan proses analisis keterampilan bawahan. Seperti yang
kita ketahui bahwa dengan analisis hirarkis bertanya, “Apa yang siswa perlu
tahu dalam rangka untuk mempelajari keterampilan ini?” Jawaban atas
pertanyaan ini adalah satu atau lebih keterampilan bawahan. Jika kita
melanjutkan proses ini dengan masing-masing berturut-turut set keterampilan
bawahan, bagian bawah hirarki akan berisi keterampilan yang sangat dasar.
Asumsikan kita memiliki peta analisis instruksional yang begitu lengkap. Ini
mewakili berbagai keahlian yang dibutuhkan untuk mengambil pelajar dari
tingkat yang paling dasar pemahaman sampai tujuan instruksional. Jika
mayoritas peserta didik sudah menguasai beberapa keterampilan dasar yang
ada pada peta analisis sebelum memulai instruksional maka, maka diatas
keterampilan tersebut dibuat garis putus-putus.
Gambar 6. Analisis Instruksional dengan Entry Behavior
11
Garis putus-putus tersebut adalah garis entry behaviors (perilaku masukan).
Semua keterampilan dalam peta analisis adalah bagian yang akan kita
belajarkan sedangkan yang dibawah garis disebut perilaku masukan tidak perlu
di belajarkan, karena sudah dikuasai oleh siswa.
Sifat Kesementaraan
Menentukan perilaku awal memerlukan beberapa asumsi pada bagian dari
perancang. Namun, sangat penting untuk proses analisis instruksional karena
membantu desainer mengidentifikasi dengan tepat apa yang sudah harus tahu
atau
mampu
lakukan
sebelum
mereka
mulai
instruksi. Hal
ini
juga
mengidentifikasi apa yang kita, sebagai desainer, akan mencakup dalam
instruksi kita. Jika "menarik garis" terlalu rendah maka kita akan mengajar halhal
yang
yang
sudah
diketahui,
sehingga
banyak
membuang
waktu
pengembangan dan bisa saja peserta didik mungkin akan merasa bosan dan
kaku. Di sisi lain, jika menarik garis terlalu tinggi, maka peserta didik tidak akan
memiliki keterampilan prasyarat yang diperlukan untuk dapat mencapai tujuan,
dan mungkin hanya duduk di sana dengan tatapan "dikategorikan-out". Dalam
hal ini bahan ajar tidak akan efektif. Apa semua ini berarti bahwa harus
meletakkan beberapa pemikiran
ke peserta didik anda dan apa yang mereka
mungkin sudah tahu.
Dalam perancangan sebuah material kurikulum terkadang hanya diperuntukkan
bagi para siswa yang tercerdas dalam populasi sasaran. Keadaan ini tercermin
dalam
analisa
instruksional
garis
entry
behaviors
terlalu
tinggi,
yang
menunjukkan bahwa para siswa populasi sasaran sudah memiliki sebagian besar
keterampilan yang ada pada peta. Kalau tingkah laku masukan yang dianggap
sudah ada itu ternyata belum dikuasai oleh sebagian besar populasi sasaran,
maka material instruksional itu kehilangan fungsinya bagi banyak siswa. Tanpa
persiapan yang memadai untuk menguasai keterampilan masukan, usaha-usaha
para pebelajar menjadi tidak berdaya guna dan materialnya tidak berhasil guna.
Kesalahan kedua terjadi apabila garis putus-putus itu ditarik terlalu rendah pada
bagan analisa instruksional. Dalam keadaan ini praduganya ialah pebelajarpebelajar sedikit saja atau sama sekali tidak memiliki keterampilan-keterampilan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan Instruksional. Kesalahan seperti ini bisa
12
berakibat
fatal
dari
sudut
pengembangan
material
Instruksional
yang
sebenarnya tidak diperlukan para pebelajar, dan dari sudut waktu yang
diperlukan bagi para pebelajar untuk mempelajari hal-hal guna mencapai tujuan
yang sebenarnya sudah mereka kuasai.
Akhir dari analisis ini sampai dihasilkan sebuah peta analisis atau peta konsep
seperti pada gambar:
Gambar 7. Analisis Instruksional dengan Peta Konsep
13
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Gafur. 1981. Pengembangan Sistem dan Desain Instruksional. Yoyakarta:
FKIS IKIP.
http://t4mimy.blogspot.com/2012/04/makalah-model-pembelajaran-dickand.html
diakses pada 16142012
http://kuliahemka.wordpress.com/2010/02/24/langkah-kedua-dick-carey/
diakses pada 16032012
Mukminan. 2006. Desain Pembelajaran. Yogyakarta: PPs UNY.
Munandir. 1987. Rancangan Sistem Pengajaran. Jakarta: Depdikbud.
Robert M Gagne & Leslie Briggs. 1979. Principles of Instructional Design. New
York: holt, Rinehart and Winston.
Walter Dick & James Carey. 2009. The Systematic Design of Instruction. Ohio:
Pearson, Allyn, and Bacon.
14